Anda di halaman 1dari 25

Perkembangan Ekonomi Digital Pada Sektor

Platform Online di Indonesia


Mata Kuliah: Regulasi Penyelenggaraan Telekomunikasi

Oleh:
Arrizky Ayu Faradila Purnama 2101191004
Berlian Nurfadhilah 2101191030
M. Ismad Ikhsan 2101191032
Yuda Nugraha 2101191038

PROGRAM STUDI MAGISTER TEKNIK ELEKTRO


REGULASI, MANAJEMEN TELEKOMUNIKASI
FAKULTAS TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS TELKOM
2019
A. Pengertian Digital Ekonomi
Digital ekonomi adalah suatu hal yang menandakan perkembangan dan pertumbuhan
ekonomi pada masa yang akan dating, ditandai dengan semakin pesatnya perkembangan bisnis
atau transaksi perdagangan yang menggunakan internet sebagai media dalam berkomunikasi,
kolaborasi dan kerjasama antar perusahaan atau individu. Konsep digital ekonomi pertama kali
dikenalkan oleh Tapscott (1998) yaitu sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi yang
mempunyai karakteristik sebagai sebuah ruang intelijen, meliputi informasi, berbagai akses
instrument informasi, kapasitas informasi dan pemrosesan informasi. Komponen ekonomi
digital yang berhasil diidentifikasi pertama kalinya yaitu industry TIK, aktivitas e-commerce,
distribusi barang dan jasa.
Adapun konsep ekonomi digital menurut Zimmerman (2000), konsep ekonomi digital
sering digunakan untuk menjelaskan dampak global teknologi informasi dan komunikasi, tidak
hanya pada internet tetapi juga pada bidang ekonomi. Menjadi sebuah pandangan tentang
interaksi antara perkembangan inovasi dan kemajuan teknologi yang berdampak pada ekonomi
makro maupun mikro. Sektor meliputi barang dan jasa saat pengembangan, produksi,
penjualan, atau suplainya tergantung pada teknologi digital.
Selain itu ada pula pengertian digital ekonomi menurut PCmagazine adalah “The impact of
information technology on the economy” yang memiliki arti lebih menonjolkan pada penerapan
TIK pada bidang ekonomi.
Ada beberapa faktor yang dapat dilakukan dalam mencapai kesuksesan pada era
ekonomi digital yaitu kreativitas individu dan teknologi informasi. Kreativitas individu
misalnya bagaimana satu individu melakukan inovasi-inovasi dalam berbisnis secara konstan
dan berkelanjutan, selain itu pada tekonologi informasi berperan sebagai pemampu da
fasilitator dalam pengelolaan dan managemen pengetahuan, sehingga proses yang berlangsung
dalam kreasi , manipulasi dan distribusi informasi menjadi lebih efektif dan efisien

Ada 12 karakteristik penting dari ekonomi digital yang harus diketahui dan
dipahaminya menurut Don Tapscott yaitu Knowledge, Digitazion, Virtualization,
Molecularization, Internetworking, Disintermediation, Convergence, Innovation,
Prosumption, Immediacy, Globalization dan Discordance

1. Knowledge

Konsep knowledge management pada era ekonomi digital akan menjadi kunci
keberhasilan sebuah perusahaan, karena pengetahuan sudah melekat pada otak manusia
yang dimana sudah menjadi faktor penentunya. Di samping itu, kemjuan teknologi telah
mampu menciptakan berbagai produk kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang
pada dasarnya mampu membantu manajemen dan staf perusahaan untuk meningkatkan
kemampuan intelegensianya (knowledge leveraging).

2. Digitization
Digitalization merupakan suatu terobosan dan perubahan besar di dunia
transaksi bisnis. Misalnya bentuk gambar dua dimensi seperti lukisan telah dapat di
ubah menjadi kumpulan bit sehingga dengan mudah disimpan dan dipertukarkan
melalui media elektronik. Selain itu kemjuan teknologi sudah dapat dilakukan untuk
saling bertukar informasi melaluo email ke seluruh penjuru dunia dengan semakin
mudah. Dengan kata lain, jika produk dan jasa yang ditawarkan dapat direpresentasikan
dalam bentuk digital, maka perusahaan dapat dengan mudah dan murah menawarkan
produk dan jasanya ke seluruh dunia.

3. Virtualization

Virtualisasi memungkinkan seseorang untuk memulai bisnisnya dengan


oerangkat sederhana dan dapat menjagkau seluruh calon pelanggan seluruh dunia.
Pelanggan hanya berhadapan dengan sebuah situs internet sebagai perusahaanya
demikian pula relasi antara berbagai perusahaan yang ingin saling bekerja sama. Dalam
menjalin hubungan ini, proses yang terjadi lebih pada transaksi adalah pertukaran data
dan informasi secara virtual, tanpa kehadiran fisik antara pihak-pihak atau individu
yang melakukan transaksi. Dengan kata lain, bisnis dapat dilakukan kapan saja dan
dimana saja selama 24 jam per-hari dan 7 hari seminggu secara on-line dan real time.

4. Molecularization

Organisasi yang akan bertahan dalam era ekonomi digital adalah yang berhasil
menerapkan bentuk molekul. Bentuk molekul merupakan suatu sistem dimana
organisasi dapat dengan mudah beradaptasi dengan setiap perubahan dinamis yang
terjadi di lingkungan sekitar perusahaan.

5. Internetworking

Tidak ada perusahaan yang dapat bekerja sendiri tanpa menjalin kerja sama
dengan pihak-pihak lain, demikian salah satu prasyarat untuk dapat berhasil di dunia
maya. Berdasarkan model bisnis yang dipilih, perusahaan terkait harus menentukan
aktivitas inti-nya (core activity) dan menjalin kerja sama dengan institusi lain untuk
membantu melaksanakan proses-proses penunjang (supporting activities).

6. Disintermediation

Ciri khas lain dari arena ekonomi digital adalah kecenderungan berkurangnya
mediator (broker) sebagai perantara terjadinya transaksi antara pemasok dan pelanggan.
Contohnya mediator-mediator dalam aktivitas ekonomi adalah wholesalers, retailers,
broadcasters, record companies, dan lain sebagainya. Perusahaan-perusahaan klasik
yang menggantungkan diri sebagai mediator dengan sendirinya terpaksa harus gulung
tikar dengan adanya bisnis internet. Pasar bebas memungkinkan terjadinya transaksi
antar individu tanpa harus melibatkan pihak-pihak lain.

7. Convergence
Kunci sukses perusahaan dalam bisnis internet terletak pada tingkat
kemampuan dan kualitas perusahaan dalam mengkonvergensikan tiga sektor industri,
yaitu: computing, communications, dan content. Komputer yang merupakan inti dari
industri computing merupakan pusat syaraf pengolahan data dan informasi yang
dibutuhkan dalam melakukan transaksi usaha. Adapun produk industri communications
yang paling relevan adalah infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi sebagai
pipa penyaluran data dan informasi dari satu tempat ke tempat lainnya. Persaingan
sesungguhnya terletak pada industri content yang merupakan jenis pelayanan atau jasa
yang ditawarkan sebuah perusahaan kepada pasar di dunia maya. Ketiga hal di atas
merupakan syarat mutlak yang harus dimiliki dan dikuasai pemakainnya untuk dapat
berhasil menjalankan bisnis secara sukses.

8. Innovation

Aktivitas di internet adalah bisnis 24 jam, bukan 8 jam seperti layaknya


perusahaan-perusahaan di dunia nyata. Keunggulan kompetitif (competitive advantage)
sangat sulit dipertahankan mengingat apa yang dilakukan seseorang atau perusahaan
internet lain sangat mudah untuk ditiru. Oleh karena itulah inovasi secara cepat dan
terus-menerus dibutuhkan agar sebuah perusahaan dapat bertahan. Manajemen
perusahaan harus mampu menemukan cara agar para pemain kunci di dalam organisasi
(manajemen dan staf) dapat selalu berinovasi seperti layaknya perusahaan-perusahaan
di Silicon Valley. Konsep learning organization patut untuk dipertimbangkan dan
diimplementasikan di dalam perusahaan.

9. Prosumption

Di dalam ekonomi digital batasan antara konsumen dan produsen yang selama
ini terlihat jelas menjadi kabur. Hampir semua konsumen teknologi informasi dapat
dengan mudah menjadi produsen yang siap menawarkan produk dan jasanya kepada
masyarakat dan komunitas bisnis. Contohnya adalah seseorang yang harus membayar
5 dolar US untuk mendapatkan akses ke dalam sebuah sistem mailing list. Kemudian
yang bersangkutan membuat sebuah komunitas mailing list dimana setiap anggotanya
harus membayar 1 dolar US kepadanya. Dalam waktu singkat yang bersangkutan telah
dapat memperoleh untung dari usaha kecil tersebut. Dalam konteks ini, individu yang
bersangkutan dikategorikan sebagai prosumer.

10. Immediacy

Di dunia maya, pelanggan dihadapkan pada beragam perusahaan yang


menawarkan produk atau jasa yang sama. Dalam memilih perusahaan, mereka hanya
menggunakan tiga kriteria utama. Secara prinsip mereka akan mengadakan transaksi
dengan perusahaan yang menawarkan produk atau jasanya secara cheaper, better, dan
faster dibandingkan dengan perusahaan sejenis. Mengingat bahwa switching cost di
internet sangat mudah dan murah, maka pelanggan akan terus menerus mencari
perusahaan yang paling memberikan benefit tertinggi baginya. Melihat hal inilah maka
perusahaan harus selalu peka terhadap berbagai kebutuhan pelanggan yang
membutuhkan kepuasan pelayanan tertentu.

11. Globalization

Esensi dari globalisasi adalah runtuhnya batas-batas ruang dan waktu (time and
space). Pengetahuan atau knowledge sebagai sumber daya utama, tidak mengenal
batasan geografis sehingga keberadaan entitas negara menjadi kurang relevan di dalam
menjalankan konteks bisnis di dunia maya. Seorang kapitalis murni akan cenderung
untuk melakukan bisnisnya dari sebuah tempat yang murah dan nyaman, menjual
produk dan jasanya kepada masyarakat yang kaya, dan hasil keuntungannya akan
ditransfer dan disimpan di bank yang paling aman dan memberikan bunga terbesar.
Segmentasi market yang selama ini sering dilakukan berdasarkan batas-batas waktu dan
ruang pun harus didefnisikan kembali mengingat bahwa seluruh masyarakat telah
menjadi satu di dalam dunia maya, baik komunitas produsen maupun konsumen.

12. Discordance

Ciri khas terakhir dalam ekonomi digital adalah terjadinya fenomena perubahan
struktur sosial dan budaya sebagai dampak konsekuensi logis terjadinya perubahan
sejumlah paradigma terkait dengan kehidupan sehari-hari. Semakin ringkasnya
organisasi akan menyebabkan terjadinya pengangguran dimana-mana, mata
pencaharian para mediator (brokers) menjadi hilang, para pekerja menjadi workoholic
karena persaingan yang sangat ketat, pengaruh budaya barat sulit untuk dicegah karena
dapat diakses bebas oleh siapa saja melalui internet, dan lain sebagainya merupakan
contoh fenomena yang terjadi di era ekonomi digital. Ketidaksiapan sebuah organisasi
dalam menghadapi segala kemungkinan dampak negatif yang timbul akan berakibat
buruk (bumerang) bagi kelangsungan hidup perusahaan.

Industri e-commerce ini tidak semata mata hanya membicarakan tentang jual beli
barang dan jasa via internet. Tetapi ada juga hal lain didalamnya seperti penyedia jasa layanan
antar, provider telekomunikasi dan lain-lain. Hal hal tersebut yang membuat industri e-
commerce harus di awasi agar mampu mendorog laju prekonomian.

Persaingan bisnis dalam dunia e-commerce pun sangat ketat, persaingan antar
perusahaan merupakan hal yang wajar terjadi, karena setiap perusahaan pasti selalu
mengeluarkan dan mengembangkan produk menjadi yang terbaik dari yang terbaik. Banyak
ancaman-ancaman yang terjadi misalnya datang dari pesaing yang menawarkan produk atau
jasa dengan karakteristik yang relative sama, ada pula datang dari perusahaan yang
berkemampuan menawarkan produk substitusi, yang memiliki nilai manfaat yang lebih baik
dari produk atau jasa yang dihasilkan perusahaannya, selain itu dating pula dari pelanggan
sendiri karena pelanggan memiliki hak untuk ememilih mana produk yang akan dia beli yang
mencakup
seluruh kebutuhannya.
Persaingan bisnis di era ekonomi digital ini harus bersifat costumen oriented dan juga
competition oriented. Jika tidak segera menerapkan konsep seperti itu maka akan
memungkinkan tergilasnya oleh perusahaan pesaing secara langsung maupun tidak langsung.
Konsumen menuntut banyak hal dari perusahan misalnya dalam pengiriman barang yang stepat
waktu dan juga kepuasan pelanggan dari keaslian barangnya. Maka setiap perusahaan harus
memiliki manajemen yang baik dalam mengelola bisnisnya. Terkait dengan teknologi yang
bersifat umum sangat erat hubungannya dengan kegiatan bisnis. Semua teknologi pasti di
butuhkan dalam kegiatan berbisnis agar lebih efektif dan efisien. Bisnis memerlukan
tekonologu yang canggih agar kegiatannya dalam berjalan dengan lancer dan dapat membantu
semua kegiatan dengan para konsumen dan produsennya.

Ekonomi digital lahir dan berkembang seiring penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia. Menurut Dalle (2016) sejarah ekonomi
dunia telah melalui empat era dalam hidup manusia yaitu era masyarakat pertanian, era mesin
pasca revolusi industri, era perburuan minyak, dan era kapitalisme korporasi multinasional.
Empat gelombang ekonomi sebelumnya berkarakter eksklusif dan hanya bisa dijangkau oleh
kelompok elite tertentu. Gelombang ekonomi digital hadir dengan topografi yang landai,
inklusif, dan membentangkan ekualitas peluang. Karakteristik ini memiliki konsep kompetisi
yang menjadi spirit industri yang dengan mudah terangkat oleh para pelaku startup yang
mengutamakan kolaborasi dan sinergi. Karena itu pula ekonomi digital merupakan ‘ sharing
economy’ yang mengangkat banyak usaha kecil dan menengah untuk memasuki bisnis dunia.

Saat ini pemerintah sedang mencanangkan Indonesia sebagai largest digital economy
pada 2020 dan ditargetkan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Salah satu landasan
pembangunan nasional dalam pencanangan ini adalah sektor digital. Pemerintah menargetkan
transaksi ecommerce mencapai senilai US$ 130 miliar dan menciptakan 1000 teknopreneur
dengan nilai bisnis US$ 10 miliar pada tahun 2020.

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan peta jalan membuka akses berbagai macam
sektor bisnis untuk masuk, bergabung, dan memperkuat bangunan ekosistem ekonomi digital.
Salah satunya dengan mengetahui potensi pertumbuhan ekonomi digital di Indonesia serta
benchmark e - commerce negara-negara lain. Tidak dipungkiri beragam masalah dalam
pencapaian target ini cukup banyak, diantaranya perubahan model bisnis berbagai sektor dari
konvensional ke digital. Faktor sosiokultur masyarakat yang tidak dengan cepat dapat
mengadopsi sistem ekonomi digital. Faktor lain adalah kendala yang dialami pelaku startup,
masalah internasionalisasi (perusahaan-perusahaan nasional yang diakusisi oleh
perusahaan asing), perlindungan konsumen, serta regulasi dari transaksi online itu sendiri.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka dirumuskan beberapa pertanyaan


study untuk bisa menjawab permasalahan yaitu bagaimana pertumbuhan ekonomi digital di
Indonesia? Bagaimana perubahan model bisnis per sektor? Apa saja komoditi dagang yang
menjanjikan? Apa saja kendala utama serta kunci sukses pelaku startup? Bagaimana
benchmark e-mommerce dengan negara-negara lain? Bagaimana consumer protection?
Bagaimana masalah internasionalisasi serta bagaimana rekomendasi kebijakan transaksi
online?
Data-data potensi ekonomi digital ini sangat dibutuhkan guna pengembangan serta
penguatan sektor ekonomi digital di Indonesia. Hal ini penting guna perumusan kebijakan-
kebijakan pemerintah yang berhubungan erat dengan sektor industri digital dimasa sekarang
dan akan datang.
Judul : Kebaruan dan Pembaharuan Hukum Percepatan Ekonomi Digital Desa
Dalam Bingkai Negara Hukum
Tahun : Vol. 2 No.1 April 2018 Hal 1-17
Author : Sarip
Publisher : JUSTITIA Jurnal Hukum, Fakultas Hukum Universitas
Muhammadiyah Surabaya

Background / Latar Belakang:

Kebaruan teknologi bagi masyarakat desa merupakan keadaan yang harus segera diimbangi oleh
pembaharuan hukum. Program percepatan desa merupakan kebaruan apabila tidak diperhatikan ibarat
merusak slaput dara perempuan. Melalui penelusuran kepustakaan menjadikan penelitian hukum ini
bersifat normatif. Hasilnya pemerintah melihat kebaruan teknologi dan melakukan pembaharuan
hukum. Pembahasan melihat kebaruan dan pembaharuan hukum dari sisi rekayasa sosial, kemudian
dilakukan kontruksi dimana agar pembaharuan hukum tidak merusak tatanan masyarakat desa. Desa
ibarat slaput dara perempuan maka untuk melakukan pembaharuan hukum dan merekayasa masyarakat
harus berhati-hati.

Metode yang Digunakan :


1. Mencari informasi melalui berbagai sumber bacaan baik yang berupa buku, jurnal, dan
berita di internet.
2. Penelusuran literatur diharapkan dapat menemukan benang merah dan mendapatkan
titik terang tentang kebaruan dan pembaharuan hukum di bidang percepatan ekonomi
di desa antara kemajuan dan tantangan globalisasi yang ada.
3. Jenis penelitian sendiri menggunakan penelitian kualitatif deskriptif, dilakukan dengan
cara mendeskripsikan pemikiran yang berkenaan dengan pokok bahasan
4. Analisis hukum normatif melalui aturan-aturan hukum formal yang dinilai
mendiskriminasikan dan mendukung percepatan ekonomi di desa kemudian mencoba
menarik simpulan yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah disajikan.
Pembahasan :
Sistem ekonomi Indonesia bergerak ke arah baru, konsumen menjadi titik sentral produksi,
penggunaan teknologi di segala bidang, kemudahan akses informasi yang kian transparan,
bentuk-bentuk aliansi strategis dan kerjasama antar perusahaan (bahkan antar negara)
membentangkan jalan bagi ekonomi untuk memperoleh tempat yang baru. Beberapa orang
menyebutnya Ekonomi Baru (New Economy). Ada pula yang menyebutnya Ekonomi Digital
(Digital Economy), Ekonomi Internet (Internet Economy) ataupun Ekonomi Jaring (Web
Economy).14 Hal ini menandakan perubahan yang harus diimbangi oleh hukum nasional yang
berlaku sampai kedesa-desa yang ada di Indonesia.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016, Mahkamah Konstitusi
berpendapat bahwa untuk mencegah terjadinya perbedaan penafsiran terhadap Pasal 5 ayat (1)
dan ayat (2) UU ITE, Mahkamah menegaskan bahwa setiap intersepsi harus dilakukan secara
sah, terlebih lagi dalam rangka penegakan hukum. Oleh karena itu, Mahkamah dalam amar
putusannya menambahkan kata atau frasa “khususnya” terhadap frasa “Informasi Elektronik
dan/atau Dokumen Elektronik”. Agar tidak terjadi penafsiran bahwa putusan tersebut akan
mempersempit makna atau arti yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat Berdasarkan
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 20/PUU-XIV/2016, Mahkamah Konstitusi berpendapat
bahwa untuk mencegah terjadinya perbedaan penafsiran terhadap Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2)
UU ITE, Mahkamah menegaskan bahwa setiap intersepsi harus dilakukan secara sah, terlebih
lagi dalam rangka penegakan hukum. Oleh karena itu, Mahkamah dalam amar putusannya
menambahkan kata atau frasa “khususnya” terhadap frasa “Informasi Elektronik dan/atau
Dokumen Elektronik”. Agar tidak terjadi penafsiran bahwa putusan tersebut akan
mempersempit makna atau arti yang terdapat di dalam Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU ITE,
untuk memberikan kepastian hukum keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik sebagai alat bukti perlu dipertegas kembali dalam Penjelasan Pasal 5 UU ITE.
Penggunaan setiap informasi melalui media atau Sistem Elektronik yang menyangkut data
pribadi seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang yang bersangkutan. Untuk itu,
dibutuhkan jaminan pemenuhan perlindungan diri pribadi dengan mewajibkan setiap
Penyelenggara Sistem Elektronik untuk menghapus Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik yang tidak relevan yang berada di bawah kendalinya atas permintaan Orang yang
bersangkutan berdasarkan penetapan pengadilan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, perlu membentuk Undang-Undang tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE)
yang menegaskan kembali ketentuan keberadaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen
Elektronik dalam Penjelasan Pasal 5, menambah ketentuan kewajiban penghapusan Informasi
Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang tidak relevan dalam Pasal 26, mengubah
ketentuan Pasal 31 ayat (4) mengenai pendelegasian penyusunan tata cara intersepsi ke dalam
undang-undang, menambah peran Pemerintah dalam melakukan pencegahan penyebarluasan
dan penggunaan Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan
yang dilarang dalam Pasal 40, mengubah beberapa ketentuan mengenai penyidikan yang terkait
dengan dugaan tindak pidana di bidang Teknologi Informasi dan Transaksi Elektronik dalam
Pasal 43, dan menambah penjelasan Pasal 27 ayat (1), ayat (3), dan ayat (4) agar lebih harmonis
dengan sistem hukum pidana materiil yang diatur di Indonesia. Kebaruan dan pembaharuan
Hukum Praksisnya Dalam Bidang Percepatan Ekonomi Masyarakat Desa
Bagi masyarakat desa website dapat dikatakan sebagai hal yang baru, apalagi memanfaatkan
website desa untuk percepatan ekonomi desa. Dilihat dari sudut pandang hukum adanya
website desa dapat dikatakan sebagai proses pabaharuan hukum atau dengan istilah lain sering
menggunakannya dengan politik hukum.20 Penulis sengaja menggunakan istilah pembaharuan
hukum, memiliki alasan tersendiri, dimana orang desa ketika bicara politik identik dengan
partai politik. Maka, istilah pembaharuan ini dirasakan tepat digunakan untuk tataran
masyarakat desa. Antara kebaruan21 dan pembahruan hukum digunakan untuk melihat
perubahan di desa berkenaan dengan perubahan masyarakat yang akan diarahkan pada
percepatan ekonomi digital.
Perubahan sosial masyarakat desa yang dilakukan melalui website desa akan berpengaruh
terhadap bekerjannya mekanisme pengendalian percepatan ekonomi digital. Sebab, timbul
perubahan sosial secara subtansial di desa-desa dengan adanya website desa. Sebagai gambaran
disaat terjadi peralihan dari transaksi manual di desa-desa melalui website desa, mengalami
perubahan yang fundamental dalam hal transaksi perdagangan.
Kalau semula transaksi mengahdirkan orang-orang sekarang transaksi tidak lagi demikian.
Maka untuk mengantisipasi hal tersebut diperlukan the law sosial engineering dalam hal:
1. Proses adaptasi, meliputi ekonomi penggunaan teknologi dan ilmu pengetahuan yang tepat
bagi masyarakat desa;
2. Proses penerapan tujuan/pengambilan keputusan yang tepat dari pemangku kebijakan agar
tidak merugikan masyarakat desa;
3. Proses mempertahankan masyarakat yang dilakukan dengan cara sosialisasi akan nilai
penting proses percepatan ekonomi digital;
4. Proses integrasi yang dilakukan oleh hukum dalam hal kebaruan dan pembaharuan hukum
di bidang percepatan ekonomi digital.
Kebaruan dan pembaharuan hukum di bidang percepatan ekonomi digital merupakan
kemerdekaan menyatakan pikiran dan kebebasan berpendapat serta hak memperoleh informasi
melalui penggunaan dan pemanfaatan teknologi Informasi dan komunikasi ditujukan untuk:
1. Memajukan kesejahteraan umum;
2. Mencerdaskan kehidupan bangsa;
3. Memberikan rasa aman;
4. Keadilan; dan
5. Kepastian hukum bagi pengguna dan penyelenggara sistem elektronik.
Kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, hak dan kebebasan melalui penggunaan
dan pemanfaatan Teknologi Informasi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan
pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang dengan maksud sematamata untuk
menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain dan untuk
memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,
dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat demokratis.
UU ITE merupakan hal kebaruan undang-undang pertama di bidang Teknologi Informasi dan
Transaksi Elektronik sebagai produk legislasi yang sangat dibutuhkan dan telah menjadi pionir
yang meletakkan dasar pengaturan di bidang pemanfaatan Teknologi Informasi dan Transaksi
Elektronik.25 Namun, pembaharuan muncul berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi
Nomor 50/PUUVI/2008 dan Nomor 2/PUU-VII/2009, dimana tindak pidana penghinaan dan
pencemaran nama baik dalam bidang Informasi Elektronik dan Transaksi Elektronik bukan
semata-mata sebagai tindak pidana umum, melainkan sebagai delik aduan. Penegasan
mengenai delik aduan dimaksudkan agar selaras dengan asas kepastian hukum dan rasa
keadilan masyarakat. The law social engineering merupakan alat yang digunakan untuk
menggiring masyarakat mematuhi akan pembaharuan hukum termasuk didalamnya masyarakat
desa.
Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 5/PUU-VIII/2010, Mahkamah Konstitusi
berpendapat bahwa kegiatan dan kewenangan penyadapan merupakan hal yang sangat sensitif
karena di satu sisi merupakan pembatasan hak asasi manusia, tetapi di sisi lain memiliki aspek
kepentingan hukum. Oleh karena itu, pengaturan (regulation) mengenai legalitas penyadapan
harus dibentuk dan diformulasikan secara tepat sesuai dengan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
Di samping itu, Mahkamah berpendapat bahwa karena penyadapan merupakan pelanggaran
atas hak asasi manusia sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 28J ayat (2) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, sangat wajar dan sudah sepatutnya jika negara
ingin menyimpangi hak privasi warga negara tersebut, negara haruslah menyimpanginya dalam
bentuk undangundang dan bukan dalam bentuk peraturan pemerintah
Pergerakan sektor ekonomi dari produsen perkembangannya dapat diketahui secara tidak
langsung dengan memonitor antara lain data perkembangan pemberian fasilitas kredit baru oleh
perbankan nasional dan data perkembangan produksi dari berbagai kegiatan sektor ekonomi.
Dalam sistem perekonomian sederhana tersebut dalam keadaan normal biasanya akan berjalan
dengan sendirinya, tanpa perlu pengaturan yang ketat dari Pemerintah. Pasar dapat mengatur
segalanya dengan baik dan sempurna.
Simpulan:
Negara hukum berkenaan dengan kebaruan dan pembaharuan hukum di desa berkenaan dengan
percepatan ekonomi digital dianggap sebagai saluran, sarana, sejenis selaput yang bisa
ditembus tanpa mengganggu atau merusak selaput.
Kebaruan terhadap percepatan desa dalam bidang ekonomi terkadang tidak sesuai harapan.
Untuk mengantisipasi pemerintah harus melakukan pembaharuan hukum. Adapaun
pembaharuan hukum yang ideal jangan sampai merusak tatanan perekonomian dan keadaan
masayrakat yang sudah tertata.
STUDI EKONOMI DIGITAL INDONESIA SEBAGAI PENDORONG UTAMA
PEMBENTUKAN INDUSTRI DIGITAL MASA DEPAN
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN SDM KEMKOMINFO , 2017
Ekonomi digital berkembang sangat pesat dengan seiring penggunaan teknologi
informasi dan komunikasi yang juga semakin mengglobal di dunia, Indonesia saat ini sebentar
lagi menjadi the largest digital economy yang akan di targetkan pada tahun 2020 dan yang
menjadi terbesar di Asia Tenggara. Salah satu landasan pembangunan nasional dalam
pencanangan ini adalah sector digital . Ecommerce merupakan salah satu konsen pemerintah
Indonesia saat ini karena pemerintah menargetkan transaksi ecommerce mencapai nilai US$
130 miliar dan menciptakan 1000 startup atau teknopreneur pada tahun 2020.
Untuk mendukung hal tersebur perlu ada nya kajian komprehensif yang
mempersiapkan pencapaian tersebut , salah satunya adalah studi yang dilakukan oleh BPP
SDM KEMKOMINFO pada tahun 2017. Penelitian ini menyatakan masih ada beragam
permasalahan yang muncul dan menghambat pertumbuhan e-commerce. Permasalahan yang
di hadapi oleh perusahaan startup dalam negeri yang menjalankan roda bisnis di dunia e-
commerce adalah regulasi dari transaksi online dan perlindungan data dan perlindungan
konsumen . namun hal ini sudah di perbaiki dengan munculnya Undang-undang nomor 8 tahun
1999 tentang perlindungan konsumen.
Metode penelitian
Metode penelitian yang dilakukan oleh BPP SDM KEMKOMINFO adalah dengan kajian
literature menggunakan beberapa penelitian swasta ( Accenture ), Benchmarking ecommerce
antar negara serta dilakukan nya forum group Discussion (FGD) terkait pembahasan ekonomi
dital secara umum, data pertumbuhan, perubahan bisnis model, komiditi dagang masa depan ,
costumer protection dan regulasi ekosistem ekonomi digital, pengujian hasil studi dengan
kondisi existing dan implementasi kebijakan. Peserta FGD di ikuti oleh kalangan pelaku
teknopreneur start-up , Yayasan lembaga konsumen Indonesia, Dirjen Pajak , Badan Regulasi
Telekomunikasi Indonesia) dan para akademis.
Pembahasan
Dengan hadirnya digital economy di Indonesia terjadinya transformasi transaksi
perkembangan sektro ekonomi di Indonesia dalam 3 aspek penting yang menopang
keberlangsungan bisnis e-commerce , yaitu transformasi dalam aspek transaksi informasi,
transaksi dalam aspek jasa, transaksi finansial. Seperti grafik dibawah ini merupakan
perubahan bisnis model sector transportasi.
Grafik perubahan bisnis model sector transportasi.
Bahwa dari ketiga aspek future yang dituliskan pada grafik diatas telah hampir
terpenuhi di setiap aspek informasi, jasa, dan finansial. Oleh karena itu peran pemerintah harus
bisa memfasilitasi atau mempertahankan perkembangan ecommerce di Indonesia. Perusahaan
start-up dalam negeri yang telah berdiri dan sukses di Indonesia antara lain Gojek, Bukalapak,
Blanja.com, Elevenia, Bhinneka.com, Matahari mall yang bergerak di berbagai bidang dalam
dunia dijital ekonomi.
Perusahaan startup dalam negeri yang dapat melakukan memperluas ke dunia
international saat ini hanya Gojek yang berhasil expanding di negera asia tenggara seperti
Vietnam dengan Go-Viet, lalu ke negara Thailand, negara Singapore. Untuk menjawab
mengapa hanya gojek yang mampu melakukan expanding perusahaan keluar negeri
dikarenakan para pelaku startup di dunia digital economy masih belum dapat menerapkan
strategi internasionalisasi , gojek berhasil menerapkan strategi Global markert Entry strategy
dengan mensukseskan footprint perusahaan di negara lain dengan berbagai cara salah satunya
adalah join venture dan franchising. Serta pelaku startup masih merasa terlalu dini untuk
melakukan ekspansi keluar negeri dengan dalih awal perusahaan ingin terlebih dahulu
mematangkan pasar local, oleh karena itu kajian ini merekomendasikan beberapa tindakan dini
bagi pelaku startup :
1. Manajemen konten dan penyesuaian desain
2. Kenyamanan Membayar bagi konsumen
3. Pengolahan data yang komprehensif
4. Taklukna pengguna perangkat mobile

