Anda di halaman 1dari 9

“PROYEK”

Disusun Guna Memenuhi Mata Kuliah Perencanaan Pembelajaran


Dosen Pengampu : Muhammad Isnaini, M.Pd

OLEH :

Disusun Oleh :

RISKI HIDAYAT (5202131005)

FAKULTAS TEKNIK
PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2021/2022
Pembelajaran Berbasis Proyek (Projek Based Learning)
Pengertian Pembelajaran Berbasis Proyek

Kata “proyek” berasal dari bahasa latin “proyektum” yang artinya maksud tujuan,rancangan,
rencana. Jadi memproyeksikan berarti merancang, merencanakan, dengan maksud dan tujuan
tertentu, yaitu mempunyai planning yang baik di dalam kegiatan tahunan dan sebagainya.
Pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan suatu proyek
dalam proses pembelajaran. Proyek yang dikerjakan oleh siswa dapat berupa proyek perseorangan
atau kelompok dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu secara kolaboratif, menghasilkan
sebuah produk, yang hasilnya kemudian akan ditampilkan atau dipresentasikan. Pelaksanaan proyek
dilakukan secara kolaboratif dan inovatif, unik, yang berfokus pada pemecahan masalah yang
berhubungan dengan kehidupan siswa. Pembelajaran berbasis proyek merupakan bagian dari
metoda instruksional yang berpusat pada pebelajar. Model ini sebagai ganti penggunaan suatu
model pembelajaran yang masih bersifat teacher-centered yang cenderung membuat pebelajar lebih
pasif dibandingkan dengan guru. Hal tersebut mengakibatkan motivasi belajar siswa menjadi rendah
sehingga kinerja ilmiah mereka pun menurun.

Tujuan Metode Proyek


Tujuan dari pembelajaran berbasis proyek yaitu mengaktifkan anak didik dalam kegiatan
belajar mengajar serta membiasakan anak untuk berinteraksi kepada lingkungan. Pengajaran proyek
sangat memberikan kesempatan pada anak untuk mau bekerja dan secara produktif menemukan
berbagi pengetahuan. Guru hanya mengamati dan memantau jalannya kegiatan belajar mengajar
baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

Pendekatan dalam Metode Proyek


Ada beberapa pendekatan dalam mencapai pembelajaran berbasis proyek, antara lain :
1.Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan pembelajaran proyek ini didukung oleh teori belajar konstruktivisme. Teori
belajar ini berdasarkan pada ide bahwa anak didik dapat membangun pengetahuannya sendiri dalam
konteks pengalaman. Pendekatan pembelajaran proyek ini dapat dipandang sebagai salah satu
pendekatan penciptaan lingkungan belajar yang dapat mendorong anak membangun pengetahuan
dan keterampilan secara personal. Mereka akan memahami bahan kajian dengan menggunakan
bahasa mereka sendiri berdasarkan apa yang mereka lihat, temukan, dan alami.

2. Pendekatan Inkuiri
Pendekatan yang melibatkan keterampilan pemperolehan berbagai konsep pengetahuan,
keterampilan, kemampuan dan nilai-nilai yang dilakukannya sendiri melalui sejumlah proses,
seperti mengamati, mencari, dan menemukan.

3. Pendekatan Children Centre


Pendekatan pembelajaran proyek ini beranggapan bahwa pusat kegiatan pembelajaran
bertitik tolak pada aktivitas anak. Anak didik memiliki kemampuan sendiri melalui berbagai
aktivitas dalam mencari, menemukan, menyimpulkan serta mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, keterampilan, srta nilai-nilai yang telah diperolehnya

Menurut Cord et al. (Khamdi, 2007) pembelajaran berbasis proyek adalah suatu model atau
pendekatan pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-
kegiatan yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek adalah penggunaan proyek sebagai model
pembelajaran. Proyek-proyek meletakkan siswa dalam sebuah peran aktif yaitu sebagai pemecah
masalah, pengambil keputusan, peneliti, dan pembuat dokumen.
Pembelajaran berbasis proyek berangkat dari pandangan konstruktivism yang mengacu pada
pendekatan kontekstual (Khamdi, 2007). Dengan demikian, pembelajaran berbasis proyek
merupakan metode yang menggunakan belajar kontekstual, dimana para siswa berperan aktif untuk
memecahkan masalah, mengambil keputusan, meneliti, mempresentasikan, dan membuat dokumen.
Pembelajaran berbasis proyek dirancang untuk digunakan pada permasalahan kompleks yang
diperlukan siswa dalam melakukan investigasi dan memahaminya.

