Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN TEORITIS
1.1. Model Project Based Learning
2.1.1. Pengertian Project Based Learning
Menurut Buck Institute for Education (BIE) (dalam Khamdi, 2007)
Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa
dalam kegiatan pemecahan masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara
otonom mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan
produk karya siswa bernilai dan realistik.
Project-based Learning (PBL) is a model for classroom activity that shifts
away from the usual classroom practices of short, isolated, teacher-centred
lessons. PBL learning activities are long-term, interdisciplinary, student-centred,
and integrated with real-world issues and practices (Pembelajaran berbasis
proyek adalah sebuah model kegiatan dikelas yang berbeda dengan biasanya.
Kegiatan pembelajaran PBL berjangka waktu lama, antardisiplin, berpusat pada
siswa dan terintegrasi dengan masalah dunia nyata, Harun, 2006).
Jadi, Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang
berpusat pada siswa (student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator
dan fasilitator, dimana siswa diberi peluang bekerja secara otonom
mengkonstruksi belajarnya. Project Based Learning sangat cocok dipadukan
dengan materi koloid. Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi
koloid menuntut siswa untuk aktif (student centered) sedangkan guru bertindak
sebagai fasilitator dan motivator, siswa bekerja sama dengan berbagai percobaan
seperti percobaan pengelompokan berbagai sistem koloid, percobaan sifat-sifat
koloid secara kelompok dan percobaan pembuatan koloid. Selain itu materi koloid
juga sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga banyak peluang
untuk mengajak siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai masalah nyata yang
akan diangkat dalam Project Based Learning .
1.1.1. Ciri-ciri Project Based Learning
BIE ( dalam Susanti, 2008) menyebutkan ciri-ciri Project Based Learning
diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil.


Keempat ciri-ciri itu adalah sebagai berikut:
1. Isi
Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran
sendiri bekerja atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang
seimbang dengan pengalaman siswa sehari-hari.Pada materi koloid
masalah nyata yang diangkat haruslah difokuskan pada pengalaman
siswa sehari-hari.
2. Kondisi
Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu
dalam mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar
materi koloid siswa mencari sumber informasi secara mandiri dari
berbagai referensi seperti buku maupun intenet.
3. Aktivitas
Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-
masalah menggunakan kecakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan
dalam menggagas pengetahuan siswa dalam mentransfer dan
menyimpan informasi dengan mudah. Pada materi koloid, siswa
dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk memecahkan
masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai. Dilihat dari
kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi koloid sangat
menekankan aktifitas siswa.
4. Hasil
Hasil disini adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu
siswa mengembangkan kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam
belajar yang sempurna, termasuk strategi dan kemampuan untuk
mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah. Juga termasuk
kecakapan tertentu, disposisi, sikap dan kepercayaan yang
dihubungkan dengan pekerjaan produktif, sehingga secara efektif dapat
menyempurnakan tujuan yang sulit untuk dicapai dengan model-model
pengajaran yang lain.
1.1.2. Komponen-komponen Project Based Learning
Komponen-komponen Project Based Learning meliputi beberapa hal:
1. Isi kurikulum
Guru dan siswa bertanggung jawab atas dasar standar dan tujuan yang
jelas serta mendukung proses belajar.
2. Komponen multimedia
Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan teknologi secara efektif
sebagai alat dalam perencanaan, perkembangan atau penyajian proyek.
3. Komponen petunjuk siswa
Dirancang untuk siswa dalam membuat keputusan, berinisiatif dan
memberi materi untuk mengembangkan dan menilai pekerjaannya.
4. Bekerja sama
Memberi siswa kesempatan bekerjasama diantara siswa maupun
dengan guru serta anggota kelompok yang lain.
5. Komponen hubungan dengan dunia nyata
Project Based Learning dihubungkan dengan dunia nyata menuju
persoalan yang relevan untuk kehidupan siswa atau kelompok dan juga
komunikasi dengan dunia luar kelas melalui internet, serta bekerjasama
dengan anggota kelompok.
