Anda di halaman 1dari 11

PERMASALAHAN HUKUM DAN TEKNOLOGI

Dosen Pengampu : Paradika Anggeni M.Pd

DISUSUN OLEH :

Karisma Yogi Utomo (2152000094)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO
TAHUN AJARAN 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “PERMASALAHAN
HUKUM DAN TEKNOLOGI” tepat pada waktunya.

Makalah ini kami susun guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Pendidikan
Pancasila yang diberikan oleh Ibu Paradika Anggeni M.Pd. Dalam penyusunan makalah ini,

Semoga makalah “PERMASALAHAN HUKUM DAN TEKNOLOGI” ini dapat memberikan


manfaat yang sebesar-besarnya bagi peningkatan mutu perkuliahan, juga bagi kemajuan FKIP
Univet jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar dan dunia pendidikan pada umumnya. Dan
apabila terdapat kekurangan ataupun kesalahan dalam penyusunan makalah ini, dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki kami mohon maaf. Oleh karena itu,
kritik dan saran demi perbaikan terhadap makalah ini akan kami terima dengan senang hati.

Sukoharjo, 27 November 2021

Penyusun

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................... I

DAFTAR ISI .......................................................................................... II

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Permasalahan Hukum Dan Teknologi ....................................................... 3

B. Model Kolaborasi Hukum Dan Teknologi ............................................... 4

BAB III PENUTUP

Kesimpulan .......................................................................................... 5

Saran .......................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 6

II
BAB 1
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Teknologi diyakini sebagai alat pengubah dalam kehidupan manusia.keberhasilan para


ahli dan menciptakan teknologi ini sudah tercapai,hal ini terbukti bahwa kehidupan manusia di era
modern ini tidak dapat lepas dari teknologi itu sendiri dalam kehidupan sehari-hari.Pemanfaatan
teknologi tersebut telah mendorong pertumbuhan bisnis yang pesat,karena berbagai informasi
dapat di sajikan melalui hubungan jarak jauh dengan mudah dapat diperoleh.Teknologi informasi
juga membantu memaksimalkan cakupan pasar untuk penjualan dan jasa,serta respon yang tepat
kepada pelangan pasar untuk penjualan dan jasa, serta respon yang tepat kepada pelanggan, karena
teknologi informasi sangat mendukung dalam penyimpanan data pelangan dan jadi sumber
informasi untuk dapat melayani pelanggan Mereka yang ingin mengadakan transaksi tidak harus
bertemu face to face, cukup melalui peralatan komunikasi sudah dapat terlaksana
Penerapan teknologi informasi akan menimbukan berbagai perubahan sosial. Karena itu
perlu adanya partisipasi masyarakat dan peranan hukum, upaya pengembangan teknologi tidak
saja kehilangan dimensi kemanusiaan tetapi juga menumpulkan visi inovatifnya. Peranan hukum
diharapkan dapat menjamin bahwa pelaksanaan perubahan itu akan berjalan dengan cara teratur,
tertib, dan lancar. Perubahan yang tidak direncanakan. dengan sebuah kebijakan hukum akan
menimbulkan berbagai persoalan dalam kehidupan bermasyarakat.Uraian di atas mengindikasikan
dua hal, di satu sisi teknologi dianggap baik yaitu sebagai alat yang menawarkan kemudahan serta
memberikan kemakmuran, akan tetapi di sisi lain karena kemampuan teknologi yang tanpa batas
memiliki berbagai bentuk kejahatan di dalam kehidupan bermasyarakat dikarenakan dari
pengguna teknologi informasi yang sering kali tidak berfikir jauh sehingga sampai kepada tindak
kejahatan itu sendiri.
Era globalisasi yang di tandai dengan kehadiran teknologi internet ternyata telah
menimbulkan pisau bermata dua dalam bidang hak cipta.pertama kehadiran teknologi internet
telah mampu meningkatkan upaya publikasi dan diseminasi informasi dan ilmu pengetahuan yang
sedemikian banyaknya ke seluruh penjuru dunia.informasi dan ilmu pengetahuan dapat di nikmati
oleh seluruh manusia di muka bumi ini.Keduan kehadiran teknologi internet telah mendorong
maraknya berbagai tindakan/perbuatan yang menimbulkan kerugian dan cenderung melanggar
hukum terus meningkat dengan pola yang berkembang.Kondisi demiakian sangatlah
mengkhawatirkan karena kehadiran teknologi internet semakin membukakan peluang bagi
maraknya tindakan pelangaran hakcipta.Dalam beberapa jenis ciptaan,semisal music dan lagu
pelangaraan hak cipta jumplahnya sudah sangat memprihatinkan.Dalam
perkembangannya,persoalan pelangaran hak cipta oleh beberapa ahli di bidang hak cipta dan
teknologi informasi di yakini hal tersebut tidak dapat di selesaikan hanya berdasarkan hanya satu
pendekatan saja.Pelangaran hak cipta dengan menggunakan teknologi internet akan dapat
dikurangi jumplahnya melalui upaya kolaborasi antara pendekatan teknologi(technical approach)
dan pendekatan hukum (Juridical approach.untuk dapat memahami wujud kolaborasi
keduanya.maka penelitian ini di sajikan dalam rangka menguraikan dan membuktikan bahwa
hukum dan teknologi saat ini sudah di kolaborasikan dalam rangka perlindungan hak cipta di
internet,baik di tingkat global maupun nasional.
1
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, yang menjadi rumusan masalah dalam makalah ini adalah :

