Anda di halaman 1dari 53

PROPOSAL PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA


MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SD SARASWATI 1 DENPASAR

Komang Chindya Permatasari S


(2011031041)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS DHARMA ACARYA

UNIVERSITAS HINDU NEGERI

I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2023
UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V
SD SARASWATI 1 DENPASAR

Komang Chindya Permatasari S


(2011031041)

PROPOSAL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS DHARMA ACARYA

UNIVERSITAS HINDU NEGERI

I GUSTI BAGUS SUGRIWA DENPASAR

2023

ii
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji syukur penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi


Wasa, karena berkat Asung Kerta Wara Nugraha-Nya lah, saya selaku
penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang berjudul “Upaya
Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model Pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam Pembelajaran Matematika
Kelas V SD Saraswati 1 Denpasar” dengan baik dan tepat pada waktunya.

Walaupun sebenarnya penulis berharap isi dari proposal ini alpa


dari kekurangan. Namun penulis meyakini, tidak ada yang sempurna di
dunia ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang
membangun agar makalah ini bisa menjadi lebih baik lagi. Akhir kata
penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

Om Santih, Santih, Santih, Om

Denpasar, 17 Juni 2023

Komang Chindya Permatasari Sutrisna

iii
Lembar Persetujuan Pembimbing Akademik

USULAN PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VSD
SARASWATI 1 DENPASAR

Telah Diajukan Oleh


KOMANG CHINDYA PERMATASARI SUTRISNA

NIM: 2011031041

Telah Disetujui Pada Tanggal……………………………

Oleh:

Mengetahui/Mengesahkan Pembimbing Akademik


Ketua Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar

Gusti Ayu Agung Riesa


Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag Mahendradhani, S.Pd.,M.Pd
NIP. NIP.

iv
PROPOSAL

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA MELALUI


PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL
TEACHING AND LEARNING (CTL) DALAM
PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VSD
SARASWATI 1 DENPASAR

Telah Diajukan Oleh


KOMANG CHINDYA PERMATASARI SUTRISNA

NIM: 2011031041

Telah Disetujui Pada Tanggal……………………………

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Ketua Jurusan Pendidikan Guru Dekan Fakultas Dharma Acarya


Sekolah Dasar

Dra. Luh Dewi Pusparini, M.Ag


NIP.

v
PROPOSAL INI TELAH DISETUJUI
PADA TANGGAL............................................

TIM PENGUJI

Mengetahui

Ketua Sekretaris

Nama.................................. Nama................................
NIP............................ NIP..........................

Anggota Anggota

Nama.................................. Nama................................
NIP............................ NIP..........................

Ketua Jurusan Dekan


Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Dharma Acarya

vi
DAFTAR ISI

SAMPUL ....................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 6
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 6
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7
1.4.1 Manfaat secara Teoritis ............................................................ 7
1.4.2 Manfaat Praktis ........................................................................ 7
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, KAJIAN HASIL
PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN .... 9
2.1 Kajian Teori ..................................................................................... 9
2.1.1 Model Contextual Teaching and Learning (CTL) .................... 9
2.1.2 Belajar dan Keaktifan Siswa .................................................. 16
2.2 Kerangka Berpikir ......................................................................... 25
2.3 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan........................................... 27
2.4 Hipotesis Tindakan ........................................................................ 29
BAB III METODE PENELITIAN ........................................................... 31
3.1 Rancangan Penelitian .................................................................... 31
3.1.1 Siklus I ................................................................................... 31

vii
3.1.2 Siklus II .................................................................................. 33
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 35
3.1.1 Tempat penelitian: SD Saraswati 1 Denpasar ........................ 35
3.2.1 Waktu penelitian .................................................................... 35
3.3 Subjek Penelitian ........................................................................... 36
3.4 Kriteria Kesuksesan Penelitian ...................................................... 36
3.5 Teknik Pengumpulan Data ............................................................ 36
3.5.1 Pengumpulan data .................................................................. 36
3.5.2 Instrumen Penelitian .............................................................. 38
3.6 Teknik Analisi Data....................................................................... 41
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 43

vii
i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kegiatan Guru dan Siswa ................................................. 14

Tabel 2.2. Kerangka berpikir ............................................................. 27

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa .................. 38

Tabel 3.6 Kategori Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan II ............ 41

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan adalah suatu proses pembelajaran kepada peserta didik
agar memiliki pemahaman terhadap sesuatu dan membuatnya menjadi
seorang manusia yang kritis dalam berpikir. Menurut Ki Hajar Dewantara,
pengertian pendidikan adalah proses menuntun segala kekuatan kodrat yang
ada pada anak-anak peserta didik, agar mereka sebagai manusia dan sebagai
anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya. Secara umum, tujuan pendidikan adalah untuk mencerdaskan dan
mengembangkan potensi di dalam diri para peserta didik. Dengan
pertumbuhan kecerdasan dan potensi diri maka setiap anak bisa memiliki
ilmu pengetahuan, kreativitas, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang
baik, mandiri, dan menjadi anggota masyarakat yang bertanggungjawab.
Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang
diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Matematika bukanlah pengetahuan
menyendiri yang dapat sempurna karena matematika itu sendiri, tapi adanya
matematika itu terutama untuk membantu kita ke dalam memahami dan
menguasai ilmu pengetahuan lain dan berinteraksi dengan sesama.
Ruseffendi (1997:73-74) menyatakan “Matematika adalah ilmu deduktif,
bahasa seni, ratunya ilmu, ilmu tentang struktur yang terorganisasikan dan
ilmu tentang pola dan hubungannya”

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta


didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta
kemampuan bekerja sama karena dengan belajar matematika, kita akan
belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif. Sekaligus pada saat yang
sama, kita akan mengamati keberdayaan matematika (power of
m\athematics) dan tentunya menumbuh kembangkan kemampuan learning

2
to learn. Tentunya kemampuan bernalar yang dipunyai anak didik melalui
proses belajar matematika itu akan meningkatkan pula kesiapannya untuk
menjadi lifetime learner atau pembelajar sepanjang hayat. Dengan
matematika ilmu mengalami perkembangan dari kualitatif ke kuantitatif,
sehingga peran matematika sangat penting dalam perkembangan berbagai
ilmu pengetahuan, karena matematika merupakan ilmu deduktif. Untuk
menguasai matematika diperlukan suatu proses belajar. Peristiwa belajar
disertai dengan proses pembelajaran akan lebih terarah dan sistematik
daripada belajar yang hanya semata-mata dari pengalaman dalam kehidupan
sosial masyarakat. Dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah
pembelajaran yang bisa mengkonstruk pengetahuan. Hal ini sejalan dengan
pandangan konstruktivis bahwa belajar matematika merupakan proses di
mana siswa secara aktif mengkunstruk pengetahuan matematika (Sa’dijah,
2005). Dalam pembelajaran matematika, siswa tidak hanya menerima
pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan tersebut dengan berbagai
aktivitas pembelajaran. Sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan dapat
diterapkan dalam kehidupan siswa. Dalam pembelajaran matematika, siswa
tidak hanya menerima pengetahuan tetapi mengkonstruk pengetahuan
tersebut dengan berbagai aktivitas pembelajaran. Sehingga pembelajaran
menjadi bermakna dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SD Saraswati 1


Denpasar, pada saat guru pelajaran matematika mengajarkan materi
koordinat kartesius yaitu dua sumbu yang saling tegak lurus antar satu
dengan yang lain. Kedua sumbu tersebut terletak dalam satu bidang (bidang
xy). Sumbu horizontal (mendatar) diberi nama x, dan sumbu vertikal (tegak)
diberi nama y. Titik potong sumbu X dan Y disebut titik asal. Titik ini
dinyatakan sebagai titik nol. Pada sumbu X dan Y terletak titik yang
berjarak sama. Pada sumbu X dari titik nol ke kanan dan seterusnya
merupakan bilangan positif, sedangkan dari titik nol ke kiri dan seterusnya
merupakan bilangan negatif. Pada sumbu Y, dari titik nol ke atas merupakan

3
bilangan positif, dan dari titik nol ke bawah merupakan bilangan negatif.
Untuk koordinat x disebut (absis) dan koordinat y disebut (ordinat).

Diketahui beberapa permasalahan yang terjadi pada saat kegiatan


pembelajaran antara lain: (1) siswa kurang bekerjasama dengan siswa yang
lain hal ini terlihat saat diberikan tugas kelompok oleh guru siswa kurang
berkomunikasi/bekerjasama dengan siswa yang lain, (2) siswa kurang
mempunyai rasa tanggungjawab hal ini terlihat dari kerapian siswa,
kebersihan kelas dan kurang menaati aturan sekolah (3) siswa kurang
memperhatikan guru saat memberi materi karena siswa sibuk mencari
kesibukan sendiri bahkan tidur saat pelajaran berlangsung, (4) siswa kurang
aktif pada waktu pembelajaran, siswa tidak berani bertanya, cenderung malu
mengemukakan pendapat, kurang memperhatikan penjelasan guru dan
kurang bersemangat saat mengikuti pembelajaran. Dari semua kesulitan
belajar yang paling kurang adalah kekatifan siswa pada waktu
pembelajaran.

Rendahnya keaktifan belajar pada siswa kelas V SD Saraswati 1


Denpasar disebabkan karena beberapa faktor, yakni: faktor dari strategi, dari
siswa, dan dari lingkungan. Faktor penyebab dari strategi diantaranya
kurang tepatnya strategi pembelajaran yang digunakan dalam mengajar.
Menurut Ahmadi (2004:89) pengambilan metode yang digunakan atau
dalam mata pelajaran dapat menjadi penyebab kesulitan belajar (kurangnya
aktifitas). Hal ini dikarenakan guru kurang menguasai materi, lebih-lebih
kurang persiapan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar
dimengerti oleh murid-muridnya. Faktor dari siswa diantaranya siswa
menjadi bosan dan siswa juga cenderung malu atau kurang percaya diri
dalam mengeluarkan ide dan gagasannya.

Menurut Ahmadi (2004:90) metode mengajar yang kurang menarik


dapat menyebabkan siswa menjadi pasif, sehingga anak tidak ada aktifitas.
Siswa menjadi tidak mendengarkan penjelasan dari guru. Siswa cenderung
mencari kesibukan lain bahkan siswa akan tidur di kelas karena bosan.

4
Faktor lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung juga dapat
mempengaruhi keaktifan belajar siswa. Lingkungan belajar meliputi gedung
(ruangan) yang digunakan untuk pembelajaran. Menurut Ahmadi (2004:91)
apabila ruangan yang digunakan dekat keramaian, ruangan gelap, lantai
basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan kurang baik. E. Mulyasa
(2002: 32) mengemukakan bahwa pembelajaran dikatakan berhasil dan
berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%)
peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam
proses pembelajaran. Sejalan dengan hal tersebut, kurikulum yang berlaku
saat ini menuntut pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pembelajaran
lebih menekankan pada proses.

Bertolak dari permasalahan di atas, maka perlu diterapkan suatu


pembelajaran inovatif yang membuat proses pembelajaran menjadi lebih
bermakna. Rosalin (2008:45) mengatakan bahwa bermakna dalam proses
pembelajaran berarti mengasyikkan (tidak sia-sia), tidak membosankan, dan
tidak melelahkan.

Salah satu model pembelajaran yang dapat menciptakan


kebermaknaan dalam proses pembelajaran dan dirasa memberikan peluang
dalam meningkatkan keaktifan siswa pada pembelajaran matematika adalah
model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Menurut
Cahyo (2013:150), Pembelajaran kontekstual (contextual teaching and
learning /CTL) merupakan suatu proses pendidikan yang holistik dan
bertujuan memotivasi siswa untuk memahami makna materi pelajaran yang
dipelajarinya dengan mengaitkan materi tersebut dengan konteks kehidupan
mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial, dan kultural). Dengan kata lain,
CTL adalah pembelajaran yang berhubungan erat dengan pengalaman
sebenarnya.

CTL memiliki tujuh komponen belajar, yaitu 1) kontruktivisme,


komponen ini menuntut siswa untuk menyusun dan membangun
pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan awal dan pengalaman belajar

5
yang bermakna, 2) Inkuiri, komponen ini mengajak siswa untuk melakukan
kegiatan pengamatan terhadap fenomena-fenomena nyata sehingga
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa tidak dari hasil
mengingat seperangkat fakta, tetapi hasil menemukan sendiri, 3) bertanya,
komponen ini mendorong siswa untuk mengetahui sesuatu, mengarahkan
siswa untuk memperoleh informasi dan memberikan kesempatan kepada
siswa untuk berpikir secara kritis, 4) masyarakat belajar, komponen ini
mengisyaratkan bahwa hasil belajar sebaiknya diperoleh dari kerja sama
dengan orang lain, 5) pemodelan, merupakan kegiatan mendemonstrasikan
suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh, belajar atau melakukan sesuatu
sesuai dengan model yang diberikan sehingga siswa dapat terhindar dari
pembelajaran yang bersifat abstrak, 6) refleksi, merupakan kegiatan
perenungan kembali atas pengetahuan yang baru dipelajari, dan 7) penilaian
autentik, merupakan penilaian yang memberikan gambaran tentang
perkembangan pengalaman belajar siswa (Muslich, 2007:44-47). Dengan
demikian, maka ketujuh komponen belajar dalam CTL ini dapat
merangsang siswa untuk belajar aktif, termotivasi, berpikir kritis, percaya
diri, dan melatih siswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.

Berdasarkan permasalahan di atas, diharapkan guru dapat memilih


strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan belajar
matematika pada siswa. Tanpa suatu strategi yang cocok, tepat dan jitu,
tidak mungkin tujuan dapat tercapai (Sanjaya:2010). Strategi yang dapat
meningkatkan siswa lebih aktif bertanya, aktif mengemukakan pendapat dan
memperhatikan pada waktu pembelajaran yaitu melalui penerapan model
pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL). Dalam kaitannya
dengan hal ini, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Upaya Meningkatkan Keaktifan Siswa Melalui Penerapan Model
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) Dalam
Pembelajaran Matematika Kelas V SD Saraswati 1 Denpasar”

6
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

“Apakah keaktifan belajar siswa pada mata pelajaran matematika dapat


ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran Contextual Teaching
and Learning (CTL) pada siswa kelas V SD Saraswati 1 Denpasar?”

Agar rumusan masalah sebagaimana tersebut di atas lebih rinci dan fokus
pada dua aspek utama yang dikaji dalam penelitian ini, yaitu aspek proses
dan keaktifan siswa, maka diuraikan sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana proses penerapan model pembelajaran Contextual


Teaching and Learning (CTL) dalam upaya meningkatkan keaktifan
siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas V SD SD
Saraswati 1 Denpasar?
1.2.2 Apakah penerapan model pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL) dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada
kelas V SD Saraswati 1 Denpasar?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Tujuan Umum


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam
pembelajaran matematika melalui penerapan model pembelajaran
Contextual Teaching and Learning (CTL). Sehingga melalui
penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dalam
pembelajaran matematika agar siswa ikut serta dan aktif saat
pembelajaran berlangsung.

7
1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus tujuan penelitian ini mengacu pada rumusan masalah
yang telah ditetapkan, sehingga tidak terjadi kesimpangsiuran dalam
mengumpulkan data maupun dalam menarik kesimpulan. Adapun
tujuan khususnya adalah sebagai berikut:
1. Penerapan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL)
pada siswa kelas V SD Saraswati 1 Denpasar.
2. Peningkatan keaktifan dan hasil belajar setelah menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) pada siswa
kelas V SD Saraswati 1 Denpasar.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat secara Teoritis

Model Contextual Teaching and learning dapat digunakan sebagai


salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat digunakan guru
untuk melakukan pembelajaran matematika yang lebih kreatif dan
inovatif khususnya pada materi operasi hitung campuran.

1.4.2 Manfaat Praktis


a. Bagi Peneliti
Sebagai latihan bagi penulis dalam usaha menyatukan serta
menyusun buah pikiran secara tertulis dan sistematis dalam
bentuk karya ilmiah dan sebagai bahan bandingan atau referensi
khususnnya kepada penulus lain yang akan mengkaji masalah.
b. Bagi siswa
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kinerja siswa sehingga
memotivasi siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembelajaran matematika dengan baik.
c. Bagi guru

8
Digunakan guru sebagai acuan dalam menangani dan
merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan siswa sehingga
pada proses pembelajaran guru dapat mengendalikan dan
meminimalisir faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya
kinerja siswa dalam kelas dengan demikian hasil belajar optimal
dapat dicapai.
d. Bagi Sekolah
Sebagai masukan untuk mengatasi masalah pembelajaran dengan
melakukan kontrol terhadap proses belajar mengajar dikelas,
penilaian, metode pembelajaran yang tepat bagi guru, serta
penemuan cara belajar yang tepat bagi siswa sehingga hasil
belajar matematika siswa lebih meningkat.

9
BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, KAJIAN HASIL


PENELITIAN YANG RELEVAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Contextual Teaching and Learning (CTL)


a. Pengertian model Contextual Teaching and Learning (CTL)
Menurut Yamin (2013:178)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses
pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu peserta
didik untuk memahami makna materi ajar dengan
mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari
(konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki
pengetahuan/keterampilan yang dinamis dan fleksibel untuk
mengkontruksi sendiri secara aktif pemahannya. Menurut
Johnson (dalam Suyadi, 2013:81) strategi pembelajaran
contextual teaching and learning (CTL) merupakan strategi
pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan peserta
didik secara penuh untuk dapat menemukan hubungan antara
materi yang dipelajari dengan realitas kehidupan nyata, sehingga
mendorong peserta didik untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Sedangkan menurut Nurhadi (dalam Suryani &Agung,
2012:75), pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and
learning (CTL) adalah konsep pembelajaran yang mendorong
guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan
situasi dunia nyata siswa. Dari berbagai definisi tersebut dapat
disimpulkan, pendekatan kontekstual (contextual teaching and
learning) adalah konsep pembelajaran yang menekankan
keterlibatan seluruh peserta didik untuk memahami isi materi

10
yang diberikan guru dengan mengaitkan materi pembelajaran
kedalam konteks kehidupan nyata yang dialami peserta didik
agar peserta didik dapat dengan mudah memahami isi materi
yang diberikan guru, kemudian akan terwujudnya berbagai
macam pemikiran dan berbagai pemahaman terhadap peserta
didik.
Selanjutnya penerapan kontekstual dalam proses
pembelajaran menekankan pada tiga hal (Suyadi, 2013:82).
Pertama, kontekstual menekankan kepada proses keterlibatan
peserta didik untuk menemukan materi pelajaran. Artinya, proses
belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung.
Menurut Johnson proses belajar dalam konteks kontekstual tidak
mengharapkan agar peserta didik hanya menerima pelajaran,
tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran
tersebut (Suyadi, 2013:82). Kedua, kontekstual mendorong agar
peserta didik dapat menemukan hubungan antara materi yang
dipelajari dengan relaitas kehidupan nyata. Artinya, peserta didik
dituntut dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata. Ketiga, kontekstual
mendorong peserta didik untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari. Artinya kontekstual bukan hanya
mengharapkan peserta didik dapat memahami materi yang
dipelajari, tetapi lebih kepada aktualisasi dan kontekstualisasi
materi pelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
b. Komponen Pembelajaran Kontekstual
Menurut Nurhadi (2002: 10) sebuah kelas dikatakan
menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh
komponen utama contextual teaching and learning berikut, yaitu:
1. Kontruktivisme
Kontruktivisme adalah proses membangun atau menyusun
pengetahuan baru dalam struktur kognitif peserta didik

11
berdasarkan pengalamannya. Dalam pembelajaran
kontekstual penerapan kontruktivisme peserta didik akan
mengalami pengembangan dalam berfikir karena peserta
didik akan mudah menunjukan pemikirannya.
2. Inkuiri
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang dilandasi pada
pencarian dan penemuan melalui berfikir secara sistematis.
Pencarian dan penemuan akan melibatkan peserta didik
untuk menemukan pengetahuan baru. Dalam proses
penemuan peserta didik harus melakukan investigasi, proses
investigasi membawa peserta didik untuk belajar
memperoleh informasi dan memproses informasi.
3. Bertanya (Questioning)
Kegiatan bertanya sangat penting dalam menggali informasi
yang ingin didapat. Bertanya adalah fondasi dari interaksi
belajar mengajar. Dalam pembelajaran kontekstual guru tidak
menyampaikan informasi begitu saja, melainkan guru
memancing peserta didik untuk selalu bertanya dan dapat
menemukan jawabnnya sendiri. Menurut suyadi (2013:85)
dalam pembelajaran yang produktif, kegiatan bertanya dan
menjawab dapat dilakukan dengan cara-cara berikut:
- Menggali informasi, khususnya kemampuan dasar
peserta didik dalam penguasaan materi pelajaran yang
akan maupun yang sedang dibahas.
- Membangkitkan motivasi peserta didik untuk belajar
lebih sunguh-sungguh.
- Merangsang keingintahuan peserta didik terhadap topik-
topik tertentu.
- Memfokuskan peserta didik pada sesuatu yang
diinginkan.

