Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL PENELITIAN

PROBLEMATIKA GURU DALAM PELAKSANAAN KELAS


DARING ATAU ONLINE PADA SAAT COVID – 19 PADA
PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI
DI SMP N 2 PERHENTIAN RAJA

Oleh

Dewi Amalia Putri


NIM: 186610045

Dosen Pengampu

Dr. Oki Candra , S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN OLAHRAGA


(PENJASKESREK) FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya,

penulis dapat menyelesaikan Proposal penelitian dengan judul “problematika guru

dalam pelaksanaan kelas daring atau online pada saat covid – 19 pada

pembelajaran pendidikan jasmani di SMPN 2 perhentian raja ” dapat diselesaikan

dengan lancar. Selesainya penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Bapak Prof. Dr.H. Syafrinaldi SH., MCL selaku Rektor Universitas Islam

Riau yang telah memberikan kesempatan kepada peneliti untuk belajar di

Universitas Islam Riau.

2. Ibu Dr. Sri Amnah, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakuultas FKIP Universitas

Islam Riau yang telah memberikan ijin penelitian.

3. Ibu Leni Apriani, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga,

Fakultas FKIP Universitas Islam Riau.

4. Ibu Leni Apriani, S.Pd., M.Pd. Selaku Ketua Prodi PENJASKESREK.

5. Kedua orang tua dan keluarga besar saya, yang telah mendukung penuh

dan mendoakan saya.

6. Babang saya Angga Setiawan Kurniadi terima kasih atas supportnya.

7. Deni Amalia Putra kembaran saya terima kasih atas supportnya.

8. Teman-teman Penjas Tahun 2018, khususnya Sahabat Bobrok saya terima

kasih atas kebersamaan dan supportnya.


9. Seluruh Kepala Sekolah dan Guru Penjas SMPN 2 Kecamatan Perhentian

Raja di Kabupaten Kampar yang telah mengizinkan dan membantu

pengambilan.

10. Terimakasih Untuk Kakak Saya Ns. Putri Mulyantini, S.Kep.

11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak

langsung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas

menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah

SWT/Tuhan Yang Maha Esa.

Pekanbaru, 01 April 2021


Yang Menyatakan,

Dewi Amalia Putri


NIM. 186610045

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ........................................................................................ v

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ vi

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ... ................................................................ 4
C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................ 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori ............................................................................... 7

A. Pengertian Problematika ............................................................ 7


B. Guru..................................................................................... 8
1. Pengertian Guru........................................................................
2. Syarat – Syarat Guru..................................................................
3. Tugas dan Fungsi Guru............................................................
C. Kelas Daring (online)...................................................................
1. Pengertian Kelas Daring.......................................................
2. Macam – Macam Kelas Daring..........................................
3. Kelebihan dan Kekurangan Kelas Daring............................
D. Covid – 19................................................................................
E. Hakikat Pembelajaran.................................................................
1. Pengertian Pembelajaran...............................
2. Media Pembelajaran.............................................................
3. Metode Pembelajaran.........................................................
4. Pengertian Pendidikan Jasmani........................................
5. Tujuan Pembelajaran...................................................

F. Studi Relevan.............................................................
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29

C. Populasi dan Sampel Penelitian .................................................. 30


1. Populasi ................................................................................
30
2. Sampel Penelitian .................................................................
30
D. Definisi Operasional Variabel ..................................................... 31
E. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data .................. 32
1. Instrumen Penelitian .............................................................
32
2. Tenknik Pengumpulan Data ..................................................
33
F. Teknik Analisis Data ................................................................. 33

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2005 Bab 1 pasal 1 didefenisikan bahwa sistem keolahragaan nasional
adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara
terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan
yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan
nasional.
Pendidikan olahraga merupakan disiplin ilmu yang didominasi
praktik pada aktivitas fisik dan sedikit teori. Dalam kurikulum 2013 (K13)
pendidikan olahraga di jenjang pendidikan dasar menyatu dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga (PJOK). Sejalan
dengan itu maka hakikat pendidikan jasmani mencakup semua unsur
kebugaran, keterampilan gerakan fisik, kesehatan, permainan, olahraga,
tari dan rekreasi (Qomarrullah, 2014: 78).
Menurut Suherman, dkk. (2018: 37) pendidikan jasmani adalah
suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, kecerdasan emosi dan
sikap sportif. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan
melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara cara yang tepat agar
memiliki makna bagi siswa. Pendidikan jasmani merupakan program
pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai
pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan
afektif.
Pada awal tahun 2020 dunia mendapat ujian yang berat dengan
menyebarnya Corona Virus Disease (Covid-19). Corona Virus Disease
(Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia, pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (Fitriyani, Fauzi, & Sari, 2020).
Sejak adanya korban yang terinfeksi positif Covid-19 di Indonesia,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Kementerian Agama Republik Indonesia mengantisipasi penularan
virus tersebut dengan menerapkan kebijakan belajar dan bekerja dari
rumah mulai diberlakukan pada pertengahan bulan Maret 2020. Informasi
ini pun tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud No.4 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) (Rachmat & Krisnadi,
2020).
Pandemi Covid-19 di Indonesia sendiri telah memberi dampak
yang besar bagi pendidikan di Indonesia. Akibat dampak yang begitu
besar ini mengakibatkan sistem pembelajaran secara keseluruhan
mengalami perubahan, sehingga diperlukan inovasi dalam proses
pembelajaran yang bermula dengan konvensional atau face to face dengan
tatap muka berubah menjadi pembelajaran di rumah yang dilakuakan
secara dalam jaringan (Daring) baik itu dari tingkat dasar maupun sampai
dengan tingkat tinggi.
Pembelajaran secara daring telah menjadi tuntutan dunia
pendidikan sejak beberapa tahun terakhir ini seiring dengan kemajuan
perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Dengan adanya
pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh dunia ini telah mendorong
percepatan penerapan teknologi bagi seluruh dunia khususnya pada dunia
pendidikan saat ini.
Pembelajaran daring sendiri menjadi solusi dalam penyelenggaraan
pembelajaran kelas dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target
yang massif dan luas, sehingga pembelajaran daring dapat
diselenggarakan dimana saja serta diikuti secara gratis maupun berbayar
seperti yang diutarakan oleh (Ayuni, Marini, Fauziddin, & Pahrul, 2020).
Pembelajaran dalam jaringan atau biasa dikenal dengan
pembelajaran daring pada sistem pembelajarannya menggunakan bantuan
jaringan internet (online) sehingga akan terjadi interaksi belajar mengajar
antara guru dan siswa dengan memanfaatkan teknologi informasi virtual.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran secara virtual secara langsung
dan bersama yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi
serta penggunaan secara online dengan tujuan untuk menggantikan
pembelajaran tatap muka. Menurut (Rachmat & Krisnadi, 2020)
Pembelajaran daring yang dilakukan menggunakan internet sebagai
tempat menyalurkan ilmu pengetahuan. Bentuk pembelajaran seperti ini
dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa terikat waktu dan tanpa
harus bertatap muka. Sedangkan Pembelajaran Pendidikan Jasmani sendiri
yang didominasi dengan gerakan fisik dilaksanakan di ruang terbuka atau
di lapangan. Metode untuk pendidikan olahraga adalah metode deduktif
atau metode perintah, dengan ragam pemberian tugas, demonstrasi dan
sedikit penjelasan (Supriyadi,2018: 7).
Dari hasil observasi wawancara peneliti pada guru Pendidikan
Jasmani dugaan muncul bahwa berbagai kendala dengan kekurangan dan
keterbatasan muncul dalam penerapan pembelajaran daring kepada guru
dan siswa sehingga guru menduga pembelajaran daring menjadi kurang
efektif.
Hasil observasi wawancara peneliti pada hari Sabtu 27 Maret 2021
dengan menggunakan daring melalui WhatsApp terhadap guru PJOK di
SMPN 2 Perhentian Raja, terdapat banyak kendala yang dialami pada saat
melakukan pembelajaran daring yang dipilih untuk menjadi pembelajaran
pengganti tatap muka. Diantaranya terbatasnya alat dan kemampuan siswa
dalam penggunaan teknologi informasi.
Hakikat pembelajaran PJOK yang syarat dengan gerakan fisik,
pembelajarannya dilakukan di ruang terbuka atau di lapangan. Metode
untuk pendidikan olahraga adalah metode deduktif atau metode perintah,
dengan ragam pemberian tugas, demonstrasi dan sedikit penjelasan
(Supriyadi 2018). Dengan berbagai keterbatasan pada akses internet, dan
kemampuan operasional pada fitur-fitur online, pendidikan jasmani
dengan sendirinya menemui berbagai hambatan dan kendala di masa
pandemi covid-19.
Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri potensi pembelajaran
Pendidikan Jasmani di masa pandemi covid-19, khususnya di sekolah
dengan keterbatasan akses internet, keterbatasan kemampuan penggunaan
internet oleh guru dan siswa serta keterbatasan sarana dan prasarana.
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti selama masa
pandemi covid-19, peneliti menemukan permasalahan yang dihadapi oleh
guru yaitu dalam proses pelaksanaan kelas daring pada pembelajaran siswa
sekolah menengah pertama. Permasalahan tersebut muncul dari guru
maupun siswa seperti kurangnya kreativitas dalam penyampaian materi
oleh guru karena hanya menyampaikan materi melalui whatsapp group,
kemandirian siswa saat belajar dari rumah secara daring (online) membuat
siswa harus memahami sendiri materi yang disampaikan, lalu mengerjakan
tugas dan juga melaporkannya.
Proses tersebut tentunya tidak semudah yang dibayangkan karena
ketidakpahaman suatu materi mungkin saja terjadi, tugas dan pekerjaan
rumah yang diberikan guru terlalu banyak dan membebani siswa, tidak
semua siswa mempunyai smartphone canggih karena banyak dari siswa ini
orang tuanya bekerja sebagai buruh, hal ini juga menyebabkan orang tua
tidak bisa terus menerus mendampingi anaknya dalam proses
pembelajaran dan guru juga mengeluhkan mengenai koneksi internet yang
tidak stabil dan harga kuota yang melonjak selama masa pandemi.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Problematika Guru dalam Pelaksanaan Kelas Daring (Online)
Selama Masa Pandemi Covid-19 pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Siswa Sekolah menengah atas perhentian raja”.
B. Identifikasi Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada Problematika Guru dalam Pelaksanaan Kelas


Daring (Online) Selama Masa Pandemi covid 19 pada Pembelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan siswa Sekolah menengah pertama perhentian raja.
Yaitu dari segi proses kegiatan pembelajarannya. Dan fokus penelitian ini dapat
dijabarkan sebagai berikut :

1. Proses pelaksanaan Kelas Daring (Online) Selama Masa Pandemi Covid 19


pada Pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah
Menengah Pertama Perhentian raja.

2. Problematika yang diadapi guru dalam proses pelaksanaan kelas daring (online)
selalama masa pandemi covid 19 pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan Sekolah Menengah Pertama Perhentian raja.

3. Upaya mengatasi problematika yang dihadapi guru dalam pelaksanaan kelas


daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada pembelajaran pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah Pertama Perhentian raja.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan paparan latar belakang yang dikemukakan, maka rumusan masalah


sebagai berikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan kelas daring (online) selama masa pandemi


covid 19 pada pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah
Menengah Pertama Negeri 2 Perhentian Raja?

2. Apa saja problematika yang dihadapi guru dalam proses pelaksanaan kelas
daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada pembelajaran Pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Perhentian
Raja?

3. Bagaimana upaya mengatasi problematika yang dihadapi guru dalam


pelaksanaan kelas daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada
pemelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Perhentian Raja?

D. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang disebutkan di


atas maka perlu adanya batasan-batasan agar penelitian ini tidak menjadi luas
maka peneliti akan meneliti hambatan guru PJOK dalam meningkatkan
keterampilan motorik peserta didik pada masa pandemi Covid-19 di SMP N 2
Perhentian Raja.

E. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :

a. Mendeskripsikan secara rinci proses pelaksanaan kelas daring (online) selama


masa pandemi covid 19 pada pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan
kesehatan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Perhentian Raja?

b. Mendeskripsikan secara rinci problematika yang diadapi guru dalam proses


pelaksanaan kelas daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada
pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Perhentian Raja?

c. Mendeskripsikan secara rinci upaya mengatasi problematika yang dihadapi


guru dalam pelaksanaan kelas daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada
pemelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah
Pertama Negeri 2 Perhentian Raja?

F. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan khususnya bagi jenjang pendidikan
Pertama baik di sekolah SMP maupun madrasah. Kontribusi tersebut berkaitan
dengan problematika yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan kelas daring
(online) pada pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya
meningkatkan keefektifan belajar siswa sehingga memperoleh hasil yang
maksimal

2) Bagi Guru Sebagai bahan evaluasi diri untuk menjadi pendidik yang
profesional dalam upaya peningkatan mutu, proses dan hasil belajar siswa.

3) Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diarapkan dapat menambah pengetahuan


peneliti mengembangkan wawasan dan sebagai langka awal untuk memperoleh
gelar S1.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Problematika

Istilah problema/ problematika berasal dari bahsa Inggris yaitu “problematic”


yang berarti persoalan atau masalah. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) problema dapat diartikan hal yang belum dapat dipecahkan;
yang menimbulkan permasalahan (Debdikbud, 2002, hal 276). Adapun pengertian
masalah itu sendiri adalah suatu kendala atau persoalan yang harus dipecahkan
dengan kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu
yang diharapkan dengan baik demi tercapainya hasil yang maksimal. Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa problematika / permasalahan yaitu
suatu kenyataan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

a. Pengertian Guru

Secara etimologis dalam bahasa Inggris sangat banyak sekali istilah yang
berkaitan dengan guru diantaranya educator, teacher, instructor, tutor, dan lain
sebagainya. Semua kata tersebut memiliki arti yang hampir sama dengan guru
hanya saja cara penyebutannya yang berbeda. Kata teacher diartika sebagai
seorang yang mengajar, educator diartikan denga seseorang yang memiliki
tanggung jawab suatu pekerjaan untuk mendidik orang lain, instructor memiliki
arti seseorang yang mengajar, sedangkan tutor yaitu seorang guru yang
memberikan pengajaran kepada siswa atau bisa pula disebut sebagai guru privat
(Mohammad Ahyan, 2018, hal. 32).

Istilah guru juga terdapat dalam bahasa arab seperi pada kata-kata mu’addib,
mu’allim, ustadz, dan mudarris. Rumayulis melihat berbagai istilah guru dalam
perspektif bahasa arab sebagai berikut :

1) Mu’addib (etika moral dan adab) yaitu orang yang beradab yang memiliki
peran dan fungsi membangun suatu peradaban yang berkualitas di era mendatang ;
orang yang memberikan pendidikan kepada peserta didik agar mampu berkreasi,
mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk kemaslahatan umum dan tidak
menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat, dan alam

2) Mursyid yaitu orang yang mengajarkan dan menularkan penghayatan akhlak


dan kepribadian kepada peserta didik.

3) Ustadz yaitu orang yang (dalam pengajaran) selalu memperbaiki dan


berinovasi sesuai dengan perubahan zaman.

4) Mudarris yaitu orang yang mencerdaskan peserta didik, menghilangkan


ketidaktahuan atau kebodohan, dan melatih keterampilan peserta didik sesuai
dengan minat dan bakat.
5) Mu’allim yaitu orang yang menjelaskan hakikat ilmu atau pegngetahuan yang
diajarkan kepada pesert didik nya. (Ramayulis, 2005, hal. 41) Sedangkan menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa
guru sama dengan pendidik yaitu tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktor, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan. (Departemen Agama RI,2006, hal. 5).

Istilah guru juga dapat dartikan menurut para ahli, diantaranya Zakiah Daradjat
mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional, oleh karena itu secara
implisit guru telah merelakan dirinya membantu menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang juga kewajiban orang tua.(Mohammad Ahyan,
2018, hal. 34).

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang yang
mempunyai tanggung jawab mendidik dan membimbing peserta didik dalam
perkembangan jasmanin dan rohani agar dapat memenuhi tugasnya sebagai
makluk Tuhan, makhluk individu maupun makhluk sosial.

b. Syarat-Syarat Guru

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah


RI Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
pasal 28, syarat-syarat guru diantaranya :

1) Guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen


pembelajaran sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan penidikan nasional.

2) Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksudkan pada ayat 1 dibuktikan


dengan ijazah dan atau sertifikat kehlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku.

3) Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan


menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi : a) kompetensi pedagogik; b)
kompetensi kepriadian; c) kompetensi profesional; d) kompetensi sosial 4)
Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan atau sertifikat keahlian sebagaimana
dimaksud pada ayat 2 tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan
dapat diangkat menjadi guru setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.
Syarat-syarat yang dikemukakan diatas masih bersifat umum, jika menarik dari
pandangan Islam mengenai syarat-syarat guru, menurut pandangan Abudin Nata
terdapat tiga syarat bagi profesi pendidik yaitu :

1) Harus benar-benar menguasai (ahli) bidang ilmu pengetahuan yang


diajarkannya.

2) Harus mampu mengajarkan ilmu yang telah dimilikinya kepada siswa atau
peserta didiknya (transfer of knowledge)

3) Harus berpegang teguh pada kode etik profesi. Kode etik ini dimaksudkan agar
memiliki akhlak yang mulia. (Abudin Nata, 2003, hal.43).

Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru
tidaklah mudah perlu adanya syarat-syarat tertentu apalagi jika melihat dari
pandangan Islam mengenai syarat menjadi seorang pendidik diantaranya harus
mempunyai kompetensi kualifikasi akademik yang disetai dengan ijazah atau pun
piagam pembuktian, harus benar-benar ahli dalam bidang nya, mampu
mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada peserta didik, dan harus berpegang teguh
pada kode etik keprofesian.

c. Tugas dan Fungsi Guru

Berprofesi sebagai seorang guru tidaklah hanya dipandang sebagai pekerjaan


formalitas yang menuntun pada aktifitas pelaksanaan belajar di kelas, jabatan
akademik, dan bayaran ataupun gaji, namun lebih kepada tindakan-tindakan
edukatif dengan tujuan membentuk manusia yang religius, terdidik dan berakhlak
mulia. Tugas utam menjadi seorang guru adalah mendidik. Mendidik dalam arti
luas berarti menggunakan berbagai metode pendidikan untuk menunjang kegiatan
belajar peserta didik demi tercapainya tujuan pendidikan (Mohammad Ahyan,
2018, hal. 39). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2003
tentang pendidik dan tenaga kependidikan pasal 39 ayat 1 disebutkan bahwa
tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan,
pengembangan pengawasan dan pelayanan teknis untuk menuju proses
pendidikan pada satuan pendidikan. Selanjutnya dijelaskan pada ayat 2, pendidik
merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik perguruan
tinggi (Mohammad Ahyan, 2018, hal. 40). Kemudian didukung pula oleh
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan
dosen pasal 20 yang menyatakan dalam melaksanakan tugas keprofesionalan,
guru wajib :

1) Merencanakan pembelajaran, elaksanakan poses pembelajaran yang bermutu,


serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran.

2) Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi


secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi
dan seni.

3) Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis


kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu atau latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

4) Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru,


serta nilai-nilai agama dan etika.

5) Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa (UUD RI no. 14


Tahun 2005 dan peraturan Mendiknas no. 11 tahun 2011 tentang guru dan dosen)
Selain berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia, beberapa tugas guru
juga disampaikan oleh tokoh pendidikan nasional yaitu Ki Hajar Dewantara dalam
Ramayulis menjelaskan beberapa tugas guru diantaranya yaitu mendidik dengan
cara mengajar, membiasakan,, memberi indroktrinasi, perinta dan larangan,
memberi contoh, dan lain-lain. Menurut pendapat Ki Hajar Dewantara mendidik
dengan cara mengajar atau yang biasa disebut educate is teach (transfer of
knowledge) nampak mendominasi tugas yang dilaksanakan seorang guru dalam
sekolah, terutama kegiatan dalam kelas. Padahal dalam tugas guru masih banyak
yang lebih penting diantaranya mendidik dengan membiasakan atau yang biasa
disebut living values (transfer of value) dengan cara ini peserta didik diajak untuk
langsung memahami dan mempraktikkan suatu nilai atau ajaran tertentu tanpa
bertumpu pada penilaian kognitif (scoring) (Ramayulis, 2009, hal. 47)

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bawa tugas utama seorang guru
adalah mendidik dengan cara transfer ilmu pengetahuan, pengarah pemelajaran,
pengelolaan pembelajaran, fasilitator dan juga perencana. Sebagaimana tugas
seorang guru yang tela dijelaskan diatas, maka fungsi seorang guru juga
berpedoman kepada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 4 disebutkan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (UU RI
no. 14, 2005, hal. 6). Fungsi utama seorang guru adalah sebagai learning agent
(agen pembelajaran) untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai
agen pembelajaran tentunya guru merupakan garda terdepan dalam pendidikan
yang secara langsung berperan untuk peningkatan kualitas pendidikan
(Mohammad Ahyan, 2018, hal,. 43). Pendapat lain dikemukakan oleh mantan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoep dalam Zakiah Daradjat,
bahwa terdapat tiga fungsi guru yaitu :

1) Fungsi profesional, berarti guru menyampaikan ilmu, keterampilan,, atau


pengalaman yang dimilikinya dan dipelajarinya kepada peserta didik.

2) Fungsi civic mission, berarti guru wajib menjadikan peserta didik menjadi
warga negara yang baik yaitu berjiwa patriotisme mempunyai semangat
kebangsaan nasional, dan disiplin atau taat terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku atas dasar Pancasila dan UUD 1945.

3) Fungsi kemanusiaan, yaitu guru berfungsi untuk selalu berusaha


mengembangkan atau membina segala potensi bakat (pembawaan) yang ada pada
diri peserta didik serta membentuk wajah ilahi dalam dirinya (Zakiah
Daradjat,2001, hal. 95). Perspektif pengajaran di kelas, dapat dikemukakan bahwa
setidaknya terdapat tiga fungsi guru dalam kegiatan mengajar selama di dalam
kelas :
1) Fungsi instruksional, merencanakan program pengajaran dan melaksanakan
program yang telah disusun, dan penilaian setelah program itu dilaksanakan
(Ramayulis, 2008, hal. 63). Dalam kemampuan ini, guru juga harus memiliki dan
menguasai pengetahuan yang luas tentang materi yang diajarkan, menguasai
penggunaan metode dan strategi pengajaran, dan menentukan alat evaluasi
pendidikan (Suparlan, 2005, hal. 28).

2) Fungsi edukasional, mengarahkan peserta didik untuk menuju tingkat


kedewasaan sebagai pribadi insan kamil sejalan dengan tujuan Allah menciptakan
manusia (Ramayulis, 2008, hal. 63). Pada fungsi ini guru lebih menunjukkan
kepada sikap moral dan agama yang patut untuk dicontoh oleh peserta didik
dalam aspek sifat dan perilaku.

3) Fungsi manajerial, guru harus mampu mengelola kelas agar terciptanya suasana
dan kondisi yang kondusif yang dapat menunjang kemudahan peserta didik dalam
menerima materi yang diajarkan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000, hal. 47).

C. Kelas Daring (online)

a. Pengertian Kelas Daring (Online) dan Problematika Pelaksanaannya

Seperti yang kita ketahui bahwa akhir-akhir ini Kemendikbud sedang gencar-
gencarnya dalam melaksanakan program belajar dari rumah (study from home)
sebagai solusi dunia pendidikan di tengah merebaknya wabah covid-19 di
Indonesia. Oleh karena itu, salah satu cara agar peserta didik tetap

belajar di rumah adalah dengan mengadakan kelas dalam jaringan (daring) atau
juga bisa disebut kelas online. Dimana dalam prosesnya pendidik dan peserta
didik tidak terlibat tatap muka secara langsung hanya melalui aplikasi yang bisa
menghubungkan mereka. Dalam proses pelaksanaannya kelas daring (online)
tidak semudah yang dibayangkan, karena masih terdapat beberapa problematika
yang terjadi. Beberapa problematika tersebut antara lain ( I Ketut Sudarsana,
2020, hal. 175):

1) Keterbatasan kompetensi guru dalam pemanfaatan aplikasi pembelajaran.


2) Keterbatasan sumber daya untuk pemanfaatan teknologi pendidikan seperti
internet dan kuota.

3) Relasi guru-murid-orang tua dalam pembelajaran daring yang belum integral.


4) Banyaknya tugas yang diberikan oleh guru membuat siswa terbebani.

Sedangkan menurut Ranu Suntoro, problematika pembelajaran daring (online)


yang terjadi selama masa pandemi covid-19 antara lain :

1) Rata-rata peserta didik merupakan anak dengan kelas ekonomi menengah


kebawah sehingga tidak semua siswa memiliki fasilitas seperti smartphone,
bahkan ada beberapa orangtua dari peserta didik belum mampu untuk
membelinya.

2) Adanya keterbatasan fasilitas dan penguasaan terhadap teknologi informasi dan


komunikasi mengakibatkan pembelajaran melalui daring (online) baru mampu
dilaksanakan melalui aplikasi whatsapp dengan sistem penugasan terhadap peserta
didik, yakni hanya sekedar memberi tugas tang sifatnya tertulis melalui foto.

3) Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari orang tua peserta didik ada yang
bekerja sebagai buruh dan juga berdagang. Aktivitas tersebut maka tentunya orang
tua tidak sanggup untuk mendampingi peserta didik pada jam-jam pembelajaran.
Hal ini juga menyebabkan kurang disiplinnya siswa dalam memulai pembelajaran.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pelaksanaannya kelas daring (online) terdapat beberapa problematika seperti
keterbatasan kompetensi guru dalam penggunaan teknologi sehingga
pembelajaran daring (online) hanya bisa dilakukan melalui whatsapp, ada
beberapa siswa yang tidak memiliki smartphone, permasalahan koneksi internet
dan harga kuota internet yang semakin mahal selama masa pandemi, kurangnya
dampingan orang tua saat pembelajaran berlangsung dikarenakan pekerjaan, dan
pemberian tugas yang menumpuk membuat siswa merasa tebebani.

b. Macam-Macam Kelas Daring

Dalam pelaksanaannya, kelas daring dilakukan dengan tiga macam bentuk yaitu
Web-Based Instruction (WBI), Distance Learning, Hybrid Learning dan e-
Learning. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut : 1) Web-Based
Instruction (WBI) Dalam WBI, pengiriman dan penyajian materi yang
berlangsung sangat cepat dan massive diasumsikan sebagai landasan pemikiran
diadopsina manfaat internet untuk belajar dan pembelajaran. WBI adalah model
belajar yang memanfaatkan potensi jaringan untuk menciptakan interaksi belajar.
Untuk itu, teori belajar yang diajukan agar pembelajaran yang di desain tetap
mengutamakan proses belajar. Sebagai contoh, penggunaan media social online
digunakan untuk interaksi, diskusi antar peserta didik, atau peserta didik dengan
pengajar (Dewi Salma, 2012, hal. 274-275).

2) Distance Learning (Belajar Jarak Jauh)

Belajar Jarak Jauh (BJJ) adalah proses belajar dimana antara pengajar dan peserta
didik tidak terjadi tatap muka langsung melainkan terpisah jarak. Materi
disampaikan melalui saluran komunikasi seperti yang digunakan dalam e-
learning, atau model lain. BJJ menggunakan penyajian materi dengan teknik atau
format modul. Pengiriman modul tersebut dilakukan melalui jasa pos atau kurir.
BJJ bisa saja dilakukan dengan menggabungkan lebih dari satu bentuk pengiriman
dan penyampaian materi (Dewi Salma, 2012, hal. 275-276). 3) Hybrid Learning
Smaldino berpendapat bahwa hybrid learning adalah kombinasi e- learning
dengan pembelajaran tatap muka langsung. Pada dasarnya hybrid learning
memilih teknik atau cara yang paling unggul untuk proses belajar. Istilah ini
muncul atas kesadaran masyarakat atas keunggulan dan keterbatasan dari online
learning yang berbasis teknologi digital ini. Salah satu keterbatasan yang
menonjol adalah teknologi digital tidak akan pernah dapat menggantikan
kehadiran sosok guru atau pengajar di kelas. Untuk itu tetap diperluka adanya
tatap muka bersama pengajar (Dewi Salma, 2012, hal. 276) 4) E-Learning E-
learning adalah proses belajar ang menggunakan media elektonok digital seperti
multimedia. Menurut Horton (2006:5) dan Holmes and Gardner (2006:5) bahwa
penyediaan sumber belajar dan menciptakan pengalaman belajar menjadi aspek
terpenting dalam penelenggaraan e- learning. Horton menegaskan peranan
bagaimana media digital diberdayakan dengan maksimal ditinjau dari desain
pembelajaran, teori belajar, dan desain pesan agar dapat menghasilkan
pengalaman belajar yang baik bagi peserta didik (Dewi Salma, 2012, hal. 276-
277).

c. Kelebihan dan Kekurangan Kelas Daring (Online)

Dalam pelaksanaannya, kelas daring sangat membantu pendidik dan peserta didik
dalam menjalankan proses pembelajaran seperti saat ini, namun sering kali
mengalami keterhambatan dalam hal apapun karena juag memiliki beberapa
kekurangan, untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaan kelas daring (online) :

a. Pengadaan kelas daring lebih fleksibel karena pihak pengajar dan pihak
peserta dapat berada dimana saja dengan waktu yang disepakati.

b. Kelas daring dapat lebih mendekatkan pesngajar dan peserta dengan


teknologi dimasa sekarang sehingga dapat semakin terbiasa.

c. Proses berlangsungnya kelas daring dan materi yang digunakan


didalamnya dapat disimpan dan diakses lagi oleh pengajar dan peserta
didik sehingga akan memudahkan ketika memerlukan informasi yang
dibutuhkan.

a. Pihak yang terlibat dalam kelas maya harus sama-sama memiliki


perangkat elektronok seperti smartphone, laptop ataupun komputer yang
terkoneksi internet yang lancar agar kelas lebih maksimal.

b. Peserta kelas tidak dapat berinteraksi langsug dengan peserta lain seperti
hal nya di ruang kelas dan terfokus pada diri sendiri dengan materi yang
disampaikan pengajar dalam kelas daring.

c. Pihak pengajar tidak dapat mengetaui secara langsung apakah peserta


didik memahami materi yang disampaikan atau tidak dan peserta didik
juga bergantung kpada dirina sendiri dalam mengukur pemahamannya.
D. COVID-19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit


mulai dari gejala ringan sampai berat. Ada setidaknya dua jenis
coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti

a. Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory


Syndrome (SARS).
b. Coronavirus Diseases 2019 (COVID-19) adalah penyakit jenis baru
yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Tanda
dan gelaja umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan
pernapasan akut seperti demam, batuk, dan sesak napas. Masa inkubasi
rata-rata 56 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. (Yurianto,
Ahmad, 2020). Menurut WHO (2020) COVID-19 adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus yang baru ditemukan.
Virus baru dan penyakit yang disebabkannya ini tidak dikenal sebelum
mulainya wabah di Wuhan, Tiongkok, bulan Desember 2019. COVID-
19 ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi di banyak negara
di seluruh dunia.
c. Penyebaran virus corona ini berdampak pada berbagai aspek termasuk
ekonomi dan pendidikan. Untuk menekan jumlah pasien yang terpapar
COVID-19 pemerintah membatasi aktivitas yang menimbulkan
perkumpulan massa dalam jumlah banyak termasuk bersekolah dan
bekerja. Keadaan ini mengakibatkan pemerintah mengambil kebijakan
untuk meliburkan seluruh aktivitas pendidikan dan menghadirkan
alternatif proses pembelajaran lainnya. Melalui Surat Edaran nomor 3
tahun 2020 pada Satuan Pendidikan dan Nomor
36962/MPK.A/HK/2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan dalam Masa
Darurat COVID-19 maka pemerintah memberlakukan kegiatan belajar
secara daring dalam rangka pencegahan penyebaran COVID-19
(Menteri Pendidikan, 2020).
E. Hakikat Pembelajaran PJOK

1. Pengertian Pembelajaran

Berbicara mengenai pembelajaran adalah bicara tentang sesuatu yang


tidak pernah berakhir sejak manusia ada dan berkembang di muka bumi
sampai akhir jaman nanti. Menurut Hamalik (2017: 57) pembelajaran adalah
suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran. Menurut Mulyasa (2002: 24) pembelajaran adalah proses
interaksi antar siswa dengan lingkungannya sehingga terjadi perubahan
prilaku ke arah yang lebih baik.
Menurut Aris Fajar Pambudi (2014: 50) suatu proses pembelajaran
dikatakan berhasil apabila dalam diri sebagian besar hingga seluruh peserta
didik mengalami perubahan perilaku yang positif. Sagala (2010: 61)
mengatakan bahwa pembelajaran adalah membelajarkan siswa menggunakan
asas pendidikan maupun teori belajar merupakan penentu utama keberhasilan
pendidikan. Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dari guru membuat siswa belajar, yaitu
terjadinya tingkah laku pada siswa yang belajar, dimana perubahan itu dengan
didapaannya kemampuan baru dan karena ada adanya usaha.
2. Media Pembelajaran

Media dapat diartikan sebagai perantara yang menghubungkan suatu hal


dari satu sisi ke sisi lainnya. Hal ini dijelaskan lebih lanjut oleh Gerlach dan
Ely (Azhar Arsyad, 2011: 3) bahwa secara garis besar media meliputi
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa
mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Media
pembelajaran adalah alat yang membawa pesan-pesan atau informasi yang
bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran (Azhar
Arsyad, 2003: 4).
Menurut Arief S. Sadiman dalam Sunaryo Soenarto (2008: 2), media
pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan
pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Media
pembelajaran menurut Yudhi Munadi (2013: 7) adalah segala sesuatu yang
dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana
sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di mana penerimanya
dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Menurut sumber di
atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang
digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber belajar kepada penerima
yaitu siswa, agar tercipta lingkungan berlajar yang kondusif, efisien, dan
menyenangkan.

3. Metode Pembelajaran

Metode pembelajaran merupakan cara yang dilakukan saat melakukan proses


pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar terdapat berbagai macam metode
pembelajaran yang di lakukan guru, tentu masing masing metode tersebut
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Menurut Muska Moston

yang dikutip Suyobroto (2001:37) ada berbagai macam metode yang bisa dipilih
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu :

1.Gaya Komando

Dapat dikatakan peserta didik akan bergerak hanya bila gurunya


memerintahkannya untuk bergerak. Situasi demikian menyebabkan peserta didik
pasif dan tidak diperkenankan berinisiatif. Akibatnya peserta didik tidak mampu
mengembangkan kreativitas, khususnya kreativitas dalam bergerak.

2.Gaya Latihan

Metode latihan merupakan penyampaian materi ke peserta didik dengan upaya


penanaman terhadap kebiasaan-kebiasaan tertentu. Hal ini dilakukan supaya
peserta didik dapat memperoleh suatu keterampilan yang lebih baik. Contoh nya
seorang atlit di beri metode latihan passing bawah, diharapkan atlit ini saat
melakukan passing bawah bisa melakukan dengan baik dan benar, lalu peserta
didik di beri kesempatan dan kewenangan untuk menentukan sendiri kecepatan
dan kemajuan belajarnya.

3.Gaya Timbal Balik (Resiprocal)

Pada gaya ini, peserta didik bekerja dengan temannya dan memberikan umpan
balik kepada temannya itu, berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh guru.
Penggunaan ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan pada saat proses pembelajaran atau peserta didik berani berbicara
dengan pertanyaan yang di sampaikan oleh guru. Sehingga lebih memacu peserta
didik untuk aktif tidak hanya pasif di kelas

4.Gaya Evaluasi Diri

Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara mengerjakan tugas dan
memeriksa atau mengevaluasi pekerjaan sendiri. Peserta didik mengukur sendiri
kinerjanya berdasar kriteria gerak yang diberikan

5.Metode Inklusi

Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara memilih tugas atau kegiatan
yang bisa ditampilkan dan memberikan tantangan untuk

mengevaluasi pekerjaan sendiri. Dalam hal ini penentuan tingkat kemampuan


ditentukan sendiri oleh peserta didik yang bersangkutan. Mengingat beragamnya
tingkat kemampuan peserta didik dan sebagai konsekuensi dari pemberian
kebebasan bagi peserta didik untuk menentukan sendiri di tahap kesulitan mana
dia akan belajar, maka pelaksanaan model ini memerlukan kelengkapan dan
kecukupan sarana dan prasarana.

4. Pengertian Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

Mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) termasuk


salah satu pendidikan yang di pelajari di sekolah. Menurut Utama (2011:2)
mengungkapkan pendidikan jasmani adalah bagian yang tidak terpisahkan dari
pendidikan pada umumnya yang mempengaruhi potensi peserta didik dalam hal
kognitif, afektif, dan psikomotor melalui aktivitas jasmani. Dengan kegiatan
jasmani akan memperoleh berbagai macam pengalaman yang berharga atau
bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari, misalnya seperti kecerdasan, emosio,
perhatian, dan kerjasama.

Menurut Depdiknas (2006:131) mengatakan bahwa pendidkan jasmani olahraga


dan kesehatan adalah suatu mata pelajaran yang di berikan di lembaga sekolah
tertentu yang mana termasuk bagian dari pendidikan semuanya yang dominan
pada aktivitas jasmani dan pembinaan hidup sehat. Pandangan Lutan (2000:15)
mendefinisikan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan suatu
proses pendidikan melalui aktivitas jasmani. Melalui aktivitas jasmani itu anak
diarahkan untuk belajar sehingga terjadi perubahan perilaku, tidak saja
menyangkut aspek fisikal, tetapi juga intelektual, emosional, sosial, dan moral.

Menurut Saryono & Rithaudin (2011: 146) pendidikan jasmani adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara
sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organic,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional. Berdasarkan
pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan bagian dari sistem
pendidikan secara menyeluruh yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
bertujuan untuk meningkatkan individu dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik

5. Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan

Tujuan pendidikan Jasmani adalah untuk pembentukan anak, yaitu aspek sikap,
kecerdasan, fisik, dan psikomotorik, jadi siswa menjadi dewasa dan bisa mandiri,
yang nantinya berguna dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat Agus S
Suryobroto (2004:8). Sedangkan menurut Borow yang dikutip dari Arma
Abdullah dan Agus Manaji (1994:17) tujuan pendidikan jasmani adalah
perkembangan yang optimal dari diri setiap individ yang mampu menyesuaikan
diri secara jasmaniah, social, dan mental melalui pembelajaran yang terpimpin
oleh guru dan partisipasi dalam cabang olahraga yang dipilih.
Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Menurut Yusuf Adisasmita
(1989:23) adalah mencapai kesegaran jasmani, yang utama adalah manusia,
kebutuhan emosi, perasaan emosional. Kesegaran social, pengembangan
intelektual, persiapan kebutuhan untuk masa depan,

pengembangan motor skill, perlindungan terhadap diri.

