Anda di halaman 1dari 5

Model Pembelajaran Berbasis Proyek

Source : http://mediafunia.blogspot.com/2013/02/model-pembelajaran-berbasis-proyek.html
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek
dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan
atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan
sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek
dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari
metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar. Model ini sebagai ganti penggunaan suatu
model
pembelajaran
yang
masih
bersifat
teacher-centered
yang
cenderung membuat pebelajar lebih pasif dibandingkan dengan guru. Hal tersebut mengakibatkan
motivasi belajar siswa menjadi rendah sehingga kinerja ilmiah mereka pun menurun.
Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai berikut.
a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based. Model pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya.
Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan
berbagai
subjek
(materi)
dalam
kurikulum.
b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each student can answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta
didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini
memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.
c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world
problems while integrating subjects across the curriculum. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat jembatan yang
menghubungkan antar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan
investigasi
mendalam
tentang
sebuah
topik
dunia
nyata.
d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex
issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan
pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis
informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model
pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada
anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan
praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam

pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant
(2008). Tahapan model pembelajaran berbasis proyek ditunjukkan oleh Gambar

Penjelasan

Gambar

diatas

adalah

sebagai

berikut.

1. Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut
sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya.
2. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar, pelajar akan memperoleh dan
membaca kerangka proyek, dan berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam
menentukan
sub
topik
suatu
proyek.
3. Pelajar bekerja dalam proyek kelompok. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan
diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik. Jika
bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggung jawab
4. Setelah perencanaan proyek, siswa melakukan investigasi terhadap sumber-sumber yang
berkaitan
dengan
proyek
dan
mulai
membuat
sketsa
proyek.
5. Pelajar membuat proyek sesuai sketsa setelah selesai kemudian membuat laporan, presentasi
sebagai hasil dari kegiatannya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok,
teman,
dan
pengajar.
6. Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada
partisipasi
dan
produktivitasnya
dalam
pengerjaan
proyek.
Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu: (1)
menetapkan tema proyek, (2) menetapkan konteks belajar, (3) merencanakan aktivitas, (4)
memeroses
aktivitas,
dan
(5)
penerapan
aktivitas
(Santyasa,
2006).
(1) Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut: (a)
memuat gagasan yang penting dan menarik, (b) mendeskripsikan masalah kompleks, (c)

mengutamakan

pemecahan

masalah.

(2) Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
(a) mengutamakan otonomi siswa, (b) melakukan inquiry (c) siswa mampu mengelola waktu secara
efektif dan efesien, (d) siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab
(3)Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek
adalah
mencari
sumber
yang
berkait
dengan
tema
proyek.
(4) Memeroses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: (a)
membuat
sketsa,
(b)
melukiskan
analisa
rancangan
proyek.
(5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan,
adalah: (a) mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) membuat laporan terkait dengan proyek,
dan
(3)
mempresentasikan
proyek
Kelima langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam mengerjakan proyek, siswa dapat
berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang.
Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah
merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa
merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka.
Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan
pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi
sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim
mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan
kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar
pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.
Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah pembelajaran
berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan aktivitas belajar,
melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat
dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek siswa menjadi
terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan kinerja ilmiah siswa,
sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk hasil kinerja siswa
meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.
Pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu wahana yang memaksimalkan aktivitas siswa
dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dan kinerja ilmiah siswa dan membantu
para siswa untuk mengembangkan ketrampilan belajar jangka panjang. Para siswa mengetahui
bahwa mereka adalah mitra penuh dalam lingkungan pelajaran ini dan bertanggung jawab dalam
proses pelajaran. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan keyakinan diri
para siswa, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri. Pembelajaran
berbasis proyek merupakan integrasi dari pembelajaran berbasis sains dan teknologi.
Implikasi tersebut sejalan dengan uraian yang diungkapkan oleh (Sampurno, 2009) yang
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pebelajar serta dapat meningkatkan
kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
mediator. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi
belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) meningkatkan kolaborasi.

