Anda di halaman 1dari 17

Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Dalam Menulis Melalui

Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik Pada Siswa Kelas Iv Sd Negeri 4


Karangbenda Kecamatan Parigi Kabupaten Ciamis Tahun Pelajaran 2008/2009
Contoh PTK
Source : http://yuyumh.blogspot.com/2013/10/peningkatan-aktivitas-dan-hasil-belajar.html
A. Judul
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA
DALAM
MENULIS MELALUI PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN HEURISTIK PADA
SISWA KELAS IV SD NEGERI 4 KARANGBENDA KECAMATAN PARIGI KABUPATEN
CIAMIS TAHUN PELAJARAN 2008/2009
B. Nama Penulis
YUYUM HARYANI, S.Pd
C. Abstrak dan Kata Kunci
Kata Kunci: Menulis, Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa, dan Strategi Pembelajaran Heuristik
Abstrak
Penelitian ini bermula dari adanya kesenjangan yang terjadi dalam pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi yang telah dilakukan guru dan
siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis. Kesenjangan
dimaksud, yakni aktivitas dan hasil belajar siswa di kelas ini, masih jauh dari yang diharapkan.Hal
ini disebabkan oleh penggunaan strategi yang kurang tepat.Untuk mengatasi masalah tersebut,
digunakan strategi pembelajaran heuristik. Adapun pokok masalah yang diajukan dalam penelitian
ini, yaitu: (1) bagaimana langkah-langkah menggunakan strategi pembelajaran heuristik untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia
tentang menulis pengalaman pribadi?, dan (2) apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik
dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi? Prosedur yang akan ditempuh untuk membuktikan
tepat tidaknya solusi tersebut, adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian tersebut, dilaksanakan
dalam dua siklus.Setiap siklusnya menempuh tahapan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Setelah melakukan penelitian ini dapat diambil simpulan bahwa penggunaan strategi
pembelajaran heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis
pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4
Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009. Adanya
peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran,
dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
D. Pendahuluan
a. Latar Belakang Masalah
Upaya meningkatkan kemampuan siswa dalam memenuhi setiap tuntutan pembelajaran mata
pelajaran bahasa Indonesia, khusus pada keterampilan menulis, sangatlah penting. Ada beberapa
alasan yang menjadi dasar pertimbangan seruan ini, tentunya ditujukan kepada guru, antara lain: (1)
setiap siswa memiliki potensi tersendiri untuk melakukan berbagai kegiatan kreatif secara aktif dan
inovatif dalam memenuhi tuntutan pembelajaran menulis; (2) potensi yang berbeda antarsiswa,
menuntut adanya upaya strategis, agar berlangsung proses belajar yang menyenangkan, yang
diharapkan hal ini akan berdampak pada berkembangkannya kemampuan mereka dalam memenuhi
setiap tuntutan pembelajaran menulis; (3) setiap tuntutan dalam pembelajaran menulis menghendaki

kemampuan tertentu, yang satu sama lain memiliki tingkat kesulitan berbeda, dan ini tentunya
memerlukan upaya profesional, agar setiap siswa bisa terlepas dari kesulitannya; dan (4) hasil
pembelajaran menulis menunjukkan sebagian besar siswa kurang mampu mencapai tujuan yang
diinginkan.Kondisi tersebut, terbukti dalam pembelajaran menulis berdasarkan pengalaman yang
paling menarik yang telah diselenggarakan guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda,
mayoritas siswa diketahui kurang mampu memenuhi tuntutan pembelajaran ini, seperti: (1) mampu
menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis
pengalaman pribadi dengan memperhatikan cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif.
Pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, baik secara lisan
maupun tulis. Siswa pada jenjang pendidikan ini, sedikit banyaknya sudah memiliki kemampuan
dasar yang diperolehnya melalui proses pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar. Dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan, tepatnya di BAB V mengenai Standar Kompetensi Lulusan, Pasal 25 Ayat (3)
dijelaskan bahwa Kompetensi lulusan untuk mata pelajaran bahasa (termasuk Bahasa Indonesia)
menekankan pada kemampuan membaca dan menulis yang sesuai dengan jenjang pendidikan.
Penjelasan ini ditujukan kepada setiap guru yang mengampu Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di
SMP, agar mengelola pembelajaran dengan menitikberatkan pada membaca dan menulis, tentunya
dengan tata cara penyajian yang bermakna bagi siswa.
Upaya menuju ke arah itu, telah dan sedang diupayakan, termasuk oleh guru kelas IV SD
Negeri 4 Karangbenda.Tidak sedikit dari upayanya itu, berhasil mencapai tujuan yang
diharapkan.Namun, upaya yang kurang berhasil pun demikian banyak, seperti saat mengantarkan
siswa kelas ini ke tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Tujuan dimaksud, tertulis berikut, siswa (1) mampu menuliskan pokok-pokok pengalaman pribadi
yang terjadi pada suatu hari; dan (2) mampu menulis pengalaman pribadi dengan memperhatikan
cara pengungkapan dan bahasa yang ekspresif (BSNP, 2006: 30).
Kondisi tersebut, dapat diketahui dari hasil unjuk kerja siswa kelas ini. Dari 28 orang siswa di
kelas ini, yang dinyatakan cukup mampu ada 6 orang siswa (17,64%). Sementara itu, selebihnya
dari mereka, yakni 28 orang siswa (82,36%), dinyatakan kurang mampu. Apa yang menjadi faktor
penyebabnya, diduga kuat karena faktor strategi yang digunakan dalam pembelajaran, kurang tepat.
Menurut Asher (2010: 18), Dampak dari penggunaan strategi yang kurang tepat, bukan hanya
proses belajar siswa saja yang akan menjadi kurang bermakna tetapi juga hasil belajarnya pun
kurang mencapai harapan. Sehubungan dengan arti dan pentingnya suatu strategi dalam
pembelajaran, dijelaskan Iskandarwassid dan Sunendar (2010: 40), seperti dikutip berikut.
Strategi adalah sebuah prosedur untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam
pengajaran bahasa, strategi digunakan untuk menyatakan kerangka yang menyeluruh tentang proses
pembelajaran. Proses itu tersusun dalam rangkaian kegiatan yang sistematis, tumbuh dari strategi
yang digunakan sebagai landasan. Adapun sifat sebuah strategi adalah prosedural.
Dari penjelasan ahli di atas, diperoleh gambaran bahwa suatu strategi yang digunakan akan
dalam pembelajaran akan berdampak sistemik, baik pada cara kerja guru maupun siswa, dan bahkan
pada hasil yang diinginkan sekali pun. Jika strategi yang digunakan itu tepat, paling tidak proses
dan hasil yang diinginkan akan tercapai, meski tidak dalam waktu yang sudah ditentukan, karena
proses tidak berlangsung dalam satu kali melainkan secara berulang, hingga hasil yang dicapai
dinyatakan optimal. Demikian pun dalam proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi,
kerangka pemikiran ini pun berlaku pula. Tidak ada satu pun strategi yang sempurna, kecuali
strategi yang memiliki keunggulan dan kelemahan tertentu pasti adanya. Istilah strategi yang tepat,
seperti dalam pernyataan di atas merujuk pada konteks telah menyebabkan proses dan hasil
mendekati harapan yang diinginkan. Apabila ternyata hal itu tidak terjadi dalam pembelajaran
menulis pengalaman pribadi yang telah diselenggarakan guru mata pelajaran Bahasa Indoensia dan
siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kabupaten Ciamis, hal ini berarti karena strategi yang
digunakan kurang konteks dengan tuntutan. Itu sebabnya, perlu dilakukan rekayasa ulang dengan
menggunakan strategi yang dipandak konteks dengan tuntutan.Salah satu dari strategi yang ada dan

b.
a)

1.
2.
b)
1.
2.
c)

c.
1.
2.
3.
E.
a.
a)

dipandang lebih mengenai sasaran adalah strategi pembelajaran heuristik. Cara kerja strategi ini
akan memperbaiki kinerja guru dan siswa dari yang sebelumnya kurang aktif menjadi aktif karena
masing-masing memiliki peran strategis dalam upaya mencapai tujuan yang diinginkan. Atas dasar
itu pula yang telah mendorong kepada penulis untuk mengadakan penelitian tindakan kelas yang
berfokus pada peningkatan kemampuan siswa dalam menulis pengalaman pribadi dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik.
Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, dan Pemecahan Masalah
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, terdapat permasalahan yang menunjukkan
adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi
yang telah diselenggarakan oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda.Permasalahan
dimaksud sebagai berikut.
Langkah-langkah belajar siswa ketika sedang mempelajari materi ajaran menulis pengalaman
pribadi, kurang tepat, sebagai dampak dari salah satu komponen penting dalam pembelajaran
kurang menunjang, yaitu penggunaan strategi yang tepat.
Kemampuan sebagian besar siswa di kelas ini, kurang mencapai kriteria ketuntasan minimal yang
telah ditetapkan sekolah untuk mata pelajaran bahasa Indonesia.
Perumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah di atas, pokok masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut.
Bagaimana langkah-langkah meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran
menulis pengalaman pribadi melalui penggunaan strategi pembelajaran heuristik?
Apakah penggunaan strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi?
Pemecahan Masalah
Pada uraian latar belakang masalah di atas, telah disebutkan bahwa untuk mengatasi masalah
yang dihadapi oleh guru dan siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda guna mencapai tujuan yang
diharapkan dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi adalah strategi pembelajaran heuristik.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan melalui penelitian ini, yaitu sebagai berikut.
Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi melalui
penggunaan strategi pembelajaran heuristik.
Untuk mendapatkan strategi yang tepat guna meningkatkan meningkatkan aktivitas dan hasil
belajar siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa
Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang tengah berlangsung di kelas IV SD Negeri 4
Karangbenda, khusus dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia sebagai salah satu mata
pelajaran penentu keberhasilan siswa, baik dalam kenaikan kelas maupun kelulusan.
Kajian Teori
Menulis Pengalaman Pribadi
Konsep Menulis Pengalaman
Memulai menulis bagi penulis pemula sebaiknya dimulai dengan pengalaman sendiri atau
setidaknya menulis hal-hal ying diketahui. Menulis pengalaman maksudnya menulis apa yang
dialami, dirasakan, dikerjakan dalam berbagai kegiatan atau aktivitas di mana saja kita berada
(Hasnun, 2006: 191).
Apa sajakah yang dapat ditulis dalam pengalaman? Banyak.Pengalaman di rumah,
pengalaman bergaul dengan teman yang keras kepala, pengalaman menunggu bus di terminal,
pengalaman di atas pesawat, dan sebagainya. Lalu, pengalaman yang bagaimana yang akan ditulis?
Yang namanya pengalaman pastilah bervariasi.Pengalaman si Ahmad, tentu berbeda dengan
pengalaman si Badu.Apa yang si Badu rasakan tentu berbeda pula dengan apa yang Ahmad rasakan.
Semua kejadian ini sifatnya khas dan tidak sama untuk setiap orang.

b)

1.
2.
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
b.
a)

Oleh karena itu, penting ditekankan di sini bahwa pengalaman yang dimaksud bukan saja
pengalaman yang menyenangkan dan membahagiakan, melainkan juga pengalaman yang
menyedihkan dan mengharukan.Semua itu tetap bagus untuk ditulis.
Jadi, menulis pengalaman tidaklah sebatas pada menulis pengalaman-pengalaman yang
menyenangkan atau membahagiakan saja.Oleh sebab itu, memaparkan pengalaman dalam bentuk
tulisan harus disertai dengan kejujuran. Pengalaman yang ditulis itu bukan saja kelak dapat
bermanfaat untuk diri penulis, tetapi pembaca yang lain akan memetik manfaatnya. Bukankah
pengalaman adalah guru yang baik?
Pengalaman yang menarik dan mengesankan dapat dijadikan tulisan yang berbentuk puisi,
cerpen, artikel, ataupun novel. Masing-masing tulisan ini memiliki gaya dan pola penuturan yang
berbeda.
Cara pengalaman pribadi ditulis dalam cerpen atau novel melalui tokoh cerita.Atau bisa
melalui tokoh aku.Apabila pengalaman diungkapkan melalui puisi melalui pemilihan dan
penempatan kata-kata.Tentunya kata yang dipergunakan dalam cerpen berbeda dengan kata yang
dipergunakan dalam puisi.
Menulis pengalaman dalam bentuk puisi atau cerpen kadang terasa lebih sukar bila
dibandingkan dengan pengalaman biasa yang uraiannya bersifat deskriptif. Artinya,
menggambarkan apa yang dialami. Namun yang perlu diperhatikan bahasa yang dipergunakan
dengan pengolahan atau menggambarkan situasi perlu kejelian dan kecermatan sehingga menarik
untuk dibaca.
Misalnya pengalaman bergaul dengan seorang seniman besar yang sudah berskala
nasional.Selama beberapa hari kita berkesempatan mengikuti hidup kesehariannya.Maka untuk
menggambarkan bagaimana pengalaman itu, kita harus menyampaikan segala hal yang kita
lihat.Mulai dari caranya dia berbicara, mengeluarkan pendapat, dan hal-hal lain yang kita jumpai.
Pengalaman berada di sebuah desa terpencil, pengalaman menjadi ketua atau pengurus OSIS
di sekolah, pengalaman selama berada di tempat wisata, atau pengalaman berkunjung di kebun
binatang, itu pun merupakan tambang emas inspirasi yang tak akan habis digali.
Langkah-langkah Menulis Pengalaman
Langkah-langkah menulis pengalaman tidaklah jauh berbeda dengan langkah-langkah
penulisan karangan.Sehubungan dengan itu, Hasnun (2006: 193) mengemukakan beberapa langkah
yang harus ditempuh dalam menulis pengalaman, yang intinya dapat dijelaskan sebagai berikut.
Memilah dan menentukan pengalaman yang menarik. Apakah yang dialami dalam perjalanan,
ketika berada di kebun binatang, atau di tempat lain yang dikunjungi.
Menyusun urutan peristiwa dalam bentuk kerangka. Misalnya, pengalaman selama perjalanan dari
Cilacap ke Bandung. Kerangkanya adalah:
mulai berangkat dari Cilacap;
persiapan-persiapan yang dibawa seperlunya;
di dalam bus;
hal-hal yang aneh selama di dalam bus;
panorama alam dalam perjalanan;
di sebuah warung makan;
memasuki kota Bandung.
Strategi Pembelajaran Heuristik
Pengertian Strategi Pembelajaran Heuristik
Peran guru dalam suatu pembelajaran, yaitu membelajarkan siswa supaya terarah pada proses
pencapaian tujuan yang diharapkan. Tujuan dimaksud, yakni siswa: (1) mampu menuliskan pokokpokok pesan yang akan ditulis; dan (2) mampu menulis pesan singkat sesuai dengan konteks.
Membelajarkan siswa supaya terarah pada proses pencapaian tujuan di atas, didasarkan pada
langkah-langkah strategi pembelajaran heuristik. Mengenai tujuan penggunaan strategi ini
dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30) sebagai berikut Strategi pembelajaran
heuristik merupakan strategi untuk menyiasati agar aspek-aspek komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah pada pengaktifan peserta didik untuk mencarai dan menemukan sendiri

fakta, prinsip, dan konsep yang mereka butuhkan.Adapun tugas guru dalam rangka itu, seperti
dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yang dikutip berikut.
Dalam strategi heuristik, pengajar mengarahkan peserta didik pada data-data terpilih, selanjutnya
peserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut. Bila kesimpulan tepat,
tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila kesimpulan salah, pengajar bisa
memberikan data baru sampai peserta didik memperoleh kesimpulan yang tepat.Dalam strategi ini,
pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai peserta didik bisa menemukan sendiri.
Sejalan dengan pendapat ahli di atas dikemukakan Sagala (2009: 71) bahwa Melalui strategi
pembelajaran heuristik bahan atau materi pelajaran diolah oleh siswa.Siswa yang aktif mencari dan
mengolah bahan pelajaran. Guru sebagai fasilitator memberikan dorongan, arahan, dan
bimbingan.Lebih lanjut dikemukakan Sagala (2009: 72), seperti dikutip berikut.
Strategi pembelajaran heuristik dapat digunakan untuk mengajarkan berbagai materi pelajaran
termasuk pemecahan masalah. Dengan strategi pembelajaran heuristik diharapkan siswa bukan
hanya paham dan mampu melakukan suatu pekerjaan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan, akan tetapi juga akan terbentuk sikap-sikap positif, seperti: kritis, kreatif, inovatif,
mandiri, terbuka. Strategi Heuristik terbagai atas diskoveri dan inkuiri.
Agar peran strategis di atas dapat dipenuhi dengan baik, guru perlu lebih dulu menyusun suatu
perencanaan untuk dijadikan pedoman pada saat melaksanakan tugasnya itu.
b) Dasar Pertimbangan Penggunaan Strategi Pembelajaran Heuristik dalam Pembelajaran
Menulis Pesan Singkat
Pembelajaran menulis pesan singkat dengan menggunakan strategi heuristik merupakan satu
bagian penting dalam proses berpikir, maka penekanan pada teknik pengajaran yang membolehkan
pelajar menguasai konsep dalam suatu tulisan adalah wajar dilakukan oleh para guru mata pelajaran
bahasa Indonesia. Justru, penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam maempelajari materi
ajar menulis pesan singkat adalah suatu siasat yang baik dan sesuai. Hal ini kerana penggunaan
strategi tersebut akan membantu pelajar lebih fokus, boleh membuat intepretasi dan lebih mudah
memahami topik yang dipelajari. Pendapat ini selaras dengan pandangan Rahim (2000) yang
mengemukakan sebagai berikut.
Penggunaan peta konsep yang dilihat dapat memudahkan pemikiran pelajar, membantu
mengukuhkan daya ingatan, dan pelajar dapat mengingat fakta-fakta penting yang kemudian
diuraikan dengan baik. Oleh karena itu, penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebagai suatu
cara untuk menyiasai siswa agar lebih kreatif, inspiratif, dan produktif dalam menghasilkan sesuatu
yang diinginkan.
Ada beberapa teori yang mendukung penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebagai
strategi pembelajaran bermakna, yakni teori pembelajaran bermakna Ausubel.Dalam teori ini, ide
dibangun bersama. Ide yang dipelajari melalui cara yang lebih bermakna dapat diasimilasikan ke
dalam struktur kognitif yang sudah ada pada siswa. Struktur kognitif ini merupakan pengetahuan
terdiri atas fakta, konsep, dan generalisasi yang telah dipelajari oleh siswa. Ausubel menekankan
bahwa ide yang dipelajari secara bermakna dapat diingat lebih lama dibanding dengan apa yang
dipelajari secara hafalan.
Selain itu strategi pembelajaran heuristik pun sebagai suatu proses belajar bermakna sangat erat
kaitannya dengan strategi pembelajaran heuristik. Strategi pembelajaran heuristik merupakan
pengembangan dari proses belajar kogninif. Menurut Saud (2008:168) Heuristik adalah proses
membangun atau menyusun penegtahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan
pengalaman. Piaget (dalam Sanjaya, 2005:78) menganggap bahwa Pengetahuan itu terbentuk
bukan hanya dari objek semata, akan tetapi juga dari kemampuan individu sebagai subjek yang
menangkap setiap objek yang diamatinya. Heuristik memandang bahwa pengetahuan itu berasal
dari luar akan tetapi dikonstruksi dari dalam diri sesorang. Karena itu pengetahuan terbentuk oleh
objek yang menjadi bahan pengamatan dan kemampuan subjek untuk menginterpretasi objek
tersebut. Lebih jauh Piaget (dalam Saud, 2008:169) mengatakan hakikat pengetahuan sebagai
berikut.

1.

Pengetahuan bukanlah merupakan gambaran dunia nyata, akan tetapi merupakan konstruksi
kenyataan melalui kegiatan subjek.
2. Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan.
3. Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsepsi seseorang, struktur konsepsi membentuk
pengetahuan bila konsepsi itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman
seseorang.
Strategi heuristik merupakan salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang menyatakan
bahwa dalam proses memperoleh pengetahuan diawali dengan terjadinya konflik kognitif, yang
hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri. Menurut Bell (dalam Saud, 2008:169), Pada akhir
proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak didik melalui pengalamannya dari
hasil interaksi dengan lingkungannya. Sehubungan dengan konflik kognitif, Saud (2008:169)
mengemukakan sebagai berikut.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah dimiliki siswa
dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga diperlukan
perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan. Peristiwa ini akan terjadi
secara berkelanjutan selama siswa menerima pengetahuan baru.
Selain itu diperoleh suatu penjelasan bahwa strategi dari heuristik adalah meaningfullearning.
Menurut Ausubel (dalam Mulyasa, 2003:237), Hanya meaningfullearning -lah yang sesungguhnya
pembelajaran. Lebih lanjut Ausubel (dalam Mulyasa, 2003:237) mengemukakan bahwa,
Pembentukan pengetahuan melibatkan interpretasi kita atas peristiwa tersebut.Sebelum peristiwa
tersebut menjadi pengetahuan kita, dia harus melewati lapisan yang disebut interpretasi.Inilah
yang disebut meaningfullearning. Interpretasi ini adalah suatu proses berpikir yang singkat dan
cepat yang terjadi dalam otak kita.
Interpretasi berada di antara peristiwa yang dilihat dari pemahaman kita tentang peristiwa itu.
Interpretasi ini dipengaruhi oleh pengalaman pada masa lampau, oleh teori, nilai, dan kepercayaan
yang yang dimiliki sebelumnya. Karena itu, seorang ahli ilmu sosial tidak pernah bisa mengatakan
bahwa seseorang punya pengetahuan yang exact tentang sesuatu realitas. Pengetahuan merupakan
bukan satu foto dari suatu peristiwa sosial, tapi seperti sebuah lukisan impresionistik dari seorang
seniman tentang peristiwa tersebut. Pengetahuan bukan merupakan suatu duplikat yang persis
sebagaimana bentuk peristiwa itu sebenarnya, tapi hasil satu interpretasi terhadap peristiwa itu.
Pernyataan, bahwa pengetahuan dikonstruksi (dibangun dalam pikiran) dari hasil interpretasi
atas suatu peristiwa, membawa sebagian orang pada kesimpulan bahwa semua pengetahuan adalah
bersifat subjektif. Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh pola pikir orang tersebut. Sementara itu,
sebagian orang lain namun, yang pasti semua pengetahuan dapat bersifat salah, yaitu kesalahan
yang terjadi karena salah persepsi dan salah interpretasi atas suatu peristiwa.
Menurut Mulyasa (2003:238) Semua pengetahuan dapat salah (tidak selalu benar), karena
hakekat pengetahuan adalah kurang exactitude dan kurang comprehensiveness. Prinsip ini disebut
epistemologicalfallibism. Inilah dasar filsafat dari strategi pembelajaran heuristik.
Pada
puncaknya, siapa pun tidak pernah yakin berapa diikat jarak antara pengetahuan yang dibangun
tentang suatu peristiwa sosial dengan realitas yang sesungguhnya dari peristiwa sosial tersebut.
Pengetahuan adalah hasil dari meaningfulinterpretation (interpretasi penuh makna) terhadap
pengalaman seseorang dengan suatu peristiwa sosial.
Jika penemuan awal dari suatu pengetahuan adalah melalui meaningfulinterpretation, maka
pembelajaran terhadap pengetahuan tersebut pada tingkat selanjutnya seharusnya melibatkan
meaningfulinterpretation. Jadi, tidak ada yang belajar melalui transmisi. Pada dasarnya tidak ada
perbedaan antara penemuan awal sebuah pengetahuan ilmiah tersebut oleh seorang murid dalam
kelas. Persoalan ini memerlukan tindakan interpretasi.
Dengan demikian tidak ada orang yang belajar seperti mengopi satu file komputer dari
floppydisk ke harddisk. Orang selalu belajar dengan cara membuat apa yang dialaminya masuk akal
(makesenses). Seseorang baru dikatakan telah belajar tentang sesuatu ketika sesuatu itu adalah
masuk akal baginya. Pembelajaran adalah proses aktif mengonstruksi (membangun sesuatu dalam
pikiran), atau merangkum saru kerangka konsep. Dengan strategi konstruksi dan pembelajaran

meaningful maka peristiwa-peristiwa yang dialami manusia menjadi masuk akal (makesenses) bagi
diri mereka.
Strategi pembelajaran heuristik memperlihatkan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif
dalam membuat sebuah pengalaman menjadi masuk akal, dan proses ini sangat dipengaruhi oleh
apa yang sudah diketahui orang sebelumnya. Karena itu, dalam setiap kegiatan pembelajaran guru
harus memperoleh, atau sampai pada, persamaan pemahaman dengan peserta didik. Dalam strategi
pembelajaran heuristik, pembelajaran melibatkan negosiasi (pertukaran pikiran) dan interpretasi.
Wacana penyesuaian pikiran ini dapat dilakukan antara murid dengan guru, antara sesama murid.
Karena itu strategi pembelajaran kooperatif (kerjasama) adalah sangat ideal. Dalam strategi
heuristik harus tercipta hubungan kerjasama antara guru dengan murid, dan antara sesama murid.
Strategi pokok dari strategi pembelajaran heuristik adalah strategi pembelajaran heuristik
yang mengajak peserta didik berpikir dan memahami materi pelajaran, bukan sekadar mendengar,
menerima, dan mengingat-ingat. Setiap unsur materi pelajaran darus diiolah dan diinterpretasikan
sedmikan rupa sehingga masuk akal. Pengetahuan baru terbentuk dari sesuatu yang masuk akal.
Sesuatu yang tidak masuk akal tidak akan menempel lama dalam pikiran. Strategi ini berbeda dari
metode menghafal. Dalam metode menghafal, pserta didiknya mendengar dan menerima, kemudian
menginat-ingat materi pelajaran yang diterima tersebut. Kadang-kadang terdapat materi yang
kurang dipahami peserta didik, bukan tidak masuk akal peserta didik. Namun, karena materi
tersebut sudah ada dalam paket pelajaran, dan ada keharusan bagi peserta didik untuk
menghafalnya, maka peserta didik diam saja menerima. Metode ini disebut chalkandtalk. Dalam
metode ini, pihak yang lebih aktif adalah guru.Sementara itu peserta didik lebih bersifat
pasif.Metode ini juga dikenal dengan istilah receptivelearning.Dalam metode ini, pembelajaran
terjadi dalam situasi rutin dan membosankan.Materi pelajaran, meskipun diterima dan dihafal,
namun mudah terlupakan, karena materi tersebut tidak diterima melalui pemahaman yang masuk
akal, tetapi melalui instruksi transmisi.
Dalam strategi meaningfullearning, peserta didik digalakan untuk aktif.Peserta didik adalah
pusat dari kegiatan belajar mengajar. Peserta didik harus dilibatkan dalam tanya jawab yang terarah.
Peserta didik digalakan untuk bertanya dan mencari problemsolving. Peserta didik harus didorong
untuk menaksirkan informasi yang diberikan oleh guru, hingga informasi tersebut dapat diterima
oleh akal sehat mereka. Strategi seperti ini memerlukan pertukaran pikiran, diskusi, dan perdebatan,
dalam rangka mencapai pengertian yang sama atas setiap materi pelajaran. Sehubungan dengan itu,
Mulyasa (2003: 241) mengemukakan sebagai berikut.
Kadang-kadang dalam mencapai pemahaman tersebut, mungkin diperlukan roleplaying,
activeplaying (belajar aktif), interpretation (penafsiran), makesense (masuk akal), negotiation
(pertukaran pikiran), cooperative (kerjasama), dan inquiry (menyelidiki) adalah beberapa kata kunci
dalam strategi pembelajaran heuristik.
Dengan strategi pembelajaran seperti ini, pengetahuan dapat diterima dan tersimpan lebih baik,
karena pengetahuan tersebut masuk otak setelah melalui proses masuk akal. Yang tidak masuk akal
dikesampingkan.Karena tersimpan secara mendalam, meski pernah lupa, pengetahuan tersebut
mudah untuk dipelajari kembali.Lagi pula, karena materi tersebut dipahami dengan baik, maka
materi tersebut sewaktu-waktu dapat digunakan dalam situasi baru yang berlainan dari situasi waktu
belajar mengajar.
Dalam metode activelearning, setiap materi pelajaran yang baru harus dikaitkan dengan
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang ada sebelumnya.Materi pelajaran yang baru
disesuaikan secara aktif dengan pengetahuan yang sudah ada.Karena itulah, dalam strategi
pembelajaran heuristik, kegiatan belajar mengajar harus dimulai dengan hal yang sudah dikenal dan
dipahami peserta didik.Barulah setelah itu guru menambahkan unsur-unsur pelajaran yang baru
yang disesuaikan dengan pengetahuan yang ada tersebut secara aktif.
Agar peserta didik belajar secara aktif, guru perlu menciptakan strategi yang tepat, sedemikian
rupa, sehingga peserta didik mempunyai motivasi yang tinggi untuk belajar. Motivasi yang seperti
ini akan dapat tercipta kalau guru dapat meyakinkan peserta didik akan kegunaan materi pelajaran
bagi kehidupan nyata mereka. Demikian juga, guru harus dapat menciptakan situasi sehingga materi

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.
5.
6.

pelajaran selalu tampak menarik, tidak membosankan. Guru harus punya sensitivitas yang tinggi
untuk segera mengetahui apakah kegiatan pembelajaran sudah membosankan siswa. Jika hal ini
terjadi, guru harus segera mencari metodologi pembelajaran baru yang lebih tepat guna dan tepat
sasaran.
Dari uraian di atas, diperoleh beberapa butir yang perlu selalu diingat guru dalam
mengimplementasikan strategi pembelajaran heuristik sebagai landasan dalam membelajarkan
siswa menulis pesan singkat, yakni sebagai berikut.
Pusat kegiatan belajar mengajar adalah peserta didik yang aktif.
Pembelajaran dimulai dari yang sudah diketahui dan dipahami peserta didik.
Bangkitkan motivasi belajar peserta didik dengan membuat materi pelajaran sebagai hal yang
menarik dan berguna bagi kehidupannya.
Guru harus segera mengenali materi pelajaran dan metode pembelajaran yang membuat peserta
didik bosan. Ini harus segera ditanggulangi.
Dari beberapa pendapat di atas diperoleh butir-butir khusus tentang hakekat pembelajaran
berlandaskan heuristik, sebagaimana dikemukakan Mulyasa (2003:239), yang berikut ini.
Siswa harus selalu aktif selama pembelajaran.
Proses aktif ini tidak terjadi melalui transmisi, tapi melalui interpretasi.
Interpretasi selalu dipengaruhi oleh pengetahuan sebelumnya.
Interpretasi dibangun oleh metode instruksi yang memungkinkan negosiasi pemikiran (bertukar
pikiran), melalui diskusi, tanya jawab, dan sebagainya.
Tanya jawab didorong oleh kegiatan inkuiri (ingin tahu) para siswa. Jadi kalau siswa tidak
bertanya/tidak bicara berarti dia tidak belajar secara optimal.
Kegiatan belajar mengajar tidak hanya merupakan suatu proses pengalihan pengetahuan, tapi juga
pengalihan keterampilan dan kemampuan.

c) Langkah-langkah Konkret Strategi Pembelajaran Heuristik


Adapun sebagai tolok ukur dari langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh oleh guru pada
saat melaksanakan tugasnya membelajarkan siswa berdasarkan ketentuan strategis pembelajaran
heuristik, seperti dikemukakan Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), yakni,
langkah awal pengajar dalam strategi pembelajaran heuristik, yakni mengarahkan peserta didik pada
data-data terpilih. Selanjutnya pserta didik merumuskan kesimpulan berdasarkan data-data tersebut.
Bila kesimpulan tepat, tercapailah tujuan strategi ini dan proses berakhir. Sebaliknya, bila
kesimpulan salah, pengajar bisa memberikan data baru hingga peserta didik memperoleh
kesimpulan yang tepat.Dalam strategi ini, pengajar hanya mengarahkan dan menuntun sampai
peserta didik bisa menemukan sendiri.
Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa strategi pembelajaran heuristik adalah sebuah
strategi yang menyiasati agar aspek-aspek dari komponen-komponen pembentuk sistem
instruksional mengarah kepada pengaktifan siswa, mencari dan menemukan sendiri fakta, prinsip,
dan konsep yang dibutuhkannya. Menurut Iskandarwassid dan Sunendar (2008: 30), Ada beberapa
teknik penyajian yang pararel dengan strategi pembelajaran heuristik, yakni inkuiri (inquiry),
pemecahan masalah (problem solving), eksperimen, penemuan (discovery), teknik nondirektif,
penyajian secara kasus, dan teknik penyajian kerja lapangan.
Ada beberapa langkah konkret yang harus diupayakan guru dalam mengelola proses belajar
siswa bila menggunakan strategi pembelajaran heuristik. Beberapa langkah dimaksud dijelaskan
Mulyasa (2003:243) dalam rangkaian tahapan berikut.
1. Tahap pemanasan-apersepsi selama lebih kurang 5 s.d. 10 menit, dengan langkah-langkah berikut:
(1) pelajaran dimulai dengan hal-hal yang diketahui dan dipahami peserta didik; (2) motivasi
peserta didik dengan bahan ajar yang menarik dan berguna baginya; (3) peserta didik didorong agar
tertraik untuk mengetahui hal-hal yang baru.
2. Tahap eksplorasi selama lebih kurang 25 s.d. 30 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) materi/keterampilan baru diperkenalkan; (2) libatkan siswa secara aktif dalam problemsolving;

3.

4.

5.

1.
2.
3.
4.
F.
a.

b.
c.

d.

e.
a)
b)
c)

(3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara materi ajar yang baru dengan
berbagai aspek kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari metodologi yang paling tepat sehingga
materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan peserta didik.
Tahap konsolidasi pembelajaran, dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) melibatkan peserta
didik secara aktif dalam menafsirkan dan memahami materi ajaran baru; (2) libatkan siswa secara
aktif dalam problem solving; (3) letakkan penekanan pada kaitan struktural, yaitu kaitan antara
materi ajar yang baru dengan berbagai aspek kegiatan/kehidupan di dalam lingkungan; dan (4) cari
metodologi yang paling tepat sehingga materi ajar dapat terproses menjadi bagian dari pengetahuan
peserta didik.
Tahap pembentukan sikap dan perilaku selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah
sebagai berikut: (1) peserta didik didorong untuk menerapkan konsep/pengertian yang dipelajarinya
dalam kehidupan sehari-hari; (2) peserta didik membangun sikap dan perilaku baru dalam
kehidupan sehari-hari berdasarkan pengertian yang dipelajari; dan (3) cari metodologi yang paling
tepat agar terjadi perubahan pada sikap dan perilaku peserta didik.
Tahap penilaian formatif selama lebih kurang 10 menit, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
(1) kembangkan cara-cara untuk menilai hasil pembelajaran peserta didik; (2) gunakan hasil
penilaian tersebut untuk melihat kelemahan atau kekurangan peserta didik dan masalah-masalah
yang dihadapi guru; dan (3) cari metodologi yang paling tepat yang sesuai dengan tujuan yang
ingin dicapai.
Menurut pendapat Rahim (2000), dalam melaksanakan pembelajaran berdasarkan strategi
pembelajaran heuristik ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan guru. Beberapa langkah
dimaksud, sebagai berikut.
Guru mengemukakan pokok bahasan yang akan dipelajari dengan menggunakan peta konsep.
Guru memperkenalkan secara umum bahan pembelajaran dan ide-ide utama dalam topik yang akan
diajarkan. Guru mengajukan pertanyaan untuk mengingatkan siswa dalam rangka membangun
kesadarannya. Siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang sesuai dengan kriteria.
Para siswa dalam kelompoknya diminta menyiapkan peta konsep mengikuti topik yang diberikan
oleh guru. Guru membimbing dan memantau para siswa selama proses menghasilkan peta konsep.
Pemaparan peta konsep yang dihasilkan oleh para siswa dan memberikan penilaian.
Metodologi Penelitian
Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini, yaitu siswa kelas IV SD Negeri 4Karangbenda Tahun Pelajaran
2008/2009, yang berjumlah 28 orang, yang sedang menempuh semester 1 dalam mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat dan waktu penelitian, serta siklus PTK.
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal tahun pelajaran 2008/2009, yaitu bulan
Januarisampai dengan Maret2008. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik
sekolah, karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar
efektif di kelas.
Siklus PTK
PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan aktivitas dan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi
melalui penggunaan strategi kontekstual.
Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Pengumpulan Data
Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa, guru, teman sejawat dan kolabolator.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah tes, observasi, wawancara, dan diskusi.
Instrumen Pengumpulan Data

f.

1.
2.
3.

g.

Alat pengumpul data penelitian ini meliputi lembar tes, lembar observasi, lembar wawancara,
dan lembar diskusi.
Teknik Analisis Data
Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus PTK dianalisis
secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk melihat kecenderungan yang terjadi
dalam kegiatan pembelajaran.
Hasil belajar: dengan menganalisis nilai rata-rata hasil evaluasi pada setiap siklus. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
Aktivitas siswa dalam PBM: dengan menganalisis tingkat keaktifan siswa dalam PBM. Kemudian
dikategorikan dalam klasifikasi tinggi, sedang, dan rendah.
Implementasi pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi
yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, dengan cara menganalisis
tingkat keberhasilan, kemudian dikategorikan dalam klasifikasi berhasil, kurang berhasil, dan tidak
berhasil.
Prosedur Penelitian
Alur penelitian ini menempuh prosedur penelitian tindakan kelas, yang berupa siklus perbaikan
pembelajaran yang dilakukan secara kolaborasi antara guru pelaksana tindakan, teman sejawat dan
kolabolator, serta siswa. Dalam setiap siklusnya, terdapat empat tahapan, antara lain: (1)
perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Penelitian ini akan menempuh tiga
siklus, seperti tampak pada gambar berikut.

G. Hasil Penelitian dan Pembahasan


a. Hasil Penelitian
a) Siklus I
Pelaksanaan pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan
strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, sudah dilaksanakan oleh guru dan siswa kelas IV SD
Negeri 4Karangbenda.Tidak setiap tahapan yang direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru dan
siswa.Namun, cukup membawa perubahan pada aktivitas dan hasil belajar siswa.Berdasarkan
catatan hasil pengamatan yang telah dilakukan teman sejawat, diperoleh gambaran sebagai berikut.
1. Aktivitas belajar siswa masih kurang sesuai dengan tahapan-tahapan belajar yang sudah
direncanakan. Hal ini disebabkan oleh guru belum terbiasa mengelola pembelajaran berdasarkan
pola strategi heuristik. Untuk mengatasi masalah tersebut, guru tidak dapat berbuat banyak.
Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, yakni 9 orang siswa
(32,15%) mendapat nilai 75, dan 18 orang siswa lainnya (67,85%) mendapat nilai 81. Lebih
jelasnya pada pada tabel berikut ini disertakan nilai aktivitas belajar untuk masing-masing siswa.
Tabel 1Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman
Pribadi
pada Siklus I
No
Nama Siswa
Nilai Aktivitas
Belajar
1
2
3
4
5
6
7
8

Subjek 01
Subjek 02
Subjek 03
Subjek 04
Subjek 05
Subjek 06
Subjek 07
Subjek 08

81
75
81
81
81
81
75
81

2.

Subjek 09

81

10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28

75
81
75
81
75
75
75
81
75
81
81
81
81
75
81
81
75
81
75

Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, cukup mencapai nilai kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60. Namun hasil belajar pada siklus I ini
masih dirasa kurang memuaskan. Perolehan nilai terkecil, yaitu 66. Siswa yang mendapat nilai
tersebut ada 8 orang (28,57%). Perolehan nilai tertinggi, yaitu 83, yang diberikan kepada 8 orang
siswa (28,57%). Selain itu, ada 12 orang siswa (42,85%) yang memperoleh nilai 75. Adapun
perolehan nilai hasil belajar masing-masing siswa tersebut, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 2
Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman
Pribadi pada Siklus I
No

Nama Siswa

Subjek 01
Subjek 02

2
3

Subjek 03

Subjek 04

Subjek 05

Subjek 06

Subjek 07

Nilai Hasil Belajar

15
75
83
66
66
83
75

3.

Subjek 08

Subjek 09

10

Subjek 10

11

Subjek 11

12

Subjek 12

13

Subjek 13

14

Subjek 14

15

Subjek 15

16

Subjek 16

17

Subjek 17

18

Subjek 18

19

Subjek 19

20

Subjek 20

21

Subjek 21

22

Subjek 22

23

Subjek 23

24

Subjek 24

25

Subjek 25

26

Subjek 26

27

Subjek 27

28

Subjek 28

75
75
66
83
83
66
83
66
75
75
75
83
66
66
83
75
75
75
66
83
83

Kekurangaktifan sebagian besar siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus I, disebabkan oleh
aktivitas guru dalam membelajarkan mereka. Dengan demikian, guru dinilai kurang mampu
mengelola pembelajaran menulis berdasarkan langkah-langkah strategi pada siklus I. Tidak ada
upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengatasi kekakuannya itu.

b) Siklus II
Proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi dengan menggunakan strategi pembelajaran
heuristik pada siklus II sudah dilaksanakan sesuai dengan rencana. Berdasarkan pengamatan dan
penilaian serta catatan para pengamat, aktivitas dan hasil belajar siswa pada siklus II menunjukkan
lebih baik dari siklus I. Lebih jelasnya mengenai hal itu, sebagai berikut.
1. Siswa tampak lebih aktif, baik pada saat belajar mengonstruksi materi ajar, belajar menemukan
kesalahan penulisan dalam menulis pengalaman, belajar bertanya sehubungan dengan hal-hal yang
kurang dipahaminya kepada guru, belajar meniru model sehubungan dengan menulis pengalaman,
belajar bekerja sama dalam kelompok saat menyelesaikan bahan penugasan, belajar merefleksi hasil
pekerjaan, maupun pada saat belajar dinilai kemampuannya secara nyata. Aktivitas belajar siswa
bisa seperti ini karena adanya bimbingan dan arahan secara intensif dari guru. Guru tidak lagi
merasa kaku, karena sebelumnya telah mempersiapkan segala sesuatunya, agar proses pembelajaran
menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik
pada siklus II dapat berlangsung dengan baik. Atas dasar itu pengamat memberikan penilaian
seperti itu terhadap aktivitas belajar siswa. Perolehan nilai aktivitas belajar siswa dalam
pembelajaran menulis pengalaman pribadi
yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik pada siklus II, yakni 5 orang siswa (17,85%) mendapat nilai 81, dan 23
orang siswa lainnya (82,15%) mendapat nilai 87. Lebih jelasnya mengenai penilaian aktivitas
belajar masing-masing tersebut tertuang pada pada tabel berikut.
Tabel 3Perolehan Nilai Aktivitas Belajar Siswadalam Pembelajaran Menulis Pengalaman
Pribadi pada Siklus II
No Nama Siswa
Nilai Aktivitas Belajar
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Subjek 01
Subjek 02
Subjek 03
Subjek 04
Subjek 05
Subjek 06
Subjek 07
Subjek 08
Subjek 09
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25

87
81
87
87
87
87
81
87
87
87
87
87
87
87
87
87
87
81
87
87
87
87
81
81
87

26
27
28

Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28

87
87
87

2. Hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang
disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II mengalami
peningkatan. Hal ini terbukti dari nilai evaluasi yang diperoleh keseluruhan siswa lebih darikriteria
ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan, yakni 60. Nilai terendah hasil belajar siswa pada
siklus II, yaitu 75, sedangkan nilai tertinggi yang dicapai oleh siswa, yaitu 91. Nilai terendah dan
nilai tertinggi tersebut berada di atas nilai KKM mata pelajaran bahasa Indonesia yang telah
ditetapkan sekolah. Siswa yang memperoleh nilai 75 hasil belajarnya sebanyak 6 orang (21,42%).
Siswa yang meperoleh nilai 83 hasil belajarnya sebanyak 11 orang (39,28%). Siswa yang
memperoleh nilai 91 sebanyak 1 orang (39,28%). Lebih jelasnya mengenai nilai perolehan hasil
belajar masing-masing siswa tersebut, seperti tertuang pada tabel berikut.
Tabel 4Perolehan Nilai Hasil Belajar Siswadalam Menulis Pengalaman Pribadi pada Siklus II
No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
3.

Nama Siswa
Subjek 01
Subjek 02
Subjek 03
Subjek 04
Subjek 05
Subjek 06
Subjek 07
Subjek 08
Subjek 09
Subjek 10
Subjek 11
Subjek 12
Subjek 13
Subjek 14
Subjek 15
Subjek 16
Subjek 17
Subjek 18
Subjek 19
Subjek 20
Subjek 21
Subjek 22
Subjek 23
Subjek 24
Subjek 25
Subjek 26
Subjek 27
Subjek 28

Nilai Hasil Belajar


91
91
75
91
83
75
83
83
83
83
91
91
75
91
83
75
91
91
75
91
83
75
83
83
83
83
91
91

Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan
menggunakan strategi pembelajaran heuristik pada siklus II, disebabkan oleh aktivitas guru dalam

