Oleh:
Arrizky Ayu Faradila Purnama 2101191004
Berlian Nurfadhilah 2101191030
M. Ismad Ikhsan 2101191032
Yuda Nugraha 2101191038
Ada 12 karakteristik penting dari ekonomi digital yang harus diketahui dan
dipahaminya menurut Don Tapscott yaitu Knowledge, Digitazion, Virtualization,
Molecularization, Internetworking, Disintermediation, Convergence, Innovation,
Prosumption, Immediacy, Globalization dan Discordance
1. Knowledge
Konsep knowledge management pada era ekonomi digital akan menjadi kunci
keberhasilan sebuah perusahaan, karena pengetahuan sudah melekat pada otak manusia
yang dimana sudah menjadi faktor penentunya. Di samping itu, kemjuan teknologi telah
mampu menciptakan berbagai produk kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang
pada dasarnya mampu membantu manajemen dan staf perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan intelegensianya (knowledge leveraging).
2. Digitization
Digitalization merupakan suatu terobosan dan perubahan besar di dunia
transaksi bisnis. Misalnya bentuk gambar dua dimensi seperti lukisan telah dapat di
ubah menjadi kumpulan bit sehingga dengan mudah disimpan dan dipertukarkan
melalui media elektronik. Selain itu kemjuan teknologi sudah dapat dilakukan untuk
saling bertukar informasi melaluo email ke seluruh penjuru dunia dengan semakin
mudah. Dengan kata lain, jika produk dan jasa yang ditawarkan dapat direpresentasikan
dalam bentuk digital, maka perusahaan dapat dengan mudah dan murah menawarkan
produk dan jasanya ke seluruh dunia.
3. Virtualization
4. Molecularization
Organisasi yang akan bertahan dalam era ekonomi digital adalah yang berhasil
menerapkan bentuk molekul. Bentuk molekul merupakan suatu sistem dimana
organisasi dapat dengan mudah beradaptasi dengan setiap perubahan dinamis yang
terjadi di lingkungan sekitar perusahaan.
5. Internetworking
Tidak ada perusahaan yang dapat bekerja sendiri tanpa menjalin kerja sama
dengan pihak-pihak lain, demikian salah satu prasyarat untuk dapat berhasil di dunia
maya. Berdasarkan model bisnis yang dipilih, perusahaan terkait harus menentukan
aktivitas inti-nya (core activity) dan menjalin kerja sama dengan institusi lain untuk
membantu melaksanakan proses-proses penunjang (supporting activities).
6. Disintermediation
Ciri khas lain dari arena ekonomi digital adalah kecenderungan berkurangnya
mediator (broker) sebagai perantara terjadinya transaksi antara pemasok dan pelanggan.
Contohnya mediator-mediator dalam aktivitas ekonomi adalah wholesalers, retailers,
broadcasters, record companies, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan klasik
yang menggantungkan diri sebagai mediator dengan sendirinya terpaksa harus gulung
tikar dengan adanya bisnis internet. Pasar bebas memungkinkan terjadinya transaksi
antar individu tanpa harus melibatkan pihak-pihak lain.
7. Convergence
Kunci sukses perusahaan dalam bisnis internet terletak pada tingkat
kemampuan dan kualitas perusahaan dalam mengkonvergensikan tiga sektor industri,
yaitu: computing, communications, dan content. Komputer yang merupakan inti dari
industri computing merupakan pusat syaraf pengolahan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan transaksi usaha. Adapun produk industri communications
yang paling relevan adalah infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi sebagai
pipa penyaluran data dan informasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Persaingan
sesungguhnya terletak pada industri content yang merupakan jenis pelayanan atau jasa
yang ditawarkan sebuah perusahaan kepada pasar di dunia maya. Ketiga hal di atas
merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki dan dikuasai pemakainnya untuk dapat
berhasil menjalankan bisnis secara sukses.
