Anda di halaman 1dari 43

PEMBENTUKAN SIKAP SPIRITUAL DAN

INTELEKTUAL ANAK MELALUI


PEMBELAJARAN PAI DI SD SWASTA
HIKMAH PEMATANG BANDAR

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

OLEH :

ANJELLI SINAGA
NPM/NIRM : 19.02.0014/019.03.1.1.1.I.0632

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”


PEMATANGSIANTAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas inayah,

taufik dan hidayah Nya sehingga proposal ini dapat penulis selesaikan. Banyak

kendala dan hambatan yang dilalui penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi

dengan segala usaha yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi.

Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu

‘alaihi Wasallam sebagai Nabi pembawa risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan

dipermukaan bumi ini.

Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul “PEMBENTUKAN SPIRITUAL DAN INTELEKTUAL

ANAK MELALUI PEMBELAJARAN PAI DI SD HIKMAH PEMATANG

BANDAR”. Penulis hadirkan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan di Sekolah Tinggi Agama Islam “UISU” Pematang Siantar, sekaligus

dengan harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia

pengajaran secara khusus dan dunia pendidikan secara umum, demi meningkatkan

kecerdasan masyarakat dan bangsa.

Pematang Siantar, Mei 2023

ANJELLI SINAGA
NPM 19.02.0014/NIRM 019.03.1.1.1.I.0632

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah................................................................................................ 7
D. Batasan Masalah.................................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian............................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS............................................................................. 10
A. Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual.................................................... 12
1. Pengertian Sikap Spiritual dan Intelektual....................................................12
2. Pengertian Sikap Intelektual.........................................................................14
B. Pendidikan Agama Islam....................................................................................14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................................................14
2. Landasan dan Tujuan Nilai Pendidikan Agama Islam..................................17
3. Metode Pembentukan Sikap atau Karakter...................................................21
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Spiritual dan
Intelektual...........................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................27
A. Jenis Penelitian...................................................................................................27
B. Lokasi dan Objek Penelitian ..............................................................................27
C. Fokus Penelitian .................................................................................................28
D. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................................28
E. Sumber Penelitian ..............................................................................................29
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................................30

ii
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................30
H. Teknik Analisis Data..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................35

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau

sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia menjadi pribadi yang lebih

baik melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan dan cara mendidik. Ki

Hajar Dewantara mengartikan pendidikan sebagai upaya untuk memajukan budi

pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan

menghidupkan anak yang selaras dengan alam dan masyarakatnya.1

Dalam UU. No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


pasal 3 yaitu mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang
beriman dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.2
Pendidikan dapat membentuk dan mengembangkan berbagai potensi yang

dimiliki seseorang secara optimal, yaitu pembentukan dan pengembangan potensi

individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan

spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan

lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang

1 Amka, Filsafat Pendidikan, (Sidoarjo: Nizamia Learning Center, 2019). hlm. 5


2 Rahmat Hidayat, Abdillah, Ilmu Pendidikan Konsep, Teori Dan Aplikasinya, (Medan: LPPPI, 2019).
hlm. 38

1
2

didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-

Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat

Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum, guru,

metode, pola hubungan guru dan siswa, sarana dan prasarana, lingkungan dan

evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam. Jika berbagai

komponen tersebut satu dan lainnya membentuk suatu sistem yang didasarkan pada

nilai-nilai ajaran Islam, maka sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai

sistem pendidikan Islam.3 Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah merupakan

pendidikan yang berlandaskan al-Qur’an dan hadis yang didalamnya terdapat

berbagai komponen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan

lainnya.

Keberhasilan suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan tidak hanya tergantung pada gedung yang megah, media pembelajaran

yang lengkap, peralatan praktik yang canggih, kurikulum yang baik, serta sarana

pembelajaran lainnya yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada sumber daya

manusia yang mengelola lembaga pendidikan tersebut. 4 Dalam proses pembelajaran

peserta didik dapat menghasilkan perubahan dalam dirinya, baik dalam bidang

pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Adanya perubahan tersebut terlihat dalam

prestasi belajar yang dihasilkan oleh peserta didik berdasarkan evaluasi yang

3 Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Pendidikan Islam (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1995),
hlm 15
4 Saude, Cikka, Hairuddin dan Zaifullah, Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Mengoptimalkan Kinerja Guru, AL Mutsla:(2020), hlm. 22
3

diberikan oleh guru pada setiap jenis kegiatan pembelajaran.

Membentuk dan mengembangkan kecerdasan spiritual serta intelektual

peserta didik melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting

dilakukan oleh guru Pendidikan Agama Islam. Sebagaimana dikemukakan oleh

Stephen R. Covey yang menyatakan bahwa “kecerdasan spiritual adalah pusat paling

mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi

kecerdasan lainnya”.5

Kurikulum 2013 dikembangkan sedemikian rupa agar setiap pendidik

diharapkan mampu mengintegrasikan kompetensi sikap spiritual dan intelektual

dalam setiap pembelajaran, tidak hanya pada pembelajaran agama dan

kewarganegaraan. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberlakuan kurikulum 2013 yaitu

untuk membentuk generasi penerus bangsa yang bermartabat dan berkarakter.

Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu kompetensi sikap

spiritual yang berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan

bertaqwa dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik berakhlak

mulia, mandiri, demokratis dan bertanggung jawab.6

Sikap spiritual merupakan cerminan dari karakter religius. Religius adalah

nilai karakter yang menunjukkan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang

selalu dilakukan berdasarkan nilai-nilai ketuhanan atau ajaran agamanya.

5 Hamdan Rajih, Cerdas Akal Cerdas Hati, Mengasah dan Mengembangkan Kecerdasan Intelektual
(IQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Buah Hati Anda. Cet. II; (Jogjakarta: DIVA Press, 2008). Hlm.72
6 Asfiati, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menuju Revolusi Industri 4.0, (Jakarta:
Kencana, 2020), hlm. 38
4

Menurut William Stern, kemampuan intelektual adalah kesanggupan seseorang untuk

menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut

tujuan yang ingin dicapai. Sikap spiritual dan intelektual ini termasuk kedalam

kategori akhlak. Adapun sikap atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan Akhlak

mirip dengan budi pekerti yang memiliki kedekatan dengan istilah tata krama. Akhlak

atau sikap mengajarkan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan

Tuhan, sekaligus bagaimana seseorang harus berhubungan dengan manusia. Sikap

atau attitude merupakan suatu hal yang bisa dinilai dari seseorang.7

Al-Quran sebagai sumber hukum Islam yang sangat jelas, menjelaskan

tentang pentingnya memiliki akhlak yang baik. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi

Wasallam diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau adalah

suri tauladan bagi manusia. Sebagaimana firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala, di

dalam Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 83 yang berbunyi :

‫ۤا‬
‫َو ِاْذ َاَخ ْذ َنا ِم ْيَثاَق َبِنْٓي ِاْس َر ِء ْيَل اَل َتْعُبُد ْو َن ِااَّل َهّٰللا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنا َّو ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيِن‬

َ‫َو ُقْو ُلْو ا ِللَّناِس ُحْس ًنا َّو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَۗة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِااَّل َقِلْياًل ِّم ْنُك ْم َو َاْنُتْم ُّم ْع ِرُضْو ن‬

Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,”Janganlah

kamu menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat,

anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada

manusia, laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat.” Tetapi kemudian kamu

7 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 55
5

berpaling (mengingkari) kecuali sebagian kecil dari kamu (masih menjadi

pembangkang). (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah : 83)

Dari ayat diatas menunjukkan bahwa begitu pentingnya memiliki akhlak atau

sikap yang baik. Perintah untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya

merupakan cerminan dari sikap spiritual seorang hamba kepada Tuhannya.

Sedangkan berbuat baik dan bertutur kata yang baik kepada sesama adalah cerminan

dari sikap sosial seorang manusia kepada manusia lainnya. Hal ini menunjukkan

pentingnya suatu pendidikan akhlak di sekolah bagi peserta didik agar kelak mereka

dapat bersikap dengan baik di lingkungan masyarakat.

Pendidikan di sekolah dasar merupakan pendidikan yang sangat penting bagi

peserta didik dalam hal pendidikan karakter. Anak SD merupakan anak yang sedang

berkembang dan merupakan masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter

yang baik. Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah (6-12

tahun). Jika mengacu pada tahap perkembangan anak, maka anak usia sekolah dasar

berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa anak-anak tengah (6-9 tahun), dan

masa anak-anak akhir (10- 12 tahun).

Anak usia SD/MI (10-12 tahun) rata-rata berada di kelas IV dan V, pada usia

ini anak sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik tak terkecuali

perkembangan kepribadian, watak emosional, intelektual, budi pekerti dan moralnya

yang bertumbuh pesat. Jika pada masa ini penanaman nilai-nilai karakter ditanamkan

dengan secara sempurna, maka akan menjadi pondasi dasar bagi perkembangan
6

kepribadian anak ketika dewasa kelak. 8 Sikap spiritual dan intelektual siswa dapat

dikembangkan di sekolah melalui aktivitas pembelajaran maupun interaksi antara

guru dengan siswa atau antara siswa dengan teman-temannya. Karena tujuan

pembentukan sikap siswa tidak kalah pentingnya yaitu membentuk dan

mengembangkan sikap agar anak-anak berperilaku sesuai norma-norma yang berlaku

di masyarakat, yang memiliki ciri-ciri afektif sebagai sikap, minat, nilai, moral dan

konsep diri.

Kecerdasan intelektual dan kecerdasan spiritual dipandang masih berdimensi

horizontal-vertikal belaka persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia

sebagai makhluk Tuhan. Sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual

maupun spiritualnya, pada saat-saat teretntu melalui pertimbanganpertimbangan

fungsi afektif, kognitif dan konatifnya akan meyakini dan menerima tanpa keraguan

bahwa di luar dirinya ada kekuatan Maha Agung yang melebihi apapun, termasuk

dirinya.9

Penelitian yang dilakukan oleh Rani Damayanti tentang


“Pengembangan sikap spiritual peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya
Tangerang”, penelitian yang mendeskripsikan pengembangan sikap spiritual
peserta didik kelas 1 SD Dharma Widya Tangerang dengan jenis penelitian
yang digunakan adalah kualitatif deskriptif, serta pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penelitian yang serupa dilakukan
oleh Moh. Miftahus siroyudin, S.Ag., MM, berjudul “Implementasi sikap
spiritual dan sosial pada proses pembelajaran dalam kurikulum 2013” bahwa
dalam kurikulum 2013 terdapat pengembangan dari domain afektif yang
semula hanya berfokus pada sikap sosial, sekarang berkembang dengan

8 Nur Hidayati, Psikologi Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2017), hlm. 7
9 Abdul Wahab H.S. dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan spiritual, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 29-30.
7

adanya sikap spiritual. Pada setiap mata pelajaran pada perumusan KI dan KD
terdapat sikap spiritual dan sikap sosial.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Aning Kusuma Wardani, berjudul
“Sikap spiritual siswa di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Tulung Tahun
2017/2018” yakni mendeskripsikan sikap spiritual siswa dan merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, pengumpulan data melalui triangulasi dan
teknik analisis data dengan analisis interaktif.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan bahwa, SD Swasta

Hikmah Pematang Bandar adalah sekolah Swasta dengan akreditasi B dan memiliki

sarana dan prasarana yang cukup memadai yaitu memiliki ruang belajar yang

nyaman, lapangan yang luas yang bisa digunakan untuk berolahraga serta beribadah

seperti melaksanakan sholat dhuha. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti

dengan Ibu Rahmatillah mengatakan bahwa sikap spiritual dan intelektual siswa di

kelas V sudah cukup baik, beliau terus memaksimalkan pembentukan dan

pengembangan sikap spiritual dan intelektual dengan berbagai cara dan bentuk

strategi agar siswa menjadi pribadi muslim yang dapat mencerminkan keteladanan

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wasallam dalam kehidupan sehari-hari.10

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan diatas, penulis melihat permasalahan dan faktor

penyebabnya yang dapat dirinci masalah tersebut menjadi masalah penelitian

proposal ini antara lain :

1. Masih sedikitnya siswa yang memiliki sikap spiritual dan intelektual yang

sudah diajarkan oleh guru PAI.

10 Juraida, Wawancara, Kerasaan, 7 Maret 2023


8

2. Strategi penanaman nilai-nilai sikap spiritual dan intelektual yang digunakan

masih terlalu monoton sehingga membuat siswa sulit untuk memahami dan

menerapkannya.

3. Masih belum diketahui pasti yang menjadi faktor pendukung dan penghambat

pembentukan sikap spiritual dan intelektual pada siswa.

C. Rumusan Masalah

Berbagai pandangan yang melatar belakangi pentingnya penelitian ini, yang

mengantar peneliti untuk merumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual siswa melalui

Pembelajaran PAI di SD Swasta Hikmah Pematang Bandar Kabupaten

Simalungun?

2. Upaya apa yang dilakukan dalam Membentuk Sikap Spiritual dan Intelektual

Siswa melalui Pembelajaran PAI di SD Swasta Hikmah Pematang Bandar

Kabupaten Simalungun?

3. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan Penghambat

Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual siswa melalui Pembelajaran PAI

di SD Swasta Hikmah Pematang Bandar Kabupaten Simalungun?

D. Batasan Masalah

Untuk menghindari perbedaan persepsi dan mengingat permasalahan yang

terdapat dalam tema di atas sangat luas, maka penulis membatasi sebagai berikut:

1. Adapun masalah yang ingin saya bahas disini lebih terfokus kepada
9

pembentukan sikap spiritual, seperti melaksanakan sholat dhuha berjama’ah,

memimpin do’a sebelum dan sesudah belajar, memberi salam saat bertemu

guru dan menghafal surah-surah pendek di Al-Qur’an serta ayat-ayat penting

yang wajib diketahui maupun hadits shahih lainnya.

2. Sedangkan sikap intelektual yang saya maksud disini seperti, memiliki akhlak

terpuji yang diterapkan dilingkungan sekolah. Contohnya, menerapkan 3S

(Senyum,Salam,Sapa) kepada guru dan siswa lainnya, bersikap sopan santun

kepada semua orang serta patuh dan taat kepada perintah guru.

E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui proses pembentukan sikap spiritual dan intelektual anak

melalui pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Hikmah Pematang Bandar.

2. Mengetahui Upaya yang dilakukan dalam Pembentukan sikap spiritual

dan intelektual anak melalui pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Hikmah

Pematang Bandar.

3. Mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan

Penghambat proses pembentukan sikap spiritual dan intelektual anak

melalui pembelajaran PAI di Sekolah Dasar Hikmah Pematang Bandar.

F. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :


10

1. Bagi siswa, semoga penelitian ini dapat memberikan motivasi dan pengaruh

positif bahwa belajar Pendidikan Agama Islam dapat membentuk sikap

spiritual dan intelektual pada diri mereka sehingga dapat mempraktekkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi sekolah, diharapkan menjadi lembaga yang terus mengembangkan

pembelajaran Pendidikan Agama Islam selanjutnya terutama yang

menyangkut karakter seperti spiritual dan intelektual.

3. Diharapkan dalam hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan

perbendaharaan ilmu keagamaan yang ada.


BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual

1. Pengertian Sikap Spiritual dan Intelektual


Sikap (Attitude) adalah evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang

terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan

tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. 11 Sikap merupakan

perasaan, keyakinan, dan kecenderungan perilaku yang relatif menetap.

Menurut Lapierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi,

atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah

terkondisikan.12 Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah

evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek.

Menurut Muhadjir sikap ditinjau dari unsur-unsur pembentuknya dapat

dibedakan menjadi tiga hal yaitu sikap yang transformatif, transaktif dan

transinternal.13 Sikap yang transformatif merupakan sikap yang lebih bersifat

psikomotorik atau kurang disadari. Sikap yang transaksional merupakan sikap yang

lebih mendasar pada kenyataan obyektif, sedang sikap yang transinternal merupakan

11 Azwar S.2013.Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar


12 Syam, Fadil Munawwar, et al. "Relevansi dan Integrasi Psikologi Religius dengan Konseling Islam
(Motif, Sikap dan Perilaku)." Jurnal Fokus Konseling 9.1 (2023): 39-47.
13 Lukman, Hakim. "Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap dan perilaku siswa
sekolah dasar islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya." Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 10.1
(2012): 67-77.

11
22

sikap yang lebih di pedomani oleh nilai-nilai hidup.14

Sikap dalam hal ini adalah Sikap Spiritual dan Intelektual Anak dalam

Pendidikan Agama Islam.

Sikap spiritual terkait dengan pembentukan peserta didik menjadi orang yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengacu pada KI-1 pada

kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa sikap spiritual merupakan sikap untuk

selalu menerima, menghargai, menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang

dianutnya.

Dapat dijabarkan bahwa sikap spiritual yang tercantum pada kompetensi inti

pada kurikulum 2013 ini dimaksudkan bahwa peserta didik dapat dikatakan memiliki

sikap spiritual apabila misalnya : a) menjalankan ajaran agamanya, b) toleran

terhadap praktik ibadah agama lain, dan c) menjaga kerukunan antar umat beragama.

Spiritual adalah sesuatu yang berhubungan dengan kejiwaan (rohani dan

batin). Kata spiritual berarti sesuatu berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa,

serta berhubungan dengan kepercayaan yang dianut oleh individunya.15

Sikap spiritual adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan

aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya dalam hal ini pula dirinya sebagai

hamba yang mempercayai Tuhannya berusaha agar dapat merealisasikan atau

14 Lukman, Hakim. "Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap dan perilaku siswa
sekolah dasar islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya." Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 10.1
(2012): 67-77.
15 ZALYANA AU, ‘Pemikiran Muhammad Utsman Najati Tentang Motivasi Spiritual Dan Implikasinya
Terhadap Pembentukan Karakter Islami Di Sekolah’ (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2020).
22

mempraktekkan setiap ajaran agamanya atas dasar yang ada dalam batinnya.16

Jadi sikap spiritual adalah kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk

positif atau negatif terhadap semangat membangkitkan jiwa atau sukma yang

merujuk pada semacam kebutuhan manusia untuk menempatkan upaya dirinya dalam

satu kerangka makna dan tujuan yang jelas.

Dimensi spiritual yaitu iman, takwa atau akhlak mulia, dan syukur 17

1. Iman merupakan keyakinan hati. Orang yang memiliki iman sempurna

akan disertai dengan amal perbuatan sebagai konsekuensi dari keimanan

tersebut.

2. Takwa merupakan pengetahuan, amal perbuatan, dan keadaan dimana

perpaduan akal, hati, dan anggota tubuh.

3. Syukur adalah puncak maqam. Hendaknya seseorang beramal sebagai

perwujudan rasa syukur atas nikmat Allah, yakni dengan mengerahkan

semua pemberian Allah kepadanya di jalan yang diridhai dan dicintaiNya,

sesuai dengan apa yang disyariatkan-Nya, dengan menjalankan

perintahNya dan menjauhi larangan-Nya. Semua itu dijalankan dengan

sepenuh hati dan penuh rasa syukur kepada-Nya. Itulah puncak perjalanan

16 Meyla Mufridatur Rohmah, ‘Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Sikap Religius Siswa Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Anjangsana Di Madrasah Aliyah Al-Huda Ngadirejo Kediri’ (IAIN Kediri,
2018).
17 Ach Azizi and Bagus Asharun, ‘Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Sikap
Spiritual Dan Sikap Sosial Di SMA Pawyatan Daha Kediri’ (IAIN Kediri, 2020).
22

dalam agama Allah SWT18

2. Pengertian Sikap Intelektual


Menurut William Stern, kemampuan intelektual adalah kesanggupan

seseorang untuk menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat

berpikir menurut tujuan yang ingin dicapai. 19 Kemampuan intelektual juga merujuk

pada kapabilitas seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara

bermakna dan dapat berinteraksi secara efisien dengan lingkungannya.

IQ dibentuk oleh otak kiri yang mencakup kecerdasan linear, matematika, dan

logis sistematis. Kecerdasan ini menghasilkan pola pikir yang berdasarkan logika,

tepat, akurat, dan dapat dipercaya. Orang dengan kecerdasan ini akan mampu

memiliki analisis yang tajam dan memiliki kemampuan untuk menyusun strategi

bisnis yang baik. Namun, kecerdasan intelektual tidak melibatkan emosi dalam

memproses informasi.

Kecerdasan bisa diukur dengan menggunakan alat psikometri yang biasa

disebut sebagai tes IQ. Terdapat juga suatu pendapat yang mengatakan bahwa IQ

merupakan usia mental yang dimiliki manusia berdasarkan perbandingan usia

kronologis. IQ memberikan kecerdasan dalam berpikir dan bertindak secara logis.

18 Cahyaning Putri Wulandari, ‘Konsep Syukur Dalam Kitab Minhājul ‘Ābidīn Karya Imam Al-Ghazali
Dan Relevansinya Dengan Materi Aqidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah’ (Iain Ponorogo, 2022).
19 Ferra Lumban Gaol, ‘Pengaruh Karakter Budaya Akademik Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Bisnis 2017 Di Universitas Negeri Medan’ (Universitas Negeri
Medan, 2021).
22

Peran pentingnya yang dihasilkan oleh IQ meliputi kemampuan manusia berhitung,

berimajinasi, beranalogi, dan berinovasi.

Kecerdasan seperti ini tidak dapat diamati secara langsung, karena itu perlu

adanya tes IQ. Namun IQ tinggi belum tentu menggambarkan kecerdasan manusia

seluruhnya, karena alat tes kecerdasan IQ hanya mengukur kecerdasan berdasarkan

logika.20

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan

siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan.21

Menurut Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 Bab I pasal 2


menyebutkan Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan
pengetahuan, membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan.22

Sedangkan Zakiyah Daradjat menjelaskan pendidikan agama Islam adalah

suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat

memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan ajarannya yang

20 Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional (Gramedia Pustaka Utama, 2000).


21 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Dan Luar Biasa, tt, hlm.
2
22 Departemen Agama RI, Pedoman Pendidikan Agama Islam Sekolah Umum Dan Luar Biasa, tt, hlm.
2.
22

pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan

hidup.23

Pendidikan agama menyangkut manusia seutuhnya atau bersifat

komprehensif, tidak hanya membekali anak dengan pengertian agama atau

mengembangkan intelek anak saja, tetapi menyangkut keseluruhan pribadi anak,

mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang

menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia

dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri. 24 Jadi pendidikan agama Islam

tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dunia

ini saja tetapi juga mengajarkan bagaimana mempersiapkan kehidupan di akhirat

nanti.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama

Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membina peserta didik agar senantiasa

mengetahui, memahami, meyakini dan mengamalkan ajaran agama Islam dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Landasan dan Tujuan Nilai Pendidikan Agama Islam


a. Landasan Nilai Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam sangat memperhatikan penataan individual dan sosial

yang membawa penganutnya pada pengaplikasian Islam dan ajaran-ajarannya dalam

tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber Islam itu sendiri, yaitu Al-

23 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 130
24 Zakiyyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 124.
22

Qur’an dan As-Sunnah.25 Pandangan hidup yang mendasari seluruh kegiatan

pendidikan agama Islam adalah pandangan hidup pandangan hidup muslim yang

merupakan nilai nilai luhur yang bersifat universal, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah

yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada

dengan pendapat Ahmad. D. Marimba yang menjelaskan bahwa yang menjadi

landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al

Qur'an dan Al-Hadits menjadi fundamen, karena menjadi sumber kekuatan dan

keteguhan tetap berdirinya sebuah pendidikan.

b. Tujuan Nilai Pendidikan Agama Islam

Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan

memerlukan usaha dalam meraih tujuan tersebut. Pengertian tujuan pendidikan

adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses

pendidikan bak pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun

masyarakat dan kehidupan sekitarnya dimana individu hidup.26

Adapun tujuan pendidikan islam ini tidak jauh berbeda yang dikemukakan

para ahli. Menurut Ahmadi, tujuan pendidikan agama islam adalah sejalan pendidikan

hidup manusia dan perannya sebagai makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yaitu

25 Lia Utari, Kurniawan Kurniawan, and Irfan Fathurrahman, ‘Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Membina Akhlak Peserta Didik Autis’, JOEY (Journal of Education and Instruction), 3.1 (2020), 75–
89.

26 Nurdiansyah Nurdiansyah and Widodo Andiek, ‘Inovasi Teknologi Pembelajaran’ (Nizamia


Learning Center (NLC), 2015).
22

semata-mata hanya beribadah kepada-Nya. Yusuf Amir Faisal, merinci tujuan

pendidikan agama islam sebagai berikut:

a. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah.

b. Membentuk manusia muslim disamping dapat mengerjakan ibadah

mahdhah juga ibadah muamalah, dalam kedudukannya sebagai orang

perorang atau sebagai anggota masyarakat dalam lingkungan tertentu.

c. Membentuk wargaNegara yang bertanggung jawab pada Allah SWT

sebagai pencipta-Nya.

d. Membentuk dan mengembangkan tenaga profesional yang siap dan

terampil atau tenaga setengah terampil untuk memungkinkan memasuki

masyarakat.

e. Mengembangkan tenaga ahli dibidang agama dan ilmu-ilmu islam yang

lainnya27

Berdasarkan penjelasan dan rincian pemaparan diatas, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa tujuan nilai pendidikan Islam: Pertama, menyiapkan dan

membiasakan anak dalam agama islam agar menjadi hamba Allah yang

beriman;Kedua, membentuk anak muslim dengan perawatan, bimbingan, asuhan dan

pendidikan prenatal sehingga dalam dirinya tertanam kuat nilai nilai keislaman yang

sesuai fitrahnya. Ketiga, mengembangkan potensi bakat dan kecerdasan anak

27 Nurul Jempa, ‘Nilai-Nilai Agama Islam’, Jurnal Pedagogik, 1.2 (2018), 101–102.
22

sehingga dapat merealisasikan dirinya sebagai pribadi muslim. Keempat, memperluas

pandangan hidup serta wawasan keilmuan sebagai makhluk individu dan sosial.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat

luas, karena itu di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun

tidak langsung.28 Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah sebagai

berikut: Pertama, perbuatan mendidik itu sendiri. Yang dimaksud perbuatan mendidik

adalah seluruh kegiatan, atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan

sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah lain yaitu sikap atau tindakan

menuntun, membimbing, memberikan pertolongan dari seseorang pendidik kepada

anak didik menuju kepada tujuan pendidikan agama Islam; Kedua, anak didik. Yaitu

pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan

perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada

tujuan pendidikan agama Islam yang kita cita-citakan; Ketiga, dasar dan tujuan

pendidikan agama Islam. Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari

segala kegiatan pendidikan agama Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak

didik menjadi manusia dewasa yang bertaqwa kepada Allah dan kepribadian muslim;

Keempat,pendidik. Yaitu subjek yang melaksanakan pendidikan agama Islam,

pendidik ini mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan. Baik

28 Hesti Yulianti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah, ‘Penerapan Metode Giving Question And
Getting Answer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam’, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6.2 (2018), 197–216.
22

atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan agama Islam;

Kelima, materi pendidikan agama Islam. 29 Yaitu bahan-bahan, pengalaman

pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk dijadikan

atau disampaikan kepada anak didik; Keenam, metode pendidikan agama Islam,

Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan

atau materi pendidikan agama Islam kepada anak didik. Metode disini

mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi tersebut

dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik; Ketujuh, evaluasi

pendidikan. Yaitu memuat cara-cara bagaimana mengadakan evaluasi atau penilaian

terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan agama Islam umumnya tidak

dapat dicapai sekaligus melainkan melalui proses atau tahapan tertentu. Apabila tahap

ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap

berikutnya dan berakhir hingga terbentuknya kepribadian muslim. Dari uraian di atas

dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam itu sangat luas,

sebab meliputi segala aspek yang menyangkut penyelenggaraan pendidikan agama

Islam.

3. Metode Pembentukan Sikap atau Karakter


Dalam bahasa Indonesia metode berarti cara yang telah teratur dan terpikir

untuk mencapai suatu maksud. Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah

29 Tatang Hidayat and Abas Asyafah, ‘Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah’, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 10.1 (2019),
159–81.
22

thariqah yang berarti langkah-langkah strategis yang dipersiapkan untuk melakukan

suatu pekerjaan. Ada beberapa metode dari para ahli yang bisa digunakan oleh guru

untuk membentuk sikap atau karakter yaitu :

a. Metode dogmatis, yaitu untuk mengajarkan nilai kepada peserta didik

dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran yang harus

diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat, kebaikan dan

kebenaran itu sendiri.

b. Metode deduktif, yaitu cara menyajikan nilai-nilai kebenaran dengan jalan

menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar dipahami oleh peserta

didik.

c. Metode induktif, yaitu membelajarkan nilai dimulai dengan mengenalkan

kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian ditarik maknanya

secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang berada dalam kehidupan

tersebut. 30

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa dalam pembentukan sikap

atau karakter peserta didik di sekolah ada tiga metode yang bisa dilakukan yaitu

metode dogmatis, metode deduktif dan metode induktif yang dilakukan secara teratur

dalam semua bidang studi khususnya bidang studi pendidikan agama Islam.

Khususnya di SD HIKMAH Pematang Bandar.

30 Muwahidah Nurhasanah and Wibawati Bermi, Metode Pembelajaran PAI (CV. AZKA PUSTAKA,
2022).
22

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Spiritual dan

Intelektual

Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi sikap. menyimpulkan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi,

kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga

pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.31

1. Pengalaman pribadi

Middlebrook mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman yang dimiliki oleh

seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif

terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami

seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang

melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih

lama membekas.32

2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara

lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari

konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.


31 Syamsu Rijal and Suhaedir Bachtiar, ‘Hubungan Antara Sikap, Kemandirian Belajar, Dan Gaya
Belajar Dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa’, Jurnal Bioedukatika, 3.2 (2015), 15–20.

32 Linda Juwita and Ninda Ayu Prabasari, ‘Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri’, Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri, 4.2 (2018), 12–16.
22

3. Pengaruh Kebudayaan

Burrhus Frederic Skinner, seperti yang dikutip Azwar sangat


menekankan pengaruh lingkungan (termasuk kebudayaan) dalam membentuk
pribadi seseorang. Kepribadian merupakan pola perilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah penguat (reinforcement) yang kita alami.33

Kebudayaan memberikan corak pengalaman bagi individu dalam suatu

masyarakat. Kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap individu terhadap

berbagai masalah.

4. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai

pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar

pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,

garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari

pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 34 Konsep moral dan

ajaran agama sangat menentukan sistem kepercayaan sehingga tidaklah

mengherankan kalau pada gilirannya kemudian konsep tersebut ikut berperanan

dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal

yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk

memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap

33 Triana Setianingsih and Wiwin Martiningsih, ‘Pengaruh Program Parenting Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini’, Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 1.2 (2014), 129–34.

34 Muhammad Anas Maarif, ‘Internalisasi Nilai Multikultural Dalam Mengembangkan Sikap Toleransi
(Studi Di Di Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Malang)’, Nashruna: Jurnal Pendidikan Islam, 2.1
(2019), 164–89.
22

memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan

atau lembaga agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.

5. Faktor Emosional

Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai

semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu

frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan

bertahan lama.35

Menurut Bimo Walgito pembentukan dan perubahan sikap akan ditentukan

oleh dua faktor, yaitu:36

1. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi

dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima

atau ditolak.

2. Faktor eksternal yaitu keadaan-keadaan yang ada di luar individu yang

merupakan stimulus untuk membentuk atau mengubah sikap.

Sementara itu Mednick, Higgins dan Kirschenbaum menyebutkan bahwa

pembentukan sikap dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu:

35 Fivien Luthfia Rahmi Wardani and Zahrotul Uyun, ‘“Ngajeni Wong Liyo”; Menghormati Orang
Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa’, Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2.2 (2017).

36 Maureen Cindy Novita Bogar and Erliana Hasan, ‘MANAJEMEN TATA KELOLA KEARSIPAN DATA
KEPRIBADIAN PRAJA DALAM MEWUJUDKAN SIKAP DAN PERILAKU KEPAMONGAN (Studi Pada Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Jatinangor Sumedang Jawa Barat)’, VISIONER: Jurnal Pemerintahan
Daerah Di Indonesia, 11.2 (2019), 165–75.
22

1. Pengaruh sosial, seperti norma dan kebudayaan.

2. Karakter kepribadian individu

3. Informasi yang selama ini diterima individu

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan sikap

dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang berasal dari luar individu dan faktor intrinsik

yang berasal dari dalam individu.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini berbentuk non eksperimen yakni suatu penelitian

yang bersifat analisis dan kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji objek yang diteliti

pendekatan atau teknik itu mengungkapkan fenomena yang berkaitan dengan

permasalahan dan penelitian.37 Dengan kata lain, penelitian untuk melakukan

eksplorasi dan memperkuat prediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar

data yang diperoleh di lapangan.38

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud penelitian kualitatif deskriptif di sini

adalah peneliti mendeskriptifkan secara faktual dan sistematis mengenai

Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual Siswa Melalui Pembelajaran PAI di SD

Hikmah Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

B. Lokasi dan Objek Penelitian


Penelitian ini dilakukan di SDS HIKMAH Pematang Bandar, Kabupaten

Simalungun. SDS HIKMAH adalah singkatan dari Sekolah Dasar Swasta

HIKMAH, sekolah ini berbasis Islam dan sederajat dengan SD (Sekolah Dasar)

lainnya. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena SDS HIKMAH Pematang

37 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 14.
38 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya (Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 14.

23
24

Bandar dapat memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh data dalam

penelitian ini dan waktu penelitian ini akan dilakukan mulai penyusunan proposal

skripsi serta disesuaikan dengan waktu yang ada.

C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah :

1. Pembentukan sikap spiritual dan Intelektual siswa melalui pembelajaran

PAI.

2. Upaya yang Dilakukan untuk keberhasilan dalam membentuk sikap

spiritual dan intelektual siswa.

3. Faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam membentuk sikap

spiritual dan intelektual siswa melalui pembelajaran PAI.

D. Deskripsi Fokus Penelitian


Adapun yang menjadi deskripsi fokus penelitian adalah:

1. Pembentukan sikap spiritual dan Intelektual siswa melalui pembelajaran

PAI.

2. Upaya yang Dilakukan untuk membentuk sikap spiritual dan intelektual

siswa melalui pembelajaran PAI.

a) Metode dogmatis, yaitu untuk mengajarkan nilai kepada peserta

didik dengan jalan menyajikan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran

yang harus diterima apa adanya tanpa mempersoalkan hakikat,

kebaikan dan kebenaran itu sendiri.


25

b) Metode deduktif, yaitu cara menyajikan nilai-nilai kebenaran

dengan jalan menguraikan konsep tentang kebenaran itu agar

dipahami oleh peserta didik.

c) Metode induktif, yaitu membelajarkan nilai dimulai dengan

mengenalkan kasus-kasus dalam kehidupan sehari-hari, kemudian

ditarik maknanya secara hakiki tentang nilai-nilai kebenaran yang

berada dalam kehidupan tersebut.

E. Sumber Penelitian
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek suatu

penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu tentang membentuk sikap ataupun karakter siswa melalui

pembelajaran PAI di SDS Hikmah Pematang Bandar.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang mengenai karakteristik variabel yang

meskipun melekat pada diri, namun diambil/diperoleh dari informan lain

yang bukan guru mata pelajaran PAI untuk menjamin obyektifitas penelitian.

Data sekunder ini juga diperoleh melalui studi dokumenter yang dilakukan di

SDS Hikmah Pematang Bandar Kabupaten Simalungun terutama berkenaan

dengan deskripsi umum sekolah.


26

F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan

secara sistematis dan terstruktur.

1. Pedoman Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati dan

mengadakan komunikasi secara langsung dengan sumber informasi

(informan) tentang kondisi lokasi penelitian, dalam hal ini peneliti

berkomunikasi dengan pendidik dan siswa.

2. Pedoman Wawancara adalah Tanya Jawab atau percakapan dengan para

responden untuk memperoleh data, baik dengan menggunakan daftar

pertanyaan ataupun percakapan bebas yang berhubungan dengan

permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Berikut ini pertanyaan wawancara kepada guru Pendidikan Agama Islam :

a. Menurut Ibu apa pengertian dari sikap spiritual dan intelektual ?

b. Apakah sudah ada diterapkan pembentukan sikap spiritual dan intelektual

tersebut ?

c. Sejauh mana dan bagaimana SD Hikmah Pematang menerapkan sikap

spiritual dan intelektual tersebut ?

d. Bagaimana respon siswa dalam pembelajaran di kelas ?

e. Dari pantauan ibu, apakah penerapan pembentukan sikap spiritual dan

intelektual itu sudah tampak perubahannya pada siswa disini ?


27

f. Metode apakah yang digunakan dalam mewujudkan pembentukan sikap

spiritual dan intelektual siswa ?

g. Apakah sarana dan prasarana yang ada telah mendukung pelaksanaan

pembentukan sikap tersebut ?

h. Apakah efektif digunakan untuk menerapkan pendidikan karakter ?

i. Apakah ada faktor penghambat selama pelaksanaan pembentukan sikap

spiritual dan intelektual tersebut ?

j. Adakah solusi yang telah sekolah lakukan untuk mengatasi kendala

tersebut ?

3. Catatan Dokumentasi adalah data yang berhubungan dengan menghimpun

dan menganalisis melalui dokumen-dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik.

G. Teknik Pengumpulan Data


Data adalah sebuah apa yang telah disimpulkan oleh peneliti dari lapangan

penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan suatu penelitian

yang menggunakan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan dengan pengamatan

secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaan siswa

dalam mengikuti proses pembelajaran maupun diluar dari proses


28

pembelajaran serta mengamati bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh guru

mata pelajaran dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara ini yakni dengan melakukan pencatatan

terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan jenis kesulitan belajar

yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan

melakukan pencatatan terhadap jumlah keseluruhan siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan dikumpulkan melalui gambaran tentang objek yang

diteliti.

3. Wawancara/Interview

Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan memberikan

pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian.

Pertanyaan ini berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa. Disamping

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan

metode interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Sikap

pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,

kesabaran, serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap

isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti.

H. Teknik Analisis Data


Data yang diperoleh melalui observasi, interview wawancara dan dokumentasi

diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.


29

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh responden atau

sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.39

Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang

mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian

dapat dipelajari dan diuji.

Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah

sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-

kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.

Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subjek dari kerangka

berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah pengalaman, pendapat,

perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif menjadi

bernilai bagi peneliti.

Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak

terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya

tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman

untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah sesuai

39 Sugiono, op. cit., h. 169.


30

kebutuhan, situasi muncul selama berlangsungnya penelitian tersebut.

Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah peneliti

mengenai kapan pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar peneliti

mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan bila peneliti ingin

memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan menggali

berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitatif tepat digunakan

dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan oleh topik yang peka bagi

responden, latar belakang demografis (pendidikan, tempat tinggal dan sebagainya)

tertentu, dan hal lain yang menyebabkan pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.40

Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisis data dilakukan

melalui 3 tahapan yaitu:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses

reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan

penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.

2. Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu

bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta

memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan

pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap

dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang


40 Creswell & Simon.s. Jenis Penelitian. (Jakarta: Shofiah,2007) h 15.
31

sistematis.