mengelola setiap tahapan meningkat ke arah yang diharapkan. Oleh karena itu, pada siklus II tidak
lagi ditemukan adanya siswa yang merasa kaku dalam menempuh setiap tahapan pembelajaran.
Dengan demikian, menjadi jelaslah bahwa adanya peningkatan aktivitas guru dalam mengelola
proses pembelajaran bukan saja telah membawa dampak positif pada aktivitas belajar siswa tetapi
juga terhadap hasil belajarnya pun telah memberi dampak yang positif.
b. Pembahasan
Pembahasan terhadap hasil penelitian ini sangat penting. Dengan membahas hasil penelitian
ini akan diperoleh suatu gambaran untuk menjawab pertanyaan yang diajukan dalam rumusan
masalah. Selain itu, efektivitas perlakuan (treatement) yang diterapkan pun dapat
diketahui.Perlakuan dimaksud, yaitu strategi kontekstual.Penerapan strategi ini diupayakan untuk
mengatasi masalah yang dihadapi guru dan siswa dalam pembelajaran menulis pengalaman pribadi.
Pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi
pembelajaran heuristik dilaksanakan dalam dua siklus.Sebelum guru dan siswa melaksanakan
pembelajaran menulis pengalaman pribadidengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik,
mereka tidak berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, baik dilihat dari sisi aktivitas maupun hasil
belajar siswa.Sebagian besar siswa mengalami kesulitan dalam mempelajari materi ajar menulis
pengalaman pribadi.Hal ini disebabkan oleh strategi yang digunakan guru dalam pembelajaran
menulis pengalaman pribadipada saat itu, kurang tepat.Akibatnya, hasil belajar sebagian besar siswa
kurang memenuhi tuntutan kriteria ketuntasan minimal (KKM), yakni 60. Siswa yang berhasil
memenuhi tuntutan ini hanya 8 orang (19,51%). Sementara itu selebihnya dari mereka, yakni 33
orang siswa (80,49%) dinyatakan kurang berhasil mencapainya.
Berbeda dengan aktivitas dan hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis
pengalaman pribadi yang disajikan dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, yang
telah dilaksanakan dalam dua siklus.Pada siklus I, aktivitas belajar siswa lebih
bermakna.Kebermaknaan aktivitas belajar siswa pada siklus I disebabkan oleh langkah-langkah
strategi pembelajaran heuristik, seperti belajar mengonstruksi (constructivism), belajar berinkuiri
(inquiry), belajar bertanya (questioning), belajar bekerja sama (community learning), belajar
melalui model (modeling), belajar merefleksi (reflecting), dan belajar dinilai yang sebenarnya
(authenticassessment). Dampak dari aktivitas belajarnya itu, pada siklus I seluruh siswa mengalami
peningkatan hasil belajar dan mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan,
meski peningkatannya tidak begitu tinggi.Oleh karena itu, untuk lebih mengoftimalkan aktivitas dan
hasil belajarnya maka dilakukan siklus II.
Pada siklus II pembelajaran menulis pengalaman pribadiyang disajikan dengan menggunakan
strategi pembelajaran heuristik terjadi lagi perubahan ke arah yang lebih baik dari sebelumnya, baik
dilihat dari aktivitas maupun hasil belajarnya.Aktivitas belajar pada siklus II dirasakan siswa lebih
menyenangkan, baik saat mengonstruksi maupun saat menempuh langkah-langkah kontekstual
lainnya.Itu sebabnya, hasil belajar seluruh siswa pada siklus II lebih baik daripada siklus I. Bahkan
pada siklus II ini hasil belajar seluruh siswa melebihi nilai KKM yang telah ditetapkan.Peningkatan
tersebut dapat ditunjukkan melalui grafik berikut.
Grafik 1
NilaiAktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Terjadinya peningkatan ke arah yang lebih baik pada aktivitas dan

H.
a.

b.

1.

2.

hasil belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis pengalaman pribadi yang disajikan
dengan menggunakan strategi pembelajaran heuristik, tidak lepas dari dukungan guru dalam
mengelola proses pembelajaran. Dengan meningkatnya aktivitas dan hasil belajar siswa pada dua
siklus tersebut berarti pula kemampuan guru pun meningkat, baik dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran,
dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
Simpulan dan Saran
Simpulan
Setelah menyelesaikan penelitian ini, penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut.
Penggunaan strategi pembelajaran heuristik dalam pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia
tentang menulis pengalaman pribadi dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV
SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis, Tahun Pelajaran 2008/2009.
Adanya peningkatan tersebut, tidak lepas dari upaya sekemampuan guru, baik dalam merencanakan
pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi kemampuan siswa dalam pembelajaran,
dan menindaklanjuti hasilnya agar diperoleh peningkatan yang lebih baik.
Saran
Dengan telah terbuktinya strategi pembelajaran heuristik dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 4 Karangbenda, Kecamatan Parigi, Kabupaten Ciamis dalam
pembelajaran mata pelajaran bahasa Indonesia tentang menulis pengalaman pribadi, maka diajukan
saran dan upaya tindak lanjut sebagai berikut.
Penggunaan strategi pembelajaran heuristik sebaiknya mempertimbangkan konteks permasalahan
yang menjadi kesulitan siswa dalam memenuhi suatu tuntutan pembelajaran tertentu. Hal ini perlu
dilakukan agar terhindar dari proses pembelajaran yang tidak diharapkan. Penggunaan strategi
pembelajaran heuristik untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar pada siswa yang menjadi
subjek dalam penelitian ini, dinilai cocok, tetapi belum tentu pada siswa yang lain. Meski demikian,
masih terdapat beberapa hal yang perlu ditingkatkan terkait dengan aktivitas belajar siswa untuk
bertanya jawab dengan sesama maupun dengan guru. Demikian pun dalam belajar bekerjasama
dalam kelompok dan belajar merefleksi hasil pekerjaan, pada beberapa orang siswa di kelas ini
dinilai masih kurang.
Untuk itu ke depan perlu dilakukan suatu upaya tindak lanjut yang tepat, agar mereka keluar dari permasalahan ini. Kepada guru dan siswa, baik yang ada di SD
Negeri 4Karangbenda maupun di luar yang ingin mencoba menerapkan strategi ini disilakan, karena sudah terbukti kesulitan yang dihadapi penulis dan siswa binaan
dapat di atasi melalui strategi ini.

I. Daftar Pustaka
Akhadiah, Sabarti. 1999. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta:Rineka Cipta.
Darma, dkk. 2007. Manajemen Prestasi Belajar. Jakarta:Rajawali Press.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
SD.
Jakarta:Depdiknas.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk SD, SMP, dan SMA. Yogyakarta: Pioner.
Hermawan, Asep. 2010. Laporan Penelitian terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa dalam
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar (Studi Kasus di SD di Wilayah Kabupaten
Ciamis dan Tasikmalaya). Tidak Dipublikasikan.

Heryadi, Dedi. 2008. Metode Penelitian Tindakan Bahasa. Tasikmalaya: Universitas Siliwangi.
Kunandar. 2008. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Rajawali Press.
Mulyasa, E. 2004. Menjadi Guru Profesional dalam Menciptakan Pembelajaran. Bandung:Rosda.
Mulyasa, E. 2006.Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Teori dan Implementasi). Bandung: Rosda.
Nasrulloh.2007. Otonomi Pendidikan dari Sentralisasi Menuju Desentralisasi. Jakarta:Rajawali Press.
Nurhadi. 2003. Strategi Contextual Teaching and Learning. Malang:IKIP Malang.
Rusyana, Yus. 1995. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan. Bandung:Algensindo.
Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung:Prenada.
Sanjaya, Wina. 2007. Perencanaan Pembelajaran. Bandung: Prenada.
Saud, S. U. 2008. Inovasi Pendidikan. Bandung:Alfabeta.
Suherli. 2010. Menyusun Karya Ilmiah. Bandung:Yrama Widya.
Sukidin. 2007. Prosedur dan Implementasi Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta:Depdiknas.
Suryatmaja. 2007. Belajar Berbahasa. Jakarta:Gramedia.
Tarigan, H.G. 2002. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:Angkasa.
Trianto. 2007. Model-strategi Berorientasi Konstruktivisme. Bandung: Algensindo.
Diposkan oleh Yuyum Haryani, S.Pd. Kang Aher di 05.24

Anda mungkin juga menyukai