8. Innovation
9. Prosumption
Di dalam ekonomi digital batasan antara konsumen dan produsen yang selama
ini terlihat jelas menjadi kabur. Hampir semua konsumen teknologi informasi dapat
dengan mudah menjadi produsen yang siap menawarkan produk dan jasanya kepada
masyarakat dan komunitas bisnis. Contohnya adalah seseorang yang harus membayar
5 dolar US untuk mendapatkan akses ke dalam sebuah sistem mailing list. Kemudian
yang bersangkutan membuat sebuah komunitas mailing list dimana setiap anggotanya
harus membayar 1 dolar US kepadanya. Dalam waktu singkat yang bersangkutan telah
dapat memperoleh untung dari usaha kecil tersebut. Dalam konteks ini, individu yang
bersangkutan dikategorikan sebagai prosumer.
10. Immediacy
11. Globalization
Esensi dari globalisasi adalah runtuhnya batas-batas ruang dan waktu (time and
space). Pengetahuan atau knowledge sebagai sumber daya utama, tidak mengenal
batasan geografis sehingga keberadaan entitas negara menjadi kurang relevan di dalam
menjalankan konteks bisnis di dunia maya. Seorang kapitalis murni akan cenderung
untuk melakukan bisnisnya dari sebuah tempat yang murah dan nyaman, menjual
produk dan jasanya kepada masyarakat yang kaya, dan hasil keuntungannya akan
ditransfer dan disimpan di bank yang paling aman dan memberikan bunga terbesar.
Segmentasi market yang selama ini sering dilakukan berdasarkan batas-batas waktu dan
ruang pun harus didefnisikan kembali mengingat bahwa seluruh masyarakat telah
menjadi satu di dalam dunia maya, baik komunitas produsen maupun konsumen.
12. Discordance
Ciri khas terakhir dalam ekonomi digital adalah terjadinya fenomena perubahan
struktur sosial dan budaya sebagai dampak konsekuensi logis terjadinya perubahan
sejumlah paradigma terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semakin ringkasnya
organisasi akan menyebabkan terjadinya pengangguran dimana-mana, mata
pencaharian para mediator (brokers) menjadi hilang, para pekerja menjadi workoholic
karena persaingan yang sangat ketat, pengaruh budaya barat sulit untuk dicegah karena
dapat diakses bebas oleh siapa saja melalui internet, dan lain sebagainya merupakan
contoh fenomena yang terjadi di era ekonomi digital. Ketidaksiapan sebuah organisasi
dalam menghadapi segala kemungkinan dampak negatif yang timbul akan berakibat
buruk (bumerang) bagi kelangsungan hidup perusahaan.
Industri e-commerce ini tidak semata mata hanya membicarakan tentang jual beli
barang dan jasa via internet. Tetapi ada juga hal lain didalamnya seperti penyedia jasa layanan
antar, provider telekomunikasi dan lain-lain. Hal hal tersebut yang membuat industri e-
commerce harus di awasi agar mampu mendorog laju prekonomian.
Persaingan bisnis dalam dunia e-commerce pun sangat ketat, persaingan antar
perusahaan merupakan hal yang wajar terjadi, karena setiap perusahaan pasti selalu
mengeluarkan dan mengembangkan produk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Banyak
ancaman-ancaman yang terjadi misalnya datang dari pesaing yang menawarkan produk atau
jasa dengan karakteristik yang relative sama, ada pula datang dari perusahaan yang
berkemampuan menawarkan produk substitusi, yang memiliki nilai manfaat yang lebih baik
dari produk atau jasa yang dihasilkan perusahaannya, selain itu dating pula dari pelanggan
sendiri karena pelanggan memiliki hak untuk ememilih mana produk yang akan dia beli yang
mencakup
seluruh kebutuhannya.
