Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


UU No.20 Tahun 2003 mendefinisikan pembelajaran adalah proses interaksi siswa (peserta
didik) dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dengan berpegang pada konsep pembelajaran dalam proses pendidikan maka diharapkan setiap
siswa maupun guru dapat senantiasa belajar dan menemukan sendiri maupun atas bantuan orang
lain konsep¬konsep yang dipelajari. Oleh karena itu maka dibutuhkan beragam metode
pembelajaran yang dapat membantu meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa.
Belajar bukan menghafal dan bukan pula mengingat. Belajar adalah suatu proses yang ditandai
dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar mengajar
dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti, berubah pengetahuannya, kecakapan,
pemahaman, sikap tingkah lakunya, dan kemampuannya
Dalam proses belajar mengajar, tujuan pengajaran merupakan salah satu komponen yang
penting. Tujuan yang ingin dicapai dalam proses tersebut meliputi aspek-aspek kognitif, afektif,
psikomotor dan kemampuan interaktif. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam suatu proses
belajar mengajar secara efektif dan efisien, maka seorang pengajar biasanya akan memilih metode
dan media yang secara nalar diperkirakan tepat untuk menyampaikan suatu topik yang sedang
dibahas
Hasil observasi awal dan wawancara dengan guru dan siswa di sekolah diperoleh pembelajaran
yang ada cenderung monoton, hanya ceramah saja sehingga proses pembelajaran hanya berjalan
satu arah saja. Disini dapat diketahui bahwa rendahnya penguasaan siswa terhadap materi biologi
pada umumnya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : kemauan siswa dalam mata pelajaran
biologi masih rendah, dikarenakan guru dalam kegiatan belajar mengajar menggunakan metode atau
langkah-langkah yang kurang bervariasi dan monoton, sehingga siswa tidak tertarik pada materi
pembelajaran yang diajarkan. Kemampuan berfikir siswa kurang berkembang karena guru tidak
merangsang siswa untuk berfikir kreatif dalam belajar.
Hal tersebut merupakan tantangan bagi pelaku pendidikan khususnya guru mata pelajaran
biologi. Untuk itu harus dicari sebab akibatnya demi tercapainya tujuan pengajaran dan sekaligus
meningkatkan hasil belajar siswa. Dan salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah menerapkan
metode pembelajaran aktif role playing (bermain peran).
Metode role playing (bermain peran) adalah pembelajaran dengan cara seolah-olah berada
dalam situasi untuk memperoleh suatu pemahaman tentang suatu konsep. Role playing (bermain
peran) termasuk dalam bermain yang diarahkan. Untuk melakukan role playing (bermain peran)
sebelumnya siswa harus memiliki pengetahuan awal agar dapat mengetahui karakter dari peran
yang akan dimainkannya. Tugas guru dalam kegiatan role playing (bermain peran) di kelas
sangatlah penting dimana guru harus berperan sebagai pengamat, sebagai model, melakukan
evaluasi dan melakukan perencanaan.
Metode role playing (bermain peran) banyak melibatkan siswa untuk beraktivitas dalam
pembelajaran dan akan menciptakan suasana yang menggembirakan sehingga siswa senang dan
antusias dalam mengikuti pembelajaran. Dengan demikian kesan yang didapatkan siswa tentang
materi pelajaran yang sedang dipelajari akan lebih kuat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan
pemahaman dan hasil belajar siswa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis ingin mengetahui secara komprehensif tentang
peningkatan hasil belajar siswa pada materi sistem pencernaan melalui penerapan pembelajaran
aktif role playing, untuk mengkaji lebih lanjut melalui skripsi yang berjudul: “Implementasi
Pembelajaran Aktif Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Sistem Pencernaan Di Kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga Tahun Pelajaran 2018/2019.”

B. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari kesalahpahaman tentang penafsiran dari judul PTK ini, beberapa istilah
yang perlu penulis tegaskan disini antara lain: 
1. Implementasi
Implementasi dalam kamus besar bahasa indonesia berarti pelaksanaan atau perencanaan.
Implementasi di sini merupakan aplikasi atau penerapan yang berasal dari teori yang kemudian
diterapkan pada lapangan, sehingga dari permasalahan yang ada akan menghasilkan sebuah
kesimpulan realitas.
2. Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara
aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalam bentuk interaksi antar siswa maupun siswa
dengan pengajar dalam proses pembelajaran.
3. Role playing (Bermain Peran)
Role playing (bermain peran) dan metode sosiodrama dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya sering disilihgantikan. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku
dalam hubungannya dengan masalah sosial. Sedangkan dalam metode role playing pembelajaran
biologi ini adalah suatu metode mengajar konsep dalam sistem organ. Di sini hendaknya siswa
diberi kesempatan untuk berinisiatif dan kreatif serta diberi bimbingan atau lainnya agar lebih
berhasil.
4. Hasil Belajar
Hasil belajar yaitu perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu
dan individu dengan lingkungannya. Perubahan ini berarti bahwa seseorang setelah mengalami
proses belajar, akan mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya,
keterampilannya, maupun aspek sikapnya.
5. Sistem Pencernaan Manusia
Sistem pencernaan manusia adalah materi pada mata pelajaran biologi yang diajarkan kepada siswa
kelas VIII SMP. Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestin, adalah sistem organ dalam hewan
multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta mengeluarkan
sisa dari proses tersebut.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam PTK ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana implementasi pembelajaran aktif role playing untuk meningkatkan hasil belajar siswa
pada materi sistem pencernaan di kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga?
2. Bagaimana keaktifan siswa mengikuti pelajaran biologi pada materi sistem pencernaan dengan
metode role playing di kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga?

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan di atas tujuan penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah:
1. Untuk mengetahui implementasi pembelajaran aktif role playing dalam meningkatkan hasil
belajar siswa pada materi sistem pencernaan di kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga.
2. Untuk mengetahui keaktifan siswa mengikuti pelajaran biologi pada materi sistem pencernaan
dengan metode role playing di kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Manfaat Bagi Peneliti
Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti tentang peranan pembelajaran aktif role playing
untuk meningkatkan hasil belajar siswa.  
2. Manfaat Bagi Siswa
a. Memudahkan siswa dalam memahami konsep sistem pencernaan.
b. Meningkatkan kreativitas siswa.
c. Siswa termotivasi untuk belajar biologi.
3. Manfaat Bagi Guru
a. Memperoleh pengetahuan baru tentang penerapan metode pembelajaran role playing.
b. Termotivasi untuk lebih meningkatkan kinerja dan keprofesionalismeannya dalam kegiatan
belajar mengajar.
c. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu metode pembelajaran dalam
usaha meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran biologi.
4. Manfaat Bagi Sekolah
a. Memperbaiki dan meningkatkan mutu proses pembelajaran biologi siswa kelas VIII-5 SMP
Negeri 5 Sibolga.
b. Mengoptimalkan hasil belajar siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Aktif Role Playing (Bermain Peran)
a. Pengertian Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan
secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri, baik dalam bentuk interaksi antar siswa
maupun siswa dengan pengajar dalam proses pembelajaran tersebut. Istilah yang sekarang ada
dan memiliki esensi yang sama dengan pembelajaran aktif adalah PAKEM atau pembelajaran
aktif, efektif, dan menyenangkan. Istilah ini ada dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
manajemen berbasis sekolah.
b. Pengertian Role Playing (Bermain Peran)
Pembelajaran role playing (bermain peran) atau sosiodrama adalah pembelajaran seolah-olah
berada dalam suatu situasi untuk memperoleh suatu pemahaman terhadap suatu konsep.
Role playing (bermain peran) dan metode sosiodrama dapat dikatakan sama artinya, dan dalam
pemakaiannya sering disilihgantikan. Sos iodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah
laku dalam hubungannya dengan masalah sosial. Disini hendaknya murid diberi kesempatan
untuk berinisiatif dan kreatif serta diberi bimbingan atau lainnya agar lebih berhasil.
c. Tujuan Pembelajaran Role Playing
Tujuan yang diharapkan dengan pembelajaran Role Playing ini antara lain:
1. Agar siswa dapat menghayati dan menghargai perasaan orang lain (toleransi)
2. Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan
3. Dapat belajar bagaimana membagi tanggung jawab
4. Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.

