2023
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SD SARASWATI 1 DENPASAR
PROPOSAL
2023
ii
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu,
iii
Lembar Persetujuan Pembimbing Akademik
USULAN PROPOSAL
NIM: 2011031041
Oleh:
iv
PROPOSAL
NIM: 2011031041
Mengetahui,
v
PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL............................................
TIM PENGUJI
Mengetahui
Ketua Sekretaris
Nama.................................. Nama................................
NIP............................ NIP..........................
Anggota Anggota
Nama.................................. Nama................................
NIP............................ NIP..........................
vi
DAFTAR ISI
SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.4.1 Manfaat secara Teoritis ............................................................ 7
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, KAJIAN HASIL
PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 9
2.1 Kajian Teori ..................................................................................... 9
2.1.1 Model Contextual Teaching and Learning (CTL) .................... 9
2.1.2 Belajar dan Keaktifan Siswa .................................................. 16
2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................... 25
2.3 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan........................................... 27
2.4 Hipotesis Tindakan ........................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 31
3.1.1 Siklus I ................................................................................... 31
vii
3.1.2 Siklus II .................................................................................. 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 35
3.1.1 Tempat penelitian: SD Saraswati 1 Denpasar ........................ 35
3.2.1 Waktu penelitian .................................................................... 35
3.3 Subjek Penelitian ........................................................................... 36
3.4 Kriteria Kesuksesan Penelitian ...................................................... 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 36
3.5.1 Pengumpulan data .................................................................. 36
3.5.2 Instrumen Penelitian .............................................................. 38
3.6 Teknik Analisi Data....................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43
vii
i
DAFTAR TABEL
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
to learn. Tentunya kemampuan bernalar yang dipunyai anak didik melalui
proses belajar matematika itu akan meningkatkan pula kesiapannya untuk
menjadi lifetime learner atau pembelajar sepanjang hayat. Dengan
matematika ilmu mengalami perkembangan dari kualitatif ke kuantitatif,
sehingga peran matematika sangat penting dalam perkembangan berbagai
ilmu pengetahuan, karena matematika merupakan ilmu deduktif. Untuk
menguasai matematika diperlukan suatu proses belajar. Peristiwa belajar
disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik
daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan
sosial masyarakat. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran yang bisa mengkonstruk pengetahuan. Hal ini sejalan dengan
pandangan konstruktivis bahwa belajar matematika merupakan proses di
mana siswa secara aktif mengkunstruk pengetahuan matematika (Sa’dijah,
2005). Dalam pembelajaran matematika, siswa tidak hanya menerima
pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan tersebut dengan berbagai
aktivitas pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan dapat
diterapkan dalam kehidupan siswa. Dalam pembelajaran matematika, siswa
tidak hanya menerima pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan
tersebut dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa.
3
bilangan positif, dan dari titik nol ke bawah merupakan bilangan negatif.
Untuk koordinat x disebut (absis) dan koordinat y disebut (ordinat).
4
Faktor lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung juga dapat
mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Lingkungan belajar meliputi gedung
(ruangan) yang digunakan untuk pembelajaran. Menurut Ahmadi (2004:91)
apabila ruangan yang digunakan dekat keramaian, ruangan gelap, lantai
basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan kurang baik. E. Mulyasa
(2002: 32) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum yang berlaku
saat ini menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
lebih menekankan pada proses.
5
yang bermakna, 2) Inkuiri, komponen ini mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan pengamatan terhadap fenomena-fenomena nyata sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri, 3) bertanya,
komponen ini mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan
siswa untuk memperoleh informasi dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir secara kritis, 4) masyarakat belajar, komponen ini
mengisyaratkan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain, 5) pemodelan, merupakan kegiatan mendemonstrasikan
suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu
sesuai dengan model yang diberikan sehingga siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang bersifat abstrak, 6) refleksi, merupakan kegiatan
perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari, dan 7) penilaian
autentik, merupakan penilaian yang memberikan gambaran tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa (Muslich, 2007:44-47). Dengan
demikian, maka ketujuh komponen belajar dalam CTL ini dapat
merangsang siswa untuk belajar aktif, termotivasi, berpikir kritis, percaya
diri, dan melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.
6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Agar rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas lebih rinci dan fokus
pada dua aspek utama yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu aspek proses
dan keaktifan siswa, maka diuraikan sebagai berikut:
7
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah
yang telah ditetapkan, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
mengumpulkan data maupun dalam menarik kesimpulan. Adapun
tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
pada siswa kelas V SD Saraswati 1 Denpasar.
2. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar setelah menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa
kelas V SD Saraswati 1 Denpasar.
8
Digunakan guru sebagai acuan dalam menangani dan
merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan siswa sehingga
pada proses pembelajaran guru dapat mengendalikan dan
meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
kinerja siswa dalam kelas dengan demikian hasil belajar optimal
dapat dicapai.
d. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran dengan
melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar dikelas,
penilaian, metode pembelajaran yang tepat bagi guru, serta
penemuan cara belajar yang tepat bagi siswa sehingga hasil
belajar matematika siswa lebih meningkat.
9
BAB II
10
yang diberikan guru dengan mengaitkan materi pembelajaran
kedalam konteks kehidupan nyata yang dialami peserta didik
agar peserta didik dapat dengan mudah memahami isi materi
yang diberikan guru, kemudian akan terwujudnya berbagai
macam pemikiran dan berbagai pemahaman terhadap peserta
didik.
Selanjutnya penerapan kontekstual dalam proses
pembelajaran menekankan pada tiga hal (Suyadi, 2013:82).
Pertama, kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan
peserta didik untuk menemukan materi pelajaran. Artinya, proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Menurut Johnson proses belajar dalam konteks kontekstual tidak
mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran,
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran
tersebut (Suyadi, 2013:82). Kedua, kontekstual mendorong agar
peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan relaitas kehidupan nyata. Artinya, peserta didik
dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, kontekstual
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Artinya kontekstual bukan hanya
mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang
dipelajari, tetapi lebih kepada aktualisasi dan kontekstualisasi
materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2002: 10) sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh
komponen utama contextual teaching and learning berikut, yaitu:
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik
11
berdasarkan pengalamannya. Dalam pembelajaran
kontekstual penerapan kontruktivisme peserta didik akan
mengalami pengembangan dalam berfikir karena peserta
didik akan mudah menunjukan pemikirannya.
2. Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang dilandasi pada
pencarian dan penemuan melalui berfikir secara sistematis.
Pencarian dan penemuan akan melibatkan peserta didik
untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam proses
penemuan peserta didik harus melakukan investigasi, proses
investigasi membawa peserta didik untuk belajar
memperoleh informasi dan memproses informasi.
3. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya sangat penting dalam menggali informasi
yang ingin didapat. Bertanya adalah fondasi dari interaksi
belajar mengajar. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, melainkan guru
memancing peserta didik untuk selalu bertanya dan dapat
menemukan jawabnnya sendiri. Menurut suyadi (2013:85)
dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dan
menjawab dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
- Menggali informasi, khususnya kemampuan dasar
peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang
akan maupun yang sedang dibahas.
- Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar
lebih sunguh-sungguh.
- Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap topik-
topik tertentu.
- Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang
diinginkan.
12
- Membimbing peserta didik untuk menemukan atau
menyimpulkan materi pembahasan.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Melalui interaksi sosial belajar akan lebih bermakna, belajar
dengan bekerja sama dengan kelompok atau masyarakat baik
secara formal maupun alamiah. Hasil belajar akan diperoleh
dengan saling berkomunikasi dengan teman atau masyarakat.
5. Pemodelan (Modelling)
Pada pembelajaran kontekstual menekankan arti penting
dalam pemodelan, dikarnakan peserta didik akan lebih
mudah memahami materi pelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru peserta didik.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah proses untuk melihat kembali, mengingat
kembali, dan menganalisis kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah diproses peserta didik.
Melalui proses refleksi tidak menutup kemungkinan peserta
didik akan memperbarui atau menambah pengetahuan
berdasarkan pemikiran yang mereka tanggapi.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata adalah upaya yang dilakukan guru dalam
mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang
perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara kegiatan nyata
yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan
pembelajaran.
c. Tujuan Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) juga memiliki
tujuan untuk siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran di
kelas. Menurut Elaine B. Johnson (2010:82), tujuan Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebagai berikut:
13
1. Pembelajaran bertujuan untuk menambah pengetahuan baru,
pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif.
2. Mengaitkan pengetahuan yang sudah ada, artinya yang akan
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari.
3. Melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam memonitor
dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
4. Melatih siswa untuk mempraktikan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.
d. Langkah-langkah atau pola pembelajaran CTL
Menurut Wina Sanjaya (2010: 270) menjelaskan bahwa
untuk mencapai tujuan kompetensi dengan menggunakan CTL
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti:
1. Pendahuluan
- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pelajaran yang akan dipelajari.
- Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL yaitu:
siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk
melakukan observasi, melalui observasi siswa ditugaskan
untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di tempat
observasi.
- Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap siswa
2. Inti
Di lapangan:
- siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian
tugas kelompok.
14
- siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di tempat
mereka observasi sesuai dengan alat observasi yang telah
ditentukan sebelumnya.
Di dalam kelas:
15
akan dipelajari. pentingnya materi pelajaran
5. Guru mengajukan masalah yang akan dipelajari.
kontekstual dengan membaca dan 5. Siswa membaca dan
memahami materi pelajaran yang memahami materi pelajaran
dipelajari dan menjawab yang dipelajari dan bertanya
pertanyaan dari siswa bila ada yang kepada guru bila ada yang
bertanya. belum dipahami.
6. Guru mengorganisasikan siswa ke 6. Siswa mengerjkan LKPD
dalam kelompok belajar (lembar kerja peserta didik)
kooperatifnya dan membagikan dengan teman kelompoknya.
LKPD kepada masingmasing 7. Siswa bertanya kepada guru
kelompok. apabila mengalami kesulitan
7. Selama siswa bekerja guru dalam menyelesaikan LKS.
berkeliling membimbing tiap 8. Siswa berdiskusi dengan teman
kelompok yang mengalami kelompoknya untuk memilih
kesulitan dan menfasilitasi jawaban yang tepat
interaksi siswa didalam 9. Siswa mengirim perwakilan
kelompoknya. kelompoknya untuk maju ke
8. Guru mem-fasilitasi diskusi depan kelas menyampaikan
kelompok dengan memberi jawaban berdasarkan hasil
kesempatan kepada siswa untuk diskusi kelompoknya,
memilih jawaban yang tepat. sedangkan kelompok lain yang
9. Guru meminta beberapa siswa memiliki jawaban berbeda
mewakili kelompoknya untuk maju memberikan tanggapan.
ke depan kelas menyampaikan 10. Siswa menarik kesimpulan dari
jawaban berdasarkan hasil diskusi hasil diskusi di kelas.
kelom-pok, sedangkan kelompok 11. Siswa secara bergantian
lain yang memiliki jawaban mengungkapkan ide-ide
berbeda diminta memberikan penting yang telah dipelajari.
tanggapan. 12. Siswa mencatat PR yang di
10. Guru memberi kesempatan kepada berikan oleh guru.
16
siswa untuk menarik kesimpulan 13. Siswa menjawab salam dari
dari diskusi kelas. guru
11. Guru memberikan penghargaan
berupa umpan balik dan penguatan
kepada siswa yang
mempresentasekan hasilnya dengan
baik.
12. Guru merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan menyuruh
siswa secara bergantian
mengungkapkan ide-ide penting
yang telah dipelajari .
13. Guru memberi pekerjaan rumah
(PR) serta menginformasikan
kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
14. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam
Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa
17
Menurut Sardiman (2011: 21) Belajar adalah rangkaian
kegiatan jiwa-raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,
rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tujuan Belajar Secara Umum Tujuan belajar adalah sejumlah
hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses
belajar.
Menurut Sardiman (2011: 26-28), secara umum ada tiga
tujuan belajar, yaitu:
1. Untuk memperoleh pengetahuan Hasil dari kegiatan belajar
dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan berfikir
seseorang. Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses
belajar juga akan membuat kemampuan berfikir seseorang
menjadi lebih baik.
2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan Keterampilan yang
dimiliki setiap individu adalah melalui proses belajar.
Penanaman konsep membutuhkan keterampilan, baik itu
keterampilan jasmani maupun rohani.
3. Membentuk Sikap Kegiatan belajar juga dapat membentuk
sikap seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap mental
peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman
nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam
dirinya.
b. Keaktifan
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar
18
siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2011: 98).
Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas,
baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa
giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain
maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–
banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang
mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesi aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Rousseau dalam (Sardiman, 2011: 95) menyatakan bahwa setiap
orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses
pembelajaran tidak akan terjadi. Segala pengetahuan harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri , baik secara rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar
merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal
sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
1. Indikator Keaktifan
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat
sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar
19
mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan
siswa dapat dilihat dalam hal:
- turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- terlibat dalam pemecahan masalah
- bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
- berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah
- melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru
- menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang
diperolehnya
- melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis
- kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang
diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan
yang dihadapinya.
2. Klasifikasi Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah
tradisonal. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah
sebagai berikut (Sardiman, 2011: 101):
a) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya
membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan:
percakapan, diskusi , musik, pidato.
20
d) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat
grafik, peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil
keputusan.
h) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.
21
b) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada
peserta didik).
c) Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.
d) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
e) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara
mempelajari.
f) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
g) Memberikan umpan balik (feedback).
h) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes
sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan
terukur.
i) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran.
22
d. Materi Pembelajaran
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang
memiliki dua variabel, dengan pangkat masing-masing variabel
adalah satu, bentuk umumnya ax + y = c
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem
persamaan atau bentuk relasi sama dengan dalam bentuk aljabar
yang memiliki dua variabel dan berpangkat satu dan apabila
digambarkan dalam sebuah grafik maka akan membentuk garis
lurus. Bentuk umumnya:
Keterangan:
a, b = Koefisien
x, y = Variabel,
dan c = Konstanta
23
Langkah 1: Gambar grafik kedua persamaan. Tentukan
terlebih dahulu titik potong garis (x, y) yang dilalui
grafik persamaan pada sistem persamaan dengan
pemisalan x = 0 dan y = 0
y = 2x + 5
Misal y = 0, maka x = -2,5
Misal x = 0, maka y = 5
x 0 -2,5
y 5 0
(x,y) (0,5) (-2,5,0)
y = -4x – 1
Misal y = 0, maka x = -0,25
Misal x = 0, maka y = -1
x 0 -0,25
y -1 0
(x,y) (0,-1) (-0,25,0)
langkah 2: Gambar titik potong kedua grafik
24
Langkah 3: periksa titik potong dengan menyubstitusi
nilai x dan y.
Persamaan 1 ; y = 2x + 5
3 = 2(-1) + 5
3 = -2 + 5
3 = 3 (benar)
Persamaan 2 ; y = -4x – 1
3 = -4(-1) – 1
3=4–1
3 = 3 (benar)
Jadi selesaian dari sistem persamaan linear dua
variabel adalah (x, y) = (-1, 3)
2. Metode subtitusi
Dalam metode subtitusi, suatu variabel yang dinyatakan
dalam variabel yang lain dari SPLDV tersebut. Selanjutnya,
variabel ini digunakan untuk menggantikan variabel lain
yang sama dalam persamaan lainnya sehingga diperoleh
persamaan satu variabel. Jadi metode subtitusi adalah cara
25
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
mengganti salah satu perubah atau variable.
3. Metode eliminasi
Dalam metode eliminasi, salah satu variabel dieliminasikan
atau dihilangkan untuk mendapatkan nilai variabel yang lain
dalam sistem persamaan linear dua variabel tersebut. Untuk
mengeliminasi suatu variabel, samakan nilai kedua atau
koevisien variabel dengan yang dieliminasikan, kemudian
kedua persamaan dijumlahkan atau dikurangkan.
4. Metode Gabungan/Campuran
Metode gabungan adalah suatu metode yang di gunakan
untuk mencari himpunan penyelesaian SPLDV dengan cara
menggabungkan dua metode sekaligus, yakni metode
eliminasi dan metode subtitusi. Pertama menggunakan
metode eliminasi untuk mencari salah satu nilai variabelnya,
setelah nilai variabel diperoleh, maka nilai variabel tersebut
disubtitusikan ke dalam salah satu persamaan untuk
mendapatkan nilai variabel lainnya.
26
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Secara otomatis pembelajaran akan menjadi aktif,
menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Penerapan pembelajaran
kontekstual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
siswa dalam belajar.
27
dengan penelitian Yulistya Dewi dan Rati (2013) skor rata-rata pemahaman
konsep IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan
CTL berbantuan penilaian kinerja lebih besar dibandingkan kelompok siswa
yang dibelajarkan model pembelajaran langsung yaitu 49,40>43,08. Melalui
penerapan model pembelajaran CTL siswasiswa tidak merasakan kebosanan
seperti kondisi awal dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
Adapun kerangka berpikir penelitian ini tersaji dalam gambar berikut ini:
SISWA KONDISI
AWAL
Kondisi
1. Fanny (2017).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas
28
siswa secara klasikal pada siklus I dengan kategori “cukup aktif”
sedangkan pada siklus II dengan kategori “aktif”. Hasil belajar siswa
secara klasikal pada siklus I dengan kategori “baik” dan pada siklus II
pada kategori “baik”
2. Sadono (2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Matematika SMA pokok bahasan Statistik dan Statistika berdasarkan
KBK dengan pendekatan CTL lebih efektif dari segi waktu maupun
ketercapaian kompetensi siswa, bermakna, dan disukai para siswa.
Dari hasil belajar yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
antar siklus untuk aspek kognitif sebesar 3,29% dan aspek afektif
sebesar 2,22% untuk kriteria A (baik) yang disertai penurunan sebesar
2,22% untuk kriteria B (cukup). Sedangkan pada aspek psikomotorik,
terjadi penurunan sebesar 2,23% untuk kriteria A (baik) dengan
disertai kenaikan sebesar 2,23% untuk kriteria B (cukup). Selain itu,
khusus aspek kognitif, dibandingkan tahuntahun sebelumnya
menunjukkan kenaikan rata-rata nilai sebesar 14,73 dibandingkan
tahun pelajaran 2002/2003 dan sebesar 10,68 dibandingkan tahun
pelajaran 2003/2004. Pada pembelajaran ini siswa sangat berminat,
sifat individual dan sosial seimbang, kreativitas siswa tersalurkan
dengan baik, guru dan siswa sama-sama aktif dan kreatif, dan lebih
bermakna. Respons siswa sangat positif dan mengharapkan
digunakannya model ini untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
3. Rahmawati (2009).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar
kelas eksperimen sebesar 57% dan kelas kontrol sebesar 45%.
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan
kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan
uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
4. Farida (2009).
29
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata posttest kelas
eksperimen adalah sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalah 60,05 serta
hasil uji t diperoleh thit 5,43 dan ttab sebesar 1,91, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil biologi siswa yang diajar
dengan CTL dengan siswa yang diajar dengan konvensional.
30
2.4.2 Penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V
SD Saraswati 1 Denpasar yang ditempuh dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Membangun hubungan yang bermakna (Relating),
b. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
c. Kolaborasi (collaboraring),
d. Berpikir kritis dan kreatif (applaying),
e. Mengembangkan potensi individu (transfering).
31
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1 Siklus I
Siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan, 3 kali
pertemuan digunakan proses belajar mengajar, 1 kali pertemuan
dilaksanakan untuk tes siklus I.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
32
Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan
kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang
meliputi:
a) Pendahuluan
b) Inti
Di lapangan:
Di dalam kelas:
33
setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain.
c) Penutup:
3. Observasi
4. Refleksi
3.1.2 Siklus II
Tahapan pada siklus II sama pada tahapan siklus I yaitu:
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection). Dengan melakukan
perbaikan sesuai hasil refleksi pada siklus I.
1. Perencanaan (planing)
2. Tindakan (acting)
34
a. Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab
tentang pembagian dan perkalian dengan tujuan:
35
Alat pengumpulan data
e. Refleksi (reflecting)
36
tersebut, karena penelitian kelas memerlukan beberapa siklus
yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di
dalam kelas.
37
1. Observasi
2. Non Tes
3. Dokumentasi
38
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
2009: 102). Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data
1. Instrumen Pembelajaran
a. Rubrik Observasi
Butir
No Aspek Indikator Kendali
Observasi
39
a. Siswa mengajukan
Oral activities:
pertanyaan kepada guru
2 Mengajukan 2
terkait dengan materi
pertanyaan
apabila kurang jelas.
a. Siswa memperhatikan
informasi yang
disampaikan oleh guru
dengan menyimak dan
Listening
merespon guru.
activities:
b. Siswa memperhatikan
3 Mendengarkan 3
siswa lain yang sedang
atau
bertanya atau
memperhatikan
menyampaikan gagasan
atau pendapatnya
dengan memberikan
masukan.
a. Menulis informasi
penting dari materi yang
dibahas.
40
Membuat peta disampaikan.
diagram
Mental
Siswa menjawab pertanyaan
6 activities 6
dari teman yang lain
(menjawab)
Activities: mengajar
7 Bersemangaat menyenangkan. 7
dan merasa b. Siswa tertarik mengikuti
senang. pembelajaran dilihat
dari respon para siswa
terhadap guru saat
proses pembelajaran
berlangsung
b. Dokumentasi
c. Catatan Lapangan
41
3.6 Teknik Analisi Data
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan reduksi
data yaitu merangkum, memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan
menghapus data-data yang tidak terpola dari hasil observasi. Setelah data
dianalisis kemudian diambil kesimpulannya. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Baik 70 % - 84 %
Cukup 60 % - 69 %
42
f = skor total yang diperoleh siswa
N = skor maksimal
43
DAFTAR PUSTAKA
44
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Usaha dan Energi. Jurnal
Pendidikan.
45