Anda di halaman 1dari 35

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AL - QUR’AN

HADITS DALAM MENGATASI SISWA YANG


KESULITAN MEMBACA AL - QUR’AN DI
MADRASAH TSANAWIYAH AL - JIHAD
KERASAAN 1 KECAMATAN
PEMATANG BANDAR
KABUPATEN
SIMALUNGUN

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana S.1 Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam

OLEH :

DEVI RAHMADANI SIREGAR


NPM/NIRM : 18.02.0052/018.03.1.1.1.I.0201

PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM “UISU”


PEMATANGSIANTAR
2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan

hidayahnya sehingga proposal ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala dan

hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi dengan

segala usaha yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi, shalawat dan

salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi

pembawa risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.

Dengan izin Allah Subhanahu Wa Ta’ala, penulis dapat menyelesaikan

penelitian yang berjudul ” EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN AL - QUR’AN

HADIST DALAM MENGATASI SISWA YANG KESULITAN MEMBACA

AL-QUR’AN DI MADRASAH TSANAWIYAH SWASTA AL-JIHAD

KERASAAN 1 KECAMATAN PEMATANG BANDAR KABUPATEN

SIMALUNGUN”. Penulis hadirkan sebagai prasyarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan di Sekolah Tinggi “UISU” Pematangsiantar, sekaligus dengan

harapan dapat memberikan kontribusi positif bagi perkembangan dunia pengajaran

secara khusus dan dunia pendidikan secara umum, demi meningkatkan kecerdasan

masyarakat dan bangsa.

Pematangsiantar, Mei 2022

DEVI RAHMADANI SIREGAR

i
18.02.0052/018.03.1.1.1.I.0201
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................i

DAFTAR ISI...............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1

B. Identifikasi Masalah.....................................................................................7

C. Rumusan Masalah........................................................................................7

D. Batasan Masalah..........................................................................................8

E. Tujuan Penelitian.........................................................................................8

F. Manfaat dan Tujuan Penelitian....................................................................9

BAB II LANDASAN TEORITIS............................................................................10

A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits................................................................10

1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits........................................10

2. Metode Pembelajaran Al-Qur’an Hadits.............................................12

3. Karakteristik Pembelajaran Al-Qur’an Hadits....................................16

B. Membaca Al-Qur’an................................................................................ .16

1. Pengertian Al-Qur’an..........................................................................16

2. Metode Membaca Al-Qur’an..............................................................17

BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................23

A. Metode Penelitian.................................................................. ...................23

B. Lokasi dan Objek Penelitian.............................................. .......................24

C. Fokus Penelitian........................................................................................24

ii
D. Deskripsi Fokus Penelitian.......................................................................24

E. Sumber Penelitian......................................................................................26

F. Instrumen Penelitian........................................................................... .......26

G. Teknik Pengumpulan Data..................................................................... ..27

H. Teknik Analisis Data.................................................................................27

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara sederhana pendidikan Islam dapat diartikan sebagai pendidikan yang

didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam al-

Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat

Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum, guru,

metode, pola hubungan guru dan siswa, sarana dan prasarana, lingkungan dan

evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam. Jika berbagai

komponen tersebut satu dan lainnaya membentuk suatu sistem yang didasarkan pada

nilai-nilai ajaran Islam, maka sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai

sistem pendidikan Islam.1 Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah merupakan

pendidikan yang berlandaskan al-Qur’an dan hadis yang di dalammya tedapat

berbagai komponen yang salin terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan

lainnya.

Pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh manusia untuk

mengembangkan potensi manusia lain atau memindahkan nilai-nilai yang

dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai

cara, di antaranya melalui pengajaran yaitu proses pemindahan nilai berupa ilmu

1
Ahmad Tafsir, Epistimologi untuk Pendidikan Islam (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati,
1995), h. 15.

1
pengetahuan dari seorang guru kepada siswa dari generasi ke generasi berikutnya.2

Oleh karena itu, penanaman nilai-nilai berupa ilmu pengetahuan kepada

siswa, diselenggarakan dalam suatu satuan pendidikan, yaitu kelompok layanan

pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan

informal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan.

Intisari pendidikan adalah interaksi antara pendidik dengan siswa yang

dalam pelaksanaannya bisa terjadi di lingkungan keluarga, sekolah, atau di dalam

masyarakat. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga berjalan secara alamiah,

tanparencana sistematis yang dipersiapkan sebelumnya. Orang tua tidak mempunyai

rencana khusus, tertulis, dan formal tentang pendidikan yang akan diberikan kepada

anaknya.

Umumnya mereka hanya memiliki harapan tentang apa yang diinginkan

kepada anaknya. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai orang tua.

Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan konkret dan

bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut

pula sebagai pendidikan informal.

Sebaliknya, pendidikan di lingkungan sekolah lebih terencana dan sistematis.

Guru sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal melalui lembaga pendidikan

guru. Mereka dibekali dengan berbagai kompetensi seperti kompetensi kepribadian,

2
Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia (Cet. I;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 137.

2
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang sangat

diperlukan oleh seorang guru.3 Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru

dalam pengelolaan pembelajaran siswa yang sekurang-kurangnya meliputi:

pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, pemahaman terhadap siswa,

pengembangan kurikulum, perancangan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran

yang mendidik dan dialogis, pemamfaatan teknologi pembelajaran, evaluasi belajar

dan pengembangan siswa untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya.

Kompetensi kepribadian sekurang-kurangnya mencakup: kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berahlak mulia, menjadi

tauladan bagi siswa, dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri

dan mengembangkan diri secaramandiri dan berkelanjutan.

Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat

yang sekurang-kurangnya meliputi kompetensi untuk berkomunikasi lisan dan atau

isyarat, mengusahakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional,

bergaul secara efektif dengan siswa, sesama siswa, tenaga kependidikan, orang

tua/wali siswa dan bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar.

Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pelajaran

secara luas dan mendalam.

3
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesinal dan Ber Etika (Cet, I; Grha Guru, 2009), h.
32.

3
Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan

Dosen tersebut, dapat dipisahkan satu sama lain akan tetapi secara praktis tidak dapat

dipisahkan satu sama lain, karena empat jenis kompetensi tersebut saling menjalin

secara terpadu dalam karakteristik tingkah laku guru.

Di sekolah, guru melaksanakan fungsi sebagai pendidik secara sadar dan

terencana berdasarkan kurikulum yang telah disusun sebelumnya. Dalam lingkungan

masyarakatpun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada yang dilakukan

secara formal seperti kursus atau pelatihan dan ada pula yang tidak formal seperti

ceramah-ceramah, sarasehan, atau pergaulan hidup sehari-hari. Gurunya juga

bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang

menjadi guru hanya karena pengalaman.

Dengan demikian, dibandingkan dengan pendidikan informal dan nonformal,

pendidikan formal memiliki sejumlah kelebihan. Dari segi isi, pendidikan

formalmemiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya berkaitan dengan masalah

pembinaan moral saja, akan tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dari segi

fungsi, pendidikan formal memiliki peran untuk membantu keterbatasan pendidikan

siswa dalam mempersiapkan masa depan mereka. Dari sisi

penyelenggaraan,pendidikan formal memiliki dasar, perencanaan, pelaksanaan, dan

penilaian hasil yang lebih terencana, sistematis dan jelas.

Dalam konteks pendidikan informal, formal dan non formal, pada hakikatnya

masing-masing berkonsentrasi pada upaya pendewasaan dan pembinaan dalam ranah

4
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa/ peserta didik.4

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

disebutkan bahwa pendidikan nasional diselenggarakan melalui jalur pendidikan

formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 5

Dengan demikian, eksistensi pendidikan sangat tinggi apa lagi dengan adanya

madrasah yang merupakan salah satu pendidikan formal yang memadukan antara

pelajaran umum dan pelajaran agama.

Eksistensi Madrasah Tsanawiyah Muallimin, Makassar sebagai bentuk

pendidikan fomal yang menyelenggarakan pendidikan dasar, merupakan jenjang

pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, dipandang penting artinya

dalam Sistem Pendidikan Nasional untuk menciptakan manusia Indonesia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa.

Sementara itu, penyelenggaraan pendidikan di sekolah pada umumnya hanya

ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang

berkemampuan lebih atau yang berkemampuan kurang terabaikan. Dengan demikian

siswa yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak

mendapatkan kesempatan yang memadai untuk berkembang sesuai dengan

4
Waluyo Hadi Purnomo, Belajar Membelajarkan (Cet. II; Yogyakarta: Media pustaka
Kencana: Alfabeta, 2009), h. 12.

5
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003), h. 5.

5
kapasitasnya.6 Lalu kemudian timbullah kesulitan belajar yang tidak sekedar

menimpah siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa

yang berkemampuan tinggi.

Secara garis besarnya, faktor yang memengaruhi terjadinya proses belajar

tersebut, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor

eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat memengaruhi

proses pembelajaran.