2. Hasil Belajar
a. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar terdiri dari dua kata yaitu hasil dan belajar. Hasil berarti sesuatu yang diadakan
oleh usaha. Sedangkan belajar sendiri memiliki definisi yang bermacam-macam.

b. Tujuan Hasil Belajar


Adapun yang menjadi tujuan diadakannya hasil belajar kepada para siswa dalam proses belajar
mengajar menurut Muhibbin Syah adalah sebagai berikut:
Pertama, untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun
waktu proses belajar tertentu. Hal ini berarti dengan evaluasi, guru dapat mengetahui kemajuan
perubahan tingkah laku siswa sebagai hasil belajar dan mengajar yang melibatkan dirinya
selaku pembimbing dan pembantu kegiatan belajar siswanya itu.
Kedua, untuk mengetahui kedudukan siswa dalam kelompok kelasnya. Dengan hasil evaluasi
guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik pada umumnya
menunjukkan tingkat usaha yang efisien, sedang hasil belajar yang buruk adalah cermin usaha
yang tidak efisien.
Ketiga, untuk mengetahui tingkat usaha yang dilakukan siswa dalam belajar. Hal ini berarti
dengan evaluasi guru akan dapat mengetahui gambaran tingkat usaha siswa. Hasil yang baik
akan menunjukkan tingkat usaha yang efisien begitu juga sebaliknya.
Keempat, untuk mengetahui hingga sejauh mana siswa telah mendayagunakan kemampuan,
kecerdasan yang dimilikinya untuk keperluan belajar. Jadi, hasil evaluasi itu dapat dijadikan
guru sebagai gambaran realisasi pemanfaatan kecerdasan siswa.
Kelima, untuk mengetahui tingkat daya guna dan hasil guna metode mengajar yang telah
digunakan guru dalam proses belajar mengajar. Dengan demikian, apabila sebuah metode yang
digunakan guru tidak mendorong munculnya prestasi belajar siswa yang memuaskan, guru
seyogyanya mengganti metode tersebut atau menggabungkan dengan metode lain yang serasi.
c. Ranah Hasil Belajar
Tujuan pendidikan yang ingin dicapai dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang
kognitif (penguasaan intelektual), bidang afektif (berhubungan dengan sikap dan nilai) serta
bidang psikomotor (kemampuan /keterampilan bertindak /berperilaku). Ketiganya tidak berdiri
sendiri, tapi merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu ketiga aspek
tersebut harus dipandang sebagai hasil belajar siswa.
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintetis dan evaluasi.
Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan,
jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi dan internalisasi.
Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar,
kemampuan perceptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks dan
gerakan ekspresif dan interpretatif.
d. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Berhasil atau tidaknya seseorang dalam belajar disebabkan beberapa faktor yang
mempengaruhi pencapaian hasil belajar yaitu berasal dari dalam diri orang yang belajar dan ada
pula dari luar dirinya
Di bawah ini dikemukakan faktor-faktor yang menentukan pencapaian hasil belajar.
1) Faktor Internal dibagi menjadi 2, yaitu:
a. Aspek fisiologis, meliputi keadaan jasmani pada umumnya dan keadaan fungsi-fungsi fisiologis
tertentu.
b. Aspek psikologis yang terdiri atas; intelegensi, sikap, bakat, minat, motivasi. 
2) Faktor Eksternal dibagi menjadi 2 macam, yaitu:
a. Lingkungan sosial meliputi: keluarga, sekolah, dan masyarakat.
b. Lingkungan non sosial seperti: gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga
siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan siswa
dapat mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa.
3) Faktor Pendekatan Belajar
Menurut Muhibbin Syah, pendekatan ini dapat dipahami sebagai cara atau strategi yang
digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu.
Faktor ini berpengaruh pada taraf keberhasilan proses pembelajaran siswa