12
- Membimbing peserta didik untuk menemukan atau
menyimpulkan materi pembahasan.
4. Masyarakat Belajar (Learning Community)
Melalui interaksi sosial belajar akan lebih bermakna, belajar
dengan bekerja sama dengan kelompok atau masyarakat baik
secara formal maupun alamiah. Hasil belajar akan diperoleh
dengan saling berkomunikasi dengan teman atau masyarakat.
5. Pemodelan (Modelling)
Pada pembelajaran kontekstual menekankan arti penting
dalam pemodelan, dikarnakan peserta didik akan lebih
mudah memahami materi pelajaran dengan memperagakan
sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru peserta didik.
6. Refleksi (Reflection)
Refleksi ialah proses untuk melihat kembali, mengingat
kembali, dan menganalisis kembali kejadian-kejadian atau
peristiwa pembelajaran yang telah diproses peserta didik.
Melalui proses refleksi tidak menutup kemungkinan peserta
didik akan memperbarui atau menambah pengetahuan
berdasarkan pemikiran yang mereka tanggapi.
7. Penilaian Nyata (Authentic Assessment)
Penilaian nyata adalah upaya yang dilakukan guru dalam
mengumpulkan berbagai informasi dan data tentang
perkembangan belajar yang dilakukan peserta didik.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara kegiatan nyata
yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan
pembelajaran.
c. Tujuan Contextual Teaching Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) juga memiliki
tujuan untuk siswa dalam meningkatkan proses pembelajaran di
kelas. Menurut Elaine B. Johnson (2010:82), tujuan Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah sebagai berikut:

13
1. Pembelajaran bertujuan untuk menambah pengetahuan baru,
pengetahuan baru diperoleh dengan cara deduktif.
2. Mengaitkan pengetahuan yang sudah ada, artinya yang akan
dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah
dipelajari.
3. Melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam memonitor
dan mengembangkan pembelajaran mereka masing-masing.
4. Melatih siswa untuk mempraktikan pengetahuan dan
pengalaman yang diperoleh ke dalam kehidupan sehari-hari.
d. Langkah-langkah atau pola pembelajaran CTL
Menurut Wina Sanjaya (2010: 270) menjelaskan bahwa
untuk mencapai tujuan kompetensi dengan menggunakan CTL
guru melakukan langkah-langkah pembelajaran seperti:
1. Pendahuluan
- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta
manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi
pelajaran yang akan dipelajari.
- Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL yaitu:
siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk
melakukan observasi, melalui observasi siswa ditugaskan
untuk mencatat berbagai hal yang ditemukan di tempat
observasi.
- Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus
dikerjakan oleh setiap siswa
2. Inti
Di lapangan:
- siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian
tugas kelompok.

14
- siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di tempat
mereka observasi sesuai dengan alat observasi yang telah
ditentukan sebelumnya.

Di dalam kelas:

- siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai dengan


kelompoknya masing-masing siswa melaporkan hasil
diskusi.
- setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain.
3. Penutup:
- dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil
observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang harus
dicapai.
- guru menugaskan siswa untuk membuat karangan tentang
pengalaman belajar mereka.

Kegiatan guru Kegiatan siswa


1. Guru memberi salam kepada siswa 1. Siswa menjawab salam dengan
dengan senyum yang senyum yang
bersahabat/komunikatif bersahabat/komunikatif.
2. Sebelum memulai pelajaran, guru 2. Sebelum memulai
mengajak siswa berdoa sesuai pembelajaran siswa berdoa
keyakinan masing-masing(guru menurut agama dan keyakinan
menanamkan karakter religius) masing-masing
3. Guru memeriksa kehadiran siswa. 3. Siswa mendengarkan motivasi
4. Guru memberi motivasi kepada dan menyimak apa yang di
siswa dan menjelaskan kompetensi sampaikan guru.
yang harus dicapai serta manfaat 4. Siswa menyimak dan
dari proses pembelajaran dan mendengarkan kompetensi
pentingnya materi pelajaran yang yang harus dicapai serta

15
akan dipelajari. pentingnya materi pelajaran
5. Guru mengajukan masalah yang akan dipelajari.
kontekstual dengan membaca dan 5. Siswa membaca dan
memahami materi pelajaran yang memahami materi pelajaran
dipelajari dan menjawab yang dipelajari dan bertanya
pertanyaan dari siswa bila ada yang kepada guru bila ada yang
bertanya. belum dipahami.
6. Guru mengorganisasikan siswa ke 6. Siswa mengerjkan LKPD
dalam kelompok belajar (lembar kerja peserta didik)
kooperatifnya dan membagikan dengan teman kelompoknya.
LKPD kepada masingmasing 7. Siswa bertanya kepada guru
kelompok. apabila mengalami kesulitan
7. Selama siswa bekerja guru dalam menyelesaikan LKS.
berkeliling membimbing tiap 8. Siswa berdiskusi dengan teman
kelompok yang mengalami kelompoknya untuk memilih
kesulitan dan menfasilitasi jawaban yang tepat
interaksi siswa didalam 9. Siswa mengirim perwakilan
kelompoknya. kelompoknya untuk maju ke
8. Guru mem-fasilitasi diskusi depan kelas menyampaikan
kelompok dengan memberi jawaban berdasarkan hasil
kesempatan kepada siswa untuk diskusi kelompoknya,
memilih jawaban yang tepat. sedangkan kelompok lain yang
9. Guru meminta beberapa siswa memiliki jawaban berbeda
mewakili kelompoknya untuk maju memberikan tanggapan.
ke depan kelas menyampaikan 10. Siswa menarik kesimpulan dari
jawaban berdasarkan hasil diskusi hasil diskusi di kelas.
kelom-pok, sedangkan kelompok 11. Siswa secara bergantian
lain yang memiliki jawaban mengungkapkan ide-ide
berbeda diminta memberikan penting yang telah dipelajari.
tanggapan. 12. Siswa mencatat PR yang di
10. Guru memberi kesempatan kepada berikan oleh guru.

16
siswa untuk menarik kesimpulan 13. Siswa menjawab salam dari
dari diskusi kelas. guru
11. Guru memberikan penghargaan
berupa umpan balik dan penguatan
kepada siswa yang
mempresentasekan hasilnya dengan
baik.
12. Guru merefleksi kegiatan
pembelajaran dengan menyuruh
siswa secara bergantian
mengungkapkan ide-ide penting
yang telah dipelajari .
13. Guru memberi pekerjaan rumah
(PR) serta menginformasikan
kepada siswa tentang materi yang
akan dipelajari pada pertemuan
berikutnya.
14. Guru menutup pelajaran dengan
mengucapkan salam
Tabel 2.1 Kegiatan Guru dan Siswa

2.1.2 Belajar dan Keaktifan Siswa


a. Belajar
Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam
keperibadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan
dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku
seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan,
pemahaman, keterampilan, daya pikir dan kemampuan-
kemampuan yang lain.

17
Menurut Sardiman (2011: 21) Belajar adalah rangkaian
kegiatan jiwa-raga, psikofisik untuk menuju ke perkembangan
pribadi manusia seutuhnya, yang berarti menyangkut unsur cipta,
rasa, dan karsa, ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Tujuan Belajar Secara Umum Tujuan belajar adalah sejumlah
hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan
tugas belajar, yang umumnya meliputi pengetahuan,keterampilan
dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercapai oleh siswa.
tujuan belajar adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang
diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsungnya proses
belajar.
Menurut Sardiman (2011: 26-28), secara umum ada tiga
tujuan belajar, yaitu:
1. Untuk memperoleh pengetahuan Hasil dari kegiatan belajar
dapat ditandai dengan meningkatnya kemampuan berfikir
seseorang. Jadi, selain memiliki pengetahuan baru, proses
belajar juga akan membuat kemampuan berfikir seseorang
menjadi lebih baik.
2. Menanamkan Konsep dan Keterampilan Keterampilan yang
dimiliki setiap individu adalah melalui proses belajar.
Penanaman konsep membutuhkan keterampilan, baik itu
keterampilan jasmani maupun rohani.
3. Membentuk Sikap Kegiatan belajar juga dapat membentuk
sikap seseorang. Dalam hal ini, pembentukan sikap mental
peserta didik akan sangat berhubungan dengan penanaman
nilai-nilai sehingga menumbuhkan kesadaran di dalam
dirinya.
b. Keaktifan
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk
mengembangkan aktivitas dan kreatifitas peserta didik melalui
berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Keaktifan belajar

18
siswa merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan
proses pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat
fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu
rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2011: 98).
Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktifitas,
baik aktifitas fisik maupun psikis. Aktifitas fisik adalah siswa
giat aktif dengan anggota badan, membuat sesuatu, bermain
maupun bekerja, ia tidak hanya duduk dan mendengarkan,
melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki aktifitas psikis
(kejiwaan) adalah jika daya jiwanya bekerja sebanyak–
banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran.
Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah
untuk mengkonstruksi pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang
mereka hadapi dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesi aktif berarti giat (bekerja, berusaha). Keaktifan
diartikan sebagai hal atau keadaan dimana siswa dapat aktif.
Rousseau dalam (Sardiman, 2011: 95) menyatakan bahwa setiap
orang yang belajar harus aktif sendiri, tanpa ada aktifitas proses
pembelajaran tidak akan terjadi. Segala pengetahuan harus
diperoleh dengan pengamatan sendiri, pengalaman sendiri,
penyelidikan sendiri, dengan bekerja sendiri dengan fasilitas
yang diciptakan sendiri , baik secara rohani maupun teknik.
Dapat disimpulkan bahwa keaktifan siswa dalam belajar
merupakan segala kegiatan yang bersifat fisik maupun non fisik
siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar yang optimal
sehingga dapat menciptakan suasana kelas menjadi kondusif.
1. Indikator Keaktifan
Salah satu penilaian proses pembelajaran adalah melihat
sejauh mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses belajar

19
mengajar. Nana Sudjana (2004: 61) menyatakan keaktifan
siswa dapat dilihat dalam hal:
- turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya
- terlibat dalam pemecahan masalah
- bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak
memahami persoalan yang dihadapinya
- berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah
- melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk
guru
- menilai kemampuan dirinya dan hasil– hasil yang
diperolehnya
- melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang
sejenis
- kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang
diperoleh dalam menyelesaikan tugas atau persoalan
yang dihadapinya.
2. Klasifikasi Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di
sekolah. Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan
mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah – sekolah
tradisonal. Jenis – jenis aktivitas siswa dalam belajar adalah
sebagai berikut (Sardiman, 2011: 101):
a) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya
membaca, memperhatikan gambar demonstrasi,
percobaan, pekerjaan orang lain.
b) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan,
bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat,
mengadakan wawancara, diskusi.
c) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan:
percakapan, diskusi , musik, pidato.

20
d) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan,
laporan, angket, menyalin.
e) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat
grafik, peta, diagram.
f) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain:
melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.
g) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi,
mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil
keputusan.
h) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa
bosan, gembira, bersemangat, bergairah, tenang.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan keaktifan siswa


dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual
activities), mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya,
keberanian siswa, mendengarkan, memecahkan soal (mental
activities).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keaktifan


Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat
merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya,
peserta didik juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat
memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem
pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan
peserta didik dalam proses pembelajaran.
Keaktifan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Gagne
dan Briggs (dalam Martinis, 2007:84) faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan belajar siswa adalah:
a) Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik,
sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan
pembelajaran.

21
b) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada
peserta didik).
c) Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.
d) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
e) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara
mempelajari.
f) Memunculkan aktifitas, partisipasi peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran.
g) Memberikan umpan balik (feedback).
h) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes
sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan
terukur.
i) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir
pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam


keterlibatan siswa pada saat belajar. Cara meningkatkan
keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali
dan membantu anak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki
penyebabnya dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk
meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran dengan
kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting
untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berfikir
secara aktif dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan


keaktifan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti
menarik atau memberikan motivasi kepada siswa dan keaktifan
juga dapat ditingkatkan, salah satu cara meningkatkan keaktifan
yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang kurang terlibat
dalam proses pembelajaran.

22
d. Materi Pembelajaran
Sistem Persamaan Linear Dua Variabel
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan linear yang
memiliki dua variabel, dengan pangkat masing-masing variabel
adalah satu, bentuk umumnya ax + y = c
Sistem persamaan linear dua variabel adalah suatu sistem
persamaan atau bentuk relasi sama dengan dalam bentuk aljabar
yang memiliki dua variabel dan berpangkat satu dan apabila
digambarkan dalam sebuah grafik maka akan membentuk garis
lurus. Bentuk umumnya:

Keterangan:
a, b = Koefisien
x, y = Variabel,
dan c = Konstanta

Penyelesaian atau himpunan penyelesaian sistem persamaan


linear dua variabel atau disingkat SPLDV dapat dicari dengan
beberapa cara, diantaranya adalah dengan menggunakan:
1. Metode grafik Untuk menyelesaikan spldv menggunakan
grafik, maka langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a) Gambar grafik kedua persamaan dalam satu bidang
koordinat.
b) Perkirakan titik perpotongan kedua grafik.
c) Periksa titik potong kedua grafik dengan
menyubstitusikan nilai x, y ke dalam setiap persamaan.
CONTOH: Tentukan selesaian dari sistem persamaan
linear dua variabel berikut:

23
Langkah 1: Gambar grafik kedua persamaan. Tentukan
terlebih dahulu titik potong garis (x, y) yang dilalui
grafik persamaan pada sistem persamaan dengan
pemisalan x = 0 dan y = 0
 y = 2x + 5
Misal y = 0, maka x = -2,5
Misal x = 0, maka y = 5
x 0 -2,5
y 5 0
(x,y) (0,5) (-2,5,0)

 y = -4x – 1
Misal y = 0, maka x = -0,25
Misal x = 0, maka y = -1
x 0 -0,25
y -1 0
(x,y) (0,-1) (-0,25,0)
 langkah 2: Gambar titik potong kedua grafik

24
 Langkah 3: periksa titik potong dengan menyubstitusi
nilai x dan y.
Persamaan 1 ; y = 2x + 5
3 = 2(-1) + 5
3 = -2 + 5
3 = 3 (benar)
Persamaan 2 ; y = -4x – 1
3 = -4(-1) – 1
3=4–1
3 = 3 (benar)
Jadi selesaian dari sistem persamaan linear dua
variabel adalah (x, y) = (-1, 3)
2. Metode subtitusi
Dalam metode subtitusi, suatu variabel yang dinyatakan
dalam variabel yang lain dari SPLDV tersebut. Selanjutnya,
variabel ini digunakan untuk menggantikan variabel lain
yang sama dalam persamaan lainnya sehingga diperoleh
persamaan satu variabel. Jadi metode subtitusi adalah cara

25
menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel dengan
mengganti salah satu perubah atau variable.
3. Metode eliminasi
Dalam metode eliminasi, salah satu variabel dieliminasikan
atau dihilangkan untuk mendapatkan nilai variabel yang lain
dalam sistem persamaan linear dua variabel tersebut. Untuk
mengeliminasi suatu variabel, samakan nilai kedua atau
koevisien variabel dengan yang dieliminasikan, kemudian
kedua persamaan dijumlahkan atau dikurangkan.
4. Metode Gabungan/Campuran
Metode gabungan adalah suatu metode yang di gunakan
untuk mencari himpunan penyelesaian SPLDV dengan cara
menggabungkan dua metode sekaligus, yakni metode
eliminasi dan metode subtitusi. Pertama menggunakan
metode eliminasi untuk mencari salah satu nilai variabelnya,
setelah nilai variabel diperoleh, maka nilai variabel tersebut
disubtitusikan ke dalam salah satu persamaan untuk
mendapatkan nilai variabel lainnya.