3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisis data. Pada

bagian ini peneliti menyatakan kesimpulan dari data-data yang telah

diperoleh dari observasi dan interview. Dengan adanya kesimpulan peneliti

akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau

maksimal.41

Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau

informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus mampu

menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, atau ilmu baru yang dapat

digunakan untuk membantu mengatasi masalah.

41 Ibid, h 17.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud dan Habibah Daud, “Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia”

Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada (2018)

Au, Zalyana, ‘Pemikiran Muhammad Utsman Najati Tentang Motivasi Spiritual Dan

Implikasinya Terhadap Pembentukan Karakter Islami Di Sekolah’ (Universitas

Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, 2020)

Azizi, Ach, Dan Bagus Asharun, ‘Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam

Membangun Sikap Spiritual Dan Sikap Sosial Di Sma Pawyatan Daha Kediri’

(Iain Kediri, 2020)

Bogar, Et.Al, "Manajemen Tata Kelola Kearsipan Data Kepribadian Praja Dalam

Mewujudkan Sikap Dan Perilaku Kepamongan" (Studi Pada Institut

Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Jatinangor Sumedang Jawa Barat)’,

Visioner: Jurnal Pemerintahan Daerah Di Indonesia, 11.2 (2019)

Gaol, Ferra Lumban, "Pengaruh Karakter Budaya Akademik Dan Kecerdasan

Intelektual Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa" Pendidikan Bisnis 2017 Di

Universitas Negeri Medan’ (Universitas Negeri Medan, 2021)

Goleman, Daniel, Kecerdasan Emosional (Gramedia Pustaka Utama, 2000)

Hasanah, Muwahidah Nur, Dan Wibawati Bermi, Metode Pembelajaran Pai (Cv.

Azka Pustaka, 2022)

Hidayat, Tatang, Dan Abas Asyafah, "Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya

32
33

Dalam Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah", Al-

Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 10.1 (2019),

Jempa, Nurul, ‘Nilai-Nilai Agama Islam’, Jurnal Pedagogik, 1.2 (2018)

Juwita, Linda, Dan Ninda Ayu Prabasari, Pengetahuan Pemeriksaan Payudara

Sendiri (Sadari) Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri, 4.2 (2018),

Khalifah, Nurlaila Dwi, "Efek Program “Curahan Hati Perempuan” Di Trans Tv

Pada Sikap Ibu Rumah Tangga Dalam Menghadapi Permasalahan Rumah

Tangga", (2016)

Maarif, Muhammad Anas, "Internalisasi Nilai Multikultural Dalam Mengembangkan

Sikap Toleransi (Studi Di Di Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Malang)",

Nashruna: Jurnal Pendidikan Islam, 2.1 (2019)

Nurdiansyah, Nurdiansyah, Dan Widodo Andiek, "Inovasi Teknologi Pembelajaran"

(Nizamia Learning Center (Nlc), 2015)

Putri Wulandari, Cahyaning, "Konsep Syukur Dalam Kitab Minhājul ‘Ābidīn Karya

Imam Al-Ghazali Dan Relevansinya Dengan Materi Aqidah Akhlak Kelas X

Madrasah Aliyah" (Iain Ponorogo, 2022)

Rijal, Syamsu, And Suhaedir Bachtiar, "Hubungan Antara Sikap, Kemandirian

Belajar, Dan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa", Jurnal

Bioedukatika, 3.2 (2015)

Rohmah, Meyla Muridatur, "Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Sikap Religius

Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Anjangsana Di Madrasah

Aliyah Al-Huda Ngadirejo Kediri" (Iain Kediri, 2018)


34

Setijaningsih, Triana Dan Wiwin Martiningsih, "Pengaruh Program Parenting

Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan

Dasar Anak Usia Dini", Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal Of Nurse And

Midwifery), 1.2 (2014)

Utari, Lia,et.al, "Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak

Peserta Didik Autis", Joey (Journal Of Education And Instruction), 3.1 (2020)

Wardani, et.al, “Ngajeni Wong Liyo”; Menghormati Orang Yang Lebih Tua Pada

Remaja Etnis Jawa’, Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2.2 (2017)

Yulianti, Hesti, et.al, "Penerapan Metode Giving Question And Getting Answer

Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam", Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[Sl], 6.2 (2018)


LAMPIRAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
D. Batasan Masalah
E. Tujuan Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORITIS
A. Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual
1. Pengertian Sikap Spiritual dan Intelektual
2. Pengertian Sikap Intelektual
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
2. Landasan dan Tujuan Nilai Pendidikan Agama Islam
3. Metode Pembentukan Sikap atau Karakter
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Spiritual dan
Intelektual
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
B. Lokasi dan Objek Penelitian
C. Fokus Penelitian
D. Deskripsi Fokus Penelitian
E. Sumber Penelitian
F. Instrumen Penelitian
G. Teknik Pengumpulan Data
H. Teknik Analisis Data

35
36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Temuan Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SD HIKMAH Pematang Bandar

2. Visi dan Misi SD HIKMAH Pematang Bandar

3. Letak Geografis SD HIKMAH Pematang Bandar

4. Struktur Organisasi SD HIKMAH Pematang Bandar

5. Keadaan Sarana dan Prasarana SD HIKMAH Pematang Bandar

6. Keadaan Guru dan Pegawai SD HIKMAH Pematang Bandar

7. Keadaan Siswa SD HIKMAH Pematang Bandar

B. Temuan Khusus Penelitian

1. Pendidikan Karakter di SD HIKMAH Pematang Bandar

a. Keteladanan peserta didik


b. Kedisiplinan Peserta didik
c. Pembiasaan peserta didik
d. Menciptakan Suasana yang Kondusif

2..Upaya Penerapan Pendidikan Karakter

3. Faktor-faktor Penghambat

4. Faktor Pendukung

C. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

B. Saran

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai