Oleh:
KARIM RESNANGMADITA MAHKS
NIM. 236010100111039
BAB I PENDAHULUAN...............................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................3
C. Tujuan Penelitian..........................................................................3
D. Kajian Teoritis...............................................................................3
BAB II PEMBAHASAN................................................................8
Leste............................................................................................12
A. Kesimpulan...................................................................................16
B. Saran...........................................................................................17
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di era modern membuat banyak
pertumbuhan pengguna internet berkembang pesat, hal ini merupakan suatu
kenyataan yang membuat internet menjadi salah satu media bagi pelaku
usaha untuk memperkenalkan dan menjual barang atau jasa ke calon
konsumen dari seluruh dunia. Seorang konsumen yang biasanya membeli
barang atau menyewa layanan dengan fisik pergi ke pasar adalah
dimudahkan mendapatkan barang atau jasa, maka konsumen e-commerce
(Perdagangan Elektronik) lebih mudah lagi dalam mendapatkan barang/jasa.
Potensi dari e-commerce itu sendiri membuat setiap produk atau
layanan yang berjarak sangat jauh dapat dibeli hanya dengan menggunakan
beberapa klik dari konsumen e-commerce. Dengan adanya fenomena
tersebut, yang semakin memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merupakan alat penggerak produktifitas dan efisiensi produsen dari barang
atau jasa yang dihasilkannya dalam rangka mencapai sasaran usaha, maka
pelaksanaan e-commerce ini dipandang sangat penting keberadaannya. 1
Perkembangan perdagangan e-commerce yang semakin pesat
membawa dampak bagi negara baik secara mikro maupun makro yang
sangat berpengaruh pada pertumbuhan perekonomian pada suatu negara
terkhususnya Indonesia. Berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia transaksi elektronik diartikan sebagai perbuatan hukum
yang dilakukan dengan menggunakan komputer, jaringan komputer, dan
atau media eletronik lainnya. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 Angka 2
Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik.2
1
Abdul Halim B, 2009, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen dalam Transaksi E-commerce
Lintas Negara Di Indonesia, Yogyakarta, FH UII Press, hlm.3-4
2
Pasal 1 Angka 2 Undang – Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
1
Pemanfaatan dari e-commerce itu sendiri dalam proses transaksi
bisnis memberikan manfaat kepada pelaku usaha dan konsumen. Salah
satunya yang menjadi alasan popularitas transaksi melalui e-commerce
dibandingkan dengan metode perdagangan konvensional adalah karena
transaksi ini cepat, mudah, dan lebih ekonomis. Tidak hanya itu, penjualan
melalui platform e- commerce juga memberikan keuntungan pada konsumen
dalam hal efisiensi waktu dan ekonomi.
Dari hasil riset penelitian oleh layanan manajemen konten Hootsuite
dan dari agensi pemasaran media sosial We Are Social dalam laporannya
berjudul “Digital 2022” terdapat 4,95 miliar pengguna internet di dunia
dengan 204,7 juta merupakan pengguna internet dari Indonesia. Hampir dari
semua pengguna internet yang berasal dari Indonesia tersebut mengakses
internet menggunakan perangkat seluler yaitu sekitar 94,1% dari pengguna
internet Indonesia tahun 2022 dan rata-rata pengguna menghabiskan 4 jam
56 menit mengakses internet menggunakan perangkat seluler. Kemudian,
sebanyak 60,6% pengguna internet berusia 16 hingga 64 tahun yang
mengakses internet ternyata memilih untuk membeli produk atau pelayanan
jasa secara online pada platform e-commerce dan 158,7 juta konsumen
Indonesia menggunakan digital payments.3
Kemudian Pada tahun 2022, pasar e-commerce di Asia Tenggara
mencapai total pendapatan sebesar USD 99,5 miliar . Angka tersebut
menunjukkan pertumbuhan 1,8 kali lipat dibandingkan tahun 2020 yang
pendapatannya sebesar USD 54,8 miliar. Indonesia memainkan peran
penting, menyumbang 52% dari total keseluruhan, yaitu sebesar USD 51,9
miliar yang kemudian selanjutnya disusul oleh Thailand dengan 14%
kemudian Filipina dengan 12% dan selanjutnya Vietnam dengan 9% yang
sama dengan Malaysia 9% kemudian yang terakhir Singapura dengan 4%. 4
3
Data Portal, Digital in Indonesia: All the Statistics You Need in 2022. Data Reportal Global
Digital Insights. https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia diakses pada tanggal 21
Maret 2023
4
Daxueconsulting, E-commerce Asia Tenggara: Menguraikan pasar senilai USD 99,5 miliar,
https://daxueconsulting.com/southeast-asias-e-commerce/ diakses pada tanggal 21 Maret 2023
Apabila dikaitkan dengan negara Timor Leste, dalam data diatas
belum adanya platform e-commerce dari Timor Leste yang cukup besar
untuk memasuki dan mempengaruhi pasar e-commerce di kawasan asia
tenggara hal itu juga membuktikan bahwa salah satu negera berkembang ini
belum melaksanakan perdagangan e-commerce secara maksimal.
Maka berdasarkan hal tersebut, penelitian ini akan menganalisis
terkait pelaksanaan e-commerce di negara Indonesia yang ditinjau dari
beberapa kajian konsep dan teoritis dalam perubahan sosial terkhususnya
teori evolusi dan teori fungsionalis serta penelitian ini akan menjelaskan
mengenai bagaimana pelaksanaan e-commerce serta regulasi yang
mengaturnya di negara berkembang yang terkhususnya negara Timor Leste.
B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana pelaksanaan perdagangan e-commerce di negara
Indonesia ditinjau dari konsep dan teori evolusi dan
fungsionalis?
2) Bagaimana pelaksanaan perdagangan e- commerce dan
hukumnya di negara Timor Leste ?
C. Tujuan Penelitian
1) Untuk mengkaji dan menganalisis pelaksanaan perdagangan e-
commerce di negara Indonesia ditinjau dari konsep dan teori
evolusi dan fungsionalis.
2) Untuk mendeskripsikan pelaksanaan perdagangan e- commerce
dan hukumnya di negara Timor Leste.
D. Kajian Teoritis
1. Teori Evolusi
Teori Evolusi digagas oleh tokoh sosiologi yang bernama
August Comte. Teori ini menyatakan bahwa terdapat tiga tahap
3
intelektual yang dijalani dunia ini sepanjang sejarahnya. Yang mana
tiga tahapan perkembangan masyarakat yang dijelaskan oleh Comte,
adalah sebagai berikut : 5
2. Teori Fungsionalis
Teori fungsional adalah istilah teori yang berasal dari Bahasa
Inggris “functional theory” yang berusaha secara fungsionalisme
dengan melacak faktor penyebab perubahan sosial masyarakat sampai
ketidakpuasan masyarakat akan kondisi sosialnya yang secara pribadi
memengaruhi kehidupan mereka.8
6
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi,Kreasi Wacana, Bantul 2014, hlm 265
7
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial (Satuan teoritis serta pengalaman-
pengalaman di Indonesia), Genta Publishing, yogyakarta 2009, hlm. 45
8
Fahcri Aska, Teori Fungsionalisme Dilihat Dari Sudut Pandang Antropologi Hukum,
UNIVERSITAS EKASAKTI AAI-PADANG, Padang, 2022, Hlm 4
5
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu
August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran
struktural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu
menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari
organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut
merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat
bertahan hidup.
Teori Fungsionalisme mengajarkan bahwa secara teknis
masyarakat dapat dipahami dengan melihat sifatnya sebagai suatu
analisis sistem sosial, dan subsistem sosial, dengan pandangan bahwa
masyarakat pada hakekatnya tersusun kepada bagian-bagian secara
struktural, dimana dalam masyarakat ini terdapat berbagai sistem-
sistem dan faktor-faktor yang satu sama lain mempunyai peran dan
fungsinya masing-masing, saling berfungsi, dan mendukung dengan
tujuan agar masyarakat dapat terus bereksistensi, dimana tidak ada
satu bagian pun dalam masyarakat yang dapat dimengerti tanpa
mengikutsertakan bagian yang lain dan jika salah satu bagian
masyarakat yang berubah akan terjadi gesekan-gesekan ke bagian lain
dari masyarakat ini. 9
Functionalist (Para penganut pendekatan fungsional) melihat
masyarakat dan lembaga-lembaga sosial sebagai suatu sistem yang
seluruh bagiannya saling tergantung satu sama lain dan bekerja sama
menciptakan keseimbangan (equilibrium). Mereka memang tidak
menolak keberadaan konflik di dalam masyarakat, akan tetapi mereka
percaya benar bahwa masyarakat itu sendiri akan mengembangkan
mekanisme yang dapat mengotrol konflik yang timbul. Inilah yang
menjadi pusat perhatian analisis bagi kalangan fungsionalis. 10
Maka dapat disimpulkan, menurut teori ini, masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau
9
Ibid
10
L.B wirawan, “Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: fakta sosial. Definisi sosial, dan
perilaku sosial”, Cet. 3, Jakarta: Pranamedia Group, 2014, hlm.41.
elemen yang saling berkaitan dan menyatu dalam keseimbangan.
