Oleh
Dosen Pengampu
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena atas karunia dan rahmat-Nya,
dalam pelaksanaan kelas daring atau online pada saat covid – 19 pada
dengan lancar. Selesainya penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini tidak terlepas dari
bantuan berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini disampaikan ucapan terima
1. Bapak Prof. Dr.H. Syafrinaldi SH., MCL selaku Rektor Universitas Islam
2. Ibu Dr. Sri Amnah, S.Pd., M.Si selaku Dekan Fakuultas FKIP Universitas
3. Ibu Leni Apriani, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga,
5. Kedua orang tua dan keluarga besar saya, yang telah mendukung penuh
pengambilan.
11. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak
Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas
DAFTAR ISI
Halaman
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ... ................................................................ 4
C. Batasan Masalah ......................................................................... 4
D. Rumusan Masalah....................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ........................................................................ 5
F. Manfaat Hasil Penelitian ............................................................ 5
F. Studi Relevan.............................................................
BAB III.
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ........................................................................ 29
B. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 29
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun
2005 Bab 1 pasal 1 didefenisikan bahwa sistem keolahragaan nasional
adalah keseluruhan aspek keolahragaan yang saling terkait secara
terencana, sistimatis, terpadu, dan berkelanjutan sebagai satu kesatuan
yang meliputi pengaturan, pendidikan, pelatihan, pengelolaan, pembinaan,
pengembangan, dan pengawasan untuk mencapai tujuan keolahragaan
nasional.
Pendidikan olahraga merupakan disiplin ilmu yang didominasi
praktik pada aktivitas fisik dan sedikit teori. Dalam kurikulum 2013 (K13)
pendidikan olahraga di jenjang pendidikan dasar menyatu dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Olahraga (PJOK). Sejalan
dengan itu maka hakikat pendidikan jasmani mencakup semua unsur
kebugaran, keterampilan gerakan fisik, kesehatan, permainan, olahraga,
tari dan rekreasi (Qomarrullah, 2014: 78).
Menurut Suherman, dkk. (2018: 37) pendidikan jasmani adalah
suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk
meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik,
pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, kecerdasan emosi dan
sikap sportif. Pendidikan jasmani didefinisikan sebagai pendidikan dan
melalui gerak dan harus dilaksanakan dengan cara cara yang tepat agar
memiliki makna bagi siswa. Pendidikan jasmani merupakan program
pembelajaran yang memberikan perhatian yang proporsional dan memadai
pada domain-domain pembelajaran, yaitu psikomotor, kognitif, dan
afektif.
Pada awal tahun 2020 dunia mendapat ujian yang berat dengan
menyebarnya Corona Virus Disease (Covid-19). Corona Virus Disease
(Covid-19) adalah penyakit jenis baru yang belum pernah diidentifikasi
sebelumnya pada manusia, pada tanggal 30 Januari 2020 WHO telah
menetapkan sebagai kedaruratan kesehatan masyarakat yang meresahkan
dunia (Fitriyani, Fauzi, & Sari, 2020).
Sejak adanya korban yang terinfeksi positif Covid-19 di Indonesia,
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
dan Kementerian Agama Republik Indonesia mengantisipasi penularan
virus tersebut dengan menerapkan kebijakan belajar dan bekerja dari
rumah mulai diberlakukan pada pertengahan bulan Maret 2020. Informasi
ini pun tertuang dalam Surat Edaran Mendikbud No.4 Tahun 2020
Tentang Pelaksanaan Kebijakan dan Pendidikan Dalam Masa Darurat
Penyebaran Corona Virus Desease (Covid-19) (Rachmat & Krisnadi,
2020).
Pandemi Covid-19 di Indonesia sendiri telah memberi dampak
yang besar bagi pendidikan di Indonesia. Akibat dampak yang begitu
besar ini mengakibatkan sistem pembelajaran secara keseluruhan
mengalami perubahan, sehingga diperlukan inovasi dalam proses
pembelajaran yang bermula dengan konvensional atau face to face dengan
tatap muka berubah menjadi pembelajaran di rumah yang dilakuakan
secara dalam jaringan (Daring) baik itu dari tingkat dasar maupun sampai
dengan tingkat tinggi.
Pembelajaran secara daring telah menjadi tuntutan dunia
pendidikan sejak beberapa tahun terakhir ini seiring dengan kemajuan
perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Dengan adanya
pandemi Covid-19 yang telah melanda seluruh dunia ini telah mendorong
percepatan penerapan teknologi bagi seluruh dunia khususnya pada dunia
pendidikan saat ini.