1. Bagaimana peranan TI (Teknologi Informasi) sebagai alat bukti dalam penyelesaian perkara
pidana?
2. Bagaimana kedudukan hukum mengenai keterangan saksi ahli TI (Teknologi Informasi)
dalam menyelesaikan perkara pidana?
3. Bagaimana kendala aparat penegak hukum dalam pelaksanaan Undang Undang nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik?Permasalahan kasus-kasus hukum
apakah terkait dengan perlindungan hak cipta di internet?

C. TUJUAN
Tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas, karena hal yang demikian akan
dapat memberikan arah pada penelitian yang dilakukan. Berdasarkan pada latar belakang dan
permasalahan yang diuraikan diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
a) Untuk mengetahui peranan TI (Teknologi Informasi) sebagai alat bukti dalam penyelesaian
perkara pidana.
b) Untuk mengetahui kedudukan hukum mengenai keterangan saksi ahli Teknologi Informasi
dalam pembuktian di sistem Peradilan Pidana.
c) Untuk menambah pengetahuan bagi aparat penegak hukum dalam pelaksanaan Undang
Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PERMASALAHAN HUKUM DAN TEKNOLOGI


1. Pengertian Permasalahan Hukum Dan Teknologi

Permasalahan hukum di Indonesia seakan tak ada habisnya, bahkan di jaman yang semakin
maju seperti saat ini hukum Indonesia belum mampu menunjukan kemampuan bentuk
penyimpangan social yang signifikan.Hal ini dapat terlihat jelas dari beberapa kasus
permasalahan hukum yang terkadang tak ada habisnya dan tak memiliki solusi yang
tepat.Banyak oknum-oknum tertentu yang terkadang menjadikannya sebagai alat rekayasa untuk
pembenaran atas kesalahan yang terjadi.Hal ini membuat masyarakat Indonesia sendiri tidak
terlalu mempercayai hukum yang berlaku di Indonesia saat inPemanfaatan Teknologi Informasi,
media, dan komunikasi telah mengubah baik perilaku masyarakat maupun peradaban manusia
secara global. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi menyebabkan perubahan
sosial, ekonomi, dan budaya secara signifikan berlangsung demikian cepat.

Seiring dengan perkembangan teknologi internet, menyebabkan munculnya kejahatan yang


disebut dengan Cyber Crime atau kejahatan melalui jaringan Internet. Munculnya beberapa
kasus Cyber Crime di Indonesia, seperti pencurian kartu kredit, hacking beberapa situs,
menyadap transmisi data orang lain, misalnya e-mail, dan memanipulasi data dengan cara
menyiapkan perintah yang tidak dikehendaki ke dalam programmer komputer.

Pengertian Cyber Law

Cyber Law adalah aspek hukum yang istilahnya berasal dari Cyberspace Law, yang ruang
lingkupnya meliputi setiap aspek yang berhubungan dengan orang perorangan atau subyek
hukum yang menggunakan dan memanfaatkan teknologi internet/elektronik yang dimulai pada
saat mulai “online” dan memasuki dunia cyber atau maya. Pada negara yang telah maju dalam
penggunaan internet/elektronik sebagai alat untuk memfasilitasi setiap aspek kehidupan mereka,
perkembangan hukum dunia maya sudah sangat maju.

