Anda di halaman 1dari 41

Take Home Test (UTS)

Adopsi Teknologi E-Commerce di Kalangan Pelaku


UMKM di Indonesia

Di susun oleh:

Tiara Hauraa Athaya (6132101158)

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN BANDUNG
2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ........................................................................................................ i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ I-1

I.1 Latar Belakang Masalah .................................................................... I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... II-1

II.1 E-commerce ..................................................................................... II-1

II.2 Diffusion of Innovative (DOI) ........................................................... II-2

II.3 Technology Acceptance Model (TAM) ............................................... II-4

BAB III Pembahasan .................................................................................. III-6

III.1 Kondisi Tingkat Adopsi Teknologi E-commerce di Kalangan Pelaku


UMKM ........................................................................................... III-6

III.1 Kelebihan Penggunaan E-commerce dikalangan UMKM .................. III-7

III.2 Kekurangan Penggunaan E-commerce dikalangan UMKM ................ III-8

III.3 Hambatan dalam Pengadopsian Teknologi E-commerce dikalangan


UMKM ........................................................................................... III-9

BAB IV ANALISIS..................................................................................... IV-1

IV.1 Diffusion of Innovation (DOI) .................................................... IV-1

IV.2 Technology Acceptance Model (TAM). ............................................. IV-5

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................ V-1

V.1 Kesimpulan ..................................................................................... V-1

V.2 Saran ............................................................................................... V-2

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... ix

i
ii
iii
vii
BAB I
PENDAHULUAN

Pada bagian ini, akan diuraikan latar belakang masalah pesoalan


mengenai adaptasi teknologi e-commerce dikalangan UMKM di Indonesia. Latar
belakang masalah akan membahas tentang bagaimana kondisi teknologi mampu
berpengaruh terhadap keberlangsungan proses bisnis UMKM di Indonesia. Serta,
pada bagian ini akan diberikan survei penggunaan teknologi ini.

I.1 Latar Belakang Masalah


Pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak terlepas dari kegiatan
perdagangan, yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi tigkat devisa
suatu negara. Salah satu tolak ukur sebuah negara dapat dikatakan negara maju
atau berkembang dapat dilihat dari pertumbuhan ekonomi melalui kegiatan
perdagangan. Sebelum ditemukan internet kegiatan jual beli dilakukan secara
tradisional melalui tatap muka langsung antara penjual dan pembeli.
Perkembangan teknologi informasi menempatkan sistem informasi sebagai
elemen penting dalam aktivitas sehari-hari untuk menjadikan sarana komunikasi
dalam berbagai kegiatan salah satunya perdagangan. Penggunaan internet
dapat digunakan untuk bertukar informasi secara elektronik untuk aplikasi
strategi bisnis, seperti: penjualan, pemasaran, pembelian, serta pelayanan
kepada pelanggan atau konsumen, pemanfaatan internet yang dilakukan oleh
pelaku bisnis termasuk para pendiri UMKM dianggap sebagai salah satu sumber
pertumbuhan ekonomi lokal (Maupa, Jusri, Taba, & Baumassepe, 2019). Dengan
adanya internet akan menjadi peluang yang sangat besar untuk
mengembangkan usaha dengan berbagai kemudahan dan sangat efisien untul
digunakan masyarakat sekarang. E-commerce memudahkan pelaku usaha untuk
bertemu dengan konsumen di berbagai daerah bahkan memungkinkan di
belahan dunia lainnya. Dalam hal ini dapat dimanfaatkan oleh pelaku usaha
untuk menggunakan strategi pemasaran dengan menggunakan sarana internet
yaitu ecommerce.

I-1
BAB I PENDAHULUAN

Marketplace terbukti sebagai salah satu platform yang menjadi pilihan


UMKM dalam memasarkan produk. Pada survei yang dilakukan Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), ditemukan bahwa usaha mikro
masih menjadi yang tertinggi, yakni 39,67%, untuk entitas yang
menjual/menawarkan produk pada marketplace berdasarkan jenis usaha.
Kemudian diikuti usaha kecil sebanyak 36,42%, usaha menengah sebanyak
28,05%, dan usaha besar 24,32%
Namun, Di era globalisasi dan teknologi yang berkembang pesat, Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia menghadapi sejumlah
tantangan yang signifikan dalam menjalankan bisnis mereka. Teknologi informasi
dan komunikasi (TIK) telah mengubah lanskap bisnis dengan cara yang belum
pernah terjadi sebelumnya. Perkembangan teknologi ini telah memberikan
potensi besar untuk pertumbuhan dan inovasi dalam bisnis UMKM. Namun,
sekaligus juga menimbulkan berbagai masalah yang perlu diatasi

I-2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Pada bagian ini, akan diuraikan tinjauan pustaka mengenai


pembahasan pengadopsian teknologi terhadap proses bisnis UMKM di Indonesia.
Tinjauan pustaka adalah bagian penting dari sebuah penelitian yang merangkum
literatur, penelitian terdahulu, dan sumber-sumber terkait lainnya yang berkaitan
dengan topik penelitian. Berikut merupakan jabaran dari tinjauan pustaka
tersebut.