Pembelajaran daring sendiri menjadi solusi dalam penyelenggaraan
pembelajaran kelas dalam jaringan untuk menjangkau kelompok target
yang massif dan luas, sehingga pembelajaran daring dapat
diselenggarakan dimana saja serta diikuti secara gratis maupun berbayar
seperti yang diutarakan oleh (Ayuni, Marini, Fauziddin, & Pahrul, 2020).
Pembelajaran dalam jaringan atau biasa dikenal dengan
pembelajaran daring pada sistem pembelajarannya menggunakan bantuan
jaringan internet (online) sehingga akan terjadi interaksi belajar mengajar
antara guru dan siswa dengan memanfaatkan teknologi informasi virtual.
Pembelajaran daring adalah pembelajaran secara virtual secara langsung
dan bersama yang dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi
serta penggunaan secara online dengan tujuan untuk menggantikan
pembelajaran tatap muka. Menurut (Rachmat & Krisnadi, 2020)
Pembelajaran daring yang dilakukan menggunakan internet sebagai
tempat menyalurkan ilmu pengetahuan. Bentuk pembelajaran seperti ini
dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun tanpa terikat waktu dan tanpa
harus bertatap muka. Sedangkan Pembelajaran Pendidikan Jasmani sendiri
yang didominasi dengan gerakan fisik dilaksanakan di ruang terbuka atau
di lapangan. Metode untuk pendidikan olahraga adalah metode deduktif
atau metode perintah, dengan ragam pemberian tugas, demonstrasi dan
sedikit penjelasan (Supriyadi,2018: 7).
Dari hasil observasi wawancara peneliti pada guru Pendidikan
Jasmani dugaan muncul bahwa berbagai kendala dengan kekurangan dan
keterbatasan muncul dalam penerapan pembelajaran daring kepada guru
dan siswa sehingga guru menduga pembelajaran daring menjadi kurang
efektif.
Hasil observasi wawancara peneliti pada hari Sabtu 27 Maret 2021
dengan menggunakan daring melalui WhatsApp terhadap guru PJOK di
SMPN 2 Perhentian Raja, terdapat banyak kendala yang dialami pada saat
melakukan pembelajaran daring yang dipilih untuk menjadi pembelajaran
pengganti tatap muka. Diantaranya terbatasnya alat dan kemampuan siswa
dalam penggunaan teknologi informasi.
Hakikat pembelajaran PJOK yang syarat dengan gerakan fisik,
pembelajarannya dilakukan di ruang terbuka atau di lapangan. Metode
untuk pendidikan olahraga adalah metode deduktif atau metode perintah,
dengan ragam pemberian tugas, demonstrasi dan sedikit penjelasan
(Supriyadi 2018). Dengan berbagai keterbatasan pada akses internet, dan
kemampuan operasional pada fitur-fitur online, pendidikan jasmani
dengan sendirinya menemui berbagai hambatan dan kendala di masa
pandemi covid-19.
Penelitian ini dilakukan untuk menelusuri potensi pembelajaran
Pendidikan Jasmani di masa pandemi covid-19, khususnya di sekolah
dengan keterbatasan akses internet, keterbatasan kemampuan penggunaan
internet oleh guru dan siswa serta keterbatasan sarana dan prasarana.
Dari observasi yang telah dilakukan oleh peneliti selama masa
pandemi covid-19, peneliti menemukan permasalahan yang dihadapi oleh
guru yaitu dalam proses pelaksanaan kelas daring pada pembelajaran siswa
sekolah menengah pertama. Permasalahan tersebut muncul dari guru
maupun siswa seperti kurangnya kreativitas dalam penyampaian materi
oleh guru karena hanya menyampaikan materi melalui whatsapp group,
kemandirian siswa saat belajar dari rumah secara daring (online) membuat
siswa harus memahami sendiri materi yang disampaikan, lalu mengerjakan
tugas dan juga melaporkannya.
Proses tersebut tentunya tidak semudah yang dibayangkan karena
ketidakpahaman suatu materi mungkin saja terjadi, tugas dan pekerjaan
rumah yang diberikan guru terlalu banyak dan membebani siswa, tidak
semua siswa mempunyai smartphone canggih karena banyak dari siswa ini
orang tuanya bekerja sebagai buruh, hal ini juga menyebabkan orang tua
tidak bisa terus menerus mendampingi anaknya dalam proses
pembelajaran dan guru juga mengeluhkan mengenai koneksi internet yang
tidak stabil dan harga kuota yang melonjak selama masa pandemi.
Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan
judul “ Problematika Guru dalam Pelaksanaan Kelas Daring (Online)
Selama Masa Pandemi Covid-19 pada Pembelajaran Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan Siswa Sekolah menengah atas perhentian raja”.
B. Identifikasi Penelitian
2. Problematika yang diadapi guru dalam proses pelaksanaan kelas daring (online)
selalama masa pandemi covid 19 pada pembelajaran pendidikan jasmani olahraga
dan kesehatan Sekolah Menengah Pertama Perhentian raja.
C. Rumusan Masalah
2. Apa saja problematika yang dihadapi guru dalam proses pelaksanaan kelas
daring (online) selama masa pandemi covid 19 pada pembelajaran Pendidikan
jasmani olahraga dan kesehatan Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Perhentian
Raja?
D. Batasan Masalah
E. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini
bertujuan untuk :
F. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan
manfaat bagi kepentingan ilmu pengetahuan khususnya bagi jenjang pendidikan
Pertama baik di sekolah SMP maupun madrasah. Kontribusi tersebut berkaitan
dengan problematika yang dihadapi oleh guru dalam pelaksanaan kelas daring
(online) pada pembelajaran Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.
b. Manfaat Praktis
1) Bagi Siswa Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan upaya
meningkatkan keefektifan belajar siswa sehingga memperoleh hasil yang
maksimal
2) Bagi Guru Sebagai bahan evaluasi diri untuk menjadi pendidik yang
profesional dalam upaya peningkatan mutu, proses dan hasil belajar siswa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Problematika
a. Pengertian Guru
Secara etimologis dalam bahasa Inggris sangat banyak sekali istilah yang
berkaitan dengan guru diantaranya educator, teacher, instructor, tutor, dan lain
sebagainya. Semua kata tersebut memiliki arti yang hampir sama dengan guru
hanya saja cara penyebutannya yang berbeda. Kata teacher diartika sebagai
seorang yang mengajar, educator diartikan denga seseorang yang memiliki
tanggung jawab suatu pekerjaan untuk mendidik orang lain, instructor memiliki
arti seseorang yang mengajar, sedangkan tutor yaitu seorang guru yang
memberikan pengajaran kepada siswa atau bisa pula disebut sebagai guru privat
(Mohammad Ahyan, 2018, hal. 32).
Istilah guru juga terdapat dalam bahasa arab seperi pada kata-kata mu’addib,
mu’allim, ustadz, dan mudarris. Rumayulis melihat berbagai istilah guru dalam
perspektif bahasa arab sebagai berikut :
1) Mu’addib (etika moral dan adab) yaitu orang yang beradab yang memiliki
peran dan fungsi membangun suatu peradaban yang berkualitas di era mendatang ;
orang yang memberikan pendidikan kepada peserta didik agar mampu berkreasi,
mengatur dan memelihara hasil kreasinya untuk kemaslahatan umum dan tidak
menimbulkan malapetaka bagi diri, masyarakat, dan alam
Istilah guru juga dapat dartikan menurut para ahli, diantaranya Zakiah Daradjat
mengemukakan bahwa guru adalah pendidik profesional, oleh karena itu secara
implisit guru telah merelakan dirinya membantu menerima dan memikul sebagian
tanggung jawab pendidikan yang juga kewajiban orang tua.(Mohammad Ahyan,
2018, hal. 34).
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang yang
mempunyai tanggung jawab mendidik dan membimbing peserta didik dalam
perkembangan jasmanin dan rohani agar dapat memenuhi tugasnya sebagai
makluk Tuhan, makhluk individu maupun makhluk sosial.
b. Syarat-Syarat Guru
2) Harus mampu mengajarkan ilmu yang telah dimilikinya kepada siswa atau
peserta didiknya (transfer of knowledge)
3) Harus berpegang teguh pada kode etik profesi. Kode etik ini dimaksudkan agar
memiliki akhlak yang mulia. (Abudin Nata, 2003, hal.43).
Dari kedua pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa untuk menjadi seorang guru
tidaklah mudah perlu adanya syarat-syarat tertentu apalagi jika melihat dari
pandangan Islam mengenai syarat menjadi seorang pendidik diantaranya harus
mempunyai kompetensi kualifikasi akademik yang disetai dengan ijazah atau pun
piagam pembuktian, harus benar-benar ahli dalam bidang nya, mampu
mengajarkan ilmu yang dimiliki kepada peserta didik, dan harus berpegang teguh
pada kode etik keprofesian.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bawa tugas utama seorang guru
adalah mendidik dengan cara transfer ilmu pengetahuan, pengarah pemelajaran,
pengelolaan pembelajaran, fasilitator dan juga perencana. Sebagaimana tugas
seorang guru yang tela dijelaskan diatas, maka fungsi seorang guru juga
berpedoman kepada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005
tentang guru dan dosen pasal 4 disebutkan bahwa kedudukan guru sebagai tenaga
profesional berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen
pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional (UU RI
no. 14, 2005, hal. 6). Fungsi utama seorang guru adalah sebagai learning agent
(agen pembelajaran) untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Sebagai
agen pembelajaran tentunya guru merupakan garda terdepan dalam pendidikan
yang secara langsung berperan untuk peningkatan kualitas pendidikan
(Mohammad Ahyan, 2018, hal,. 43). Pendapat lain dikemukakan oleh mantan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Daoed Joesoep dalam Zakiah Daradjat,
bahwa terdapat tiga fungsi guru yaitu :
2) Fungsi civic mission, berarti guru wajib menjadikan peserta didik menjadi
warga negara yang baik yaitu berjiwa patriotisme mempunyai semangat
kebangsaan nasional, dan disiplin atau taat terhadap peraturan perundang-
undangan yang berlaku atas dasar Pancasila dan UUD 1945.
3) Fungsi manajerial, guru harus mampu mengelola kelas agar terciptanya suasana
dan kondisi yang kondusif yang dapat menunjang kemudahan peserta didik dalam
menerima materi yang diajarkan (Syaiful Bahri Djamarah, 2000, hal. 47).
Seperti yang kita ketahui bahwa akhir-akhir ini Kemendikbud sedang gencar-
gencarnya dalam melaksanakan program belajar dari rumah (study from home)
sebagai solusi dunia pendidikan di tengah merebaknya wabah covid-19 di
Indonesia. Oleh karena itu, salah satu cara agar peserta didik tetap
belajar di rumah adalah dengan mengadakan kelas dalam jaringan (daring) atau
juga bisa disebut kelas online. Dimana dalam prosesnya pendidik dan peserta
didik tidak terlibat tatap muka secara langsung hanya melalui aplikasi yang bisa
menghubungkan mereka. Dalam proses pelaksanaannya kelas daring (online)
tidak semudah yang dibayangkan, karena masih terdapat beberapa problematika
yang terjadi. Beberapa problematika tersebut antara lain ( I Ketut Sudarsana,
2020, hal. 175):
3) Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari orang tua peserta didik ada yang
bekerja sebagai buruh dan juga berdagang. Aktivitas tersebut maka tentunya orang
tua tidak sanggup untuk mendampingi peserta didik pada jam-jam pembelajaran.
Hal ini juga menyebabkan kurang disiplinnya siswa dalam memulai pembelajaran.
Dari beberapa penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam proses
pelaksanaannya kelas daring (online) terdapat beberapa problematika seperti
keterbatasan kompetensi guru dalam penggunaan teknologi sehingga
pembelajaran daring (online) hanya bisa dilakukan melalui whatsapp, ada
beberapa siswa yang tidak memiliki smartphone, permasalahan koneksi internet
dan harga kuota internet yang semakin mahal selama masa pandemi, kurangnya
dampingan orang tua saat pembelajaran berlangsung dikarenakan pekerjaan, dan
pemberian tugas yang menumpuk membuat siswa merasa tebebani.
Dalam pelaksanaannya, kelas daring dilakukan dengan tiga macam bentuk yaitu
Web-Based Instruction (WBI), Distance Learning, Hybrid Learning dan e-
Learning. Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut : 1) Web-Based
Instruction (WBI) Dalam WBI, pengiriman dan penyajian materi yang
berlangsung sangat cepat dan massive diasumsikan sebagai landasan pemikiran
diadopsina manfaat internet untuk belajar dan pembelajaran. WBI adalah model
belajar yang memanfaatkan potensi jaringan untuk menciptakan interaksi belajar.
Untuk itu, teori belajar yang diajukan agar pembelajaran yang di desain tetap
mengutamakan proses belajar. Sebagai contoh, penggunaan media social online
digunakan untuk interaksi, diskusi antar peserta didik, atau peserta didik dengan
pengajar (Dewi Salma, 2012, hal. 274-275).
Belajar Jarak Jauh (BJJ) adalah proses belajar dimana antara pengajar dan peserta
didik tidak terjadi tatap muka langsung melainkan terpisah jarak. Materi
disampaikan melalui saluran komunikasi seperti yang digunakan dalam e-
learning, atau model lain. BJJ menggunakan penyajian materi dengan teknik atau
format modul. Pengiriman modul tersebut dilakukan melalui jasa pos atau kurir.
BJJ bisa saja dilakukan dengan menggabungkan lebih dari satu bentuk pengiriman
dan penyampaian materi (Dewi Salma, 2012, hal. 275-276). 3) Hybrid Learning
Smaldino berpendapat bahwa hybrid learning adalah kombinasi e- learning
dengan pembelajaran tatap muka langsung. Pada dasarnya hybrid learning
memilih teknik atau cara yang paling unggul untuk proses belajar. Istilah ini
muncul atas kesadaran masyarakat atas keunggulan dan keterbatasan dari online
learning yang berbasis teknologi digital ini. Salah satu keterbatasan yang
menonjol adalah teknologi digital tidak akan pernah dapat menggantikan
kehadiran sosok guru atau pengajar di kelas. Untuk itu tetap diperluka adanya
tatap muka bersama pengajar (Dewi Salma, 2012, hal. 276) 4) E-Learning E-
learning adalah proses belajar ang menggunakan media elektonok digital seperti
multimedia. Menurut Horton (2006:5) dan Holmes and Gardner (2006:5) bahwa
penyediaan sumber belajar dan menciptakan pengalaman belajar menjadi aspek
terpenting dalam penelenggaraan e- learning. Horton menegaskan peranan
bagaimana media digital diberdayakan dengan maksimal ditinjau dari desain
pembelajaran, teori belajar, dan desain pesan agar dapat menghasilkan
pengalaman belajar yang baik bagi peserta didik (Dewi Salma, 2012, hal. 276-
277).
Dalam pelaksanaannya, kelas daring sangat membantu pendidik dan peserta didik
dalam menjalankan proses pembelajaran seperti saat ini, namun sering kali
mengalami keterhambatan dalam hal apapun karena juag memiliki beberapa
kekurangan, untuk lebih jelasnya peneliti menguraikan beberapa kelebihan dan
kekurangan dalam pelaksanaan kelas daring (online) :
a. Pengadaan kelas daring lebih fleksibel karena pihak pengajar dan pihak
peserta dapat berada dimana saja dengan waktu yang disepakati.
b. Peserta kelas tidak dapat berinteraksi langsug dengan peserta lain seperti
hal nya di ruang kelas dan terfokus pada diri sendiri dengan materi yang
disampaikan pengajar dalam kelas daring.
1. Pengertian Pembelajaran
3. Metode Pembelajaran
yang dikutip Suyobroto (2001:37) ada berbagai macam metode yang bisa dipilih
oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran yaitu :
1.Gaya Komando
2.Gaya Latihan
Pada gaya ini, peserta didik bekerja dengan temannya dan memberikan umpan
balik kepada temannya itu, berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh guru.
Penggunaan ini bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan pada saat proses pembelajaran atau peserta didik berani berbicara
dengan pertanyaan yang di sampaikan oleh guru. Sehingga lebih memacu peserta
didik untuk aktif tidak hanya pasif di kelas
Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara mengerjakan tugas dan
memeriksa atau mengevaluasi pekerjaan sendiri. Peserta didik mengukur sendiri
kinerjanya berdasar kriteria gerak yang diberikan
5.Metode Inklusi
Tujuan dari gaya ini adalah untuk memahami cara memilih tugas atau kegiatan
yang bisa ditampilkan dan memberikan tantangan untuk
Menurut Saryono & Rithaudin (2011: 146) pendidikan jasmani adalah proses
pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara
sistematik yang bertujuan untuk meningkatkan individu secara organic,
neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional. Berdasarkan
pengertianpengertian di atas dapat disimpulkan bahwa mata pelajaran Pendidikan
Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) merupakan bagian dari sistem
pendidikan secara menyeluruh yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang
bertujuan untuk meningkatkan individu dalam aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik
Tujuan pendidikan Jasmani adalah untuk pembentukan anak, yaitu aspek sikap,
kecerdasan, fisik, dan psikomotorik, jadi siswa menjadi dewasa dan bisa mandiri,
yang nantinya berguna dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat Agus S
Suryobroto (2004:8). Sedangkan menurut Borow yang dikutip dari Arma
Abdullah dan Agus Manaji (1994:17) tujuan pendidikan jasmani adalah
perkembangan yang optimal dari diri setiap individ yang mampu menyesuaikan
diri secara jasmaniah, social, dan mental melalui pembelajaran yang terpimpin
oleh guru dan partisipasi dalam cabang olahraga yang dipilih.
Tujuan Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan Menurut Yusuf Adisasmita
(1989:23) adalah mencapai kesegaran jasmani, yang utama adalah manusia,
kebutuhan emosi, perasaan emosional. Kesegaran social, pengembangan
intelektual, persiapan kebutuhan untuk masa depan,
F.Studi Relevan
1. Jurnal yang ditulis oleh Anggy Giri Prawiyogi tahun 2020 dengan judul
“Efektivitas Pembelajaran Jarak Jauh Terhadap Pembelajaran Siswa di
SDIT Cendekia Purwakarta”. Hasil penelitian ini adalah
bahwapembelajaran jarak jauh yang dilaksanakan di SDIT Cendekia
Purwakarta dengan beberapa mtode cukup efektif untuk dilakukan. Hal itu
dibuktikan dengan kuisioner yang dibagikan yang menunjukkan hampir
semua rata-rata setuju dengan pembelajaran jarak jauh. Perbedaannya
adalah penelitian ini menggunakan kuisioner untuk mengumpulkan data
dari beberapa responden dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
meneliti efektivitas pembelajaran jarak jauh. Sedangkan persamaanya
yaitu sama-sama meneliti tentang pembelajaran jarak jauh selama masa
pandemi covid-19 dan metode yang dilakukan adalah kualitatif dengan
pendekatan kualitatif deskriptif yang menggambarkan keadaan yang
terjadi selama pembelajaran jarak jauh berlangsung.
2. Skripsi yang ditulis oleh Septiana Annisa Damayanti pada tahun 2018 di
UIN Antasari Banjarmasin dengan judul “Pembelajaran Jarak Jauh Pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Gambut” hasil
penelitian ini adalah proses pembelajarannya menggunakan tablet dengan
bantuan LMS berbasis web, proses pembelajaranna diterapkan kegiatan
tutorial yaitu tutorial onlinedan tutorial tatap muka pada tempat dan waktu
tertentu. Metode dan strategi yang digunakan masih kurang bervariasi
karena guru hanya sebagai fasilitator dan pembelajaran berpusat pada
siswa. Perbedaannya adalah subjek penelitian.Pada penelitian ini yang
menjadi objek penelitian adalah guru PAI, data utama yang digali dalam
penelitian ini adalah desain pembelajaran proses pembelajaran, dan
evaluasi pembelajarannya. Sedangkan persamaannya yaitu penelitian ini
menggunakan metode kualitatif deskriptif dan sama sama meneliti tentang
pembelajaran jarak jauh.
BAB III
METODE PENELITIAN
1. Populasi
2. Sampel
1. Setting Penelitian
2. Subjek Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat narasi,
uraian penjelasan dari lisan ataupun data dokumen tertulis, perilaku subjek
yang diamati dilapangan juga menjadi juga menjadi data dalam
pengumpulan hasil penelitian inimerupakan subjek dimana data diperoleh.
1. Data
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Jadi,
sumber data ini menunjukkan dari mana data itu berasal. Data harus
berasal dari sumber yang tepat. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data adalah guru pendidikan jasmani SMPN 2 Perhentian Raja.
Maka pengumpulan data menggunakan dua cara yaitu :
b. Data Sekunder
1) Data tertulis
Data tertulis berupa dokumentasi sejarah sekolah,
keadaan guru, visi dan misi, keadaan siswa, keadaan sarana
dan prasarana, prestasi akademik dan non akademik serta
jadwal pelajaran SMPN 2 Perhentian Raja.kel
E. Defenisi Operasional
F. Instrumen Penelitian
1. Observasi
2. Wawancara
3. Dokumentasi
1. Reduksi data
2. Penyajian data