Pentingnya kerja kelompok dalam proyek menyebabkan siswa mampu mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi dan kinerja ilmiah siswa, (4) meningkatkan keterampilan
mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.
Ellis (2008) juga memaparkan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan merupakan ajang
kesempatan berdiskusi yang bagus bagi siswa, mengasuh penemuan langsung siswa terhadap
masalah dunia nyata, memberi mereka kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi
mengajar yang efektif. Dalam konteks ini siswa mempunyai pilihan untuk menginvestigasi topiktopik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang
membahas topik yang berbeda, mencari pengetahuan dari berbagai sumber, mengambil keputusan
dan mempresentasikan proyek/hasil diskusi mereka. Selain itu, pemakaian proyek dengan flow
visualisation (gambar alir) yang dikaitkan dengan kinerja ilmiah dapat meningkatkan keterampilan
dan pemahaman siswa tentang proyek yang mereka kerjakan. Jadi dengan menggunakan flow
visualisation dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan
siswa khususnya kinerja ilmiah dalam merancang proyek sebagai refleksi antara teori dan praktek
dalam
pembelajaran.
Pembelajaran berbasis proyek telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah yang memiliki ciri khas
melibatkan para siswa di dalam desain proyek, penyelidikan pemecahan masalah, atau pengalaman
yang memberi perluasan waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonomi. Pembelajaran
berbasis proyek juga dapat menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan baru,
eksplorasi, praktik dan manajemen proyek. Dalam bidang sains, dukungan guru dan penemuan
proyek dapat menyediakan pengalaman pribadi dalam proses penemuan dan pemahaman. Tidak
hanya mengerjakan proyek secara alami dan menguatkan filosofi ilmu pengetahuan, tetapi mereka
juga membantu para siswa untuk membangun koneksi diantara pengalaman kelas mereka,
lingkungan
dan
minat
mereka.
Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Doppelt (2005) yang menyatakan bahwa pembelajaran
berbasis proyek mempunyai nilai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu membimbing
siswa menuju ke riset, rencana, desain, dan mencerminkan ciptaan atau hasil kreasi dari proyek
teknologi dan peran guru seyogyanya membantu peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dari
ilmu
pengetahuan
dan
disiplin
ilmu
lainnya
ke
dalam
proses
desain.
Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan kepada
pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi
sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu: (1)
menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial, (2) dalam
tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang
bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran, (3)
proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas,
karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk
menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
pembentukan masyarakat praktek Grant (2008). Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis
proyek pada siswa tergantung dari rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang
harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini
adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek,
pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi
proyek secara demokratis.
Ref :

Bell, B.F. 2005. Childrens Science, Contructivism and Learning in Science. Tersedia pada:
http://www.gsn.org/web/ontructivism
/whatis.htm.
Doppelt, Y. 2005. Assessment of Project-Based Learning. International Journal of Technology
Education,
Volume16,
Nomor
2.
Tersedia
pada:
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.
Ellis, T. J. dan W. Hafner. 2008. Building A Framework to Support Project-Based Collaborative
Learning Experiences in An Asynchronous Learning Network (ALN). Interdisciplinary Journal of
E-Learning and Learning Objects. Vol.4. Tersedia pada: http://ijklo.org/volume4/IJELLOv4p167190Eliis454.pdf.
Grant, M. M. 2008. Getting A Grip on Project-Based Learning. A Middle School Computer
Technologies
Journal.
Volume
5,
Nomor
1.
Tersedia
pada:
http://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514.pdf.
Purnawan, 2007. Deskripsi Model PBL. Tersedia pada: http://www.kompas.com.html.
Sampurno. 2009. Penerapan Metode Belajar Akif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan
Hasil
Belajar.
Tersedia
pada:
http://www.kompas.com/kompascetak/0506/27/Didaktika.html.
Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS.
Makalah. Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura
Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura.

Anda mungkin juga menyukai