PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas-Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Mencapai Gelar Sarjana S.1 Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
OLEH :
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Alhamdulillah, puji syukur kepada Allah Swt atas inayah, taufik dan
hidayahnya sehingga proposal ini dapat penulis selesaikan. Banyak kendala dan
hambatan yang dilalui oleh penulis dalam penyusunan skripsi ini, akan tetapi dengan
segala usaha yang penulis lakukan sehingga semuanya itu dapat teratasi, shalawat dan
salam tak lupa penulis kirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Nabi
pembawa risalah, petunjuk dan menjadi suri tauladan di permukaan bumi ini.
secara khusus dan dunia pendidikan secara umum, demi meningkatkan kecerdasan
i
18.02.0052/018.03.1.1.1.I.0201
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah.....................................................................................7
C. Rumusan Masalah........................................................................................7
D. Batasan Masalah..........................................................................................8
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................8
1. Pengertian Al-Qur’an..........................................................................16
C. Fokus Penelitian........................................................................................24
ii
D. Deskripsi Fokus Penelitian.......................................................................24
E. Sumber Penelitian......................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
didasarkan pada nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana yang tercantum dalam al-
Qur’an dan hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktek sejarah umat
Islam. Berbagai komponen dalam pendidikan mulai dari tujuan, kurikulum, guru,
metode, pola hubungan guru dan siswa, sarana dan prasarana, lingkungan dan
evaluasi pendidikan harus didasarkan pada nilai- nilai ajaran Islam. Jika berbagai
komponen tersebut satu dan lainnaya membentuk suatu sistem yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam, maka sistem tersebut selanjutnya dapat disebut sebagai
sistem pendidikan Islam.1 Oleh sebab itu, pendidikan Islam adalah merupakan
berbagai komponen yang salin terkait dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan
lainnya.
dimilikinya kepada orang lain dalam masyarakat dapat dilakukan dengan berbagai
cara, di antaranya melalui pengajaran yaitu proses pemindahan nilai berupa ilmu
1
Ahmad Tafsir, Epistimologi untuk Pendidikan Islam (Bandung: IAIN Sunan Gunung Jati,
1995), h. 15.
1
pengetahuan dari seorang guru kepada siswa dari generasi ke generasi berikutnya.2
rencana khusus, tertulis, dan formal tentang pendidikan yang akan diberikan kepada
anaknya.
kepada anaknya. Mereka menjadi pendidik karena statusnya sebagai orang tua.
Karena kondisi dan sifat-sifat yang tidak formal, tidak adanya rancangan konkret dan
bahkan ada kalanya tidak disadari, pendidikan dalam lingkungan keluarga disebut
Guru sebagai pendidik telah dipersiapkan secara formal melalui lembaga pendidikan
2
Mohammad Daud Ali dan Habibah Daud, Lembaga-Lembaga Islam di Indonesia (Cet. I;
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995), h. 137.
2
kompetensi pedagogik, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang sangat
dimilikinya.
mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berahlak mulia, menjadi
tauladan bagi siswa, dan masyarakat, secara obyektif mengevaluasi kinerja sendiri
bergaul secara efektif dengan siswa, sesama siswa, tenaga kependidikan, orang
3
Abd. Rahman Getteng, Menuju Guru Profesinal dan Ber Etika (Cet, I; Grha Guru, 2009), h.
32.
3
Keempat kompetensi guru yang ditetapkan dalam Undang-Undang Guru dan
Dosen tersebut, dapat dipisahkan satu sama lain akan tetapi secara praktis tidak dapat
dipisahkan satu sama lain, karena empat jenis kompetensi tersebut saling menjalin
masyarakatpun terjadi proses pendidikan dengan berbagai bentuk. Ada yang dilakukan
secara formal seperti kursus atau pelatihan dan ada pula yang tidak formal seperti
bervariasi mulai dari yang berpendidikan formal guru sampai dengan mereka yang
formalmemiliki cakupan yang lebih luas karena tidak hanya berkaitan dengan masalah
pembinaan moral saja, akan tetapi juga ilmu pengetahuan dan keterampilan. Dari segi
Dalam konteks pendidikan informal, formal dan non formal, pada hakikatnya
4
kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa/ peserta didik.4
formal, non formal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya. 5
Dengan demikian, eksistensi pendidikan sangat tinggi apa lagi dengan adanya
madrasah yang merupakan salah satu pendidikan formal yang memadukan antara
ditujukan kepada para siswa yang berkemampuan rata-rata, sehingga siswa yang
siswa yang berkategori di luar rata-rata itu (sangat pintar dan sangat bodoh) tidak
4
Waluyo Hadi Purnomo, Belajar Membelajarkan (Cet. II; Yogyakarta: Media pustaka
Kencana: Alfabeta, 2009), h. 12.
5
Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Cet. I; Jakarta: BP. Panca Usaha, 2003), h. 5.
5
kapasitasnya.6 Lalu kemudian timbullah kesulitan belajar yang tidak sekedar
menimpah siswa yang berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa
tersebut, dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor Internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sedangkan faktor
eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat memengaruhi
proses pembelajaran.
sebagai berikut;
Artinya:
Dari Utsman r.a. Rasulullah s.a.w. bersabda, “Sebaik-baik kamu adalah orang
6
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar(Cet. I; Jakarta: Logos, 1999), h. 165.
7
Muntakhab Haditsh.72
6
B. IDENTIFIKASI MASALAH
siswa pasif
Hadits
Hadits
C. RUMUSAN MASALAH
Simalungun?
7
membaca Al-Qur’an di Madrasah Tsanawiyah Al-Jihad Kerasaan 1
D. BATASAN MASALAH
terdapat dalam tema di atas sangat luas, maka penulis membatasi sebagai berikut:
pembelajaran di kelas.
E. TUJUAN PENELITIAN
Simalungun.
Kabupaten Simalungun.
8
Kerasaan 1 Kecamatan Pematang Bandar Kabupaten Simalungun.
1. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi motivasi bagi guru bidang studi Al-
9
BAB II
LANDASAN TEORITIS
1. TINJAUAN PUSTAKA
Hadits memberikan tuntunan tentang jalan yang harus ditempuh dalam kegiatan
madrasah tsanawiyah yang merupakan suatu bagian dari mata pelajaran Pendidikan
10
serta memahami dan menerapkan tema-tema tentang manusia dan tanggung
teknologi dalam perspektif al-Qur'an dan al-Hadits sebagai persiapan untuk hidup
bermasyarakat.
(Sekolah Menengah Pertama) yaitu agar siswa gemar membaca al-Qur’an dan
Sehubungan dengan hal tersebut fungsi guru sebagai inisiator (penggagas) ide-ide,
keprofesionalan guru itu sendiri di satu sisi dan di sisi lain pada gilirannya
hasil belajar dimaksud, guru harus menggunakan metode yang efektif dan efisien
Tsanawiyah, yaitu:
9
KTSP Madrasah Tsanawiyah Darus Shafaa (Manipi Tahun Pelajaran 2009/2010), h. 19.
11
Oleh karenanya mata pembelajaran Al-Qur’an Hadits menekankan pada
kemampuan membaca dan menulis al-Qur’an yang baik dan benar, memahami
kehidupan sehari-hari. Seperti yang dijelaskan pada Q.S Al- Baqarah ayat 121 :
ٰۤل ٰۤل
َاَّلِذ ْيَن ٰا َتْيٰن ُهُم اْلِكٰت َب َيْتُلْو َنٗه َح َّق ِتاَل َو ِتٖۗه ُاو ِٕىَك ُيْؤ ِم ُنْو َن ِبٖه ۗ َو َم ْن َّيْكُفْر ِبٖه َفُاو ِٕىَك ُهُم اْلٰخ ِس ُرْو َن
Artinya:
macam, metode yang bisa dipilih oleh guru dalam proses pembelajaran Al-Qur’an
dan hadits yaitu: metode drill, metode kerja kelompok, metode tanya jawab metode
kecakapan tertentu dapat menjadi milik anak didik dan dikuasai sepenuhnya,
sedangkan ulangan hanyalah untuk sekedar mengukur sejauh mana dia telah
10
Al-Qur’an dan Terjemahnya
12
menyerap pengajaran tersebut.11
Pengajaran yang diberikan melalui metode Drill dengan baik selalu akan
1. Anak didik itu akan dapat mempergunakan daya berfikirnya yang makin lama
makin bertambah baik, karena dengan pengajaran yang baik maka anak didik
akan menjadi lebih teratur dan lebih teliti dalam mendorong daya ingatnya. Ini
2. Pengetahuan anak didik bertambah dari berbagai segi, dan anak didik tersebut
akan memperoleh paham yang lebih baik dan lebih mendalam. Guru
berkewajiban menyelidiki sejauh mana kemajuan yang telah dicapai oleh anak
didik dalam proses belajar-mengajar, salah satu cara ialah mengukur kemajuan
Apabila guru dalam menghadapi anak didik di kelas merasa perlu membagi -
bagi anak didik dalam kelompok - kelompok untuk memecahkan suatu masalah
Metode Tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat
13
disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat
Yang dimaksud denag metode ini adalah suatu cara dalam proses belajar-
e. Metode Diskusi
Metode ini biasanya erat kaitanya dengan metode lainnya, misalnya metode
ceramah, karyawisata dan lain-lain karena metode diskusi ini adalah bagian yang
pendidikan metode diskusi ini mendapat perhatian karena dengan diskusi akan
