Anda di halaman 1dari 7

RESUME MATERI PERBUATAN WANPRESTASI DAN PERBUATAN

MELAWAN HUKUM

Oleh :

KARIM RESNANGMADITA MAHKS


185010100111050

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
 RESUME MATERI PERBUATAN WANPRESTASI

Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),
berbunyi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan
atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.

 Unsur – Unsur Wanprestasi

Unsur-unsur wanprestasi adalah:


1. Ada perjanjian oleh para pihak;
2. Ada pihak melanggar atau tidak melaksakan isi perjanjian yang sudah disepakati;
3. Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga tidak mau melaksanakan isi perjanjian.

 Syarat Wanprestasi

Syarat – syarat wanprestasi adalah :


1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
2. Melakukan apa yang dijanjikannya, namun tidak sebagaimana dijanjikan.
3. Melakukan apa yang dijanjikannya tapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.

 Bentuk Wanprestasi

1. Tidak Memenuhi Prestasi Sama Sekali


Sehubungan dengan debitur yang tidak memenuhi prestasinya maka dikatakan
debitur tidak memenuhi prestasi sama sekali.
2. Memenuhi Prestasi Tapi Tidak Tepat Waktunya
Jika prestasi debitur masih bisa diharapkan pemenuhannya, maka debitur
dianggap memenuhi prestasi namun tidak tepat waktunya.
3. Memenuhi Prestasi Tapi Tidak Sesuai atau Keliru
Debitur yang memenuhi prestasi tapi keliru, jika prestasi yang keliru tersebut
tidak bisa diperbaiki lagi maka debitur dikatakan tidak memenuhi prestasi sama
sekali.

 Syarat Debitur dalam Keadaan Wanprestasi

1. Syarat Materil
o Kesengajaan yaitu suatu hal yang dilakukan seseorang dengan di
kehendaki dan diketahui serta disadari pelaku sehingga menimbulkan
kerugian pada pihak lain.
o Kelalaian yakni suatu hal yang dilakukan dimana seseorang yang wajib
berprestasi seharusnnya tahu atau patut menduga bahwa dengan
perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan menimbulkan kerugian.
2. Syarat Formil
Yaitu adanya peringatan atau somasi hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak
debitur harus dinyatakan dahulu secara resmi, yakni dengan memperingatkan
debitur, bahwa kreditor menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka
waktu yang pendek.

 Penyebab Terjadinya Wanprestasi

1. Adanya Kelalaian Debitur (Nasabah)


Kerugian dapat disalahkan pada dirinya (debitur) jika ada elemen disengaja atau
kelalaian dalam suatu peristiwa yang merugikan debitur yang dapat dipertanggung
jawabkan kepadanya.
2. Karena Adanya Keadaan Memaksa (Overmacht atau Force Majure)
Kondisi pemaksaan adalah kondisi yang tidak dapat dipenuhi oleh debitur karena
suatu peristiwa terjadi bukan karena kesalahannya,
dimana peristiwa tersebut tidak dapat diketahui atau tidak dapat diprediksi akan terjadi
ketika melakukan perikatan.
Dalam keadaan yang dipaksakan ini, debitur tidak dapat disalahkan karena
situasi paksaan muncul di luar kemauan dan kemampuan debitur.
Unsur – Unsur overmacht :
o Tidak terpenuhi prestasi karena suatu peristiwa yang menghancurkan objek yang
merupakan objek pertunangan, ini selalu permanen.
o Tidak dapat dipenuhi karena suatu peristiwa yang menghalangi perilaku debitur untuk
pencapaian, ini bisa permanen atau sementara.
o Peristiwa tidak dapat diketahui atau dicurigai akan terjadi pada saat membuat perikatan
baik oleh debitur atau oleh kreditor. Jadi itu bukan kesalahan para pihak, terutama
debitur.

 Sanksi Hukum Wanprestasi

1. Peralihan Risiko
Akibat wanprestasi yang berupa peralihan risiko ini berlaku pada perjanjian yang
objeknya suatu barang, seperti pada perjanjian pembiayaan leasing.
Dalam hal ini seperti yang terdapat pada pasal 1237 KUHPerdata ayat 2 yang
menyatakan. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat
kelalaiannya kebendaan adalah atas tanggungannya.
2. Kewajiban Membayar Ganti Rugi
Ganti rugi yaitu membayar segala kerugian karena musnahnya atau
rusaknya barang-barang milik kreditur akibat kelalaian debitur.
Untuk menuntut ganti rugi harus ada penagihan atau (somasi) terlebih
dahulu, kecuali dalam peristiwa tertentu yang tidak membutuhkan adanya
teguran.
Ketentuan mengenai ganti rugi diatur dalam pasal 1246 KUHP yang terdiri
dari tiga macam, yaitu biaya, rugi dan bunga.
o Biaya yaitu segala pengeluaran atas pengongkosan yang nyata-nyata
telah dikeluarkan kreditur.
o Bunga yaitu segala kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang
sudah dibayangkan atau yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
o Ganti rugi tersebut harus dihitung berdasarkan nilai uang dan harus berbentuk
uang. Jadi ganti rugi yang ditimbulkan adanya wanprestasi tersebut hanya
boleh diperhitungkan berdasar sejumlah uang. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kesulitan dalam penilaian apabila harus diganti
dengan cara lain.
3. Pembatalan Perjanjian
Sanksi atau hukuman ini jika seseorang tidak dapat melihat sifat pembatalan
sebagai hukuman dianggap sebagai debitur alih-alih puas dengan semua pembatalan
karena ia merasa ia dibebaskan dari semua kewajiban untuk melaksanakan prestasinya.
Menurut KUH Perdata pasal 1266 yakni Kondisi yang dibatalkan dianggap selalu
dimasukkan dalam perjanjian timbal balik, ketika satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya.
Dalam kasus seperti itu, perjanjian tersebut tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus diminta dari hakim.

 RESUME MATERI PERBUATAN MELAWAN HUKUM

Perbuatan melawan hukum diatur dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang


Hukum Perdata (KUHPerdata), berbunyi: “Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian
itu karena kesalahannya untuk menggantikan kerugian tersebut.”
Dari bunyi Pasal tersebut, maka dapat ditarik unsur-unsur PMH sebagai berikut:
1. ada perbuatan melawan hukum;
2. ada kesalahan;
3. ada hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan;
4. ada kerugian.

 Unsur ada perbuatan melawan hukum

Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku
yang melanggar/melawan hukum.
Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan sempit, yakni hanya hukum
tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang atau badan hukum hanya bisa digugat
kalau dia melanggar hukum tertulis (undang-undang) saja.
Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus
Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang kemudian telah memperluas
pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-undang (hukum tertulis
saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbautan yang dilakukan jelas-jelas melanggar
undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah
melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi tidak terbatas
pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik
ataupun hak perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat. Kriteria ini
bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu perbuatan yang dilakukan
bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan dalam masyarakat untuk
memperhatikan kepentingan orang lain.

 Unsur adanya kesalahan

Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan.
Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi
dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain.
Sedang, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang mestinya
dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang
lain
Namun demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan unsur
kesalahan, misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht) atau si pelaku tidak sehat
pikirannya (gila)

 Unsur adanya hubungan sebab akibat antara kerugian dan perbuatan (Hubungan


Kausalitas)

Maksudnya, ada hubungan sebab akibat antara perbuatan yang dilakukan


dengan akibat yang muncul.
Misalnya, kerugian yang terjadi disebabkan perbuatan si pelaku atau dengan
kata lain, kerugian tidak akan terjadi jika pelaku tidak melakukan perbuatan melawan
hukum tersebut.
 Unsur adanya kerugian

Akibat perbuatan pelaku menimbulkan kerugian. Kerugian di sini dibagi jadi 2


(dua) yaitu Materil dan Imateril.
Materil misalnya kerugian karena tabrakan mobil, hilangnya keuntungan, ongkos
barang, biaya-biaya, dan lain-lain.
Imateril misalnya ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan
semagat hidup yang pada prakteknya akan dinilai dalam bentuk uang.
Adapun pemberian ganti kerugian menurut KUHPerdata sebagai berikut: 
1. Ganti rugi untuk semua perbuatan melawan hukum (Pasal 1365 KUHPerdata);
2. Ganti rugi untuk perbuatan yang dilakukan oleh orang lain (Pasal 1367 KUHPerdata).
Pasal 1367 ayat (1) KUHPerdata, seseorang tidak hanya bertanggungjawab atas kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-barang
yang berada dalam pengawasannya (vicarious liability)
3. Ganti rugi untuk pemilik binatan (Pasal 1368 KUHPerdata)
4. Ganti rugi untuk pemilik gedung yang ambruk (Pasal 1369 KUHPerdata)
5. Ganti rugi untuk keluarga yang ditinggalkan oleh orang yang dibunuh (Pasal 1370
KUHPerdata)
6. Ganti rugi karena telah luka tau cacat anggota badan (Pasal 1371 KUHPerdata)
7. Ganti rugi karena tindakan penghinaan (Pasal 1372 KUHPerdata)
KUHPerdata tidak mengatur soal ganti kerugian yang harus dibayar karena
Perbuatan Melawan Hukum sedang Pasal 1243 KUHPerdata membuat ketentuan
tentang ganti rugi karena Wanprestasi.
Maka menurut Yurisprudensi ketentuan ganti kerugian karena wanprestasi dapat
diterapkan untuk menentukan ganti kerugian karena Perbuatan Melawan Hukum

 Syarat – Syarat Perbuatan Melawan Hukum

1.    Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku


2.    Bertentangan dengan hak subjektif orang lain
3.    Bertentangan dengan kesusilaan
4.    Bertentangan dengan kepatutan, ketelitian dan kehati-hatian.

 Perbedaan Perbuatan Melawan Hukum Perdata dengan Perbuatan Melawan Hukum


Pidana

Hal yang membedakan antara perbuatan melawan hukum (pidana) dengan perbuatan
melawan hukum (perdata) adalah bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai hukum publik, maka
dengan perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang dilanggar (disamping mungkin juga
kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum (perdata) maka yang
dilanggar hanya kepentingan pribadi saja.
 Perbedaan Perbuatan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum

Perbedaan Wanprestasi dan PMH


Ditinjau dari Wanprestasi PMH
Sumber hukum –       Pasal 1238, 1239, 1243 KUHPerdata –       Pasal 1365 sd 1380 KUHPer.
–       Timbul dari Persetujuan/perjanjian –       Timbul akibat perbuatan orang
Unsur-unsurnya a.    Ada perjanjian oleh para pihak; a.    Adanya suatu perbuatan;
b.    Ada pihak melanggar atau tidak b.    Perbuatan tersebut melawan hukum;
melaksakan isi perjanjian yang sudah c.    Adanya kesalahan pihak pelaku;
disepakati; d.    Adanya kerugian bagi korban;
c.    Sudah dinyatakan lalai tapi tetap juga e.    Adanya hubungan kausal antara    
tidak mau melaksanakan isi perjanjian. perbuatan dan kerugian.
Timbulnya hak Hak menuntut ganti rugi dalam wanprestasi Hak menuntut ganti rugi dalam PMH tidak
menuntut muncul dari Pasal 1243 KUHper, yang pada perlu peringatan lalai. Kapan saja terjadi
prinsipnya membutuhkan pernyataan lalai PMH, pihak yang merasa dirugikan berhak
(somasi) langsung menuntut ganti rugi.
Pembuktian dalam Penggugat cukup menunjukan adanya Pengugat harus mampu membuktikan
gugatan wanprestasi atau adanya perjanjian yang semua unsur PMH terpenuhi selain itu
dilanggar mampu membuktikan adanya kesalahan
yang dibuat debitur.
Tuntutan ganti rugi –       KUHper sudah mengatur tentang jangka –       KUHPer tidak mengatur bagaimana
waktu perhitungan ganti rugi yang dapat bentuk dan rincian ganti rugi. Sehingga
dituntut, serta jenis dan jumlah ganti rugi dapat menggugat kerugian materil dan
yang dapat dituntut dalam wanprestasi. imateril.
–       Gugatan wanprestasi tidak dapat –       Dapat menuntut pengembalian pada
menuntut pengembalian pada keadaan keadaan semula.
semula (restitutio in integrum)

Anda mungkin juga menyukai