Persaingan bisnis di era ekonomi digital ini harus bersifat costumen oriented dan juga
competition oriented. Jika tidak segera menerapkan konsep seperti itu maka akan
memungkinkan tergilasnya oleh perusahaan pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
Konsumen menuntut banyak hal dari perusahan misalnya dalam pengiriman barang yang stepat
waktu dan juga kepuasan pelanggan dari keaslian barangnya. Maka setiap perusahaan harus
memiliki manajemen yang baik dalam mengelola bisnisnya. Terkait dengan teknologi yang
bersifat umum sangat erat hubungannya dengan kegiatan bisnis. Semua teknologi pasti di
butuhkan dalam kegiatan berbisnis agar lebih efektif dan efisien. Bisnis memerlukan
tekonologu yang canggih agar kegiatannya dalam berjalan dengan lancer dan dapat membantu
semua kegiatan dengan para konsumen dan produsennya.
Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia. Menurut Dalle (2016) sejarah ekonomi
dunia telah melalui empat era dalam hidup manusia yaitu era masyarakat pertanian, era mesin
pasca revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi multinasional.
Empat gelombang ekonomi sebelumnya berkarakter eksklusif dan hanya bisa dijangkau oleh
kelompok elite tertentu. Gelombang ekonomi digital hadir dengan topografi yang landai,
inklusif, dan membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep kompetisi
yang menjadi spirit industri yang dengan mudah terangkat oleh para pelaku startup yang
mengutamakan kolaborasi dan sinergi. Karena itu pula ekonomi digital merupakan ‘ sharing
economy’ yang mengangkat banyak usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia.
Saat ini pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai largest digital economy
pada 2020 dan ditargetkan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Salah satu landasan
pembangunan nasional dalam pencanangan ini adalah sektor digital. Pemerintah menargetkan
transaksi ecommerce mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknopreneur
dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peta jalan membuka akses berbagai macam
sektor bisnis untuk masuk, bergabung, dan memperkuat bangunan ekosistem ekonomi digital.
Salah satunya dengan mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia serta
benchmark e - commerce negara-negara lain. Tidak dipungkiri beragam masalah dalam
pencapaian target ini cukup banyak, diantaranya perubahan model bisnis berbagai sektor dari
konvensional ke digital. Faktor sosiokultur masyarakat yang tidak dengan cepat dapat
mengadopsi sistem ekonomi digital. Faktor lain adalah kendala yang dialami pelaku startup,
masalah internasionalisasi (perusahaan-perusahaan nasional yang diakusisi oleh
perusahaan asing), perlindungan konsumen, serta regulasi dari transaksi online itu sendiri.
Kebaruan teknologi bagi masyarakat desa merupakan keadaan yang harus segera diimbangi oleh
pembaharuan hukum. Program percepatan desa merupakan kebaruan apabila tidak diperhatikan ibarat
merusak slaput dara perempuan. Melalui penelusuran kepustakaan menjadikan penelitian hukum ini
bersifat normatif. Hasilnya pemerintah melihat kebaruan teknologi dan melakukan pembaharuan
hukum. Pembahasan melihat kebaruan dan pembaharuan hukum dari sisi rekayasa sosial, kemudian
dilakukan kontruksi dimana agar pembaharuan hukum tidak merusak tatanan masyarakat desa. Desa
ibarat slaput dara perempuan maka untuk melakukan pembaharuan hukum dan merekayasa masyarakat
harus berhati-hati.
Dan kajian ini juga melakukan memberikan rekomendasi kebijakan yang menyeluruh
seperti digram dibawah ini , meskipun saat ini sebagian kebijakan pemerintah telah
meregulasi dan memfasilitasi namun masih terdapat aspek yang sangat penting yang
harus dilakukan oleh permerintah Indonesia dimana dalam menyambut era 5G yang
memiliki teknologi Internet of things moda transaksi finansial di dunia digital economy
akan semakin dipermudah , mudah nya akses teknologi tersebut yang harus dilakukan
kajian khusus mengenai model bisnis digital economy pada erat IOT di masa depan
nanti
VALUE OF DATA : THERE IS NO SUCH THING AS A FREE LUNCH IN DIGITAL
ECONOMY
Perusahaan platform online di era digital economy ini menukar layanan dan jasa mereka
dengan data konsumen, sehingga banyak kasus yang terjadi ketika perushaan tersebut
memanfaatkan ekonomi yang berpotensi dengan memonetisasi data konsumen ke berbagai
pihak yang tidak bertanggun jawab. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan Cambridge
Analytica yang bergerak di bidang advertising, layanan berbasis data , perusahaan ini secara
illegal telah terbukti mencuri 50 juta data pelanggan platform facebook untuk di olah mengenai
informasi demografi, kontak pribadi sampai kecenderungan politik dalam masyarakt yang di
khusus kan untuk pemilihan umum presiden Amerika pada tahun 2016 dalam pemenangan
presiden Amerika Donal Trump. Dalam paper ini menjelaskan klasifikasi platform online
mnjadi 8 jenis klasifikasi utama yang menjadi dasar model bisnis, serta dilakukan nya analisis
terhadap pertimbangan model bisnis , aliran data, value creation untuk konsumen serta kajian
mengenai bagaimana perusahaan platform online bisa memonetisasi dari sebuah data
pelanggan.
Terdapat delapan jenis platform online
Untuk setiap jenis platform online ini , paper ini melakukan studi mengenai model bisnis yang
digunakan , aliran data, penciptaan nilai untuk konsumen, dan penciptaan nilai untuk pihak
ketiga dan bagaimana perusaaan jenis platform online tersebut melakukan memonetisasi data
pelanggan. Berikut contoh penjelasan studi kasus yang dibahas dalam paper ini dalam type I
Ecommerce online platform:
TYPE I E-COMMERCE ONLINE PLAT FORM
Amazon market place adalah platform online yang menfasilitasi penjualan antaran
konsumen dengan distributor barang atau pihak ketiga. Disatu sisi ia menawarkan
konsumen untuk membeli sebuah produk dengan harga yang lebih murah namun ini
memungkinka pihak ketiga mengakses data, seperti contoh ketika consumen membeli
barang secara offline melalui kartu kredit atau debit maka pihak perusahaan dan pihak
ketiga tidak mendapatkan data kases namun jika konsumen membeli barang tersebut
melalui Amazon market place maka kedua pihak baik perusahaan maupun pihak ketiga
penyedia barang memiliki akses untuk memperoleh data konsumen. Dalam aspek
aliran data, Amazon mengumpulkan data pada aliran klik stream, pembelian , ulasan
dan lokasi konsumen berada, kemudian dilakukan analisis pada tersebut untuk
memberikan penargetan data layanan kepada pejual pihak ketiga seperti mengenai
perkiraan permintaan dan pergerakan tren dari produk yang dijual hal hal ini yang
dilakukan amazon untuk memberikan layanan strategi penetapan harga berdasarkan
data kepada penjual pihak ketiga, layanan premium yang bisa diberikan ini berkisar $
100.000 per tahun.
Paper ini membahas bisnis end to end konsep tata kelola sebuah teknologi informasi dalam konteks
perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce sebagai sector ekonomi digital diperlukan sebuah
peningkatan kualitas manajemen dan pelatihan trainer dalm sebuah perusahaan .dimana metodologi
yang diusulkan adalah metodoolgi COBIT 5, metodologi ini di adaptasi untuk dunia e-commerce.Untuk
mencapai sebuah tujuan bisinis, maka perusahaan harus memenuhi beberapa kriteria kesuksean , untuk
hal ini dalam metode COBIT memiiki beberapa standarisasi untuk perusahaan berbasis IT, dimana
informasi teknologi harus dapat memenuhi aspek efetivittas, efisiensi, kerahasiaan, integeritas ,
ketersediaan dan kepatuhan dalam sebuah kebijakan.
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan pemodelan grafis untuk rekomendasi standar yang diterapkan
dalam metode COBIT 5 dan S16 Standard yang mampu mengelola perusahaan teknologi informasi dan
menggunakan sumber daya ekonomi digital.
Berdasarkan standarisasi S16 untuk E-commerce, terdapat panduan lebih lanjut yang di usulkan dalam
standard e-commerce :
Kajian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi yang tepat bagi pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam membuat kebijakan terkait dengan revolusi bisnis
platform sebagai penggerak ekonomi digital di Indonesia. Kajian ini dilakukan secara kualitatif
melalui studi literatur. Keluaran dari kajian ini menghasilkan rekomendasi untuk kebijakan
terkait dengan revolusi bisnis di era ekonomi digital. sepuluh prinsip dasar ekonomi platform
ditata lebih detail. Prinsip-prinsip tersebut termasuk pergeseran dari kepemilikan ke akses,
monetisasi berlebihan, pengurangan overhead, dan perpanjangan siklus hidup produk.
1. Skala Ekonomi
2. Tidak ada lagi sampah
3. Penyesuaian unit
4. Kapitalisasi
5. Dari Pret-à-Porter economy hingga Haute Couture economy (ekonomi “siap pakai”
hingga “eksklusif sesuai pesanan”)
6. Akses atas kepemilikan
7. Tidak ada lagi Over head
8. Mengurangi Hambatan masuk
9. Ketepatan harga
10. Informasi dinamis
Metode penelitian ini dikaji permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan revolusi bisnis
berbasis platform. Penelitian kebijakan ini bersifat deskriptif, analitis dengan menjelaskan
fenomena yang terjadi terkait dengan bidang yang permasalahan yang dikaji. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh mengenai masalah dan solusi pemecahannya, kajian ini
menggunakan metode studi literatur (literature review), yaitu sebuah metode kajian yang
bertujuan untuk menyusun teori dasar penelitian. Materi-materi yang digunakan bersumber
dari makalah, buku, surat kabar, majalah, maupun jurnal penelitian yang terkait dengan bidang
kajian.
Hasil
Jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup drastis dalam jumlah pengguna internet. Dari 252,4 juta jiwa penduduk Indonesia
di tahun 2015, 88,1 juta diantaranya adalah pengguna internet. Hal ini meningkat di tahun 2016
dengan total 132,7 juta pengguna internet dari 254,6 juta jiwa penduduk (APJII, 2017). Dari
jumlah itu, sebanyak 106 juta, atau sekitar 40 % orang yang aktif menggunakan media sosial.
Telephone seluler (ponsel) menjadi media yang dipilih untuk menakses media sosial yaitu
sebesar 92 juta. Tingginya pertumbuhan pengguna internet itu juga diimbangi dengan tingginya
pemilik ponsel yaitu sebesar 91 persen populasi Indonesia. Sedangkan pengguna smartphone
berjumlah 47 persen.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai revolusi bisnis berbasis platform sebagai
penggerak ekonomi digital di Indonesia, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu:
perkembangan teknologi digital belakangan ini telah melahirkan sebuah revolusi besar di dunia
bisnis, yaitu ekonomi digital. Permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa ini adalah
kurangnya kesiapan masyarakat dan juga pemerintah dalam menghadapinya. Masih sedikit
sekali jumlah start up tanah air yang berkembang dan dapat bersaing dengan pelaku bisnis
digital secara global
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Startup Di Yogyakarta
Maria Dolorosa Kusuma Perdani
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2018 (SENTIKA 2018),
Yogyakarta
Pada penelitian kali ini didasari oleh meningkatnya perkembangan jumlah startup yang juga
sebanding dengan angka kegagalan yang menimpa startup. Tingginya angka kegagalan startup
di Indonesia menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mendorong tumbuh kembangnya bisnis
online. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan startup dalam era ekonomi digital. Objek penelitian ini adalah startup-startup
yang berusia kurang dari 4 tahun dan berlokasi di Provinsi D.I Yogyakarta. Metode penelitian
yang digunakan adalah dengan membagikan kuesioner, yang selanjutnya diolah menggunakan
Smart PLS 3.2.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja pengusaha menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan startup.
Model Penelitian kali ini dibagi menjadi 3 faktor, Faktor SDM (Age, Education, Work
Experience, Nonformal Skill), Faktor Infrastruktur (Broadband Availability, Broadband Speed,
BroadbandPrice), Faktor Keamanan Siber (Confidentiaality, Integrity, Availability). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. data primer diperoleh
dari jawaban responden atas pengisian angket kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh
dari kajian literatur dan kepustakaan sebagai bahan referensi. Populasi dari penelitian ini adalah
pelaku startup di Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling dimana dengan menggunakan teknik ini setiap anggota populasi tidak
diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probablity sampling yang
digunakan adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan terhadap startup
yang mudah diakses dan bersedia menjadi responden, serta purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Sampel
dalam penelitian ini adalah startup di Yogyakarta yang pada periode pengumpulan data
bersedia menjadi responden penelitian. Jumlah populasi startup di Yogyakarta tidak diketahui
secara pasti (infinite) sehingga penghitungan jumlah sampel minimal menggunakan prosedur
estimasi berbasis minimum squares, dimana jumlah sampel PLS dapat dihitung dengan cara
sepuluh kali jumlah variabel endogen dalam model (Ghozali, 2014). Variabel endogen yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 1 variabel sehingga 30 responden sudah mencukupi.
Jumlah responden di atas juga telah memenuhi teori CLT (central limit theory), bahwa sampel
dikatakan besar jika berjumlah lebih besar atau sama dengan 30. Penyebaran dan pengumpulan
kuesioner dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan hardcopy secara langsung
kepada responden atau dengan pengisian online form. Hasil yang diperoleh dari jawaban
responden akan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan software Smart PLS Responden
yang bersedia mengisi kuesioner pada periode pengumpulan data berjumlah 32 orang. Jumlah
sampel 32 sudah mencukupi untuk dilakukan pengujian menggunakan PLS
Hasil
Perusahaan yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini dibatasi hanya yang memiliki
usia kurang dari 4 tahun dengan asumsi bahwa perusahaan yang berusia kurang dari 4 tahun
masih berada dalam fase tumbuh. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan
tahun berdiri perusahaan pada 2017 sebanyak 14 perusahaan (44%), berdiri tahun 2016
sebanyak 8 perusahaan (25%), berdiri tahun 2015 sebanyak 6 perusahaan (19%), dan berdiri
tahun 2014 sebanyak 4 perusahaan (10%). Penelitian ini mengambil sampel dari startup-startup
yang berlokasi di Yogyakarta sebanyak 32 responden. Startup yang menjadi responden berasal
dari beberapa bidang usaha yaitu: bidang perdagangan sebanyak 8 perusahaan (25%), bidang
software agency sebanyak 6 perusahaan (19%), bidang pelayanan umum sebanyak 4
perusahaan (13%), bidang pertanian, peternakan, & perikanan sebanyak 4 perusahaan (13%),
bidang kesehatan sebanyak 3 perusahaan (9%), bidang hiburan sebanyak 2 perusahaan (6%),
bidang advertising sebanyak 2 perusahaan (6%), bidang pariwisata 1 perusahaan (3%), bidang
keuangan (Fintech) 1 perusahaan (3%), dan bidang sosial sebanyak 1 perusahaan (3%). Lokus
dalam penelitian ini adalah provinsi D.I Yogyakarta, sehingga startup yang dipilih menjadi
responden dalam penelitian ini hanya startup yang memang lahir dan berkantor di provinsi D.I
Yogyakarta. Kantor startup yang menjadi responden dalam penelitian ini berlokasi di
Kabupaten Sleman sebanyak 24 perusahaan (75%), di Kota Yogyakarta sebanyak 7 perusahaan
(22%), dan di Kabupaten Bantul sebanyak 1 perusahaan (3%). Karakteristik responden
berdasarkan latar belakang pendidikan pengusaha dikelompokkan menjadi 4, yaitu responden
yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 2 orang (6%), responden
dengan latar belakang tamat D1/D3 sebanyak 1 orang (1%), responden dengan pendidikan
tamat D4/S1 sebanyak 26 orang (81%), dan responden dengan pendidikan S2/S3 sebanyak 3
orang (9%). Karakteristik responden berdasarkan usaha rintisan keberapa yang didirikan saat
ini dikelompokkan menjadi 4, yaitu responden yang baru pertama kalinya mendirikan usaha
rintisan sebanyak 16 orang (50%), merupakan usaha kedua yang didirikan sebanyak 10 orang
(31%), merupakan usaha ketiga yang didirikan sebanyak 4 orang (13%), dan merupakan usaha
keempat/lebih sebanyak 2 orang (6%).
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa pengalaman kerja pengusaha merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan startup. Usia, latar belakang pendidikan, maupun keterampilan non
formal yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan inkubator tidak memberi pengaruh terhadap
pertumbuhan startup. Faktanya, dunia bisnis tidak bisa diprediksi sehingga tidak bisa hanya
mengandalkan pada teori-teori yang ada. Memiliki pengalaman kerja akan memberikan nilai positif
baik dalam hal membangun keterampilan maupun pengelolaan manajemen sebagai modal dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha. Dukungan akses internet berkecepatan tinggi dengan
harapan dapat mendorong efektifitas dan produktifitas para pendiri usaha berbasis teknologi ternyata
tidak serta merta mempengaruhi pertumbuhan startup. Hal ini dikarenakan meskipun ketersediaan
broadband dianggap infrastruktur penting, namun pada kenyataannya tidak semua startup-startup
tersebut sudah benarbenar memerlukan akses internet berkecepatan tinggi. Berada dalam fase tumbuh,
startup belum menaruh perhatian khusus pada faktor keamanan siber meskipun sudah melakukan
upaya-upaya untuk menjamin keamanan. Ketika upaya pengamanan yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kepercayaan pelanggan tidak serta merta dapat meningkatkan pertumbuhan usahanya,
hal ini bisa karena memang faktanya kebanyakan pelanggan tidak peduli dengan hal keamanan siber
ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan menjadi pangkal persoalan dan bisa jadi hal ini
disebabkan masyarakat belum merasakan dampak langsung dari serangan siber maupun dorongan dari
pemerintah yang harus lebih kuat lagi. Karenanya, perlu ada edukasi keamanan siber bagi masyarakat
guna meningkatkan kesadaran pentingnya keamanan siber. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu
menerima semua kategori model bisnis startup digital untuk menjadi responden, karenanya penelitian
selanjutnya agar memberi prasyarat kategori model bisnis startup digital yang akan dipilih menjadi
responden agar dapat melihat seberapa besar pengaruh dukungan teknologi tinggi bagi pertumbuhan
startup
Pertanyaan riset dari penelitian ini membahas hubungan antara peningkatan teknologi pembelajaran
dan ekonomi digital didunia. Untuk memperluas hasil, menunjukan bahwa aspek ekonomi digital
kami relevan dengan bidang technology enhanced learning.
Main work pada studi ini secara luas mencari dua pokok bibliographic database untuk mencari istilah
“digital economy”, “digital economics”, “internet economy”, “internet economics”, “net economy”,
“net economics”, “new economy”, “new economics”, “digital world” dan German Analougues. Pada
strategi ini penting untuk memastikan bahwa literature penting dimana hubungan pada pertanyaan
riset dari publikasi ini. Dua database menggunakan SCOPUS dan Web of Knowledge.
Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa tren didunia digital kita mempengaruhi teknologi juga
meningkatkan pembelajaran. Sebagai contoh sejak 2010 teknologi seperti selular, komputasi, dan
simatik juga intelegent agent dan context-awareness technologies,serta teknologi untuk IOT telah
menjadi aspek penting dalam bidang peningkatan teknologi pembayaran.