Berdasarkan pendapat di atas pendidikan jasmani di fokuskan untuk membina


pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, dan membiasakan
pola hidup sehat sepanjang hari. Adapaun pendidikan jasmani yang di berikan di
sekolah harus mengacu pada kurikulum yang berlaku. Tujuan pendidikan jasmani
tidak hanya di tentukan oleh guru saja namun ada factor-faktor lain seperti
peserta didik, sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut dan lingkungan
social. Factor-faktor tersebut saling berhubungan satu sama lain sehingga bisa
tercapai tujuan pendidikan jasmani.

F.Studi Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain :

1. Jurnal yang ditulis oleh Anggy Giri Prawiyogi tahun 2020 dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di
SDIT Cendekia Purwakarta”. Hasil penelitian ini adalah
bahwapembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan di SDIT Cendekia
Purwakarta dengan beberapa mtode cukup efektif untuk dilakukan. Hal itu
dibuktikan dengan kuisioner yang dibagikan yang menunjukkan hampir
semua rata-rata setuju dengan pembelajaran jarak jauh. Perbedaannya
adalah penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data
dari beberapa responden dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meneliti efektivitas pembelajaran jarak jauh. Sedangkan persamaanya
yaitu sama-sama meneliti tentang pembelajaran jarak jauh selama masa
pandemi covid-19 dan metode yang dilakukan adalah kualitatif dengan
pendekatan kualitatif deskriptif yang menggambarkan keadaan yang
terjadi selama pembelajaran jarak jauh berlangsung.

2. Skripsi yang ditulis oleh Septiana Annisa Damayanti pada tahun 2018 di
UIN Antasari Banjarmasin dengan judul “Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Gambut” hasil
penelitian ini adalah proses pembelajarannya menggunakan tablet dengan
bantuan LMS berbasis web, proses pembelajaranna diterapkan kegiatan
tutorial yaitu tutorial onlinedan tutorial tatap muka pada tempat dan waktu
tertentu. Metode dan strategi yang digunakan masih kurang bervariasi
karena guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada
siswa. Perbedaannya adalah subjek penelitian.Pada penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah guru PAI, data utama yang digali dalam
penelitian ini adalah desain pembelajaran proses pembelajaran, dan
evaluasi pembelajarannya. Sedangkan persamaannya yaitu penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dan sama sama meneliti tentang
pembelajaran jarak jauh.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan


kualitatif, pendekatan ini dilakukan bemaksud untuk mengetahui dan
mendeskripsikan secara rinci mengenai problematika ang dihadapi guru
dalam pelaksanaan kelas daring (online) selama masa pandemi covid-19
pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMPN 2 Perhentian Raja.
Pendekatan ini digunakan untuk menghasilkan data deskriptif berupa kata-
kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati
(Ajat Rukayat, 2018, hal. 5).

Pendekatan ini dilakukan guna mendapatkan data mendalam


dengan teknik pengumpulan data yang bersifat triangulasi yaitu gabungan
dari teknik observasi, wawancara dan dokumentasi (Sugiyoni, 2015, hal.
15). Metode penelitian yang digunakan adalah objek alamiah, dimana
peneliti turun langsung ke lapangan untuk mengetahui apa problematika
yang dihadapi guru dalam pelaksanaan kelas daring (online) selama masa
pandemi covid-19 pada pembelajaran pendidikan jasmani di SMPN 2
Perhentian Raja.

Tujuannya adalah untuk menggambarkan situasi yang sebenar-


benarnya ada saat ini. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian kualitatif
dengan pendekatan deskriptif, dimana peneliti harus mendeskripsikan
suatu obyek, fenomena, atau setting sosial yang akan dituangkan dalam
tulisan yang bersifat naratif. Artinya dalam penulisannya data dan fakta
yang dihimpun berbentuk kata dan gambar bukan angka (Albi Anggito,
2018, hal. 11).

Data yang dikumpulkan yaitu melalui observasi, wawancara,


dokumentasi priadi maupun dokumentasi resmi. Sehingga yang menjadi
tujuan penelitian ini adalah menggambarkan realita dibalik fenomena yang
ada secara mendalam dan juga rinci. Oleh karena itu peneliti menggunakan
pendekatan kualitatif.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2016: 80) populasi adalah wilayah


generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas
dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru PJOK SMPN 2 Perhentian Raja.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang


dimiliki dari populasi tersebut (Sugiyono, 2016: 81). Untuk
memperoleh data yang akurat peneliti juga akan berdiskusi dengan
pihak lain seperti kepala sekolah. Dalam pengambilan sampel, peneliti
menggunakan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah
pengambilan sampel subjektif peneliti berdasarkan pada karakteristik
tertentu yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan yang diteliti
misal peneliti ingin meneliti tentang pendidikan, maka peneliti harus
mencari sampel para ahli pendidikan (Sugiono, 2009, hal. 9).

C. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi :

Tempat penelitian dan waktu penelitian sebagai berikut: Lokasi


penelitian merupakan tempat dimana peneliti akan mendapatkan fakta-
fakta yang terjadi pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dala
penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMPN 2 Perhentian Raja.
Penelitian dilakukan pada tahuan ajaran 2020/2021.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam konsep penelitian merujuk pada responden, informan


yang hendak dimintai informasi atau digali datanya. Dimana subjek
yang menjadi penelitian ialah guru Pendidikan Jasmani.

D. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat narasi,
uraian penjelasan dari lisan ataupun data dokumen tertulis, perilaku subjek
yang diamati dilapangan juga menjadi juga menjadi data dalam
pengumpulan hasil penelitian inimerupakan subjek dimana data diperoleh.
1. Data

Data yang akan diteliti oleh peneliti adalah yang bersangkutan


dengan problematika guru dalam pelaksanaan kelas daring (online)
pada pembelajaran Pendidikan jasmani SMPN 2 Perhentian Raja

3. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Jadi,
sumber data ini menunjukkan dari mana data itu berasal. Data harus
berasal dari sumber yang tepat. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data adalah guru pendidikan jasmani SMPN 2 Perhentian Raja.
Maka pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu :

a. Data Primer (data utama)

Data primer adala data yang diperoleh langsung dari


sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Peneliti
berubungan langsung dengan sumber yang akan menjadi subjek
penelitian (Yamin, 2009, hal. 87). Data primer yang diperoleh
peneliti adalah dengan melakukan wawancara secara langsung
kepada guru pendidikan jasmani. Selain itu peneliti juga
mengamati secara langsung proses pelaksanaan kelas daring
pada pembelajaran tematik.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data ang bukan diusahakan sendiri


pengumpulannya oleh peneliti tetapi data yang sudah jadi
dituangkan dalam lapangan penelitian misalnya dari biro
statistik, majalah, koran, keterangan-keterangan atau publikasi
lainnya (Yamin, 2009, hal. 87). Data sekunder dapat berupa :

1) Data tertulis
Data tertulis berupa dokumentasi sejarah sekolah,
keadaan guru, visi dan misi, keadaan siswa, keadaan sarana
dan prasarana, prestasi akademik dan non akademik serta
jadwal pelajaran SMPN 2 Perhentian Raja.kel

2) Foto atau gambar

Foto berguna untuk memperoleh data yang tidak dapat


ditemukan secara tertulis sekaligus menjadi pelengkap dan
bukti untuk memperkuat penelitian.

E. Defenisi Operasional

F. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013: 59) mengatakan bahwa dalam penelitian


kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu
sendiri. Peneliti sebagai instrumen perlu melakukan validasi terkait
seberapa jauh peneliti siap melakukan penelitian untuk selanjutnya terjun
kelapangan. Validasi terhadap peneliti sebagai instrumen meliputi validasi
terhadap pemahaman metode penelitian kualitatif, penguasaan wawasan
terhadap bidang yang diteliti. Selain itu peneliti menggunakan alat bantu
pengumpulan yaitu berupa buku catatan, pedoman wawancara maupun
perangkat observasi lain selama penelitian berlangsung.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data adalah cara-


cara yang dapat dilakukan ole peneliti untuk mengumpulkan data.
Penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara dan
dokumentasi.

1. Observasi

Observasi adalah cara mengumpulkan data dengan jalan


mengamati langsung terhadap objek yang diteliti. Margono (2007:158)
dalam (Rubino Rubiyanto, 2009, hal. 75) mengidentifikasikan bahwa
observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistematik
terhadap gejala yang nampak pada objek penelitian. Dalam observasi
ini peneliti lebih banyak menggunakan indera penglihatan. Instrumen
observasi akan lebih efektif jika informasi yang hendak diambil berupa
fakta alamiah, tingkah laku, hasil kerja informan dalam situasi alami.

2. Wawancara

Wawancara merupakan salah satu teknik yang dapat digunakan


untuk mengumpulkan data penelitian. Secara sederhana dapat diartikan
bahwa wawancara adalah suatu kejadian atau suatu proses interaksi
antara pewawancara (interviewer) dan sumber informasi atau orang
yang diwawancarai (interwiewer) melalui komunikasi langsung. Dapat
pula dikatakan bahwa wawancara merupakan tatap muka (face to face)
antara pewawancara dengan sumber informasi, dimana pewawancara
bertanya langsung tentang suatu objek yang diteliti dan telah dirancang
sebelumnya (Muri Yusuf, 2014, hal. 372). Wawancara dilakukan
dengan berpedoman kepada fokus penelitian yang telah dibuat.

3. Dokumentasi

Dokumentasi sangat penting dalam sebuah penelitian karena


dapat dijadikan sebagai salah satu bukti telah dilakukannya peneltian.
Dokumen bisa berbentuk tulisan, misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan, cerita, biografi, peraturan dan kebijakan. Sedangkan
dokumen yang berbentuk gambar dapat berupa foto, sketsa dan lain
sebagainya. Dokumentasi yang peneliti gunakan berupa proses
pelaksanaan kelas daring pada saat pembelajaran pendidikan jasmani
SMPN 2 Perhentian Raja.

H. Teknik Analisa Data

Dalam penelitian kualitatif, analisis data terbaik dilakukan sejak


awal penelitian (on going). Peneliti tidak boleh menunggu data lengkap
terkumpul dan kemudian menganalisisnya. Peneliti sejak awal membaca
dan menganalisis data yang terkumpul, baik berupa transkip interwiew
catatan lapangan, dokumen atau material lainnya secara krisis analisis
sembari melakukan uji kredibilitas maupun pemeriksaan keabsahan data
secara continue.

Dalam Penelitian ini penulis menganalisa data yang diperoleh


dengan cara deskrptif kualitatif yaitu analisis yang menggambarkan
keadaan atau status fenomena dengan kata-kata atau kalimat. Kegiatan
analisis data yaitu :

1. Reduksi data

Reduksi data menunjuk pada proses pemilihan, pemfokusan,


penyederhanaan, pemisahan dan pentransformasian data mentah yang
terlihat dalam catatan tertulis lapangan (written-up field notes). Oleh
karena itu reduksi data berlangsung selama kegiatan penelitian
dilaksanakan. Ini berarti reduksi data telah dilakukan sebelum
pengumpulan data di lapangan, yaitu pada waktu penyusunan proposal,
pada saat menentukan kerangka konseptual, tempat, penentuan
pertanyaan penelitian, dan pemilihan pendekatan dalam pengumpulan
data seperti membuat kesimpulan, pengkodean, membuat tema,
membuat cluster membuat pemisahan dan menulis memo. Reduksi
data dilanjutkan setelah kerja lapangan, sampai laporan akhir
penelitian lengkap dan selesai disusun. Reduksi adalah suatu bentuk
analisis yang mempertajam, memilih, dan memfokuskan, membuang
dan mengorganisasikan data dalam satu cara diamana kesimpulan akhir
dapat digambarkan atau diverifikasikan.

2. Penyajian data

Setelah melakukan reduksi data, langkah selanjutnya yang


dilakukan adalah penyajian data, dimana data yang telah direduksi
kemudian disajikan berdasarkan pada aspek-aspek yang diteliti pada
sekolah yang menjadi lokasi penelitian. Penyajian data secara singkat
dan jelas dimungkinkan dapat mempermudah memahami gambaran
keseluruhan atau bagian tertentu dari aspek yang telah diteliti.
3. Verifikasi (penarikan kesimpulan)

Langkah terakhir yang diakukan yaitu verifikasi atau penarikan


kesimpulan. Pada waktu melakukan reduksi data kesimpulan bukan
dibuat dan sekali jadi. Kesimpulan menuntuk verifikasi oleh orang lain
yang ahli dalam bidang yang akan diteliti atau juga mengecek dengan
data lain. Kesimpulan dalam penelitian kualitatif merupakan temuan
baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa
deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya kurang jelas
sehingga menjadi jelas setelah diteliti.

Anda mungkin juga menyukai