Perubahan yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan
pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah setiap struktur
dalam sistem sosial fungsional terhadap yang lain. Sebalikya, kalau
tidak fungsioanal maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang
dengan sendirinya. Secara ekstrem penganut teori ini beranggapan
bahwa semua peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi
suatu masyarakat.
7
BAB II
PEMBAHASAN
11
Widya Lestari, Sejarah Uang dari Barter hingga Sekarang,
https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/02/220000379/sejarah-uang-dari-barter-hingga-
sekarang?page=all#:~:text=Lahirnya%20sistem%20barter&text=Catatan%20sejarah
%20menunjukkan%20bahwa%20sistem,terlibat%20transaksi%20harus%20saling%20bersepakat.
Kompas.com, diakses pada tanggal 22 Maret 2024
baru dilakukan pada sekitar abad ke-7 SM di Turki.
Pemerintah Indonesia pertama kali mengedarkan uang
logam rupiah pada tahun 1951 dan 1952. Koin tersebut
bernilai 5 sen dan 1 sen.
Sedangkan untuk uang kertas pertama kali
dikembangkan pada era Dinasti Tang di China pada abad
ke-7 Masehi. Di Indonesia, uang kertas mulai di cetak
secara resmi oleh pemerintah Indonesia pada tanggal 17
Oktober 1945, tepat dua bulan setelah Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia, diluncurkanlah "Oeang
Republik Indonesia" (ORI) untuk pertama kalinya.
Namun, belum sepenuhnya diedarkan. Baru pada
tanggal 10 Oktober 1946, ORI mulai diedarkan untuk
pertama kalinya di Pulau Jawa.12
Kemudian berdasarkan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1953 Tentang Penetapan Undang-Undang
Pokok Bank Indonesia, Bank Indonesia menerbitkan dan
mengedarkan untuk pertama kalinya uang rupiah dengan
pecahan Rp5, Rp10, Rp25, Rp50, Rp100, Rp500,dan Rp1
.000.13 Uang – uang yang diterbitkan secara resmi
tersebut digunakan dalam perdagangan konvensional di
Indonesia.
3) Tahap Modern
Tahapan yang terakhir adalah tahap modern,
dengan masifnya penggunakan internet di seluruh dunia
maka hal tersebut memaksa pembentukan sistem
perdagangan baru yang berbasis daring atau online.
12
CNN, Sejarah Uang Kertas Pertama Di Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201029185107-78-564043/sejarah-uang-kertas-pertama-di-
indonesia, Diakses pada tanggal 21 Maret 2024
13
Detik.com, Sejarah Uang Rupiah yang Dicetak Bank Indonesia,
https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6241956/sejarah-uang-rupiah-yang-dicetak-bank-indonesia ,
Diakses pada tanggal 21 Maret 2024
9
Peran pemerintah sebagai upaya mengatur
perkembangan kegiatan e-commerce dan perkembangan
teknologi, yaitu mengenai pajak penghasilan dari
ecommerce salah satunya terwujud dalam surat edaran
Direktur Jenderal Pajak Nomor S-429/PJ.22/1998
tertanggal 24 Desember 1998 tentang Himbauan Kepada
Wajib Pajak yang Melakukan Transaksi Melalui Electronic
Commerce.14
Perlindungan hukum terhadap konsumen dan
penjual merupakan hal yang sangat penting. Pada tahun
2013 hingga 2015 marak terjadi penipuan yang
merugikan konsumen. Tidak adanya jaminan keamanan
yang dibuat pemerintah untuk mengawasi dan mengatur
kegiatan e-commerce. Regulasi yang dibuat pemerintah
terwujud pada aturan pasal 2 Undang – Undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang
dirumuskan sebagai berikut “Perlindungan konsumen
berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan
dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum”. 15
Pada tahun 2008, ketika e-commerce mulai
ramai, pemerintah menerbitkan Undang – Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik atau yang dikenal UU ITE. Pada Undang-
Undang tersebut menyebutkan bahwa mengatur segala
hal yang mengenai transaksi elektronik, salah satunya
ialah kegiatan transaksi jual beli online.16
Kemudian pada tanggal 25 November 2016 UU
ITE diperbarukan dengan Undang-Undang Nomor 19
14
Tutik Mustajibah, Dinamika E-Commerce Di Indonesia Tahun 1999-2015, AVATARA, E-Journal
Pendidikan Sejarah Volume 10, No. 3 Tahun 2021, Hlm 5
15
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
16
Undang – Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi
Elektronik dan mengalami perubahan kedua dengan
diubah dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2024
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik.
11
dan sebaliknya apabila dianggap tidak berguna (disfungsional) akan
ditolak masyarakat. Maka apabila perdagangan e-commerce yang
dilihat sekarang ini berkembang secara masif yang dapat dilihat dalam
data Daxueconsulting pada tahun 2022, pasar e-commerce di Asia
Tenggara mencapai total pendapatan sebesar USD 99,5 miliar dengan
dikuasai oleh Indonesia yang menyumbang 52% dari total
keseluruhan, yaitu sebesar USD 51,9 miliar. Hal tersebut dapat
dikatakan bahwa perdagangan e-commerce yang ditinjau secara
fungsionalis dapat dikatakan merupakan perubahan yang dipandang
bermanfaat oleh masyarakat (fungsional).
17
Eugenia Brandao Da Silva, Pengaturan Perlindungan Konsumen Di Timor Leste Dan
Indonesia (Suatu Studi Perbandingan Hukum), Tesis, Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
2016, hlm 42
1) Resolucões do Parlamento nemuro 6/III/3/2016; Artigo 6 atau
Keputusan Parlemen Nomor 6/III/3/2016 Pasal 6 yang menjelaskan
bahwa:
“Barang yang ditempatkan dan untuk diperjualjualkan di pasar harus
memenuhi standardan kuaklitas yang baik sehingga tidak menimbulkan
resiko bagi kesehatan konsumen. Bagi penjual barang, atau disebut
pelaku usaha memaksa dalam hal apapun untuk memberikan informasi
yang diperlukan oleh konsumen sehingga bagi konsumen
menggunakan barang/jasa dengan baik dan bagi pelaku usaha akan
terhindar dari masalah hukum.”
13
5) Dan yang terakhir mengenai penjelasan dan regulasi mengenai
perdagagan secara umum dijelaskan dalam Código Civi De Timor-Leste
atau KUH Perdata Timor Leste.
18
ECDB, Pasar Ecommerce Di Timor-Leste, https://ecommercedb.com/markets/tl/all diakses pada
tanggal 21 Maret 2023
19
Timor Leste Customs Authority, UNCTAD meminta Timor Leste untuk membuat Undang-
Undang eCommerce, https://customs.gov.tl/id/news-and-media/unctad-meminta-timor-leste-untuk-
membuat-undang-undang-ecommerce/ diakses pada 22 Maret 2023
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Perdagangan e-commerce di Indonesia apabila ditinjau dari teori
evolusi mengalami perubahan yang signifikan dimulai dengan tahap
pertama yakni tahap primitif yang diawali dengan proses barter
kemudian masuk ke tahap berikutnya yakni tahap pertengahan dengan
penerbitan alat pembayaran seperti uang logam dan uang kertas yang
proses pembayaran jual – beli masih bersifat konvensional dan yang
terakhir yakni tahap modern dimana internet sudah dapat diakses dan
mempermudah proses jual beli dengan perdagangan secara online atau
elektronik (e-commerce) yang salah satu produk hukumnya adalah
Undang – Undang ITE. Kemudian perdagangan e-commerce di
Indonesia apabila ditinjau dari teori fungsionalis maka terjadi
perubahan dari satu bagian yang merubah keseluruhan sistem sosial di
masyarakat, dalam hal ini adalah jaringan internet yang bagian di
masyarakat namun telah berhasil merubah kehidupan di masyarakat
seperti bersosialisasi, perdagangan dan lain-lain.
