Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ASPEK HUKUM DALAM BISNIS

HUKUM DAGANG UNTUK ELEKTRONIK INTERNET

Dosen Pengampu : Eko Murtisaputra, S.H., M.H., M.M.

Disusun Oleh :

Haryantono Lhowchinlong ( 20612268 )

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN
TANJUNGPINANG
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat dan atas
segala limpahan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas yang berbentuk makalah ini sesuai dengan waktu yang telah
direncanakan.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada banginda Nabi Besar
Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya yang selalu eksis membantu
perjuangan beliau dalam menegakkan Dinullah di muka bumi ini.
Penyusunan makalah ini adalah merupakan salah satu tugas dari “Mata Kuliah Aspek
Hukum Dalam Ekonomi”. Dalam penulisan makalah ini, tentu banyak pihak yang telah
memberikan bantuan baik moril maupun materil. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada rekan-rekan Mahasiswa yang telah
membantu memberikan masukan dalam Makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka saran
dan kritik yang konstruktif dari semua pihak sangat diharapkan demi
penyempurnaan selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan dan semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulisdan para
pembaca pada umumnya.

Probolinggo, 04 Mei 2014

Fiqi Dwipatria Muslimin


14.641.0279
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………… 1
DAFTAR ISI…………………………………………………………….. 2
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG………………………………………… 3
B. RUMUSAN MASALAH..……………………………………. 4
BAB II : ISI / PEMBAHASAN
A. PERJANJIAN DALAM PERDAGANGAN.............………… 5
B. LEGALITAS PERJANJIAN PERDANGAN....……………… 7
BAB III : PENUTUP
A. KESIMPULAN...……………………………………………… 12
DAFTAR PUSTAKA..…………………………………………………… 13
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Semakin konvergennya (keterpaduan) perkembangan Teknologi Informasi dan
Telekomunikasi dewasa ini, telah mengakibatkan semakin beragamnya pula aneka
jasa-jasa (features) fasilitas telekomunikasi yang ada, serta semakin canggihnya
produk-produk teknologi informasi yang mampu mengintegrasikan semua media
informasi. Di tengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu (global
communication network) dengan semakin populernya Internet seakan telah membuat
dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas
Negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Ironisnya, dinamika
masyarakat Indonesia yang masih baru tumbuh dan berkembang sebagai masyarakat
industri dan masyarakat Informasi, seolah masih tampak prematur untuk mengiringi
perkembangan teknologi tersebut. (Group Riset UI, 1999: 1). Komputer sebagai alat
Bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu
akses ke dalam jaringan public (public network) dalam melakukan pemindahan data
dan informasi. Dengan kemampuan komputer dan akses yang semakin berkembang
maka transaksi perdagangan pun dilakukan di dalam jaringan komunikasi tersebut.
Jaringan public mempunyai keunggulan dibandingkan dengan jaringan privat dengan
adanya efisiensi biaya dan waktu. Hal ini membuat perdagangan dengan transaksi
elektronik (Electronic Commerce) menjadi pilihan bagi para pelaku bisnis untuk
melancarkan transaksi perdagangannya karena sifat jaringan public yang mudah
untuk diakses oleh setiap orang ataupun perusahaan.
Sementara itu pola dinamika masyarakat Indonesia khususnya pemerintah
sebagai lembaga yang mempunyai otoritas membuat regulasi akan masih bergerak tak
beraturan ditengah keinginan untuk mereformasi semua bidang kehidupannya dua
ketimbang suatu pemikiran yang handal untuk merumuskan suatu kebijakan ataupun
pengaturan yang tepat untuk itu.Meskipun masyarakat telah banyak menggunakan
produk-produk teknologi informasi dan jasa telekomunikasi dalam kehidupannya
khususnya dalam perdagangan, tetapi bangsa Indonesia secara garis besar masih
merabaraba dalam mencari suatu kebijakan public atau regulasi dalam membangun
suatuinfrastruktur yang handal (National Information Infrastructure) dalam
menghadapi infrastruktur informasi global (Global Information Infrastructure)
Nusantara (21, 1999: 61). Beberapa pembahasan tentang telematika dan cyberlaw
telah banyak dibahas, namun demikian RUU tentang Informasi elektronik dan
transaksi elektronik belum disahkan sebagai hukum positif bagi aspek hukum
transaksi elektronik dalam hokum perdagangan di Indonesia .

yaitu : “ Bagaimanakah aspek hukum perjanjian transaksi electronik (Electronic


Commerce) dalam hukum perdagangan di Indonesia ? ”

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah aspek hukum perjanjian transaksi electronik (Electronic


Commerce) dalam hukum perdagangan di Indonesia ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perjanjian dalam Perdagangan

Pada dasarnya prinsip-prinsip atau kaidah yang fundamental dalam


perdagangan internasional mengacu pada 2 prinsip kebebasan walaupun tidak semua
ahli hukum internasional sepakat tentang hal ini namun kedua prinsip kebebasan ini
merupakan hasil perkembangan yang telah berlangsung berabad abad. Karena itu pula
prinsip kebebasan yang telah berkembang lama ini disebut juga sebagai prinsip klasik
hukum ekonomi internasional.Ada beberpa prinsip dasar, yaitu

1. “Freedom of Commerce” (prinsip kebebasan berniaga).

Hal ini diartikan luas dari sekedar kebebasan berdagang (Freedom of


Trade). Niaga disini mencakup segala kegiatan yang berkaitan dengan
perekonomian dan perdagangan. Jadi setiap Negara memiliki kebebasan untuk
berdagang dengan pihak atau negara manapun di dunia.

2. “Freedom of Communication” (kebebasan berkomunikasi)

Bahwa setiap negara memiliki kebebasan untuk memasuki wilayah negara


lain, baik melalui darat atau laut untuk melakukan transaksi perdagangan
internasional ( Huala Adolf, 1997: 26).

Masalah mengenai kaidah-kaidah fundamental sebagian besarnya didasarkan


pada perjanjian-perjanjian dan juga sebagian lain pada hukum kebiasaan
internasional. Karena itu pula sepanjang perjanjian perjanjian tersebut sifatnya tidak
begitu universal, sangatlah sedikit norma-norma khusus hukum perdagangan
internasional yang dianggap sebagai "fundamental". Kesulitan dalam menetapkan
atau menyatakan karateristik kaidah-kaidah hukum ekonomi internasional ini sebagai
"fundamental" juga berasal dari karakteristik disiplin hokum ekonomi internasional
itu. Yakni begitu luasnya perbedaan-perbedaan sistem ekonomi nasional. Sistem
hukum Indonesia tentang perjanjian diatur dalam pasal-pasal buku III BW tentang
perikatan.

Media elektronik di dalam tulisan ini untuk sementara hanya difokuskan dalam
hal penggunaan media internet, mengingat penggunaan media internet yang saat ini
paling populer digunakan oleh banyak orang, Selain merupakan hal yang bisa
dikategorikan sebagai hal yang sedang ‘booming’. Begitu pula perlu digaris bawahi,
dengan adanya perkembangan teknologi di masa mendatang, terbuka kemungkinan
adanya penggunaan media jaringan lain selain internet dalam ecommerce.
Penggunaan internet dipilih oleh kebanyakan orang sekarang ini karena kemudahan-
kemudahan yang dimiliki oleh jaringan internet :

1. Internet sebagai jaringan publik yang sangat besar (huge/widespread network),


layaknya yang dimiliki suatu jaringan publik elektronik, yaitu murah, cepat
dan kemudahan akses.

2. Menggunakan elektronik data sebagai media penyampaian pesan/data sehingga


dapat dilakukan pengiriman dan penerimaan informasi secara mudah dan
ringkas, baik dalam bentuk data elektronik analog maupun digital.

Dari apa yang telah diuraikan di atas, dengan kata lain; di dalam transaksi
elektronik (electronic commerce), para pihak yang melakukan kegiatan
perdagangan/perniagaan hanya berhubungan melalui suatu jaringan publik (public
network) yang dalam perkembangan terakhir menggunakan media internet. Hal ini
menimbulkan konsekuensi bahwa E-commerce yang dilakukan dengan koneksi ke
internet adalah merupakan bentuk transaksi beresiko tinggi yang dilakukan di media
yang tidak aman. Kelemahan yang dimiliki oleh internet sebagai jaringan public yang
tidak aman tersebut telah dapat diminimalisasi dengan adanya penerapan teknologi
penyandian informasi (Crypthography). Electronic data transmission dalam transaksi
elektronik (commerce) disekuritisasi dengan melakukan proses enkripsi (dengan
rumus algoritma) sehingga menjadi cipher/locked data yang hanya bias dibaca/dibuka
dengan melakukan proses reversal yaitu proses dekripsi sebelumnya yang telah
banyak diterapkan dengan adanya sistem sekuriti seperti SSL, Firewall. Perlu
diperhatikan bahwa, kelemahan hakiki dari open network yang telah dikemukakan
tersebut semestinya dapat diantisipasi atau diminimalisasi dengan adanya system
pengamanan jaringan yang juga menggunakan kriptografi terhadap data dengan
menggunakan sistem pengamanan dengan Digital Signature (Arianto Mukti
Wibowo,1998). Digital Signature selain sebagai system tekhnologi pengamanan
berfungsi pula sebagai suatu prosedur tekhnis untuk melakukan kesepakatan dalam
transaksi elektronik atau standart prosedur suatu perjanjian dalam transaksi elektronik
, dari proses penawaran hingga kesepakatan yang di buat para pihak (Group Riset
FIKom.UI,1999: 3).

B. Legalitas Perjanjian Perdagangan

Dalam perspektif hukum, suatu perikatan adalah suatu hubungan hokum antara
subyek hukum antara dua pihak, berdasarkan mana satu pihak berkewajibanatas suatu
prestasi sedangkan pihak yang lain berhak atas prestasi tersebut. Karena perjanjian
sebagai sumber perikatan maka sahnya perjanjian menjadi sangat penting bagi para
pihak yang melakukan kegiatan perdagangan. Menurut pasal 1320 KUHPerdata
sahnya suatu perjanjian meliputi syarat subyektif dan syarat obyektif ( Subekti, 1996:
1). syarat subyektif adalah :

1. Kesepakatan
2. Kecakapan (bersikap tindak dalam hukum) untuk membuat suatu
perikatan.

Sedangkan syarat obyektif, adalah :


1. Suatu hal yang tertentu (obyeknya harus jelas),
2. Merupakan suatu kausa yang halal (tidak bertentangan dengan undang-
undang, kesusilaan dan ketertiban umum).

Syarat sahnya perjanjian kesepakatan antara para pihak untuk mengikatkan diri
dalam suatu perjanjian atau perikatan. Kesepakatan inilah yang menjadikan perbuatan
tersebut dapat dilaksanakan kedua belah pihak tanpa adanya paksaan dan kewajiban
yang mutlak setelah perjanjian ini disepakati, sehingga ini akan melahirkan sebuah
konsekuensi hukum bagi keduanya untuk mentaati dan melaksanakannya dengan
sukarela. Berkaitan dengan perikatan yang lahir berdasarkan perjanjian, J.Satrio
mengatakan bahwa perjanjian adalah sekelompok/sekumpulan perikatan-perikatan
yang mengikat para pihak dalam perjanjian yang bersangkutan, sehingga apabila
salah satu pihak dengan sengaja atau terbukti sengaja melakukan hal-hal yang
merugikan pihak lain, dapat diupayakan hukum untuk meminta pihak yang
bersangkutan ( J Satrio, 1995: 6).

Perjanjian alam transaksi elektronik (electronic commerce) sebenarnya tidak


berbeda hanya saja perjanjian tersebut dilakukan melalui media elektronik, syarat
sahnya perjanjian pun dilakukan dengan proses penawaran hingga terjadi
kesepakatan. Hanya tanda tangan “ tinta basah” yang selama ini digunakan dalam
menandai telah adanya kesepakatan para pihak dalam perdagangan konvensional
diganti dengan tanda tangan digital atau digital signature, yaitu suatu prosedur
tekhnis untuk menjamin bahwa para pihak tidak bisa “mengingkari keberadaannya”
sebagai subyek hukum dalam perjanjiaan transaksi elektronik. artinya fungsi digital
signature tersebut dapat menjadi dasar sahnya suatu perjanjian yang merupakan
sumber perikatan bagi para pihak, walaupun secara fisik para pihak tidak bertemu
muka (mukti Fajar ND, 2001: 66).

Electronic commerce seperti yang dikutip dari pesan presiden William.J.Clinton


dalam pidato pengantar tentang A Framework for Global Electronic Commerce bagi
para pengguna Internet tertanggal 1 Juli 1997, sebagian berbunyi : “….One of the
most significant uses of the internet is in the world of commerce .Already it is
possible to buy books and clothing, to obtain business advice ,,to purchase everything
from gardening tools to high-tech telecommunication equipment over the internet…”.
”Goverments can have a profound effect on the growthof electronic commerce . By
their actions, they can facilitate electronic trade or inhibit it. Goverment officials
should respect the unique nature of the medium and recognize that widespread
commposition and increased consumer choice should be the defining features of the
new digital marketplace. They should adopt a market approach to electronic
commerce that fasilitates the emergence of a global, transparent, and predictable ,
legal envirounment to support business and commerce.” (William J Clinton).

Pesan Presiden Clinton di atas sedikit banyak menekankan pada suatu bentuk
baru perdagangan global yang menggunakan tekhnologi tinggi , dimana hal ini perlu
didukung oleh pemerintah dengan mengajak bersama para pengguna electronic
commerce membuat suatu kesepakatan tentang sebuah tatanan kerjasama yang baru
dalam electronic commerce (A Framework for Global Electronic Commerce). Karena
kegiatan Electronic Commerce yang diatur dalam UNCITRAL Model Law on
Electronic Commerce 1996 (adalah salah satu produk dari UNCITRAL) maka,
sekiranya tersebut, UNCITRAL Model Law on 5 Electronic Commerce1996 dapat
digunakan sebagai "pegangan" atau kepastian dalam transaksi perdagangan
internasional di Electronic Commerce. Beberapa hal yang perlu digaris bawahi tentang
UNCITRAL Model Law on Electronic Commerce 1996 seperti yang dikutip dari US
Framework for Global Electronic Commerce 1997 adalah “ Internationlly, the United
Nations Commision on International Trade Law ( UNCITRAL ) , has completed work
on a model law that supports the commercial used of internatonal contracts in
electronic commerce . This model law establishes rules and norms that validate and
recognize contract fromed through electronic means , sets default rules for contract
formation and governance of electronic contract performance, defines the
characteristicof a valid electronic writing and an original document ,provides far the
acceptability of electronic signatures for legal and
commercial purposes and support the admission of computer evidence in court and
arbitration proceedings“ (UNCITRAL Model Law EC, 1996: 3).

Dari uraian kutipan tersebut terdapat penekanan pada validity and recoqnition
of electronic contract performance ( keabsahan serta pengakuan terhadap bentuk
kontrak elektronis ) dimana dapat diambil beberapa issues (Richard Hill and Ian
Walden, 1996: 1), yaitu : a. “Writing required” (tulisan yang dikehendaki atau
dibutuhkan); b. “Signature required” ( tanda tangan yang dikehendaki )

a) Bentuk tulisan

Bentuk tulisan menurut pasal 5 dalam model hukum, secara eksplisit


memberikan nilai legal yang sama kepada transmisi elektronik seperti halnya bentuk
tertulis:( Richard Hill and Ian Walden, 1996: 6). "(1) Where a rule of law requires
information to be in writing or to be presented in writing, or provides for certain
consequences if it is not, a data message satisfies that rule if the information
contained therein is accessible so as to be usable for subsequent reference."
Penyamaan nilai legal antara transmisi elektronik dengan bentuk tertulis ini
dimaksudkan untuk mempermudah posisi transmisi ini sehingga dapat digunakan
sebagai evidence nyata dalam pembuktian dan sebagai salah satu pendekatan yang
relative paling mudah sebagai solusi yang ditawarkan.

b) Tanda tangan

Tanda tangan dalam model hukum secara eksplisit memberikan solusi teknis
yang pas dan sama nilai legalnya dengan tandatangan tradisional, yang dalam maksud-
maksud tertentu para pihak bias menyetujuinya jika mereka mau. Teknologi
tandatangan elektronik masa depan ini dapat diperkenalkan sebagai teknologi yang
cocok, tanpa harus mengubah undang-undang. Ketentuanketentuan pasal 7 dalam
model hokum berhubungan erat dengan praktik yang sedang berlangsung (Richard
Hill and Ian Walden, 1996:7). Article 7. Signature (1) Where the law requires a
signature of a person, that requirement is met in relation to a data message if:

a) a method is used to identify that person and to indicate that person's approval
of the information contained in the data message

b) that method is as reliable as was appropriate for the purpose for which the
data message was generated or communicated, in the light of all the
circumstances, including any relevant agreement.

Selain itu tekhnologi digital signaturetersebut mampu menjamin keutuhan isi data
(dokument) perjanjian transaksi perdagangan, sehingga masing-masing pihak tidak
bias mengingkari isi perjanjian yang telah disepakati, karena teknologi tersebut
mempunyai beberapa sifat : (Arianto Mukti Wibowo, et. All., :1)

1. Authenticity (Ensured) : menunjukan asal muasalnya data

2. Integrity : menjamin keutuhan data yang dikirim

3. Non-Repudiation : tidak dapat disangkal siapa pengirim data tersebut

4. Confidentiality : menjamin kerahasiaan data dari pihak lain.

Sehubungan dengan tekhnologi digital signature yang mempunyai sifat tersebut di


atas maka secara hukum dapat dianalogikan bahwa perjanjian yang dibuat melalui
media elektronik adalah sah adanya sebab sumber perikatannya sebagaimana
perjanjian yang dibuat secara konvensional. 6
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Bahwa aspek hukum perjanjian perdagangan dalam transaksi elektronik


(Electronic Commerce) dapat diterapkan atau diadopsi dalam peraturan perundang-
undangan yang berlaku (hukum positif) dengan mengacu pada kaidah-kaidah hukum
perdagangan yaitu dengan menggunakan asas konsensualitas dimana kesepakatan
sebagai suatu hal yang menjadi dasar adanya perikatan dalam perjanjian perdagangan
artinya apa yang telah disepakati oleh para pihak dalam perdagangan dengan model
transaksi elektronik (electronik commerce) menjadi hukum dan mengikat bagi para
pihak walaupun belum secara konkrit diatur oleh undang undang. Karena transaksi
elektronik (electronic commerce) secara tekhnis berbeda, karena kemajuan teknologi
informatika sehingga perlu diatur mengenai standarisasi tekhnis yang secara hokum
mempunyai kekuatan legalitas yang sama dengan model perjanjian konvensional,
baik dalam bentuk tulisan maupun tanda tangan. Untuk sementara adanya tekhnologi
tanda tangan digital (digital signature) yang merupakan procedur standart teknis
dapat menjamin legalitas perjanjian perdagangan dalam transaksi
elektronik (electronic commerce ).
DAFTAR PUSTAKA

Arrianto Mukti Wibowo, Tanda tangan digital & sertifikat digital: Apa itu? 1998
Artikel Infokomputer edisi Internet Juni 1998

Budi Sutedjo S., Internet lahirkan cara dagang secara electronik, bulletin jendela
informatika,vol 1, no. 2, edisi desember 1999

http://www.jus.uio.no/lm/un.electronic.commerce.model.law.1996/

Richard hill and Ian Walden The Draft UNCTRAL Model Law for Electronic
Commerce ; isues andsolutions, terjem. Oleh M. fajar dipublikasikan maret 1996, hal
1 lihat

>http// : www.Banet.com/_ricard hill

Anda mungkin juga menyukai