6. Kerangka waktu
Memberi siswa kesempatan merencanakan, merevisi, membayangkan
pembelajarannya dalam kerangka waktu berpikir untuk materi dan
waktu yang mendukung pembelajaran tersebut.
7. Penilaian
Proses penilaian dilakukan secara terus menerus dalam setiap
pembelajaran, seperti menilai guru, teman, menilai dan merefleksi diri.

2.1.4. Dukungan teoritis Project Based Learning
Secara teoritis dan konseptual, pembelajaran berbasis proyek juga
didukung oleh teori aktivitas. Activity theory menyatakan bahwa struktur dasar
suatu kegiatan terdiri atas: (a) tujuan yang ingin dicapai, (b) subjek yang berada
dalam konteks, (c) suatu masarakat dimana pekerjaan itu dilakukan dengan
perantaraan, (d) alat-alat, dan (e) peraturan kerja dan pembagian tugas. Dalam
penerapannya dikelas bertumpu pada kegiatan belajar aktif dalam bentuk
melakukan sesuatu (doing) daripada kegiatan pasif menerima transfer
pengetahuan dari guru (Wena,2010).
Pembelajaran berbasis proyek juga didukung oleh teori belajar
konstruktivistik, yang bersandar pada ide bahwa siswa membangun
pengetahuannya sendiri didalam konteks pengalamannya sendiri. Pembelajaran
berbasis proyek dapat dipandang sebagai salah satu pendekatan penciptaan
lingkungan belajar yang dapat mendorong siswa mengkonstruk pengetahuan dan
keterampilan secara personal. Ketika pembelajaran berbasis proyek dilakukan
dalam model belajar kolaboratif dalam kelompok kecil siswa, pembelajaran
berbasis proyek juga mendapat dukungan teoritis yang bersumber dari
konstruktivisme sosial Vygotsky yang memberikan landasan pengembangan
kognitif melalui peningkatan intensitas interaksi antarpersonal. Adanya peluang
untuk menyampaikan ide, mendengarkan ide orang lain, dan merefleksikan ide
sendiri pada orang lain, adalah suatu bentuk pembelajaran individu. Proses
interaktif dengan kawan sejawat membantu proses konstruksi pengetahuan. Dari
perspektif teori ini pembelajaran berbasis proyek dapat membantu siswa
meningkatkan keterampilan dan memecahkan masalah secara kolaboratif
(Wena,2010).

2.1.5. Tahap-Tahap Project Based Learning
1. Menentukan proyek yang akan dilakukan
Pada tahap ini guru memberikan proyek kepada siswa, menentukan
batasan-batasan dan menentukan tujuan utama dari proyek. Proyek yang
akan dilakukan terkait dengan materi koloid yaitu proses penjernihan air.
2. Menentukan kerangka waktu proses penjernihan air
Tahap ini merupakan tahap menentukan berapa lama proyek akan
dikerjakan, memeriksa tujuan proyek yang akan diteliti dan menyediakan
tempat yang sesuai untuk proyek. Penentuan kerangka waktu proyek
disesuaikan dengan persiapan pencarian referensi pendukung materi
koloid terutama yang berhubungan dengan proses penjernihan air, dan
penyediaan alat dan bahan yang dibutuhkan dalam proses penjernihan air,
3. Merencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan
Pada tahap ini guru memilih beberapa kegiatan yang sesuai,
menggambarkan kegiatan yang akan dilakukan oleh siswa. Guru
memberikan gambaran proses penjernihan air secara ringkas selanjutnya
siswa mencari sendiri informasi yang dibutuhkannya mengenai proses
penjernihan air serta kaitannya dengan sifat-sifat koloid.
4. Merencanakan penilaian
Setelah siswa melakukan kegiatan pada tahapan ini nantinya guru
meninjau atau menuliskan beberapa tujuan penilaian, merencanakan alat-
alat penilaian apa saja yang akan digunakan, menambahkan penilaian
dalam kerangka waktu. Penilaian ini juga mencakup penguasaan materi
koloid oleh siswa terutama yang berhubungan dengan proses penjernihan
air seperti sifat koloid adsorpsi dan koagulasi.
5. Memulai proses penjernihan air dengan siswa
Tahap ini adalah tahap pengerjaan proses penjernihan air dengan
mendiskusikan tujuan dikelas, melaksanakan, melihat dan mendengarkan
pekerjaan apa yang dilakukan, mengingatkan siswa untuk tidak
membuang-buang waktu pengerjaan proyek, menambah atau mengurangi
kegiatan untuk memperkuat kecakapan dalam kelompok dan kecakapan
dalam mengelola dan mendiskusikan beberapa perbaikan.
6. Gambaran akhir proses penjernihan air
Tahap ini memberikan hasil akhir dalam suatu forum khusus, yaitu
mendiskusikan atau menuliskan hal-hal yang penting dari proses
penjernihan air, menganjurkan perbaikan untuk proses penjernihan
selanjutnya.
2.1.6. Kelebihan Project Based Learning
Project Based Learning adalah penggerak yang unggul untuk membantu
siswa belajar melakukan tugas-tugas otentik dan multidisipliner, menggunakan
sumber-sumber yang terbatas secara efektif dan bekerja dengan orang lain.
Pengalaman di lapangan baik dari guru maupun siswa bahwa Project Based
Learning menguntungkan dan efektif sebagai pembelajaran selain itu memilki
nilai tinggi dalam peningkatan kualitas belajar siswa. Anatta (dalam Susanti,
2008) menyebutkan beberapa kelebihan dari Project Based Learning diantaranya
sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha keras dalam
mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih
menyenangkan daripada komponen kurikulum yang lain.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, dari berbagai sumber
yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks.
3. Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek
memerlukan siswa mengembangkan dan mempraktikan keterampilan
komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru dan konstruktivistik
menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa akan
belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif.
4. Meningkatkan keterampilan mengelola sumber, bila diimplementasikan
secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam mengorganisasi
proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.1.7. Kekurangan Project Based Learning
Menurut (Susanti, 2008) berdasarkan pengalaman yang ditemukan di
lapangan Project Based Learning memiliki beberapa kekurangan diantaranya:
1. Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat
pelaksanaan proyek karena adanya kebebasan pada siswa sehingga
memberi peluang untuk ribut dan untuk itu diperlukannya kecakapan guru
dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.
2. Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja
memerlukan waktu yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang
maksimal.
2.2. Media Pembelajaran
2.2.1. Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti
tengah, perantara atau pengantar (Arsyad:2008). Banyak orang yang
menggunakan media untuk memperlancar komunikasinya. Gagne (dalam
Sadiman, 2003) menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam
lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Menurut Lateheru (dalam Sadiman 2008), menyatakan bahwa media
pembelajaran adalah bahan, alat, atau teknik yang digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan maksud agar proses interaksi, komunikasi, edukasi
antara guru dan siswa dapat berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna.
Dari beberapa pengertian media di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima pesan dan dapat merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sedemikian rupa sehingga prestasi
belajar tercapai.
1.2.2. Fungsi Media Pembelajaran
Proses belajar mengajar yang efektif, efisien dan berkualitas adalah
tercapainya tujuan dari pengajaran itu sendiri. Tujuan ini dapat dicapai dengan
memperhatikan faktor penunjangnya yaitu media. Secara umum media pendidikan
mempunyai kegunaankegunaan sebagai berikut, (Sadiman, 2003).
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitas (dalam
bentuk katakata tertulis atau lisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, misalnya:
a. objek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan realita gambar,
bingkai, film, atau model
b. objek yang kecil, dibantu dengan proyektor mikro, film, bingkai, atau
gambar
c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat dibantu dengan
timelapse atau high-speed photographing,
d. kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi
lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal,
e. objek yang terlalu kompleks (misalnya mesinmesin) dapat disajikan
dengan model, diagram dan lainlain, dan
f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain
lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan
lain-lain.
3. Dengan menggunakan media pendidikan dengan tepat dan bervariasi dapat
diatasi sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna
untuk:
a. menimbulkan kegairahan belajar,
b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik dengan
lingkungan dan kenyataan,
c. memungkinkan anak didik belajar sendirisendiri menurut kamampuan
dan minatnya.