2.2 Kerangka Berpikir


Salah satu pembelajaran ideal yang digunakan dalam kegiatan
pembelajaran seperti menghadapkan realitas kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan permasalahan matematika. Namun pada kenyataannya
siswa tidak dilatih untuk aktif dan kreatif dalam menghadapi permasalahan
matematis yang ada di kehidupan sehari-hari sehingga mengakibatkan hasil
belajar matematika dan keaktifan siswa di sekolah rendah.

Pernyataan diatas, membuat peneliti tertarik dengan model


pombelajaran kontekstual Pembelajaran kontckstual merupakan konsep
belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata dan dapat mendorong siswa membuat hubungan

26
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan menerapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Secara otomatis pembelajaran akan menjadi aktif,
menyenangkan, dan mudah dipahami oleh siswa. Penerapan pembelajaran
kontekstual diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan
siswa dalam belajar.

Pembelajaran kontekstual juga terkait dengan peran siswa dalam


keikutsertaannya saat pembelajaran. Peran serta siswa saat pembelajaran
dianggap penting karena didalam pembelajaran dibutuhkan siswa yang
mampu aktif pada saat pembelajaran berlangsung.

Selama ini pembelajaran di kelas masih konvensional yang bersifat


monoton yang hanya menggunakan metode ceramah sehingga minat dan
ketertarikan siswa untuk belajar matematika menjadi rendah. Oleh karena
itu menimbulkan kecenderungan siswa mengalami kebosanan dan rasa
jenuh. Hal ini menyebabkan tidak adanya aktivitas dalam kegiatan belajar
secara maksimal. Dari hasil observasi kondisi awal peserta didik seperti
dijelaskan dalam latar belakang diketahui peserta didik pasif, antusiasme
belajar rendah dan guru mendominasi kegiatan pembelajaran. Oleh karena
itu peneliti mencoba menerapkan tindakan berupa penerapan asesmen
kinerja.

Menurut Johnson (dalam Suyadi, 2013:81) strategi pembelajaran


contextual teaching and learning (CTL) merupakan strategi pembelajaran
yang menekankan pada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk
dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan realitas
kehidupan nyata, sehingga mendorong peserta didik untuk menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari.

Melalui penerapan CTL diharapkan dapat memberikan pengalaman


belajar kepada siswa karena telah terbukti dari banyak penelitian-penelitian
lain melalui penerapan contextual teaching and learning dapat
meningkatkan keaktifan belajar siswa dengan signifikan. Hal ini sejalan

27
dengan penelitian Yulistya Dewi dan Rati (2013) skor rata-rata pemahaman
konsep IPA kelompok siswa yang dibelajarkan menggunakan pendekatan
CTL berbantuan penilaian kinerja lebih besar dibandingkan kelompok siswa
yang dibelajarkan model pembelajaran langsung yaitu 49,40>43,08. Melalui
penerapan model pembelajaran CTL siswasiswa tidak merasakan kebosanan
seperti kondisi awal dengan menerapkan pembelajaran konvensional.
Adapun kerangka berpikir penelitian ini tersaji dalam gambar berikut ini:

SISWA KONDISI
AWAL

Siswa kurang aktif dalam


kegiatan pembelajaran dikelas. Tindakan

Penerapan model pembelajaran


contextual teaching learning (CTL)

Kondisi

Keaktifan belajar siswa


meningkat
Tabel 2.2. Kerangka berpikir

2.3 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan


Terdapat beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan, yaitu:

1. Fanny (2017).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran
CTL dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Aktivitas

28
siswa secara klasikal pada siklus I dengan kategori “cukup aktif”
sedangkan pada siklus II dengan kategori “aktif”. Hasil belajar siswa
secara klasikal pada siklus I dengan kategori “baik” dan pada siklus II
pada kategori “baik”
2. Sadono (2004).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
Matematika SMA pokok bahasan Statistik dan Statistika berdasarkan
KBK dengan pendekatan CTL lebih efektif dari segi waktu maupun
ketercapaian kompetensi siswa, bermakna, dan disukai para siswa.
Dari hasil belajar yang diperoleh menunjukkan adanya peningkatan
antar siklus untuk aspek kognitif sebesar 3,29% dan aspek afektif
sebesar 2,22% untuk kriteria A (baik) yang disertai penurunan sebesar
2,22% untuk kriteria B (cukup). Sedangkan pada aspek psikomotorik,
terjadi penurunan sebesar 2,23% untuk kriteria A (baik) dengan
disertai kenaikan sebesar 2,23% untuk kriteria B (cukup). Selain itu,
khusus aspek kognitif, dibandingkan tahuntahun sebelumnya
menunjukkan kenaikan rata-rata nilai sebesar 14,73 dibandingkan
tahun pelajaran 2002/2003 dan sebesar 10,68 dibandingkan tahun
pelajaran 2003/2004. Pada pembelajaran ini siswa sangat berminat,
sifat individual dan sosial seimbang, kreativitas siswa tersalurkan
dengan baik, guru dan siswa sama-sama aktif dan kreatif, dan lebih
bermakna. Respons siswa sangat positif dan mengharapkan
digunakannya model ini untuk kegiatan pembelajaran selanjutnya.
3. Rahmawati (2009).
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar
kelas eksperimen sebesar 57% dan kelas kontrol sebesar 45%.
Berdasarkan indikator yang telah ditetapkan, hal ini menunjukkan
kelas eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan hasil belajar
dibandingkan kelas kontrol. Hal ini didukung dengan hasil perhitungan
uji-t yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan.
4. Farida (2009).

29
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa rata-rata posttest kelas
eksperimen adalah sebesar 75,12 dan kelas kontrol adalah 60,05 serta
hasil uji t diperoleh thit 5,43 dan ttab sebesar 1,91, maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh hasil biologi siswa yang diajar
dengan CTL dengan siswa yang diajar dengan konvensional.

Dari beberapa penelitian diatas memiliki kesamaan dengan


penelitian ini yaitu penggunaan model pembelajaran kontekstual pada
mata pelajaran matematika. Penelitian ini memiliki kekhasan dibandingkan
ketiga penelitian diatas karena dalam penelitian ini mencakup dua variabel
yaitu hasil belajar, dan kemampuan berpikir kritis (aktif, kreatif fan
inovatif) dengan menggunakan model pembelajaran contextual teaching
and learning (CTL) pada mata pelajaran matematika kelas 5 SD Saraswati
1 Denpasar.

Penelitian ini memperkuat penelitian yang relevan, bahwa model


pembelajaran Kontekstual memberikan pengaruh terhadap hasil belajar
dan keaktifan siswa dalam belajar matematika. Peneliti meneliti tentang
peningkatan hasil belajar dan keaktifan siswa belajar matematika kelas V
pada materi sistem persamaan linier dua variable SD Saraswati 1
Denpasar. Unsur kesamaan dalam penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) pada pembelajaran
matematika.

2.4 Hipotesis Tindakan


Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis tindakan
penelitian ini adalah sebagai berikut:

2.4.1 Melalui penerapan model pembelajaran contextual teaching and


learning (CTL), keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika pada siswa kelas V SD Saraswati 1 Denpasar dapat
ditiingkatkan.

30
2.4.2 Penerapan model pembelajaran contextual teaching and learning
(CTL) dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan hasil
belajar dan kemampuan berpikir kritis matematika siswa kelas V
SD Saraswati 1 Denpasar yang ditempuh dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Membangun hubungan yang bermakna (Relating),
b. Melakukan sesuatu yang bermakna (experiencing),
c. Kolaborasi (collaboraring),
d. Berpikir kritis dan kreatif (applaying),
e. Mengembangkan potensi individu (transfering).

31
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian


Pelaksanaan penelitian di desain 2 siklus. Siklus I dan siklus II
merupakan rangkaian kegiatan yang selalu saling berkaitan. Dalam artian
bahwa pelaksanaan siklus II merupakan kelanjutan dan perbaikan dari siklus
I. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan meliputi kegiatan: perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, refleksi. Hasil dari refleksi suatu siklus yang
telah dilakukan digunakan untuk merevisi rencana atau menyusun
perencanaan pada siklus berikutnya.

3.1.1 Siklus I
Siklus I berlangsung selama 4 kali pertemuan, 3 kali
pertemuan digunakan proses belajar mengajar, 1 kali pertemuan
dilaksanakan untuk tes siklus I.

1. Perencanaan

a. Menetapkan topik pembelajaran.

b. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dengan


model CTL. Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan Pengamatan
Perencanaan Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan Pengamatan
Perencanaan DST

c. Menyusun instrumen penelitian. Instrumen penelitian


berfungsi untuk merekam semua data-data yang
dibutuhkan.

d. Menyiapkan alat peraga yang diperlukan untuk mendukung


kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

2. Pelaksanaan

32
Pelaksanaan berupa kegiatan pembelajaran yang telah
disusun dalam perencanaan. Prosesnya mengikuti urutan
kegiatan yang terdapat dalam skenario pembelajaran yang
meliputi:

a) Pendahuluan

 Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta


manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya
materi pelajaran yang akan dipelajari.

 Guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL yaitu:


siswa dibagi dalam beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah siswa, tiap kelompok ditugaskan untuk
melakukan observasi, melalui observasi siswa
ditugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
ditemukan di tempat observasi.

 Guru melakukan tanya jawab sekitar tugas yang harus


dikerjakan oleh setiap siswa.

b) Inti

Di lapangan:

 siswa melakukan observasi sesuai dengan pembagian


tugas kelompok.

 siswa mencatat hal-hal yang mereka temukan di


tempat mereka observasi sesuai dengan alat observasi
yang telah ditentukan sebelumnya.

Di dalam kelas:

 siswa mendiskusikan hasil temuan mereka sesuai


dengan kelompoknya masing-masing.siswa
melaporkan hasil diskusi.

33
 setiap kelompok menjawab setiap pertanyaan yang
diajukan oleh kelompok lain.

c) Penutup:

 dengan bantuan guru, siswa menyimpulkan hasil


observasi sesuai dengan indikator hasil belajar yang
harus dicapai.

 guru menugaskan siswa untuk membuat karangan


tentang pengalaman belajar mereka

3. Observasi

Pengamatan dilakukan terhadap siswa, saat proses


pembelajaran berlangsung dengan menggunakan lembar
observasi aktivitas siswa.

4. Refleksi

Membuat kesimpulan setelah proses belajar-mengajar


berlangsung, mengenai temuan di lapangan antara lain: aktivitas
siswa, hasil tes siswa, dan membuat rencana untuk tindak lanjut
pada siklus berikutnya.

3.1.2 Siklus II
Tahapan pada siklus II sama pada tahapan siklus I yaitu:
perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (action), pengamatan
(observation), dan refleksi (reflection). Dengan melakukan
perbaikan sesuai hasil refleksi pada siklus I.

1. Perencanaan (planing)

Rencana yang dibuat pada prinsipnya sama dengan siklus I,


hanya materinya diganti dengan pembagian dan perkalian

2. Tindakan (acting)

34
a. Guru melakukan apersepsi dengan metode Tanya jawab
tentang pembagian dan perkalian dengan tujuan:

 mengingat kembali konsep penjumlahan

 agar siswa memahami materi dengan tepat

 pencapaian materi tepat waktu yang direncanakan

 memusatkan perhatian pada situasi belajar.

b. Guru memberikan motivasi kepada siswa tentang materi


yang akan diajarkan

c. Proses tranformasi materi

- Guru memperagakan soal cerita yang mengandung


pengerjaan hitung campuran dengan media kartu
mainan.

- Guru membimbing dan mengamati siswa dalam


menyelesaikan soal cerita yang mengandung pembagian
dan perkalian.

- Setelah menyelesaikan soal siswa diminta guru, untuk


menulis hasil kerjanya dipapan tulis. Dengan bimbingan
guru siswa diharapkan dapat menarik kesimpulan dari
materi yang sedang dipelajari.

- Guru memberi tes siklus II

d. Observasi (observing) Tehnik pengumpulan data

 Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran dan


kemampuan siswa dalam menyelesaikan lembar kerja
siswa.

 Observer mengamati dan memberikan penilaian proses


pembelaran dari awal hingga akhir.

35
 Alat pengumpulan data

 Tes siklus I dilaksanakan setelah selesai siklus I untuk


memperoleh data kuantitatif di akhir siklus I

 Instrumen data kuantitatif observasi guru di kelas 3.

e. Refleksi (reflecting)

Pada tahap ini dilakukan analisis data dan


pembahasannya. Kegiatan ini untuk melihat sejauh mana
efektivitas kegiatan belajar dengan menggunakan alat peraga
kartu mainan dengan pendekatan Contextual teaching and
learning pada pokok bahasan soal serta untuk mengetahui
perubahan - perubahan yang terjadi baik pada siswa, suasana
kelas, maupun guru.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat penelitian: SD Saraswati 1 Denpasar


Alasan peneliti memilih SD Saraswati 1 Denpasar sebagai
tempat penelitian tindakan kelas adalah karena peneliti merasa
siswa kelas V di SD tersebut perlu diadakan peningkatan hasil
belajar dan keaktifan pada mata pelajaran Matematika, hal ini
dilihat dari observasi pembelajaran matematika. Selain itu
peneliti juga mendapat rekomendasi dari salah satu guru yang
mengajar matematika kelas V tahun ajaran 2017/2018 untuk
melakukan penelitian di sekolah tersebut untuk menambah
inovasi baru dalam proses belajar mengajar.

3.2.2 Waktu penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2022/2023. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender
pendidikan sekolah dan jadwal pelajaran matematika di sekolah

36
tersebut, karena penelitian kelas memerlukan beberapa siklus
yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di
dalam kelas.

3.3 Subjek Penelitian


Subjek dari penelitian ini adalah siswa kelas V SD Saraswati 1
Denpasar, yang berjumlah 37 siswa. Siswa laki-laki berjumlah 22 siswa dan
siswa perempuan berjumlah 15 siswa.

3.4 Kriteria Kesuksesan Penelitian


Penelitian ini dikatakan berhasil jika keaktifan belajar siswa kelas V
SD Saraswati 1 Denpasar dalam mata pelajaran matematika minimal
termasuk dalam kategori baik yaitu ≥70% dari seluruh jumlah siswa
melakukan semua aspek kegiatan.

Tolak ukur keberhasilan pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini


dapat dilihat dari:

1. Nilai rata - rata kelas minimal 7,5

2. Presentase siswa yang memperoleh skor ≥ 7,5 adalah 75 % dari 22


siswa yang ada.

3. Keaktifan belajar siswa meningkat.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

3.5.1 Pengumpulan data


Untuk memperoleh informasi yang valid dan reliabel dari
pelaksanaan penelitian tindakan ini, maka perlu kelengkapan data.
Kualitas alat pengumpul data dan ketepatan alat analisanya.