Ciri pembelajaran berbasis proyek menurut Center For Youth Development and Education-
Boston (Muliawati, 2010:10), yaitu:
1.      Melibatkan para siswa dalam masalah-masalah kompleks, persoalan-persoalan di dunia nyata, di
mana pun para siswa dapat memilih dan menentukan persoalan atau masalah yang bermakna bagi
mereka.
2.      Para siswa diharuskan menggunakan penyelidikan, penelitian keterampilan perencanaan, berpikir
kritis dan kemampuan memecahkan masalah saat mereka menyelesaikan proyek.
3.      Para siswa diharuskan mempelajari dan menerapkan keterampilan dan pengetahuan yang
dimilikinya dalam berbagai konteks ketika mengerjakan proyek.
4.      Memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar dan mempraktekkan keterampilan pribadi pada
saat mereka bekerja dalam tim kooperatif, maupun saat mendiskusikan dengan guru.
5.      Memberikan kesempatan para siswa mempraktekkan berbagai keterampilan yang dibutuhkan
untuk kehidupan dewasa mereka dan karir (bagaimana mengalokasikan waktu , menjadi individu
yang bertanggungjawab, keterampilan pribadi, belajar melalui pengalaman).
6.      Menyampaikan harapan mengenai prestasi/hasil pembelajaran; ini disesuaikan dengan standar dan
tujuan pembelajaran untuk sekolah/negara.
7.      Melakukan refleksi yang mengarahkan siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman mereka
dan menghubungkan pengalaman dengan pelajaran.
8.      Berakhir dengan presentasi atau produk yang menunjukkan pembelajaran dan kemudian dinilai ;
kriteria dapat ditentukan oleh para siswa.

Pengimplementasian pembelajaran berbasis proyek tidak terlepas dari kurikulum,


pertanggungjawaban, realisme, belajar aktif, umpan balik, pengetahuan umum, pertanyaan yang
memacu, investigasi konstruktif, serta otonomi. Purnawan (Muliawati, 2010:11) mengungkapkan
bahwa pembelajaran berbasis proyek mengacu pada hal-hal sebagai berikut:
1.      Curriculum,memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat.
2.      Responsibility, PBL menekankan responbility dan answerability para siswa ke diri dan
panutannya.
3.      Realism, kegiatan siswa difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya.
4.      Active learning, menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan siswa untuk
menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran
yang mandiri.
5.      Feedback, diskusi, presentasi dan evaluasi terhadap para siswa menghasilkan umpan balik yang
berharga, ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6.      General skill, pembelajaran berbasis proyek dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok
dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar
seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self management.
7.      Driving questions, pembelajaran berbasis proyek difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan
yang memicu siswa untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu
pengetahuan yang sesuai.
8.      Constructive investigations, sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan
para siswa.
9.      Autonomy, proyek menjadikan aktivitas siswa sangat penting
Berbeda dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara tradisional, pembelajaran berbasis
proyek mendorong siswa untuk mengeluarkan ide untuk menyelesaikan masalah yang kompleks
yang diambil dari kehidupan nyata, sehingga tahap-tahap pembelajaran antara keduanya tidak sama.
Langkah-langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita, 2007:25),
yaitu:
1.      Tahapan perencanaan proyek
Adapun langkah-langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:
a.       Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b.      Menentukan topik yang akan dibahas.
c.       Mengelompokkan siswa dalam kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5 orang dengan tingkat
kemampuan beragam.
d.      Merancang dan menyusun LKS.
e.       Merancang kebutuhan sumber belajar.
f.       Menetapkan rancangan penilaian.

2.      Tahap pelaksanaan
Siswa dalam masing-masing kelompok  melaksanakan proyek dengan melakukan
investigasi atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki.
Kemudian diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dengan bertindak sebagai fasilitator.

