MELAWAN HUKUM
Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2018
RESUME MATERI PERBUATAN WANPRESTASI
Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer),
berbunyi: “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi
perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan
atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan”.
Syarat Wanprestasi
Bentuk Wanprestasi
1. Syarat Materil
o Kesengajaan yaitu suatu hal yang dilakukan seseorang dengan di
kehendaki dan diketahui serta disadari pelaku sehingga menimbulkan
kerugian pada pihak lain.
o Kelalaian yakni suatu hal yang dilakukan dimana seseorang yang wajib
berprestasi seharusnnya tahu atau patut menduga bahwa dengan
perbuatan atau sikap yang diambil olehnya akan menimbulkan kerugian.
2. Syarat Formil
Yaitu adanya peringatan atau somasi hal kelalaian atau wanprestasi pada pihak
debitur harus dinyatakan dahulu secara resmi, yakni dengan memperingatkan
debitur, bahwa kreditor menghendaki pembayaran seketika atau dalam jangka
waktu yang pendek.
1. Peralihan Risiko
Akibat wanprestasi yang berupa peralihan risiko ini berlaku pada perjanjian yang
objeknya suatu barang, seperti pada perjanjian pembiayaan leasing.
Dalam hal ini seperti yang terdapat pada pasal 1237 KUHPerdata ayat 2 yang
menyatakan. Jika si berutang lalai akan menyerahkannya, maka semenjak saat
kelalaiannya kebendaan adalah atas tanggungannya.
2. Kewajiban Membayar Ganti Rugi
Ganti rugi yaitu membayar segala kerugian karena musnahnya atau
rusaknya barang-barang milik kreditur akibat kelalaian debitur.
Untuk menuntut ganti rugi harus ada penagihan atau (somasi) terlebih
dahulu, kecuali dalam peristiwa tertentu yang tidak membutuhkan adanya
teguran.
Ketentuan mengenai ganti rugi diatur dalam pasal 1246 KUHP yang terdiri
dari tiga macam, yaitu biaya, rugi dan bunga.
o Biaya yaitu segala pengeluaran atas pengongkosan yang nyata-nyata
telah dikeluarkan kreditur.
o Bunga yaitu segala kerugian yang berupa kehilangan keuntungan yang
sudah dibayangkan atau yang sudah diperhitungkan sebelumnya.
o Ganti rugi tersebut harus dihitung berdasarkan nilai uang dan harus berbentuk
uang. Jadi ganti rugi yang ditimbulkan adanya wanprestasi tersebut hanya
boleh diperhitungkan berdasar sejumlah uang. Hal ini bertujuan untuk
menghindari terjadinya kesulitan dalam penilaian apabila harus diganti
dengan cara lain.
3. Pembatalan Perjanjian
Sanksi atau hukuman ini jika seseorang tidak dapat melihat sifat pembatalan
sebagai hukuman dianggap sebagai debitur alih-alih puas dengan semua pembatalan
karena ia merasa ia dibebaskan dari semua kewajiban untuk melaksanakan prestasinya.
Menurut KUH Perdata pasal 1266 yakni Kondisi yang dibatalkan dianggap selalu
dimasukkan dalam perjanjian timbal balik, ketika satu pihak tidak memenuhi
kewajibannya.
Dalam kasus seperti itu, perjanjian tersebut tidak batal demi hukum, tetapi
pembatalan harus diminta dari hakim.
Perbuatan melawan hukum berarti adanya perbuatan atau tindakan dari pelaku
yang melanggar/melawan hukum.
Dulu, pengertian melanggar hukum ditafsirkan sempit, yakni hanya hukum
tertulis saja, yaitu undang-undang. Jadi seseorang atau badan hukum hanya bisa digugat
kalau dia melanggar hukum tertulis (undang-undang) saja.
Tapi sejak tahun 1919, ada putusan Mahkamah Agung Belanda dalam kasus
Arrest Cohen-Lindenbaum (H.R. 31 Januari 1919), yang kemudian telah memperluas
pengertian melawan hukum tidak hanya terbatas pada undang-undang (hukum tertulis
saja) tapi juga hukum yang tidak tertulis, sebagai berikut:
1. Melanggar Undang-Undang, artinya perbautan yang dilakukan jelas-jelas melanggar
undang-undang.
2. Melanggar hak subjektif orang lain, artinya jika perbuatan yang dilakukan telah
melanggar hak-hak orang lain yang dijamin oleh hukum (termasuk tapi tidak terbatas
pada hak yang bersifat pribadi, kebebasan, hak kebendaan, kehormatan, nama baik
ataupun hak perorangan lainnya.
3. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, artinya kewajiban hukum baik yang
tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk hukum publik.
4. Bertentangan dengan kesusilaan, yaitu kaidah moral (Pasal 1335 Jo Pasal 1337
KUHPerdata)
5. Bertentangan dengan sikap kehati-hatian yang sepatutnya dalam masyarakat. Kriteria ini
bersumber pada hukum tak tertulis (bersifat relatif). Yaitu perbuatan yang dilakukan
bertentangan dengan sikap yang baik/kepatutan dalam masyarakat untuk
memperhatikan kepentingan orang lain.
Kesalahan ini ada 2 (dua), bisa karena kesengajaan atau karena kealpaan.
Kesengajaan maksudnya ada kesadaran yang oleh orang normal pasti tahu konsekuensi
dari perbuatannya itu akan merugikan orang lain.
Sedang, Kealpaan berarti ada perbuatan mengabaikan sesuatu yang mestinya
dilakukan, atau tidak berhati-hati atau teliti sehingga menimbulkan kerugian bagi orang
lain
Namun demikian adakalanya suatu keadaan tertentu dapat meniadakan unsur
kesalahan, misalnya dalam hal keadaan memaksa (overmacht) atau si pelaku tidak sehat
pikirannya (gila)
Hal yang membedakan antara perbuatan melawan hukum (pidana) dengan perbuatan
melawan hukum (perdata) adalah bahwa sesuai dengan sifatnya sebagai hukum publik, maka
dengan perbuatan pidana, ada kepentingan umum yang dilanggar (disamping mungkin juga
kepentingan individu), sedangkan dengan perbuatan melawan hukum (perdata) maka yang
dilanggar hanya kepentingan pribadi saja.
Perbedaan Perbuatan Wanprestasi dan Perbuatan Melawan Hukum