4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru akan banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Apabila
latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini
dapat diatasi dengan media pendidikan.
1.2.3. Pemilihan Media
Agar media pengajaran yang dipilih tepat, ada beberapa faktor dan kriteria
yang perlu diperhatikan. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan dalam
memilih media pengajaran:
1. Objektivitas; Unsur subjektivitas guru dalam memilih media pengajaran
harus dihindarkan. Artinya guru tidak boleh memilih suatu media
pengajaran berdasarkan kesenangan pribadi. Apabila secara objektif,
berdasarkan hasil penelitian atau percobaan, suatu media pengajaran
menunjukkan keefektifan dan efesiensi yang tinggi, maka guru jangan
bosan untuk menggunakannya.
2. Program Pengajaran; Program pengajaran yang akan disampaikan pada
anak didik harus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, baik isinya,
strukturnya maupun kedalamannya. Meskipun secara teknis program itu
sangat baik, tetapi jika tidak sesuai dengan kurikulum maka tidak akan
banyak manfaatnya.
3. Sasaran program; Sasaran program yang dimaksud adalah anak didik yang
akan menerima informasi pengajaran melalui media pengajaran. Pada
tingkat usia tertentu dan dalam kondisi tertentu anak didik mempunyai
kemampuan tertentu pula, baik cara berpikirnya, daya imajinasinya,
kebutuhannya maupun daya tahan dalam belajar. Maka media yang
digunakan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak didik,
baik dari segi simbol, bahasa, cara dan kecepatan penyajiannya ataupun
waktu penggunaannya.
4. Situasi dan kondisi; Situasi dan kondisi yang ada juga perlu diperhatikan,
seperti : Situasi dan kondisi sekolah atau tempat dan ruangan yang akan
dipergunakan, seperti ukuran, kelengkapan, ventilasinya. Situasi dan
kondisi anak didik yang akan mengikuti pelajaran, seperti jumlah, motivasi
dan kegairahannnya juga perlu diperhatikan.
5. Kualitas teknik; Dari segi teknik media pengajaran yang akan digunakan
perlu diperhatikan, apakah sudah memenuhi syarat. Barangkali ada
rekaman audio atau gambar-gambar yang kurang jelas atau kurang
lengkap, sehingga perlu penyempurnaan sebelum dipergunakan.
6. Keefektifan dan efisiensi penggunaan; keefektifan berkenaan dengan hasil
yang dicapai, sedangkan efesiensi berkenaan dengan proses pencapaian
hasil tersebut. Keefektifan dalam penggunaan media meliputi apakah
dengan menggunakan media tersebut informasi pengajaran terserap oleh
anak didik secara optimal, sehingga menimbulkan perubahan tingkah
lakunya. Efesiensi meliputi apakah dengan menggunakan media tersebut
waktu, tenaga dan biaya yang dikeluarkan untuk mencapai tujuan tersebut
sedikit mungkin. Ada media yang dipandang efektif untuk mencapai
tujuan, namun proses pencapaiannya tidak efesien atau sebaliknya.
1.2.4. Komputer sebagai Media Pembelajaran
Konsep-konsep abstrak khususnya dalam kimia tidak bisa dipahami hanya
dengan membaca buku dan menghapal rumus saja tetapi juga perlu penalaran
tinggi. Oleh sebab itu diperlukan media pembelajaran berbasis komputer. Banyak
ahli pendidikan yang berpendapat bahwa komputer sebagai media pembelajaran
memiliki potensi yang sangat besar untuk membantu proses pendidikan.
Para peneliti telah menemukan bahwa ada berbagai cara siswa mudah
memproses informasi. Sebagian mudah memproses informasi visual, sebagian lain
lebih merasa senang atau lebih mudah bila ada suara, dan sebagian lain akan
mudah memahami jika menggunakan informasi tertulis.
Kemajuan media komputer memberikan beberapa kelebihan untuk
kegiatan produksi audio visual. Pada tahun-tahun belakangan komputer mendapat
perhatian besar karena kemampuannya yang dapat digunakan dalam bidang
kegiatan pembelajaran. Ditambah dengan teknologi jaringan dan internet,
komputer seakan menjadi primadona dalam kegiatan pembelajaran.