Adapun Hadist yang menjelaskan tentang keutamaan mempelajari Al- Qur’an

sebagai berikut;

‫َخْيُر ُك ْم َم ْن َتَع َّلَم اْلُقْر ٰا َن َو َع َّلَم ُه‬

Artinya:

Dari Utsman r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang

yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya” H.R. Bukhari, Abu Dawud,

Tirmidzi, Nasai, Ibnu Majah.7

6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 165.
7
Muntakhab Haditsh.72

6
B. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan masalah yang telah disebutkan di atas, maka identifikasi masalah-

masalah sebagai berikut:

1. Metode pembelajaran yang digunakan guru Al-Qur’an Hadits membuat

siswa pasif

2. Kurangnya sarana/sumber belajar pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits

3. Kurang/lemahnya bimbingan belajar siswa pada mata pelajaran AlQur’an

Hadits

4. Kurang tersedianya media pembelajaran pada mata pelajaran Al-Qur’an

Hadits

C. RUMUSAN MASALAH

Berbagai pandangan yang melatar belakangi pentingnya penelitian ini, yang

mengantar peneliti untuk merumuskan masalah, yaitu:

1. Bagaimana Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam mengatasi

kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad

Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun?

2. Upaya apa yang dilakukan dalam mengefektifkan Pembelajaran Al-Qur’an

Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah

Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten

Simalungun?

3. Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan Penghambat

Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi kesulitan

7
membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1

Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun?

D. BATASAN MASALAH

Untuk menghindari perbedaan persepsi dan mengingat permasalahan yang

terdapat dalam tema di atas sangat luas, maka penulis membatasi sebagai berikut:

1. Metode yang digunakan guru Al-Qur’an Hadits dalam proses pembelajaran

2. Media yang digunakan guru Al-Qur’an Hadits dalam membantu

pembelajaran di kelas.

E. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan rumusan masalah penelitian yang telah dikemukakan di atas,

maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah

Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten

Simalungun.

2. Mengetahui Upaya yang dilakukan dalam mengefektifkan Pembelajaran Al-

Qur’an Hadits dalam menagatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di

Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar

Kabupaten Simalungun.

3. Mengetahui Faktor-Faktor apa saja yang menjadi Pendukung dan

Penghambat Efektivitas Pembelajaran Al-Qur’an Hadits dalam menagatasi

kesulitan membaca Al-Qur’an siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad

8
Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

F. MANFAAT DAN TUJUAN PENELITIAN

1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi guru bidang studi Al-

Qur’an Hadits untuk meningkatkan kompetensinya.

2. Bagi pembaca pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan

gambaran tentang bagaimana seharusnya pelaksanaan pembelajaran serta

efektifitas pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1

Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

3. Bagi penulis, sebagai wahana untuk mengetahui secara mendalam tentang

efektifitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad

Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

9
BAB II

LANDASAN TEORITIS

1. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

1. Pengertian Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah kegiatan pembelajaran materi ilmu

Al-Qur’an dan Hadits didalam proses pendidikan. Jadi pembelajaran Al-Qur’an

Hadits memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh dalam kegiatan

pembelajaran materi ilmu Al-Qur’an dan Hadits kepada anak didik.

Al-Qur’an Hadits merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

madrasah tsanawiyah yang merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam di madrasah.

Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan


Agama dan Pendidikan Keagamaan disebutkan, bahwa Pendidikan Agama adalah
pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian dan
keterampilan siswa dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan
sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang dan
jenis pendidikan.8

Peningkatan tersebut dilakukan dengan cara mempelajari, memperdalam serta

memperkaya kajian al-Qur'an dan al-Hadits terutama menyangkut dasar-dasar

keilmuannya sebagai persiapan untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi,


8
Peraturan Pemerintah RI Nomor 55 Tahun 2007 Bab I Pasal 1 tentang Pendidikan Agama
dan Pendidikan Keagamaan. h. 27.

10
serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung

jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi dalam perspektif al-Qur'an dan al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup

bermasyarakat.

Tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di tingkat Madrasah Tsanawiyah

(Sekolah Menengah Pertama) yaitu agar siswa gemar membaca al-Qur’an dan

hadist dengan baik dan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini

kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yang terkandung di

dalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh aspek kehidupannya.

Sehubungan dengan hal tersebut fungsi guru sebagai inisiator (penggagas) ide-ide,

gagasan dan terobosan akan sangat membantu peningkatan kemampuan dan

keprofesionalan guru itu sendiri di satu sisi dan di sisi lain pada gilirannya

diharapkan dapat meningkatkan pula hasil belajar siswanya. Untuk meningkatkan

hasil belajar dimaksud, guru harus menggunakan metode yang efektif dan efisien

supaya hasil yang diharapkan dapat maksimal.

Adapun ruang lingkup pembelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah

Tsanawiyah, yaitu:

1. Membaca dan menulis yang merupakan unsur penerapan ilmu tajwid.

2. Menerjemahkan makna (tafsiran) yang merupakan pemahaman, interpretasi

ayat dan hadist dalam memperkaya khazanah intelektual.9

9
KTSP Madrasah Tsanawiyah Darus Shafaa (Manipi Tahun Pelajaran 2009/2010), h. 19.

11
Oleh karenanya mata pembelajaran Al-Qur’an Hadits menekankan pada

kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an yang baik dan benar, memahami

makna secara tekstual dan kontekstual serta mengamalkan kandungannya dalam

kehidupan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan pada Q.S Al- Baqarah ayat 121 :

‫ٰۤل‬ ‫ٰۤل‬
‫َاَّلِذ ْيَن ٰا َتْيٰن ُهُم اْلِكٰت َب َيْتُلْو َنٗه َح َّق ِتاَل َو ِتٖۗه ُاو ِٕىَك ُيْؤ ِم ُنْو َن ِبٖه ۗ َو َم ْن َّيْكُفْر ِبٖه َفُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰخ ِس ُرْو َن‬

Artinya:

“Orang-orang yang telah Kami beri Kitab, mereka membacanya sebagaimana

mestinya, mereka itulah yang beriman kepadanya. Dan barangsiapa ingkar

kepadanya, mereka itulah orang-orang yang rugi”.10

2. Metode Pembelajaran Qur’an Hadits

Metode pengajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran bermacam-

macam, metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran Al-Qur’an

dan hadits yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode

resitasi, metode diskusi dan metode ceramah.

a. Metode Drill (Latihan)

Penggunaan istilah “latihan” sering disamakan artinya dengan istilah

“ulangan”Padahal maksudnya berbeda, latihan bermaksud agar pengetahuan dan

kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya,

sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah

10
Al-Qur’an dan Terjemahnya

12
menyerap pengajaran tersebut.11

Pengajaran yang diberikan melalui metode Drill dengan baik selalu akan

menghasilkan hal-hal sebagai berikut:

1. Anak didik itu akan dapat mempergunakan daya berfikirnya yang makin lama

makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik

akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini

berarti daya berpikir bertambah.

2. Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut

akan memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru

berkewajiban menyelidiki sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh anak

didik dalam proses belajar-mengajar, salah satu cara ialah mengukur kemajuan

tersebut melalui ulangan (tes) tertulis atau lisan.

b. Metode Kerja Kelompok

Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi -

bagi anak didik dalam kelompok - kelompok untuk memecahkan suatu masalah

atau untuk menyerahkan suatu pekerjaan yang perlu dikerjakan bersama-sama,

maka secara mengajar tersebut dapat dinamakan metode kerja kelompok.

c. Metode Tanya Jawab

Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat

membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini


11
Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, h. 302.

13
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat

mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah di ceramakan.

d. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)

Yang dimaksud denag metode ini adalah suatu cara dalam proses belajar-

mengajar bilamana guru memberi tugas tertentu dan murid mengerjakannya,

kemudian tugas tersebut dipertanggungjawabkan kepada guru. Dengan cara

demikian diharapkan agar murid belajar secara bebas bertanggungjawab dan

murid-murid akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan kemudian

berusaha untuk ikut mengatasi kesulitan-kesulitan itu.

e. Metode Diskusi

Metode ini biasanya erat kaitanya dengan metode lainnya, misalnya metode

ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang

terpenting dalam memecahkan sesuatu masalah (problem solving). Dalam dunia

pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan

merangsang murid-murid berpikir atau mengeluarkan pendapat sendiri.

f. Metode Ceramah

Guru memberikan uraian atau penjelasan kepada sejumlah murid pada

waktu tertentu (waktunya terbatas) dan tempat tertentu pula. Dilaksanakan

dengan bahasa lisan untuk memberikan pengertian terhadap sesuatu masalah.

Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengar serta percaya

bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar

14
ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan

lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.12

Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta

percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip

ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada

penyelidikan lebih lanjut oleh guru yang bersangkutan.

Cara mengajar hadits sama dengan cara mengajar al-Qur’an, hanya saja

hadits tidak dibaca secara berlagu. Hadits biasanya lebih pendek dari ayat-ayat

al-Qur’an. Mengajar hadits dapat menggunakan cara mengajar al-Qur’an, baik

mengenai pengantar, pembahasan, memberi contoh, menyuruh murid membaca,

mendiskusikan, membagi-bagi kepada satuan-satuan pikiran, menjelaskan

sinonim- sinonimnya, menghubungkan maksud hadits dengan persoalan-

persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari-hari dan mengambil kesimpulan

dari maksud hadits. Disamping itu guru juga harus memperhatikan hubungan

pengajaran hadits dengan persoalan- persoalan agama yang ada hubungannya

dengan hadits dengan hadits yang diajarkan dan dengan ayat-ayat al-Qur’an

serta persoalan- persoalan akhlak.

3. Karakteristik Pembelajaran Al-Qur’an Hadits

Karakteristik bidang studi merupakan aspek yang dapat memberikan

12
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. h. 61

15
landasan yang berguna dalam mendiskripsikan strategi pembelajaran.

Karakteristik pembelajaran Al-Qur’an Hadits antara lain:

a. Menekankan pada kemampuan baca tulis yang baik dan benar

b. Memahami makna secara tekstual dan kontekstual

c. Mengamalkan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari.13

B. Membaca Al-Qur’an

1. Pengertian Al-Qur’an

Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci bagi umat islam, selain itu Al-

Qur’an juga adalah sumber hukum utama dalam ajaran agama islam. Menurut

bahasa Al-Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda

(masdar) dari kata kerja qar’a-yaqra’u-qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu

yang dapat di baca berulang-ulang, inilah pengertian al qur’an dalam bahasa

arab, dan Allah memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa

kata bahasa arab tidak dapat dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka

maknanya akan berbeda. Jadi bisa di bilang Al-Qur’an adalah bacaan suci

(membacanya bernilai ibadah dan mendapatkan pahala), tentunya sesuai dengan

tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf (mahroj)

ataupun tajwidnya.

Dan secara istilah Al-Qur’an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu

yang di turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat

13
Http://www.scribd.com/doc/50758146/pembelajaran-alqur’an-hadits

16
Jibril AS dan merupakan penutup kitab suci dari agama samawi (yang di

turunkan dari langit). Al-Qur’an adalah wahyu murni dari Allah SWT, bukan

dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad SAW.

Al-Qur’an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia, sehingga Al-

Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Di

dalam Al-Qur’an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang

yang berian. Al-Qur’an juga memiliki suatu kedudukan yang sangat tinggi bagi

penganut agama islam, sehingga umat islam akan sangat marah apabila ada

orang atau pihak yang mencoba melecehkan Al- Qur’an.

2. Metode Membaca Al-Qur’an

Adapun metode yang biasa dipakai dalam membaca Al-Qur’an, yaitu:

a. Metode Qiraati

Belajar adalah sebagai suatu proses di mana seorang berubah perilakuknya

akibat pengalama. Pengalaman dapat diperoleh melalui proses belajar,

dengan mengamati, melakukan, memikirkan dan merefleksikan. Pengalaman

akan menjadi pengetahuan. Demikian pula dengan pengetahuan Al Qur’an

diperoleh dengan cara yang sama. Membaca Al Qur’an merupakan bagian

dari pengetahuan Al Qur’an, diperoleh dengan cara belajar, sehingga tidak

ada orang yang otomatis bisa, dalam belajar diperlukan waktu, tenaga dan

biaya.14

14
Gagne, Metode Qiraati ( Jakarta:1958) h 35.

17
Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca Al Qur’an mulai

dari al-Baghdadi, Qiraati, al-Barqi, Iqro’, Insani, Tartila dan lainnya, yang

dapat mempermudah pebelajar membaca Al Qur’an dengan cepat. Cepat

yang dimaksud yaitu cepat membaca huruf Al Qur’an dengan menggunakan

metode Qiraati.

Metode Qiraati adalah suatu model dalam belajar membaca Al Qur’an

yang secara langsung (tanpa dieja) dan menggunakan atau menerapkan

pembiasaan membaca tartil sesuai dengan kaidah tajwid.15

Metode Qiraati telah banyak mengantarkan para pebelajar untuk dapat

secara cepat mampu membaca Al Qur’an secara bertajwid. Diakui bahwa

tujuan utama metode Qiraati bukan semata-mata menjadikan para pebelajar

bisa membaca Al Qur’an dengan cepat dan singkat melainkan untuk

menjadikan para pebelajar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar

sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.

b. Prinsip-Prinsip Dasar Pembelajaran Metode Qiraati

1. Praktis dan Sederhana


2. Sedikit demi sedikit
Pembelajaran dengan menggunakan metode Qiraati dilakukan dengan

santai dan tidak tergesa-gesa untuk melanjutkan pada bagian lain.

Pembelajar dapat diperkenankan untuk menambah materi pada

pembelajaran berikutnya bila sudah bisa membaca dengan lancar dan

15
Ibid, h 37.

18
bertajwid. Demikian pula halnya dengan mengajarkan materi utama

maupun materi tambahan seperti mengajarkan materi menghafal surat Al

Fatihah, dilakukan dengan sedikit demi sedikit, dan tidak mengajarkannya

secara utuh. Tambahan materi diberikan jika telah manghafal dengan

secara baik materi yang diberikan. Demikian seterusnya, sehingga surat-

surat pendek dihafal dan anak mampu membaca Al Qur’an dengan

bertajwid.16

Setiap pebelajar dipandang mampu untuk menguasai materi

pelajaran secara memuaskan, asal disediakan waktu yang cukup baginya,

perbedaan kemampuan antara pebelajar, diukur menurut waktu yang

deperlukan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Namun, pebelajar yang

tidak sepenuhnya menggunakan waktu yang disediakan dan tidak belajar

dengan sungguh-sungguh selama waktu yang disedikan juga tidak akan

mencapai tingkat penguasaan yang diharapkan. Dengan demikian, tingkat

penguasaan dalam belajar bergantung baik pada jumlah waktu yang

disedikan, maupun juga pada jumlah waktu yang sebenarnya digunakan

untuk belajar dengan sungguh-sungguh.17

3. Bimbing dan Arahkan

Seorang pembelajar cukup mengulangi berkali-kali contoh di atas

16
As’ad Humam, Metode Iqro’ (Metode Pembelajaran Al-Qur’an: Yogyakarta, 1989) h 21

17
Budiyanto, Tanda Baca Huruf Al-Qur’an (AMM: Bandung, 1995) h 13.

19
pada setiap bab, tidak menuntut membaca pada bagian latihan di

bawahnya, sehingga anak mampu membaca sendiri setiap bab yang telah

diajarkan. Metode ini menjadikan anak-anak betul-betul paham dengan

pelajaran yang tidak dihafal. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat

sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa

dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada

orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami

sendiri. Belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan pebelajar untuk

dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus datang dari dirinya sendiri.

Pembelajar sekedar pembimbing dan pengarah. Anak memiliki sifat aktif,

konstruktif dan mampu mencari sesuatu. Pembelajaran membaca Al

Qur’an dengan metode Qiraati lebih bersifat mengarahkan dan

membimbing, pebelajar untuk aktif, kreatif dalam belajar membaca Al

Qur’an, sehingga tidak dibenarkan dalam membaca Al Qur’an pembelajar

membacakan semua tulisan yang ada pada setiap halamannya, pembelajar

hanya menegur dan memperbaiki bacaan pebelajar yang salah.

4. Waspada dengan Bacaan Salah

Kegiatan belajar diperlukan motivasi dari pembelajar dan usaha-usaha

tentang cara belajar efektif agar kesalahan dan lupa dapat dikurangi oleh

pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes secara berkala

dan kontinyu, serta memberikan umpan balik kepada pembelajar mengenai

20
keberhasilan atau kegagalan saat itu juga. Pembelajar yang ternyata belum

menguasai bahan tertentu, harus melakukan usaha-usaha perbaikan

program pembelajaran, perbaikan dapat terlaksana melalui pengajaran

kembali kepada kelompok yang belum menguasai, melalui

pembelajaran remedial secara individu. Dengan langkah semacam ini

secara otomatis pembelajar akan melakukan persiapan belajar sebelum

proses pembelajaran, dan pembelajar akan lebih konsentrasi dalam belajar,

karena kurang konsentrasi dapat menyebabkan lupa dan salah dalam

belajar. Lupa dan salah mengharuskan pembelajar mengulang pada materi

yang sama, dan tertinggal oleh pembelajar lain.18

c. Metode Iqro’

Metode Iqro’ adalah metode pembelajaran membaca huruf- huruf

hijaiyah dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa makna dan

tanpa lagu dengan tujuan agar pebelajar dapat membaca Al Qur’an sesuai

dengan kaidahnya.19

Prinsip-prinsip Metode Iqro’:

Buku Iqro’ ini terbukti telah sanggup mengantarkan anak- anak usia

TK, sampai orang tua (usia lanjut) mampu membaca Al Qur’an dalam

waktu yang relatif singkat dibandingkan dengan cara lama.

18
Ibid, h 15

19
Ibid, h 17.

21
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan ini berbentuk non eksperimen yakni suatu

penelitian yang bersifat analisis dan kualitatif dimaksudkan untuk mengkaji

obyek yang diteliti pendekatan atau teknik itu mengungkapkan fenomena

yang berkaitan dengan permasalahan dan penelitian.20 Dengan kata lain,

penelitian untuk melakukan eksplorasi dan memperkuat prediksi terhadap

suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.21

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud penelitian kualitatif deskriptif

di sini adalah peneliti mendeskriptifkan secara faktual dan sistematis

mengenai efektifitas belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di

Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar

Kabupaten Simalungun.

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud penelitian kualitatif deskriptif

di sini adalah peneliti mendeskriptifkan secara faktual dan sistematis

mengenai efektifitas belajar siswa pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di

Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar

20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 14.
21
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya
(Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 14.

22
Kabupaten Simalungun.

B. Lokasi dan Objek Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad

Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar. Dan yang menjadi objek penelitian

yaitu guru dan siswa di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1

Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

Adapun yang menjadi pertimbangan sehingga peneliti menetapkan

Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar

Kabupaten Simalungun sebagai lokasi penelitian adalah:

1. Setelah peneliti menelusuri, belum ditemukan penelitian yang membahas

tentang masalah yang diteliti.

C. Fokus Penelitian

Adapun fokus penelitian ini adalah :

a. Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an siswa.

b. Upaya yang Dilakukan untuk Mengefektifkan pembelajaran Al- Qur’an

Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

c. Faktor-faktor pendukung dan penghambat Efektivitas pembelajaran Al-

Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

D. Deskripsi Fokus Penelitian

Adapun yang menjadi deskripsi fokus penelitian adalah:

23
1. Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan

membaca Al-Qur’an siswa.

2. Upaya yang Dilakukan untuk Mengefektifkan pembelajaran Al-Qur’an

Hadits dalam mengatasi kesulitan membaca Al-Qur’an siswa.

a) Metode Bimbingan Individu

Dengan metode individu kemungkinan kesalahan dapat terminimalisir

dengan baik. Selain itu dengan metode individu, tingkat emosional

dengan guru pembimbing bisa lebih dekat. Sehingga, siswa tidak akan

sungkan untuk bertanya kepada guru pembimbing tentang kesulitan

yang dialami dalam membaca Al- Qur’an.

b) Metode Bimbingan Menyimak

Dengan metode menyimak guru berharap siswa akan lebih mudah

mengingat huruf-huruf hijaiyah, kemampuan siswa dalam membaca al-

Qur’an bisa lebih lancar, penerapan bacaan tajwid, dan penerapan huruf

sesuai dengan makharijul huruf akan lebih mudah difahami lagi.

Karena salah satu keunggulan dari metode ini adalah mendengarkan

dan melihat yang diucapkan dari guru pembimbing. Sehingga, siswa

mampu menirukan dan mendengarkan bacaan yang benar.

c) Metode Bimbingan targib dan tarhib

Dengan metode bimbingan targib dan tarhib, siswa akan lebih faham

terhadap kesalahan yang di baca dan lebih mudah mengingat kesalahan

yang di baca. Sehingga, dengan metode tersebut tingkat keberhasilan

24
lebih mudah dicapai. Salah satu keunggulan dari metode ini adalah

adanya pembenaran yang berasal dari kesalahan membaca yang

kemudian diulang bekali-kali sampai benar-benar bisa. Sehingga siswa

lebih mudah mengingat karena, karena pengulangan-pengulangan

tersebut.

E. Sumber Penelitian

Sumber data yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek suatu

penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu tentang mengatasi kesulitan belajar dalam pembelajaran

Al-Qur’an Hadist di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1 Kecamatan

Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang mengenai karakteristik variabel yang

meskipun melekat pada diri, namun diambil/diperoleh dari informan lain

yang bukan guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits untuk menjamin

obyektifitas penelitian. Data sekunder ini juga diperoleh melalui studi

dokumenter yang dilakukan Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1

Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun terutama berkenaan

dengan deskripsi umum sekolah.

F. Instrumen Penelitian

25
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam

penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan

secara sistematis dan terstruktur.

1. Pedoman Observasi adalah pengumpulan data dengan cara mengamati

dan mengadakan komunikasi secara langsung dengan sumber informasi

(informan) tentang kondisi lokasi penelitian, dalam hal ini peneliti

berkomunikasi dengan pendidik dan siswa.

2. Pedoman Wawancara adalah Tanya Jawab atau percakapan dengan para

responden untuk memperoleh data, baik dengan menggunakan daftar

pertanyaan ataupun percakapan bebaas yang berhubungan dengan

permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya.

3. Catatan Dokumentasi adalah data yang berhubungan dengan menghimpun

dan menganalisis melalui dokumen-dokumen tertulis, gambar, maupun

elektronik.

G. Teknik Pengumpulan Data

Data adalah sebuah apa yang telah disimpulkan oleh peneliti dari lapangan

penelitian. Data merupakan bahan spesifik dalam melakukan suatu penelitian

yang menggunakan teknik pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data

sebagai berikut :

1. Observasi

Pengumpulan data dengan cara observasi dilakukan dengan pengamatan

secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaan siswa

26
didalam mengikuti proses pembelajaran maupun diluar dari proses

pembelajaran serta mengamati bagaimana kegiatan yang dilakukan oleh guru

mata pelajaran dalam menangani siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan cara ini yakni dengan melakukan pencatatan

terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan jenis kesulitan belajar

yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti proses pembelajaran dan

melakukan pencatatan terhadap jumlah keseluruhan siswa yang mengalami

kesulitan belajar dan dikumpulkan malalui gambaran tentang objek yang

diteliti.

3. Wawancara/Interview

Pengumpulan data dengan cara ini dilakukan dengan memberikan

pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian.

Pertanyaan ini berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa. Disamping

memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, dengan

metode interview peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya. Sikap

pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,

kesabaran, serta keseluruhan penampilan, akan sangat berpengaruh terhadap

isi jawaban responden yang diterima oleh peneliti.

H. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh melalui observasi, interview wawancara dan

27
dokumentasi diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.

Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan setelah seluruh responden

atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data adalah

mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data

berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.22

Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk

yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem

penelitian dapat dipelajari dan diuji.

Penelitian kualitatif adalah proses pencarian data untuk memahami masalah

sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh

kata-kata, dan diperoleh dari situasi yang alamiah.

Pada penelitian kualitatif, peneliti berusaha memahami subyek dari kerangka

berpikirnya sendiri. Dengan demikian, yang penting adalah pengalaman,

pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif

menjadi bernilai bagi peneliti.

Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak

terstandarisasi. Penelitian kualitatif sifatnya fleksibel, dalam arti kesesuaiannya

22
Sugiono, op. cit., h. 169.

28
tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman

untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah

sesuai kebutuhan, situasi muncul selama berlangsungnya penelitian tersebut.

Ada berbagai macam pendapat yang dikemukakan oleh sejumlah peneliti

mengenai kapan pendekatan kualitatif digunakan. Sebagian besar peneliti

mengemukakan bahwa pendekatan kualitatif digunakan bila peneliti ingin

memahami sudut pandang partisipan secara lebih mendalam, dinamis dan

menggali berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitif tepat

digunakan dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan oleh topik

yang peka bagi responden, latar belakang demografis (pendidikan, tempat tinggal

dan sebagainya) tertentu, dan hal lain yang menyebabkan pendekatan kuantitatif

sulit diterapkan.23

Dengan adanya metode deskriptif kualitatif maka teknik analisa data

dilakukan melalui 3 tahapan yaitu:

1. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data mentah atau data kasar

yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses

reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan

penelitian untuk menghasilkan data sebanyak mungkin.

2. Penyajian data, yaitu penyusunan informasi yang kompleks ke dalam suatu

bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta
23
Creswell & Symon.s. Jenis Penelitian. (Jakarta: Shofiah,2007) h 15.

29
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan

pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap

dengan data yang telah disederhanakan dan menghasilkan informasi yang

sistematis.

3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada

bagian ini peneliti mengutarakan kesimpulan dari data-data yang telah

diperoleh dari observasi dan interview. Dengan adanya kesimpulan peneliti

akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau

maksimal.24

Hasil akhir dari penelitian kualitatif, bukan sekedar menghasilkan data

atau informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus

mampu menghasilkan informasi-informasi yang bermakna, atau ilmu baru

yang dapat digunakan untuk membantu mengatasi masalah.

24
Ibid, h 17.

30
DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an dan Terjemahannya

Ali, Muhammad Daud dan Habibah Daud, 1995. Lembaga-Lembaga Islam di

Indonesia. Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada

Budiyanto, 1995. Tanda Baca Huruf Al-Qur’an, Bandung, AMM

Gagne, 1958. Metode Qiraati. Jakarta, Pembelajaran Al-Qur’an

Getteng, Abd Rahman, 2009. Menuju Guru Profesional dan Beretika. Jakarta,

Graha Guru

Humam, As’ad, 1989. Metode Iqro’. Yogyakarta, Metode Pembelajaran Al-Qur’an

Indonesia Republik, 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta, BP. Panca Usaha

KTSP Madrasah Tsanawiyah Darus Shafaa Manipi Tahun Pelajaran 2009/2010

Moleong, Lexi.J, 2000. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja

Rosdakarya

Muntakhab Ahadits

Purnomo, Waluyo Hadi, 2009. Belajar Membelajarkan. Yogyakarta, Media

Pustaka Kencana

Syah, Muhibbin, 1999. Psikologi Belajar. Jakarta, Logos

Tafsir, Ahmad, 1995. Epistimologi Untuk Pendidikan Agama Islam. Bandung,

IAIN Sunan Gunung Jati

Anda mungkin juga menyukai