Kondisi Pembelajaran
Kondisi dulu Teacher centered
Pengetahuan dipindahkan dari pengajar ke pembelajar Pembelajar menerima informasi secara pasif Belajar dan penilaian adalah yang terpisah Penekanan pada pengetahuan di luar konteks aplikasinya Pengajar perannya sebagai pemberi informasi dan penilai Fokus pada satu bidang disiplin ilmu
Kondisi pembelajaran teacher centered membuat siswa menjadi pasif. Kondisi pembelajaran student centered membuat siswa menjadi lebih aktif karena berkesempatan untuk belajar secara kontekstual. Keaktifan siswa bisa dalam bentuk: kemampuan berargumentasi atau berdebat, keterampilan menggunakan komputer, dan keterampilan melaksanakan percobaan.
Menjadikan lembaga pendidikan sebagai: Lembaga pendidikan kecakapan hidup. Pendidikan yang bertujuan mencapai kompetensi (pembelajaran berbasis kompetensi). Proses pembelajaran yang otentik dan kontekstual (pembelajaran berbasis kontekstual) yang dapat menghasilkan produk bernilai dan bermakna bagi siswa. (Depdiknas, 2002, 2003)
CTL
Contoh CTL
Membantu guru mengaitkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata. Memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Prof. Howard Barrows dan Kelson Problem based larning (PBL adalah kurikulum dan proses pembelajaran). Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut pembelajar mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pendekatannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam karier dan kehidupan sehari-hari.
Dutch (1994)
PBL merupakan metode instruksional yang menantang pembelajar agar belajar untuk belajar, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis pembelajar dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan pembelajar untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pelajaran yang sesuai.
Peranan Guru
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih. Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan Tahap IV karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta Mengembangkan dan menyajikan hasil karya membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya. Tahap V Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
Tahap
Tahap I Mendefinisikan tujuan akhir Tahap II Merumuskan pertanyaan yang terarah Tahap III Merencanakan penilaian
Kegiatan
Siswa mendefinisikan tujuan dari pembuatan produk akhir. Proyek besar dimulai dengan perencanaan untuk hasil akhir. Belajar untuk merancang terlibat, membuat standar yang berfokus pada proyekproyek yang membantu siswa mengembangkan pengetahuan yang mendalam dan keterampilan penting. Pertanyaan yang terarah adalah inti dari proyek yang efektif. Siswa belajar menulis pertanyaan ini yang memicu minat dan mendorong siswa melalui proyek. Penilaian dalam PBL yang bertujuan mengukur pengetahuan konten dan keterampilan seperti kerjasama, komunikasi, pemecahan masalah, dan kerja sama tim. Hasil proyek dicocokkan dengan strategi penilaian dan rubrik.
Siswa menganalisa kebutuhan instruksional, memilih kegiatan, Tahap IV memperkirakan waktu dan sumber daya, mempersiapkan tugas-tugas Memetakan proyek penting dalam perencanaan proyek agar berhasil. Tahap V Mengelola proses Manajemen proyek yang efektif mengajarkan siswa untuk mengelola dan bertanggung jawab atas pekerjaan mereka sendiri.
Kegiatan
Siswa kelas V merumuskan tujuan proyek mereka dengan cara brainstorming. Proyek dikaitkan dengan minat mereka. Jumlah anak dalam kelompok tergantung berapa anak dalam 1 kelas yang minatnya sama, contoh: kelompok Teknologi, ada 4 anggota.
Siswa belajar menguraikan tujuan akhir mereka itu melalui pertanyaan-pertanyaan terarah menuju penyelidikan dari berbagai konsep (inkuiri).
Tim guru berdiskusi menentukan penilaian untuk mengukur pengetahuan konten dan keterampilan seperti kerjasama, komunikasi, pemecahan masalah, dan kerja sama tim. Instrumen lalu disosialisasikan dengan siswa agar pembelajaran mereka selalu berlandaskan kriteria sukses penilaian itu. Siswa dengan pengawasan mentor guru dan orang tua siswa, mulai menganalisa kebutuhan instruksional, memilih kegiatan, memperkirakan waktu dan sumber daya, mempersiapkan tugas-tugas penting dalam perencanaan proyek agar berhasil. Kegiatannya: mencari resources, nara sumber, lokasi kunjungan, menyusun metode ilmiah, mengeluarkan survei, mengolah data menjadi grafik & menyimpulkan hasilnya, mengadakan bazar untuk mencari dana penelitian, membuat laporan dalam Bhs Indonesia & Bhs. Inggris (semua pelajaran & keahlian di kelas V dikerahkan untuk menyelesaikannya). Mewujudkan apa yang diusahakan pada tahap IV dalam bentuk aksi, bisa berupa: drama, tari, hasil karya 3 dimensi, filem, puisi, karya lagu, iklan, kampanye, menciptakan resep makanan baru berbasis bahan tradisional Indonesia, atau bahkan tindakan nyata dalam masyarakat, seperti: pengumpulan dana untuk adopsi orangutan, pengumpulan minyak jelantah dari masyarakat untuk diserahkan kepada pabrik biodiesel, peluncuran sukarelawan untuk membacakan dongeng bagi siswa TK. Semuanya atas inisiatif siswa setelah melalui proses penelitian siswa kelas V SD.
KESIMPULAN
PBL adalah suatu pendekatan yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan yang esensial dari materi pelajaran. Pembelajaran ini dirancang untuk merangsang berpikir tingkat tinggi dalam situasi berorientasi pada kejadian yang sebenarnya. Pendidikan bukanlah tujuan kita. Pendidikan harus mempersiapkan pembelajar untuk hidup (Edward de Bono). Dengan demikian, PBL punya peluang untuk membangun kecakapan hidup (life skills) pembelajar; pembelajar terbiasa mengatur dirinya sendiri (self directed), berpikir metakognitif (reflektif dengan pikiran dan tindakannya), berkomunikasi dan berbagai kecakapan terkait, dan ini perlu dimulai sejak siswa masih di tingkat SD.