37
1. Observasi

Teknik observasi dalam penelitian ini digunakan untuk


mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru
dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
Contextual Teaching and Learning (CTL) maupun sesudah diberi
tindakan Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Adapun instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi
aktivitas siswa dan pedoman observasi aktivitas guru dalam
proses pembelajaran. Observasi pada penelitian ini dilakukan
dengan tujuan untuk mengamati keaktifan belajar siswa dan
pelaksanaan langkah-langkah dalam proses pembelajaran
matematika dengan penerapan asesmen kinerja.

2. Non Tes

Non tes adalah bentuk penilaian yang dapat digunakan untuk


mengukur aspek afektif dan psikomotorik. Tujuan dari penilaian
non tes adalah untuk mengukur siswa saat menyikapi proses
belajar. Selain itu, penilaian ini digunakan sebagai penilaian
tambahan untuk mengukur hasil akhir dari perolehan hasil
belajar. Jadi, penilaian hasil belajar tidak didapat dari tes tulis
saja melainkan juga dari non tes.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan, pemilihan, pengolahan,


dan penyimpanan informasi di bidang pengetahuan. Data yang
dikumpulkan adalah suasana kegiatan pembelajaran dengan
menggunakan kamera foto (dokumentasi yang dimaksud adalah
berupa foto-foto yang diambil pada saat pembelajaran
berlangsung).

38
3.5.2 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono,
2009: 102). Ada dua jenis instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen
pengumpulan data

1. Instrumen Pembelajaran

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan penerapan


pendekatan contextual teaching learning (CTL) sebagai
pedoman pelaksanaan pembelajaran setiap siklus.

b. Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) yang digunakan untuk


memfalisitasi siswa menyelesaikan masalah dengan cara
diskusi bersama teman kelompok.

2. Instrumen Pengumpulan Data

a. Rubrik Observasi

Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa


selama proses pembelajaran matematika dengan penerapan
model pembelajaran CTL. Hasil pengamatan ditulis pada
lembar observasi yang telah tersedia. Berikut ini merupakan
kisi-kisi keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran
matematika.

Butir
No Aspek Indikator Kendali
Observasi

Visual Siswa membaca buku sumber


1 activities: sesuai dengan materi yang akan 1
Membaca dibahas

39
a. Siswa mengajukan
Oral activities:
pertanyaan kepada guru
2 Mengajukan 2
terkait dengan materi
pertanyaan
apabila kurang jelas.

a. Siswa memperhatikan
informasi yang
disampaikan oleh guru
dengan menyimak dan
Listening
merespon guru.
activities:
b. Siswa memperhatikan
3 Mendengarkan 3
siswa lain yang sedang
atau
bertanya atau
memperhatikan
menyampaikan gagasan
atau pendapatnya
dengan memberikan
masukan.

a. Menulis informasi
penting dari materi yang
dibahas.

Writing b. Menuliskan informasi


activities: penting yang
4 4
Menulis atau disampaikan siswa lain
mencatat ke dalam buku catatan.

c. Menulis tugas dan


jawabannya dalam buku
catatan.

Drawing Siswa mampu membuat peta


5 5
activities: diagram mengenai materi yang

40
Membuat peta disampaikan.
diagram

Mental
Siswa menjawab pertanyaan
6 activities 6
dari teman yang lain
(menjawab)

a. Siswa merasa semangat


dan senang dalam
mengikuti pelajaran
karena metode yang

Emotional digunakan guru untuk

Activities: mengajar

7 Bersemangaat menyenangkan. 7
dan merasa b. Siswa tertarik mengikuti
senang. pembelajaran dilihat
dari respon para siswa
terhadap guru saat
proses pembelajaran
berlangsung

Tabel 3.5 Kisi-Kisi Observasi Keaktifan Belajar Siswa

b. Dokumentasi

Dilakukan dengan meneliti bahan dokumentasi yang


ada dan mempunyai relevansi dengan tujuan penelitian.

c. Catatan Lapangan

Catatan lapangan (fields note) merupakan catatan


selama pelaksanaan kegiatan, berisi tentang catatan
keaktifan siswa selama proses pembelajaran matematika
dengan penerapan asesmen kinerja.

41
3.6 Teknik Analisi Data
Sebelum dilakukan analisis data, terlebih dahulu dilakukan reduksi
data yaitu merangkum, memfokuskan data pada hal-hal yang penting dan
menghapus data-data yang tidak terpola dari hasil observasi. Setelah data
dianalisis kemudian diambil kesimpulannya. Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis data hasil observasi aktivitas siswa

Data hasil observasi yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas


siswa dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan tabel distribusi
frekuensi berdasarkan data hasil observasi pada setiap pertemuan yang
kemudian di rataratakan untuk selanjutnya dipersentasekan. Langkah
selanjutnya dengan menentukan kategori dari hasil persentase setiap
indikator dapat dilihat pada tabel berikut.

Kriteria Rentang Jumlah Siswa %

Sangat Baik 85 % - 100 %

Baik 70 % - 84 %

Cukup 60 % - 69 %

Kurang 51% - 59%

Kurang Sekali 0 - 50%

Tabel 3.6 Kategori Keaktifan Belajar Siswa Siklus I dan II

Perhitungan untuk persentase keaktifan siswa menggunakan rumus berikut:


P = F:N x 100% (Sudjana, 2002)
Penjelasan: P= F dibagi N dikali 100%
Keterangan:
P = presentase aktivitas siswa

42
f = skor total yang diperoleh siswa
N = skor maksimal

43
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gd. 2010. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Singaraja:


Undiksha.

Darmawan, D. 2013. Penerapan CTL untuk Meningkatkan Hasil Belajar


Biologi Siswa SMP/MTs Kelas VII Pada Konsep Pencemaran
Lingkkungan. Jurnal pendidikan.

Dewi Yulistya, R & Rati (2013). Pengaruh Pendekatan CTL Berbantuan


Penilain Kinerja Terhadap Pemahaman Konsep IPA Siswa Kelas V
SD Negeri 1 Sangsit. Ejournal. Undiksha.

Fanny, R. (2017). Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui


Model Pembelajaran Contextual Teaching Learning (CTL) pada
Pembelajaran Matematika Kelas IV A SD Negeri 1 Beringin Raya.
Jurnal Pendidikan.

Farida, I. 2009. Pengaruh Pendekatan Kontekstual terhadap Hasil Belajar


pada Konsep Pencemaran Lingkungan Bernuansa Nilai. Jurnal
Pendidikan.

Jamilah, G. M. (2016). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui


Penerapan Pendekatan CTL Pada Mata Pelajaran IPS Di Kelas VI
SD Negeri Tatakan 2 Kecamatan Tapin Selatan. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan.

Johnson, E. B. 2010. Contextual Teaching and Learning: Menjadikan


Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Jakarta:
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

Martinis, Y.2007. Kiat Membelajarkan Siswa, Jakarta: Gaung Persada


Press.

Rahmawati, L. 2009. Efektifitas Pembelajaran dengan Pendekatan


Contextual Teaching and Learning (CTL) dalam Meningkatkan

44
Hasil Belajar Siswa pada Konsep Usaha dan Energi. Jurnal
Pendidikan.

Sadono, K. H. 2004. Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Dengan


Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) Pada Mata
Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Statistik Dan Statistika Di
Sma Muhammadiyah I Yogyakarta. (jurnal penelitian BAPEDA kota
Yogyakarta).

Sardiman, A. M. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta:


Rajawali Press.

Wina, S. 2017. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Kencana.

Yamin, H. M. 2013. Strategi & Metode dalam Model Pembelajaran.


Jakarta: Referensi (GP Press Group).

45

Anda mungkin juga menyukai