Anda di halaman 1dari 61

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PESERTA DIDIK SMK NEGERI 4

KENDARI PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MELALUI METODE PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

PROPOSAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi

pada Jurusan Pendidikan Agama Islam

Oleh

ANITA ROSDIANTI SANJAYA

NIM: 21622010

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

KENDARI

2020

1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL

Judul Penelitian : Meningkatkan Minat Belajar Peserta Didik SMK Negeri 4

Kendari pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam

melalui Metode Problem Based Learning (PBL)


Nama Mahasiswa : Anita Rosdianti Sanjaya
NIM : 21622010

Menyetujui,

Pembimbing Tanda Tangan Tanggal

I. Muliyani, S.Pd.I., M.Pd.I. ………………… …………………

II. Arsam, S.Pd.I., M.Ag. ………………… …………………

Kendari, Juni 2020


Mengetahui,
Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Kendari

Yusuf, S.Pd.I., M.Pd.I.


NIDN. 09050279001

2
DAFTAR ISI

Halaman Judul.............................................................................................. 1

Daftar Isi...................................................................................................... 2

Daftar Tabel................................................................................................. 3

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang................................................................................. 5

B. Rumusan Masalah............................................................................ 13

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 14

D. Manfaat Penelitian........................................................................... 14

Bab II Kajian Pustaka

A. Kajian Teori..................................................................................... 16

1. Minat Belajar.............................................................................. 16

2. Belajar ....................................................................................... 20

3. Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).......................... 22

4. Pendidikan Agama Islam........................................................... 28

B. Penelitian yang Relevan................................................................... 32

C. Kerangka Berpikir............................................................................ 33

D. Hipotesis Penelitian ......................................................................... 34

Bab III Metodologi Penelitian

A. Setting dan Subjek Penelitian.......................................................... 35

B. Rencana dan Prosedur Penelitian..................................................... 35

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data............................................... 43

D. Teknik Analisis Data........................................................................ 47

3
E. Indikator Keberhasilan..................................................................... 51

Daftar Pustaka.............................................................................................. 53

4
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1

Tabel 3.2

5
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek paling utama yang berkontribusi dalam

menjadi penentu kecerdasan suatu bangsa. Pendidikan dapat dipandang bermutu

apabila dapat mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan

nasional serta berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, bermoral, dan

berkarakter. Pendidikan adalah suatu pembentukan dengan bermacam cara yang

kita pilih, supaya bagus pertumbuhan jasmani dan rohaninya, sehat otaknya dan

baik budi pekertinya, sehingga dapat mencapai cita-cita dan bahagia lahir

batinnya.1 Pendidikan sebenarnya merupakan suatu peristiwa yang kompleks,

yaitu peristiwa terjadinya rangkaian kegiatan komunikasi antara manusia sehingga

manusia tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang utuh.2 Untuk itu

dibutuhkan suatu sistem pembelajaran yang baik.

Pendidikan dan pembelajaran mempunyai pengertian sendiri-sendiri, tetapi

memiliki hubungan yang erat. Pendidikan lebih menitikberatkan pada

pembentukan dan pengembangan kepribadian, jadi pendidikan mengandung

pengertian yang lebih luas.3 Pembelajaran sendiri adalah suatu kombinasi yang

tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan

prosedur, yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Proses

pembelajaran merupakan proses pengubahan status siswa dari lack of knowledge

to knowledge. Keberhasilan proses pembelajaran ditunjukkan dengan terjadinya


1
Jamaludin Amin, Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Pustaka Antara, 1969), hlm.10
2
Herman Hudojo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: Ikip Malang, 1990), hlm.1
3
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001, hlm.55

6
perubahan sikap dan perilaku serta peningkatan status pengetahuan dari tidak tahu

menjadi tahu.4

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan

untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan

maksud dan tujuan. Oleh karenanya segala kegiatan interaksi, metode, dan kondisi

pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan

pembelajaran yang dikehendaki. Rumusan tujuan pendidikan, seperti yang

tertuang dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional Bab II Pasal 3, menyatakan bahwa: Pendidikan bertujuan untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. 5

Salah satu mata pelajaran yang paling berkenaan dengan Undang-Undang

di atas adalah Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam merupakan

salah satu mata pelajaran yang harus dimasukan dalam kurikulum setiap lembaga

pendidikan formal di Indonesia. Hal ini karena kehidupan beragama salah satu

dimensi kehidupan yang sangat penting pada setiap individu dan warga negara.

Melalui pendidikan agama diharapkan terwujud individu-individu berkepribadian

utuh sejalan dengan pandangan hidup bangsa. Untuk itu, pendidikan Agama Islam

memiliki tugas yang sangat berat, yakni bukan hanya mencetak peserta didik pada

satu bentuk, tetapi berupaya untuk menumbuhkembangkan potensi yang ada pada
4
Endang Purwanti, dkk.,Perkembangan Peserta Didik, (Malang : UMM Press, 2002), hlm. 4
5
Muhammad Irham dan Novan A. W, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 117

7
diri mereka seoptimal mungkin serta mengarahkannya agar pengembangan

potensi tersebut berjalan sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam.6

Dalam konteks pembelajaran Pendidikan Agama Islam, pada dasarnya

tidak ada seorang pun termasuk guru Pendidikan Agama Islam, yang mampu

membuat seseorang menjadi manusia muslim, mu’min, muttaqin dan sebagainya,

tetapi peserta itu sendiri yang akan memilih dan menentukan jalan hidupnya

dengan izin Allah. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, sebagai salah satu

mata pelajaran yang mengandung muatan ajaran-ajaran Islam dan tatanan nilai

kehidupan Islami, perlu diupayakan melalui perencanaan pembelajaran

pendidikan agama yang baik agar dapat mempengaruhi pilihan, putusan dan

pengembangan kehidupan peserta didik.7

Disamping itu peserta didik juga harus mengetahui hal-hal yang harus

dilakukan dalam menuntut ilmu agar berhasil sebagaimana dalam Ta’lim

Muta’alim ada 6 hal yang harus dilakukan dalam menuntut ilmu yaitu: Cerdas,

Semangat/ minat, Sabar, Dana/ materi, Bimbingan guru, dan Waktu yang

mencukupi8. Dari keenam hal tersebut salah satunya adalah semangat/ minat yang

mana minat adalah kata kunci dalam pengajaran. Bila siswa telah berminat

terhadap kegiatan belajar mengajar, maka hamper dapat dipastikan proses

pembelajaran itu akan berjalan dengan baik dan hasil belajar akan optimal.9

6
Muhammad Irham dan Novan A. W, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses
Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013), hlm. 117
7
Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah,
(Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 184-185.
8
Syekh Ibrahim Bin Ismail Azzarnuji, Ta’limul Muta’alim (Semarang : CV Toha Putra.As’ad, 1999), hlm. 15
9
Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 24

8
Atas dasar uraian di atas, maka tahap awal suatu proses pengajaran

hendaklah dimulai dengan usaha meningkatkan minat peserta didik, karena

rangsangan tersebut, membawa kepada senangnya peserta didik terhadap

pelajaran bagi mereka, serta meningkatkannya kepentingan mata pelajaran bagi

mereka, di samping perasaan mereka, bahwa mereka dapat manfaat dari pekerjaan

dan kegiatan mereka dengan sungguh-sungguh. Tidak dibangkitkannya minat

terhadap pelajaran, akan menggoncangkan suasana dalam kelas dan timbulnya

persoalan tentang peraturan, serta manjanya rasa malas dan lelah ke dalam jiwa

peserta didik, di samping timbul rasa remehnya pelajaran dan pekerjaan sekolah.10

Minat merupakan suatu landasan yang paling meyakinkan demi

keberhasilan suatu proses belajar. Jika seorang siswa ingin belajar bidang studi

Pendidikan Agama Islam, maka ia akan cepat dapat belajar mengerti, mengingat

dan mengamalkannya. Minat yang timbul dari kebutuhan anak merupakan faktor

pendorong bagi anak dalam melaksanakan usahanya. Jadi dapat dilihat bahwa

minat sangat penting dalam pendidikan, sebab merupakan sumber dari usaha

anak-anak tidak perlu mendapat dorongan dari luar apabila pekerjaan yang

dilakukan cukup menarik minatnya.11

Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu

peserta didik melihata bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk

dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti

menunjukkan pada peserta didik bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu

mempengaruhinya dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-


10
Zakiyah Daradjat, dkk., Kepribadian Guru,, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980), hlm. 26
11
Wayan Nurkancana, dkk., Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional, 1982), hlm. 230.

9
kebutuhannya. Bila peserta didik menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat

untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan bila peserta didik

melihat bahwa hasil dari pengalamannya belajar akan membawa kemajuan pada

dirinya, kemungkinan besar ia akan berminat (dan bermotivasi) untuk

mempelajarinya.

Langkah selanjutnya untuk membentuk peserta didik yang berakhlakul

karimah, dapat dilakukan dengan menyampaikan materi Pendidikan Agama Islam

secara komprehensif kepada peserta didik. Penyampaian materi tidak begitu saja

diberikan tanpa adanya suatu perencanaan pembelajaran oleh seorang pendidik.

Perencanaan pembelajaran yang dibuat memuat beberapa muatan, salah satunya

model pembelajaran. Model pembelajaran digunakan oleh pendidik sebagai pola

atau langkah-langkah pembelajaran yang dijadikan sebagai acuan untuk

melaksanaan proses pembelajaran.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan menggunakan model

pembelajaran konvensional. Model pembelajaran konvensional merupakan pola

pembelajaran yang lazim dipakai oleh pendidik dan sering disebut dengan istilah

pola pembelajaran tradisional. Pola pembelajaran tradisional menggunakan

metode pembelajaran yang bukan berpusat pada siswa akan tetapi berpusat pada

guru, sehingga peserta didik dalam proses pembelajaran bersikap pasif dalam

menerima pelajaran dan tidak mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Penggunaan dari model pembelajaran konvensional bisa dipengaruhi oleh

beberapa faktor, seperti karakteristik peserta didik dalam kelas apabila tidak

diterangkan dengan ceramah tidak bisa menerima materi dengan baik, bisa dari

10
faktor pendidik sendiri yang belum memiliki cukup referensi model-model

pembelajaran aktif, sehingga pada saat mengajar setiap kali pertemuan pendidik

tersebut menggunakan model yang sama.

Hal yang sama penulis temui saat melakukan observasi di SMK Negeri 4

Kendari. Guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sudah mulai memasuki

usia pensiun, sehingga untuk menggunakan model pembelajaran yang berganti-

ganti masih belum banyak terealisasi. Selain di kelas peserta didik bersikap pasif

pada saat proses pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang

berlangsung secara satu arah dan menggunakan metode ceramah sehingga dalam

proses pembelajaran di kelas, guru berbicara dan siswa diam mendengarkan.

Untuk itu diperlukan suatu model pembelajaran yang bisa meningkatkan minat

siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan yaitu Problem Based

Learning (PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), jika

diterapkan dapat membuat peserta didik membangkitkan pengalaman belajar,

mengeksplorasi pengetahuan yang telah dimiliki, menembangkan keterampilan

pembelajaran yang independen, membuat siswa menjadi lebih aktif dan kreatif.
12
Karena model pembelajaran berbasis masalah mengangkat suatu masalah pada

dunia nyata yang dijadikan sebagai starting point dan peserta didik memecahkan

permasalahan yang diangkat tersebut, sehingga secara otomatis peserta didik

berperan aktif dalam proses pembelajaran.

12
4Warsono dan Haryanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 152

11
Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) termasuk ke dalam

model pembelajaran berbasis konstruktivisme. Model pembelajaran Problem

Based Learning (PBL) merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para

perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar.13 Adanya penerapan model

pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ini diharapkan membentuk

kepribadian peserta didik yang percaya diri, aktif, kreatif, dan mandiri. Selain itu

juga peserta didik mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri dengan

bantuan dari pendidik, memiliki keterampilan yang dikuasai setelah melaksanakan

pembelajaran, dan juga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Harapan-harapan tersebut jika terealisasi dengan baik, maka akan berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik.

Berdasarkan paparan diatas, penulis ingin mengkaji lebih lanjut tentang

peranan guru dalam meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam di jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), sehingga dapat disimpulkan ke dalam judul, “Meningkatkan Minat

Belajar Peserta Didik SMK Negeri 4 Kendari Pada Mata Pelajaran

Pendidikan Agama Islam Melalui Metode Problem Based Learning (PBL)

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

13
Mashudi, Asrop Syafi’i, dan Agus Purwowidodo, Desain Model Pembelajaran Inovatif Berbasis
Konstruktivisme (Kajian Teoritis dan Praktis), (Tulungagung : STAIN Tulungagung Press, 2013), hlm. 1

12
1. Bagaimana penerapan metode pembelajaran problem Problem Based

Learning (PBL) untuk meningkatkan minat siswa pada mata pelajaran

Pendidikan Agama Islam kelas X Kriya Kayu SMK Negeri 4 Kendari?

2. Apakah penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

dapat meningkatkan minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam kelas X Kriya Kayu SMK Negeri 4 Kendari?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan

sebagai berikut:

1. Untuk memaparkan dan mengetahui pelaksanaan pembelajaran dengan

metode Problem Based Learning (PBL) sebagai upaya meningkatkan

minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X

Kriya Kayu SMK Negeri 4 Kendari

2. Untuk meningkatkan dan mengetahui minat belajar siswa pada mata

pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas X Kriya Kayu SMK Negeri 4

Kendari dengan menggunakan metode Problem Based Learning (PBL)

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, penulis berharap semoga penelitian ini nantinya dapat

membawa manfaat baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat yaitu:

13
a. Memberikan sumbangan ilmiah dalam ilmu Pendidikan Agama Islam, yaitu

inovasi penggunaan model pembelajaran PBL dalam peningkatan minat

belajar siswa.

b. Sebagai pijakan dan referensi pada penelitian-penelitian selanjutnya yang

berhubungan dengan peningkatan minat belajar siswa serta menjadi bahan

kajian lebih lanjut.

2. Manfaat praktis

Secara praktis penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut:

a. Bagi penulis dapat menambah wawasan dan pengalaman langsung

tentang cara meningkatkan minat belajar siswa melalui pembelajaran

PBL.

b. Bagi pendidik dan calon pendidik dapat menambah pengetahuan dan

sumbangan pemikiran tentang cara mengembangkan minat belajar

siswa khususnya melalui pembelajaran PBL.

c. Bagi siswa, diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung

mengenai pembelajaran PBL.

d. Bagi sekolah Sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun program

pembelajaran serta menentukan metode dan media pembelajaran yang

tepat untuk mengembangkan minat belajar siswa.

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Minat Belajar

a. Pengertian Minat Belajar

Minat adalah rasa lebih suka dan keterkaitan pada suatu hal atau

aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Crow and Crow mangatakan minat

berhuhungan dengan gaya dan gerak yang mendororng seseorang untuk

menghadapi orang atau pun benda.14

Menurut Slameto minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan

pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. 15 Sedangkan

menurut Soejanto minat adalah suatu pemusatan, perhatian yang tidak

disengaja yang terlahir dengan penuh kemauan yang tergantung pada bakat

dan lingkungan.16

Minat adalah suatu kecenderungan siswa untuk memperhatikan

kegiatan-kegiatan secara terus menerus yang disertai dengan rasa senang.

Minat pengaruhnya sangat besar terhadap proses pembelajaran, karena

apabila materi pelajaran yang diajarkan tidak sesuai dengan minat siswa,

cenderung siswa tidak akan belajar dengan baik sebab kurangnya daya

tarik dari siswa.

Secara alami, minat siswa sesungguhnya mempunyai keinginan

untuk terlibat dalam proses pembelajaran. Minat sangat diperlukan bagi

terciptanya proses pembelajaran dikelas secara efektif. Minat memiliki


14
Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011) hlm 121
15
Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2013)
16
Agus Soejanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Yayasan Posegoro, 1989), hlm 109

15
peranan penting dalam pembelajaran, baik dalam proses maupun dalam

pencapaian hasil. Ketika anak-anak memasuki sekolah dasar, mereka

sudah digerakan oleh rasa keingintahuan. Berkembangnya keinginan

menjelajahi lingkungan meraka dan berinteraksi pada orang lain. Dalam

proses pembelajaran, berkembang 2 situasi yang sangat berbeda dengan

minat siswa. Hal ini membuat guru merasa bersemangat apabila siswa

yang dihadapi memiliki minat yang sangat tinggi dalam belajar.Sebaliknya

guru merasa kecewa apabila siswanya tidak termotivasi atau tidak

berkeinginan terhadap pelajaran yang diajarkan atau terhadap caranya

mengajar. Oleh karena itu, seorang guru dituntut agar minat siswa dapat

muncul dan berkembang dengan baik17

b. Cara-cara membangkitkan minat

1. Membangkitkan adanya suatu kebutuhan.

2. Menghubungkan dengan persoalan pengalaman yang lampau.

3. Memberi kesempatan untuk mendapatkan hasil yang baik.

4. Menggunakan berbagai bentuk mengajar18.

Proses pembelajaran tergantung ada tidaknya minat belajar siswa.

Tanpa minat belajar maka hasilnya akan rendah. Demikian juga sebaliknya

dengan adanya minat maka hasil belajar pun akan tinggi. Minat belajar

yang tinggi akan memudahkan siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Adapun ciri-ciri siswa yang memiliki minat belajar dapat

dilihat dari kegiatan belajarnya, seperti :

17
Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung:Wacana Prima, 2008) hlm 183-184
18
Sardiman Am, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawalipers, 2011), hlm 95

16
a) Kehadiran siswa tepat pada waktunya.

b) Mempunyai catatan yang lengkap.

c) Siswa aktif didalam proses pembelajaran.

d) Selalu mengerjakan tugas yang diberikan guru dengan rasa senang

hati.

e) Memiliki perhatian yang besar pada saat kegiatan belajar.

f) Sungguh-sungguh dalam belajar dan tidak mudah terganggu ketika

belajar.

g) Tetap berkonsentrasi pada saat belajar.

h) Gemar mencari atau mendapatkan sumber materi baik dari buku,

guru maupun media pembelajaran lainnya.

i) Prestasi belajar siswa akan meningkat

c. Ciri-Ciri Minat

Ciri-ciri minat adalah sebagai berikut :

1. Minat tumbuh bersamaan dengan perkembangan fisik dan mental.

Minat bisa berubah dengan adanya perubahan fisik dan mental

seperti berubahnya minat karena adanya perubahan usia.

2. Minat tergantung pada persiapan belajar.

Kesiapan belajar adalah salah satu faktor penyebab meningkatnya

minat. Seseorang tidak akan memiliki minat apabila belum siap

secara fisik maupun mental.

3. Minat bergantung pada kesempatan belajar.

Minat anak maupun minat orang dewasa didalam belajar

17
tergantung lingkungan.Minat belajar anak dimulai pada lingkungan

rumah sehingga mereka tumbuh dan berkembang dirumah.

Sedangkan minat orang dewasa pertumbuhannya dilingkungan

sosial mereka yang menjadi daya tarik di luar rumah yang mereka

kenal.

4. Perkembangan minat mungkin terbatas.

Ini disebabkan pengaruh keadaan fisik yang tidak memungkinkan

seperti seseorang yang cacat fisik kurang memiliki minat tentang

olahraga dengan orang yang fisiknya sempurna

5. Minat dipengaruhi oleh budaya.

Minat akan lemah jika tidak diberi kesempatan untuk menekuninya

apabila dianggap tidak sesuai dengan kelompok budaya mereka

6. Minat berbobot emosional

Minat ada hubungannya dengan perasaan, kalu suatu objek dihayati

sebagai suatu yang sangat berharga maka muncullah perasaan

senang yang pada akhirnya akan diminatinya.

7. Minat dan egosentris

Minat berbobot egosentris jika seseorang berminat terhadap sesuatu

baik itu manusia maupun benda cenderung untuk memilikinya .

Dari beberapa pengertian diatas maka dapatlah dipahami bahwa

minat merupakan keinginan seseorang yang membuat orang itu

mendapatkan suatu kepuasan dan juga mendatangkan ketenangan bagi

dirinya.

18
d. Kondisi Yang Mempengaruhi Minat

a) Kondisi belajar.

Baik tempat maupun suasana belajar haruslah memiliki sesuatu

yang menyenangkan serta didukung oleh guru yang profesional

yang membantu dapat meningkatkan pembelajaran.

b) System pendukung.

Dalam hal ini proses pembelajaran sangat diperlukan oleh system

pendukung yang memadai bagi siswanya sehingga diperoleh hasil

yang optimal, seperti perpustakaan, mushalla dan koperasi.

c) Pribadi siswa.

Semangat siswa, pandangan siswa terhadap pelajaran, kebanggaan

siswa memakai atribut sekolah, sikap terhadap guru dan

temannya19.

Dari keterangan diatas dapatlah dipahami bahwa minat sangat

berpengaruh terhadap minat belajar, karena dengan adanya minat yang

timbul dalam diri siswa maka akan timbul perasaan senang pada saat

berlangsungnya proses pembelajaran.

2. Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat

fundamental dalam penyelanggaraan jenjang pendidikan.20Semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi atau materi pelajaran.

19
Yuono 40creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2.minat.pdf.
20
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali, 2011), hlm 63

19
Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam

kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai manusia lahir sampai akhir

hayat. Pada waktu bayi, seorang bayi menguasai keterampilan- keterampilan yang

sederhana, seprti memegang botol dan mengenal orang lain di sekelilingnya.

Ketika menginjak masa anak-anak dan remaja, sejumlah sikap, nilai, dan

keterampilan berinteraksi sosial dicapai sebagai kompetensi. Pada saat dewasa,

individu diharapkan telah mahir dengan tugas-tugas kerja tertentu dan

keterampilan-keterampilan fungsional lainnya, seperti mengendarai mobil,

berwiraswasta dan menjalin kerjasama orang lain.

Menurut Hilgrad dan Bower belajar (to learn) memiliki arti: 1)to gain

knowledge, comprehension, or mastery of trough experience or study;2) to fix in

the mind memory;memorize;3) to acquire trough experience;4) to become in

forme of to find out. Menurut definisi tersebut belajar memiliki pengertian

memperoleh pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman,

mengingat, menguasai pengalaman dan mendapatkan informasi atau

menemukan.Menurut Cronbach, “Learning is shown by change in behavior as

result of experience”. Belajar yang terbaik adalah melaui pengalaman dengan

pengalaman tersebut pelajar menggunakan seluruh panca indranya.

Menurut Morgan belajar adalah perubahan tingkah laku yang relative tetap

dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman.

Dari beberapa definisi para ahli diatas dapat disimpulkan ada beberapa

ciri-ciri belajar :

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior).

20
b. Perubahan perliaku relative permanent.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses

belajar sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

Pengalaman atau latihan itu dapat memeberi penguatan.21

3. Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

a. Pengertian Metode Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim dan Nur dalam Rusman berpendapat bahwa PBL merupakan suatu

metode pembelajaran yang digunakan untuk merangsang berpikir tingkat tinggi

siswa dalam situasi yang berorientasi pada masalah dunia nyata, termasuk di

dalamnya belajar bagaimana belajar.

Pendapat tersebut diperjelas oleh Tan bahwa PBL merupakan penggunaan

berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi

terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu

yang baru dan kompleksitas yang ada.22

Pendekatan PBL adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan masalah

dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir

kritis dan ketrampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan

dan konsep yang esensial dari materi pelajaran.23

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa PBL adalah metode pembelajaran yang berbasis pada masalah, sehingga

siswa dilatih nuntuk berpikir kritis dengan masalah-masalah konkrit yang


21
Baharuddin, dkk, Teori Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2010)
22
Rusman, Model-Model Pembelajaran (Bandung: Rajawali Perss, 2010) hlm 241
23
Nurhadi, Kurikulum 2004. (Jakarta: PT Grasindo, 2004) hlm 109

21
dialaminya dalam kehidupan sehari-hari untuk mendapatkan pemahamannya

sendiri. PBL melatih siswa untuk memiliki sikap mandiri dalam menghadapi hal-

hal baru yang sering mereka jumpai dalam dunia nyata yang berupa

permasalahan.

b. Karakteristik Problem Based Learning (PBL)

Pendekatan PBL memiliki beberapa karakteristik. Karakteristik PBL

diungkapkan oleh Tan yaitu;24 (1) Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran;

(2) Masalah yang digunakan berupa masalah dunia nyata yang disajikan secara

mengambang; (3) Masalah menuntut perspektif majemuk; (4) Masalah membuat

siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran baru; (5) Sangat

mengutamakan belajar mandiri; (6) Memanfaatkan sumber pengetahuan yang

bervariasi dan tidak hanya menggunakan satu sumber saja; (7) Pembelajaran

bersifat kolaboratif, komunikatif dan kooperatif yaitu siswa bekerja dalam

kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan dan presentasi.

Karakteristik PBL yang lain menurut Rusman yaitu; 25 (a) Permasalahan

menjadi starting point dalam belajar; (b) Permasalahan yang diangkat adalah

permasalahan yang ada di dunia nyata yang tidak terstruktur; (c) Permasalahan

membutuhkan perspektif ganda; (d) Permasalahan menantang pengetahuan yang

dimiliki oleh siswa, sikap, dan kompetensi yang kemudian membutuhkan

identifikasi kebutuhan belajar dan bidang baru dalam belajar; (e) Belajar

pengarahan diri menjadi hal yang utama; (f) Pemanfaatan sumber pengetahuan

yang beragam, penggunaannya, dan evaluasi sumber informasi merupakan proses


24
Amir T, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2009).hlm 22
25
Ibid hlm 232

22
yang esensial dalam problem based learning; (g) Belajar adalah kolaboratif,

komunikasi, dan kooperatif; (h) Pengembangan keterampilan inkuiri dan

pemecahan masalah sama pentingnya dengan penguasaan isi pengetahuan untuk

mencari solusi dari sebuah permasalahan; (i) Sintesis dan integrasi dari sebuah

proses belajar; (j) PBL melibatkan evaluasi dan review pengalaman siswa dan

proses belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

karakteristik PBL adalah pembelajaran berdasarkan masalah yang relevan dengan

kehidupan siswa, relevan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai,

memiliki daya tarik untuk dilakukan oleh siswa dan dapat memperluas

pengetahuan siswa. PBL juga mengutamakan bekarja dalam kelompok sehingga

siswa dapat melakukan komunikasi dengan temannya dan pemberian evaluasi atas

hasil belajar siwa pada akhir pembelajaran.

c. Langkah-langkah Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim dan Nur dalam Rusman menyatakan langkah-langkah PBL adalah

sebagai berikut:26

(a) Orientasi siswa pada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,

menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi siswa terlibat pada

aktivitas pemecahan masalah.

(b) Mengorganisasi siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan

dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah

tersebut.

(c) Membimbing pengalaman individual/kelompok. Guru mendorong siswa


26
Ibid hlm 243

23
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen

untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

(d) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membantu siswa dalam

merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan

membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.

(e) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru

membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap

penyelidikan mereka dan proses yang mereka lakukan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dalam

melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan PBL memiliki beberapa langkah

yaitu orientasi siswa pada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar,

membimbing pengalaman individu/ kelompok, mengembangkan dan menyajikan

hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Kelima

langkah tersebut harus di kuasai oleh guru sebelum melaksanakan pembelajaran

dengan pendekata PBL.

d. Tujuan Problem Based Learning (PBL)

Ibrahim dan Nur mengemukakan tujuan PBL secara lebih rinci yaitu:

(a) Membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir dan memecahkan

masalah;

(b) Belajar berbagai peran orang dewasa melalui keterlibatan mereka dalam

pengalaman nyata dan;

(c) Menjadi para siswa yang otonom atau mandiri.27

27
Ibid hal 242

24
Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan PBL

adalah untuk membantu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. PBL

juga dapat membantu siswa untuk terlibat aktif dalam permasalahan dunia nyata

yang dapat mengembangkan kemandirian siswa dalam kehidupan sehari-hari.

e. Peran Guru dalam Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)

Peran guru dalam pendekatan PBL menurut Rusman antara lain:28

(a) Menyiapkan perangkat berpikir siswa, yang bertujuan agar siswa benar-

benar siap untuk mengikuti pembelajaran dengan pendekatan PBL.

Seperti, membantu siswa mengubah cara berpikirnya, menyiapkan siswa

untuk pembaruan dan kesulitan yang akan menghadang, membantu siswa

merasa memiliki masalah, dan mengkomunikasikan tujuan, hasil, dan

harapan.

(b) Menekankan belajar kooperatif dalam prosesnya, pendekatan PBL

berbentuk inkuiri yang bersifat kolaboratif dan belajar. Seperti yang

diungkapkan Bray inkuiri kolaboratif sebagai proses dimana orang

melakukan refleksi dan kegiatan secara berulang-ulang, mereka bekerja

dalam tim untuk menjawab pertanyaan penting. Sehingga siswa dapat

memahami bahwa bekerja dalam tim itu penting untuk mengembangkan

proses kognitif.29

(c) Memfasilitasi pembelajaran kelompok kecil dalam pendekatan PBL

belajar dalam bentuk kelompok lebih mudah dilakukan, karena dengan

jumlah anggota kelompok yang sedikit akan lebih mudah mengontrolnya.

28
Ibid hal 245
29
Ibid hal 235

25
Sehingga guru dapat menggunakan berbagai teknik belajar kooperatif

untuk menggabungkan kelompok-kelompok tersebut untuk menyatukan

ide.

(d) Melaksanakan PBL, guru harus dapat mengatur lingkungan belajar yang

mendorong dan melibatkan siswa dalam masalah. Selain itu, guru juga

berperan sebagai fasilitator dalam proses inkuiri kolaboratif dan belajar

siswa.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

pembelajaran dengan pendekatan PBL, guru memiliki peran yang penting yaitu

menyiapkan perangkat berpikir siswa, menekankankan pembelajaran yang

kooperatif dalam PBL, memfasilitasi siswa dalam bekerja kelompok dan sebagai

fasilitator guru harus menyediakan lingkungan belajar yang dapat melibatkan

siswa dalam masalah

4. Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Pendidikan Agama Islam

PAI merupakan mata pelajaran yang dikembangkan dari ajaran-ajaran

pokok (dasar) yang terdapat dalam agamaIslam, sehingga PAI merupakan

bagian yang terdapat dalam ajaran agama Islam. Ditinjau dari segi muatan

pendidikannya, PAI merupakan mata pelajaran pokok yang menjadi satu

komponen yang tidak dapat dipisahkan dengan mata pelajaran lain yang

bertujuan untuk pengembangan moral dan kepribadian peserta didik. Semua

mata pelajaran yang memiliki tujuan tersebut harus siring dan sejalan dengan

tujuan yang ingin dicapai oleh mata pelajaran PAI.

26
Diberikannya mata pelajaran PAI bertujuan untuk terbentukya peserta

didik yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT berbudi pekerti yang

luhur (berakhlak mulia), dan memiliki pengetahuan yang cukup tentang

Islam, terutama sumber ajaran dan sendi-sendi islam lainnya, sehingga dapat

dijadikan bakal untuk mepelajari berbagai bidang ilmu atau mata pelajaran

tanpa harus terbawa oleh pengaruh-pengaruh negatif yang mungkin

ditimbulkan oleh ilmu dan mata pelajaran tersebut. PAI menjadi mata

pelajaran yang tidak hanya mengantarkan peserta didik dapat menguasai

berbagai kajian keislaman, tetapi PAI lebih menekankan bagaimana peserta

didik mampu menguasai kajian keislaman tersebut sekaligus dapat

mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari ditengah-tengah masyarakat.30

Pendidikan agama islam merupakan usaha sadar yang dilakukan penddik

dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan

mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau

pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah

ditetapkan.31 Karakteristik pendidikan Islamvdiantaranya adalah: pertama,

pendidikan Islam adalah penekanan pencarian ilmu pengetahuan, penguasaan,

dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT. Kedua, pengakuan

akan potensi dan kemampuan seseorang, berkembang dalam suatu

kepribadian. Setiap pencari ilmu dipandang sebagai makhluk Tuhan yang

dihormati dan disantuni. Ketiga, pengalaman ilmu pengetahuan atas dasar

tanggung jawab kepada Tuhan dan masyarakat.


30
Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011). Hlm 274-275
31
Abdul Majid Dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006), hlm 130-132

27
b. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Pendidikan islam merupakan sebuah sistem yang memiliki keterkaitan

antara komponen-komponen. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan,

pendidik, anak didik, alat-alat pendidikan dan lingkungan. Dengan demikian

pendidikan Islam sebagai sistem merupakan kegiatan yang didalamnya

mengandung, aspek tujuan, anak didik, pendidik, alat-alat pendidikan dan

lingkungan, yang antara satu dengan yang lain saling berkaitan dan

membentuk suatu sistem terpadu.32

Pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual dan

sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberinya nilai-nilai,

prinsip-prinsip dan teladan ideal dalam kehidupan yang bertujuan

mempersiapkan kehidupan dunia akhirat. Secara khusus pendidikan Islam

adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum Islam

menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Islam.33 Hal tersebut sesuai dengan dengan QS. Luqman 31: 13-15 yang

artinya

13) Janganlah kamu mempersekutukan (Allah) sesungguhnya

mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kelalaian yang besar". 14)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang

ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah

kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah


32
Basuki &Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN Po Press, 2007), hlm 12-24
33
Asnawan, “Pendidikan Islam Dan Teknologi Komunikasi”, Jurnal Falasifa. Vol. 1 No.2 September 2010
kota Jember, hlm 98

28
kembalimu. 15) Dan jika keduanya memaksa kamu untuk mempersekutukan

Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka jangan

lah engkau mematuhi keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan

baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya

kepada-Kulah kembali kamu, maka Ku-beritakan kepada kamu apa yang

telah kamu kerjakan.”

Dari ayat diatas dapat dijelaskan melalui tafsir Salim Bahreisy Dan Said

Bahreisy: Allah SWT. Berfirman mengkisahkan Luqman tatkala memberi

pelajaran dan nasihat kepada putranya yang bernama Tsaran. Berkata Luqman

kepada putranya yang paling disayangdan dicintai; Hai anakku, janganlah engkau

mempersekutukan sesuatu dengan Allah, syirik sesungguhnya adalah perbuatan

kedzaliman yang besar dan Allah memerintahkan kepada hamba-Nya, agar

berbakti dan berbuat baik kepada kedua ibu bapaknya, karena ibunya telah

mengandung dalam keadaan lemah ditambah kelemahan si janin, kemudian

setelah lahir, memeliharanyadengan menyusuinya selama dua tahun, maka

hendaklah engkau bersyukur kepada Allah dan bersyukur kepada kedua orang

tuamu. Dan walaupun hendaknya engkau mengikutidan menyerah kepada paksaan

mereka, dalam hal itu hendaklah engkau tetap menggauli dan menghubungi

mereka dengan baik, hormat dan sopan. Dan ikutilah jalan orang-orang yang

beriman kepada Allah dan kembali bertaat dan bertaubat kepada-Nya.34

c. Pemikiran Intelektual Muslim Tentang Pendidikan Islam

34
Salim Bahreisy dan Said Bahraisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid VI (Surabaya: Bima Ilmu,
1990), hlm 256-257

29
1) Al-Ghazali: Penerapan ilmu dan proses pendidikan merupakan sarana

utama untuk menyiarkan ajaran Islam dan memelihara jiwa. Oleh

karena itu, pendidikan merupakan ibadah dan upaya peningkatan

kualitas diri. Pendidikan yang merupakan jalan untuk mendekatkan diri

kepada Allah dan mendapatkan kebahagiaan dunia-akhirat.

2) Ibn Khaldun: Pendidikan Islam berpijak pada konsep dan pendekatan

filisofis-emperis. Melalui pendekatan tersebut, memberikan arah

terhadap visi tujuan pendidikan Islam secara ideal dan praktis.

3) Ikhwan Al-Shafa: Pendidikan merupakan suatu aktifitas yang

berhubungan dengan kebijaksaan. Ilmu agama tidak bisa berdiri sendiri

melainkan perlu bekerja sama dengan ilmu-ilmu umum.

4) K.H Ahmad Dahlan: Pendidikan Islam hendaknya diarahkanpada

usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur dalam

agama, luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta

bersedia berjuang untuk kemajuan masyarakatnya. Hal tersebut berarti

bahwa pendidikan Islam merupakan uapaya pembinaan pribadi muslim

sejati yang bertaqwa.

5) Rahmah El-Yunusiah: Pendidikan agama, merupakan upaya

penanaman nilai-nilai absolut ilahi yang berfungsi sebagai kontrol dan

pemberi arah kehidupan ideal bagi umat manusia. Nilai-nilai Islam telah

mampu tertanam dalam diri setiap individu dan kehidupan sosial, maka

secara otomatis akan mengarahkan kepada individu dan sosial pada

kehidupan yang baik dan sejahtera.35


35
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002) hlm 85-116

30
B. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian yang terdahulu yang ada hubungannya dengan

penelitian yang penulis laksanakan dengan mengacu pada peningkatan minat

belajar siswa dengan menggunakan metode Problem Based Learning adsalah

sebagai berikut:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Arum Wulansari dengan program studi

Matematika dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta dengan judul Peningkatan minat belajar

Matematika melalui metode Problem Based Learning terhadap siswa kelas

VII semester genap SMP N 3 Colomadu Tahun Pendidikan 2010/2011.

Dengan hasil penelitian pada siklus I 31,25%, sedangkan siklus kedua

meningkat menjadi 75%. Persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa melalui PBL.

Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan sebelumnya dilaksanakan

pada mata pelajaran matematika dan tingkat SMP sedangkan penelitian ini

dilakukan di tingkat SMK dan pada mata pelajaran PAI

2. Penelitian yang dilakukan oleh Yuni Kurnia Sari Program Studi pada

program studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Tadris,

IAIN Bengkulu, dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Problem

Based Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Pendidikan Agama

Islam Di SDN 66 Kota Bengkulu dengan hasil penelitian siklus I 58,83%

dan pada siklus II menjadi 83,87%. Persamaan penelitian terdahulu dengan

penelitian ini adalah adalah terletak pada mata pelajaran PAI dan model

31
pembelajaran PBL. Perbedaannya yaitu penelitian yang dilakukan

sebelumnya untuk meningkatkan hasil belajar sedangkan penelitian ini

untuk meningkatkan minat belajar siswa.

C. Kerangka Berpikir

Pendidikan menuntut guru untuk kreatif dan inovatif dalam melaksanakan

pembelajaran agar dapat mencapai tujuan diharapkan. Pencapaian tujuan

pembelajaran dapat dicapai dengan menggunakan metode pembelajaran yang

sesuai dengan mata pelajaran yang akan disampaikan. Mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam adalah mata pelajaran yang penting dalam pembentukan moral dan

akhlak tetapi sering dianggap remeh oleh siswa. Pendidikan Agama Islam

memerlukan pemikiran yang kritis, ketelitian dan penalaran. Siswa yang tidak

senang atau tidak bisa dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam akan merasa

malas dan tidak memiliki minat untuk mengikuti pemebelajaran.

Masalah-masalah yang timbul dalam pembelajaran Pendidikan Agama

Islam membuat peneliti ingin untuk mencoba menciptakan pembelajaran yang

inovatif untuk dapat membangun minat siswa dalam pelajaran Pendidikan Agama

Islam agar siswa belajar dengan penuh minat dan merasa senang. Pendekatan PBL

merupakan pendekatan yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran

Pendidikan Agama Islam.

Pendekatan PBL juga diharapkan dapat meningkatkan minat dan prestasi

belajar siswa, karena kelebihan PBL adalah siswa akan terbiasa menghadapi

masalah dan tertantang untuk menyelesaikan masalah tidak hanya terkait dengan

pembelajaran di kelas tetapi juga menghadapi masalah yang ada dalam kehidupan

32
sehari-hari, dengan pendekatan ini dapat memupuk interaksi sosial siswa karena

terbiasa berdiskusi kelompok. Pendekatan PBL juga akan semakin mengakrabkan

guru dengan siswa.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka teoritis diatas maka hipotesis tindakan penelitian

adalah dengan Penerapan metode pembelajaran Problem Based Learning dapat

meningkatkan minat belajar Pendidikan Agama Islam pada siswa kelas X Kriya

Kayu SMK Negeri 4 Kendari tahun ajaran 2019/2020

33
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subjek Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di SMK Negeri 4 Kendari,

beralamat Jl. Kijang, Rahandouna, Poasia, Kota Kendari Prov. Sulawesi

Tenggara, Kelas X Jurusan Kriya Kayu pada semester Ganjil tahun ajaran 2020-

2021 yaitu pada Juni-Juli 2020

Subjek penelitian ini adalah siswa di kelas X Kriya Kayu SMK Negeri 4

Kendari dengan jumlah siswa 18 orang laki-laki. Sedangkan objek penelitian

adalah pembelajaran Problem Based Learning dan Minat Belajar Pendidikan

Agama Islam.

B. Rencana dan Prosedur Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

model John Elliot seperti pada gambar 3.1

Gambar 3. 1 Desain PTK Model John Elliot

34
Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan rancangan penelitian model

Hopkins yang diawali dengan tindakan pendahuluan kemudian dilanjutkan

perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Penelitian dilakukan sebanyak 2

siklus. Hasil evaluasi pada siklus I masih belum tuntas, sehingga dilakukan

perbaikan pada siklus II. Refleksi siklus I dilakukan untuk menentukan langkah-

langkah perbaikan pada siklus II.36

Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti rencananya menggunakan dua

siklus dengan rancangan sebagai berikut

1. Siklus I

a. Perencanaan (Planning)

Kegiatan awal yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan

ini yaitu merefleksikan dan menganalisis masalah yang terjadi dalam proses

pembelajaran serta mencari alternatif pemecahan masalahnya. Sehingga dari

hasil kegiatan tersebut peneliti akan dapat melakukan kegiatan selanjutnya

seperti sebagai berikut:

Kegiatan utama yang dilakukan peneliti dalam tahap perencanaan ini

yaitu:

1) Menganalisis kurikulum dalam rangka mengetahui standar kompetensi

dan kompetensi dasar serta materi pokok yang akan disampaikan

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning.

2) Merancang bagian isi mata pelajaran PAI untuk siswa kelas X SMK

Negeri 4 Kendari.

36
Sukidin dkk, Manajemen Penelitian Tindakan Kelas (Surabaya;Percetakan Insan Cendekia; 2002) hal 59

35
3) Menetapkan indikator ketercapaian hasil belajar IPA dengan mengacu

pada standar kompetensi dan kompetensi dasar.

4) Membuat dan menyusun silabus, Rencana Pelaksaan Pembelajaran

(RPP) dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

5) Menyiapkan bahan ajar, membuat lembar materi dan lembar kerja

siswa serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

dalam proses pembelajaran.

6) Menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian tindakan kelas, sebagai berikut:

a) Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning

b) Lembar observasi aktivitas guru dalam mengelolah proses

pembelajaran di dalam kelas sesuai yang telah direncanakan di

dalam RPP dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning. Pada mata pelajaran PAI.

c) Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam

penelitian ini peserta didik dikatakan berhasil apabila mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai

d) Menyusun lembar evaluasi pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

36
Dalam pelaksanaan tindakan pada siklus pertama ini peneliti di bantu

oleh guru (kolaborator) untuk melaksanakan proses pembelajaran yang telah

direncanakan dalam RPP. Langkah-langkah kegiatan pembelajaran disusun

berdasarkan sintaks Problem Based Learning (PBL)

c. Pengamatan atau observasi (Observing)

Dalam kegiatan pengamatan peneliti dan guru mengumpulkan serta

menyusun data yang diperoleh dari proses pembelajaran. Fokus pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1. Hasil belajar peserta didik

Pengamatan hasil belajar peserta didik kelas X mata pelajaran PAI

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

dengan menggunakan instrumen evaluasi akhir pembelajaran yang

dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran.

2. Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran

Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun

oleh peneliti dalam proses pembelajaran berlangsung.

3. Aktivitas guru dalam proses pembelajaran

Kegiatan pengamatan aktivitas guru dalam mengelolah proses

pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran PAI

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru yang telah

disusun dalam proses pembelajaran berlangsung.

37
d. Refleksi (Reflecting)

Hasil observasi yang telah dilaksanakan kemudian dianalisis dan

direfleksikan untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran yang telah

dilaksanakan pada siklus pertama dengan menggunakan model

pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran PAI pada siswa

kelas X SMK Negeri 4 Kendari. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada

tahap refleksi sebagai berikut:

1) Menganalisis data yang diperoleh dari proses pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning seperti

data tes hasil belajar, hasil observasi aktivitas guru dan hasil observasi

aktivitas peserta didik serta hasil wawancara guru dan peserta didik

setelah proses pembelajaran berlangsung.

2) Melakukan diskusi dengan guru (kolaborator) untuk merencanakan

perbaikan pelaksanaan tindakan kelas yang akan digunakan pada

siklus berikutnya berdasarkan kekurangan pada siklus pertama.

3) Peneliti merancang tindakan untuk siklus berikutnya.

4) Mencatat kendala yang telah terjadi selama kegiatan proses

pembelajaran yang telah dilaksanakan.

5) Mengevaluasi hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2. Siklus II

a. Perencanaan

38
Kegiatan utama yang dilakukan oleh peneliti dalam tahap perencanaan

pada siklus II ini yaitu membuat rencana pembelajaran berdasarkan refleksi

dan hasil analisis yang telah dilaksanakan pada siklus I. Dari hasil tersebut

peneliti melakukan hal-hal sebagai berikut:

1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran pada siklus II dengan

memperhatikan kekurangan dan kendala-kendala yang terjadi pada

siklus I.

2) Menyiapkan bahan ajar, membuat lembar materi dan lembar kerja

siswa serta menyiapkan sarana dan prasarana yang dapat mendukung

dalam proses pembelajaran.

3) Menyusun instrumen pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian tindakan kelas, sebagai berikut:

a) Lembar observasi aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based

Learning.

b) Lembar observasi aktivitas guru dalam mengelolah proses

pembelajaran di dalam kelas sesuai yang telah direncanakan di

dalam RPP dengan menggunakan model pembelajaran Problem

Based Learning pada mata pelajaran PAI.

c) Menentukan kriteria keberhasilan pembelajaran. Dalam

penelitian ini peserta didik dikatakan berhasil apabila mencapai

kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai 75.

d) Menyusun lembar evaluasi pembelajaran.

39
b. Pelaksanaan Tindakan

Guru melaksanakan RPP sesuai dengan pendekatan pembiasaan

berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Dalam pelaksanaan tindakan pada

siklus pertama ini peneliti di bantu oleh guru (kolaborator) untuk

melaksanakan proses pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP.

Langkah-langkah kegiatan pembelajaran disusun berdasarkan sintaks

Problem Based Learning (PBL)

c. Observasi

Dalam kegiatan pengamatan peneliti dan guru mengumpulkan serta

menyusun data yang diperoleh dari proses pembelajaran. Fokus pengamatan

yang dilakukan oleh peneliti sebagai berikut:

1) Hasil belajar peserta didik

2) Pengamatan hasil belajar peserta didik kelas X mata pelajaran PAI

dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

dengan menggunakan instrumen evaluasi akhir pembelajaran yang

dilaksanakan pada akhir proses pembelajaran.

3) Aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran

4) Pengamatan aktivitas peserta didik dilakukan oleh peneliti dengan

menggunakan lembar observasi aktivitas siswa yang telah disusun

oleh peneliti dalam proses pembelajaran berlangsung.

5) Aktivitas guru dalam proses pembelajaran

6) Kegiatan pengamatan aktivitas guru dalam mengelolah proses

pembelajaran di dalam kelas dengan menggunakan model

40
pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran PAI

dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru yang telah

disusun dalam proses pembelajaran berlangsung.

d. Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II

serta menganalisis untuk membuat kesimpulan atas pelaksanaan model

pembelajaran Problem Based Learning dalam upaya meningkatkan hasil

belajar IPA pada siswa kelas X SMK Negeri 4 Kendari.

C. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang diperoleh dari penelitian ini adalah kualitatif dan

kuantitatif yang terdiri dari :

a. Penerapan pembelajaran; Data yang diperoleh dari aktifitas guru dan siswa

berdasarkan metode Problem Based Learning.

b. Minat belajar siswa; Data yang diperoleh dari minat belajar siswa pada

siklus 1 dan 2.

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk pengumpulan data dalam

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara untuk memperoleh data

tentang minat belajar siswa berdasarkan pendapat guru. Kusumah berpendapat

bahwa wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan

pertanyaan secara lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat

yang luwes, pertanyaan yang diberikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga

41
segala sesuatu yang ingin diungkapkan dapat digali dengan baik.37

Kunandar mengungkapkan bahwa bentuk pertanyaan wawancara dibagi

menjadi tiga yaitu bentuk pertanyaan terstruktur, tak terstruktur, dan setengah

terstruktur atau semiterstruktur”.38 Dalam penelitian ini peneliti menggunakan

bentuk pertanyaan setengah terstruktur atau semi terstruktur karena peneliti

mengajukan pertanyaan sesuai dengan pedoman wawancara yang telah disusun,

namun pertanyaan juga dapat dikembang oleh peneliti sesuai dengan kedalaman

informasi yang ingin diperoleh.

2. Observasi

Peneliti menggunakan teknik observasi untuk mengumpulkan data

deskriptif selama proses pembelajaran di kelas. Sanjaya mengemukakan bahwa

observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati setiap

kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang

hal-hal yang akan diamati atau diteliti.39

Sugiyono mengatakan bahwa dalam proses pelaksanaan pengumpulan

data, observasi dibedakan menjadi 2 yaitu observasi berperan serta dan observasi

nonpartisipan. Observasi non partisipan terdiri dari observasi terstruktur yang

berarti observasi dirancang secara sistematis, tentang variabel yang akan diamati,

dan observasi tidak terstruktur yaitu obsevasi yang tidak dipersiapkan secara

sistematis tetapi hanya menggunakan rambu-rambu pengamatan.40

Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi terstruktur yang


37
Wijaya Kusumah, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Malta Printindo, 2009), hlm77.
38
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: PT
Rajagrafindo Persada, 2008), hlm 159.
39
Wijaya Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), hlm 86.
40
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta, 2010) hlm 204.

42
alat observasinya telah dirancang peneliti sesuai dengan hal yang akan diamati.

Observasi dilakukan peneliti untuk mendapatkan data tentang minat belajar siswa.

Data hasil observasi dalam penelitan ini digunakan oleh peneliti sebagai

pendukung saat melakukan pembahasan pada hasil penelitian. Observasi

terstruktur dilakukan oleh peneliti selama pembelajaran berlangsung dengan

bantuan dari teman sejawat.

3. Kuesioner

Kuesioner menurut Kunandar merupakan instrumen di dalam teknik

komunikasi tidak langsung yang harus dijawab secara tertulis oleh

responden. Dengan kuesioner data yang diperoleh bersifat informatif berupa

pendapat, buah pikiran, penilaian, ungkapan perasaan dan sebagainya.

Indikator untuk menyusun kuesioner disesuaikan dan dikembangkan dari

permasalahan yang ingin digali.41

Arikunto mengemukakan bahwa kuesioner terdiri atas dua bentuk yaitu

bentuk kuesioner terstruktur dan bentuk kuesioner tidak terstruktur. Dalam

penelitian ini peneliti menggunakan bentuk kuesioner terstruktur.42 Arifin

menjelaskan bahwa bentuk kuesioner terstruktrur terdiri dari bentuk jawaban

tertutup, bentuk jawaban terbuka dan bentuk jawaban bergambar. 43 Kuesioner

yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang

setiap pertanyaannya sudah tersedia berbagai alternatif jawaban. Kuesioner yang

digunakan peneliti berupa 20 pernyataan yang dijabarkan dari 4 indikator minat

belajar.
41
Ibid hlm 173
42
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012) hlm 20-21
43
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009) hlm 166

43
Kuesioner diberikan kepada siswa sebanyak tiga kali yaitu sebelum

dilakukan pembelajaran menggunakan pendekatan PBL untuk mendapatkan

kondisi awal minat belajar siswa dan pada akhir setiap siklus setelah pelaksanaan

pembelajaran dengan pendekatan PBL untuk mendapatkan data tentang minat

belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Tes

Sanjaya berpendapat bahwa tes merupakan instrumen pengumpulan data

yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif siswa atau tingkat

penguasaan materi pembelajaran.44 Menurut Mardapi tes dibedakan menjadi dua

bentuk yaitu tes obyektif dan non obyektif. Tes obyektif adalah tes yang apabila

dilihat dari sistem penskorannya dan siapa saja yang lembar jawaban tes akan

menghasilkan skor yang sama.45 Bentuk tes objektif yang sering digunakan adalah

tes objektif dalam bentuk pilihan ganda, benar salah,menjodohkan dan uraian

objektif. Sedangkan tes non obyektif adalah tes yang sistem penskorannya

dipengaruhi oleh pemberi skor.

Pada penelitian ini jenis tes yang digunakan oleh peneliti adalah tes

objektif dalam bentuk pilihan ganda yang diberikan pada setiap akhir siklus 1 dan

siklus 2. Tes yang diberikan pada setiap akhir siklus digunakan oleh peneliti untuk

mengukur minat belajar siswa pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

dengan menggunakan pendekatan PBL.

5. Dokumentasi

Teknik dokumentasi menurut Sukardi merupakan cara yang digunakan


44
Ibid hlm 99
45
Mardapi, D. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes (Yogyakarta: Mitra Cendekia Perss, 2008)
hlm 70

44
untuk memperoleh data langsung dari responden yang dapat melipui tempat

penelitian, buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-

foto, film dokumenter, dan data lainnya yang relevan dengan penelitian.46

Pada penelitin ini, peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk

memperoleh data tentang prestasi belajar siswa. Dokumentasi diambil dari data

hasil tes objektif, silabus, RPP, LKS, dan daftar nilai UTS Pendidikan Agama

Islam siswa kelas X Kriya Kayu tahun ajaran 2019/2020.

D. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dibagi menjadi dua yaitu teknik analisis data minat

belajar siswa dan teknik analisis hasil belajar siswa. Peneliti akan menguraikan

satu persatu dari kedua bagian tersebut.

1. Analisis Data Minat Belajar Siswa

Pemberian skor untuk menghitung nilai minat belajar siswa dilakukan

peneliti dengan menilai pengisian kuesioner yang berisi 20 pernyataan yang

dijabarkan dari 4 indikator minat yaitu perasaan senang, ketertarikan siswa,

perhatian siswa dan keterlibatan siswa.

Penghitungan nilai akhir minat belajar siswa dilakukan peneliti dengan

cara menghitung jumlah skor yang diperoleh siswa yang kemudian dibagi dengan

skor maksimal yaitu 100 dan dikalikan 100 supaya memperoleh skor akhir

maksimal 100. Berikut rumus yang digunakan oleh peneliti untuk menilai minat

belajar siswa.

46
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012)
hlm 81

45
skor yang diperoleh siswa
N= ×100
skor maksimal

Skor akhir yang diperoleh siswa selanjutnya dianalisis oleh peneliti

menggunakan PAP tipe 1 karena presentil PAP tipe 1 presentilnya lebih besar dari

pada PAP tipe 2. Tabel 3.2 merupakan kriteria skor kuesioner minat dengan PAP

tipe 1.47 Untuk menghitung rentang skor dari batas bawah sampai dengan batas

atas untuk setiap tingkatan peneliti menggunakan rumus sebagai berikut.

Rentang Skor = Presentasi Setiap Tingkatan x Skor Maksimal

Tabel 3.1 Rentang Skor Minat Berdasarkan Kriteria Menurut PAP Tipe 1

Presentase Rentang Skor Kriteria


Batas bawah Batas atas
90% - 100% 90 100 Sangat berminat

80% - 89% 80 89 Berminat

65% - 79% 65 79 Cukup berminat

55% - 64% 55 64 Kurang berminat

< 55% 20 54 Sangat kurang

berminat

Skor akhir yang diperoleh setiap siswa digunakan peneliti untuk

menghitung presentase minat belajar siswa. Persentase minat belajar siswa

diperoleh dengan cara membagi jumlah siswa yang termasuk dalam kriteria

minimal cukup berminat dengan jumlah seluruh siswa dan dikalikan 100%.

Berikut rumus penghitungan presentase jumlah siswa yang minimal cukup

47
Masidjo, I., Penilaian Pencapaian Hasil Belajar Siswa di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius,1995) hlm 153

46
berminat.

jumlah siswadengan minimal cukup berminat


×100 %
jumlah seluruh siswa

2. Analisis Hasil Observasi Guru dan Siswa

Data yang didapat dari hasil pengamatan berdasarkan lembaran observasi

selanjutnya dianalisis. Untuk data keaktivan guru masing-masing indicator

dibrri bobot nol apabila tidak dilaksanakan, bobot 1 jika belum sempurna,

bobot 2 kurang sempurna, bobot 3 apabila sempurna dan bobot 4 jika sangat

sempurna. Untuk keaktifan siswa masing-masing indicator diberi bobot 1

bila dilakukan dan bobot nol jika tidak dilakukan.

F
Data observasi dianalisis dengan rumus : P= × 100 %
N

Keterangan :

P = Angka persentase

F = Frekuensi yang dicari persentasenya

N = Jumlah frekuensi keseluruhan

Keaktifan individu siswa

skor perolehan siswa


persentase keaktifan siswa= × 100 %
skor maksimal

Keaktifan masing-masing indikator

siswa yang aktif


persentase keaktifan= × 100 %
jumlah siswa

Keaktifan siswa sekelas atau klasikal

skor perolehan semua siswa


persentase keaktifan= ×100 %
skor maksimal

47
Keaktifan guru

skor perolehan aktivitas guru


persentase keaktifan= ×100 %
skor maksimal aktivitas guru

Dalam menentukan kriteria penilaian tentang keaktifan siswa, dari

data kualitatif dikelompokkan atas empat kriteria yaitu sangat tinggi, tinggi,

sedang dan rendah. Hal ini mengacu pada pendapat Suharsimi Arikunto,

adapun kriteria persentase tersebut yaitu :

1) Persentase antara 76% - 100% dikatakan sangat tinggi,

2) Persentase antara 56% - 75% dikatakan tinggi,

3) Persentase antara 40% - 55% dikatakan sedang,

4) Persentase antara 0% - 40% dikatakan rendah.

3. Analisis Data Hasil Belajar

Analisis data prestasi belajar siswa dilakukan untuk memperoleh skor

akhir pada soal evaluasi siswa yang diberikan pada skor siklus 1 dan siklus 2 dan

memperoleh presentase prestasi belajar siswa. Nilai akhir prestasi belajar masing-

masing siswa dihitung agar kemampuan masing-masing siswa dapat diketahui.

Berikut langkah-langkah pemberian skor siswa untuk mengetahui prestasi belajar

siswa.

1. Skor aspek kognitif

Jawaban benar skor 1

Jawaban salah skor 0

2. Menghitung nilai siswa

a. Nilai kognitif

48
skor yang diperoleh
N= ×100
10

b. Menghitung nilai rata-rata

jumlah nilai siswa


Rata−rata=
jumlah siswa

c. Menghitung presentase ketuntasan siswa

jumlah siswa tuntas KKM


persentase= ×100 %
jumlah siswa

E. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria yang digunakan untuk

melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan penelitian tindakan kelas dalam

meningkatkan atau memperbaiki proses pembelajaran di kelas. Dalam PTK ini

yang akan dilihat adalah indikator kinerjanya. Maka diperlukan indikator

sebagai berikut :

1. Nilai rata-rata siswa kelas X Jurusan Kriya Kayu SMK Negeri 4 Kendari

pada mata pelajaran PAI dengan minimal 75.

2. Ketuntasan hasil belajar termasuk dalam kategori baik (˃80%) dari

jumlah peserta didik seluruhnya.

3. Keaktifan guru dan peserta didik dalam kategori baik (˃80%)

berdasarkan hasil pengamatan guru peneliti dan pengamat.

49
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Majid & Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
(Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006),

Agus Soejanto, Psikologi Umum, (Jakarta: Yayasan Posegoro, 1989),

Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung : PT. Remaja


Rosdakarya, 2003)

Arikunto Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara.


2012),

Amir T, Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. (Jakarta: Kencana


Prenada Media Group, 2009).

Asnawan, “Pendidikan Islam Dan Teknologi Komunikasi”, Jurnal Falasifa. Vol.


1 No.2 September 2010 kota Jember,

Baharuddin, dkk, Teori Belajar & Pembelajaran, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media,


2010)

Basuki &Miftahul Ulum, Pengantar Ilmu Pendidikan Islam (Ponorogo: STAIN


Po Press, 2007),

Djaali, Psikologi Pendidikan, (Jakarta:Bumi Aksara, 2011)

Endang Purwanti, dkk.,Perkembangan Peserta Didik, (Malang : UMM Press,


2002),

Herman Hudojo, Strategi Belajar Mengajar Matematika, (Malang: Ikip Malang,


1990)

Jamaludin Amin, Pendidikan dan Pengajaran, (Jakarta: Pustaka Antara, 1969)

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan


Profesi Guru, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2008),

Mashudi, Asrop Syafi’i, dan Agus Purwowidodo, Desain Model Pembelajaran


Inovatif Berbasis Konstruktivisme (Kajian Teoritis dan Praktis),
(Tulungagung : STAIN Tulungagung Press, 2013)

Mohammad Asrori, Psikologi Pembelajaran, (Bandung:Wacana Prima, 2008)

Muhaimin, dkk., Paradigma Pendidikan Islam Upaya Mengefektifkan Pendidikan


Agama Islam di Sekolah, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2002)

50
Muhammad Irham dan Novan A. W, Psikologi Pendidikan: Teori dan Aplikasi
dalam Proses Pembelajaran, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2013)

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali, 2011),

Nurhadi, Kurikulum 2004. (Jakarta: PT Grasindo, 2004)

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2001)

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Bandung: Rajawali Perss, 2010)

Salim Bahreisy dan Said Bahraisy, Terjemahan Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid
VI (Surabaya: Bima Ilmu, 1990),

Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Pers, 2002)

Sardiman Am, Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawalipers,


2011)

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT. Rineka


Cipta, 2013)

Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,


2012)

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfa Beta,


2010)

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya (Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2012) Masidjo, I., Penilaian Pencapaian Hasil
Belajar Siswa di Sekolah (Yogyakarta: Kanisius,1995)

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Pratiknya, (Jakarta:


PT Bumi Aksara, 2012), .

Syekh Ibrahim Bin Ismail Azzarnuji, Ta’limul Muta’alim (Semarang : CV Toha


Putra.As’ad, 1999)

Wayan Nurkancana, dkk., Evaluasi Pendidikan, (Surabaya : Usaha Nasional,


1982),

Warsono dan Haryanto, Pembelajaran Aktif Teori dan Asesmen, (Bandung:


Remaja Rosdakarya, 2012),

Wijaya Kusumah, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta : PT Malta


Printindo, 2009),

51
Wijaya Sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Kencana Prenada Media
Group, 2011),

Yuono 40creasoft.files.wordpress.com/2008/04/2.minat.pdf.Zakiyah Daradjat,


dkk., Kepribadian Guru,, (Jakarta : Bulan Bintang, 1980)

Zubaedi, Desain Pendidikan Karakter, (Jakarta: Kencana, 2011).

Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2009)


Mardapi, D. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Non Tes
(Yogyakarta: Mitra Cendekia Perss, 2008)

52
Lampiran 1.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN


(RPP)

Sekolah : SMK Negeri 4 Kendari


Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam
Kelas/Semester : X / Ganjil
Materi Pokok : Meniti Hidup dengan Kemuliaan
Alokasi Waktu : 3 Jam Pelajaran @45 Menit

A. Kompetensi Inti
 KI-1:Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
 KI-2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong
royong, kerjasama, toleran, damai), bertanggung jawab, responsif, dan pro-aktif dalam
berinteraksi secara efektif sesuai dengan perkembangan anak di lingkungan, keluarga,
sekolah, masyarakat dan lingkungan alam sekitar, bangsa, negara, kawasan regional, dan
kawasan internasional”.
 KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual,
prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,
teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan
pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah
 KI4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait
dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak
secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan

B. Kompetensi Dasar Dan Indikator Pencapaian Kompetensi


Kompetensi Dasar Indikator
1.1 Terbiasa membaca al-Qur’an  Terbiasa membaca al-Qur’an dengan
dengan meyakini bahwa kontrol meyakini bahwa kontrol diri (mujahadah an-
diri (mujahadah an-nafs), nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) adalah perintah
persaudaraan (ukhuwah) adalah agama.
perintah agama.
2.1 Menunjukkan perilaku kontrol diri  Menunjukkan perilaku kontrol diri
(mujahadah an-nafs), prasangka (mujahadah an-nafs), prasangka baik
baik (husnuzzan), dan persaudaraan (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah)
(ukhuwah) sebagai implementasi sebagai implementasi perintah Q.S. al-
perintah Q.S. al- Hujurat/49: 10 Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis terkait.
dan 12 serta Hadis terkait.
3.1 Menganalisis Q.S. al-Hujurat/49:  Menganalisis Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12
10 dan 12 serta Hadis tentang serta Hadis tentang kontrol diri (mujahadah
kontrol diri (mujahadah an-nafs), an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah).
persaudaraan (ukhuwah).  Menjelaskan makna isi Q.S. al-Hujurāt/49:12
dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 tentang kontrol
diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik
(husnużżhan), dan persaudaraan (ukhuwwah)
dengan menggunakan IT.

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan dapat:

53
1. Terbiasa membaca al-Qur’an dengan meyakini bahwa kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) adalah perintah agama.
2. Menunjukkan perilaku kontrol diri (mujahadah an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan
persaudaraan (ukhuwah) sebagai implementasi perintah Q.S. al- Hujurat/49: 10 dan 12
serta Hadis terkait.
3. Menganalisis Q.S. al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta Hadis tentang kontrol diri (mujahadah
an-nafs), prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah).

D. Materi Pembelajaran
Menyajikan hubungan antara kualitas keimanan dengan kontrol diri (mujahadah an-nafs),
prasangka baik (husnuzzan), dan persaudaraan (ukhuwah) sesuai dengan pesan Q.S. al-
Hujurat/ 49: 10 dan 12, serta Hadis terkait
a. Menjelaskan makna isi Q.S. al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 tentang kontrol
diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik (husnużżhan), dan persaudaraan (ukhuwwah)
dengan menggunakan IT.
b. Memberikan tambahan bacaan ayat al-Qur’ān dan hadis-hadis yang mendukung lainnya,
tentang kontrol diri (mujāhadah an-nafs), prasangka baik (husnużżhan), dan persaudaraan
(ukhuwwah).
c. Meneliti secara lebih mendalam pemahaman dan pembentukan perilaku berdasarkan Q.S.
al-Hujurāt/49:12 dan Q.S. al-Hujurāt /49:10 tentang kontrol diri (mujāhadah an-nafs),
prasangka baik (husnużżhan), dan persaudaraan (ukhuwwah) dengan menggunakan IT
yang dapat dilakukan peserta didik dengan tidak terikat oleh waktu tatap muka di dalam
kelas, seperti: di perpustakaan, di luar kelas, di rumah, dll.

E. Metode Pembelajaran
1) Pendekatan : Saintifik
2) Model Pembelajaran : Problem Based Learning (PBL)
3) Metode : Tanya jawab, wawancara, diskusi

F. Media Pembelajaran
Media :
 Worksheet atau lembar kerja (siswa)
 Lembar penilaian
 Al-Qur’an

Alat/Bahan :
 Penggaris, spidol, papan tulis
 Laptop & infocus

G. Sumber Belajar
 Buku Pendidikan Agama Islam Siswa Kelas X, Kemendikbud, tahun 2016
 Buku refensi yang relevan,
 Tafsir al-Qur’an
 Lingkungan setempat

H. Langkah-Langkah Pembelajaran
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
Kegiatan Pendahuluan (15 Menit)
Guru :
Orientasi
 Melakukan pembukaan dengan salam pembuka, memanjatkan syukur kepada Tuhan
YME dan berdoa untuk memulai pembelajaran
 Memeriksa kehadiran peserta didik sebagai sikap disiplin
 Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan pembelajaran.

54
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
Aperpepsi
 Mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi/tema/kegiatan sebelumnya
 Mengingatkan kembali materi prasyarat dengan bertanya.
 Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang akan dilakukan.
Motivasi
 Memberikan gambaran tentang manfaat mempelajari pelajaran yang akan dipelajari
dalam kehidupan sehari-hari.
 Apabila materitema/projek ini kerjakan dengan baik dan sungguh-sungguh ini dikuasai
dengan baik, maka peserta didik diharapkan dapat menjelaskan tentang materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
 Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
 Mengajukan pertanyaan
Pemberian Acuan
 Memberitahukan materi pelajaran yang akan dibahas pada pertemuan saat itu.
 Memberitahukan tentang kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator, dan KKM pada
pertemuan yang berlangsung
 Pembagian kelompok belajar
 Menjelaskan mekanisme pelaksanaan pengalaman belajar sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran.
Kegiatan Inti ( 105 Menit )
Sintak Model
Kegiatan Pembelajaran
Pembelajaran
Stimulation KEGIATAN LITERASI
(stimullasi/ Peserta didik diberi motivasi atau rangsangan untuk memusatkan
pemberian perhatian pada topik materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12
rangsangan) serta hadits terkait dengan cara :
 Melihat (tanpa atau dengan Alat)
Menayangkan gambar/foto/video yang relevan.
 Mengamati
 Lembar kerja materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12
serta hadits terkait.
 Pemberian contoh-contoh materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait untuk dapat dikembangkan peserta
didik, dari media interaktif, dsb
 Membaca.
Kegiatan literasi ini dilakukan di rumah dan di sekolah dengan
membaca materi dari buku paket atau buku-buku penunjang lain,
dari internet/materi yang berhubungan dengan Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait.
 Menulis
Menulis rangkuman dari hasil pengamatan dan bacaan terkait
Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait.
 Mendengar
Pemberian materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta
hadits terkait oleh guru.
 Menyimak
Penjelasan pengantar kegiatan secara garis besar/global tentang
materi pelajaran mengenai materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
untuk melatih rasa syukur, kesungguhan dan kedisiplinan,
ketelitian, mencari informasi.
Problem CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)

55
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
Guru memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mengidentifikasi
statemen sebanyak mungkin pertanyaan yang berkaitan dengan gambar yang
(pertanyaan/ disajikan dan akan dijawab melalui kegiatan belajar, contohnya :
identifikasi  Mengajukan pertanyaan tentang materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
masalah) yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk
mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai
dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat
hipotetik) untuk mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran
kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Data KEGIATAN LITERASI
collection Peserta didik mengumpulkan informasi yang relevan untuk menjawab
(pengumpulan pertanyan yang telah diidentifikasi melalui kegiatan:
 Mengamati obyek/kejadian
data) Mengamati dengan seksama materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait yang sedang dipelajari dalam bentuk
gambar/video/slide presentasi yang disajikan dan mencoba
menginterprestasikannya.
 Membaca sumber lain selain buku teks
Secara disiplin melakukan kegiatan literasi dengan mencari dan
membaca berbagai referensi dari berbagai sumber guna menambah
pengetahuan dan pemahaman tentang materi Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang sedang dipelajari.
 Aktivitas
Menyusun daftar pertanyaan atas hal-hal yang belum dapat dipahami
dari kegiatan mengmati dan membaca yang akan diajukan kepada
guru berkaitan dengan materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan
12 serta hadits terkait yang sedang dipelajari.
 Wawancara/tanya jawab dengan nara sumber
Mengajukan pertanyaan berkaiatan dengan materi Membaca Q.S.
Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang telah disusun
dalam daftar pertanyaan kepada guru.

COLLABORATION (KERJASAMA)
Peserta didik dibentuk dalam beberapa kelompok untuk:
 Mendiskusikan
Peserta didik dan guru secara bersama-sama membahas contoh
dalam buku paket mengenai materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait.
 Mengumpulkan informasi
Mencatat semua informasi tentang materi Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang telah diperoleh pada
buku catatan dengan tulisan yang rapi dan menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar.
 Mempresentasikan ulang
Peserta didik mengkomunikasikan secara lisan atau
mempresentasikan materi dengan rasa percaya diri Membaca Q.S.
Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait sesuai dengan
pemahamannya.
 Saling tukar informasi tentang materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya
sehingga diperoleh sebuah pengetahuan baru yang dapat dijadikan

56
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
sebagai bahan diskusi kelompok kemudian, dengan menggunakan
metode ilmiah yang terdapat pada buku pegangan peserta didik atau
pada lembar kerja yang disediakan dengan cermat untuk
mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan
mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
Data COLLABORATION (KERJASAMA) dan CRITICAL THINKING
processing (BERPIKIR KRITIK)
(pengolahan Peserta didik dalam kelompoknya berdiskusi mengolah data hasil
pengamatan dengan cara :
Data)  Berdiskusi tentang data dari Materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
 Mengolah informasi dari materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10
dan 12 serta hadits terkait yang sudah dikumpulkan dari hasil
kegiatan/pertemuan sebelumnya mau pun hasil dari kegiatan
mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi yang sedang
berlangsung dengan bantuan pertanyaan-pertanyaan pada lembar
kerja.
 Peserta didik mengerjakan beberapa soal mengenai materi Membaca
Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait.
Verification CRITICAL THINKING (BERPIKIR KRITIK)
Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan memverifikasi
(pembuktian) hasil pengamatannya dengan data-data atau teori pada buku sumber
melalui kegiatan :
 Menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja
keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir
induktif serta deduktif dalam membuktikan tentang materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
antara lain dengan : Peserta didik dan guru secara bersama-sama
membahas jawaban soal-soal yang telah dikerjakan oleh peserta
didik.
Generalization COMMUNICATION (BERKOMUNIKASI)
(menarik Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan
 Menyampaikan hasil diskusi tentang materi Membaca Q.S. Al-
kesimpulan) Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait berupa kesimpulan
berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya
untuk mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan
berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan sopan.
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara klasikal tentang
materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
 Mengemukakan pendapat atas presentasi yang dilakukan tentanag
materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
dan ditanggapi oleh kelompok yang mempresentasikan.
 Bertanya atas presentasi tentang materi Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang dilakukan dan
peserta didik lain diberi kesempatan untuk menjawabnya.

CREATIVITY (KREATIVITAS)
 Menyimpulkan tentang point-point penting yang muncul dalam

57
1 . Pertemuan Pertama (3 x 45 Menit)
kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan berupa :
Laporan hasil pengamatan secara tertulis tentang materi :
 Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
 Menjawab pertanyaan tentang materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait yang terdapat pada buku pegangan
peserta didik atau lembar kerja yang telah disediakan.
 Bertanya tentang hal yang belum dipahami, atau guru melemparkan
beberapa pertanyaan kepada siswa berkaitan dengan materi
Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang
akan selesai dipelajari
 Menyelesaikan uji kompetensi untuk materi Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait yang terdapat pada buku
pegangan peserta didik atau pada lembar lerja yang telah disediakan
secara individu untuk mengecek penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran.
Catatan : Selama pembelajaran Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait
berlangsung, guru mengamati sikap siswa dalam pembelajaran yang meliputi sikap:
nasionalisme, disiplin, rasa percaya diri, berperilaku jujur, tangguh menghadapi masalah
tanggungjawab, rasa ingin tahu, peduli lingkungan
Kegiatan Penutup (15 Menit)
Peserta didik :
 Membuat resume (CREATIVITY) dengan bimbingan guru tentang point-point penting
yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait yang baru dilakukan.
 Mengagendakan pekerjaan rumah untuk materi pelajaran Membaca Q.S. Al-Hujurat/49:
10 dan 12 serta hadits terkait yang baru diselesaikan.
 Mengagendakan materi atau tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja yang harus
mempelajarai pada pertemuan berikutnya di luar jam sekolah atau dirumah.
Guru :
 Memeriksa pekerjaan siswa yang selesai langsung diperiksa untuk materi pelajaran
Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait.
 Peserta didik yang selesai mengerjakan tugas projek/produk/portofolio/unjuk kerja
dengan benar diberi paraf serta diberi nomor urut peringkat, untuk penilaian tugas
projek/produk/portofolio/unjuk kerja pada materi pelajaran Membaca Q.S. Al-
Hujurat/49: 10 dan 12 serta hadits terkait.
 Memberikan penghargaan untuk materi pelajaran Membaca Q.S. Al-Hujurat/49: 10 dan
12 serta hadits terkait kepada kelompok yang memiliki kinerja dan kerjasama yang baik.

I. Penilaian Hasil Pembelajaran


1. Tes hasil belajar
2. Penilaian Skala Sikap
3. Penilaian Proses

Kendari, Juli 2020

Mengetahui
Kepala SMK Negeri 4 Kendari Guru Mata Pelajaran

…………………………………… Anita Rosdianti Sanjaya


NIP. NIM. 21622010
Lampiran 2.

58
LEMBAR OBSERVASI GURU

Nama Guru : Kelas/ Semester :


Mata Pelajaran : Materi :
Pertemuan ke : Siklus :
Hari Tanggal :
Petunjuk: berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai menurut Anda!

Tahap Penilaian
Aspek kegiatan guru Keterangan
pembelajaran 1 2 3 4
Orientasi Menyebutkan dan menjelaskan tujuan
masalah pembelajaran
Memberitahukan aktivitas-aktivitas yang
dilakukan
Memotivasi peserta didik untuk terlibat secara
aktif dalam pembelajaran
Menggali kemampuan awal peserta didik
Keorganisasian Membagi peserta didik dalam kelompok
peserta didik heterogen
Melakukan cek per kelompok untuk
membantu organisasi tugas peserta Didik
Mengatur penggunaan waktu untuk diskusi kelas
dengan tepat
Pembimbingan Membimbing peserta didik menggunakan buku
presetasi peserta sumber
didik Membimbing dan memotivasi peserta didik
untuk mengumpulkan informasi yang sesuai
Mengarahkan perhatian peserta didik pada materi
yang dihadapi paada masing-masing kelompok
Melakukan cek pada tiap kelompok untuk
memantau kegiatan peserta didik dalam
kelompok
Mengusahakan agar setiap peserta didik dalam
kelompok terlibat aktif dalam investigasi
Merangsang interaksi antar peserta didik dengan
pertanyaan
Selama tahap pembimbingan, guru tidak
langsung member jawaban setiap permasalahan
kepada peserta didik
Penyajian hasil Meminta peserta didik untuk menyiapkan hasil
diskusi diskusi yang akan dipresentasikan
Memotivasi dan menganjurkan kepada peserta
didik untuk terlibat aktif dalam pembelajaran
Merangsang interaksi antar peserta didik
pada saat diskusi kelas Berlangsung
Memberikan umpan balik terhadap kesalahan
peserta didik pada saat diskusi

59
Mengajukan pertanyaan yang relevan untuk
membantu peserta didik dalam menemukan
jawaban dari permasalahan yang didiskusikan
Merespon terhadap aktivitas yang dilakukan oleh
peserta didik
Analisis dan Memberikan klarifikasi terhadap permasalahan
evaluasi proses yang telah didiskusikan
Secara klasikal meminta peserta didik untuk
memberikan kesimpulan terhadap kegiatan
pembelajaran yang dilakukan

Keterangan skala penilaian Kendari, Juli 2020

1 = kurang

2 = cukup

3 = baik Observer

4 = sangat baik

60
Lampiran 3.

LEMBAR OBSERVASI KEAKTIFAN SISWA

Nama Guru : Kelas/ Semester :


Mata Pelajaran : Materi :
Pertemuan ke : Siklus :
Hari Tanggal :
Petunjuk: berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang sesuai menurut Anda!

Tahap Penilaian
Aspek kegiatan guru Keterangan
pembelajaran 1 2 3 4
Orientasi masalah Siswa tampak antusias mengikuti proses
pembelajaran
Siswa memperhatikan penjelasan awal guru
tentang pelajaran hari ini
Mengorganisasikan Siswa membentuk kelompok heterogen
siswa Siswa menemukan masalah yang terdapat
pada teks bacaan
Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat ketika
berlangsungnya pembelajaran
Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas
masalah yang terdapat dalam teks bacaan
Siswa menghargai pendapat orang lain
Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan
guru
Pembimbingan Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa
presetasi siswa dan guru dengan kerja kelompok
Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas
selama proses pembelajaran
Siswa bekerja sama dalam memecahkan
permasalahannya dengan cepat
Penyajian hasil Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok
diskusi Siswa membacakan hasil temuan kelompok
terhadap kelompok lain
Analisis dan Siswa menyimpulkan pelajaran yang di
evaluasi proses terimanya
Siswa melaksanakan tes tulis
Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya

Keterangan skala penilaian Kendari, Juli 2020


1 = kurang
2 = cukup
3 = baik
4 = sangat baik Observer

61

Anda mungkin juga menyukai