3.      Tahap penilaian
Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing-masing kelompok.
Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut perlu
diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.

Tidak satupun metode yang sempurna sehingga dapat dipakai untuk semua pembelajaran.
Namun, ada beberapa kelebihan dari setiap metode. Adapun kelebihan dari penggunaan
pembelajaran berbasis proyek menurut Kamdi (Muliawati, 2010:13) adalah sebagai berikut:
1.      Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang proyek banyak yang mengatakan bahwa
siswa tekun sampai lewat batas waktu, berusaha keras dalam mencapai proyek.
2.      Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah. Penelitian pada pengembangan keterampilan
kognitif tingkat tinggi siswa menekankan perlunya bagi siswa untuk terlibat di dalam tugas-tugas
pemecahan masalah dan perlunya untuk pembelajaran khusus pada bagaimana menemukan dan
memecahkan masalah. Banyak sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek
membuat siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks.
3.      Meningkatkan kolaborasi. Pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Kelompok kerja kooperatif, evaluasi
siswa, pertukaran informasi adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori kognitif
yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial , dan bahwa
siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif
4.      Meningkatkan keterampilan mengelola sumber. Bagian dari menjadi  siswa yang independen
adalah bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks. Pembelajaran berbasis proyek
yang diimplementasikan secara baik memberikan kepada siswa pembelajaran dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan
untuk menyelesaikan tugas.

Adapun kekurangan dari pembelajaran berbasis proyek menurut Anita (2007: 27) adalah
sebagai berikut:
a.       Tiap mata pelajaran mempunyai kesulitan tersendiri, yang tidak dapat selalu dipenuhi di dalam
proyek.
b.      Sukar untuk memilih proyek yang tepat.
c.       Menyiapkan tugas bukan suatu hal yang mudah.
d.      Sulitnya mencari sumber-sumber referensi yang sesuai
Definisi tersebut sejalan dengan uraian yang dipaparkan oleh Bell (2005) yaitu sebagai berikut.

a. Project Based Learning is curriculum fueled and standards based. Model pembelajaran berbasis
proyek merupakan model pembelajaran yang menghendaki adanya standar isi dalam kurikulumnya.
Melalui Pembelajaran berbasis proyek, proses inquiry dimulai dengan memunculkan pertanyaan
penuntun (aguiding question) dan membimbing peserta didik dalam sebuah proyek kolaboratif yang
mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum.

b. Project Based Learning asks a question or poses a problem that each student can answer.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran yang menuntut pengajar dan atau peserta
didik mengembangkan pertanyaan penuntun (a guiding question). Mengingat bahwa masing-masing
peserta didik memiliki gaya belajar yang berbeda, maka pembelajaran berbasis proyek memberikan
kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan
berbagai cara yang bermakna bagi dirinya, dan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Hal ini
memungkinkan setiap peserta didik pada akhirnya mampu menjawab pertanyaan penuntun.

c. Project Based Learning asks students to investigate issues and topics addressing real-world
problems while integrating subjects across the curriculum. Pembelajaran berbasis proyek
merupakan model pembelajaran yang menuntut peserta didik membuat “jembatan” yang
menghubungkan antar berbagai subjek materi. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek merupakan
investigasi mendalam tentang sebuah topik dunia nyata.

d. Project Based Learning is a models that fosters abstract, intellectual tasks to explore complex
issues. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang memperhatikan
pemahaman peserta didik dalam melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi dan mensintesis
informasi melalui cara yang bermakna. Pembelajaran berbasis proyek juga merupakan suatu model
pembelajaran yang menyangkut pemusatan pertanyaan dan masalah yang bermakna, pemecahan
masalah, pengambilan keputusan, proses pencarian berbagai sumber, pemberian kesempatan kepada
anggota untuk bekerja secara kolaborasi, dan menutup dengan presentasi produk nyata.
Pembelajaran berbasis proyek ini tidak hanya mengkaji hubungan antara informasi teoritis dan
praktek, tetapi juga memotivasi siswa untuk merefleksi apa yang mereka pelajari dalam
pembelajaran dalam sebuah proyek nyata serta dapat meningkatkan kinerja ilmiah mereka Grant
(2008). Tahapan model pembelajaran berbasis proyek ditunjukkan oleh Gambar
Penjelasan Gambar diatas adalah sebagai berikut.

