Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pesatnya pembangunan yang disertai dengan perkembangan Ilmu Pengetahuan dan


Teknologi dewasa ini perlu direspon oleh kinerja dunia pendidikan yang profesional dan
memiliki mutu tinggi. Pembangunan di suatu negara tidak bisa mengabaikan kegiatan
pendidikan. Masa depan suatu negara sangat ditentukan oleh bagaimana negara itu
memperlakukan pendidikan (Yamin & Ansari, 2008:2). Dunia pendidikan yang bermutu
diharapkan dapat mendukung tercetaknya generasi muda penerus bangsa yang cerdas,
terampil dan berwawasan luas sehingga mampu bersaing di era global. Karena pada
hakikatnya, fungsi pendidikan adalah untuk mengembangkan kemampuan serta
meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia (Undang–Undang Nomor 20 Tahun
2003).

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 19 ayat 1 mengenai Standar
Nasional Pendidikan juga dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan
diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta
didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis
peserta didik.

Oleh sebab itu makalah ini akan membahas tentang model Pembelajaran Berbasis Proyek
(Project Based Learning). University of Nottingham (2003:[online]) menjelaskan bahwa
Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) adalah model pembelajaran
sistematik yang mengikutsertakan pelajar ke dalam pembelajaran teoritis dan keahlian yang
kompleks, pertanyaan otentik dan perancangan produk dan tugas. Thomas, dkk, dalam
Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer (Wena, 2009:114) menyatakan bahwa
Pembelajaran Berbasis Proyek(Project Based Learning) merupakan model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran di kelas dengan
melibatkan kerja proyek.

1
Pembelajaran berbasis proyek memiliki potensi yang amat besar untuk membuat pengalaman
belajar yang lebih menarik dan bermanfaat bagi peserta didik (Santyasa, 2006:12). Dalam
pembelajaran berbasis proyek, peserta didik terdorong lebih aktif dalam belajar. Guru hanya
sebagai fasilitator, mengevaluasi produk hasil kerja peserta didik yang ditampilkan dalam
hasil proyek yang dikerjakan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan rincian yang telah dikemukakan sebelumnya, dapat ditarik rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Apa definisi Model Project Based Learning (PBL) ?


2. Apa alasan bahwa Model Project Based Learning (PBL) cocok untuk pembelajaran
sejarah dalam memvisualisasikan suatu peristiwa?
3. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran Model Project Based Learning (PBL)
secara konkrit?
4. Apa kelebihan Model Project Based Learning (PBL)?
5. Apa kelemahan Model Project Based Learning (PBL)?

1.3 Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui dan
memahami:

1. Mengetahui definisi Model Project Based Learning (PBL)


2. Memahami alasan bahwa Model Project Based Learning (PBL) cocok untuk
pembelajaran Akuntansi Keuangan dalam menyajikan suatu laporan keuangan
3. Mengetahui langkah-langkah pembelajaran Model Project Based Learning (PBL)
secara konkrit
4. Mengetahui kelebihan Model Project Based Learning (PBL)
5. Mengetahui kelemahan Model Project Based Learning (PBL)

2
BAB 2.

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Model Project Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) adalah sebuah model atau pendekatan
pembelajaran yang inovatif, yang menekankan belajar kontekstual melalui kegiatan-kegiatan
yang kompleks. Fokus pembelajaran terletak pada konsep-konsep dan prinsip-prinsip inti dari
suatu disiplin studi, melibatkan pebelajar dalam investigasi pemecahan masalah dan kegiatan
tugas-tugas bermakna yang lain, memberi kesempatan pebelajar bekerja secara otonom
mengkonstruk pengetahuan mereka sendiri, dan mencapai puncaknya menghasilkan produk
nyata. Biasanya memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan
rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada
pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), yang secara umum pebelajar
melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan
pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi.

Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yangmenggunakan masalah


sebagai langkah awal dalam pengumpulan danmengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dalamberaktivitas secara nyata. PBL dirancang untuk digunakan
pada permasalahan komplek yang diperlukan pelajaran dalam melakukan investigasi dan
memahaminya berikut pengertian PBL menurut beberapa ahli.

1. Menurut Buck Institute for Education (BIE) (dalam Khamdi, 2007) “Project Based
Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom

3
mengkonstruksi belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya
siswa bernilai dan realistik.
2. Project Based Learning merupakan pembelajaran inovatif yang berpusat pada siswa
(student centered) dan menempatkan guru sebagai motivator dan fasilitator, dimana
siswa diberi peluang bekerja secara otonom mengkonstruksi belajarnya.
3. Pembelajaran berbasis proyek (project based learning) adalah sebuah model
pembelajaran yang menggunakan proyek (kegiatan) sebagai inti pembelajaran. Dalam
kegiatan ini, siswa melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, dan sintesis
informasi untuk memperoleh berbagai hasil belajar (pengetahuan, keterampilan, dan
sikap).
4. Thomas Mergendoller dan Michaelson mengatakan PBL adalah metodepengajaran
sistematik yang mengikutsertakan pelajaran ke dalampembelajaran pengetahuan dan
keahlian yang kompleks, pertanyaanautentik dan perancangan produk dan tugas.
5. Baron B. mengatakan PBL adalah pendekatan cara pembelajaran secarakonstruktif
untuk pendalaman pembelajaran dengan pendekatan berbasisriset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata relevanbagi kehidupannya.
6. Moeslichatoen mengatakan bahwa model pembelajaran berdasarkan proyek
(PBL)adalah suatu metode pembelajaran yang memberikan pengalaman
belajardengan menghadapkan anak dengan persoalan sehari-hari yang harus
dipecahkan secara berkelompok. Menurut hasil penelitian terdapat hubunganyang erat
antara proses memperoleh pengalaman yang sebenarnya dengan pendidikan. Oleh
karena itu, pendidikan bagi anak harus diintegrasikan dengan lingkungan kehidupan
anak yang banyak menghadapkan anak dengan pengalaman langsung.
7. Thomas, 2000 mengatakan bahwa Project Based Learning (PBL) atau Pembelajaran
Berbasis Proyek (PBP) merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada
pertanyaan-pertanyaan yang menantang atau permasalahan, yang melibatkan para
siswa di dalam desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas
investigasi; memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan
periode waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan produk-produk yang nyata atau
presentasi-presentasi.
8. Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa PBL adalah suatu pembelajaran yang
berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan menentukan
suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PBL dirancang untuk digunakan pada

4
permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan insvestigasi dan
memahaminya.
9. Mahanal, 2009 mengatakan bahwa PBL adalah pembelajaran dengan menggunakan
proyek sebagai metoda pembelajaran. Para siswa bekerja secara nyata, seolah-olah
ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara realistis.

Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL proyek dilakukan secara kolaboratif
dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan kehidupan
siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa PBL dalam
pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif. Pembelajaran kolaboratif
dalam hal ini menunjukkan bahwa antar siswa dalam kelompok saling ketergantungan dalam
menyelesaikan proyek dan antara siswa satu dengan siswa yang lain akan mencapai suatu
tujuan jika dalam kelompok tersebut dapat mencapai tujuan bersama yang diharapkan
(Slavin, 1995; Arends, 1998; Heinich et al., 2002 dalam Santyasa, 2006).

PBL membantu siswa dalam belajar pengetahuan dan ketrampilan yang kokoh yang dibangun
melalui tugas-tugas dan pekerjaan otentik. Situasi belajar, lingkungan, isi, dan tugas-tugas
yang relevan, realistik, otentik, dan menyajikan kompleksitas alami dunia nyata mampu
memberikan pengalaman pribadi siswa terhadap obyek siswa dan informasi yang diperoleh
siswa membawa pesan sugestif cukup kuat (Mahanal, 2009). Selain itu menurut Kamdi
(2007) menjelaskan bahwa PBL mendukung proses konstruksi pengetahuan dan
pengembangan kompetensi produktif pebelajar yang secara aktual muncul dalam bentuk-
bentuk keterampilan okupasional/teknikal (technical skills), dan keterampilan sebagai pekerja
yang baik (employability skills).

Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran yang


komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa dapat melakukan
penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk pendalaman materi pada suatu
topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran
berbasis proyek memerlukan beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan
rangkaian pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada
pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa melakukan
kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka, melakukan pengkajian atau
penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis informasi (Corebima, 2009).

Pembelajaran Berbasis Proyekmemiliki karakteristik sebagai berikut:

5
a) Peserta didik membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja.
b) Permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta didik.
c) Peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau
tantangan yang diajukan.
d) Peserta didik secara kolaboratif bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola
informasi untuk memecahkan permasalahan.
e) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu.
f) Peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah
dijalankan.
g) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif,
h) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan

Karakteristik Project Based Learning BIE ( dalam Susanti, 2008) menyebutkan ciri-ciri
Project Based Learning diantaranya adalah: isi, kondisi, aktivitas dan hasil. Keempat ciri-ciri
itu adalah sebagai berikut:

a. Isi Difokuskan pada ide-ide siswa yaitu dalam membentuk gambaran sendiri bekerja
atas topik-topik yang relevan dan minat siswa yang seimbang dengan pengalaman
siswa sehari-hari.
b. Kondisi Maksudnya adalah kondisi untuk mendorong siswa mandiri, yaitu dalam
mengelola tugas dan waktu belajar. Sehingga dalam belajar materisejarah siswa
mencari sumber informasi secara mandiri dari berbagai referensi seperti buku maupun
intenet.
c. Aktivitas Adalah suatu strategi yang efektif dan menarik, yaitu dalam mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dan memecahkan masalah-masalah
menggunakan keakapan. Aktivitas juga merupakan bangunan dalam menggagas
pengetahuan siswa dalam mentransfer dan menyimpan informasi dengan mudah. Pada
materi sejarah, siswa dituntut untuk aktif, menggunakan kecakapan untuk
memecahkan masalah dan berbagai tujuan belajar yang ingin dicapai.
d. Hasil, adalah penerapan hasil yang produktif dalam membantu siswa mengembangkan
kecakapan belajar dan mengintegrasikan dalam belajar yang sempurna, termasuk
strategi dan kemampuan untuk mempergunakan kognitif strategi pemecahan masalah.

6
2.2 Alasan Model Project Based Learning (PBL) Tepat untuk Pembelajaran Akuntansi
Keuangan Dalam Menyajikan Laporan Keuangan

Menurut saya metode project based learning (PBL) sangat cocok di terapkan pada
pembelajaran sejarah karena Siswa dituntut untuk berfokus pada kreatifitas berpikir,
pemecahan masalah, dan interaksi antara pelajar dengan teman sebaya untuk menciptakan
dan menggunakan pengetahuan baru. Siswa akan bekerja didalam tim, menemukan
keterampilan merencanakan, mengorganisasi, bernegosiasi, dan membuat consensus tentang
isu-ius tugas yang akan dikerjakan, siapa yang bertanggung jawab untuk setiap tugas, dan
bagaiman informasi akan dikumpulkan dan dipresentasikan secara ilmiah. Model
pembelajaran berbasis proyek yang dikonstruksi dari prinsip-prinsip pembelajaran
kontruktivis sesuai dengan kurikulum 2013, diduga dapat menumbuhkan nilai-nilai yang
hendak dibangun dalam soft skills, seperti: pemecahan masalah, kreativitas, inovasi,
kerjasama tim, kemampuan berkomunikasi dan presentasi.

2.3 Langkah-Langkah Pembelajaran Metode Project Based Learning (PBL) Secara


Konkrit

Langkah – langkah pembelajaran berbasis proyek dilaksanakan dalam 3 tahap (Anita,


2007:25) yaitu:

1. Tahapan perencanaan proyek

Adapun langkah – langkah perencanaan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

b. Menentukkan topik yang akan dibahas

c. Mengelompokan siswa dalam kelompok – kelompok kecil berjumlah 4–5 orang


dengantingkat kemampuan beragam

d. Merencang dan menyusun LKS

e. Merancang kebutuhan sumber belajar

f. Menetapkan rancangan penilaian

7
2. Tahap pelaksanaan

Siswa dalam masing – masing kelompok melaksanakan proyek dengan melakukan investigasi
atau berpikir dengan kemampuannya berdasarkan pada pengalaman yang dimiliki. Kemudian
diadakan diskusi kelompok. Sementara guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan
dengan betindak sebagai fasilitator.

3. Tahap penilian

Pada tahap ini, guru melakukan evaluasi terhadap hasil kerja masing –masing kelompok.
Berdasarkan penilaian tersebut, guru dapat membuat kesimpulan apakah kegiatan tersebut
perlu diperbaiki atau tidak, dan bagian mana yang perlu diperbaiki.