f. Metode Ceramah
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat, dan mendengar serta percaya
bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip ikhtisar
14
ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada penyelidikan
Dalam metode ceramah ini murid duduk, melihat dan mendengarkan serta
percaya bahwa apa yang diceramakan guru itu adalah benar, murid mengutip
ikhtisar ceramah semampu murid itu sendiri dan menghafalnya tanpa ada
Cara mengajar hadits sama dengan cara mengajar al-Qur’an, hanya saja
hadits tidak dibaca secara berlagu. Hadits biasanya lebih pendek dari ayat-ayat
dari maksud hadits. Disamping itu guru juga harus memperhatikan hubungan
dengan hadits dengan hadits yang diajarkan dan dengan ayat-ayat al-Qur’an
12
Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama. h. 61
15
landasan yang berguna dalam mendiskripsikan strategi pembelajaran.
B. Membaca Al-Qur’an
1. Pengertian Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan sebuah kitab suci bagi umat islam, selain itu Al-
Qur’an juga adalah sumber hukum utama dalam ajaran agama islam. Menurut
bahasa Al-Qur’an berasal dari bahasa arab, yaitu bentuk jamak dari kata benda
(masdar) dari kata kerja qar’a-yaqra’u-qur’anan yang berarti bacaan atau sesuatu
arab, dan Allah memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa
kata bahasa arab tidak dapat dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka
maknanya akan berbeda. Jadi bisa di bilang Al-Qur’an adalah bacaan suci
tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf (mahroj)
ataupun tajwidnya.
Dan secara istilah Al-Qur’an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu
yang di turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat
13
Http://www.scribd.com/doc/50758146/pembelajaran-alqur’an-hadits
16
Jibril AS dan merupakan penutup kitab suci dari agama samawi (yang di
turunkan dari langit). Al-Qur’an adalah wahyu murni dari Allah SWT, bukan
dalam Al-Qur’an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang
yang berian. Al-Qur’an juga memiliki suatu kedudukan yang sangat tinggi bagi
penganut agama islam, sehingga umat islam akan sangat marah apabila ada
a. Metode Qiraati
ada orang yang otomatis bisa, dalam belajar diperlukan waktu, tenaga dan
biaya.14
14
Gagne, Metode Qiraati ( Jakarta:1958) h 35.
17
Banyak ditemukan metode pembelajaran membaca Al Qur’an mulai
dari al-Baghdadi, Qiraati, al-Barqi, Iqro’, Insani, Tartila dan lainnya, yang
metode Qiraati.
menjadikan para pebelajar dapat membaca Al Qur’an secara baik dan benar
15
Ibid, h 37.
18
bertajwid. Demikian pula halnya dengan mengajarkan materi utama
bertajwid.16
16
As’ad Humam, Metode Iqro’ (Metode Pembelajaran Al-Qur’an: Yogyakarta, 1989) h 21
17
Budiyanto, Tanda Baca Huruf Al-Qur’an (AMM: Bandung, 1995) h 13.
19
pada setiap bab, tidak menuntut membaca pada bagian latihan di
bawahnya, sehingga anak mampu membaca sendiri setiap bab yang telah
dipaksakan oleh orang lain dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada
orang lain, belajar hanya mungkin terjadi apabila anak aktif mengalami
dirinya sendiri, maka inisiatif belajar harus datang dari dirinya sendiri.
tentang cara belajar efektif agar kesalahan dan lupa dapat dikurangi oleh
pembelajar. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tes secara berkala
20
keberhasilan atau kegagalan saat itu juga. Pembelajar yang ternyata belum
c. Metode Iqro’
hijaiyah dari permulaan dengan disertai aturan bacaan, tanpa makna dan
tanpa lagu dengan tujuan agar pebelajar dapat membaca Al Qur’an sesuai
dengan kaidahnya.19
Buku Iqro’ ini terbukti telah sanggup mengantarkan anak- anak usia
TK, sampai orang tua (usia lanjut) mampu membaca Al Qur’an dalam
18
Ibid, h 15
19
Ibid, h 17.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
suatu gejala yang berlaku atas dasar data yang diperoleh di lapangan.21
Kabupaten Simalungun.
20
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Cet. VIII; Bandung: Remaja Rosdakarya,
2000), h. 14.
21
Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Prakteknya
(Cet. IV; Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 14.
22
Kabupaten Simalungun.
C. Fokus Penelitian
23
1. Efektivitas pembelajaran Al-Qur’an Hadist dalam mengatasi kesulitan
dengan guru pembimbing bisa lebih dekat. Sehingga, siswa tidak akan
Qur’an bisa lebih lancar, penerapan bacaan tajwid, dan penerapan huruf
Dengan metode bimbingan targib dan tarhib, siswa akan lebih faham
24
lebih mudah dicapai. Salah satu keunggulan dari metode ini adalah
tersebut.
E. Sumber Penelitian
Sumber data yang di ambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari objek suatu
penelitian. Adapun sumber data yang menjadi sumber data primer dalam
2. Data Sekunder
F. Instrumen Penelitian
25
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam
penelitian karena berfungsi sebagai alat bantu agar kegiatan penelitian berjalan
elektronik.
Data adalah sebuah apa yang telah disimpulkan oleh peneliti dari lapangan
sebagai berikut :
1. Observasi
secara langsung terhadap objek yang akan diteliti seperti keadaan siswa
26
didalam mengikuti proses pembelajaran maupun diluar dari proses
2. Dokumentasi
diteliti.
3. Wawancara/Interview
pertanyaan secara lisan kepada salah satu atau lebih responden penelitian.
Pertanyaan ini berisi tentang kesulitan belajar yang dialami siswa. Disamping
pada waktu datang, sikap duduk, kecerahan wajah, tutur kata, keramahan,
27
dokumentasi diolah dan dianalisis dengan analisis deskriptif kualitatif.
atau sumber data lain terkumpul. Dalam penelitian kuantitatif, analisis data adalah
berdasarkan variabel dari seluruh responden, menyajikan data tiap variabel yang
Tujuan utama analisis data adalah untuk meringkaskan data dalam bentuk
yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antar problem
sosial yang didasari pada penelitian yang menyeluruh (holistic), dibentuk oleh
pendapat, perasaan dan pengetahuan partisipan. Oleh karena itu, semua perspektif
Metode yang digunakan dalam pendekatan ini tidak kaku dan tidak
22
Sugiono, op. cit., h. 169.
28
tergantung dari tujuan setiap penelitian. Walaupun demikian, selalu ada pedoman
untuk diikuti, tapi bukan aturan yang mati. Jalannya penelitian dapat berubah
menggali berbagai macam faktor sekaligus. Selain itu pendekatan kualitif tepat
digunakan dalam situasi yang informal, dimana hal ini dimungkinkan oleh topik
yang peka bagi responden, latar belakang demografis (pendidikan, tempat tinggal
dan sebagainya) tertentu, dan hal lain yang menyebabkan pendekatan kuantitatif
sulit diterapkan.23
yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Dengan kata lain proses
reduksi data ini dilakukan oleh peneliti secara terus menerus saat melakukan
bentuk yang sistematis, sehingga menjadi lebih selektif dan sederhana serta
23
Creswell & Symon.s. Jenis Penelitian. (Jakarta: Shofiah,2007) h 15.
29
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan data dan
pengambilan tindakan. Dengan proses penyajian data ini peneliti telah siap
sistematis.
3. Kesimpulan, yaitu merupakan tahap akhir dalam proses analisa data. Pada
akan terasa sempurna karena data yang dihasilkan benar-benar valid atau
maksimal.24
atau informasi yang sulit dicari melalui metode kualitatif, tetapi juga harus
24
Ibid, h 17.
30
DAFTAR PUSTAKA
Getteng, Abd Rahman, 2009. Menuju Guru Profesional dan Beretika. Jakarta,
Graha Guru
Rosdakarya
Muntakhab Ahadits
Pustaka Kencana