II.1 E-commerce
Menurut Wardana (2018) e-commerce yaitu singkatan dari Electronic
Commerce yang berarti transaksi yang meliputi berbagai macam kegiatan bisnis
mulai dari pembelian sampai penjualan yang dilakukan melalui media jaringan
berbasis internet. E-commerce ialah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut
konsumen, manfaktur, service providers dan perdagang perantara dengan
menggunakan jaringan-jaringan komputer yaitu internet
E-commerce adalah perdagangan atas sebuah produk atau jasa yang
pada utamanya menggunakan internet dan juga memanfaatkan teknologi lainnya
seperti mobile commerce, manajemen rantai nilai, transfer dana elektronik,
proses transaksi online, electronic data interchange (EDI), pemasaran internet,
otomatisasi sistem pengumpulan data, dan sistem manajemen persediaan (Kurtz,
2016:16). Dan (2014) mendefinisikan e-commerce sebagai sebuah bisnis
menjual dan membeli sebuah produk atau jasa dengan bantuan dari internet,
komputer, atau peralatan genggam termasuk kegiatan pemrosesan atau
pemesanan dan mengantarkan produk atau jasa tersebut kepada konsumen.
Menurut Baynal & Boyaci (2016), e-commerce adalah sebuah istilah yang
melibatkan kegiatan produksi, promosi, penjualan, dan distribusi transaksi produk
atau jasa secara online atau lintas internet. Dari teori electronic commerce atau
e-commerce yang telah disebutkan sebelumnya, maka electronic commerce atau
e-commerce dapat diartikan sebagai sebuah transaksi produk atau jasa yang

II-1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

menggunakan internet mulai dari proses pemesanan sampai proses distribusi


produk atau jasa kepada konsumen.
Menurut (Bryan A. Garner dalam Barakatullah dkk, 2005) menyatakan
bahwa “E-Commerce the practice of buying and selling goods and services
trough online consumer services on the Internet. The e, ashortened from
electronic, has become a popular prefix for other terms associated with electronic
transaction”. Hal ini bisa dijelaskan bahwa pengertian e-commerce yang
dimaksud adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan
menggunakan jasa komputer online di Internet.

II.2 Diffusion of Innovative (DOI)


Artikel berjudul The People‟s Choice yang ditulis oleh Paul Lazarfeld,
Bernard Barelson, dan H. Gaudet pada tahun 1944 menjadi titik awal munculnya
teori difusi-inovasi. Di dalam teori ini dikatakan bahwa komunikator yang
mendapatkan pesan dari media massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-
orang. Dengan demikian, adanya inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi)
melalui media massa akan kuat mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Teori
ini di awal perkembangannya mendudukan peran pemimpin opini dalam
mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat. Artinya, media massa mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menyebarkan penemuan baru. Apalagi jika
penemuan baru itu kemudian diteruskan oleh para pemuka masyarakat. Akan
tetapi, difusi-inovasi juga bisa langsung mengenai khalayak. Menurut Rogers dan
Shoemaker (1971) difusi adalah proses dimana penemuan disebarkan kepada
masyarakat yang menjadi anggota sistem sosial.
Rogers (1995) menjelaskan bahwa ada empat teori utama yang
berhubungan dengan difusi inovasi, yaitu : teori proses keputusan inovasi, teori
inovasi individu, teori tingkat adopsi, dan teori atribut yang dirasakan.
a. Teori Proses Keputusan Inovasi Teori ini berbasis pada waktu dan lima
tahap yang berbeda. Yaitu :
1. Pengetahuan, potensi pengadopsi harus terlebih dahulu belajar tentang
inovasi.
2. Persuasi, mereka harus dibujuk tentang manfaat dari inovasi.
3. Keputusan, mereka harus memutuskan untuk mengadopsi inovasi.

II-2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4. Implementasi, setelah mereka mengadopsi inovasi, mereka harus


menerapkannya.
5. Konfirmasi, mereka harus mengkonfirmasi bahwa keputusan mereka
untuk mengadopsi adalah keputusan yang tepat. Setelah tahap ini
tercapai, maka diperoleh hasil difusi (Rogers, 1995).

a. Teori Inovasi Individu


Teori inovasi individu didasarkan pada siapa pengadopsi inovasi dan kapan.
Kurva berbentuk lonceng sering digunakan untuk menggambarkan persentase
individu yang mengadopsi suatu inovasi.
b. Teori Tingkat Adopsi
Teori tingkat adopsi menunjukkan bahwa adopsi inovasi yang terbaik diwakili
oleh s-kurva. Teori ini menyatakan bahwa adopsi suatu inovasi tumbuh perlahan
dan bertahap diawal. Kemudian akan mewakili periode pertumbuhan cepat yang
akan berangsur-angsur berkurang (taper off) dan menjadi stabil dan akhirnya
menurun (Rogers, 1995).
c. Teori Atribut Persepsi
Teori ini didasarkan pada gagasan bahwa individu akan mengadopsi suatu
inovasi jika mereka menganggap bahwa inovasi tersebut memiliki atribut sebagai
berikut :
1. Inovasi harus memiliki beberapa keuntungan relatif lebih dari inovasi yang
ada atau status quo.
2. Inovasi harus kompatibel dengan nilai-nilai dan praktik-praktik yang ada.
3. Inovasi tidak bisa terlalu rumit.
4. Inovasi harus memiliki kemampuan percobaan yang berarti inovasi dapat
diuji untuk waktu yang terbatas tanpa adopsi.
5. Inovasi harus menawarkan hasil yang dapat diamati (Rogers, 1995).
Rogers (1995) mendefinisikan difusi sebagai proses dimana suatu inovasi
dikomunikasikan melalui saluran tertentu dari waktu ke waktu di antara para
anggota suatu sistem sosial. Dia menggambarkan sebuah inovasi sebagai ide
baru, praktek, atau objek dianggap baru untuk individu. Dia menjelaskan bahwa
teknologi adalah desain untuk tindakan instrumental yang mengurangi
ketidakpastian dalam hubungan sebab akibat yang terlibat dalam mencapai hasil
yang diinginkan. Dia menjelaskan bahwa teknologi adalah informasi, bukan

II-3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

hanya peralatan. Kebanyakan teknologi memiliki komponen hardware dan


software. Aspek hardware terdiri dari “alat yang mewujudkan teknologi sebagai
ibjek material atau fisik,” dan aspek software terdiri dari “basis informasi untuk
alat”.

II.3 Technology Acceptance Model (TAM)

Technology Acceptance Model (TAM) pertama kali diperkenalkan oleh


Davis (1989) yang memodifikasi dari kepercayaan (belief), sikap (attitude),
intensitas (intention), dan hubungan perilaku pengguna (user behavior
relationship) yang mengadopsi dari komponen - komponen Theory of Reason
Actioned (TRA). Tujuan dari Technology Acceptance Model (TAM) yaitu untuk
menjelaskan faktor penentu penerimaan dari suatu teknologi yang berbasis
informasi secara umum. Selain itu, Technology Acceptance Model (TAM) juga
dapat menjelaskan tingkah laku end user dari adanya teknologi informasi dengan
variasi yang cukup luas serta populasi pemakai yang dapat menyediakan dasar
dalam rangka untuk mengetahui pengaruh dari faktor eksternal terhadap
landasan psikologis. Technology Acceptance Model (TAM) biasanya digunakan
untuk mengeksplorasi bagaimana cara seseorang untuk mendapatkan kemajuan
teknologi baru, dan variabel apa saja yang dapat mempengaruhi seleksi,
pengakuan, dan niat dalam penggunaan inovasi (Purwanto dan Budiman, 2020).
Teori Technology Acceptance Model (TAM) juga menyatakan bahwa niat untuk
menggunakan teknologi tertentu menentukan kesediaan seseorang untuk mau
menggunakan teknologi atau tidak (Tumsifu et al., 2020).
Technology Acceptance Model (TAM) menyediakan suatu basis teoritis
yang digunakan untuk dapat mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat
mempengaruhi penerimaan terhadap suatu teknologi dalam suatu organisasi.
Selain itu, Technology Acceptance Model (TAM) juga menjelaskan adanya
hubungan sebab akibat antara keyakinan (mafaat dan kemudahan
penggunaannya) dan perilaku, tujuan maupun keperluan, dan penggunaan
aktual dari pengguna suatu sistem informasi (Cahya, 2016).
Keyakinan Technology Acceptance Model (TAM) merupakan teori yang
dapat dijadikan dasar pengembangan studi empiris mengenai kesiapan adanya
pemanfaatan teknologi yang baru. Sampai saat ini teori Technology Acceptance

II-4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Model (TAM) dianggap teori yang paling relevan dalam memprediksi keinginan
maupun kesiapan untuk mengadopsi suatu teknologi, hal ini dikarenakan
Technology Acceptance Model (TAM) telah banyak digunakan dengan berbagai
penelitian maupun yang telah diverifikasi oleh beberapa situasi, kondisi dan
objek yang penelitian yang berbeda-beda untuk mengkaji perilaku penerimaan
teknologi individu dalam berbagai konstruksi sistem informasi (Setiawan, 2017).
Technology Acceptance Model (TAM) memiliki kelebihan yang penting
diantaranya, model ini merupakan model yang parsimoni yaitu model yang
sederhana tetapi valid (Noviarni, 2017). Oleh karena itu, sampai saat ini teori
Technology Acceptance Model (TAM) masih relevan untuk menerjemahkan
kesiapan pengguna dalam memanfaatkan teknologi informasi.
Technology Acceptance Model (TAM) berfokus pada faktor-faktor yang
menentukan niat perilaku seseorang dalam mengadopsi teknologi baru. Model ini
juga menunjukkan bahwa dengan adanya faktor tertentu dapat mempengaruhi
seseorang dalan mengambil keputusan mengenai bagaimana dan mengapa
mereka mau menggunakan dengan adanya teknologi baru tersebut. Beberapa
faktor tersebut diantaranya perceived usefulness (PEU) dan perceived ease of
use (PEO).

II-5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III
Pembahasan

Pada bagian ini akan dibahas mengenai data yang dikumpulkan dan
diolah oleh praktikan. Data tersebut mencakup denyut jantung selama kegiatan
minggu pertama dan minggu kedua. Sementara itu, pengolahan data berfokus
pada permasalahan-permasalahan terkait e-cost, max HR, kapasitas maksimum,
fraksi waktu istirahat, dan waktu istirahat. Data yang terkumpul kemudian
dianalisis untuk menguji normalitas, homogenitas, dan perbedaan antara data-
data tersebut. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai pengumpulan dan
pengolahan data tersebut.

III.1 Kondisi Tingkat Adopsi Teknologi E-commerce di Kalangan Pelaku


UMKM
E-commerce di Indonesia memang mengalami perkembangan yang
pesat. Namun, di beberapa provinsi masih belum merata dalam penggunaanya.
Hal ini dapat dibuktikan dengan survey yang telah dilakukan oleh Asosiasi
Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) beberapa waktu lalu (APJII)
terhadap 1.000 UMKM dan korporasi yang tersebar di Indonesia. Di antaranya
Sumatera (25,39%), Jawa (40,8%), Kalimantan (9,5%), Bali (2,6%), Sulawesi
(11,5%), Nusa Tenggara (4,3%), Maluku (2,9%), dan Papua (3,1%)
Kemudian dari survey juga menjelaskan sektor – sektor UMKM dan
korporasi dalam survei tersebut meliputi sektor perdagangan (70,97%), aktivitas
jasa lainnya (6,79%), kesehatan (3,73%), hotel/resor/villa (3,46%), gas dan
minyak bumi (3,46%), teknologi dan informasi (2,93%), dan transportasi (2,26%).
Lalu keuangan dan perbankan (2%), otomotif (1,86%), konstruksi (9,93%),
industri pengolahan (0,67%), pendidikan (0,4%), dan lainnya (0,53%).
(tambahin kata2 hasil surveynya gimana)
Berdasarkan hasil survey tersebut, salah satu permasalahan utama
adalah masih kurangnya insfrastrukur yang ada dan belum merata kepelosok
Indonesia. Seperti yang kita ketahui, jantung dari e-commerce sendiri adalah
teknologi internet. Sedangkan di tempat-tempat terpencil di Indonesia, jaringan
internet masih terbatas.

III-6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Menurut (Suswanto dan Setiawati, 2020) Bahwa “kurangnya mobilitas


massa di sekitar pasar tentu menghambat laju promosi yang berpengaruh
kepada tingkat penjualan. Mengatasi hal tersebut, pemasaran secara online
melalui media merupakan langkah tepat yang harus dilakukan oleh para pelaku
usaha”. Salah satu langkah yang dapat dilakukan oleh pelaku UMKM adalah
dengan melakukan optimalisasi digital marketing terutama dalam sektor
peningkatan social media marketing, online advertising, video marketing, search
engine marketing, dan pengelolaan website. Sehingga digitalisasi pemasaran
yang dilakukan UMKM sangatlah tepat dalam meningkatkan penjualan dan
online engagement untuk mengembangkan skala usaha di tengah persaingan
perdagangan yang sangat ketat.
Menurut Google, Temasek, Bain & Co, 2019 dalam (Faqir, 2020) bahwa
“Saat ini diperkirakan baru ada 8 juta UMKM atau sekitar 4,8 persen yang
tergabung dalam platform e-commerce dari total 60 juta UMKM. Padahal
menurut hasil survei dari Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (2019),
jumlah penduduk Indonesia yang sudah mengakses internet mencapai 171 juta
tahun lalu. Potensi e-commerce Indonesia sendiri diprediksi mencapai US$82
miliar di 2025” Fasilitas umum yang kebanyakan di kota-kota besar sudah
terdapat Wi-Fi. Kondisi ini merupakan peluang bagi pengusaha untuk
mengembangkan usahanya melalui teknologi yaitu e-commerce. Adapun factor
keuntungan serta kelebihan dalam penggunaan e-commerce

III.1 Kelebihan Penggunaan E-commerce dikalangan UMKM

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai kelebihan – kelebihan yang


mampu mendukung para pegiat bisnis UMKM di segala bidang di Indonesia.
Bisnis e-commerce sendiri memiliki sejumlah keuntungan yang mungkin tidak
bisa didapatkan dari bisnis offline, salah satunya membantu menumbuhkan
customer base. Saat ini aplikasi – aplikasi online e-commerce di Indonesia
sudah memiliki jumlah yang banyak dan juga bervariasi di dalam bidangnya
masing – masing. Tak hanya itu, aplikasi aplikasi e-commerce berbasiskan dari
luar negeri pun sudah banyak diterima dan banyak digunakan secara legal di
Indonesia. Maka dari itu, hsl tersebut mampu menjadikan sebuah kesempatan

III-7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bagi para pelaku UMKM di Indonesia untuk memasarkan produk – produknya


tak hanya di dalam negeri saja, namun dapat mengimport paroduknya ke luar
negeri. Kelebihan lainnya dalam penggunaan teknologi e-commerce ini adalah
biaya operasional yang lebih kecil dibandingkan toko secara offline. Biaya yang
dikeluarkan oleh pembisni online tidak mengkaruskan pemiliknya untuk
membuka toko secara langsung, hal ini mampu menjadi suatu kelebihan dari
teknologi e-commerce, karena tidak mengharuskan untuk membayar sewa
toko, tagihan listrik, maupun biaya pemeliharaan lainnya. Selanjutnya, dengan
menggunakan teknologi e-commerce ini pegiat bisnis UMKM mampu
mendatangkan konsumen global dari manca negara. Dengan didorongnya
cakupan internet yang sangat luas maka setelah pemilik toko selesai dibuat dan
dipublikasikan di aplikasi maupun situs website, toko online dapat langsung
diakses oleh semua orang di seluruh dunia. Mereka hanya membutuhkan
koneksi internet dan kartu kredit untuk membeli produk yang di jual. Baik bisnis
produk fisik dan digital memiliki potensi mendapatkan pelanggan dari negara
maupun benua lain. Apalagi pada saat ini untuk menjalankan bisnis ke luar
negeri menjadi semakin mudah berkat banyaknya metode pembayaran dan
jasa pengiriman yang aman dan tepercaya. Selain itu, keuntungan yang
didapatkan dengan penggunaan teknologi e-commerce ini yaitu mampu
melakukan transaksi selama 24 jam. Dengan itu proses bisnis tidak memiliki
limit waktu untuk para pembelinya dan membuka peluang yang lebih besar dari
pemilik toko untuk meningkatkan profitnya.
Apabila dilihat dari sisi konsumen, tentu saja belanja secara online lebih
praktis dari pada belanja secara konvensional pada toko retail. Konsumen bisa
cepat memperoleh informasi tentang produk yang dibutuhkannya dan dapat
melakukan transaksi pembelian dimana saja dan kapan saja, baik dari rumah,
kantor, warnet, atau tempat lainnya secara online. Hanya menggunakan gadget-
nya, konsumen bisa memilih barang, melakukan transfer pembayaran, dan
menunggu barang datang.

III.2 Kekurangan Penggunaan E-commerce dikalangan UMKM


Setelah membahas mengenai kelebihan dalam penggunaan teknologi e-
commerce dalam melakukan proses bisnis di kalangan UMKM, akan dibahas
juga tentang kekurangan yang mampu menjadi pertimbangan bagi kita apabila

III-8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

akan memasarkan produknya melalui teknologi e-commerce ini. Kekurangan


yang pertama adalah tingkat persainggan yang tinggi di antara pelaku usaha
UMKM. Hingga saat ini, sudah ada ribuan hingga jutaan bisnis online di internet
sehingga tingkat persaingan pun semakin ketat setiap harinya. Oleh karena itu
UMKM mungkin menghadapi kesulitan bersaing dengan perusahaan besar atau
pesaing lain yang lebih mapan. Kekurangan yang selanjutnya adalah Hanya
Mengandalkan Teknologi Dan Informasi Yang Kuat. Dimana dalam mengakses
suatu e-commerce kita harus memiliki smartphone, komputer, atau jaringan
internet yang memadai. Apabila terdapat kendala pada jaringan internet, maka
kita tidak dapat melakukan kegiatan jual beli. Ketika pelayanan pada sistem
kurang bagus, biasanya konsumen langsung mengalihkan transaksi, Perangkat
elektronik dapat mendukung kekuatan dan kelemahan bisnis e-commerce. Saat
menggunakan teknologi e-commerce ini juga pastinya akan banyak terjadinya
kesalahan – kesalahan teknis yang mungkin tidak dapat diperbaiki secara
langsung

III.3 Hambatan dalam Pengadopsian Teknologi E-commerce dikalangan


UMKM
Setelah dijelaskan mengenai kelebihan serta kekurangan dalam
penggunaan teknologi e-commerce ini di kalangan UMKM, akan dijeskan juga
hambatan – hambatan dalam pengadopsian teknologi e-commerce ini. Terdapat
beberapa hambatan yang mampu menjadi suatu masalah dalam prosesnya.
E-commerce di Indonesia memang mengalami perkembangan yang
pesat. Namun, pesatnya itu seolah-olah hanya di lingkup Pulau Jawa dan kota-
kota besar saja. Salah satu permasalahan utama adalah masih kurangnya
insfrastrukur yang ada dan belum merata kepelosok Indonesia. Seperti yang kita
ketahui, jantung dari e-commerce sendiri adalah teknologi internet. Sedangkan di
tempat-tempat terpencil di Indonesia, jaringan internet masih terbatas.
Dibutuhkan keseriusan pemerintah untuk secara bertahap membangun
infrastrukur yang baik, dan mulai memperkenalkan internet pada masyarakat di
pelosok Indonesia. Keterbatasan akses internet ini lah menjadi alasan mengapa
masih banyak pelaku UMKM masih banyak yang belum menggunakan teknologi

III-9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

e-commerce ini karena tidak memiliki akses internet yang stabil atau perangkat
yang memadai untuk berpartisipasi dalam e-commerce. Selain itu juga
keterbatasan kapasitas dan keterampilan juga menjadi salah satu hambatan bagi
pelaku UMKM dalam menjalankan bisnisnya. Dari hasil survei, UKM Center FEB
UI mencatat, 61 persen pemilik UMKM berumur lebih dari 40 tahun, 37 persen
berumur 25-40 tahun, dan dua persen berumur kurang dari 25 tahun. Sementara
dari tingkat pendidikan, didominasi lulusan SMA sebanyak 40 persen, lulusan SD
sebanyak 22 persen, lulusan SMP sebanyak 21 persen, pemegang gelar
sarjana/master/doktor 11 persen serta sebanyak enam persen tidak memiliki latar
belakang pendidikan. Dari hasil survey tersebut terlihat bahwa pemilik UMKM
terbesar berada pada umur yang lebih dari 40 tahun, maka dibutuhkannya
pembaharuan teknologi dari zaman terbelakang.

III-10
III-1
BAB IV
ANALISIS

Pada bab ini, akan dilakukan analisis terhadap factor – factor yang
mendunkung para pegiat bisnis UMKM. Teori yang didukung untuk seseorang
mengadopsi inovasi atau teknologi baru yang dipakai pada kasus e-commerce ini
adalah teori Teori Diffusion of Innovation (DOI) atau Innovation Diffusion Theory
(IDT) dan juga teori Technology Acceptance Model (TAM). Kedua teori tersebut
akan dijelaskan terhadap pengaruh teknologi e-commerce di Indonesia.

IV.1 Diffusion of Innovation (DOI)


Teori Diffusion of Innovation (DOI) atau Innovation Diffusion Theory
(IDT) berupaya menjelaskan bagaimana, mengapa, dan seberapa cepat ide-ide
dan teknologi baru menyebar melalui budaya. Menurut Everett Mitchell Rogers,
difusi dapat didefinisikan sebagai adopsi inovasi oleh sistem sosial dalam jangka
waktu tertentu, yang pada gilirannya menghasilkan penerimaan atau penetrasi
ide, perilaku, atau inovasi fisik baru.
Rogers mengidentifikasi beberapa atribut inovasi yang berperan penting
dalam memengaruhi perilaku adopsi. Menurut Rogers, atribut-atribut tersebut
adalah keunggulan relatif (relative advantage), kompleksitas (complexity),
kompatibilitas (compatibility), kemudahan uji coba (trialability), dan kemudahan
untuk diamati (observability).

