Dicetak oleh
Percetakan BPK GUNUNG MULIA
OD/31 02/23 8/83
Pasal 262, 263
Pasal262
DaIam hal pemiclanaan berdasarkan salab satu kejabatan yang dirurnus-
kan daIam pasaI 253 - 260 bis, maka hak-hak sebagaimana dimaksnd dalam
pasal35 no. 1-4 clapat dicabut. '
BAD XVI
T1NDAK pmANA PEMALSUAN SURAT
Pasal 263.
(1) Barangsiapa mernbuat secara palsu atau rnernalsukan sesuatu su-
rat, yang clapat rnenimbulkan snatu hak, perikatan atau snatu pernbebasan
hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti bagi suatu tindakan, dengan
416
-----------------', '-"-,,
Pasal263.
maksud untuk menggunakannya atau me.'lyuruh orang lain menggunakannya
seolah-olah asli dan tidal< palsu, jika karena penggunaan ito dapat menimbul-
kan snatu kerugian, diancam karena pemalsuan surat dengan pidana penjara
maksimum enam tahun.
(2) Dengan pidana yang sama diancam barangsiapa dengan sengaja
menggunakan surat yang isinya secara palsu dibuat atau yang dipalsukan ter-
sebut, seolah-olah asIi dan tidal< palsu jika karena penggunaan ito dapat m.,.
nimbuikan kerugian.
Kejahatan tsb pasal 263 dapat diberi nama sebagai pemalsuan surat se.
derhana. Untuk memudahkan memahaminya, diadakan penguraian sbb:
Unsur subjek: Barangsiapa. Bacalah uraian no. 86 AHPP.
Unsur kesalahannya berbentuk "dengan sengaja" yang tersirat pada
kata·kata membuat secara palsu at,m niemalsukan. Namun kesengajaan ini
. harus berbarengan dengan tujuan terdekatnya yaitu dimaksudkan untuk
digunakannya atau menyuruh orang lain untuk menggunakannya seolah-
olah asli dan tidal< dipalsukan. Tujuan ini sekaligus merupakan penguatan
kesengajaan atau kehendak sipelaku. Pada pasal·pasal berikutnya dalam
BAB XII BUKU II ini (pasal 263 sd 274) "dengan maksud" itu selalu kita teo
mukan. Pengerliannya sama saja yaitu tujuannya yang terdekat dan lidak
harus sudah teIjadi yang dimaksud itu.
Untuk unsur bmh-nya, bacalah uraian no. 89 AHPP.
417
'\
I
Pasal263
tang.
ii. Surat yang diperuntukkan sebagai bukti bagi suatu tindakan.
Yang dimaksud pada i, adalah bunyi suatu kesepakatan, perjanjian
dan sebagainya yang dituliskan di atas alat tulis (misaInya: kertas), yang dapat
menimbulkan hak dan sebagainya itu. lni berbeda dengan surat yang berupa
alat tukar atau alat untuk keabsahan seperti uang kertas, materal dan seba.
galnya, yang untuk itu sudah diatur secara tersendiri.
Yang dimaksud pada ii. ialah suatu surat yang karena sifatnya me·
miliki "kekuatan pembukiian" mudah difahami bahwa kekuatan tersebut
merupakan kelanjutan dari kekuasaan atau su.tu hak dari sipembuat surat
tersebut. Sedangkan kekuatan pembuktian yang dimaksudkan dalam hal in!,
tidak terbatas hanya di bidang ,hukum pidana, melalukan juga mencakupi di
bidang hukum Iainnya seperti hukum admin!strasi, hukum perdata, hukum
dagang dan lain'sebagainya. Yang dimaksud dengan bukti bagi suatu tindak·
an ialah tindakan itu adalah suatu tindakan hukum. Dengan perkataan lain
bahwa tindakan itu ada hubungannya atau tergantung pada tindakan lainnya
dan mempunyai suatu akibat hukum.
Dalarn rangka penerapan pasal in! perlu diperhatikan adanya syarat
pemidanaan yang ditentukan yang tersirat dalarn anak kalimat "jika karena
penggunaan itu dapat menimbulkan suatu kerugian". Syarat pemidanaan in!
tidak termasuk dalarn unsur kesengajaan sipelaku. Artinya tidak perlu diper·
soaIkan apakah sipelaku ketika melakukan pemalsuan itu juga sudah menge·
tahui/menghendaki bahwa penggunaan itu dapat menimbulkan suatu kerugi.
an. Pembuktian syarat ini dipercayakan kepada petugas peradilan yaitu apa·
kah menurut keyakinan Hakim dapat menimbulkan suatu kerugian atau ti·
dak. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan suatu perbandingan dengan
kejadian yang mirip yang pernah terjadi dengan suatu pengkajian secara tek·
nalogi, sosiologis dan sebagainya.
418
Pasa1263,264.
Dalam pemalsuan suatu surat, tidak mesti bahwa penanda tangan surat
tersebut daiam kenyataan memang ada. Cukuplah jika fIhak itu memo
percayai surat itu seolah-olah asli.
Dikenal pula apa yang disebut sebagai "pemalsuan intelektual" yaltu
apabila perbuatan itu digunakan untuk pembuktian. Misalnya seorang
pegawai negeri berkewajiban untuk meneatat suatu laporan yang di·
sampaikan kepadanya. Ternyata ia menuliskan laporan itu berbeda de·
ngan yang dilaporkan kepadanya. Dalam hal ini 'pegawai tersebut telah
membuatsurat seeara palsu. Jadi pembuatan suatu Berita Acara yang
mempunyai akibat hukum yang tidak sesual dengan apa yang diutara-
kan kepada pegawai tersebut termasuk juga sebagai membuat surat se-
cara palsu.
Di ayat (2) pasal 263 ditentukan bahwa maksimum aneaman pidana
bagi "pemalsu surat" adalah sama dengan pelaku yang menggunakan surat
tersebut (yang dibuat seeara Jlalsu atau dipalsukan). Tidak menjadi soal apa-
kah yang menggunakan itu mengetahui siapa yang membuat secara paisu atau
yang memalsukan surat tersebut.
Akan tetapi ia harus tahu bahwa. itu adalah dipalsukan atau dibuat secara
palsu.
Selanjutnya mengenai pidana tambahan yang dapat dijatuhkan, baea
pasal276.
Pasal 264
(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara maksimurn de-
lapan !ahun, jika ia dilakukan di dalam;
419