Jonathan Rosenoer (1997) membagi ruang lingkup Cyber Law dalam beberapa hal
diantaranya: Copyright (hak cipta), Trademark (hak merek), Defamation (pencemaran nama
baik), Hate Speech (penistaan, penghinaan, fitnah), Hacking, Viruses, Illegal Access,
(penyerangan terhadap komputer lain), Regulation Internet Resource (pengaturan sumber daya
internet), Privacy (kenyamanan pribadi), Duty Care (kehati-hatian), Criminal Liability (kejahatan
menggunakan IT), Procedural Issues (yuridiksi, pembuktian, penyelidikan, dll.), Electronic
Contract (transaksi elektronik), Pornography, Robbery (pencurian lewat internet), Consumer
Protection (perlindungan konsumen), dan E-Commerce, E-Government (pemanfaatan internet
dalam keseharian).

Tujuan Cyber Law

Cyber Law sangat dibutuhkan, kaitannya dengan upaya pencegahan tindak pidana, maupun
penanganan tindak pidana. Cyber Law akan menjadi dasar hukum dalam proses penegakan
hukum terhadap kejahatan-kejahatan dengan sarana elektronik dan komputer, termasuk kejahatan
pencucian uang dan kejahatan terorisme. Dengan kata lain, Cyber Law diperlukan untuk
menanggulangi kejahatan Cyber.

Alasan Cyber Law Penting Untuk Hukum Di Indonesia

Cyber Law penting diberlakukan sebagai hukum di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh
perkembangan zaman. Menurut pihak yang pro terhadap Cyber Law, sudah saatnya Indonesia
memiliki Cyber Law, mengingat hukum-hukum tradisional tidak mampu mengantisipasi
perkembangan dunia maya yang pesat.

Contoh Kasus Yang Berkaitan Dengan Cyber Law

Salah satu contoh kasus dalam kejahatan cyber adalah kasus yang dialami oleh Wakil Ketua
MPR periode 2009-2014 Lukman Hakim Saifuddin, di mana e-mail beliau dibajak oleh
seseorang untuk mendapatkan kepentingan dengan sejumlah uang dengan mengirimkan surat
kepada kontak-kontak yang ada di e-mail milik beliau.Lukman Hakim Saifuddin memiliki hak
sebagaimana diatur dalam Pasal 26 ayat (2) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik jo. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (“UU ITE”) yang mengatakan bahwa “setiap orang yang dilanggar haknya
sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang
ditimbulkan berdasarkan Undang-Undang ini.”

Dengan hak yang telah disebutkan di atas, Lukman Hakim Saifuddin berhak untuk
mengajukan gugatan yang berdasarkan pada Pasal 28 ayat (1) UU ITE yang berbunyi, “setiap
orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang
mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”, di mana hal tersebut
merupakan perbuatan yang dilarang. Sejalan dengan itu, pelaku dapat dikenakan pidana sesuai
ketentuan Pasal 45A UU ITE yang berbunyi, “Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak
menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam
Transaksi Elektronik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana
penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu
miliar rupiah).”

Dalam kasus yang menimpa Lukman Hakim Saifuddin tersebut, pelaku kejahatan dunia
maya yang membajak e-mail beliau juga dapat diterapkan dengan pelanggaran Pasal 378 KUHP
tentang penipuan yang berbunyi, “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri
sendiri atau orang lain secara melawan hukum dengan memakai nama palsu atau martabat
(hoendanigheid) palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, mengerakkan
orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi utang maupun
menghapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun.”

2. Model Kolaborasi Hukum Dan Teknologi

Internet sebagai sebuah temuan teknologi pada abad 21 ini merupakan suatu hal yang sangat
luar biasa.internet membuat umat manusia di seluruh dunia dapat melakukan komunikasi
lintas batas tanpa suatu hambatan yang berarti.Hal ini berbeda ketika komunikasi tersebut di
lakukan secara fisik.Hadirnya teknologi internet ini ternyata telah mendorong perubahan
sikap dan perilaku manusia.Hal mana manusia dengan dengan di fasilitasi teknologi ini ada
kecenderungan melakukan tindakan-tindakan diluar batas kewajarannya sebagai manusia.Di
samping itu,terkadang melalui pemanfaatan teknologi internet ini,manusia menjadi berlaku
sewenang-wenang terhadap hak-hak orang lain,bahkan dapat di maknai melanggar hukum
dalam perspektif hukum konvesional.

Salah satu sikap dan perilaku manusia yang berubah itu adalah berhubungaan dengan
pengunaan atau pemanfaatan berbagai informasi yang tersedia di internet.Sebagaimana di
ketahui,di internet tersedia berbagai informasi.informasi ini terkadang masuk rumusan atau
kualifikasi hasil oleh fikir.manusia yang di lindungi oleh hukum.Contohnya,tulisan yang
berbentuk elektronik,gambar,grafik,logo dagang,domain name yang kesemuanya berbentuk
elektronik.

Dalam realitasnya,informasi dalam jenis ini acapkali di salah gunakan dalam bentuk di
copy,ditransimisikan,didistribusikan dan di umumkan dengan “klaim”seolah-olah informasi
tersebut di miliki olehnya.Hal yang sangat fatal manakala tindakan tersebut akhirnya
menimbulkan kasus, Hal ini sebagaimana diungkapkan pada tulisan
sebelumnya.Akibatnya,banyak creator atau penghasil informasi elektronik dalam jenis ini
merasa resah dan khawatir apabila perbuatan tersebut terus-terusan di lakukan,maka akan
mematikan berbagai kreativitas yang selama ini ada internet.Oleh sebab itu maka berbagai
cara atau solusi di upayakan untuk dapat meminimalisir tindakan dari pengunaan
internet.Adapun cara-cara yang dilakukan,misalnya melalui pendekatan penerapan hukum
konvesional.di mana perbuatan di atas di coba di selesaikan melalui penegakan hukum
konvensional.

Model pengkolaborasian hukum dan tekonologi dimaksudkan untuk dapat memberikan


suatu sistem perlindungan hukum yang efektif.fungsi pencegahan dan penindakan akan
menjadi lebih kuat dan baik apabila hukum dan teknologi di kolaborasikan dalam suatu
tindakan / perbuatan yang melanggar hak orang lain di internet.Di samping itu,melalui
kolaborasi hukum dan teknologi hak-hak orang yang di langgar dapat di pulihkan
sebagaimana seharusnya.Misalnya hak untuk mendapatkan pembayaran atas penggunaan
informasi yang telah di buat.

4
BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan permasalahan dan pembahasan di atas,dapat di kemukakan tiga


kesimpulan pertama kehadiran internet telah membawa dampak negative kepada sikap dan
perilaku manusia. kedua Setiap Orang yang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita
bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6
(enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).ketiga”
istrumen cyber law mengkolaborasikan antara pendekatan teknologi dan hukum.

2. SARAN

1.Penyidik dalam proses penyidikan selama belum dirumuskannya ketentuan mengenai siapa
yang berwenang melakukan penanganan dokumen dan/atau informasi elektronik sebagai alat
bukti elektronik dan bagaimana penanganan dokumen dan/atau informasi elektronik sebagai alat
bukti elektronik dilakukan disarankan untuk melakukan upaya optimalisasi dilingkungan internal
masing-masing. Terutama melakukan optimalisasi dengan mempersiapkan SOP internal guna
memberikan pedoman ataupun tata cara dalam melakukan penyidikan penyebaran berita bohong
sebagai salah satu bentuk cyber crime.

2. Pihak-pihak (stakeholder) terkait terutama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai legistalor
dan bersama penyidik POLRI serta penyidik PNS harus segera merumuskan ketentuan terkait
siapa yang berwenang melakukan penanganan dokumen dan/atau informasi elektronik sebagai alat
bukti elektronik dengan dan bagaimana penanganan dokumen dan/atau informasi elektronik
sebagai alat bukti elektronik dilakukan. Ketentuan terkait kewenangan dan penanganan ini dapat
dilakukan dengan perubahan ketentuan khusus yang ada dalam dalam UU ITE dan dengan
melakukan perubahan atas ketentuan umum yang telah ada yaitu dalam perubahan KUHAP dan
UU Kepolisian sebagai dasar kewenangan penyidik POLRI.Kiranya formulasi ketentuan
menegenai landasan kewenangan dan penanganan ini perlu diatur secara lebih spesifik dan tegas
dalam sebuah undang-undang dan peraturan teknis internalkelembagaan penyidikan keren. dalam
penyidikan cyber crime ini sangat dekat bahkan bersinggungan dengan hak asasi manusia,
khususnya hak privasi. 5.
DAFTAR PUSTAKA
https://www-dslalawfirm-com.cdn.ampproject.org/v/s/www.dslalawfirm.com/cyber

. www.dslalawfirm.com%2Fcyber-law%2F https://www.neliti.com/id/publications/84135/hukum-dan-

teknologi-model-kolaborasi-hukum-dan-teknologi-dalam-kerangka-perlindu

http://eprints.ums.ac.id/30305/2/

Anda mungkin juga menyukai