Dan kajian ini juga melakukan memberikan rekomendasi kebijakan yang menyeluruh
seperti digram dibawah ini , meskipun saat ini sebagian kebijakan pemerintah telah
meregulasi dan memfasilitasi namun masih terdapat aspek yang sangat penting yang
harus dilakukan oleh permerintah Indonesia dimana dalam menyambut era 5G yang
memiliki teknologi Internet of things moda transaksi finansial di dunia digital economy
akan semakin dipermudah , mudah nya akses teknologi tersebut yang harus dilakukan
kajian khusus mengenai model bisnis digital economy pada erat IOT di masa depan
nanti
VALUE OF DATA : THERE IS NO SUCH THING AS A FREE LUNCH IN DIGITAL
ECONOMY

Wendy C.Y. Li (U.S. Bureau of Economic Analysis)1


Makoto Nirei (University of Tokyo)
Kazufumi Yamana (Kanagawa University)
February 6, 2019.

Perusahaan platform online di era digital economy ini menukar layanan dan jasa mereka
dengan data konsumen, sehingga banyak kasus yang terjadi ketika perushaan tersebut
memanfaatkan ekonomi yang berpotensi dengan memonetisasi data konsumen ke berbagai
pihak yang tidak bertanggun jawab. Seperti yang dilakukan oleh perusahaan Cambridge
Analytica yang bergerak di bidang advertising, layanan berbasis data , perusahaan ini secara
illegal telah terbukti mencuri 50 juta data pelanggan platform facebook untuk di olah mengenai
informasi demografi, kontak pribadi sampai kecenderungan politik dalam masyarakt yang di
khusus kan untuk pemilihan umum presiden Amerika pada tahun 2016 dalam pemenangan
presiden Amerika Donal Trump. Dalam paper ini menjelaskan klasifikasi platform online
mnjadi 8 jenis klasifikasi utama yang menjadi dasar model bisnis, serta dilakukan nya analisis
terhadap pertimbangan model bisnis , aliran data, value creation untuk konsumen serta kajian
mengenai bagaimana perusahaan platform online bisa memonetisasi dari sebuah data
pelanggan.
Terdapat delapan jenis platform online

Type I Type II Type III Type IV


E-commerce Onlie Online Resource E-Financial Service Online Social Network
Platform Sharing Platform Online Platform Service Platform
(Existing: Amazon (Existing:Booking.com, (Existing: Ovoo , (Existing:LinkedIn ,
Market Place- Traveloka, Airy room, Gopay, Link aja) Kalibrr)
Bukalapak) RedDoorz)
Type V Type VI Type VII Type VIII
Online Auction or Online Competitive Online Non- Online Search
Matching Platform Crowdsourcing Competitive Platform
(Existing: Ebay) Platform Crowdsorucing (Existing: Google
(Existing : Waze, Platform Search, Bing, Mozilla
Behance) ( Kitabisa.com) Search)

Untuk setiap jenis platform online ini , paper ini melakukan studi mengenai model bisnis yang
digunakan , aliran data, penciptaan nilai untuk konsumen, dan penciptaan nilai untuk pihak
ketiga dan bagaimana perusaaan jenis platform online tersebut melakukan memonetisasi data
pelanggan. Berikut contoh penjelasan studi kasus yang dibahas dalam paper ini dalam type I
Ecommerce online platform:
 TYPE I E-COMMERCE ONLINE PLAT FORM
Amazon market place adalah platform online yang menfasilitasi penjualan antaran
konsumen dengan distributor barang atau pihak ketiga. Disatu sisi ia menawarkan
konsumen untuk membeli sebuah produk dengan harga yang lebih murah namun ini
memungkinka pihak ketiga mengakses data, seperti contoh ketika consumen membeli
barang secara offline melalui kartu kredit atau debit maka pihak perusahaan dan pihak
ketiga tidak mendapatkan data kases namun jika konsumen membeli barang tersebut
melalui Amazon market place maka kedua pihak baik perusahaan maupun pihak ketiga
penyedia barang memiliki akses untuk memperoleh data konsumen. Dalam aspek
aliran data, Amazon mengumpulkan data pada aliran klik stream, pembelian , ulasan
dan lokasi konsumen berada, kemudian dilakukan analisis pada tersebut untuk
memberikan penargetan data layanan kepada pejual pihak ketiga seperti mengenai
perkiraan permintaan dan pergerakan tren dari produk yang dijual hal hal ini yang
dilakukan amazon untuk memberikan layanan strategi penetapan harga berdasarkan
data kepada penjual pihak ketiga, layanan premium yang bisa diberikan ini berkisar $
100.000 per tahun.

Gambar 2. E-Commerce Online platform.


Models of Process for Governance of enterprise and personal training for Digital
Economy
A.V. Olifirvov,Pavel Y.Z, Krytina A, Tatyana N, 2018

Paper ini membahas bisnis end to end konsep tata kelola sebuah teknologi informasi dalam konteks
perusahaan yang bergerak di bidang e-commerce sebagai sector ekonomi digital diperlukan sebuah
peningkatan kualitas manajemen dan pelatihan trainer dalm sebuah perusahaan .dimana metodologi
yang diusulkan adalah metodoolgi COBIT 5, metodologi ini di adaptasi untuk dunia e-commerce.Untuk
mencapai sebuah tujuan bisinis, maka perusahaan harus memenuhi beberapa kriteria kesuksean , untuk
hal ini dalam metode COBIT memiiki beberapa standarisasi untuk perusahaan berbasis IT, dimana
informasi teknologi harus dapat memenuhi aspek efetivittas, efisiensi, kerahasiaan, integeritas ,
ketersediaan dan kepatuhan dalam sebuah kebijakan.

Hasil dari penelitian ini memperlihatkan pemodelan grafis untuk rekomendasi standar yang diterapkan
dalam metode COBIT 5 dan S16 Standard yang mampu mengelola perusahaan teknologi informasi dan
menggunakan sumber daya ekonomi digital.
Berdasarkan standarisasi S16 untuk E-commerce, terdapat panduan lebih lanjut yang di usulkan dalam
standard e-commerce :

 Panduan G21, terkait Enterprise Resource Planning (ERP) systems Review


 Panduan G22, Bussines to consumer (B2C) E-commerce review
 Panduan G24, terkait Internet banking
 Panduan G25, terkait Virtual Private Networks (VPN)
 Panduan G33, terkait Pertimbangan umum penggunan internet
 Prosedur P6 terkait kemanan Firewalls.
 Framework COBIT dan objektiv control
Revolusi Bisnis Berbasis Platform Sebagai Penggerak Ekonomi Digital Indonesia
Ahmad Budi Setiawan
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi Volume: 9 No.1 (Januari - Juni 2018)
Hal. : 61-76

Kajian ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi yang tepat bagi pemerintah dan
pemangku kepentingan lainnya dalam membuat kebijakan terkait dengan revolusi bisnis
platform sebagai penggerak ekonomi digital di Indonesia. Kajian ini dilakukan secara kualitatif
melalui studi literatur. Keluaran dari kajian ini menghasilkan rekomendasi untuk kebijakan
terkait dengan revolusi bisnis di era ekonomi digital. sepuluh prinsip dasar ekonomi platform
ditata lebih detail. Prinsip-prinsip tersebut termasuk pergeseran dari kepemilikan ke akses,
monetisasi berlebihan, pengurangan overhead, dan perpanjangan siklus hidup produk.
1. Skala Ekonomi
2. Tidak ada lagi sampah
3. Penyesuaian unit
4. Kapitalisasi
5. Dari Pret-à-Porter economy hingga Haute Couture economy (ekonomi “siap pakai”
hingga “eksklusif sesuai pesanan”)
6. Akses atas kepemilikan
7. Tidak ada lagi Over head
8. Mengurangi Hambatan masuk
9. Ketepatan harga
10. Informasi dinamis

Metode penelitian ini dikaji permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan revolusi bisnis
berbasis platform. Penelitian kebijakan ini bersifat deskriptif, analitis dengan menjelaskan
fenomena yang terjadi terkait dengan bidang yang permasalahan yang dikaji. Untuk
memperoleh pemahaman yang utuh mengenai masalah dan solusi pemecahannya, kajian ini
menggunakan metode studi literatur (literature review), yaitu sebuah metode kajian yang
bertujuan untuk menyusun teori dasar penelitian. Materi-materi yang digunakan bersumber
dari makalah, buku, surat kabar, majalah, maupun jurnal penelitian yang terkait dengan bidang
kajian.

Metode yang digunakan


Dalam penelitian ini dikaji permasalahan yang berkaitan dengan kebijakan revolusi bisnis
berbasis platform. Penelitian kebijakan ini bersifat deskriptif, analitis dengan menjelaskan
fenomena yang terjadi terkait dengan bidang yang permasalahan yang dikaji. Untuk
memperoleh pemahaman yangutuh mengenai masalah dan solusi pemecahannya, kajian ini
menggunakan metode studi literatur (literature review), yaitu sebuah metode kajian yang
bertujuan untuk menyusun teori dasar penelitian. Materi-materi yang digunakan bersumber
dari makalah, buku, surat kabar, majalah, maupun jurnal penelitian yang terkait dengan bidang
kajian.

Hasil
Jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan hasil
survey Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII), Indonesia mengalami peningkatan
yang cukup drastis dalam jumlah pengguna internet. Dari 252,4 juta jiwa penduduk Indonesia
di tahun 2015, 88,1 juta diantaranya adalah pengguna internet. Hal ini meningkat di tahun 2016
dengan total 132,7 juta pengguna internet dari 254,6 juta jiwa penduduk (APJII, 2017). Dari
jumlah itu, sebanyak 106 juta, atau sekitar 40 % orang yang aktif menggunakan media sosial.
Telephone seluler (ponsel) menjadi media yang dipilih untuk menakses media sosial yaitu
sebesar 92 juta. Tingginya pertumbuhan pengguna internet itu juga diimbangi dengan tingginya
pemilik ponsel yaitu sebesar 91 persen populasi Indonesia. Sedangkan pengguna smartphone
berjumlah 47 persen.

Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan mengenai revolusi bisnis berbasis platform sebagai
penggerak ekonomi digital di Indonesia, maka dapat diambil beberapa simpulan yaitu:
perkembangan teknologi digital belakangan ini telah melahirkan sebuah revolusi besar di dunia
bisnis, yaitu ekonomi digital. Permasalahan besar yang dihadapi oleh bangsa ini adalah
kurangnya kesiapan masyarakat dan juga pemerintah dalam menghadapinya. Masih sedikit
sekali jumlah start up tanah air yang berkembang dan dapat bersaing dengan pelaku bisnis
digital secara global
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Startup Di Yogyakarta
Maria Dolorosa Kusuma Perdani
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi 2018 (SENTIKA 2018),
Yogyakarta

Pada penelitian kali ini didasari oleh meningkatnya perkembangan jumlah startup yang juga
sebanding dengan angka kegagalan yang menimpa startup. Tingginya angka kegagalan startup
di Indonesia menjadi tantangan bagi pemerintah dalam mendorong tumbuh kembangnya bisnis
online. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan startup dalam era ekonomi digital. Objek penelitian ini adalah startup-startup
yang berusia kurang dari 4 tahun dan berlokasi di Provinsi D.I Yogyakarta. Metode penelitian
yang digunakan adalah dengan membagikan kuesioner, yang selanjutnya diolah menggunakan
Smart PLS 3.2.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman kerja pengusaha menjadi
faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan startup.

Metode yang digunakan

Model Penelitian kali ini dibagi menjadi 3 faktor, Faktor SDM (Age, Education, Work
Experience, Nonformal Skill), Faktor Infrastruktur (Broadband Availability, Broadband Speed,
BroadbandPrice), Faktor Keamanan Siber (Confidentiaality, Integrity, Availability). Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. data primer diperoleh
dari jawaban responden atas pengisian angket kuesioner sedangkan data sekunder diperoleh
dari kajian literatur dan kepustakaan sebagai bahan referensi. Populasi dari penelitian ini adalah
pelaku startup di Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah non
probability sampling dimana dengan menggunakan teknik ini setiap anggota populasi tidak
diberi peluang yang sama untuk dipilih menjadi sampel. Teknik non probablity sampling yang
digunakan adalah convenience sampling yaitu pengambilan sampel dilakukan terhadap startup
yang mudah diakses dan bersedia menjadi responden, serta purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Sampel
dalam penelitian ini adalah startup di Yogyakarta yang pada periode pengumpulan data
bersedia menjadi responden penelitian. Jumlah populasi startup di Yogyakarta tidak diketahui
secara pasti (infinite) sehingga penghitungan jumlah sampel minimal menggunakan prosedur
estimasi berbasis minimum squares, dimana jumlah sampel PLS dapat dihitung dengan cara
sepuluh kali jumlah variabel endogen dalam model (Ghozali, 2014). Variabel endogen yang
digunakan dalam penelitian ini sebanyak 1 variabel sehingga 30 responden sudah mencukupi.
Jumlah responden di atas juga telah memenuhi teori CLT (central limit theory), bahwa sampel
dikatakan besar jika berjumlah lebih besar atau sama dengan 30. Penyebaran dan pengumpulan
kuesioner dilakukan dengan dua cara yaitu dengan memberikan hardcopy secara langsung
kepada responden atau dengan pengisian online form. Hasil yang diperoleh dari jawaban
responden akan dianalisis secara deskriptif dengan bantuan software Smart PLS Responden
yang bersedia mengisi kuesioner pada periode pengumpulan data berjumlah 32 orang. Jumlah
sampel 32 sudah mencukupi untuk dilakukan pengujian menggunakan PLS

Hasil
Perusahaan yang dipilih menjadi responden dalam penelitian ini dibatasi hanya yang memiliki
usia kurang dari 4 tahun dengan asumsi bahwa perusahaan yang berusia kurang dari 4 tahun
masih berada dalam fase tumbuh. Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan
tahun berdiri perusahaan pada 2017 sebanyak 14 perusahaan (44%), berdiri tahun 2016
sebanyak 8 perusahaan (25%), berdiri tahun 2015 sebanyak 6 perusahaan (19%), dan berdiri
tahun 2014 sebanyak 4 perusahaan (10%). Penelitian ini mengambil sampel dari startup-startup
yang berlokasi di Yogyakarta sebanyak 32 responden. Startup yang menjadi responden berasal
dari beberapa bidang usaha yaitu: bidang perdagangan sebanyak 8 perusahaan (25%), bidang
software agency sebanyak 6 perusahaan (19%), bidang pelayanan umum sebanyak 4
perusahaan (13%), bidang pertanian, peternakan, & perikanan sebanyak 4 perusahaan (13%),
bidang kesehatan sebanyak 3 perusahaan (9%), bidang hiburan sebanyak 2 perusahaan (6%),
bidang advertising sebanyak 2 perusahaan (6%), bidang pariwisata 1 perusahaan (3%), bidang
keuangan (Fintech) 1 perusahaan (3%), dan bidang sosial sebanyak 1 perusahaan (3%). Lokus
dalam penelitian ini adalah provinsi D.I Yogyakarta, sehingga startup yang dipilih menjadi
responden dalam penelitian ini hanya startup yang memang lahir dan berkantor di provinsi D.I
Yogyakarta. Kantor startup yang menjadi responden dalam penelitian ini berlokasi di
Kabupaten Sleman sebanyak 24 perusahaan (75%), di Kota Yogyakarta sebanyak 7 perusahaan
(22%), dan di Kabupaten Bantul sebanyak 1 perusahaan (3%). Karakteristik responden
berdasarkan latar belakang pendidikan pengusaha dikelompokkan menjadi 4, yaitu responden
yang memiliki latar belakang pendidikan SMA/Sederajat sebanyak 2 orang (6%), responden
dengan latar belakang tamat D1/D3 sebanyak 1 orang (1%), responden dengan pendidikan
tamat D4/S1 sebanyak 26 orang (81%), dan responden dengan pendidikan S2/S3 sebanyak 3
orang (9%). Karakteristik responden berdasarkan usaha rintisan keberapa yang didirikan saat
ini dikelompokkan menjadi 4, yaitu responden yang baru pertama kalinya mendirikan usaha
rintisan sebanyak 16 orang (50%), merupakan usaha kedua yang didirikan sebanyak 10 orang
(31%), merupakan usaha ketiga yang didirikan sebanyak 4 orang (13%), dan merupakan usaha
keempat/lebih sebanyak 2 orang (6%).
Kesimpulan
Penelitian ini membuktikan bahwa pengalaman kerja pengusaha merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi pertumbuhan startup. Usia, latar belakang pendidikan, maupun keterampilan non
formal yang diperoleh dengan mengikuti kegiatan inkubator tidak memberi pengaruh terhadap
pertumbuhan startup. Faktanya, dunia bisnis tidak bisa diprediksi sehingga tidak bisa hanya
mengandalkan pada teori-teori yang ada. Memiliki pengalaman kerja akan memberikan nilai positif
baik dalam hal membangun keterampilan maupun pengelolaan manajemen sebagai modal dalam
menjalankan dan mengembangkan usaha. Dukungan akses internet berkecepatan tinggi dengan
harapan dapat mendorong efektifitas dan produktifitas para pendiri usaha berbasis teknologi ternyata
tidak serta merta mempengaruhi pertumbuhan startup. Hal ini dikarenakan meskipun ketersediaan
broadband dianggap infrastruktur penting, namun pada kenyataannya tidak semua startup-startup
tersebut sudah benarbenar memerlukan akses internet berkecepatan tinggi. Berada dalam fase tumbuh,
startup belum menaruh perhatian khusus pada faktor keamanan siber meskipun sudah melakukan
upaya-upaya untuk menjamin keamanan. Ketika upaya pengamanan yang dilakukan dengan tujuan
meningkatkan kepercayaan pelanggan tidak serta merta dapat meningkatkan pertumbuhan usahanya,
hal ini bisa karena memang faktanya kebanyakan pelanggan tidak peduli dengan hal keamanan siber
ini. Kesadaran masyarakat akan pentingnya keamanan menjadi pangkal persoalan dan bisa jadi hal ini
disebabkan masyarakat belum merasakan dampak langsung dari serangan siber maupun dorongan dari
pemerintah yang harus lebih kuat lagi. Karenanya, perlu ada edukasi keamanan siber bagi masyarakat
guna meningkatkan kesadaran pentingnya keamanan siber. Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu
menerima semua kategori model bisnis startup digital untuk menjadi responden, karenanya penelitian
selanjutnya agar memberi prasyarat kategori model bisnis startup digital yang akan dipilih menjadi
responden agar dapat melihat seberapa besar pengaruh dukungan teknologi tinggi bagi pertumbuhan
startup

Technology Enhanced Learning and the Digital Economy: A Literature Review


Schweighofer, P., Grünwald, S., & Ebner, M. (2015).
International Journal of Innovation in the Digital Economy (IJIDE), 6(1),
50-62. doi:10.4018/ijide.2015010104

Pertanyaan riset dari penelitian ini membahas hubungan antara peningkatan teknologi pembelajaran
dan ekonomi digital didunia. Untuk memperluas hasil, menunjukan bahwa aspek ekonomi digital
kami relevan dengan bidang technology enhanced learning.

Main work pada studi ini secara luas mencari dua pokok bibliographic database untuk mencari istilah
“digital economy”, “digital economics”, “internet economy”, “internet economics”, “net economy”,
“net economics”, “new economy”, “new economics”, “digital world” dan German Analougues. Pada
strategi ini penting untuk memastikan bahwa literature penting dimana hubungan pada pertanyaan
riset dari publikasi ini. Dua database menggunakan SCOPUS dan Web of Knowledge.

Dari analisis ini dapat disimpulkan bahwa tren didunia digital kita mempengaruhi teknologi juga
meningkatkan pembelajaran. Sebagai contoh sejak 2010 teknologi seperti selular, komputasi, dan
simatik juga intelegent agent dan context-awareness technologies,serta teknologi untuk IOT telah
menjadi aspek penting dalam bidang peningkatan teknologi pembayaran.

Metode yang digunakan:


Pada strategi ini penting untuk memastikan bahwa literature penting dimana hubungan pada
pertanyaan riset dari publikasi ini. Dua database menggunakan SCOPUS dan Web of Knowledge.
Kesimpulan:
Pertanyaan penelitian pada koneksi pengalamatan antara Technology enhanced learning dan ekonomi
digital dan dunia. Untuk meningkatkan hasil bahwa aspek ekonomi digital relevan untuk bidang
Technology enhanced learning. Di satu sisi, banyak penulis mengklaim bahwa melalui teknologi
ekonomi digital pendekatan baru untuk pembelajaran yang ditingkatkan teknologi dimungkinkan dan
koneksi yang lebih luas antara dunia nyata dan digital dalam skenario pembelajaran dapat dicapai.
Jadi bisa disimpulkan, bahwa tren di dunia digital kita juga memengaruhi bidang pembelajaran yang
ditingkatkan teknologi. Misalnya, temuan publikasi ini (lihat Tabel 2 dan Tabel 3) menunjukkan
bahwa sejak 2010 teknologi seperti teknologi seluler, komputasi di mana-mana, dan teknologi
semantik, juga berarti agen cerdas dan teknologi kesadaran konteks, serta teknologi untuk Internet.
Hal-hal, telah menjadi lebih penting di bidang pembelajaran yang ditingkatkan teknologi. Tren yang
sama bisa dilihat di masyarakat kita juga. Di sisi lain, ini dikonfirmasi oleh banyak penulis, betapa
pentingnya TEL di dunia digital kita. Terutama ada dua argumen untuk itu. Pertama, kita telah
terbiasa dengan dukungan teknis dalam kehidupan kita sehari-hari. Itulah sebabnya, terutama kaum
muda, menuntut dukungan teknologi dalam proses pembelajaran mereka. Kedua, kebalikannya juga
terjadi. Kita membutuhkan dukungan teknis dalam lingkungan belajar kita karena kita harus belajar
bagaimana menangani teknologi seperti itu dalam kehidupan dan pekerjaan kita sehari-hari. Kedua
argumen tersebut menekankan pentingnya penelitian di bidang pembelajaran yang ditingkatkan
teknologi dan penggunaan pendekatan pembelajaran yang ditingkatkan teknologi.

Anda mungkin juga menyukai