1. Keunggulan relatif (relative advantage)


Keunggulan relatif (relative advantage) merupakan sejauh mana suatu
inovasi dianggap lebih baik dari gagasan yang digantikannya. Tingkat
keuntungan relatif sering kali dinyatakan sebagai profitabilitas ekonomi, sebagai
menyampaikan prestise sosial, dll. Sifat inovasi menentukan jenis keunggulan
relatif spesifik apa (ekonomi, sosial, dan sejenisnya) penting untuk pengadopsi,
meskipun karakteristiknya calon pengadopsi juga dapat mempengaruhi yang
mana subdimensi tertentu yang relative keuntungan adalah yang paling penting.

IV-1
BAB IV ANALISIS

Pada kasus ini Perbedaan yang mendasar antara bisnis online (e-
commerce) dengan bisnis secara offline (toko fisik) adalah dari segi jam
operasional. Seperti yang sudah dijelaskan di atas, bisnis online dapat buka
kapan saja, bahkan sampai 24 jam. Sementara, bisnis offline mungkin hanya 8
atau 9 jam dalam sehari, tergantung dari kebijakan pemilik bisnis. Keuntungan
lainnya adalah pemasaran digital yang Efektif. E-commerce memungkinkan
penggunaan pemasaran digital yang efektif, termasuk iklan online, media sosial,
dan kampanye email. Kemudian, kemampuan menjangkau konsumen di mana
saja menjadi salah satu hal yang paling berpengaruh di kalangan UMKM di
Indonesia. Dengan itu, pemilik toko UMKM dapat menjangkau pelanggan di
seluruh dunia tanpa harus memiliki toko fisik di lokasi tersebut. Hal tersebut
didorong dengan kemajuan dari berbagai aplikasi yang sudah hadir dan legalitas
yang sudah tidak diragukan lagi karena seluruh proses bisnis sudah mampu
dijalankan tanpa harus bertemu secara fisik / lansung, sehingga mampu
mendatangkan konsumen global dari manca negara. Dengan menggunakan
teknologi e-commerce ini juga pelaku usaha UMKM mampu mengetahui target
pasar dengan lebih tepat. Dengan data dan analitik online, pengguna teknologi
ini dapat lebih tepat dalam menentukan target pasar dan menyesuaikan
penawaran produk dengan preferensi pelanggan.

2. Kompatibilitas (compatibility)
kompatibilitas (compatibility), merupakan sejauh mana suatu inovasi
dianggap konsisten dengan yang ada nilai, pengalaman masa lalu, dan
kebutuhan calon pengadopsi. Suatu gagasan yang lebih kompatibel berarti
kurang tidak pasti bagi calon pengadopsi dan cocok lebih dekat dengan situasi
individu.

E-commerce memiliki pertumbuhan yang pesat di Indonesia dan


kompatibel dengan kondisi pasar dan perkembangan teknologi di negara
tersebut. Sebagai contoh yaitu pertumbuhan pengguna internet di Indonesia.
Indonesia memiliki salah satu populasi pengguna internet terbesar di dunia.
Jumlah pengguna internet yang terus meningkat memberikan pasar potensial
yang besar untuk bisnis e-commerce dan juga infrastruktur teknologi di Indonesia
terus berkembang, termasuk akses internet yang semakin mudah diakses oleh

IV-2
BAB IV ANALISIS

lebih banyak orang. Hal ini mendukung pertumbuhan e-commerce. Kemudahan


dalam pembayaran online juga menjadi salah satu factor. Layanan pembayaran
online semakin berkembang di Indonesia, yang membuat proses transaksi e-
commerce lebih mudah. Pembayaran digital dan dompet elektronik semakin
populer di antara konsumen. Hal yang sangat penting dalam pengoprasiannya
yaitu didukung dengan kehadiran penyedia e-commerce besar. Indonesia
memiliki platform e-commerce besar seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, dan
Lazada, yang menawarkan berbagai produk dan layanan kepada pelanggan di
seluruh negeri. Hal ini mempermudah pengusaha kecil dan menengah serta
pelanggan untuk berpartisipasi dalam e-commerce.

3. Kompleksitas (complexity)
kompleksitas (complexity) adalah sejauh mana suatu inovasi dianggap relatif
sulit untuk dipahami dan digunakan. Kompleksitas suatu inovasi, seperti yang
dirasakan oleh anggota suatu sistem sosial, bersifat negative terkait dengan
tingkat adopsinya. Kompleksitas mungkin tidak sepenting keunggulan relatif atau
kompatibilitas untuk banyak inovasi, namun untuk beberapa ide baru,
kompleksitas merupakan hambatan yang sangat penting untuk.adopsi.

Salah satu kompleksitas dari teknologi e-commerce ini yaitu mengenai


Keamanan dan Privasi. Keamanan adalah salah satu masalah utama dalam e-
commerce. Bisnis harus melindungi data pribadi pelanggan, informasi
pembayaran, dan data transaksi. Ancaman seperti peretasan dan penipuan
online perlu dikelola dengan baik. Karena pengguna dari teknologi ini memiliki
cakupan wilayang yang sangat luas dan tidak terbatas, sehingga data pribadi
dari konsumen harus dilindungi dengan baik. Selain itu, infrastruktur teknologi:
bisnis e-commerce membutuhkan infrastruktur teknologi yang kuat, termasuk
platform e-commerce yang andal, server, dan sistem manajemen stok yang
efisien. Memelihara infrastruktur ini dapat menjadi tugas yang rumit.

4. Kemudahan untuk diamati (observability)


Merupakan sejauh mana hasil suatu inovasi terlihat oleh orang lain.
Beberapa ide mudah diamati dan dikomunikasikan kepada orang lain,
sedangkan inovasi lain sulit untuk diamati atau diamati jelaskan kepada orang

IV-3
BAB IV ANALISIS

lain. Observabilitas suatu inovasi, sepertidirasakan oleh anggota suatu sistem


sosial, adalah berhubungan positif dengan tingkat adopsi
Observabilitas (observability) dalam konteks e-commerce merujuk pada
kemampuan untuk memantau dan memperoleh wawasan tentang kinerja,
perilaku, dan interaksi di dalam platform atau situs web e-commerce. Hal ini
melibatkan pengumpulan, analisis, dan visualisasi data untuk memahami
bagaimana pengguna berinteraksi dengan platform, bagaimana sistem
berkinerja, dan mengidentifikasi masalah atau peluang untuk perbaikan.

Observabilitas yang pertama yaitu dapat memantau perilaku pengguna.


Bisnis e-commerce menggunakan alat observabilitas untuk melacak perilaku
pengguna, seperti produk yang dilihat, berapa lama pengguna tinggal di situs,
produk apa yang dimasukkan ke dalam keranjang, dan produk mana yang benar-
benar dibeli. Data ini membantu dalam memahami preferensi pelanggan dan
mengoptimalkan pengalaman pengguna. Selain itu, analisis umpan balik
pelanggan. Umpan balik ini juga bisa mencakup analisis umpan balik pelanggan,
ulasan, dan pengomentaran di media sosial untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih luas tentang sentimen pelanggan dan mengidentifikasi area untuk
perbaikan.

5. Kemudahan uji coba (trialability)


Kemudahan uji coba (trialability) adalah sejauh mana suatu inovasi dapat
diujicobakan secara terbatas. Ide-ide baru yang bisa dicoba pada umumnya
diadopsi lebih cepat. Beberapa inovasi lebih sulit untuk dibagikan untuk diuji
coba dibandingkan inovasi lainnya. Uji coba inovasi secara pribadi merupakan
salah satu cara bagi individu untuk memberi makna pada suatu inovasi dan
mengetahui cara kerjanya. Uji coba suatu inovasi, seperti yang dirasakan oleh
anggota suatu sistem sosial, berhubungan positif dengan tingkat adopsi inovasi
tersebut. Jika suatu inovasi dapat dirancang sedemikian rupadicoba lebih
mudah, maka akan lebih cepattingkat adopsi.
Uji coba pada suatu aplikasi atau website merupakan hal yang paling
penting dalam pengadopsian. Banyak penyedia teknologi e-commerce
menawarkan versi uji coba (trial) atau paket percobaan yang memungkinkan
bisnis untuk menguji platform atau perangkat lunak mereka tanpa biaya awal. Ini

IV-4
BAB IV ANALISIS

memungkinkan bisnis untuk memahami fitur dan fungsionalitas sebelum


berinvestasi secara penuh.

IV.2 Technology Acceptance Model (TAM).


Berdasarkan model TAM dan wawancara yang dilakukan didapatkan
faktor yang mempengaruhi adopsi teknologi pada e-commerce yaitu perceived
usefulness, perceived ease of use, intention to use. Factor pertama yaitu
persepsi kegunaan (perceived usefulness). Kemudahan penggunaan (usability)
dalam teknologi e-commerce adalah salah satu faktor kunci yang berpengaruh
besar terhadap pengalaman pengguna dan keberhasilan platform e-commerce.
Kemudahan penggunaan merujuk pada sejauh mana sebuah platform e-
commerce dapat diakses, dipahami, dan digunakan oleh pengguna dengan
mudah dan tanpa kesulitan berarti. Terdapat banyak kegunaan dari teknologi,
yang pertama adalah instruksi yang jelas dalam penggunaanya. Informasi
tentang produk, proses pembayaran, pengiriman, dan pengembalian dijelaskan
dengan baik. Instruksi langkah demi langkah dapat membantu pengguna dalam
melakukan transaksi. Kemudian selanjutnya bisnis online dapat buka kapan saja,
bahkan sampai 24 jam. Sementara, bisnis offline mungkin hanya 8 atau 9 jam
dalam sehari, tergantung dari kebijakan pemilik bisnis. Keuntungan lainnya
adalah pemasaran digital yang Efektif. E-commerce memungkinkan penggunaan
pemasaran digital yang efektif, termasuk iklan online, media sosial, dan
kampanye email. Kemudian, kemampuan menjangkau konsumen di mana saja
menjadi salah satu hal yang paling berpengaruh di kalangan UMKM di Indonesia.
Dengan itu, pemilik toko UMKM dapat menjangkau pelanggan di seluruh dunia
tanpa harus memiliki toko fisik di lokasi tersebut. Tak hanya itu, ulasan dan
rekomendasi produk dari pengguna dan rekomendasi produk dapat membantu
pengguna dalam membuat keputusan pembelian.
Kemudian apabila dilihat dari segi factor Persepsi Kemudahan
Penggunaan (Perceived Ease of Use), pada teknologi e-commerce ini memiliki
manajemen inventaris yang efisien. Teknologi e-commerce sering dilengkapi
dengan alat-alat manajemen inventaris yang canggih. Pemilik toko dapat dengan
mudah melacak stok produk, mengatur peringatan stok rendah, dan mengelola
varian produk (misalnya, ukuran dan warna). Selanjutnya integrasi dengan
pembayaran dan pengiriman yang baik, karena Platform e-commerce

IV-5
BAB IV ANALISIS

menyediakan integrasi yang mudah dengan gateway pembayaran dan layanan


pengiriman. Hal ini membuat pemilik toko dapat dengan mudah mengatur proses
pembayaran dan pengiriman, termasuk melacak status pesanan dan mengelola
pengiriman. Lalu Platform e-commerce mampu melakukan pelaporan dan
analitik. Teknologi e-commerce biasanya menyediakan alat pelaporan dan
analitik yang kuat. Pemilik toko dapat memantau kinerja toko mereka,
mengidentifikasi produk terlaris, menganalisis perilaku pelanggan, dan
mendapatkan wawasan yang berguna untuk pengambilan keputusan
Selanjutnya factor dalam model TAM ini adalah niat dalam
penggumaannya (intention to use). Pertama adalah untuk factor kemudahan dan
kenyamanan: Salah satu alasan utama niat untuk menggunakan e-commerce
adalah kenyamanan yang ditawarkan. Berbelanja atau bertransaksi secara
online memungkinkan individu untuk melakukannya dari mana saja, kapan saja,
tanpa harus pergi ke toko fisik atau mengikuti jam operasional tertentu, factor
lainnya yaitu fleksibilitas dalam berbisnis. Bagi bisnis dan penjual, e-commerce
memberikan kesempatan untuk menjalankan bisnis secara online dengan biaya
yang lebih rendah daripada operasional toko fisik. Ini dapat memotivasi niat
untuk menggunakan e-commerce sebagai saluran penjualan

IV-6
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dibahas mengenai kesimpulan, evaluasi, dan


rekomendasi perbaikan yang dapat diterapkan berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Kesimpulan dan saran yang disajikan bertujuan untuk
meningkatkan kualitas pengadopsian di masa depan, sehingga dapat
menghasilkan hasil penelitian yang lebih baik dari penelitian sebelumnya.
Dengan demikian, berikut merupakan kesimpulan dan saran yang diperoleh dari
pembahasan ini.

V.1 Kesimpulan
Penggunaan metode DOI (Diffusion of Innovation) dan TAM
(Technology Acceptance Model) untuk penjual e-commerce dapat memberikan
pemahaman yang mendalam tentang adopsi teknologi e-commerce oleh penjual
dan interaksi mereka dengan platform e-commerce. Berikut adalah kesimpulan
penting yang dapat ditarik dari penggunaan kedua metode ini:
1. Faktor Penentu Adopsi Teknologi: Model DOI membantu dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi adopsi teknologi e-
commerce oleh penjual. Ini mencakup faktor-faktor seperti keuntungan yang
dirasakan, kerumitan teknologi, kompatibilitas dengan kebutuhan bisnis, dan
observabilitas hasil dari penggunaan teknologi.
2. Perilaku Penjual: Model TAM memfokuskan pada perilaku penjual dalam
menerima dan menggunakan teknologi e-commerce. Ini membantu dalam
memahami niat penjual untuk menggunakan teknologi e-commerce, yang
dipengaruhi oleh persepsi kemudahan penggunaan dan kegunaan.
3. Persepsi Kemudahan Penggunaan dan Kegunaan: Menurut TAM, persepsi
kemudahan penggunaan dan kegunaan teknologi e-commerce berperan
penting dalam membentuk niat penjual untuk mengadopsi teknologi tersebut.
Penjual yang percaya bahwa teknologi ini mudah digunakan dan bermanfaat
lebih cenderung mengadopsinya.

V-1
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

4. Dampak Adopsi Teknologi: Kombinasi kedua model tersebut membantu


dalam memahami dampak adopsi teknologi e-commerce oleh penjual, seperti
peningkatan efisiensi operasional, kemampuan untuk mencapai pasar yang
lebih luas, peningkatan interaksi pelanggan, dan pertumbuhan bisnis.

V.2 Saran
Penggunaan metode DOI (Diffusion of Innovation) dan TAM
(Technology Acceptance Model) dapat memberikan wawasan berharga bagi
penjual e-commerce yang ingin memahami, menganalisis, dan meningkatkan
adopsi teknologi e-commerce mereka. Berikut adalah saran untuk penggunaan
metode DOI dan TAM:
1. Identifikasi Tujuan Penelitian yang Jelas:
Tentukan tujuan penelitian Anda dengan jelas. Apakah Anda ingin
memahami faktor-faktor yang memengaruhi adopsi teknologi e-commerce oleh
penjual, atau apakah Anda ingin mengevaluasi niat dan perilaku penjual dalam
menggunakan teknologi tersebut
2. Terus Berfokus pada Peningkatan:
Adopsi teknologi e-commerce adalah proses yang berkelanjutan. Terus
pantau perkembangan dan perubahan dalam lingkungan e-commerce, dan terus
berfokus pada peningkatan adopsi teknologi di masa depan.

V-2
DAFTAR PUSTAKA

Manuaba, A. (2000). Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Surabaya:


Guna Wijaya.
Nurmianto, E. (2004). Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya:
Guna Widya.
Praktikum Ergonomi dan Perancangan Sistem Kerja. (2023). Modul 3: Faal Kerja.
Bandung: Laboratorium Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi
Universitas Katolik Parahyangan.
Sutalaksana, Iftikar. Z. (2006). Teknik Perancangan Sistem Kerja. Bandung:
Institut Teknologi Bandung
Tarwaka, dkk. (2004). Ergonomi untuk Kesehatan & Keselamatan Kerja dan
Produktivitas. Surakarta: UNIBA PRESS.

ix
LAMPIRAN B UJI UNTUK KEGIATAN MINGGU KEDUA

B
-1

Anda mungkin juga menyukai