Anda di halaman 1dari 20

TANAH NEGARA

KELOMPOK I

• MUHAMMAD ARIFF DWI P (165010107111119)/1


• ARIQ AL FATTAH YAMIN (175010100111137)/2
• ALFIERA DINDA CAHYA Y (175010101111010)/3
• ALIFIAN FARIS R (185010100111033)/4
• KARIM RESNANGMADITA M (185010100111050)/5
PENGERTIAN DAN DASAR HUKUM TANAH NEGARA

 Dalam Undang – Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan


Dasar Pokok – Pokok Agraria (UUPA)

Istilah tanah negara dalam UUPA tidak di kenal. Yang ada hanyalah tanah yang di
kuasai oleh negara. Dalam Pasal 2 Ayat 1 UUPA menjelaskan bahwa :

“Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar dan hal-hal
sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi air dan ruang angkasa, termasuk
kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat.”
 Dalam Peraturan Perundang – Undangan Lainnya

Pasal 1 huruf a Peraturan Pasal 1 angka 3 Peraturan Pasal 1 Angka 2 Peraturan


Pemerintah Nomor 8 Pemerintah Nomor 24 Tahun Pemerintah Nomor 18
Tahun 1953 tentang 1997 tentang Pendaftaran Tahun 2021 Tentang Hak
Penguasaan Tanah-Tanah Tanah Pengelolaan, Hak Atas
Negara Tanah, Satuan Rumah
Susun dan Pendaftaran
Tanah

Tanah Negara, ialah tanah yang Tanah Negara atau tanah yang Tanah Negara atau Tanah yang
dikuasai penuh oleh Negara. dikuasai langsung oleh Negara Dikuasai Langsung
adalah tanah yang tidak dipunyai oleh Negara adalah Tanah yang
dengan sesuatu hak atas tanah. tidak dilekati dengan
sesuatu hak atas tanah, bukan
Tanah wakaf, bukan
Tanah Ulayat dan/atau bukan
merupakan aset barang
milik negara/ barang milik
daerah.
CIRI – CIRI TANAH NEGARA

 Tanah yang termasuk ruang


 Ciri – Ciri Utama Tanah Negara
lingkup Tanah Negara

 Tanah yang dikuasai Tanah yang diserahkan secara


langsung/penuh oleh negara sukarela oleh pemiliknya;
 Tanah yang belum dilekati dengan Tanah yang berakhir jangka waktunya
sesuatu hak atas tanah dan tidak diperpanjang lagi;
Tanah yang pemegang haknya
meninggal dunia tanpa ahli waris;
Tanah yang diterlantarkan; dan
Tanah yang diambil untuk
kepentingan umum sesuai dengan
tata cara pencabutan hak yang diatur
dalam UU No. 20 Tahun 1961 dan
pengadaan tanah yang diatur dalam
Keppres No. 55 Tahun 1993.
SIFAT TANAH NEGARA

Tanah Negara atau hak atas tanah yang dikuasai


negara dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh
orang-orang, baik secara pribadi maupun bersama-
sama dengan orang lain, serta badan-badan hukum
(Pasal 4 ayat (1) UUPA).
Kemudian hak atas tanah tersebut dibagi menjadi 2
sifat yakni bersifat tetap/primer dan bersifat
sementara/sekunder.
 Hak atas tanah yang bersifat tetap atau primer
 Yaitu hak-hak atas tanah ini akan tetap ada selama UUPA
masih berlaku atau belum dicabut dengan Undang-Undang
yang baru. Macam-macam Hak atas tanah ini adalah Hak
Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna bangunan, hak pakai,
hak sewa untuk bangunan, hak membuka tanah dan hak
memungut hasil hutan.
 Hak atas tanah yang bersifat sementara atau
sekunder
 Yaitu hak atas tanah ini sifatnya sementara, dalam waktu
yang singkat akan dihapuskan dikarenakan mengandung
sifat pemerasan, mengandung sifat feodal dan
bertentangan dengan jiwa UUPA. Macam-macam hak atas
tanah ini adalah hak gadai (gadai tanah), hak usaha bagi
hasil (perjanjian bagi hasil), hak menumpang dan hak sewa
tanah pertanian.
SUBJEK DAN OBJEK TANAH NEGARA

 Tanah Negara adalah tanah yang dikuasai oleh Negara. Ini artinya Negara
sebagai organisasi kekuasaan rakyat, bertindak selaku badan penguasa untuk
mengatur dan menyelenggarakan peruntukkan, penggunaan, persediaan, dan
pemeliharaan. Negara juga menentukan hak-hak atas tanah.

 Berdasarkan Pasal 4 Ayat 1 UUPA menjelaskan bahwa :

“Atas dasar hak menguasai dari Negara sebagai yang dimaksud dalam pasal 2
ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah,
yang dapat diberikan kepada dan dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain serta badan-badan hukum. “

 Pasal diatas menjelaskan bahwa negara memberikan hak untuk menggunakan


tanahnya kepada orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain serta badan-badan hukum yang memenuhi syarat – syarat sebagai subjek
tanah negara tersebut yang sesuai dengan ketentuan dalam UUPA .
PEROLEHAN TANAH NEGARA

Terdapat 2 cara perolehan/ terjadinya Tanah Negara


yaitu :

Pertama, Tanah Negara yang berasal dari tanah


yang benar-benar belum pernah ada hak atas tanah
yang melekatinya.

 Tanah ini merupakan tanah yang sejak berdirinya


negara Indonesia belum pernah dilekati sesuatu hak
atas tanah apa pun.
 Kedua, Tanah Negara yang berasal dari tanah-tanah yang sebelumnya
ada haknya, karena sesuatu hal atau adanya perbuatan hukum tertentu
menjadi Tanah Negara, yaitu antara lain :

 Tanah negara yang berkenaan dengan UU/karena ketentuan UU menjadi


tanah negara. Tanah negara ini sebelumnya merupakan tanah hak, akan
tetapi dengan adanya perubahan politik pertanahan, maka dilikuidasi
enjadi tanah negara. Wujud dari tanah ini adalah tanahtanah negara bekas
tanah partikelir atau eigendom yang luasnya lebih dari 10 bouw. (pasal 1
UU No. 1 tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah-tanah Partikelir)
 Tanah negara yang berasal dari tanah hak yang telah berakhir jangka
waktunya dan tidak di perpanjang lagi atau tidak boleh diperpanjang
karena kebijakan politik tertentu.
 Tanah negara yang karena penetapan pemerintah menjadi tanah negara
CARA PERALIHANNYA TANAH NEGARA

 Beberapa ketentuan peralihan hak atas tanah yang kembali menjadi tanah
milik negara

 Hak Milik
Hak milik dapat jatuh kepada negara apabila orang asing dan atau warga negara Indonesia
dan/atau seseorang yang berkewarganegaraan rangkap yang memperoleh hak milik namun
kemudian kehilangan kewarganegaraanya, maka dalam waktu 1 (satu) tahun harus
melepaskan haknya tersebut. Jika tidak, maka hak milik tersebut jatuh kepada negara.
(Pasal 21 ayat (3) dan (4) UUPA)

 Hak Guna Usaha


Pemegang Hak Guna Usaha yang tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2, dalam jangka waktu satu tahun wajib melepaskan atau mengalihkan Hak Guna
Usaha itu kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Apabila dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Hak Guna Usaha itu tidak dilepaskan atau dialihkan,
Hak Guna Usaha tersebut hapus karena hukum dan tanahnya menjadi tanah Negara.
(Pasal 3 Ayat (1) dan (2) Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak
GunaUsaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah)
 Hak Guna Bangunan
Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya
dapat mengakibatkan tanahnya menjadi tanah negara. (Pasal 35 Jo.
Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak
GunaUsaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah).

 Hak Pakai
Berakhirnya jangka waktu sebagaimana ditetapkan dalam keputusan
pemberian atau perpanjangannya atau dalam perjanjian pemberiannya
dapat mengakibatkan tanahnya menjadi tanah negara. (Pasal 55 Jo.
Pasal 56 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 Tentang Hak
GunaUsaha, Hak Guna Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah).
HAPUSNYA TANAH NEGARA

Terkait dengan tanah yang dikuasai oleh negara


yang dapat dikatakan sebagai tanah negara. Tanah
tersebut tidak dapat dihapus, selama Negara
Republik Indonesia masih ada sebagai negara yang
merdeka dan berdaulat.
Namun penggunaan tanah negara oleh orang-orang
baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang
lain serta badan-badan hukum dapat berakhir dan
dikembalikan kewenangan untuk menggunakan
tanah tersebut kepada negara.
 Ketentuan mengenai hapusnya hak atas tanah di atur dalam Pasal 27 Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) yang menyebutkan bahwa, hak kepemilikan atas tanah hapus apabila:

A. Tanahnya Jatuh kepada Negara

1. Karena pencabutan hak


 Menurut ketentuan Pasal 18 UUPA bahwa untuk kepentingan umum termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, hak-hak atas tanah dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan menurut cara yang diatur
dengan undang-undang. Ketentuan Pasal 18 UUPA ini selanjutnya dilaksanakan dengan Undang-undang Nomor 20 Tahun 1961
tentang Pencabutan Hak-hak atas Tanah dan Benda-benda yang Ada di Atasnya.

2. Karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya


 Hapusnya hak atas tanah karena penyerahan dengan sukarela oleh pemiliknya ini berhubungan dengan Keputusan Presiden
Nomor 55 Tahun 1993 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Kepres No.
55/1993), yang dilaksanakan lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1
Tahun 1994 tentang Ketentuan Pelaksanaan Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah bagi
Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan Umum (Permen No. 1/1994), penyerahan sukarela ini menurut Kepres No.
55/1993 sengaja dibuat untuk kepentingan negara, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh pemerintah.

3. Karena ditelantarkan
 Pengaturan mengenai tanah yang terlantar diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 1998 tentang Penertiban dan
Pendayagunaan Tanah Terlantar (PP No. 36/1998). Pasal 3 dan 4 PP No. 36/1998 mengatur mengenai kriteria tanah terlantar
yaitu; (i) tanah yang tidak dimanfaatkan dan/atau dipelihara dengan baik. (ii) tanah yang tidak dipergunakan sesuai dengan
keadaan, sifat atau tujuan dari pemberian haknya tersebut.
4. Karena ketentuan Pasal 21 ayat (3) dan Pasal 26 ayat (2) UUPA

Pasal 21 ayat (3) UUPA mengatur bahwa orang asing yang memperoleh hak milik karena pewarisan
tanpa wasiat atau pencampuran harta perkawinan, demikian pula warganegara Indonesia yang
mempunyai hak milik dan setelah berlakunya UUPA ini kehilangan kewarganegaraannya, wajib
melepaskan hak itu dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak diperolehnya hak tersebut atau
hilangnya kewarganegaraan itu. Jika sesudah jangka waktu tersebut lampau hak milik itu tidak
dilepaskan, maka hak tersebut hapus karena hukum dan tanahnya jatuh kepada negara, dengan
ketentuan bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung.

Kemudian Pasal 26 ayat (2) UUPA menyatakan bahwa setiap jual-beli, penukaran, penghibahan,
pemberian dengan wasiat dan perbuatan-perbuatan lain yang dimaksudkan untuk langsung atau
tidak langsung memindahkan hak milik kepada orang asing, kepada seorang warga negara yang di
samping kewarganegaraan Indonesianya mempunyai kewarganegaraan asing atau kepada suatu
badan hukum, kecuali yang ditetapkan oleh Pemerintah yaitu badan-badan hukum yang dapat
mempunyai hak milik dan syarat-syaratnya, adalah batal karena hukum dan tanahnya jatuh kepada
Negara, dengan ketentuan, bahwa hak-hak pihak lain yang membebaninya tetap berlangsung serta
semua pembayaran yang telah diterima oleh pemilik tidak dapat dituntut kembali.
B. Tanahnya musnah
Tanah musnah sebagaimana yang dimaksud, apabila
tanah tersebut musnah karena bencana alam atau
sesuatu yang membuat tanah tersebut musnah.
IDENTIFIKASI 3R (RIGHTS, RESPONSIBILITIS DAN RESTRICTION)
TANAH NEGARA

Hak Pemegang Tanah Negara :

 Hak Pakai, Pemegang hak pakai berhak menguasai dan mempergunakan


tanah yang diberikan dengan hak pakai selama waktu tertentu untuk
keperluan pribadi atau usahanya serta untuk memindahkan hak tersebut
kepada pihak lain dan membebaninya atau selam digunakan untuk
keperluan tertentu. (Pasal 52 PP No. 40 Tahun 1996)
 Hak Guna Usaha, Pemegang hak guna usaha berhak untuk menguasai dan
menggunakan tanah yang dipunyai untuk melaksanakan usaha di bidang
pertanian, perkebunan, perikanan, dan atau peternakan. Untuk mendukung
usahanya tersebut. (Pasal 27 PP No. 18 Tahun 2021)
 Hak Guna Bangunan, menggunakan dan memanfaatkan Tanah sesuai
dengan peruntukannya dan persyaratan sebagaimana ditetapkan dalam
keputusan dan perjanjian pemberiannya. (Pasal 44 PP No. 18 Tahun 2021)
 Kewajiban Pemegang Tanah Negara:

 Hak Pakai, Pemilik wajib Membayar uang pemasukan yang jumlah dan cara
pembayarannya ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya, perjanjian
penggunaan tanah hak pengelolaan atau dalam perjanjian pemberian hak pakai
atas tanah hak milik. (Pasal 50 PP No. 40 Tahun 1996)
 Hak Guna Usaha, Pemilik wajib melaksanakan usaha pertanian, perikanan,
dan/atau peternakan sesuai peruntukan dan persyaratan sebagaimana ditetapkan
dalam keputusan pemberian haknya paling lama 2 (dua) tahun sejak hak
diberikan. (Pasal 27 PP No. 18 Tahun 2021)
 Hak Guna Bangunan, Pemilik wajib melaksanakan pembangunan dan/ atau
mengusahakan tanahnya sesuai dengan tujuan peruntukan dan persyaratan
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pemberian haknya paling lama 2 (dua)
tahun sejak hak diberikan. (Pasal 42 PP No. 18 Tahun 2021)
Larangan Pemegang Tanah Negara :

 Hak Pakai, Pemilik hak dilarang merusak sumber daya alam dan
kelestarian kemampuan lingkungan hidup. (Pasal 58 PP No. 18
Tahun 2021)
 Hak Guna Usaha, Pemilik hak dilarang menyerahkan pemanfaatan
Tanah hak guna usaha kepada pihak lain, kecuali dalam hal
diperbolehkan menurut peraturan perundang-undangan. (Pasal 28
PP No. 18 Tahun 2021)
 Hak Guna Bangunan, Pemilik hak dilarang mengurung atau
menutup pekarangan atau bidang Tanah lain dari lalu lintas
umum, akses publik, dan/atau jalan air. (Pasal 43 PP No. 18 Tahun
2021)
SEKIAN DAN TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai