Anda di halaman 1dari 4

A.

Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)


Pembelajaran berbasis proyek (Project based learning) merupakan model pembelajaran
yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek. Melalui pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan
memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek
kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai materi dalam kurikulum. Pada saat pertanyaan
terjawab, secara langsung peserta didik dapat melihat berbagai elemen utama sekaligus
berbagai prinsip dalam sebuah disiplin yang sedang dikajinya.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik
dunia nyata, hal ini akan berharga bagi usaha peserta didik. Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali materi dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi dirinya serta melakukan eksperimen secara
kolaboratif.
Kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan
permasalahan (problem) yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang,
memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri (Thomas, dkk, 1999). Tujuannya
adalah agar siswa mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

B. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang inovatif dan lebih
menekankan pada belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan yang kompleks. Pembelajaran
berbasis proyek memiliki potensi yang besar untuk memberi pengalaman belajar yang lebih
menarik dan bermakna bagi siswa. Sedangkan menurut Buck Institute for Education (1999)
belajar berbasis proyek memiliki karakteristik berikut:
a. Siswa membuat kepuutusan dan membuat kerangka kerja
b. Terdapat masalah yang pemecahannya tidak ditentukan sebelumnya
c. Siswa merancang proses untuk mencapai hasil
d. Siswa bertanggung jawab untuk mendapatkan dan mengelola informasi yang dikumpulkan
e. Siswa melakukan evaluasi secara kontinu
f. Siswa secara teratur melihat kembali apa yang mereka kerjakan
g. Hasil akhir berupa produk dan dievaluasi kualitasnya
h. Kelas memiliki atmosfir yang memberi toleransi kesalahan dan perubahan
C. Prinsip-prinsip Pembelajaran Berbasis Proyek
Sebagai sebuah model pembelajaran, pembelajaran berbasis proyek mempunyai
beberapa prinsip, yaitu:
1. Prinsip sentralistis
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek merupakan esensi dari kurikulum. Model
ini merupakan pusat strategi pembelajaran, dimana siswa belajar konsep utama dari suatu
pengetahuan melalui kerja proyek.
2. Prinsip pertanyaan pendorong
Prinsip ini menegaskan bahwa kerja proyek berfokus pada “pertanyaan atau
permasalahan” yang dapat mendorong siswa untuk berjuang memperoleh konsep atau
prinsip utama suatu bidang tertentu.
3. Prinsip investigasi konstruktif
Perinsip investigasi konstruktif merupakan proses yang mengarah kepada pencapaian
tujuan, yang mengandung kegiatan inkuiri, pembangunan konsep dan resolusi.
4. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi dalam pembelajaran berbasis proyek dapat diartikan sebagai
kemandirian siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran, yaitu bebas menentukan
pilihannya sendiri, bekerja dengan minimal supervisi dan bertanggung jawab.
5. Prinsip realistis
Prinsip realistis berarti bahwa proyek merupakan sesuatu yang nyata, bukan seperti di
sekolah.

D. Pedoman Pembimbingan Pembelajaran Berbasis Proyek


Dalam membimbing siswa dalam pembelajaran berbasis proyek ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dan dijadikan pijakan tindakan. Adapun pedoman pembimbingan tersebut
antara lain:
1. Keautentikan
Keautentikan dapat dilakukan dengan beberapa strategi, yaitu dengan mendorong dan
membimbing siswa untuk memahami kebermaknaan dari tugas yang dikerjakan,
meranncang tugas siswa sesuai dengan kemampuannya sehingga ia mampu
menyelesaikannya tepat waktu, dan mendorong serta membimbing siswa agar mampu
menghasilkan sesuatu dari tugas yang dikerjakannya.
2. Ketaatan terhadap nilai-nilai akademik
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu dengan mendorong dan
mengarahkan siswa agar mampu menerapkan berbagai pengetahuan dalam menyelesaikan
tugas yang dikerjakan, merancang dan mengembangkan tugas-tugas yang dapat memberi
tantangan pada siswa untuk menggunakan berbagai metode dalam pemecahan masalah
serta mendorong dan membimbing siswa untuk mampu berpikir tingkat tinggi dalam
memecahkan masalah.
3. Belajar pada dunia nyata
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi berikut, yaitu mendorong dan
membimbing siswa untuk mampu bekerja pada konteks permasalahan yang nyata yang
ada di masyarakat, mendorong dan mengarahkan agar siswa mampu bekerja dalam situasi
organisasi yang menggunakan teknologi tinggi, dan mendorong serta mengarahkan siswa
agar mampu mengelola kemampuan keterampilan pribadinya.
4. Aktif meneliti
Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa agar dapat
menyelesaikan tugasnya sesuai dengan jadwal yang telah dibuatnya, mendorong dan
mengarahkan siswa untuk melakukan penelitian dengan berbagai macam metode, serta
mendorong dan mengarahkan siswa agar mampu berkomunikasi dengan orang lain, baik
melalui presentasi ataupun media lain.
5. Hubungan dengan ahli
Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong dan mengarahkan siswa untuk mampu
belajar dari orang lain yang memiliki pengetahuan yang relevan, mendorong dan
mengarahkan siswa berdiskusi dengan orang lain dalam memecahkan masalah, serta
mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat dalam
menilai unjuk kerjanya.
6. Penilaian
Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa strategi yaitu mendorong dan mengarahkan
siswa agar mampu melakukan evaluasi diri terhadap kinerjanya dalam mengerjakan
tugasnya, mendorong dan mengarahkan siswa untuk mengajak pihak luar untuk terlibat
mengembangkan standar kerja yang terkait dengan tugasnya serta mendorong dan
mengarahkan siswa untuk menilai kerjanya.
E. Keuntungan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Proyek
Menurut Moursund (1997) beberapa keuntungan dari pembelajaran berbasis proyek
antara lain:
1. Meningkatkan motivasi belajar siswa.
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, membuat siswa lebih aktif dan berhasil
memecahkan problem-problem yang bersifat kompleks.
3. Keterampilan siswa untuk mencari dan mendapatkan informasi akan meningkat.
4. Siswa mampu kerja kelompok dalam proyek dan mempraktikkan keterampilan komuniasi.
5. Siswa mampu mempraktikkan keterampilan dalam mengorganisasi proyek, dan membuat
alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

Selain keuntungan, pembelajaran berbasis proyek juga memiliki kelemahan,


diantaranya:
1. Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.
2. Membutuhkan biaya yang cukup banyak.
3. Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.
4. Banyaknya peralatan yang harus disediakan.
5. Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.
6. Ada kemungkinan peserta didik yang kurang aktif dalam kerja kelompok.
7. Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan
peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai