SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
OLEH :
ANJELLI SINAGA
NPM/NIRM : 19.02.0014/019.03.1.1.1.I.0632
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1
KATA PENGANTAR
taufik dan hidayah Nya sehingga proposal ini dapat penulis selesaikan. Banyak
kendala dan hambatan yang dilalui penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi
dengan segala usaha yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi.
Shalawat dan salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi Wasallam sebagai Nabi pembawa risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan
pengajaran secara khusus dan dunia pendidikan secara umum, demi meningkatkan
ANJELLI SINAGA
NPM 19.02.0014/NIRM 019.03.1.1.1.I.0632
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah.......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah............................................................................................. 7
C. Rumusan Masalah................................................................................................ 7
D. Batasan Masalah.................................................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian................................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian............................................................................................... 9
BAB II LANDASAN TEORITIS............................................................................. 10
A. Pembentukan Sikap Spiritual dan Intelektual.................................................... 12
1. Pengertian Sikap Spiritual dan Intelektual....................................................12
2. Pengertian Sikap Intelektual.........................................................................14
B. Pendidikan Agama Islam....................................................................................14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam............................................................14
2. Landasan dan Tujuan Nilai Pendidikan Agama Islam..................................17
3. Metode Pembentukan Sikap atau Karakter...................................................21
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap Spiritual dan
Intelektual...........................................................................................................22
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................27
A. Jenis Penelitian...................................................................................................27
B. Lokasi dan Objek Penelitian ..............................................................................27
C. Fokus Penelitian .................................................................................................28
D. Deskripsi Fokus Penelitian ................................................................................28
E. Sumber Penelitian ..............................................................................................29
F. Instrumen Penelitian ..........................................................................................30
ii
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................................30
H. Teknik Analisis Data..........................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................35
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia menjadi pribadi yang lebih
baik melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perluasan dan cara mendidik. Ki
pekerti, pikiran serta jasmani anak, agar dapat memajukan kesempurnaan hidup dan
individu yang setinggi-tingginya dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan
spiritual, sesuai dengan tahap perkembangan serta karakteristik lingkungan fisik dan
1
2
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam Al-
Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat
Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum, guru,
metode, pola hubungan guru dan siswa, sarana dan prasarana, lingkungan dan
evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam. Jika berbagai
komponen tersebut satu dan lainnya membentuk suatu sistem yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam, maka sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai
sistem pendidikan Islam.3 Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah merupakan
berbagai komponen yang saling terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya.
diinginkan tidak hanya tergantung pada gedung yang megah, media pembelajaran
yang lengkap, peralatan praktik yang canggih, kurikulum yang baik, serta sarana
pembelajaran lainnya yang dimiliki, melainkan juga tergantung pada sumber daya
peserta didik dapat menghasilkan perubahan dalam dirinya, baik dalam bidang
prestasi belajar yang dihasilkan oleh peserta didik berdasarkan evaluasi yang
3 Ahmad Tafsir, Epistemologi untuk Pendidikan Islam (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati, 1995),
hlm 15
4 Saude, Cikka, Hairuddin dan Zaifullah, Strategi Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam
Mengoptimalkan Kinerja Guru, AL Mutsla:(2020), hlm. 22
3
peserta didik melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sangat penting
Stephen R. Covey yang menyatakan bahwa “kecerdasan spiritual adalah pusat paling
mendasar di antara kecerdasan yang lain, karena dia menjadi sumber bimbingan bagi
kecerdasan lainnya”.5
kewarganegaraan. Hal ini sesuai dengan tujuan pemberlakuan kurikulum 2013 yaitu
Kurikulum 2013 membagi kompetensi sikap menjadi dua yaitu kompetensi sikap
spiritual yang berkaitan dengan pembentukan peserta didik yang beriman dan
bertaqwa dan sikap sosial yang terkait dengan pembentukan peserta didik berakhlak
nilai karakter yang menunjukkan pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang
5 Hamdan Rajih, Cerdas Akal Cerdas Hati, Mengasah dan Mengembangkan Kecerdasan Intelektual
(IQ) dan Kecerdasan Spiritual (SQ) Buah Hati Anda. Cet. II; (Jogjakarta: DIVA Press, 2008). Hlm.72
6 Asfiati, Desain Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Menuju Revolusi Industri 4.0, (Jakarta:
Kencana, 2020), hlm. 38
4
menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat berpikir menurut
tujuan yang ingin dicapai. Sikap spiritual dan intelektual ini termasuk kedalam
kategori akhlak. Adapun sikap atau yang dalam bahasa Arab disebut dengan Akhlak
mirip dengan budi pekerti yang memiliki kedekatan dengan istilah tata krama. Akhlak
atau attitude merupakan suatu hal yang bisa dinilai dari seseorang.7
Wasallam diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak manusia. Beliau adalah
ۤا
َو ِاْذ َاَخ ْذ َنا ِم ْيَثاَق َبِنْٓي ِاْس َر ِء ْيَل اَل َتْعُبُد ْو َن ِااَّل َهّٰللا َو ِباْلَو اِلَد ْيِن ِاْح َس اًنا َّو ِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيِن
ََو ُقْو ُلْو ا ِللَّناِس ُحْس ًنا َّو َاِقْيُم وا الَّص ٰل وَة َو ٰا ُتوا الَّز ٰك وَۗة ُثَّم َتَو َّلْيُتْم ِااَّل َقِلْياًل ِّم ْنُك ْم َو َاْنُتْم ُّم ْع ِرُضْو ن
Artinya: “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,”Janganlah
kamu menyembah selain Allah dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, kerabat,
anak-anak yatim dan orang-orang miskin. Dan bertutur katalah yang baik kepada
7 Sutarjo Adisusilo, Pembelajaran Nilai Karakter, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2013), hlm. 55
5
Dari ayat diatas menunjukkan bahwa begitu pentingnya memiliki akhlak atau
sikap yang baik. Perintah untuk menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya
Sedangkan berbuat baik dan bertutur kata yang baik kepada sesama adalah cerminan
dari sikap sosial seorang manusia kepada manusia lainnya. Hal ini menunjukkan
pentingnya suatu pendidikan akhlak di sekolah bagi peserta didik agar kelak mereka
peserta didik dalam hal pendidikan karakter. Anak SD merupakan anak yang sedang
berkembang dan merupakan masa yang tepat untuk menanamkan nilai-nilai karakter
yang baik. Usia rata-rata anak Indonesia saat masuk sekolah dasar adalah (6-12
tahun). Jika mengacu pada tahap perkembangan anak, maka anak usia sekolah dasar
berada dalam dua masa perkembangan, yaitu masa anak-anak tengah (6-9 tahun), dan
Anak usia SD/MI (10-12 tahun) rata-rata berada di kelas IV dan V, pada usia
ini anak sedang mengalami perkembangan fisik dan motorik tak terkecuali
yang bertumbuh pesat. Jika pada masa ini penanaman nilai-nilai karakter ditanamkan
dengan secara sempurna, maka akan menjadi pondasi dasar bagi perkembangan
6
kepribadian anak ketika dewasa kelak. 8 Sikap spiritual dan intelektual siswa dapat
guru dengan siswa atau antara siswa dengan teman-temannya. Karena tujuan
di masyarakat, yang memiliki ciri-ciri afektif sebagai sikap, minat, nilai, moral dan
konsep diri.
fungsi afektif, kognitif dan konatifnya akan meyakini dan menerima tanpa keraguan
bahwa di luar dirinya ada kekuatan Maha Agung yang melebihi apapun, termasuk
dirinya.9
8 Nur Hidayati, Psikologi Pendidikan, (Malang: Universitas Negeri Malang, 2017), hlm. 7
9 Abdul Wahab H.S. dan Umiarso, Kepemimpinan Pendidikan dan Kecerdasan spiritual, (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 29-30.
7
adanya sikap spiritual. Pada setiap mata pelajaran pada perumusan KI dan KD
terdapat sikap spiritual dan sikap sosial.
Penelitian yang juga dilakukan oleh Aning Kusuma Wardani, berjudul
“Sikap spiritual siswa di SMP Muhammadiyah Darul Arqom Tulung Tahun
2017/2018” yakni mendeskripsikan sikap spiritual siswa dan merupakan
penelitian deskriptif kualitatif, pengumpulan data melalui triangulasi dan
teknik analisis data dengan analisis interaktif.
Berdasarkan hasil observasi awal yang peneliti lakukan bahwa, SD Swasta
Hikmah Pematang Bandar adalah sekolah Swasta dengan akreditasi B dan memiliki
sarana dan prasarana yang cukup memadai yaitu memiliki ruang belajar yang
nyaman, lapangan yang luas yang bisa digunakan untuk berolahraga serta beribadah
seperti melaksanakan sholat dhuha. Menurut hasil wawancara yang dilakukan peneliti
dengan Ibu Rahmatillah mengatakan bahwa sikap spiritual dan intelektual siswa di
pengembangan sikap spiritual dan intelektual dengan berbagai cara dan bentuk
strategi agar siswa menjadi pribadi muslim yang dapat mencerminkan keteladanan
B. Identifikasi Masalah
1. Masih sedikitnya siswa yang memiliki sikap spiritual dan intelektual yang
masih terlalu monoton sehingga membuat siswa sulit untuk memahami dan
menerapkannya.
3. Masih belum diketahui pasti yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
C. Rumusan Masalah
Simalungun?
2. Upaya apa yang dilakukan dalam Membentuk Sikap Spiritual dan Intelektual
Kabupaten Simalungun?
D. Batasan Masalah
terdapat dalam tema di atas sangat luas, maka penulis membatasi sebagai berikut:
1. Adapun masalah yang ingin saya bahas disini lebih terfokus kepada
9
memimpin do’a sebelum dan sesudah belajar, memberi salam saat bertemu
2. Sedangkan sikap intelektual yang saya maksud disini seperti, memiliki akhlak
kepada semua orang serta patuh dan taat kepada perintah guru.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,
Pematang Bandar.
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi siswa, semoga penelitian ini dapat memberikan motivasi dan pengaruh
LANDASAN TEORITIS
terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak maupun perasaan
tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. 11 Sikap merupakan
atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,
atau secara sederhana sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah
terkondisikan.12 Definisi Petty & Cacioppo secara lengkap mengatakan sikap adalah
evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, objek.
dibedakan menjadi tiga hal yaitu sikap yang transformatif, transaktif dan
psikomotorik atau kurang disadari. Sikap yang transaksional merupakan sikap yang
lebih mendasar pada kenyataan obyektif, sedang sikap yang transinternal merupakan
11
22
Sikap dalam hal ini adalah Sikap Spiritual dan Intelektual Anak dalam
Sikap spiritual terkait dengan pembentukan peserta didik menjadi orang yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengacu pada KI-1 pada
kurikulum 2013 yang menyebutkan bahwa sikap spiritual merupakan sikap untuk
dianutnya.
Dapat dijabarkan bahwa sikap spiritual yang tercantum pada kompetensi inti
pada kurikulum 2013 ini dimaksudkan bahwa peserta didik dapat dikatakan memiliki
terhadap praktik ibadah agama lain, dan c) menjaga kerukunan antar umat beragama.
batin). Kata spiritual berarti sesuatu berhubungan dengan Tuhan yang Maha Esa,
Sikap spiritual adalah suatu keadaan diri seseorang dimana setiap melakukan
aktivitasnya selalu berkaitan dengan agamanya dalam hal ini pula dirinya sebagai
14 Lukman, Hakim. "Internalisasi nilai-nilai agama islam dalam pembentukan sikap dan perilaku siswa
sekolah dasar islam terpadu Al-Muttaqin Kota Tasikmalaya." Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim 10.1
(2012): 67-77.
15 ZALYANA AU, ‘Pemikiran Muhammad Utsman Najati Tentang Motivasi Spiritual Dan Implikasinya
Terhadap Pembentukan Karakter Islami Di Sekolah’ (Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau,
2020).
22
mempraktekkan setiap ajaran agamanya atas dasar yang ada dalam batinnya.16
Jadi sikap spiritual adalah kesiapan merespon secara konsisten dalam bentuk
positif atau negatif terhadap semangat membangkitkan jiwa atau sukma yang
merujuk pada semacam kebutuhan manusia untuk menempatkan upaya dirinya dalam
Dimensi spiritual yaitu iman, takwa atau akhlak mulia, dan syukur 17
tersebut.
sepenuh hati dan penuh rasa syukur kepada-Nya. Itulah puncak perjalanan
16 Meyla Mufridatur Rohmah, ‘Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Sikap Religius Siswa Melalui
Kegiatan Ekstrakurikuler Pengajian Anjangsana Di Madrasah Aliyah Al-Huda Ngadirejo Kediri’ (IAIN Kediri,
2018).
17 Ach Azizi and Bagus Asharun, ‘Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membangun Sikap
Spiritual Dan Sikap Sosial Di SMA Pawyatan Daha Kediri’ (IAIN Kediri, 2020).
22
seseorang untuk menyesuaikan diri pada hal-hal baru dengan menggunakan alat-alat
berpikir menurut tujuan yang ingin dicapai. 19 Kemampuan intelektual juga merujuk
pada kapabilitas seseorang untuk dapat bertindak secara terarah, berpikir secara
IQ dibentuk oleh otak kiri yang mencakup kecerdasan linear, matematika, dan
logis sistematis. Kecerdasan ini menghasilkan pola pikir yang berdasarkan logika,
tepat, akurat, dan dapat dipercaya. Orang dengan kecerdasan ini akan mampu
memiliki analisis yang tajam dan memiliki kemampuan untuk menyusun strategi
bisnis yang baik. Namun, kecerdasan intelektual tidak melibatkan emosi dalam
memproses informasi.
disebut sebagai tes IQ. Terdapat juga suatu pendapat yang mengatakan bahwa IQ
18 Cahyaning Putri Wulandari, ‘Konsep Syukur Dalam Kitab Minhājul ‘Ābidīn Karya Imam Al-Ghazali
Dan Relevansinya Dengan Materi Aqidah Akhlak Kelas X Madrasah Aliyah’ (Iain Ponorogo, 2022).
19 Ferra Lumban Gaol, ‘Pengaruh Karakter Budaya Akademik Dan Kecerdasan Intelektual Terhadap
Prestasi Belajar Mahasiswa Pendidikan Bisnis 2017 Di Universitas Negeri Medan’ (Universitas Negeri
Medan, 2021).
22
Kecerdasan seperti ini tidak dapat diamati secara langsung, karena itu perlu
adanya tes IQ. Namun IQ tinggi belum tentu menggambarkan kecerdasan manusia
logika.20
Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan terencana untuk menyiapkan
siswa dalam meyakini, memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam melalui
suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat
memahami ajaran Islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan ajarannya yang
hidup.23
mulai dari latihan amalan sehari-hari yang sesuai dengan ajaran agama, baik yang
menyangkut hubungan manusia dengan tuhan, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan alam, maupun manusia dengan dirinya sendiri. 24 Jadi pendidikan agama Islam
tidak hanya mengajarkan tentang hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di dunia
nanti.
Islam adalah usaha sadar dan terencana untuk membina peserta didik agar senantiasa
kehidupan sehari-hari.
tingkah laku sehari-hari. Karena itu, keberadaan sumber Islam itu sendiri, yaitu Al-
23 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 130
24 Zakiyyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2005), hlm. 124.
22
pendidikan agama Islam adalah pandangan hidup pandangan hidup muslim yang
merupakan nilai nilai luhur yang bersifat universal, yakni Al-Qur’an dan As-Sunnah
yang shahih juga pendapat para sahabat dan ulama sebagai tambahan. Hal ini senada
landasan atau dasar pendidikan diibaratkan sebagai sebuah bangunan sehingga isi Al
Qur'an dan Al-Hadits menjadi fundamen, karena menjadi sumber kekuatan dan
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah kegiatan selesai dan
adalah perubahan yang diharapkan pada subjek didik setelah mengalami proses
pendidikan bak pada tingkah laku individu dan kehidupan pribadinya maupun
Adapun tujuan pendidikan islam ini tidak jauh berbeda yang dikemukakan
para ahli. Menurut Ahmadi, tujuan pendidikan agama islam adalah sejalan pendidikan
hidup manusia dan perannya sebagai makhluk Allah Subhanahu Wa Ta’ala yaitu
25 Lia Utari, Kurniawan Kurniawan, and Irfan Fathurrahman, ‘Peran Guru Pendidikan Agama Islam
Dalam Membina Akhlak Peserta Didik Autis’, JOEY (Journal of Education and Instruction), 3.1 (2020), 75–
89.
sebagai pencipta-Nya.
masyarakat.
lainnya27
membiasakan anak dalam agama islam agar menjadi hamba Allah yang
pendidikan prenatal sehingga dalam dirinya tertanam kuat nilai nilai keislaman yang
27 Nurul Jempa, ‘Nilai-Nilai Agama Islam’, Jurnal Pedagogik, 1.2 (2018), 101–102.
22
pandangan hidup serta wawasan keilmuan sebagai makhluk individu dan sosial.
Pendidikan Agama Islam sebagai ilmu, mempunyai ruang lingkup yang sangat
luas, karena itu di dalamnya banyak pihak yang terlibat, baik secara langsung maupun
tidak langsung.28 Adapun ruang lingkup pendidikan agama Islam adalah sebagai
berikut: Pertama, perbuatan mendidik itu sendiri. Yang dimaksud perbuatan mendidik
adalah seluruh kegiatan, atau perbuatan dari sikap yang dilakukan oleh pendidikan
sewaktu mengasuh anak didik. Atau dengan istilah lain yaitu sikap atau tindakan
anak didik menuju kepada tujuan pendidikan agama Islam; Kedua, anak didik. Yaitu
pihak yang merupakan objek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan
perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan untuk membawa anak didik kepada
tujuan pendidikan agama Islam yang kita cita-citakan; Ketiga, dasar dan tujuan
pendidikan agama Islam. Yaitu landasan yang menjadi fundamen serta sumber dari
segala kegiatan pendidikan agama Islam ini dilakukan. Yaitu ingin membentuk anak
didik menjadi manusia dewasa yang bertaqwa kepada Allah dan kepribadian muslim;
28 Hesti Yulianti, Cecep Darul Iwan, and Saeful Millah, ‘Penerapan Metode Giving Question And
Getting Answer Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam’, Jurnal Penelitian Pendidikan Islam,[SL], 6.2 (2018), 197–216.
22
atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan agama Islam;
pengalaman belajar ilmu agama Islam yang disusun sedemikian rupa untuk dijadikan
atau disampaikan kepada anak didik; Keenam, metode pendidikan agama Islam,
Yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan
atau materi pendidikan agama Islam kepada anak didik. Metode disini
dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik; Ketujuh, evaluasi
terhadap hasil belajar anak didik. Tujuan pendidikan agama Islam umumnya tidak
dapat dicapai sekaligus melainkan melalui proses atau tahapan tertentu. Apabila tahap
ini telah tercapai maka pelaksanaan pendidikan dapat dilanjutkan pada tahap
berikutnya dan berakhir hingga terbentuknya kepribadian muslim. Dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pendidikan agama Islam itu sangat luas,
Islam.
untuk mencapai suatu maksud. Dalam bahasa Arab metode dikenal dengan istilah
29 Tatang Hidayat and Abas Asyafah, ‘Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya Dalam Evaluasi
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Sekolah’, Al-Tadzkiyyah: Jurnal Pendidikan Islam, 10.1 (2019),
159–81.
22
suatu pekerjaan. Ada beberapa metode dari para ahli yang bisa digunakan oleh guru
didik.
tersebut. 30
atau karakter peserta didik di sekolah ada tiga metode yang bisa dilakukan yaitu
metode dogmatis, metode deduktif dan metode induktif yang dilakukan secara teratur
dalam semua bidang studi khususnya bidang studi pendidikan agama Islam.
30 Muwahidah Nurhasanah and Wibawati Bermi, Metode Pembelajaran PAI (CV. AZKA PUSTAKA,
2022).
22
Intelektual
kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga
pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu.31
1. Pengalaman pribadi
seseorang dengan suatu objek psikologis, cenderung akan membentuk sikap negatif
terhadap objek tersebut. Sikap akan lebih mudah terbentuk jika yang dialami
seseorang terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. Situasi yang
melibatkan emosi akan menghasilkan pengalaman yang lebih mendalam dan lebih
lama membekas.32
atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara
lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari
32 Linda Juwita and Ninda Ayu Prabasari, ‘Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri’, Pengetahuan Pemeriksaan Payudara Sendiri (Sadari)
Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri, 4.2 (2018), 12–16.
22
3. Pengaruh Kebudayaan
berbagai masalah.
pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,
garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya. 34 Konsep moral dan
dalam menentukan sikap individu terhadap sesuatu hal. Apabila terdapat sesuatu hal
yang bersifat kontroversial, pada umumnya orang akan mencari informasi lain untuk
memperkuat posisi sikapnya atau mungkin juga orang tersebut tidak mengambil sikap
33 Triana Setianingsih and Wiwin Martiningsih, ‘Pengaruh Program Parenting Terhadap Pengetahuan
Dan Sikap Orang Tua Dalam Pemenuhan Kebutuhan Dasar Anak Usia Dini’, Jurnal Ners Dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 1.2 (2014), 129–34.
34 Muhammad Anas Maarif, ‘Internalisasi Nilai Multikultural Dalam Mengembangkan Sikap Toleransi
(Studi Di Di Pesantren Mahasiswa Universitas Islam Malang)’, Nashruna: Jurnal Pendidikan Islam, 2.1
(2019), 164–89.
22
memihak. Dalam hal seperti itu, ajaran moral yang diperoleh dari lembaga pendidikan
atau lembaga agama seringkali menjadi determinan tunggal yang menentukan sikap.
5. Faktor Emosional
Suatu bentuk sikap terkadang didasari oleh emosi, yang berfungsi sebagai
Sikap demikian dapat merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu
frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan
bertahan lama.35
1. Faktor internal (individu itu sendiri) yaitu cara individu dalam menanggapi
dunia luar dengan selektif sehingga tidak semua yang datang akan diterima
atau ditolak.
35 Fivien Luthfia Rahmi Wardani and Zahrotul Uyun, ‘“Ngajeni Wong Liyo”; Menghormati Orang
Yang Lebih Tua Pada Remaja Etnis Jawa’, Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 2.2 (2017).
36 Maureen Cindy Novita Bogar and Erliana Hasan, ‘MANAJEMEN TATA KELOLA KEARSIPAN DATA
KEPRIBADIAN PRAJA DALAM MEWUJUDKAN SIKAP DAN PERILAKU KEPAMONGAN (Studi Pada Institut
Pemerintahan Dalam Negeri Kampus Jatinangor Sumedang Jawa Barat)’, VISIONER: Jurnal Pemerintahan
Daerah Di Indonesia, 11.2 (2019), 165–75.
22
dipengaruhi oleh faktor ekstrinsik yang berasal dari luar individu dan faktor intrinsik
A. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini berbentuk non eksperimen yakni suatu penelitian
yang bersifat analisis dan kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji objek yang diteliti
eksplorasi dan memperkuat prediksi terhadap suatu gejala yang berlaku atas dasar
HIKMAH, sekolah ini berbasis Islam dan sederajat dengan SD (Sekolah Dasar)
lainnya. Adapun alasan penulis memilih lokasi ini karena SDS HIKMAH Pematang
37 Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 14.
38 Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya (Cet. IV; Jakarta:
Bumi Aksara, 2007), h. 14.
23
24
Bandar dapat memberikan kemudahan bagi penulis dalam memperoleh data dalam
penelitian ini dan waktu penelitian ini akan dilakukan mulai penyusunan proposal
C. Fokus Penelitian
Adapun fokus penelitian ini adalah :
PAI.
PAI.
E. Sumber Penelitian
Sumber data yang diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek suatu
penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu tentang membentuk sikap ataupun karakter siswa melalui
2. Data Sekunder
yang bukan guru mata pelajaran PAI untuk menjamin obyektifitas penelitian.
Data sekunder ini juga diperoleh melalui studi dokumenter yang dilakukan di
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan
tersebut ?
tersebut ?
elektronik.
sebagai berikut :
1. Observasi
secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaan siswa
2. Dokumentasi
diteliti.
3. Wawancara/Interview
pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian.
Pertanyaan ini berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa. Disamping
pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh responden atau
sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data adalah
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang
mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem penelitian
sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh kata-
perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif menjadi
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak
tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman
untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah sesuai
memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan menggali
berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitatif tepat digunakan
dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan oleh topik yang peka bagi
tertentu, dan hal lain yang menyebabkan pendekatan kuantitatif sulit diterapkan.40
Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisis data dilakukan
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses
reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan
bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta
pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap
sistematis.
3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisis data. Pada
akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau
maksimal.41
Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data atau
informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus mampu
41 Ibid, h 17.
DAFTAR PUSTAKA
Au, Zalyana, ‘Pemikiran Muhammad Utsman Najati Tentang Motivasi Spiritual Dan
Azizi, Ach, Dan Bagus Asharun, ‘Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam
Membangun Sikap Spiritual Dan Sikap Sosial Di Sma Pawyatan Daha Kediri’
Bogar, Et.Al, "Manajemen Tata Kelola Kearsipan Data Kepribadian Praja Dalam
Hasanah, Muwahidah Nur, Dan Wibawati Bermi, Metode Pembelajaran Pai (Cv.
Hidayat, Tatang, Dan Abas Asyafah, "Konsep Dasar Evaluasi Dan Implikasinya
32
33
Sendiri (Sadari) Terhadap Sikap Dan Perilaku Pada Remaja Putri, 4.2 (2018),
Tangga", (2016)
Putri Wulandari, Cahyaning, "Konsep Syukur Dalam Kitab Minhājul ‘Ābidīn Karya
Belajar, Dan Gaya Belajar Dengan Hasil Belajar Kognitif Siswa", Jurnal
Rohmah, Meyla Muridatur, "Upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Sikap Religius
Dasar Anak Usia Dini", Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal Of Nurse And
Utari, Lia,et.al, "Peran Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Membina Akhlak
Peserta Didik Autis", Joey (Journal Of Education And Instruction), 3.1 (2020)
Wardani, et.al, “Ngajeni Wong Liyo”; Menghormati Orang Yang Lebih Tua Pada
Yulianti, Hesti, et.al, "Penerapan Metode Giving Question And Getting Answer
35
36
3. Faktor-faktor Penghambat
4. Faktor Pendukung
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA