Anda di halaman 1dari 22

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Penerapan
a. Pengertian Penerapan

Penerapan Menurut (Badudu & Zain,2010 :1487) Penerapan


adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Secara umum, penerapan dapat
berarti cara, metode, atau hasil dari suatu tindakan. Adapun menurut (Ali,
2007:104) penerapan dapat diartikan sebagai melakukan, menerapkan,
atau melaksanakan suatu konsep, metode, atau ide dalam praktik atau
situasi tertentu. Penerapan melibatkan tindakan nyata untuk memasang
atau melaksanakan yang telah direncanakan.Sedangkan Menurut
(Riant,2003:158) penerapan dapat diartikan sebagai langkah atau cara
yang dilakukan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Penerapan
melibatkan strategi atau tindakan yang direncanakan dengan tujuan akhir
untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Berbeda dengan (Riant,2003:158), Menurut (Wahab,2008:63)
penerapan dapat diartikan sebagai serangkaian tindakan yang dilakukan
oleh individu atau kelompok dengan tujuan mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam keputusan. Dalam konteks ini, penerapan adalah
pelaksanaan dari hasil kerja yang diperoleh melalui suatu metode agar
dapat diterapkan dalam masyarakat.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas dapat disimpukan
bahwapenerapan adalah tindakan yang dilakukan oleh individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penerapan
melibatkan langkah-langkah direncanakan dan dilaksanakan dalam praktik
atau situasi tertentu.

2. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)


a. Pengertian Project Based Learning(PjBL)
Menurut (Ahmad,2020:10) Project-based Learning (PjBL)
adalah sebuah pendekatan pembelajaran yang inovatif, di mana siswa
terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang kompleks. Dalam model
pembelajaran ini, siswa dituntut untuk menciptakan produk nyata yang
melibatkan beberapa tahapan dan membutuhkan waktu yang cukup
lama. PjBL juga memiliki efek positif dalam mereduksi kompetisi di
dalam kelas dan mendorong siswa untuk bekerja secara kolaboratif
daripada bekerja sendiri.
Sedangkan Menurut (Goodman&Stivers:2010) PjBL dapat
didefinisikan sebagai sebuah model pengajaran yang didasarkan pada
kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang memberikan tantangan
terhadap siswa. Dalam model ini, siswa bekerja secara kelompok
untuk memecahkan masalah yang terkait dengan kehidupan sehari-
hari.
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat diuraikan oleh penulis
bahwa model pembelajaran PjBL atau pembelajaran berbasis proyek
melibatkan siswa secara aktif, baik secara individu maupun dalam
kelompok, dalam memecahkan masalah melalui tahapan ilmiah
dengan batasan waktu tertentu. Hasil dari kegiatan ini akan dituangkan
dalam bentuk produk yang kemudian dipresentasikan kepada orang
lain. Siswa akan terlibat dalam seluruh proses, mulai dari perencanaan,
perancangan, pelaksanaan, hingga pelaporan hasil kegiatan.
Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar
bagaimana memahami dan menyelesaikan masalah-masalah nyata,
serta melibatkan siswa sebagai pelaku utama dalam pembelajaran yang
berpusat pada siswa. Dalam PjBL, proses pembelajaran siswa menjadi
fokus utama. Model ini juga menekankan pentingnya keterlibatan
siswa dalam berbagai persoalan sehari-hari.
Pembelajaran berbasis proyek juga melatih siswa untuk
melakukan penelitian, mengkaji informasi, dan menerapkan
keterampilan berpikir kritis (critical thinking) serta keterampilan
menyelesaikan masalah (problem-solving). Dengan demikian, melalui
kegiatan ini, siswa akan terlatih dalam mengembangkan kemampuan
berpikir kritis dan menyelesaikan masalah.
b. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut (Maya,2016:154) karakteristik Project Based Learning
sebagai berikut :
1) Siswa merancang suatu kerangka kerja.
2) Memberikan siswa permasalahan yang perlu dipecahkan.
3) Siswa bekerja sama dan bertanggung jawab atas proyek yang
mereka hasilkan.
4) Evaluasi dilakukan secara berkesinambungan.
5) Mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa.
6) Mendorong siswa untuk mengembangkan dan
mengaplikasikan keterampilan komunikasi.
7) Meningkatkan kolaborasi dan disiplin dalam menyelesaikan
tugas.
8) Menciptakan lingkungan pembelajaran yang menerima
kesalahan sebagai bagian dari proses belajar.
c. Tujuan Model Pembelajaran Project Based Learning
Dalam buku Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum
2013 (2014:50), dijelaskan bahwa setiap model pembelajaran
memiliki tujuan yang ingin dicapai. Salah satu tujuan dari Project
based Learning (PjBL), antara lain:
1) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan
masalah dalam proyek.
2) Mendapatkan keterampilan dan pengetahuan baru melalui
proses pembelajaran.
3) Mendorong peserta didik untuk secara aktif mengatasi masalah
proyek yang kompleks dan menghasilkan produk nyata.
4) Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta
didik dalam mengelola sumber daya dan alat untuk
menyelesaikan tugas atau proyek.
5) Meningkatkan kolaborasi antara peserta didik, terutama dalam
konteks PjBL yang melibatkan kerja kelompok.

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan dari


model pembelajaran Project based Learning (PjBL) adalah untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah proyek,
mendapatkan keterampilan tambahan dari model pembelajaran
tersebut, mendorong siswa untuk menjadi lebih aktif dalam proses
pembelajaran, mengembangkan dan meningkatkan keterampilan
siswa, serta meningkatkan kolaborasi dan interaksi antara siswa dalam
pembelajaran kelompok atau tim.

d. Manfaat Model Pembelajaran Project Based Learning


Manfaat Project based learning adalah dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam melakukan studi pustaka, meningkatkan
motivasi belajar, meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah, meningkatkan kolaborasi antara siswa, serta meningkatkan
keterampilan siswa dalam mengelola sumber daya. (Anazifa & Hadi,
2016)
e. Langkah-langkah penerapan Model Pembelajaran Project Based
Learning.
Menurut (Rustiyarso,2020:129) Langkah-langkah model PjBL
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1) Menentukan topic(Start With the Essential Question). Pada
tahap ini guru bersama siswa menentukan tema atau topik
proyek yang akan dilakukan. Tema yang dipilih harus sesuai
dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.
2) Mendesaian perencanaan proyek(Design a Plan for The
Project Desain ). Guru bersama siswa membuat langkah-
langkah kegiatan untuk menyelesaikan proyek secara kreatif.
Perencanaan ini meliputi kegiatan yang akan dilakukan, alat
dan bahan yang diperlukan dalam penyelesaian proyek.
3) Menyusun jadwal pelaksanaan proyek(Create a Schdule).
Guru membimbing siswa Menyusun waktu pelaksanaan dan
batas akhir penyelesaian proyek.
4) Mengawasi perkembangan proyek(Monitor the Students and
the Progress of the Project). Guru mengawasi kegiatan siswa
selama menyelesaikan proyek.
5) Menguji hasil(Assess the Outcome). Siswa pada tahap ini
mempresentasikan hasil proyek sehingga dapat diberi masukan
dan saran.
6) Mengevaluasi proses dan hasil proyek (Evaluate the
Experience). Siswa diminta mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
f. Kelebihan Model Pembelajaran Project Based Learning
Menurut (Sutiyono,2021:189) Project Based Learning atau
pembelajaran berbasis proyek mempunyai kelebihan dan kelemahan.
Berikut kelebihan pembelajaran berbasis proyek antara lain :
1) Meningkatkan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
2) Mengembangkan kemampuan siswa dalam memecahkan
masalah melalui tugas proyek yang diberikan.
3) Memupuk tanggung jawab, inisiatif, dan kebebasan belajar
mandiri siswa.
4) Mendorong kreativitas siswa dalam menciptakan hal-hal baru.
5) Membantu siswa menghubungkan konsep pembelajaran
dengan penerapannya dalam situasi dunia nyata.
6) Membuat suasana belajar yang menyenangkan, sehingga siswa
lebih menikmati proses pembelajaran.
7) Menghasilkan produk nyata sebagai hasil karya siswa.

Jadi,dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis proyek


dapat membuat siswa lebih aktif, meningkatkan kreativitas,
melibatkan siswa dalam pengumpulan informasi, pengolahan
pengetahuan, dan implementasi dalam dunia nyata. Selain itu,
pembelajaran ini juga mengembangkan keterampilan komunikasi,
memberikan pengalaman dalam mengorganisasi proyek, serta
meningkatkan keterampilan mengelola sumber daya yang
diberikan dan yang ditemukan.

g. Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning


Adapun kekurangan dari menerapkan Project Based Learning antara
lain yaitu:
1) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2) Banyak peralatan yang harus disediakan.
3) Memerlukan biaya yang tidak murah.
4) Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
5) Ada kekhawatiran peserta didik hanya menguasai satu topik
tertentu yang dikerjakan. (Nining,2018:20)
3. Pembelajaran Aqidah Akhlak
a. Hakikat Aqidah Akhlak
Akidah dan akhlak berasal dari kata-kata yang memiliki arti
yang berbeda dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan juga dalam
bahasa Arab. Dalam bahasa Indonesia, akidah berarti kepercayaan atau
dasar keyakinan, sedangkan akhlak berarti budi pekerti atau kelakuan.
Dalam bahasa Arab, kata aqidah bermula dari kata 'aqada-yu'qid
'aqidatan yang berarti menghubungkan ujung sesuatu dengan ujung
sesuatu yang lainnya sehingga menjadi suatu ikatan yang kuat dan
sulit dibuka.
Secara istilah, akidah akhlak mengacu pada pembahasan
mengenai kepercayaan dasar dan budi pekerti manusia. Menurut
Khalimi, dalam bukunya "Pembelajaran Akidah Akhlak", akidah
akhlak adalah pernyataan diri yang mengikatkan jiwa untuk
mempercayai bahwa hanya Allah yang berhak dipatuhi dan diikuti,
dengan melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-Nya, dengan berpedoman hidup kepada Al-Qur'an dan sunah
Rasul.
Dasar dari akidah akhlak adalah ajaran Islam itu sendiri, yang
memiliki dua sumber hukum utama, yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits.
Al-Qur'an dan Al-Hadits menjadi pedoman hidup dalam Islam yang
menjelaskan kriteria atau ukuran baik buruknya suatu perbuatan
manusia. Al-Qur'an menjadi dasar utama dari akidah akhlak. Prinsip-
prinsip akhlak berkaitan dengan pembentukan sikap dan kepribadian
seseorang agar memiliki akhlak mulia atau akhlak al-mahmudah,
sementara mengeliminasi akhlak tercela atau akhlak madzmumah.
Prinsip-prinsip akhlak ini menjadi manifestasi dari akidah seseorang
dalam perilaku hidupnya, dalam berakhlak kepada Allah dan Rasul-
Nya, kepada diri sendiri, kepada sesama manusia, serta kepada alam
dan makhluk lainnya.
b. Pembelajaran Aqidah Akhlak MA
Pembelajaran Akidah Akhlak adalah usaha yang disengaja dan
terencana untuk mempersiapkan peserta didik agar mengenal,
memahami, menghayati, dan mengimani Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tujuannya juga untuk menerapkan akhlak dalam kehidupan sehari-hari
melalui berbagai kegiatan seperti bimbingan, pelatihan, pengajaran,
pengalaman, keteladanan, dan pembiasaan. Di tengah masyarakat yang
beragam dalam bidang keagamaan, pendidikan ini juga bertujuan
untuk memperkuat keyakinan dalam aqidah di satu sisi, dan
meningkatkan toleransi serta saling menghormati dengan penganut
agama lain dalam rangka mencapai kesatuan dan persatuan bangsa.
(Depertemen Agama RI, 2004, hal.22)
c. Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak DI Madrasah Aliyah
Tujuan Pembelajaran Aqidah Akhlak secara umum sesuai
dengan tujuan umum pendidikan agama Islam adalah untuk
mempersiapkan peserta didik agar mencapai tujuan akhir kehidupan
dan membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah di dunia ini.
Tujuan utama khalifah Allah adalah beriman kepada Allah dan patuh
kepada-Nya. Tujuan pembelajaran Aqidah Akhlak menurut GBPP
Departemen Agama adalah:
1) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keyakinan kepada
peserta didik tentang hal-hal yang harus diyakini agar melahirkan
sikap dan tingkah laku yang mulia.
2) Memberikan pengetahuan, penghayatan, dan keinginan yang kuat
untuk mengamalkan akhlak baik serta menghindari akhlak buruk
dalam hubungan dengan Allah, diri sendiri, sesama manusia, dan
lingkungan sekitar.
Selain tujuan secara umum, terdapat juga tujuan khusus dalam
pembelajaran Aqidah Akhlak, antara lain:
1) Membantu peserta didik dalam menumbuhkan dan
mengembangkan keimanan serta keyakinan terkait aqidah Islam
untuk meningkatkan ketakwaannya kepada Allah.
2) Membantu peserta didik dalam memperkuat keimanan kepada
Allah dan mengembangkan akhlak yang mulia terhadap manusia
dan lingkungan alam.
3) Membantu peserta didik untuk menerapkan akhlak mulia sebagai
ajaran dan nilai-nilai dalam aqidah Islam.
4) Membantu peserta didik dalam memperdalam keimanan dan
karakter mereka.
5) Membantu peserta didik dalam mengembangkan sikap yang kuat
melalui pelatihan dalam aspek jiwa, rasa, dan penalaran.
(Fatimatuzahroh, 2019:40)
d. Ruang Lingkup Materi Pembelajaran Akidah Akhlak
Adapun ruang lingkup materi pembelajaran akidah akhlak di
Madrasah Aliyah sebagai berikut (Amin, 2019):
1) Aspek akidah terdiri atas: al-Asma’ al-Husna (al-Karim,
alMu’min, al-Wakiil, al-Matiin, al-Jaami’, al-Hafiidz, al-Rofii’,
al-Wahhaab, al-Rakiib, al-Mubdi’, al-Muhyi, al-Hayyu,
alQayyuum, al-Aakhir, al-Mujiib, dan al-Awwal, al-Rozzaaq,
alMalik, al-Hasiib, al-Hadi, al-Kholik dan al-Hakim), Islam
washatiyah (moderat) dan ciri-ciri pemahaman Islam radikal,
sikap tasamuh (toleransi), musawah (persamaan) derajat,
tawasuth (moderat), dan ukhuwah (persaudaraan), kematian,
ciri-ciri, husnul dan su’ul khotimah, serta alam barzah, nafsu
syahwat dan ghadlab, serta cara menundukkan melalui
mujaahadah dan riyaadhah, aliran-aliran kalam dalam peristiwa
Tahkim, aliran-aliran ilmu kalam: Khawarij, Syi’ah, Murji’ah,
Jabariyah, Qadariyah, Mu’tazilah,, Ahlussunnah wal Jama’ah
(Asy-‘ariyah dan Maturidiyah), ajaran tasawuf, syari’at.
Thariqat, hakikat dan ma’rifat.
2) Aspek akhlak terpuji meliputi: hikmah, iffah, syaja’ah dan
‘adalah, pergaulan remanaja, bekerja keras, kolaboratif,
fastabiqul khairat, optimis, dinamis, kreatif dan inovatif, akhlak
mulia dalam berorganisasi dan bekerja.
3) Aspek akhlak tercela meliputi: licik, tamak, zhalim,
diskriminasi, israf, tabzir dan bakhil, dosa-dosa besar
(membunuh, liwath, LGBT, meminum khomar, judi, mencuri,
durhaka kepada orangtua, meninggalkan sholat, memakan harta
anak yatim, dan korupsi), nifaq, berita bohong (hoaks),
namimah, tajassus dan ghibah.
4) Aspek adab meliputi: adab mengunjungi orang sakit, manfaat
berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan menerima tamu,
bergaul dengan sebaya yang lebih tua, yang lebih muda dan
lawan jenis.
5) Aspek kisah meliputi: keteladanan sifat umata Putri Rasulullah,
Fatimatuzzahra ra dan Uways al-Qarni, sahabat Abdurrahman
bin Auf dan Abu Dzar al-Ghifari ra, tokoh utama dan inti ajaran
tasawuf (Imam Junaid al-Baghdadi, Rabiah al-Adawiyah,
alGhazali, Syekh Abdul Qadir al-Jailani), kesufian Imam
Hanafi, Imam Malik, Imam as-Syafe’i dan Imam Ahmad bin
Hambal, keteladanan Kyai Kholil al-Bangkalani, Kyai Hasyim
Asy’ari, dan KyaiAhmad Dahlan.
4. Profil Pelajar Rahmatan Lil alamin (PPRA)
a. Profil Pelajar Rahmatan Lil alamin (PPRA)
Pelajar Rahmatan lil Alamin adalah pelajar yang beriman,
berakhlak mulia, dan beragama dengan cara yang moderat. Mereka
memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai luhur
Pancasila serta menjunjung tinggi toleransi untuk memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa serta menciptakan perdamaian dunia.
Pelajar ini juga memiliki pengetahuan dan keterampilan berpikir kritis,
memecahkan masalah, berkomunikasi, berkolaborasi, inovatif, kreatif,
berliterasi informasi, dan memiliki ketakwaan serta akhlak yang mulia
dalam beragama. Mereka memiliki komitmen yang kuat terhadap
kebangsaan, toleran terhadap sesama, menolak tindakan kekerasan,
baik fisik maupun verbal, dan menghargai tradisi. Keberadaan pelajar
dengan profil ini di tengah-tengah kehidupan masyarakat dapat
mewujudkan dunia yang damai dan penuh kasih sayang. Pelajar ini
selalu mengajak untuk mewujudkan kedamaian, kebahagiaan, dan
keselamatan bagi semua umat manusia, serta seluruh alam semesta.
(Asrohah, 2022:1)
b. Tujuan Profil Pelajar Rahmatan Lil alamin (PPRA)
Tujuan dari profil pelajar adalah untuk mengembangkan
kompetensi yang mendukung pencapaian standar kompetensi lulusan
di setiap tingkat pendidikan. Salah satu fokus utama dari profil pelajar
adalah penanaman karakter yang sesuai dengan nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia dan pendekatan yang moderat dalam beragama. Hal