2. Negara Timor Leste belum memiliki peraturan khusus terkait
perdagangan e-commerce namun Timor Leste telah membuat banyak
regulasi yang mengatur mengenai perdagangan baik bersifat
konvensional maupun modern yang masih bersifat umum. Antara lain
sebagai berikut: Resolucões do Parlamento nemuro 6/III/3/2016; atau
Keputusan Parlemen Nomor 6/III/3/2016, Formacão da educacão atau
Peraturan Pembentukan Pendidikan Konsumen, Protecão contra a
publicidade enganosa e abusive atau Peraturan Perlindungan terhadap
iklan yang menyesatkan dan kasar, Decreito Lei numero 28/2011,
Regulamento da Indústria e Comercialização dos Géneros Alimentares
atau Keputusan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 Tentang Regulasi
Industri dan Komersialisasi Jenis Makanan, dan yang terakhir mengenai
15
penjelasan dan regulasi mengenai perdagagan secara umum dijelaskan
dalam Código Civi De Timor-Leste atau KUH Perdata Timor Leste.
B. Saran
1. Bagi pemerintah negara Indonesia, dengan pasar e-commerce
Indonesia yang menguasai kawasan asia tenggara sudah seharusnya
pemerintah dapat memfasilitasi dengan membantu mensosialisasikan
kepada penjual-penjual konvensianal agar dapat menggunakan atau
turut ikut andil dalam proses perdagangan modern melalui e-
commerce.
2. Bagi pemerintah negara Timor Leste, perdagangan e-commerce
merupakan pasar masa depan dalam arti bahwa negara Timor Leste
harus bisa beradaptasi agar dapat bertahan di era modern dengan cara
membentuk regulasi atau aturan mengenai perdagangan e-commerce.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Abdul Halim B, , Perlindungan Hukum Bagi Konsumen dalam Transaksi E-
commerce Lintas Negara Di Indonesia, Yogyakarta, FH UII Press,2009
George Ritzer & Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi,Kreasi Wacana, Bantul 2014,
George Ritzer dan Douglas J. Goodman, Teori Sosiologi Klasik dan
Postmoderen,Bantul:Kreasi Wacana,2010
L.B wirawan, “Teori-teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: fakta sosial. Definisi
sosial, dan perilaku sosial”, Cet. 3, Jakarta: Pranamedia Group, 2014
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Perubahan Sosial (Satuan teoritis serta
pengalaman-pengalaman di Indonesia), Genta Publishing, yogyakarta,
2009
SKRIPSI/TESIS/DISERTASI :
Eugenia Brandao Da Silva, Pengaturan Perlindungan Konsumen Di Timor
Leste Dan Indonesia (Suatu Studi Perbandingan Hukum), Tesis,
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga 2016
Fahcri Aska, Teori Fungsionalisme Dilihat Dari Sudut Pandang Antropologi
Hukum, Skripsi, UNIVERSITAS EKASAKTI AAI-PADANG, Padang, 2022
17
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik
Timor Leste:
Código Civi De Timor-Lest
Decreito Lei numero 28/2011, Regulamento da Indústria e Comercialização dos
Géneros Alimentares
Formacão da educacão artigo
Protecão contra a publicidade enganosa e abusive
Resolucões do Parlamento nemuro 6/III/3/2016
NASKAH INTERNET:
CNN, Sejarah Uang Kertas Pertama Di Indonesia,
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201029185107-78-564043/sejar
ah-uang-kertas-pertama-di-indonesia
Data Portal, Digital in Indonesia: All the Statistics You Need in 2022. Data
Reportal Global Digital Insights.
https://datareportal.com/reports/digital-2022-indonesia diakses pada
tanggal 21 Maret 2023
Daxueconsulting, E-commerce Asia Tenggara: Menguraikan pasar senilai
USD 99,5 miliar, https://daxueconsulting.com/southeast-asias-e-
commerce/
Detik.com, Sejarah Uang Rupiah yang Dicetak Bank Indonesia,
https://www.detik.com/jatim/budaya/d-6241956/sejarah-uang-rupiah-yang-
dicetak-bank-indonesia
ECDB, Pasar Ecommerce Di Timor-Leste,
https://ecommercedb.com/markets/tl/all
Timor Leste Customs Authority, UNCTAD meminta Timor Leste untuk
membuat Undang-Undang eCommerce,
https://customs.gov.tl/id/news-and-media/unctad-meminta-timor-leste-
untuk-membuat-undang-undang-ecommerce/
Widya Lestari, Sejarah Uang dari Barter hingga Sekarang,
https://www.kompas.com/stori/read/2024/01/02/220000379/sejarah-uang-
dari-barter-hingga-sekarang?page=all#:~:text=Lahirnya%20sistem
%20barter&text=Catatan%20sejarah%20menunjukkan%20bahwa
%20sistem,terlibat%20transaksi%20harus%20saling%20bersepakat.
Kompas.com
19