Anda di halaman 1dari 6

Penerapan Project Based Learning adalah pendekatan yang mengedepankan siswa

untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang benar-benar ditemui di lapangan.


Dalam pembelajaran ini siswa akan berperan menjadi seorang profesional yang
mencoba memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Problem Based
Learning adalah proses pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan
masalah dalam kehidupan nyata dan lalu dari masalah ini mahasiswa dirangsang untuk
mempelajari masalah ini berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka
punyai sebelumnya (prior knowledge) sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru.

Ada beberapa alasan mengapa kita layak menerapkan pendekatan PjBL ini dalam
kurikulum kita dengan berbagai kelebihannya yaitu problem solving (melatih mahasiswa
untuk mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapi), self directed
learning (memupuk dan melatih rasa tanggung jawab, inisiatif dan kebebasan untuk
belajar mandiri dan menentukan mana dulu yang akan dipelajari), life long learning
(konsep belajar sepanjang hayat, sebagai usaha memupuk kesadaran belajar yang
berkelanjutan dan tiada henti), identifikasi dan evaluasi sumber belajar (dengan
berbagai sumber belajar siswa dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan
mengevaluasi sumber belajar yang tersebar bebas dari berbagai media dan sumber),
critical thinking (melatih siswa untuk berpikir kritis dengan kemampuan analisa, evaluasi
dan sintesa), creative thinking (melatih kemampuan daya kreasi siswa dalam
menciptakan hal-hal baru), real world connection (melatih siswa untuk
mengkoneksikan/menghubungkan konsep yang diperoleh dalam perkuliahan untuk
dapat diaplikasikan dalam penyelesaian permasalahan di dunia nyata), cooperative dan
collaborative learning (melatih siswa dengan kemampuan bekerjasama dan
berkolaborasi dengan sesama/orang lain), peer learning (melatih siswa untuk belajar
bersama rekan sejawat, dimana siswa akan mencoba mengajarkan sesuatu yang
diketahui kepada orang lain sehingga dengan mengajarkan tersebut kemampuan dan
pengetahuan siswa akan semakin terasah), refleksi (siswa berlatih untuk mampu
mengemukakan dan menceritakan kembali atas pengalaman belajar yang telah mereka
peroleh). Lewat berbagai keterampilan tersebut, siswa tidak hanya belajar hal-hal yang
sifatnya keilmuan saja namun dilatih pula dalam pengembangan Life Skills dalam
dirinya.

http://dikbud.kolutkab.go.id/blog/pembelajaran-berbasis-proyek-project-based-learningpbl/
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning=PjBL) adalah metode pembelajaran yang
menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian,
interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar. Project based
learning atau pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang berpusat pada
siswa untuk melakukan suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Siswa secara
konstruktif melakukan pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan.
Karakteristik Project Based Learning memiliki karakteristik yang membedakan model yang lain.
Karakteristik tersebut, antara lain :
1. Centrality
Pada project based learning proyek menjadi pusat dalam pembelajaran.
2. Driving question
Project based learning difokuskan pada pertanyaan atau masalah yang mengarahkan siswa untuk
mencari solusi dengan konsep atau prinsip ilmu pengetahuan yang sesuai.
3. Constructive Investigation
Pada project based learning, siswa membangun pengetahuannya dengan melakukan investigasi
secara mandiri (guru sebagai fasilitator).
4. Autonomy
Project based learning menuntut student centered, siswa sebagai problem solver dari masalah yang
dibahas.
5. Realisme
Kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas
ini mengintegrasikan tugas otetik dan menghasilkan sikap professional.
 
Tujuan Project Based Learning Setiap model pembelajaran pasti memiliki tujuan dalam
penerapannya. Tujuan project based learning, antara lain :
 Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam pemecahan masalah proyek
 Memperoleh pengetahuan dan keterampilan baru dalam pembelajaran
 Membuat peserta didik lebih aktif dalam memecahkan masalah proyek yang kompleks dengan hasil
produk nyata
 Mengembangkan dan meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola bahan atau alat
untuk menyelesaikan tugas atau proyek
 Meningkatkan kolaborasi peserta didik khususnya pada PjBL yang bersifat kelompok
 
 
 
Langkah-langkah pembuatan Project Based Learning :
 
 Membuka pelajaran dengan suatu pertanyaan menantang (start with the big question/essential
question)
Pembelajaran dimulai dengan sebuah pertanyaan driving question yang dapat memberi penugasan
pada peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas. Topik yang diambil hendaknya sesuai dengan
realita dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam.
 Merencanakan proyek (design a plan for the project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dengan peserta didik. Dengan demikian
peserta didik diharapakan akan merasa memiliki atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang
aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial
dengan mengintegrasikan berbagai subjek yang mendukung, serta menginformasikan alat dan
bahan yang dapat dimanfaatkan untuk menyelesaikan proyek.
 Menyusun jadwal aktivitas (create a schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Waktu penyelesaian proyek harus jelas, dan peserta didik diberi arahan untuk mengelola waktu
yang ada. Biarkan peserta didik mencoba menggali sesuatu yang baru, akan tetapi guru juga harus
tetap mengingatkan apabila aktivitas peserta didik melenceng dari tujuan proyek. Proyek yang
dilakukan oleh peserta didik adalah proyek yang membutuhkan waktu yang lama dalam
pengerjaannya, sehingga guru meminta peserta didik untuk menyelesaikan proyeknya secara
berkelompok di luar jam sekolah. Ketika pembelajaran dilakukan saat jam sekolah, peserta didik
tinggal mempresentasikan hasil proyeknya di kelas.
 Mengawasi jalannya proyek (monitor the students and the progress of the project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas  peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Guru
mengajarkan kepada peserta didik bagaimana bekerja dalam sebuah kelompok. Setiap peserta didik
dapat memilih perannya masing-masing dengan tidak mengesampingkan kepentingan kelompok.
 Penilaian terhadap produk yang dihasilkan (assess the outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai oleh peserta didik, serta membantu guru dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya. Penilaian produk dilakukan saat masing-masing kelompok
mempresentasikan produknya di depan kelompok lain secara bergantian.
 
 
 Evaluasi (evaluate the experience)
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan
hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun
kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan
pengalamannya selama menyelesaikan proyek.
 
http://www.eurekapendidikan.com/2014/12/model-project-based-learning-landasan.html
Pembelajaran berbasis proyek didukung oleh teori belajar konstruktivisme. Dalam pandangan
konstruktivisme oleh Piaget dikemukakan bahwa pengetahuan tumbuh dan berkembang melalui
pengalaman. Inti dari pembelajaran kontstruktivisme meningkatkan pengetahuan dalam ranah
akademik, sosial dan personal secara bersamaan. [4]
Secara konsepsi, pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek/kegiatan sebagai inti dan media pembelajaran. Peserta didik melakukan eksplorasi,
penilaian, interpretasi, dan sintesis terhadap permasalahan yang diajukan dan menghasilkan
informasi melalui aktifitas-aktifitas dan bentuk nyata sebagai bentuk hasil belajar. [5]
Pembelajaran berbasis proyek awalnya dikenalkan oleh John Dewey, memungkinkan peserta didik
melakukan berbagai pilihan dalam proses pembelajaran. Peserta didik bekerja sama dalam
berbagai tugas yang berbeda yang berkaitan dengan proyek. Karena pembelajaran berbasis proyek
bermakna, terpadu, dan aktif, maka guru menemukan lebih banyak kesempatan menantang peserta
didik pada tingkat kemampuan mereka sendiri. Peserta didik menjadi berpengalaman dalam
melakukan pekerjaan proyek, dan menantang diri mereka sendiri satu sama lain untuk mengajukan
lebih banyak pertanyaan, menemukan lebih banyak sumber pembelajaran, dan membuat proyek
yang lebih informatif.[6]
Peserta didik belajar dengan terlibat dalam proyek-proyek dunia nyata dan setiap aspek perubahan
pengalaman mereka. Pembelajaran model ini juga menyebabkan pergeseran peran guru tidak lagi
sebagai ahli menyampaikan konten, atau hanya membagikan informasi dalam potongan yang kecil.
Penerapan model pembelajaran ini dapat menjadikan suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih
“hidup” dan menyenangkan sehingga peserta didik lebih bersemangat dalam belajar dan lebih peka
terhadap lingkungan dikarenakan mereka lebih aktif dalam belajar, menghadapi kondisi riil dalam
kehidupan dan menghasilkan produk/karya tidak sebatas pada menghafal teori atau menerima
informasi saja.[7]

Prinsip-Prinsip[sunting | sunting sumber]
Pembelajaran berbasis proyek memiliki beberapa prinsip. Menurut Thomas, prinsip-prinsip tersebut
yaitu:[8][9]

1. sentralistis (centrality)
2. pertanyaan pendorong/penuntun (driving question)
3. investigasi konstruktif (constructive investigation),
4. otonomi (autonomy),
5. realistis (realism).
Dalam prinsip sentralistis menegaskan bahwa kerja proyek adalah esensi dari kurikulum. Peserta
didik belajar konsep utama dari suatu pengetahuan melalui kerja proyek. Jadi kerja proyek
bukan artifisial atau tambahan dan aplikasi praktis melainkan merupakan sentral dari kegiatan
pembelajaran di kelas.[8]
Prinsip pertanyaan penuntun berarti bahwa kerja proyek dimulai dengan berfokus pada “pertanyaan
atau permasalahan” yang mendorong peserta didik berusaha memperoleh konsep atau prinsip-
prinsip tertentu.[8]
Prinsip investigasi konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian tujuan, yang
mengandung kegiatan inkuiri (penyelidikan), pembangunan konsep, pemecahan masalah, dan
keputusan.[8]
Prinsip otonomi mengandung pengertian, bahwa terdapat kemandirian peserta didik dalam
melaksanakan proses pembelajaran, bebas menentukan pilihannya sendiri, bekerja dengan
supervisi yang minimal, dan bertanggung jawab.[8]
Prinsip realistis berarti bahwa proyek yang dilakukan berhubungan dengan kehidupan nyata dan
bukan dibuat-buat. Peserta didik membuat suatu proyek yang nyata dan berfokus pada
permasalahan yang otentik, dan bukan simulasi.[8]

Karakteristik[sunting | sunting sumber]
Pembelajaran berbasis proyek memiliki karakteristik pembelajaran sebagai berikut. [10]

 Peserta didik membuat keputusan tentang kerangka kerja;


 Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik;
 Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan
yang diajukan;
 Peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi
untuk memecahkan permasalahan;
 Proses evaluasi dijalankan secara kontinu;
 Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan;
 Produk akhir peserta didik dalam mengerjakan proyek dievaluasi secara kualitatif
 Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
Langkah-langkah[sunting | sunting sumber]
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek menurut The George Lucas Educational
Foundation adalah sebagai berikut.[11][12]
a.  Penentuan Pertanyaan Mendasar (Start With the Essential Question).
Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial. Pertanyaan yang dapat memberi penugasan
kepada peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas. Topik penugasan dikaitkan dengan dunia
nyata yang relevan dan bermakna untuk peserta didik, dimulai dengan sebuah investigasi
mendalam.[12]
b. Mendesain Perencanaan Proyek (Design a Plan for the Project)
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan peserta didik. Dengan demikian peserta
didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut. Perencanaan berisi tentang aturan
main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, dengan
cara mengintegrasikan berbagai subjek yang mungkin, serta mengetahui alat dan bahan yang dapat
diakses untuk membantu penyelesaian proyek.[12]
c. Menyusun Jadwal (Create a Schedule)
Guru dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek.
Aktivitas pada tahap ini antara lain :
(1) membuat timeline (alokasi waktu) untuk menyelesaikan proyek; (2) membuat deadline (batas
waktu akhir) penyelesaian proyek;
(3) membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru; (4) membimbing peserta didik
ketika mereka membuat cara yang tidak  
     berhubungan dengan proyek; (5) meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang
     pemilihan suatu cara.
d. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek (Monitor the Students and the Progress of the
Project)
Guru bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap
proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor bagi aktivitas peserta didik. Agar
mempermudah proses monitoring, dibuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas
yang penting.[12]
e.  Menguji Hasil (Assess the Outcome)
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian standar, berperan dalam
mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat
pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu guru dalam menyusun strategi
pembelajaran berikutnya.[12]
f.  Mengevaluasi Pengalaman (Evaluate the Experience)
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil
proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. [12]

Referensi[sunting | sunting sumber]
1. ^ Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun pelajaran 2014/2015.
Jakarta: Kemendikbud. hlm. 41.
2. ^ Lompat ke:a b Boss, Suzie., & Krauss, Jane. (2007). Reinventing Project Based Learning: Your Field
Guide To Real World Projects In The Digital Age. International Society for Technology In Education.
hlm. 12.
3. ^ Markham, Thom.  "Handbook Project Based Learning  : Second Edition. A guide to Standards
Focused Project Based Learning  : For Middle and High School Teacher". Buck Institute
Education.  (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-04-05.
4. ^ Joyce, Bruce., Weil,M.& Calhoun,E. (2009). Model-model Pengajaran (edisi kedelapan).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5. ^ Oktavian, Catur Nurrochman (2015).  Model-model pembelajaran IPS yang inovatif  : tinjauan teoritis
dan praktis untuk guru dan calon guru. Bandung: Rizqi Press. hlm.  66. ISBN 978-602-9098-89-1.
6. ^ Farris, J. Pamela. (2012).  Elementary and Middle School Social Studies: An Interdisciplinary,
Multicultural Approach. Sixth Edition. Illinois: Waveland Press.Inc. hlm. 197.
7. ^ ACHMAD OBY PERMADI, 105060037 (2016-06-28). "PENERAPAN MODEL PROJECT BASED
LEARNING UNTUK MENUMBUHKAN SIKAP KEPEDULIAN TERHADAP LINGKUNGAN DALAM
MEMANFAATKAN BENDA YANG TIDAK TERPAKAI UNTUK MEMBUAT KERAJINAN"  (dalam
bahasa Inggris). FKIP UNPAS.
8. ^ Lompat ke:a b c d e f M., Wena (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Suatu Tinjauan
Konseptual Operasional). Jakarta: Bumi Aksara. hlm.  145.
9. ^ Oktavian, Catur Nurrochman (2015).  "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS
PROYEK UNTUK MENGEMBANGKAN KEPEDULIAN PESERTA DIDIK TERHADAP
LINGKUNGAN". Jurnal Geografi Gea.  15  (2).  doi:10.17509/gea.v15i2.3544.  ISSN  2549-7529.
10. ^ Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu
Pendidikan (2014). Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013 Tahun pelajaran 2014/2015.
Jakarta: BPSDM dan PMP Kemendikbud.
11. ^ Sutirman (2013). Media dan Model-Model Pembelajaran Inovatif. Yogyakarta: Graha Ilmu. hlm.  46.
12. ^ Lompat ke:a b c d e f Oktavian, Catur Nurrochman (2015). Model-model pembelajaran IPS yang
inovatif  : tinjauan teoritis dan praktis untuk guru dan calon guru. Bandung: Rizqi Press.
hlm. 67.  ISBN  978-602-9098-89-1.

Anda mungkin juga menyukai