3. Materi Sistem Pencernaan


a. Sistem Pencernaan Makanan Pada Manusia
Konsep sistem pencernaan merupakan salah satu materi pelajaran biologi yang diajarkan
pada siswa SMP kelas VIII-5 semester ganjil. Standar kompetensinya adalah memahami berbagai
sistem dalam kehidupan manusia. Sedangkan Kompetensi dasar pada materi ini adalah
Mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.
Proses pencernaan makanan adalah proses perubahan makanan dari bentuk kasar (kompleks)
menjadi bentuk yang halus (sederhana) sehingga dapat diserap oleh tubuh.
Menurut Sumarwan, sistem pencernaan pada manusia meliputi saluran pencernaan dan kelenjar
pencernaan. Saluran pencernaan adalah alat-alat yang dilalui oleh makanan, sedangkan kelenjar
pencernaan adalah bagian yang menghasilkan enzim untuk membantu mencerna makanan.
1. Saluran Pencernaan
Saluran pencernaan tersusun atas mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, dan usus besar saluran
pencernaan pada manusia
a. Mulut
Pencernaan makanan secara fisik dan kimiawi dimulai dalam mulut. Selama pengunyahan, gigi
dengan berbagai ragam bentuk akan memotong, melumat, dan menggerus makanan, yang membuat
makanan tersebut lebih mudah ditelan dan meningkatkan luas permukaannya. Kehadiran makanan
dalam rongga mulut (oral cavity) akan memicu refleks saraf yang menyebabkan kelenjar ludah
mengeluarkan ludah melalui ductus (saluran) ke rongga mulut.
b. Kerongkongan
Makanan dari mulut akan masuk kerongkongan melalui faring (hulu kerongkongan). Faring adalah
persimpangan antara tenggorokan dan kerongkongan. Pada pangkal faring terdapat katup yang
disebut epiglotis. Pada saat menelan makanan, epiglotis menutup tenggorokan agar makanan tidak
masuk ke saluran pernapasan tetapi masuk ke kerongkongan. Kerongkongan merupakan organ
berbentuk tabung, dengan panjang kurang lebih 25 cm. Pada kerongkongan terjadi gerak peristaltik
yaitu gerakan meremas dan mendorong makanan sehingga masuk ke lambung.
c. Lambung
Lambung (ventrikulus) merupakan kantung besar yang terletak di sebelah kiri rongga perut.
Lambung terdiri atas tiga bagian yaitu bagian atas (kardiak), bagian tengah yang membulat
(fundus), dan bagian bawah (pilorus). Dinding Lambung terdiri dari otot yang tersusun melingkar,
memanjang, dan menyerong. Otot-otot tersebut menyebabkan lambung berkontraksi. Akibatnya
makanan teraduk dengan baik sehingga akan bercampur merata dengan getah lambung. Hal ini
menyebabkan makanan di dalam lambung berbentuk seperti bubur.
d. Usus halus
Usus halus merupakan saluran makanan terpanjang, lebih kurang 5 m, serta banyak mengandung
pembuluh darah dan limfa.

B. Hipotesis Tindakan
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian,
sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Dengan kata lain hipotesis adalah kesimpulan
sementara dan masih diperlukan lagi uji kebenarannya.
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah
sebagai berikut : “Implementasi Pembelajaran Aktif Role Playing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Pada Materi Sistem Pencernaan Di Kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga Tahun
Pelajaran 2018/2019.”

BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian seringkali disebut metodologi yaitu cara-cara untuk mengumpulkan dan
menganalisa data-data yang dikembangkan untuk memperoleh pengetahuan dengan menggunakan
prosedur yang reliabel dan terpercaya.
Suatu penelitian baik dalam pengumpulan data maupun dalam pengolahan data pasti mengharuskan
adanya metode yang jelas, sistematis dan terarah. Jadi metode penelitian adalah cara untuk
memperoleh kembali pemecahan terhadap permasalahan.

A. Subjek Penelitian dan karakteristiknya


Penelitian ini dilaksanakan pada kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga. Dengan jumlah siswa
43 orang, jumlah siswa perempuan 33 orang dan laki-laki 10 orang serta dibagi menjadi 8
kelompok. Sebagian menjadi pemain dan sebagian lagi menjadi pengamat aktif. Karakteristik kelas
yang digunakan dalam penelitian ini adalah masih rendahnya keaktifan siswa dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan selama proses pembelajaran.

B. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini diadakan selama 3 bulan. Pelaksanaan penelitian atau pengumpulan data mulai
bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018 yaitu pada siswa kelas VIII-5 SMP Negeri 5 Sibolga.
Tempat penelitian di SMP Negeri 5 Sibolga. Dasar pertimbangannya sebagai berikut: Lokasi
sekolah yang strategis, keadaan sekolah yang menarik, Sarana dan prasarana sekolah yang lengkap
dan semua pihak sekolah yang bersedia membantu untuk mengadakan penelitian, serta suasana
sekolah yang nyaman, tertib, dan rapi, sehingga proses pembelajaran dapat berlangsung dengan
baik dan memudahkan peneliti dalam mengadakan penelitian.

C. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang terdiri atas dua siklus. Masing-
masing siklus terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
Salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama) antara guru dengan peneliti dalam
menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi guru dan atau siswa di sekolah.
Proses pelaksanaan siklus adalah sebagai berikut :
1. Siklus 1
a. Perencanaan
Guru menyampaikan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan.
1) menyampaikan tujuan pembelajaran yaitu siswa dapat menjelaskan proses pencernaan pada
manusia
2) guru membagi siswa menjadi 8 kelompok, tiap kelompok terdiri atas 5 siswa.
3) menyampaikan rencana pelaksanaan pelajaran
4) memberikan pengarahan kepada siswa tentang simulasi yang akan dilakukan.
b. Pelaksanaan Tindakan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan kelas dilakukan sesuai dengan skenario yang telah
disusun.
Skenario siklus I adalah :
Pada siklus I ini, siswa memperagakan simulasi tentang menjelaskan proses pencernaan makanan
pada manusia. Guru menunjuk 15 siswa dari perwakilan kelompok maju ke depan untuk
memperagakan simulasi tentang menjelaskan proses pencernaan makanan pada manusia.
Mekanisme role playing tentang proses pencernaan makanan pada manusia adalah sebagai berikut :
1) Guru dibantu siswa menggambar susunan alat pencernaan manusiadi atas lantai kelas.
2) 15 orang perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk melakukan simulasi
tentang proses pencernaan makanan.
3) Siswa-siswa yang melakukan simulasi berdiri di tempatnya masing-masing di atas lantai yang
sudah diberi gambar.
4) Makanan (siswa 1,2, dan 3)
5) Masuk kedalam mulut (siswa 4)  6) Makanan (siswa 1,2, dan 3) melewati lidah, kelenjar ludah
dan gigi (siswa 5, 6 dan 7)
7) Makanan (siswa 1, 2, dan 3) didorong oleh lidah (siswa 5) ke kerongkongan (siswa 8)
8) Kerongkongan (siswa 8) mendorong makanan (siswa 1,2, dan 3) masuk kedalam lambung
(siswa9) 
9) Lambung (siswa 9) mengganti kalung makanan (siswa 1, 2, dan 3) menjadi kalung yang
bertuliskan kim
10)Lambung (siswa 9) mendorong kim (siswa 1, 2, dan 3) ke usus halus (siswa 10)
11) Usus halus (siswa 10) mengganti kalung kim (siswa 1 da 2) menjadi kalung sari makanan,
sedang kim (siswa 3) menjadi materi (sisa makanan)
12) Usus halus (siswa 10) menggandeng sari makanan (siswa 1 dan 2) sedangkan materi (siswa 3)
didorong oleh usus halus (siswa 10) ke usus besar (siswa 11)
13)Usus besar (siswa 11) mengganti kalung materi menjadi feses dan didorong ke rektum (siswa
12)
14) Rektum (siswa 12) mendorong feses (siswa 3) ke anus (siswa 13)
15) Anus (siswa 13) menggandeng feses (siswa 3)
c. Observasi
Pada tahapan ini dilaksanakan proses observasi terhadap pelaksanaan tindakan dengan
menggunakanembar observasi yang diisi oleh peneliti sebagai bentuk kolaborasi guru dengan
peneliti. Pada akhir siklus siswa mengerjakan tes.
d. Refleksi
Hasil yang diperoleh pada tahapan observasi, hasil tes dikumpulkan dan dianalisis sehingga
diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Yang harus dilakukan pada tahap ini
adalah memperhatikan kekurangan pada siklus I sehingga dapat diperbaiki pada siklus II.

2. Siklus II
a. Perencanaan
Guru menyampaikan segala sesuatu yang akan dilakukan dalam kegiatan.
1) Permasalahan diidentifikasikan dan dirumuskan berdasarkan refleksi pada siklus 1
2) Guru merancang kegiatan pembelajaran pada materi selanjutnya yaitu sistem pencernaan pada
hewan memamah biak
3) Meninjau kembali rancangan pembelajaran yang telah disiapkan untuk siklus II. Disini siswa
benar-benar dipersiapkan untuk lebih terarah pada indikator pencapaian yaitu pada penekanan
keaktifan dan hasil belajar siswa, untuk mengetahui apakah ada peningkatan dalam pembelajaran
biologi melalui metode role playing ini.
b. Tindakan
Langkah-langkah dalam pelaksanaan tindakan kelas dilakukan sesuai dengan skenario yang telah
disusun.  
Skenario siklus II adalah:
Pada siklus II ini, siswa memperagakan simulasi tentang menjelaskan proses pencernaan makanan
pada hewan memamah biak contohnya sapi. Guru menunjuk 13 anak perwakilan dari kelompok
maju kedepan untuk memperagakan simulasi tentang menjelaskan proses pencernaan makanan pada
sapi. Mekanisme role playing tentang proses pencernaan makanan pada sapi adalah sebagai berikut:
1) Guru dibantu siswa menggambar susunan alat pencernaan pada sapi di atas lantai
2) 13 orang perwakilan dari masing-masing kelompok maju kedepan untuk melakukan simulasi
tentang proses pencernaan makanan
3) Siswa-siswa yang melakukan simulasi berdiri di tempatnya masing-masing di atas lantai yang
sudah diberi gambar
4) Makanan (siswa 1 dan 2)
5) Masuk kedalam mulut (siswa 3)
6) Makanan (siswa 1 dan 2) melewati lidah (siswa 4) dan gigi (siswa 5)
7) Makanan (siswa 1 dan 2) didorong oleh lidah (siswa 4) ke kerongkongan (siswa 6)
8) Kerongkongan (siswa 6) mendorong makanan (siswa 1 dan 2) masuk kedalam rumen (siswa 7)
9) Dari rumen (siswa 7) makanan (siswa 1 dan 2) masuk ke dalam retikulum (siswa 8) dalam
bentuk makanan kasar
10) Dari retikulum (siswa 8) makanan menuju ke omasum (siswa 9)
11) Omasum (siswa 9) mendorong makanan menuju ke abomasum (siswa 10)
12) Abomasum (siswa 10) mengganti kalung makanan (siswa 1 dan 2) menjadi kalung yang
bertuliskan kim
13)Abomasum (siswa 10)mendorong kim (siswa 1 dan 2)masuk ke usus halus (siswa 11)
14)Usus halus (siswa 11) mengganti kalung kim (siswa 1) menjadi sari makanan, sedangkan kim
(siswa 2) menjadi sisa makanan
15) Usus halus (siswa 11) menggandeng sari makanan (siswa 1) sedangkan sisa makanan (siswa 2)
didorong oleh usus halus (siswa
11) ke usus besar (siswa 12)   
16) Sisa makanan (siswa 2) berhenti di dalam usus besar (siswa 12)
17) Usus besar (siswa 12) mengganti kalung sisa makanan menjadi feses dan didorong ke anus
(siswa13)
18) Anus (siswa 13) menggandeng feses (siswa 2)
c. Observasi
Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Hampir sama dengan siklus I tetapi
lebih menekankan pada hasil belajar dimana perubahan yang lebih diinginkan.
d. Refleksi
Refleksi pada siklus II adalah hasil penelitian yang dilakukan dalam kedua siklus tersebut. Jika
dari analisis data mengalami peningkatan yang signifikan, maka penelitian dianggap berhasil.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan
data.
1. Sumber Data
Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru.
2. Jenis Data
Jenis data yang didapatkan meliputi data kualitatif dan data kuantitatif.
a. Data kuantitatif: (1) hasil belajar siswa tiap akhir siklus, dan (2) keaktifan siswa selama proses
pembelajaran.
b. Data kualitatif terdiri dari: (1) Tanggapan siswa tentang proses pembelajaran biologi pada materi
sistem pencernaan, dan (2) kemudahan dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran.
Dalam pengumpulan data ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut:
1. Metode observasi
Adalah metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap
fenomena yang diselidiki. 
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi belajar mengajar pada saat
dilakukannya tindakan. Download ptk ipa smp kurikulum 2013 Data diambil dengan
menggunakan lembar observasi.
Dengan indikator :
a. aktivitas pada saat pembelajaran biologi
b. reaksi siswa pada saat pembelajaran role playing
c. keadaan siswa pada saat pembelajaran
d. aktivitas dalam mengerjakan LKS
2. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai variable yang berupa catatan-catatan,
transkip, buku-buku, dan sebagainya. Metode dokumentasi diperlukan untuk mendapatkan data
berupa nama siswa, jumlah siswa dan lain-lain.
Metode dokumentasi ini digunakan untuk mencari data-data berupa tulisan-tulisan yang
berhubungan dengan obyek penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, serta digunakan
sebagai metode penguat dari hasil metode interview dan observasi
3. Metode tes
Metode tes digunakan untuk mengambil data tentang hasil belajar siswa pada materi sistem
pencernaan kelas VIII-5 semester I SMP Negeri 5 Sibolga.
Dengan indikator :
a. siswa dapat menyebutkan proses pencernaan
b. siswa mampu membedakan alat-alat pencernaan dan kelenjar pencernaan
c. siswa dapat menjelaskan fungsi dari bagian-bagian sistem pencernaan
d. siswa dapat mengidentifikasi perubahan makanan dalam sistem pencernaan
4. Metode wawancara
Metode wawancara bertujuan untuk memperoleh data lisan tentang pendapat siswa terhadap
pembelajaran role playing.
Dengan indikator:
a. rasa senang terhadap pelajaran biologi
b. ketertarikan terhadap proses pembelajaran role playing
E. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengetahui langkah¬langkah yang harus kita
ambil untuk memperoleh data penelitian. Instrumen penelitian meliputi:
1. Skenario pembelajaran
Skenario pembelajaran berisi tentang langkah-langkah kegiatan guru dan siswa dalam proses
belajar mengajar pada tiap siklus. Dalam hal ini berupa: Silabus, RPP, LKS, soal-soal tes, dan
lembar observasi.
2. Materi dan bentuk tes
Materi yang diberikan untuk tes adalah materi yang berkaitan dengan materi sistem pencernaan,
soal yang digunakan adalah tipe obyektif pilihan ganda dengan empat alternatif jawaban dengan
satu jawaban yang benar. Item soal yang akan digunakan dalam penelitian adalah 20 butir soal
dan waktu yang digunakan adalah 30 menit.
3. Data lembar observasi siswa
Pengisian lembar observasi siswa bertujuan untuk memperoleh data tentang situasi belajar
mengajar dan untuk mengetahui aktivitas siswa selama pembelajaran biologi. Lembar observasi
terdiri dari 14 indikator, yang terdiri atas 9 indikator positif dan 5 indikator negatif. Observasi
dilakukan selama proses pembelajaran oleh seorang observer dengan menggunakan lembar
observasi. Dalam penelitian ini adalah peneliti sebagai observer.

F. Teknik Analisis Data


Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut, metode
analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi,
wawancara dan lainnya untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan
menyajikan sebagai temuan.
Analisis data mengenai hasil belajar pada kemampuan kognitif dengan cara menghitung rata-rata
nilai dan ketuntasan belajar secara individual dan klasikal.  
1. Rata-rata kelas
Untuk mengetahui nilai rata-rata kelas pada masing-masing siklus menurut Arikunto sebagai
berikut.
  ÂC
C =  N
Keterangan:
C = nilai rata-rata kelas ÂC = jumlah nilai siswa N = banyaknya siswa
2. Ketuntasan belajar secara individual
Siswa dikatakan tuntas belajar secara individual apabila telah mencapai nilai 60 ke atas. Rumus
yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar secara individual menurut Ali sebagai
berikut.
  
Keterangan:
= nilai ketuntasan belajar
= jumlah siswa tuntas belajar secara individual (nilai 60 ke atas)
= jumlah total siswa

3. Ketuntasan belajar secara klasikal


Nilai tes diperoleh setelah diadakan tindakan kelas, kemudian dianalisis untuk mengetahui
ketuntasan belajar siswa. Rumus yang digunakan untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa secara
klasikal menurut Ali sebagai berikut.
Data hasil belajar afektif siswa setelah mengikuti pembelajaran pada siklus I dan siklus II dihitung
dengan menggunakan rumus:
1. Ketentuan persentase ketuntasan belajar afektif siswa
Keterangan:
NP % = Persentase nilai siswa yang diperoleh
n = Jumlah skor yang diperoleh
N = Jumlah skor maksimal
2. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas
Keterangan:
ÂSb = Jumlah siswa yang dapat nilai > 65% (kognitif atau hasil tes) atau ~ 60% (afektif atau
lembar pengamatan).
ÂK = Jumlah siswa dalam kelas

G. Indikator keberhasilan
1. Indikator hasil belajar
Indikator keberhasilan hasil belajar dari penelitian ini didasarkan pada Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yaitu 75 yang ditetapkan SMP Negeri 5 Sibolga untuk mata pelajaran biologi
kelas VIII-5, penelitian dikatakan berhasil apabila jumlah individu yang mencapai nilai > 75
sebanyak 87% atau 38 siswa dari seluruh siswa dalam kelas yaitu 43 siswa. 
2. Indikator aktifitas siswa
Indikator keberhasilan dari penelitian ini apabila terjadi peningkatan aktifitas belajar siswa
sekurang-kurangnya 70% atau 30 siswa dari 43 siswa terlihat aktif dalam mengikuti
pembelajaran dilihat dari lembar observasi aktivitas siswa.
BAB IV
KESIMPULAN

Dari hasil penelitian diperoleh: Hasil tes (ranah kognitif) siklus I nilai rata-rata kelas 65,5
dengan ketuntasan belajar kelas 65%, nilai terendah 40 dan nilai tertinggi 90, siswa yang tuntas
belajar secara individu sebanyak 28 siswa dan 15 siswa yang belum tuntas. Pada siklus II nilai tes
rata-rata kelas mencapai 71,5 dengan ketuntasan belajar kelas 87,5% nilai terendah 45 dan nilai
tertinggi 95, siswa yang tuntas belajar secara individu sebanyak 38 siswa dan 5 siswa yang belum
tuntas.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Ali, M., 1998. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung: Angkasa.
Almatsier, Sunita, Prinsip Dasar Ilmu Gizi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.
Arikunto, Suharsimi, dkk, Penelitian Tindakan Kelas, jakarta: Bumi Aksara, 2008.
, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002, Cet. 12.
Aziz, Sholeh Abdul, dan Abdul Aziz Abdul Majid, at Tarbiyah wa Thuruqu at Taddris, Jus 1, Mesir
: Darul Ma'arif, 1968.
Biomed, Rusdi, dan Bambang Karnoto, Seribu Pena Biologi SLTP Jilid 2, Jakarta: Erlangga, 2001.
Campbell, dkk, Biologi, Jilid I1 Jakarta; Erlangga, 2004, Ed. 5. Dalyono, M., Psikologi Pendidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 1997.
Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, Semarang: Asy-syifa’, 1992.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research I, Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metode Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 1998.
Hamalik, Oemar, Kurikulum dan Pembelajaran, Jakarta : Bumi Aksara, 2001, Cet. 3.
, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi aksara, 2007.
Morgan, Clifford T., Introduction to Psychologi, Sixth edition, New york : MC.Graw Hill
International Book Company,1971.
Nawawi, Hadari, dan Martini Hadari, Instrumen Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajahmada
University Press, 1995, cet II.
NK, Roestiyah, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.
Patmonodewo, Soemiarti, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta: Rineka cipta, 2003.
Purwanto, Ngalim, prinsip-prinsip dan teknik evaluasi pengajaran, Jakarta: Remaja Rosdakarya,
2001.
Rustaman, Nuryani Y., Strategi Belajar Mengajar Biologi, FMIPA: Universitas Pendidikan
Indonesia, 2003.
S., Winata Putra Udin, dkk, Strategi Belajar Mengajar IPA, Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.
Saktiyono, Sains Biologi SMP Untuk Kelas VI, Jakarta: Esis, 2004. Samadhi, Ari,”Pembelajaran
Aktif”, http://www.google.co.id/.
Samporno, Agus,”Penerapan Metode Belajar Aktif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek”,
http://gurukreatif.wordpress.com/2007/09/18/.
Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana,
2007.
Shihab, M. Quraish, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2002, vol. 15.
Silberman, Mel, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2007.
Slameto, Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta : Rineka Cipta, 1995.
Sriyono, Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA, Jakarta: Rineka Cipta, 1992.
Subagyo, P Joko, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta : Rineka cipta, 1991.
Sudjana, Nana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2008.
Sumarwan, dkk, IPA SMP Untuk Kelas VI, Jakarta: Erlangga, 2007.
Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan, Bandung: Rosdakarya, 2000, Cet. 5.
Usman, Moh Uzer, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Rusdakarya, 1995.
Whelpton, Tony, and Daphne Jenkins, Role play Practice Spanish, United Kingdom: Long Man
Group, 1988.
Zaini, Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.

Anda mungkin juga menyukai