Menurut pendapat saya sebagai penulis langkah-langkah konkrit dalam pembelajaran


Akuntansi Keuangan ialah sebagai berikut :

1. Kegiatan pendahuluan (10 menit)

a. Guru menunjuk salah seorang siswa untuk emmimpin doa


b. Guru mempersiapkan kelas lebih kondusif untuk proses belajar mengajar
(kerapian dan kebersihan ruang kelas, presensi, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan)
c. Guru menyampaikan topic pembalajaran dan tujuan serta kompetensi yang
perlu dimiliki siswa
d. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya topic pembelajaran ini
e. Guru membagi kelas dalam beberapa kelompok

2. Kegiatan Inti (waktu disesuaikan)

a. Siswa duduk di kelompok masing-masing


b. Guru menanyakan beberapa masalah
c. Guru meminta para siswa menagmati gambar-gambar yang ditanyakan
dengan cermat
d. Guru mendorong siswa untuk bertanya tentang sesuatu hal yang terkait
dengan gambar- gambar yang ditayangkan

8
e. Guru menjelaskan kegiatan belajar berbasis proyek. Pada pembelajaran ini,
siswa diminta untuk menulis biografi singkat para tokoh dengan nilai-nilai
keteladanannya. Masing-masing kelompok menulis dan membuat proyek
untuk satu tokoh. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut.
1) Menentukan judul biografi,
2) Menyusun rencana jadwal, misalnya sistematika biografi itu seperti,
perlu cari/informasi/sumber/ bacaan dimana, berapa hari, analisis dan
menyusun jadi tulisan kapan, selesai kapan,
3) monitoring, siswa harus mencermati sudah berapa hari, pekerjaan
sudah sampai apa dan guru menanyakan kemajuan pekerjaan siswa
itu,
4) pengujian hasil, masing-masing menyajikan dan guru memberikan
penilaian,
5) Evaluasi pengalaman, guru akan menanyakan pengalaman pada
waktu mencari sumber atau waktu menulis, juga menanyakan
perasaan siswa waktu sedang melaksanakan kegiatan penulisan
biografi ini.

f. Guru menyampaikan waktu kerja dua bulan. Kelompok 1 Menghitung, kelompok II


menjunal dan seterusnya.

3. Kegiatan Penutup (15 menit)

a. Dalam kegiatan penutupan pertemuan hari itu lebih banyak pesan-pesan untuk
mengerjakan proyek penulisan biografi singkat. Halaman sengaja tidak diatur
disertakan kemampuan maisng-masing kelompok dan keberadaan sumber,
tetapi maksimal 6 halaman ketik, 1,5 spasi
b. Guru memberi saran ke siswa, mengerjakan tugas ini mencari informasi dan
data dari berbagai sumber sejarah.

2.4 Kelebihan Model Project Based Learning (PBL)

NWRL (2002) dalam Mahanal (2009) mengidentifikasi beberapa kelebihan penerapan PBL
yang disarikan dari beberapa ahli sebagai berikut:

9
a) Menyiapkan siswa pada lapangan pekerjaan. Siswa disiapkan melalui pengembangan
ketrampilan-ketrampilan dan kemampuan-kemampuan seluas-luasnya melalui kerja
sama/kolaborasi, perencanaan projek, pengambilan keputusan, dan manajemen waktu (Blank,
1997; Dickinson et al., 1998).

b) Meningkatkan motivasi. Laporan-laporan tertulis tentang PBL mengungkap hasil


testimoni guru dan siswa yang menggambarkan terjadinya peningkatan motivasi dari siswa
yaitu siswa sangat tekun dan berusaha keras dalam mencapai proyek. Guru melaporkan
terjadi peningkatan kehadiran dan berkurangnya keterlambatan. Siswa melaporkan bahwa
belajar dalam proyek lebih bersemangat daripada komponen kurikulum yang lain. Para siswa
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilannya ketika mereka menyelesaikan
tugas-tugas proyek-proyek. Dengan proyek-proyek, para siswa menggunakan ketrampilan-
ketrampilan pemikiran tinggi dan membentuk hubungan pengetahuan dan ketrampilannya di
sekolah digunakan di dalam dunia nyata.

c) Meningkatkan kolaborasi untuk mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran kolaboratif


memberi kesempatan pada siswa saling untuk melontarkan gagasan, menyatakan pendapat-
pendapat lebih luas, dan bernegosiasi menyusun solusi-solusi, semua itu merupakan
ketrampilan yang diperlukan di lapangan kerja.

d) Meningkatkan hubungan sosial dan keahlian berkomunikasi. Pentingnya kerja kelompok


dalam proyek diperlukan siswa dalam mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan
komunikasi (Johnson & Johnson, 1989). Kelompok kerja kooperatif, evaluasi siswa,
pertukaran informasi online adalah aspek-aspek kolaboratif dari sebuah proyek. Teori-teori
kognitif yang baru dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial,
dan bahwa siswa akan belajar lebih di dalam lingkungan kolaboratif (Vygotsky, 1978;
Davidov, 1995).

e) Meningkatkan ketrampilan-ketrampilan pemecahan masalah. Penelitian pada


pengembangan keterampilan kognitif tingkat tinggi menekankan keterlibatan siswa di dalam
tugas-tugas pemecahan masalah serta bagaimana menemukan dan memecahkan masalah.
Banyak sumber yang mendiskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat siswa
menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang komplek.

f) Membuka peluang bagi para siswa untuk membuat dan melihat hubungan antar disiplin
ilmu.

10
g) Memberi kesempatan para siswa untuk berperan di sekolah atau di masyarakat.

h) Meningkatkan percaya diri. Para siswa merasa bangga akan memenuhi sesuatu yang
mempunyai nilai di luar kelas itu

i) Memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan kemampuan belajar secara


individu dengan berbagai pendekatan belajar. Menyediakan suatu pengalaman yang praktis
tentang dunia nyata dan belajar cara menggunakan teknologi. Aktivitas pembelajaran
berbasis proyek menyediakan kerangka kerja pada siswa untuk membuka kreatifitas mereka
menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah seperti memanfaatkan/menggunakan
komputer dan internet dalam menghasilkan produk akhir penelitiannya.

j) Meningkatkan keterampilan mengelola sumberdaya. PBL mendorong siswa menjadi


pebelajar yang mandiri yaitu bertanggungjawab untuk menyelesaikan tugas yang komplek.
Pembelajaran Berbais Proyek yang diimplementasikan secara baik memberikan kesempatan
kepada siswa untuk belajar dan praktik dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi
waktu dan mengelolan sumber daya lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas

k) Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar, mendorong kemampuan


mereka untuk melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu untuk dihargai.

l) Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan
pengetahuan yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata.

m) Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun


pendidik menikmati proses pembelajaran.

Anatta (dalam Susanti, 2008) menyebutkan beberapa kelebihan dari Project Based Learning
diantaranya sebagai berikut: 1) Meningkatkan motivasi, dimana siswa tekun dan berusaha
keras dalam mencapai proyek dan merasa bahwa belajar dalam proyek lebih menyenangkan
daripada komponen kurikulum yang lain. 2)Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah,
dari berbagai sumber yang mendeskripsikan lingkungan belajar berbasis proyek membuat
siswa menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang kompleks. 3)
Meningkatkan kolaborasi, pentingnya kerja kelompok dalam proyek memerlukan siswa
mengembangkan dan mempraktikan keterampilan komunikasi. Teori-teori kognitif yang baru
dan konstruktivistik menegaskan bahwa belajar adalah fenomena sosial, dan bahwa siswa
akan belajar lebih didalam lingkungan kolaboratif. 4)Meningkatkan keterampilan mengelola

11
sumber, bila diimplementasikan secara baik maka siswa akan belajar dan praktik dalam
mengorganisasi proyek, membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti
perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.

2.5 Kelemahan Model Project Based Learning (PBL)

Adapun beberapa kelemahan model project based learning (PBL) antara lain:

a) Memerlukan banyak waktu untuk menyelesaikan masalah.

b) Membutuhkan biaya yang cukup banyak

c) Banyak instruktur yang merasa nyaman dengan kelas tradisional, di mana instruktur
memegang peran utama di kelas.

d) Banyaknya peralatan yang harus disediakan.

e) Peserta didik yang memiliki kelemahan dalam percobaan dan pengumpulan informasi
akan mengalami kesulitan.

f) Ada kemungkinanpeserta didikyang kurang aktif dalam kerja kelompok.

g) Ketika topik yang diberikan kepada masing-masing kelompok berbeda, dikhawatirkan


peserta didik tidak bisa memahami topik secara keseluruhan

h) Kondisi kelas agak sulit dikontrol dan mudah menjadi ribut saat pelaksanaan proyek
karena adanya kebebasan pada siswa sehingga memberi peluang untuk ribut dan untuk itu
diperlukannya kecakapan guru dalam penguasaan dan pengelolaan kelas yang baik.

i) Walaupun sudah mengatur alokasi waktu yang cukup masih saja memerlukan waktu
yang lebih banyak untuk pencapaian hasil yang maksimal.

j) Organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini sukar dan
memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini.

k) Harus dapat memilih topik unit yang tepat sesuai kebutuhan anak didik, cukup fasilitas,
dan memiliki sumber-sumber belajar yang diperlukan.

l) Bahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.

12
Untuk mengatasi kelemahan dari pembelajaran berbasis proyek di atas seorang pendidik
harus dapat mengatasi dengan cara memfasilitasi peserta didik dalam menghadapi masalah,
membatasi waktu peserta didik dalam menyelesaikan proyek, meminimalis dan menyediakan
peralatan yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar, memilih lokasi penelitian yang
mudah dijangkau sehingga tidak membutuhkan banyak waktu dan biaya, menciptakan
suasana pembelajaran yang menyenangkan sehingga instruktur dan peserta didik merasa
nyaman dalam proses pembelajaran.

BAB 3.

KESIMPULAN

Project Based Learning adalah model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan
pemecahan masalah dan tmemberi peluang siswa bekerja secara otonom mengkonstruksi
belajar mereka sendiri, dan puncaknya menghasilkan produk karya siswa bernilai dan
realistik. Santyasa (2006) juga menjelaskan bahwa di dalam PBL proyek dilakukan secara
kolaboratif dan inovatif yang berfokus pada pemecahan masalah yang berhubungan dengan
kehidupan siswa atau masyarakat. Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa PBL
dalam pelaksanaannya menekankan pada pembelajaran yang kolaboratif.

13
Dalam berjalannya waktu, siswa melaksanakan seluruh aktivitas mulai dari persiapan
pelaksanaan proyek mereka hingga melaporkannya sementara guru memonitor dan
memantau perkembangan proyek kelompok-kelompok siswa dan memberikan pembimbingan
yang dibutuhkan. Pada tahap berikutnya, setelah siswa melaporkan hasil proyek yang mereka
lakukan, guru menilai pencapaian yang siswa peroleh baik dari segi pengetahuan (knowledge
terkait konsep yang relevan dengan topik), hingga keterampilan dan sikap yang
mengiringinya. Terkahir, guru kemudian memberikan kesempatan kepada siswa untuk
merefleksi semua kegiatan (aktivitas) dalam pembelajaran berbasis proyek yang telah mereka
lakukan agar di lain kesempatan pembelajaran dan aktivitas penyelesaian proyek menjadi
lebih baik lagi.

Model ini memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya ialahdapat merombak
pola pikir anak didik dari yang sempit menjadi lebih luas dan menyeluruh dalam memandang
dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan, pengetahuan yang diperoleh
fungsional, anak-anak belajar bersungguh-sungguh dalam bekerja bersama, dan anak-anak
bertanggung jawab penuh pada pekerjaannyasedangkan kelemahannya ialah kurikulum yang
berlaku di negara kita saat ini, baik secara vertikal maupun horizontal, belum menunjang
pelaksanaan metode ini, organisasi bahan pelajaran, perencanaan, dan pelaksanaan metode ini
sukar dan memerlukan keahlian khusus dari guru, sedangkan para guru belum siap untuk ini
danbahan pelajaran sering menjadi luas sehingga dapat mengaburkan pokok unit yang
dibahas.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2014/05/model-pembelajaran-project-based.html

https://docs.google.com/document/d/1noKMTmfQyofqEX461Wb2g5TP7Y9GWTPuBWR3l
kSiw2U/edit

http://sainsedutainment.blogspot.com/2012/09/project-based-learning.html

http://falerieducation.blogspot.com/2012/03/project-based-learning.html

http://www.m-edukasi.web.id/2014/06/pembelajaran-proyek-project-based.html

http://femisiburian.blogspot.com/2013/11/project-based-learning-problem-based.html

15

Anda mungkin juga menyukai