ini bertujuan untuk membentuk pelajar yang memiliki karakter yang
kuat dan menghormati nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh bangsa
Indonesia, serta memiliki sikap moderat dalam menjalankan agama.
c. Nilai yang terkandung
Dalam Buku Panduan Pengembangan Projek Penguatan Profil
Pelajar Pancasila dan Profil pelajar rahmatan lil alamain
2022.halaman 2. Dalam profil pelajar terdapat beberapa dimensi dan
nilai yang menunjukkan bahwa profil pelajar tidak hanya fokus pada
kemampuan kognitif, tetapi juga sikap dan perilaku sesuai jati diri
sebagai bangsa Indonesia sekaligus warga dunia yang:
1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak mulia;
2) Berkebhinekaan global;
3) Bergotong-royong;
4) Mandiri;
5) Bernalar kritis;
6) Kreatif.
Sekaligus pelajar juga mengamalkan nilai-nilai beragama yang
moderat, baik sebagai pelajar Indonesia maupun warga dunia.
Nilai moderasi beragama ini meliputi:
1) Berkeadaban (ta’addub);
2) Keteladanan (qudwah);
3) Kewarganegaraan dan kebangsaan (muwaṭanah);
4) Mengambil jalan tengah (tawassuṭ);
5) Berimbang (tawāzun);
6) Lurus dan tegas (I’tidāl);
7) Kesetaraan (musāwah);
8) Musyawarah (syūra);
9) Toleransi (tasāmuh);
10) Dinamis dan inovatif (taṭawwur wa ibtikār)
d. Prinsip-prinsip Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan
Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin
Dalam melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
dan Profil Pelajar Rahmatan lil Alamin satuan pendidikan menjalankan
prinsip sebagai berikut:
1) Pendekatan Holistik: Kegiatan dirancang secara menyeluruh
dalam satu tema untuk memahami keterhubungan dari
berbagai hal dengan mendalam.
2) Pendekatan Kontekstual: Pembelajaran didasarkan pada
pengalaman nyata dalam kehidupan sehari-hari.
3) Berpusat pada Peserta Didik: Skenario pembelajaran
mendorong peserta didik untuk menjadi subjek pembelajaran
dengan mengelola proses belajar mereka sendiri, termasuk
memilih dan mengusulkan topik proyek sesuai minat mereka.
4) Pendekatan Eksploratif: Semangat untuk membuka ruang
yang luas bagi pengembangan diri dan inkuiri, baik yang
terstruktur maupun yang bebas.
5) Kebersamaan: Seluruh kegiatan dilakukan secara kolaboratif
oleh warga madrasah dengan semangat gotong royong dan
kerjasama.
6) Keberagaman: Seluruh kegiatan di madrasah dijalankan
dengan menghargai perbedaan, kreativitas, inovasi, dan
kearifan lokal secara inklusif dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
7) Kemandirian: Seluruh kegiatan di madrasah merupakan
prakarsa dari, oleh, dan untuk warga madrasah.
8) Kebermanfaatan: Seluruh kegiatan di madrasah harus
memberikan dampak positif bagi peserta didik, madrasah,
dan masyarakat.
9) Religiusitas: Seluruh kegiatan di madrasah dilakukan dalam
konteks pengabdian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
e. Manfaat Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin bermanfaat bagi seluruh anggota komunitas
satuan pendidikan, yaitu bagi
1) Satuan Pendidikan
a) Menjadikan satuan pendidikan berkontribusi terhadap
lingkungan dan komunitas sekitarnya.
b) Menjadikan satuan pendidilan terbuka bagi peran serta
masyarakat dalam mengembangkan pembelajaran
2) Pendidik
a) Mengembangkan kompetensi sebagai pendidik yang
terbuka berkolaborasi dengan pendidik mata pelajaran lain
untuk memperkaya hasil pembelajaran;
b) Mengembangkan kompetensi sebagai periset dan
pengembang pembelajaran;
c) Berkontribusi aktif dalam memperkuat pendidikan
karakter.
3) Peserta Didik
a) Memberi rang peserta didik mengembangkan potensi,
kompetensi, dan memperkuat karakter dan profil pelajar.
b) Memberi pengalaman nyata untuk membentuk kepedulian
terhadap lingkungan dan komunitas sekitarnya.
f. Tema Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar
Rahmatan Lil Alamin pada MI, MTs, MA dan MAK
Pemerintah menetapkan tema-tema utama untuk dirumuskan menjadi
topik oleh satuan pendidikan sesuai dengan konteks wilayah serta
karakteristik peserta didik. Tema-tema utama projek penguatan profil
pelajar yang dapat dipilih oleh satuan pendidikan sebagai berikut:

1. Hidup Berkelanjutan Peserta didik menyadari adanya generasi


masa lalu dan masa yang akan datang,
dampak aktivitas manusia baik jangka
pendek maupun panjang terhadap
kelangsungan kehidupan. Peserta didik
membangun kesadaran untuk bersikap dan
berperilaku ramah lingkungan, mempelajari
potensi krisis keberlanjutan yang terjadi di
sekitarnya, serta mengembangkan kesiapan
untukmenghadapi dan memitigasinya.
Mereka memerankan diri sebagai khalifah di
bumi yang berkewajiban menjaga kelestarian
bumi untuk kehidupan umat manusia dan
generasi penerus. Contoh kontektualisasi
tema: - Pemanfaatan sampah organik di
madrasah - Hutan dan paru-paru dunia
2. Kearifan Lokal Peserta didik memahami keragaman tradisi,
budaya dan kearifan lokal yang beragam
yang menjadi kekayaan budaya bangsa.
Peserta didik membangun rasa ingin tahu
melaui pendekatan inkuiri dan eksplorasi
budaya dan kearifan lokal serta beperan
untuk menjaga kelestariaannya. Peserta didik
mempelajari bagaimana dan mengapa
masyarakat lokal/daerah berkembang seperti
yang ada, mempelajari konsep dan nilai di
balik kesenian dan tradisi lokal kemudian
merefleksikan nilai-nilai yang dapat
diterapkan dalam kehidupannya. Contoh
kontektualisasi tema: - Sistem masyarakat
adat di tengah modernisas
3. Bhineka Tunggal Ika Peserta didik memahami perbedaan suku,
ras, agama dan budaya di Indonesia sebagai
sebuah keniscayaan. Setiap peserta didik
menerima keragaman sebagai kekayaan
bangsa. Peserta didik dapat mempromosikan
kekayaan budaya bangsa, menumbuhkan
rasa saling menghargai dan menghindarkan
terjadinya konflikdan kekerasan. Contoh
kontektualisasi tema: - Isu-isu keberagaman
di lingkungan sekitar
4. Bangunlah Jiwa dan Bangunlah jiwanya dan bangunlah badannya
Raganya merupakan amanat para pendiri bangsa sejak
Indonesia merdeka. Peserta didik memahami
bahwa pembangunan itu menyangkut aspek
jiwa dan raga, jiwa yang sehat ada di tubuh
yang sehat. Peserta didik membangun
kesadaran dan keterampilan memelihara
kesehatan fisik dan mental, baik untuk
dirinya maupun orang sekitarnya. Peserta
didik melakukan penelitian dan
mendiskusikan masalahmasalah terkait
kesejahteraan diri (wellbeing), perundungan
(bullying), serta berupaya mencari jalan
keluarnya. Mereka juga menelaah masalah-
masalah yang berkaitan dengan kesehatan
dan kesejahteraan fisik dan mental, termasuk
isu narkoba, pornografi, dan kesehatan
reproduksi. Memahami akan adanya
kehidupan akhirat atau yaumul hisab yang
terefleksi menjadi manusia yang taat
beragama dan taat pada negara. Contoh
kontektualisasi tema: Bullying media sosia
5. Demokrasi Pancasila Peserta didik memahami demokrasi secara
umum dan demokrasi Pancasila yang
bersumber dari nilai-nilai luhur sila ke-4.
Mengedepankan musyawarah untuk mufakat
untuk mengambil keputusan, keputusan
dengan sura terbanyak sebagai pilihan
berikutnya. Menerima keputusan yang
diambil dari proses yang demokratis dan ikut
bertanggung jawab atas keputusan yang telah
dibuat. Peserta didik juga memahami makna
dan peran individu terhadap kelangsungan
demokrasi Pancasila. Melalui pembelajaran
demokrasi, peserta didik merefleksikan dan
memahami tantangannya dalam konteks
yang berbeda, termasuk dalam organisasi
madrasah, dalam kehidupan bermasyarakat
dan dunia kerja. Contoh kontektualisasi
tema: - Pilkades dan proses demokrasi di
desa - Pemilihan Ketua OSIS
6. Berekayasa dan Peserta didik melatih untuk memiliki
Berteknologi untuk kecakapan bernalar kritis, kreatif dan inovatif
membangun NKRI untuk mencipta produk berbasis teknologi
guna memudahkan aktivitas diri dan
berempati untuk masyarakat sekitar
berdasarkan karyanya. Peserta didik terus-
menerus mengembangkan inovasi untuk
menyelesaikan persoalanpersoalan
masyarakat. Peserta didik menerapkan
teknologi dan mensinergikan aspek sosial
untuk membangun budaya smart society
dalam membangun NKRI dan rasa
cintatanah air. Contoh kontektualisasi tema: -
Kalkulator Faraid dengan Program Excel
Sederhana
7. Kewirausahaan Peserta didik mengidentifikasikan potensi
ekonomi lokal dan upaya-upanya untuk
mengembangkannya yang berkaitan dengan
aspek lingkungan, sosial dan kesejahteraan
masyarakat. Melalui Kegiatan kewirausahaan
dapat menumbuhkan kreativitas dan jiwa
kewirausahaan peserta didik. Peserta didik
juga membuka wawasan tentang peluang
masa depan, peka akan kebutuhan
masyarakat, menjadi problem solver yang
terampil, serta siap untuk menjadi tenaga
kerja profesional penuh integritas. Temaini
ditujukan untuk jenjang MI, MTs, MA.
Karena jenjang MAK sudah memiliki mata
pelajaran Projek Kreatif dan Kewirausahaan
menuju pelajar yang berbagi dan bermanfaat
bagi orang lain, maka tema ini tidak menjadi
pilihan untuk jenjang MAK. Contoh
kontektualisasi tema: - Membuat produk
dengan konten lokal yang memiliki daya jual
8. Kebekerjaan Peserta didik menghubungkan berbagai
pengetahuan yang telah dipahami dengan
pengalaman nyata di keseharian dan dunia
kerja. Peserta didik membangun pemahaman
terhadap ketenagakerjaan, peluang kerja,
serta kesiapan kerja untuk meningkatkan
kapabilitas yang sesuai dengan keahliannya,
mengacu pada kebutuhan dunia kerja terkini.
Dalam projeknya, peserta didik juga akan
mengasah kesadaran sikap dan perilaku
sesuai dengan standar yang dibutuhkan di
dunia kerja. Tema ini ditujukan sebagai tema
wajib khusus jenjang MAK. Contoh
kontektualisasi tema: - Potensi porang dalam
meningkatkan ekonomi keluarga. - Budidaya
ikan air tawar dan pengolahan hasilnya

g. Desain Integrasi Projek Profil Pelajar


Ada tiga tahapan dalam proses pembelajaran yang perlu mendapat
perhatian dari guru untuk menanamkan Profil Pelajar Pancasila dan Profil
Pelajar Rahmatan Lil Alamin kepada siswa. Ketiga tahapan ini adalah
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran. Dalam hal
integrasi projek Profil Pelajar Pancasila dan Profil Pelajar Rahmatan lil
Alamin terpadu dalam pembelajaran, dapat dilalui dengan:
1) Pembelajarannya berbasis aktivitas/masalah/lapangan yang
memberikan kesempatan peserta didik untuk mengasah sikap secara
langsung dalam kegiatan pembelajaran tersebut.
2) Pembelajaran dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan
melibatkan masyarakat dan warga madrasah.
3) Guru mengidentifikasi capaian pembelajaran atau tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan dimensi, elemen, sub-elemen Profil
Pelajar Pancasila dan nilai sub-nilai Profil Pelajar Rahmatan lil
Alamin.

B. Kajian Penelitian Terdahulu


Sebuah penelitian tidak selalu dilakukan paling awal, akan tetapi
sebauh penelitian pasti sudah ada peneliti yang serupa dan dilakukan sebelum-
sebelumnya. Penelitian terdaulu yang serupa dengan penelitian ini digunakan
sebagai bahan perbandingan dan sebagai dasar dalam penelitian ini. Selain itu
penelitian terdahulu juga sebagai evaluasi dan kajian apabila ada sebuah
kesalahan dalam penelitian yang akan dilakukan.

1. Skripsi yang ditulis oleh peneliti Ela Nurhaini ( Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim Malang :2023)dengan judul “Implementasi
Metode Based Learning Oleh Guru Akidah Akhlak Dalam
Mengembangkan Akhlak Siswa Kels VII D Di MTSN 1 Kota Malang
Pada Era Society 5.0 “

Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Implementasi metode


project based learning oleh guru akidah akhlak dalam mengembangkan
akhlak siswa kelas VII D di MTsN 1 Kota Malang pada era society 5.0
seluruh tahapannya telah sesuai dan dilaksanakan dengan cukup baik.ada
Faktor pendukung implementasi metode project based learning oleh guru
akidah akhlak dalam mengembangkan akhlak siswa kelas VII D di MTsN
1 Kota Malang pada era society 5.0 adalah: a) program kurikulum tentang
kurikulum merdeka, b) potensi siswa yang bagus, c) SDM yang
berkualitas, d) sarana dan prasarana memadai, e) dukungan orang tua
peserta didik, f) lingkungan kondusif.Sedangkan faktor penghambatnya
meliputi: a) dengan sistem terpadu harus mencari timing yang tepat, b)
metode project based learning pada sistem pembelajaran terpadu tidak
dapat diterapkan pada seluruh mata pelajaran sesuai keinginan, c)
koordinasi yang kurang intensif. Hasil implementaai metode project based
learning oleh guru akidah akhlak dalam mengembangkan akhlak siswa
kelas VII D di MTsN 1 Kota Malang pada era society 5.0 adalah mampu
untuk menciptakan peserta didik mencapai keseimbangan ilmu
pengetahuan dan akhlak serta telah ditunjukan pada nilai rapor dan
keseharian peserta didik.

Penelitian yang dilakukan oleh Ela Nurhaini memiliki kesamaan


dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti
tentang metode pembelajaran Project Based Learning dalam konteks mata
pelajaran akidah akhlak. . Adapun perbedaanya yaitu Penelitian Ela
Nurhaini berfokus pada pengembangan akhlak siswa kelas VII, sedangkan
Penulis berfokus pada pembentukan profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin.

2. Skripsi yang ditulis oleh peneliti Riska Rahmadhani (Universitas Islam


Negeri Ar-Raniry Banda Aceh :2022) dengan judul “Penerapan Model
Project Based Learning Dengan Media Animasi Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Siswa Kelas IV MIN 5 Banda Aceh”
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa Hasil belajar siswa setelah
menerapkan model Project Based Learning dengan media animasi
meningkat. Pada siklus 1 presentase siswa yang tuntas sebesar 60%
meningkat pada siklus 2 menjadi 82,85%.
Penelitian yang dilakukan oleh Riska Rahmadhani memiliki kesamaan
dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama meneliti
tentang metode pembelajaran Project Based Learning dalam konteks
Pendidikan. Adapun perbedaanya yaitu Penelitian Riska Rahmadhani
berfokus pada siswa kelas IV di MIN 5 Banda Aceh dan bertujuan untuk
meningkatkan hasil belajar mereka melalui penerapan Model Project
Based Learning dengan menggunakan media animasi, sedangkan Penulis
berfokus pada siswa kelas X di MAN 1 Boyolali dan bertujuan untuk
membentuk profil pembelajar Rahmatan Lil Alamin (PPRA) pada mata
pelajaran aqidah akhlak. Pendekatan ini tidak hanya tentang hasil belajar,
tetapi juga mengenai pengembangan karakter dan moral siswa.

3. Skripsi yang ditulis oleh peneliti Kinanti Padmi Pratiwi ( Universitas


Negeri Yogyakarta:2018) dengan Judul “ Penerapan Model Pembelajaran
Project Based Learning Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Motivasi
Belajar Siswa Mata Pelajaran Simulasi Dan Komunikasi Digital Di
SMKN 2 Klaten”
Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa dilaksanakan maka
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Project Based
Learning terbukti efektif dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi
belajar siswa kelas X SIJA A SMKN 2 Klaten. Hal tersebut terbukti dari
diperolehnya data yang menunjukkan adanya peningkatan keaktifan serta
motivasi belajar siswa pada setiap siklusnya. Oleh karena itu pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning perlu
di terapkan sebagai variasi pembelajaran di dalam kelas oleh guru.
Penelitian yang dilakukan oleh Kinanti Padmi Pratiwi memiliki
kesamaan dengan penelitian yang dilakukan peneliti yaitu sama-sama
meneliti tentang metode pembelajaran Project Based Learning. Adapun
perbedaanya yaitu Penelitian Kinanti Padmi Pratiwi Konteks Penelitian
dilakukan di SMKN 2 Klaten pada mata pelajaran Simulasi dan
Komunikasi Digital, sedangkan Penulis dilakukan di MAN 1 Boyolali
pada mata pelajaran Aqidah Akhlak.
C. Kerangka Berfikir
Setelah mengamati kajian teoritis dan menyimak penelitian terdahulu,
maka untuk memudahkan penelitian ini menyajikan kerangka teori sebagai
acuan dasar dalam melaksanakan penelitian Penerapan Model Project Based
Learning (PjBL) dalam membentuk Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin
(PPRA) Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak maka peneliti menyusun
diagram kerangka berfikir sebagai berikut:

Guru Aqidah Akhlak

Pelaksanaan Pembelajaran
Aqidah Akhlak

membentuk Profil Pelajar


Melaksanakan Metode
Rahmatan Lil Alamin
Project Based Learning (PjBL)
(PPRA) Pada Mata
Pelajaran Aqidah Akhlak

Penerapan Model Project Based Learning (PjBL) dalam


membentuk Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin (PPRA)
Pada Mata Pelajaran Aqidah Akhlak

Anda mungkin juga menyukai