1. Pengajar merancang desain atau membuat kerangka proyek yang bermanfaat dalam menyediakan
informasi yang dibutuhkan oleh pelajar dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek tersebut
sesuai dengan kerangka yang ada, dan menyediakan sumber yang dapat membantu pengerjaannya.

2. Sesuai dengan tugas proyek yang diberikan oleh pengajar, pelajar akan memperoleh dan
membaca kerangka proyek, dan berupaya berpikir dengan kemampuannya berdasar pada
pengalaman yang dimiliki, membuat pemetaan topik, dan mengembangkan gagasannya dalam
menentukan sub topik suatu proyek.

3. Pelajar bekerja dalam proyek kelompok. Pelajar menentukan kegiatan dan langkah yang akan
diambil sesuai dengan sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari semua sub topik. Jika
bekerja dalam kelompok, tiap anggota harus mengikuti aturan dan memiliki rasa tanggung jawab

4. Setelah perencanaan proyek, siswa melakukan investigasi terhadap sumber-sumber yang


berkaitan dengan proyek dan mulai membuat sketsa proyek.

5. Pelajar membuat proyek sesuai sketsa setelah selesai kemudian membuat laporan, presentasi
sebagai hasil dari kegiatannya. Peserta menerima feedback atas apa yang dibuatnya dari kelompok,
teman, dan pengajar.

6. Pengajar menilai semua proses pengerjaan proyek yang dilakukan oleh tiap pelajar berdasar pada
partisipasi dan produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.

Secara lebih rinci, model pembelajaran berbasis proyek mengikuti lima langkah utama, yaitu: (1)
menetapkan tema proyek, (2) menetapkan konteks belajar, (3) merencanakan aktivitas, (4)
memeroses aktivitas, dan (5) penerapan aktivitas (Santyasa, 2006).
(1) Menetapkan tema proyek. Tema proyek hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
(a) memuat gagasan yang penting dan menarik,
(b)mendeskripsikan masalah kompleks,
(c)mengutamakan pemecahan masalah.
(2) Menetapkan konteks belajar. Konteks belajar hendaknya memenuhi indikator-indikator berikut:
(a) mengutamakan otonomi siswa, (b) melakukan inquiry (c) siswa mampu mengelola waktu secara
efektif dan efesien, (d) siswa belajar penuh dengan kontrol diri dan bertanggung jawab

(3)Merencanakan aktivitas-aktivitas. Pengalaman belajar terkait dengan merencanakan proyek


adalah mencari sumber yang berkait dengan tema proyek.

(4) Memeroses aktivitas-aktivitas. Indikator-indikator memroses aktivitas meliputi antara lain: (a)
membuat sketsa, (b) melukiskan analisa rancangan proyek.

(5) Penerapan aktivitas-aktivitas untuk menyelesaikan proyek. Langkah-langkah yang dilakukan,


adalah: (a) mengerjakan proyek berdasarkan sketsa, (b) membuat laporan terkait dengan proyek,
dan (3) mempresentasikan proyek

Kelima langkah tersebut mengandung interpretasi bahwa dalam mengerjakan proyek, siswa
dapat berkolaborasi dan melakukan investigasi dalam kelompok kolaboratif antara 4-5 orang.
Keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan dan dikembangkan oleh siswa dalam tim adalah
merencanakan, mengorganisasikan, negosiasi, dan membuat konsensus tentang tugas yang
dikerjakan, siapa yang mengerjakan apa, dan bagaimana mengumpulkan informasi yang dibutuhkan
dalam berinvestigasi. Keterampilan yang dibutuhkan dan yang akan dikembangkan oleh siswa
merupakan keterampilan yang esensial sebagai landasan untuk keberhasilan proyek mereka.
Keterampilan-keterampilan yang dikembangkan melalui kolaborasi dalam tim menyebabkan
pembelajaran menjadi aktif, di mana setiap individu memiliki keterampilan yang bervariasi
sehingga setiap individu mencoba menunjukkan keterampilan yang mereka miliki dalam kerja tim
mereka. Pembelajaran secara aktif dapat memimpin siswa ke arah peningkatan keterampilan dan
kinerja ilmiah. Kinerja ilmiah tersebut mencakup prestasi akademis, mutu interaksi hubungan antar
pribadi, rasa harga diri, persepsi dukungan sosial lebih besar, dan keselarasan antar para siswa.

