Anda di halaman 1dari 8

MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

(PROJECT BASE LEARNING)

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah


Teori dan Model Pembelajaran Ekonomi

DISUSUN OLEH :
Dita Maharani S 1907311
Wedi Pratama 1907154

DOSEN PENGAMPU :
Dr. Sumartini, M.P

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2019
1. Konsep Project Based Learning (PJBL)
Project Based Learning merupakan sebuah model pembelajaran yang sudah banyak
dikembangkan di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Jika diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia, Project Based Learning bermakna sebagai pembelajaran berbasis proyek.
Ada beberapa konsep Project Based Learning Menurut Para Ahli :

1. Menurut NYC Departement of Education (2009:8), model pembelajaran Project Based


Learning merupakan strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun
pengetahuan konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru melalui
berbagai bentuk representasi.

2. Menurut Buck Institute for Education, model pembelajaran Project Based Learning
adalah suatu metode pengajaran sistematis yang melibatkan para siswa dalam
mempelajari pengetahuan dan keterampilan melalui proses yang terstruktur,
pengalaman nyata dan teliti yang dirancang untuk menghasilkan produk (Sutirman,
2013).

3. Menurut Daryanto (2009:407), Project Based Learning merupakan cara belajar yang
memberikan kebebasan berpikir pada siswa yang berkaiatan dengan isi atau bahan
pengajaran dan tujuan yang direncanakan.

4. Menurut Boss dan Kraus, Model Pembelajaran Berbasis Proyek (MPBP) adalah sebuah
model pembelajaran yang menekankan aktivitas siswa dalam memecahkan berbagai
permasalahan yang bersifat open-ended dan mengaplikasi pengetahuan mereka dalam
mengerjakan sebuah proyek untuk menghasilkan sebuah produk otentik tertentu
(Abidin, 2007:167).

5. Project Based Learning adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau
peserta didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat
bahwa masingmasing peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka Project
Based Learning memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali
konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini memungkinkan setiap peserta didik
pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun (The George Lucas Educational
Foundation: 2005).

Berdasarkan pemaparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai inti pembelajaran. Peserta didik menggunakan masalah sebagai
langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan
pengalamannya dalam beraktifitas secara nyata.

2. Teori yang Mendasari Project Based Learning

Berdasarkan pengertian di atas bahwa peserta didik menggunakan masalah dalam


langkah awal membangun pengetahuan baru maka teori yang mendasari PJBL yaitu
Konstruktivisme, dimana teori tersebut menekankan pengetahuan dibangun sendiri oleh siswa
dengan menggunakan pengalaman dan struktur kognitif yang sudah dimiliki. Tokoh-tokoh
teori konstruktivisme yaitu :
Tokoh-tokoh belajar teoti konstriuktivisme
1. Jean Piaget

Piaget yang dikenal sebagai konstruktivis pertama , menegaskan bahwa penekanan


teori kontruktivisme pada proses untuk menemukan teori atau pengetahuan yang dibangun dari
realitas lapangan. Peran guru dalam pembelajaran menurut teori kontruktivisme adalah sebagai
fasilitator atau moderator. Pandangan tentang anak dari kalangan konstruktivistik yang lebih
mutakhir yang dikembangkan dari teori belajar kognitif Piaget menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan dibangun dalam pikiran seorang anak dengan kegiatan asimilasi dan akomodasi
sesuai dengan skemata yang dimilikinya.

2. Vygotsky

Vygotsky menyatakan bahwa perkembangan intelektual individu berhadapan dengan


pengalaman baru dan menantang lalu berusaha untuk memecahkan masalah yang dimunculkan
oleh pengalaman tersebut.

3. Driver dan Bell

Mereka berdua berpendapat bahwa karakteristik teori belajar Konstruktivisme adalah sebagai
berkut:

a. Peserta didik dipandang sebagai pasif, tetapi memiliki tujuan;


b. Keterlibatan peserta didik seoptimal mungkin dalam pembelajaran;
c. Pengetahuan tidak datang dari luar tetapi dikonstruksi oleh peserta didiknya sendiri;
d. Pembelajaran bukan berupa transfer pengetahuan, tetapi melibatkan pengendalian dan
rekaya kondisi dan situasi kelas
e. Kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat sumber yang harus
dikembangkan.
4. Tasker

Teori belajar kontruktivisme Tasker menekankan bahwa ada tiga hal yang harus ada dalam
pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Peran aktif peserta didik dalam mengkonstruksi pengetahuan secara bermakna.


b. Kaitan antar ide-ide baru sangat penting dalam pengkonstuksian
c. Mengaitkan antara informasi yang baru diterima dengan gagasan-gagasan yang
dikembangkan
5. Wheatley

Wheatley mendukung teori belajar kontruktivisme dengan mengajukan 2 (Dua) prinsip


utama dalam pembelajaran, yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif tetapi secara aktif oleh struktur koqnitif
peserta didik;
b. Kognisi berfungsi adaptif dan membantu pengorganisasian pengalaman nyata untuk
dikembangkan dalam proses belajar.
6. Hanbury

Hanbury mengemukakan beberapa aspek berlandaskan teori belajar kontruktivisme ini yang
sebagai berikut:

a. Belajar melalui pengkonstruksian informasi dan ide yang dimiliki


b. Pembelajaran menjadi bermakna apabila peserta didik mengerti;
c. Strategi peserta didik lebih bernilai;
d. Peserta didik berkesempatan untuk diskusi dengan sesamanya.

3. Karakteristik Model Pembelajaran Project Based Learning

Model pembelajaran Project Based Learnin dikembangkan berdasarkan tingkat


perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa sehingga
memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan, kenyamanan, dan
minat belajarnya. Model ini memberikan kesempatan pada siswa untuk menentukan sendiri
proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal merumuskan pertanyaan yang akan dijawab,
memilih topik yang akan diteliti, maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan.
Peran guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman
bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan memastikan siswa tetap
bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.
Model pembelajaran Project Based Learning mempunyai beberapa karakteristik, yaitu
sebagai berikut (Winastaman Gora dan Sunarto, 2010:119):

1. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus


mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.

2. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang outentik dan
siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia nyata.

3. Menekankan pada tanggung jawab siswa, merupakan proses siswa untuk mengakses
informasi untuk menemukan solusi yang sedang dihadapi.

4. Penilaian, penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan hasil


proyek yang dikerjakan siswa.

Sedangkan menurut Stripling, model Project Based Learning memiliki tujuh karakteristik
sebagai berikut (Sani, 2014:173-174):

1. Mengarahkan siswa untuk menginvestifigasi ide dan pertanyaan penting.

2. Merupakan proses inkuiri.

3. Terkait dengan kebutuhan dan minat siswa.

4. Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi secara
mandiri.

5. Menggunakan ketrampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk


melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk.

6. Terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik.

4. Prinsip Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Thomas, pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa prinsip dalam


penerapan-nya, yaitu (Wena, 2011):
1. Sentralistis. Model pembelajaran ini merupakan pusat dari strategi pembelajaran,
karena siswa mempelajari konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek.
Pekerjaan proyek merupakan pusat dari kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh
siswa di kelas.
2. Pertanyaan Penuntun. Pekerjaan proyek yang dilakukan oleh siswa bersumber pada
pertanyaan atau persoalan yang menuntun siswa untuk menemukan konsep mengenai
bidang tertentu. Dalam hal ini aktivitas bekerja menjadi motivasi eksternal yang dapat
membangkitkan motivasi internal pada diri siswa untuk membangun kemandirian
dalam menyelesaikan tugas.
3. Investigasi Konstruktif. Pembelajaran berbasis proyek terjadi proses investigasi yang
dilakukan oleh siswa untuk merumuskan pengetahuan yang dibutuhkan untuk
mengerjakan proyek. Oleh karena itu guru harus dapat merancang strategi
pembelajaran yang mendorong siswa untuk melakukan proses pencarian dan atau
pendalaman konsep pengetahuan dalam rangka menyelesaikan masalah atau proyek
yang dihadapi.
4. Otonomi. Pembelajaran berbasis proyek, siswa diberi kebebasan atau otonomi untuk
menentukan target sendiri dan bertanggung jawab terhadap apa yang dikerjakan. Guru
berperan sebagai motivator dan fasilitator untuk mendukung keberhasilan siswa dalam
belajar.
5. Realistis. Proyek yang dikerjakan oleh siswa merupakan pekerjaan nyata yang sesuai
dengan kenyataan di lapangan kerja atau di masyarakat. Proyek yang dikerjakan bukan
dalam bentuk simulasi atau imitasi, melainkan pekerjaan atau permasalahan yang
benar-benar nyata.
5. Sintaks / Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning

Berikut merupakan sintaks model pembelajaran project based learning :

1. Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question)


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Mengambil topik yang sesuai
dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalamdan topik
yang diangkat relevan untuk para peserta didik.
2. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pengajar dan peserta didik. Peserta didik
diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung penyelesaian proyek.
3. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Pengajar dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: (1) membuat timeline untuk
menyelesaikan proyek, (2) membuat deadline penyelesaian proyek, (3) membawa peserta
didik agar merencanakan cara yang baru, (4) membimbing peserta didik ketika mereka
membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan (5) meminta peserta didik
untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.
4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of
the Project)
Pengajar bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik
selama menyelesaikan proyek. Proses monitoring dapat dilakukan dengan menggunakan
rubrik untuk merekam keseluruhan aktivitas penting.
5. Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu pengajar dalam mengukur ketercapaian standar,
memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,
membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.
6. Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)

Pada akhir proses pembelajaran, pengajar dan peserta didik melakukan refleksi terhadap
aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara
individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk mengungkapkan
perasaan dan pengalamanya selama menyelesaikan proyek. Pengajar dan peserta didik
mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran,
sehingga pada akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran

Contoh Alur Model Project Based Leaarning


6. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Project Based Learning

Menurut Boss dan Kraus, model pembelajaran ini memiliki kelebihan atau keunggulan
sebagai berikut (Abidin, 2007:170):

1. Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan
apapun dalam pelaksanaannya.
2. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara
disiplin.
3. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya.
4. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi
dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam caracara baru.
5. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-
proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu.
Selain keunggulan, model pembelajaran ini juga dinilai memiliki kelemahan-kelemahan
sebagai berikut (Abidin, 2013:171):

1. Memerlukan banyak waktu dan biaya.


2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
3. Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
4. Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.

7. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan di atas bahwa model pembelajaran project based learning atau
sering disingkat dengan PJBL adalah pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan
sebagai inti pembelajaran. Dimana peserta didik menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya
dalam beraktifitas secara nyata. Teori yang mendasari model pembelajaran Project Based
Learning yaitu Konstruktivisme karena peserta didik memulai kegiatan pembelajaran
berdasarkan masalah dan juga pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari. Tokoh-tokoh teori
konsrtuktivisme ada 6 yaitu Jean Piaget, Vygotsky, Driver dan Bell, Tasker, Wheatley dan
Hanbury

Anda mungkin juga menyukai