Anda di halaman 1dari 12

Bang ini salwa ambil dr makalah kelompok kami.

Kalo ad sumber lain lebih


bagus silahkan ya bang. Oh ya bang nulisnya jangan timbal balik ya bang.
Trims.
Untuk model abang ikutin sarip aja ya bang y udah dibuatnya.
Jd untuk setiap model itu harus ada :
1. Ruang lingkup belajarnya
2. Teori belajar yang mendukungnya
3. Sintaksnya
4. Tujuan hasil belajar yang dicapai

2.1 Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


A. Konsep Pembelajaran Berbasis Proyek
Pembelajaran Berbasis Proyek (PjBL) dapat merupakan pendekatan,
strategi, atau metode pembelajaran yang berpusat pada siswa, bersifat antar
disiplin ilmu (integrasi mata pelajaran), dan berjangka panjang.
Menurut Sani (2014), Pembelajaran Berbasis Proyek didefinisikan sebagai
sebuah pembelajaran dengan aktivitas jangka panjang yang melibatkan siswa
dalam merancang, membuat, dan menapilkan produk untuk mengatasi
permasalahn dunia nyata. Sedangkan menurut Kosasih (2014), Pembelajaran
Berbasis Proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai tujuannya. Pembelajaran Berbasis Proyek memfokuskan pada aktivitas
siswa yang berupa pengumpulan informasi dan pemanfaatannya untuk
menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan siswa itu sendiri ataupun
bagi orang lain, namun tetap terkait dengan KD dalam kurikulum.
Model pembelajaran berbasis proyek merupakan pemelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai
kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan (Hosnan, 2014). Penekanan
pembelajaran terletak pada aktivitas peserta didik untuk memecahkan masalah
dengan menerapkan keterampilan meneliti, mengenalisis, membuat, sampai
dengan mempresentasikan produk pembelajaran berdasarkan pengalaman nyata.
Pembelajaran ini memperkenankan peserta didik untuk bekerja secara mandiri

1
maupun berkelompok dalam mengkonstruksikan produk autentik yang bersumber
dari masalah nyata dalam kehidupan sehari hari.
Pengertian model pembelajaran berbasis proyek yang dikemukakan
beberapa ahli dalam Hosnan (2014) diantaranya.
1 Menurut B. Barron, project based learning atau pembelajaran berbasis
proyek adalah pendekatan cara pembelajaran secara konstruktif untuk
pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata dan relevan bagi
kehidupannya.
2 Menurut Boud dan Felleti, project based learning atau pembelajaran
berbasis proyek adalah cara yang konstruktif dalam pembelajaran
menggunakan permasalahan sebagai stimulus dan berfokus kepada
aktifitas pelajar.
3 Menurut Buck Institute for Education, pembelajaran berbasis proyek
adalah suatu metode pembelajaran sistematis yang melibatkan siswa dalam
belajar ilmu pengetahuan dan keterampilan melalui preoses penyelidikan
terhadap masalah-masalah nyata dan pembuatan berbagai karya atau tugas
yang dirancang secara hati-hati.
Perbedaan utama antara PjBL dan PBL adalah produk yang harus dibuat
dan ditampilkan oleh siswa dalam PjBL. Pembelajaran Berbasis Proyek
merupakan strategi belajar mengajr yang melibatkan siswa untuk mengerjakan
sebuah proyek yang bermanfaat untuk menyelesaikan permasalahn masyarakat
atau lingkungan. Permasalahn yang dikaji merupakan permasalahan yang komples
dan membutuhkan penguasaan berbagai konsep atau materi pelajaran dalam upaya
penyelesaiannya. Pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk mengembangkan
kreativitasnya dalam merancang dan membuat proyek yang dapat dimanfaatkan
untuk mengatasi permasalahan.
Pembelajaran Berbasis Proyek didasarkan pada teori konstruktivisme dan
merupakan pembelajaran siswa aktif. Proses pembelaharan melalui PjBL
memungkinkan guru untuk belajar dari siswa dan belajar bersama siswa.
Pembelajaran Berbasis Proyek juga dapat digunakan sebagai sebuah metode

2
belajar untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam membuat perencanaan,
berkomunikasi, menyelesaikan masalah dan membuat keputusan.
Beberapa karakteristik PjBL yakni sebagai berikut:
1. Fokus pada permasalahan untuk penguasan konsep penting dalam
pembelajaran.
2. Pembuatan proyek melibatkan siswa dalam melakukan investigasi
knstruktivis.
3. Proyek harus realistis.
4. Proyek direncanakan oleh siswa.
Sedangkan menurut Stripling, dkk dalam Sani (2014), karakteristik PjBL
yang efektif adalah:
1. Mengarahkan siswa untuk menginvestigasi ide dan pertanyaan penting;
2. Merupakan proses inkuiri;
3. Terkait dengan kebutuhan dan minat siswa;
4. Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi
secara mandiri;
5. Menggunakan keterampilan berpikit kreatif, kritis, dan mencari informasi
untuk melakukan investigasi, menarik kesimpulan dan menghasilkan
produk.
Pembelajaran berbasis proyek dalam implementasinya, siswa dituntut
mengembangkan sendiri investigasi mereka bersama rekan kelompok maupun
secara individual, sehingga siswa secara otomatis akan mengembangkan pula
kemampuan riset mereka. Siswa secara aktif terlibat dalam proses pendefenisian
masalah, pemecahan masalah, pengambilan keputusan dan aktivitas investigatif
lainnya. Mereka didorong untuk memunculkan ide ide serta solusi yang realistis.
Project Based Learning merupakan hasil adaptasi dari model Problem
Based Learning. Perbedaannya terletak pada objek, jika dalam problem based
learning pembelajar lebih didorong dalam kegiatan yang memerlukan perumusan
masalah, pengumpulan data, dan analisis data, maka dalam project based learning
pembelajar lebih didorong pada kegiatan desain: merumuskan tindakan,
merancang tindakan, mengkalkulasi kemungkinan tiap tindakan, melaksanakan
pekerjaan/tindakan, dan mengevaluasi hasil. Model pembelajaran ini dipelopori
oleh John Dewey. John Dewey telah mengemukakan bahwa belajar bergantung

3
pada pengalaman, minat siswa, dan topik yang terintegrasi/saling terkait satu
sama lain. Oleh karena itu belajar harus bersifat aktif, melibatkan siswa secara
langsung, dan pembelajaran yang berpusat pada siswa (Waras Khamdi, 2007).
Yance (2013) menyatakan dalam jurnalnya pembelajaran berbasis proyek
sangat cocok dilaksanakan dalam pembelajaran fisika karena melalui proyek ini
siswa mampu terlibat secara mental dan fisik, termasuk kecakapan sosial dengan
mengkonstruksikan pengetahuan berdasarkan pengalaman sendiri melalui
tindakan dalam proyek. Siswa dituntut untuk dapat berbagi informasi dan
menghargai orang lain, serta kerja sama dalam kelompok, dengan demikian siswa
dapat termotivasi dan aktif selama proses pembelajaran.
Thomas menyatakan ada 5 prinsip pembelajaran berbasis proyek, prinsip
tersebut antara lain:
1 Keterpusatan ( centrality). Proyek dalam pembelajaran berbasis proyek
adalah pusat atau inti kurikulum, bukan pelengkap kurikulum didalam
pembelajaran proyek. Model ini merupakan pusat strategi pembelajaran,
dimana siswa belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja
proyek. Oleh karna itu, kerja proyek bukan merupakan praktik tambahan
dan aplikasi praktis dari konsep yang sedang dipelajari, melainkan menjadi
sentral kegiatan pembelajaran dikelas.
2 Berfokus pada pertanyaan atau masalah. Proyek dalam PjBL adalah
berfokus pada pertanyaan atau masalah, yang mendorong pelajar
menjalani (dalam kerja keras ) konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti atau
pokok dari disiplin.
3 Investigasi konstruktif atau desain. Proyek melibatkan pelajaran dalam
investigasi konstruktif dapat berupa desain, pengambilan keputusan,
penemuan masalah, pemecahan masalah, akan tetapi aktivitas inti dari
proyek ini harus meliputi transformasi dan kontruksi pengetahuan.
4 Bersifat otonomi pembelajaran. Lebih mengutamakan otonomi, pilihan
waktu kerja dan tanggung jawab pelajaran terhadap proyek.
5 Bersifat realisme. Pembelajaran berbasis proyek melibatkan tantangan
kehidupan nyata, berfokus pada pertanyaan atau masalah autentik bukan

4
simulatif dan pemecahannya berpotensi untuk diterapkan dilapangan yang
sesungguhnya (Hosnan, 2014:323-324).
Karakteristik pembelajaran berbasis proyek pengalaman yang lebih
menarik dan bermakna bagi siswa. Menurut Buck Institute for Education,
pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik sebagai berikut :
a Siswa mengambul keputusan sendiri dalam kerangka kerja yang telah
ditentukan bersama sebelumnya.
b Siswa berusaha memecahkan sebuah masalah atau tantangan yang tidak
memiliki satu jawaban pasti.
c Siswa ikut merancang proses yang akan ditempuh dalam mencari solusi.
d Siswa bertanggung jawab mencari dan mengelola sendiri informasi yang
mereka kumpulkan.
e Pakar pakar yang berkaitan dengan proyek yang dijalankan sering
diundang menjadi guru tamu dalam sesi sesi tertentu untuk memberi
pencerahan kepada siswa.
f Evaluasi dilakukan secara terus menerus selama proyek berlangsung.
g Produk akhir proyek di presentasikan di depan umum, namun bisa juga di
depan dewan guru, orang tua dan dievaluasi kualitasnya.
h Di dalam kelas dikembangkan suasana penuh toleransi terhadap kesalahan
dan perubahan, serta mendorong bermunculannya umpan balik serta revisi
(Hosnan, 2014:322).

5
Hosnan (2014) dalam bukunya menyebutkan sintaks pembelajaran
berbasis proyek yaitu seperti pada tabel 2.1
Tabel Sintaks Pembelajaran Berbasis Proyek
Fase-Fase Aktivitas Guru/Siswa
Fase Pertama Siswa menentukan tema/topik proyek berdasarkan
Menentukan Proyek tugas proyek yang diberikan guru.
Fase Kedua Siswa merancang langkah langkah kegiatan
Merancang Langkah Langkah penyelesaian proyek dari awal sampai akhir beserta
pengelolaannya.
Fase Ketiga Guru mendampingi peserta didik untuk melakukan
Menyusun Jadwal Pelaksanaan penjadwalan yang telah dirancang.
Proyek
Fase Keempat Siswa melakukan pengerjaan proyek yang telah
Penyelesaian Proyek dirancang. Guru memonitoring aktivitas siswa
Fase Kelima Siswa menganalisis data proyek. Guru
Penyusunan Laporan memfasilitasi siswa dalam menyusun laporan.
Fase Keenam Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap
Evaluasi Proses dan Hasil Proyek aktivitas dan hasil tugas proyek

Pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek dapat memberi peluang pada


peserta didik untuk bekerja mengkonstruk tugas yang diberikan guru yang pada
puncaknya dapat menghasilkan karya peserta didik. Manfaat pembelajaran
berbasis proyek antara lain :
1 Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran.
2 Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah.
3 membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah yang
kompleks dengan hasil produk nyata.
4 Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam
mengelola sumber/bahan/alat untuk menyelesaikan tugas.
5 Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat
kolaboratif (Hosnan, 2014:325).

2.2 Model Pembelajaran Siklus Belajar (Learning Cycle)


Model siklus belajar merujuk pada teori Piaget, untuk pertama kali
dikembangkan dalam program pendidikan sains dan SCIS (Science Improvement

6
Study) USA pada tahun 1970. Semula model belajar ini terdiri dari tiga fase secara
berurutan adalah : fase eksplorasi (exploration), fase invention, dan fase
discovery.
Pada perkembangan selanjutnya, fase-fase pembelajaran ini dinamai
menjadi fase : fase I exploration (explorasi), fase II concept introduction
(pengenalan konsep), dan fase III concept application (aplikasi konsep). Sejalan
dengan pendapat para ahli di atas Glasson & Lalik dalam (Rustam, dkk. 2004)
yang lebih cenderung pada konstrutivisme sosial, menamai fase I eksplorasi, fase
II klarifikasi dan fase III elaborasi. Pakar lain Ramsey dalam (Rustam, dkk. 2004)
membagi model siklus belajar menjadi 3 fase, dimana pada setiap fase
memberikan pengalaman nyata yang dapat mengembangkan konsep mereka,
yaitu: eksplorasi, pengenalan konsep, dan aplikasi konsep. Secara sederhana
model ini disebut Do-Talk-Do
Model siklus belajar di atas sangat memberi tantangan pada siswa karena
menekankan pada proses berpikir dan memecahkan masalah (problem solving),
daripada ingatan dan peroleh test (test taking). Cohen & Poppino dalam (Rustam,
dkk. 2004) meyatakan bahwa Model siklus belajar juga memberi kesempatan
pada siswa untuk mendapatkan pengalaman dan memecahkan masalah nyata
sebagai sarana untuk memahami konsep yang abstrak.
Karakteristik kegiatan belajar untuk masing-masing fase siklus belajar
mencerminkan pengalaman belajar yang dilakukan siswa dalam mengkonstruksi
konsep mereka.Siklus belajar juga memberikan format yang bisa diterima atau
digunakan (adaptable) untuk beragam konteks pengajaran dan untuk berbagai
jenjang pendidikan mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga perguruan
tinggi.Siklus belajar ini juga menekankan pada pemberian pengalaman konkrit
bagi siswa agar memperoleh pemahaman, pengembangan dan transfer konsep-
konsep sains.
Karplus dalam (Rustam, dkk. 2004) menyatakan bahwa dalam siklus
belajar terjadi interaksi antara konsepsi siswa dan konsepsi guru dengan
memberikan aktivitas kepada siswa yang seluas-luasnya berupa physical
experiences dan social transmission. Selanjutnya Ramsey dalam (Rustam, dkk.

7
2004) menyatakan berdasarkan pengalaman tersebut siswa mencoba menemukan
keterhubungan (relationship) dari prinsip-prinsip yang melibatkan beberapa
konsep.
Adapun kegiatan pembelajaran pada masing-masing fase dalam model
siklus belajar akan dijelaskan di bawah ini :
a. Fase Eksplorasi
Pada fase ini siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan pengetahuan
awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, serta menjelaskan fenomena yang
mereka alami setelah melakukan kegiatan percobaan.Kegiatan percobaan pada
fase ini dimaksudkan untuk memperoleh pengalaman konkrit dimana siswa
mengobservasi dan menemukan konsep-konsep penting yang saling berhubungan
dan mempengaruhi.Siswa menggunakan benda-benda sebagai kegiatan percobaan
secara perorangan atau perkelompok yang kemudian didiskusikan dalam
kelompok yang lebih besar yaitu kelas.fase ini dimaksudkan untuk menggali
konsepsi awal siswa, dimana guru berperan secara tidak langsung. Guru
merupakan pengamat yang telah siap dengan berbagai pertanyaan guna membantu
siswa (individu atau kelompok). Pada fase ini bantuan guru sangat minim.Tujuan
utama fase ini adalah untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan sains. Siswa aktif melakukan
kegiatan yang dapat melatih keterampilan proses, seperti mencatat,
mengkomunikasikan, menafsirkan dan sebagainya.
b. Fase Pengenalan Konsep
Fase ini merupakan tahap dimana guru mengumpulkan informasi dari para
siswa berkaitan dengan pengalaman mereka dalam tahap eksplorasi.Pada tahap ini
guru meminta siswa mengungkapkan hasil bacaan (rangkuman) yang telah mereka
lakukan pada tahap eksplorasi.Pada fase ini peranan guru sangat dominan. Guru
membantu siswa dalam mengidentifikasi konsep, prinsip atau hubungan-
hubungan antar konsep setelah mereka memiliki dasar pengalaman dari fase
eksplorasi sebelumnya. Di bagian ini guru juga mengenalkan istilah, preposisi,
dan penjelasan yang lebih membantu siswa memahami pengalaman
konkrit.Pertanyaan-pertanyaan, diskusi kelas, kegiatan percobaan ulang bila perlu

8
dilakukan oleh guru untuk lebih menguatkan pemahaman siswa tentang suatu
konsep.
c. Fase Aplikasi Konsep
Pada fase ini guru menyiapkan situasi yang dapat dipecahkan berdasarkan
pengalaman eksplorasi dan pengenalan konsep.Pada fase ini siswa menggunakan
konsep yang telah dimilikinya untuk menyelidiki atau memecahkan masalah
masalah baru yang berhubungan terputus. Siswa diminta untuk memperlakukan
benda atau fenomena lain melalui kegiatan mengobservasi, memprediksi,
menghipotesis dan menggeneralisasi hasil observasi berdasarkan pengalaman
siswa melalui kegiatan diskusi kelas atau kelompok.
Dari uraian kegiatan guru dan siswa pada fase-fase pembelajaran di atas,
terlihatlah bahwa dalam model pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan
dan kemauan dari seorang guru. Secara lebih rinci bahwa guru harus : a)
memahami dan menguasai materi pelajaran sehingga dapat menjelaskan hubungan
fenomena di lingkungan dengan konsep yang sedang diajarkan; b) terampil
merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan
karakteristik IPA.
Model siklus belajar yang berorientasi pada konstruktivisme di atas sangat
memperhatikan pengalaman dan pengetahuan awal siswa serta bertujuan
meningkatkan pemahaman konsep siswa. Maka dari itu pada setiap fase
pembelajaran, guru dituntut untuk mnciptakan kondisi pembelajaran yang
beranjak dari isu-isu sains yang relevan dengan lingkungan siswa, serta memberi
kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan orang lain dalam
mengemukakan dan mengembangkan pemahamannya tentang fenomena sains.
Berikut ini tahapan-tahapan model siklus belajar yang dijelaskan pada
tabel di bawah ini :
Tabel Model Siklus Belajar (diadaptasi dari Meyer, 1986)

Tahapan siklus Belajar


indikator I II III
Eksplorasi Pengenalan Konsep Aplikasi

9
Mengidentifikasi Membantu siswa Mendukung siswauntuk
konsep yangakan mengembangkan konsep mengujikemampuannya
diajarkan. dengan dalam menerapkan
caramenghubungkan konsep padasituasi yang
konsep baru.
yang diperoleh melalui
Guru Guru eksplorasi. Guru berposisi
berposisisebagai Membimbing siswapada sebagai mentor.
katalis pemahaman
atau fasilitator konsep baru
yangbermakna. Cara
yangdapat dilakukanyakni
dengan mengembangkan
strategibertanya.
Memulai mengenal Mencoba Memperoleh penguatan
materi baruatau memahamikonsep baru padaperkembangan
fenomenabaru dan berdiskusidalam hal struktur mentalyang baru
denganbimbingan yang
Siswa minimal,dimana berkaitan denganfenomena
fenomenayang padatahap eksplorasi
disajikanmenantang
struktur mental siswa

Siklus belajar (Learning Cycle) patut dikembangkan, karena sesuai dengan


teori belajar Piaget, teori belajar yang berbasis konstruktivisme, Piaget
menyatakan bahwa belajar merupakan pengembangan aspek kognitif yang
meliputi : struktur, isi, dan fungsi. Struktur intelektual adalah organisasi-
organisasi mental tingkat tinggi yang dimiliki individu untuk memecahkan
masalah-masalah.Isi adalah perilaku khas individu dalam merespon masalah yang
dihadapi. Sedangkan fungsi merupakan proses perkembangan intelektual yang
mencakup adaptasi dan organisasi. Implementasi LC dalam pembelajaran sesuai
dengan pandangan konstruktivis yaitu :
a. Siswa belajar secara aktif. Siswa mempelajari materi secara bermakna
dengan bekerja dan berpikir, pengetahuan dikonstruksi dari pengalaman
siswa.
b. Informasi baru dikaitkan dengan skema yang telah dimiliki siswa.
Informasi baru yang dimiliki siswa berasal dari interpretasi individu.

10
c. Orientasi pembelajaran adalah investigasi dari penemuan yang merupakan
pemecahan masalah.
Dengan demikian proses pembelajaran bukan lagi sekedar transfer
pengetahuan dari guru ke siswa, seperti dalam falsafah behaviorisme, tetapi
merupakan proses pemerolehan konsep yang berorientasi pada keterlibatan siswa
secara aktif dan langsung. Proses pembelajaran demikian akan lebih bermakna
dan menjadikan skema dalam diri pebelajar menjadi pengetahuan fungsional yang
setiap saat dapat diorganisasi oleh pebelajar untuk menyelesaikan masalah
masalah yang dihadapi.

2.4.2. Fase atau Langkah-Langkah Siklus Belajar Sains

Fase-fase siklus belajar sains (the science learning cycle) dengan penjelasan
fase-fasenya sebagai berikut :
Fase I. Exploration (penyelidikan)
Pada fase ini para siswa belajar melalui keterlibatan dan tindakan-tindakan,
gagasan-gagasan mereka dan hubungan-hubungan dengan materi baru
diperkenalkan dengan bimbingan guru yang minimal agar memungkinkan siswa
menerapkan pengetahuan sebelumnya, mengembangkan minat, menumbuhkan
dan memelihara rasa ingin tahu terhadap materi itu. Materi perlu disusun secara
cermat sehingga sasaran belajar itu menggunakan konsep dan gagasan yang
mendasar. Selama fase ini guru menilai pemahaman para siswa terhadap sasaran
pelajaran. Menurut Bybee bahwa, tugas guru disini tidak boleh memberitahukan
atau menerangkan konsep.
Fase II. Explanation (Pengenalan)
Pada fase ini para siswa kurang terpusat dan ditunjukkan untuk mengembangkan
mental. Tujuan dari fase ini guru membantu para siswa memperkenalkan konsep
sederhana, jelas dan langsung yang berkaitan dengan fase sebelumnya, dengan
berbagai strategi para siswa disini harus terfokus pada pokok penemuan konsep-
konsep yang mendasar secara kooeperatif dibawah bimbingan guru (guru sebagai
fasilitator) mengajukan konsep-konsep itu secara sederhana, jelas dan langsung.

11
Fase III. Expansion (Perluasan)
Pada fase ini para siswa mengembangkan konsep-konsep yang baru dipelajari
untuk diterapkan pada contoh-contoh lain, dipakai sebagai ilustrasi konsep intinya
dapat membantu para siswa mengembangkan gagasan-gagasan mereka dalam
kehidupannya.
Fase IV. Evaluation (Evaluasi)
Pada fase ini ingin mengetahui penjelasan para siswa terhadap siklus
pembelajaran ini. Evaluasi dapat berlangsung setiap fase pembelajaran, untuk
menggiring pemahaman konsep juga perkembangan keterampilan proses.
Evaluasi bukan hanya pada akhir bab. Dari fase-fase yang disebutkan di atas
menurut Carin dan Martin tujuan paedagoginya adalah sama. Untuk jelasnya
seperti pada gambar.

Fase-Fase Siklus Belajar (Learning Cycle 4E)

12

Anda mungkin juga menyukai