Komputer sebagai media dalam proses pembelajaran memiliki beberapa
keistimewaan yang tidak dimilki media lain, beberapa keistimewaan itu antara
lain (Isjoni, 2007) :
1. komputer dapat berperan sebagai media yang efektif untuk menumbuh
kembangkan minat dan kreativitas siswa dalam pembelajaran
2. komputer dapat menjadikan siswa berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran/terciptanya hubungan interaktif
3. dengan menggunakan komputer sebagai media pembelajaran, seringkali
siswa berhasil mempelajari bahan ajar yang sama banyaknya dengan
waktu yang lebih sedikit
4. siswa yang belajar dengan media komputer mempunyai kemampuan
mengingat materi pelajaran dalam waktu yang lebih lama dan dapat
menggunakannya dalam bidang-bidang lain
5. komputer memberi fasilitas bagi siswa untuk mengulangi pelajaran apabila
diperlukan, dengan tujuan memperkuat proses belajar dan memperbaiki
ingatan
6. komputer membantu siswa memperoleh umpan balik secara leluasa dan
bisa memacu motivasi siswa dengan peneguhan positif yang diberikan jika
siswa memberikan jawaban.
1.2.5. Macromedia Flash
Didalam materi koloid sebagian besar konsep-konsepnya bersifat abstrak
contohnya perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi, proses efek tyndall,
gerak brown, koagulasi dan lain sebagainya, maka diperlukan pemanfaatan media
seperti Macromedia Flash.yang dapat menggambarkan dengan jelas materi koloid
tersebut. Pemanfaatan Macromedia Flash ini dapat membantu pencapaian tujuan
pembelajaran kimia dan meningkatkan minat belajar khususnya pada materi
koloid.
Media Flash adalah sebuah aplikasi serba guna yang digunakan untuk
membuat presentasi yang memukau dengan fasilitas audio streaming untuk
dijalankan secara langsung dari sebuah komputer. Aplikasi Flash khusus
dirancang untuk membuat halaman-halaman presentasi yang biasanya digunakan
untuk membuat brosur-brosur elektronik, splash screen, slide show, presentasi-
presentasi untuk seminar,. Program ini cukup fleksibel dan lebih unggul dibanding
program animasi lain sehingga banyak animator yang memakai program tersebut
untuk pembuatan animasi (Enterprise, J. 2008).
Media Flash sering digunakan oleh para animator pembuatan animasi
interaktif maupun non interaktif, seperti : animasi pada media mengajar di
sekolah, animasi kartun, presentasi, portofolio sebuah perusahaan , game dan
beberapa media animasi lainnya. Namun begitu, dengan flash, seorang guru juga
dapat membuat animasi yang cukup bagus tentang materi yang akan diajarkan
disekolah.
Keunggulan dari media flash dibanding media yang lain (Enterprise,
J.2008) antara lain :
1. Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain,
sehingga siswa dapat lebih memahami pelajaran yang diajarkan melalui
animasi yang dibuat.
2. Dapat membuat gerakan animasi dengan mengikuti alur yang telah
ditetapkan. Oleh karena itu, pelajaran yang diajarkan guru dapat diajarkan
secara bertahap dan berurutan. Sehingga siswa dapat memahami materi
yang diajarakan dengan baik.
3. Dapat ditampilkan diberbagai media seperti Web, CD-ROM, VCD dan
DVD.
Dalam hal ini peneliti menggunakan Macromedia Flash Professional 8 yang
berisi materi sistem koloid telah dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan
tampilan yang cukup menarik sehingga menambah minat siswa dalam belajar
sistem koloid. Macromedia flash mempunyai banyak keunggulan dibandingkan
dengan software animasi lainnya diantaranya adalah program yang berorientasi
objek, mampu mendesain gambar berbasis komputer, dapat dipergunakan sebagai
software pembuat situs WEB, dan banyak keunggulan lainnya.
1.3. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu proses yang memungkinkan organisme untuk
merubah tingkah lakunya dengan cepat dan sedikit banyaknya bersifat permanen.
Hasilnya adalah perubahan tingkah laku yang dapat diamati pada penampilan
orang tersebut. Penampilan yang merupakan bukti proses belajar mengajar
melalui program-program pendidikan yang beraneka ragam dari yang sederhana
sampai yang paling kompleks.
Hasil belajar merupakan indikator untuk mengukur keberhasilan siswa
dalam belajar (Slameto, 2003). Proses belajar mengajar dianggap berhasil
apabila: (1) daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai
prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok; (2) perilaku yang
digariskan dalam tujuan pengajaran telah dicapai siswa, baik secara individual
maupun kelompok(Djamarah, 2002).
Perubahan yang terjadi dalam proses belajar adalah berkat pengalaman
atau praktek yang dilakukan dengan sengaja yang di sadari atau dengan kata lain
bukan karena kebetulan. Perubahan yang dialami sekurang-kurangnya terjadi
dalam diri siswa seperti penambahan pengetahuan, sikap dan keterampilan,
disamping itu siswa juga diarahkan pada tercapainya perubahan tersebut.
Dengan demikian hasil belajar merupakan adanya kemampuan dan perubahan
tingkah laku yang dimiliki seseorang setelah mengalami proses pembelajaran.
1.4. Sistem Koloid
2.4.1. Sistem Koloid
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersinya, sistem koloid
dapat terbagi menjadi beberapa jenis. Baik fase terdispersi maupun medium
pendispersi dalam suatu sistem koloid, dapat berwujud padat, cair, atau gas.
Namun, perlu diketahui bahwa campuran gas dengan gas tidak membentuk sistem
koloid karena semua gas akan bercampur homogen meskipun dalam segala
perbandingan. Hal ini karena partikel- partikel gas berukuran molekul atau atomik
(diameter kurang dari 10
-7
cm) dan jarak antara partikel gas tersebut sangat
renggang.
Berdasarkan fase terdispersi dan medium pendispersi, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi delapan tipe, seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Pengelompokan Sistem Koloid

No Nama Koloid
Medium
Pendispersi
Fase
terdispersi
Contoh
1 Buih atau busa Cair Gas Buih sabun
2 Buih / busa padat Padat Gas Batu apung
3 Aerosol cair Gas Cair Kabut, awan
4 Aerosol padat Gas Padat Asap, debu
5 Emulsi cair Cair Cair Susu, santan
6 Emulsi padat Padat Cair Keju, mentega
7 Sol (gel) Cair Padat Sol belerang
8 Sol padat Padat Padat Kaca berwarna




1.4.2. Sifat-sifat Koloid
1. Efek Tyndall
Efek Tyndall adalah peristiwa penghamburan cahaya oleh partikel koloid.
Peristiwa ini pertama kali dikemukakan oleh J hon Tyndall, yang mengatakan
bahwa apabila cahaya putih dilewatkan kedalam dispersi koloid yang partikel-
partikel fase terdispersinya sangat kecil maka cahaya dengan panjang gelombang
lebih pendek dari spektrum cahaya tampak akan dihamburkan lebih banyak oleh
partikel koloidnya.
Dapat disimpulkan bahwa efek Tyndall terjadi karena partikel koloid yang
berupa molekul atau ion dengan ukuran cukup besar akan menghamburkan cahaya
yang diterimanya kesegala arah, meskipun partikel koloidnya tidak tampak.
Namun, pada larutan sejati efek Tyndall ini tidak terjadi karena ukuran
partikelnya terlalu kecil untuk menghamburkan cahaya.
2. Gerak Brown
Gerak Brown adalah gerak acak partikel koloid dalam medium
pendispersinya. Gerak Brown terjadi karena adanya tumbukan yang tidak
seimbang antara partikel- partikel koloid dengan medium pendispersi secara terus
menerus.
Gerak Brown pada sistem koloid menyebabkan partikel-partikel koloid
tersebar merata dalam medium pendispersinya dan tidak memisah meskipun
didiamkan. Contoh, apabila kita mendiamkan susu untuk beberapa lama, kita
tidak akan mendapat endapan. Hal ini disebabkan adanya gerak terus- menerus
secara acak yang dilakukan oleh partikel- partikel koloid. Gerak acak inilah yang
disebut Gerak Brown.
3. Muatan Listrik Pada Partikel Koloid
a. Elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel-partikel koloid dibawa pengaruh
medan listrik. Peristiwa bergeraknya partikel-partikel koloid kesalah satu
elektrode menunjukkan bahwa partikel- partikel koloid bermuatan listrik.


b. Adsorpsi dan Kestabilan Koloid
Adsorpsi adalah proses penyerapan suatu zat di permukaan zat lain. Zat
diserap disebut fase terserap dan zat yang menyerap disebut adsorben. Peristiwa
adsorpsi terjadi karena gaya tarik molekul, atom, atau ion- ion pada permukaan
adsorben. Beberapa partikel koloid mempunyai sifat adsorpsi terhadap partikel
atau ion atau senyawa.
c. Koagulasi
Koagulasi adalah peritiwa pengendapan partikel- partikel koloid sehingga
fase terdispersi terpisah dari medium pendispersinya. Koagulasi disebabkan oleh
hilangnya kestabilan untuk mempertahankan partikel- partikel agar tetap tersebar
didalam medium pendispersinya. Hilangnya kestabilan koloid ini karena adanya
penetralan muatan partikel koloid yang menyebabkan penggabungan partikel-
partikel koloid menjadi suatu agregat yang lebih besar. Penggabungan ini terjadi
karena adanya gaya kohesi antar partikel koloid.
d. Koloid Pelindung
Koloid pelindung adalah koloid yang bersifat melindungi koloid lain agar
tidak mengalami koagulasi. Koloid pelindung bekerja dengan membentuk lapisan
di sekeliling partikel koloid yang lain. Lapisan ini melindungi muatan koloid
tersebut sehingga partikel koloid tidak mudah mengendap atau terpisah dari
mediumnya.
e. Dialisis
Kestabilan suatu koloid dapat dipertahankan dengan menambahkan sedikit
elektrolit dengan konsentrasi yang tepat kedalam koloid tersebut. Bila konsentrasi
elektrolit tidak tepat, justru akan terbentuk ion- ion yang mengganggu kestabilan
koloid. Untuk mencegah adanya ion- ion pengganggu ini ditempuh cara dialisis
dengan menggunakan dialisator.
f. Koloid Liofil dan Liofob
Koloif liofil adalah koloid yang fase terdispersinya dapat menarik medium
pendispersi yang berupa cairan. Apabila medium pendispersinya air, maka
dinamakan hidrofil.
Koloid liofob adalah koloid yang fase terdispersinya tidak dapat mengikat
atau menarik medium pendispersinya. Bila medium pendispersinya air disebut
hidrofob.
1.4.3. Pengolahan air bersih
Pengolahan air bersih didasarkan pada sifat-sifat koloid, yaitu koagulasi
dan adsorpsi. Air sungai atau air sumur yang keruh mengandung lumpur koloidal
dan kemungkinan juga mengandung zat-zat warna, zat pencemar seperti limbah
detergen dan pestisida. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pengolahan air adalah
tawas (aluminium sulfat), pasir, klorin atau kaporit, kapur tohor, karbon aktif dan
ijuk. Tawas berguna untuk menggumpalkan lumpur koloidal, sehingga lebih
mudah disaring. Tawas juga membentuk koloidal Al(OH)
3
yang dapat
mengadsorpsi zat-zat warna atau zat-zat pencemar seperti detergen dan pestisida.
Apabila tingkat kekeruhan air yang diolah terlalu tinggi, maka selain tawas
digunakan karbon aktif. Pasir berfungsi sebagai penyaring. Klorin atau kaporit
berfungsi sebagai pembasmi hama(desinfektan), sedangkan kapur tohor berguna
untuk menaikkan pH, yaitu menetralkan keasaman yang terjadi karena
penggunaan tawas. Urutan proses pengolahan air adalah koagulasi/penggumpalan
partikel-partikel koloid, desinfeksi dan proses penyaringan.
2.5. Kerangka Konseptual
Salah satu tujuan pembelajaran kimia di SMA adalah siswa dapat
memahami konsep-konsep kimia dan keterkaitannya serta penerapannya untuk
menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan teknologi. Materi
koloid sangat sarat dengan konsep teoritik dan konsep-konsepnya berhubungan
erat dengan kehidupan, seperti pemanfaatan konsep adsorpsi dan koagulasi pada
proses penjernihan air. Didalam materi koloid sebagian besar konsep-konsepnya
bersifat abstrak contohnya perbedaan antara larutan, koloid dan suspensi, proses
efek tyndall, gerak brown, koagulasi dan lain sebagainya, maka diperlukan
pemanfaatan media seperti Macromedia Flash.yang dapat menggambarkan
dengan jelas materi koloid tersebut. Pemanfaatan Macromedia Flash ini dapat
membantu pencapaian tujuan pembelajaran kimia dan meningkatkan minat belajar
khususnya pada materi koloid. Selain pemanfaatan media, penggunaan model
juga dapat membantu tujuan pembelajaran kimia seperti yang sudah diutarakan
diatas. Project Based Learning mengarahkan siswa untuk aktif dalam
pembelajaran, kerja sama, mengangkat masalah nyata dalam kehidupan siswa,
melatih siswa dalam berpikir kritis dan kreatif, meningkatkan pemahaman
terhadap materi yang diajarkan serta memberi pengalaman nyata terhadap siswa.
Project Based Learning sangat cocok dipadukan dengan materi koloid.
Berdasarkan kegiatan pembelajaran dalam silabus, materi koloid menuntut siswa
untuk aktif dan bekerja sama dengan berbagai percobaan seperti percobaan
pengelompokan berbagai sistem koloid, percobaan sifat-sifat koloid secara
kelompok dan percobaan pembuatan koloid. Selain itu materi koloid juga sangat
berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga banyak peluang untuk mengajak
siswa berpikir kritis dan kreatif mengenai masalah nyata yang akan diangkat
dalam Project Based Learning . Keterampilan generik yang diperoleh dari proses
pembelajaran yang menggunakan Project Based Learning adalah memberikan
siswa pengalaman belajar dalam membangun pengetahuannya sendiri dilakukan
dengan tanggung jawab untuk mencari penyelesaian masalah , mengadakan
penelitian, mengumpulkan data, memilih informasi dan menggabungkan
informasi baru yang didapat dengan informasi sebelumnya. Hal ini diperkuat dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa dengan Project Based
Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Materi koloid yang sarat dengan konsep teoritik dan konsep-konsepnya
berhubungan erat dengan kehidupan, diharapkan dengan penggunaan model
Project Based Learning dengan Macromedia Flash akan dapat memberi suatu
pengalaman belajar dengan penyajian pembelajaran yang lebih jelas,
meningkatkan aktifitas dan minat belajar, langsung berhubungan dengan
kehidupan nyata siswa, mengembangkan berbagai keahlian sosial dihubungkan
dengan pekerjaan kelompok, meningkatkan internalisasi konsep, nilai dan cara-
cara berpikir dalam menyelesaikan masalah, memberi dukungan siswa, memberi
siswa tanggung jawab sepenuhnya untuk belajar sehingga dapat meningkatkan
hasil belajarnya.

2.6. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada pengaruh model project based learning dengan menggunakan
macromedia flash terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa pada
pokok bahasan sistem koloid
Ha : Ada pengaruh model project based learning dengan menggunakan
macromedia flash terhadap peningkatan hasil belajar kimia siswa pada
pokok bahasan sistem koloid
Hipotesis untuk penelitian ini adalah :
Ho :
1

2
Ha :
1
>
2
Keterangan :

1
:Rata-rata peningkatan hasil belajar (Gain) kimia siswa yang diberi
perlakuan pembelajaran dengan model project based learning
menggunakan macromedia flash

2
:Rata-rata peningkatan hasil belajar (Gain) kimia siswa yang diberi
perlakuan pembelajaran hanya dengan menggunakan macromedia flash

Anda mungkin juga menyukai