Implikasi model pembelajaran berbasis proyek dalam proses belajar mengajar adalah
pembelajaran berbasis proyek memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk merencanakan
aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada akhirnya menghasilkan produk
kerja yang dapat dipresentasikan kepada orang lain. Selain itu, dalam pembelajaran berbasis proyek
siswa menjadi terdorong lebih aktif berakitivitas dalam belajar sehingga dapat meningkatkan
kinerja ilmiah siswa, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan mengevaluasi proses dan produk
hasil kinerja siswa meliputi outcome yang mampu ditampilkan dari hasil proyek yang dikerjakan.

Pembelajaran berbasis proyek sebagai salah satu wahana yang memaksimalkan aktivitas
siswa dalam pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar dan kinerja ilmiah siswa dan
membantu para siswa untuk mengembangkan ketrampilan belajar jangka panjang. Para siswa
mengetahui bahwa mereka adalah mitra penuh dalam lingkungan pelajaran ini dan bertanggung
jawab dalam proses pelajaran. Selain itu, pembelajaran berbasis proyek juga dapat meningkatkan
keyakinan diri para siswa, motivasi untuk belajar, kemampuan kreatif, dan mengagumi diri sendiri.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan integrasi dari pembelajaran berbasis sains dan teknologi.

Implikasi tersebut sejalan dengan uraian yang diungkapkan oleh (Sampurno, 2009) yang
menyatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat
pengalaman belajar yang lebih menarik dan bermakna untuk pebelajar serta dapat meningkatkan
kinerja ilmiah siswa dalam pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan sebagai fasilitator dan
mediator. Keuntungan-keuntungan pembelajaran berbasis proyek, yaitu: (1) meningkatkan motivasi
belajar siswa, (2) meningkatkan kemampuan pemecahan masalah, (3) meningkatkan kolaborasi.
Pentingnya kerja kelompok dalam proyek menyebabkan siswa mampu mengembangkan dan
mempraktikkan keterampilan komunikasi dan kinerja ilmiah siswa, (4) meningkatkan keterampilan
mengelola sumber yaitu bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.

Ellis (2008) juga memaparkan bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan merupakan
ajang kesempatan berdiskusi yang bagus bagi siswa, mengasuh penemuan langsung siswa terhadap
masalah dunia nyata, memberi mereka kesenangan dalam pembelajaran dan dapat dijadikan strategi
mengajar yang efektif. Dalam konteks ini siswa mempunyai pilihan untuk menginvestigasi topik-
topik yang berkaitan dengan masalah dunia nyata, saling bertukar pendapat antara kelompok yang
membahas topik yang berbeda, mencari pengetahuan dari berbagai sumber, mengambil keputusan
dan mempresentasikan proyek/hasil diskusi mereka. Selain itu, pemakaian proyek dengan flow
visualisation (gambar alir) yang dikaitkan dengan kinerja ilmiah dapat meningkatkan keterampilan
dan pemahaman siswa tentang proyek yang mereka kerjakan. Jadi dengan menggunakan flow
visualisation dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek dapat meningkatkan keterampilan
siswa khususnya kinerja ilmiah dalam merancang proyek sebagai refleksi antara teori dan praktek
dalam pembelajaran.

Pembelajaran berbasis proyek telah menjadi bagian dari kurikulum sekolah yang memiliki
ciri khas melibatkan para siswa di dalam desain proyek, penyelidikan pemecahan masalah, atau
pengalaman yang memberi perluasan waktu kepada para siswa untuk bekerja secara otonomi.
Pembelajaran berbasis proyek juga dapat menyediakan peluang bagi pengembangan keterampilan
baru, eksplorasi, praktik dan manajemen proyek. Dalam bidang sains, dukungan guru dan
penemuan proyek dapat menyediakan pengalaman pribadi dalam proses penemuan dan
pemahaman. Tidak hanya mengerjakan proyek secara alami dan menguatkan filosofi ilmu
pengetahuan, tetapi mereka juga membantu para siswa untuk membangun koneksi diantara
pengalaman kelas mereka, lingkungan dan minat mereka.

Uraian tersebut sesuai dengan pendapat Doppelt (2005) yang menyatakan bahwa
pembelajaran berbasis proyek mempunyai nilai keaslian di dalam dunia pendidikan yang mampu
membimbing siswa menuju ke riset, rencana, desain, dan mencerminkan ciptaan atau hasil kreasi
dari proyek teknologi dan peran guru seyogyanya membantu peserta didik mengintegrasikan
pengetahuan dari ilmu pengetahuan dan disiplin ilmu lainnya ke dalam proses desain.

Pembelajaran berbasis proyek yang berpusat pada pebelajar dan memberikan kesempatan
kepada pebelajar untuk menyelidiki topik permasalahan, membuat pebelajar menjadi lebih otonomi
sehingga mereka dapat membangun pengetahuan mereka sendiri serta pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Aplikasi model pembelajaran berbasis proyek ini mempunyai beberapa alasan, yaitu: (1)
menawarkan potensi produksi dan tindakan pengetahuan kolektif di dalam proyek sosial, (2) dalam
tradisi pendidikan masyarakat radikal, pengajaran merupakan underpinned oleh kepercayaan yang
bermanfaat pada pengembangan pengetahuan yang melibatkan pengembangan pemikiran, (3)
proses kerja kelompok yang saling mendukung dapat membuka berbagai peluang untuk kreativitas,
karena para siswa mengadakan percobaan dengan penafsiran berpikir dan data berbeda untuk
menyelesaikan permasalahan dalam proyek mereka yang dapat diterapkan untuk mengembangkan
pembentukan masyarakat praktek Grant (2008). Keberhasilan penerapan pembelajaran berbasis
proyek pada siswa tergantung dari rancangan tahap pembelajaran. Tahap pelajaran yang dirancang
harus dapat menggali penemuan-penemuan mereka sendiri. Peran pendidik dalam pembelajaran ini
adalah sebagai mediator dan fasilitator, di mana dalam penerapan pembelajaran berbasis proyek,
pendidik harus mampu memotivasi siswa untuk mengemukakan pendapat mereka dalam presentasi
proyek secara demokratis.
Daftar Pustaka :

Bell, B.F. 2005. “Children’s Science, Contructivism and Learning in Science”. Tersedia pada:
http://www.gsn.org/web/ontructivism /whatis.htm.

Doppelt, Y. 2005. “Assessment of Project-Based Learning”. International Journal of Technology


Education, Volume16, Nomor 2. Tersedia pada:
http://scholar.lib.vt.edu/ejournals/JTE/v16n2/pdf/doppelt.pdf.

Ellis, T. J. dan W. Hafner. 2008. “Building A Framework to Support Project-Based Collaborative


Learning Experiences in An Asynchronous Learning Network (ALN)”. Interdisciplinary Journal of
E-Learning and Learning Objects. Vol.4. Tersedia pada: http://ijklo.org/volume4/IJELLOv4p167-
190Eliis454.pdf.

Grant, M. M. 2008. “Getting A Grip on Project-Based Learning”. A Middle School Computer


Technologies Journal. Volume 5, Nomor 1. Tersedia pada:
http://www.ncsu.edu/meridian/win2002/514.pdf.

Purnawan, 2007. “Deskripsi Model PBL”. Tersedia pada: http://www.kompas.com.html.

Sampurno. 2009. “Penerapan Metode Belajar Akif dalam Pembelajaran Berbasis Proyek untuk
Meningkatkan Hasil Belajar”. Tersedia pada: http://www.kompas.com/kompas-
cetak/0506/27/Didaktika.html.

Santyasa, I W. 2006. Pembelajaran Inovatif: Model Kolaboratif, Basis Proyek, dan Orientasi NOS.
Makalah. Disajikan dalam Seminar Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Semarapura
Tanggal 27 Desember 2006, di Semarapura.

Anda mungkin juga menyukai