Anda di halaman 1dari 50

PROPOSAL SKRIPSI

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN POSTER BERBASIS


PICTORIAL RIDDLE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PADA MATERI MAWARIS

Diajukan sebagai salah satu persyaratann

Guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)

Disusun oleh :

Amelia Putri Andini

NIM: 1404618027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

JAKARTA

2021
Daftar Isi

Daftar Isi
Daftar Isi...................................................................................................................i
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah................................................................................1
B. Identifikasi Masalah......................................................................................7
C. Pembatasan Masalah.....................................................................................8
D. Perumusan Masalah......................................................................................8
E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan.............................................................8
F. Tujuan Pengembangan..................................................................................8
G. Kegunaan Pengembangan.............................................................................9
BAB II....................................................................................................................11
KAJIAN TEORI....................................................................................................11
A. Deskripsi Teoritik.......................................................................................11
1. Media Pembelajaran Poster Berbasis Pictorial Riddle............................11
2. Hasil Belajar............................................................................................21
3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi “Mawaris”....................22
B. Model Pengembangan Media Pembelajaran...............................................29
C. Hasil Penelitian yang Relevan....................................................................30
D. Kerangka Berpikir.......................................................................................31
BAB III..................................................................................................................32
METODE PENELITIAN.......................................................................................32
A. Strategi Pengembangan...............................................................................32
1. Jenis Penelitian........................................................................................32
2. Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................32
3. Sumber Data............................................................................................32
4. Teknik Pengumpulan Data......................................................................33
B. Prosedur Pengembangan.............................................................................33
1. Tahap Analisis Kebutuhan (Analysis).....................................................34
2. Tahap Perancangan (Design)...................................................................35
3. Tahap Pengembangan (Develop)............................................................36
4. Tahap Implementasi (Implementation)...................................................36

i
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)...................................................................37
C. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................37
1. Lembar Penilaian atau Validasi...............................................................37
2. Angket Respon Peserta Didik..................................................................37
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran...................................37
4. Soal Pretest dan Posttest..........................................................................38
D. Teknik Analisis Data...................................................................................38
1. Simpangan baku ideal (SBI)...................................................................38
2. Analisis reliabilitas..................................................................................39
3. Kelayakan media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle...........40
4. Kelayakan soal pretest dan posttest........................................................40
5. Kelayakan angket respon peserta diik.....................................................42
E. Analisis Hasil Penelitian.............................................................................43
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................44

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan


pemahaman masyarakat Indonesia. Undang-undang Negara Republik
Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 3
menyatakan bahwa; Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.

Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu usaha yang dapat


dilakukan agar masyarakat muslim di Indonesia dapat memahami dan
meningkatkan pengetahuan mengenai ajaran agama Islam yang
sesungguhnya. Pemerintah juga memberikan perhatian mengenai urgensi
penyelenggaraan Pendidikan Agama Islam. Dalam Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 12
ayat (1) huruf a mengamanatkan bahwa setiap peserta didik pada setiap
satuan pendidikan berhak mendapatkan pendidikan agama sesuai agama
yang dianutnya dan diajar oleh pendidik yang seagama. Ketentuan ini
setidaknya mempunyai 3 (tiga) tujuan, yaitu pertama, untuk menjaga
keutuhan dan kemurnian ajaran agama; kedua, dengan adanya guru agama
yang seagama dan memenuhi syarat kelayakan mengajar akan dapat
menjaga kerukunan hidup beragama bagi peserta didik yang berbeda
agama tapi belajar pada satuan pendidikan yang sama; ketiga, pendidikan
agama yang diajarkan oleh pendidik yang seagama menunjukan

1
profesionalitas dalam penyelenggaraan proses pembelajaran pendidikan
agama.

Pihak yang harus bertanggung jawab atas penyelenggaraan


pendidikan tidak lain adalah para pendidik. Dari segi perilaku, seorang
pendidik harus memiliki dedikasi tinggi dan etos kerja. Jika dilihat dari
segi profesionalisme guru, masalah kecakapan dan keterampilan yang
harus dimiliki guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik antara
lain; pelayanan (service), pemberdayaan (empowerment) dan
pengembangan (development).  Disamping itu keberhasilan  pendidik
dalam melaksanakan tugas, perlu suatu kemampuan untuk mengarahkan
kepada keterampilan dalam mengajar. Paradigma pembelajaran kurikulum
2013 sekarang ini adalah Student Centered Learning, pembelajaran
berpusat pada peserta didik. Peserta didik didorong untuk bisa
memperoleh pengetahuan dengan caranya sendiri. Dengan demikian
tumbuh kemampuan dan kecintaannya pada kegiatan belajar. Untuk
mendorong peserta didik aktif dalam kegiatan pembelajaran, pendidik
sepatutnya menerapkan media pembelajaran yang efektif dan menarik
dipdukan dengan metode pembelajaran bervariasi yang membuat siswa
melakukan berbagai kegiatan seperti membaca, melihat gambar (ilustrasi),
menulis, berdiskusi, menyampaikan pikiran, beradu argumentasi,
mempraktekan suatu ketrampilan, dan tidak memposisikan siswa sebagai
pihak yang pasif, yang hanya dimita untuk mendengarkan ceramah
gurunya.

Penggunaan media pembelajaran menjadi salah satu peran penting


dalam kegiatan belajar mengajar. Keefektifan proses pembelajaran terjadi
jika media pembelajaran yang digunakan memiliki kesan yang
mendalam terhadap peserta didik, kesan pada media yang digunakan
menggambarkan urgensi media yang digunakan dalam proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, terdapat banyak sekali jenis-
jenis media yang dapat di pilih untuk diimplementasikan dalam proses
pembelajaran. Era digitalisasi seperti saat ini masih banyak pendidik yang

2
keliru dalam pemilihan media sehingga membuat para peserta didik
atau siswa merasa bosan, bahkan tidak memberikan kesan apapun pada
pesan yang disampaikan melalui media yang digunakan. Oleh karena
itu, sangat penting bagi pendidik ketika memilih media hendaknya
mampu merencanakan penggunaan kebutuhan media yang akan
diimplementasikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
peserta didik (Husein, Umarella, and Saimima 2018).

Penggunaan media pembelajaran mencakup seluruh peralatan fisik


dan materi yang digunakan oleh pendidik dalam melaksanakan
pembelajaran dan menfasilitasi tercapainya tujuan pembelajaran. Media
pembelajaran yang dimaksud mencakup media konvensional yang terdiri
atas papan tulis, handaout, diagram, slide, overhead, objek nyata, dan
rekaman video, atau film dan media modern seperti komputer, DVD, CD-
ROM, Internet, dan konferensi video interaktif. Media pembelajaran yang
digunakan itu tidak memiliki makna yang standar. Terkadang media
pembelajaran merujuk pada istilah-istilah sebagai berikut: Sensory mode:
alat indera yang didorong oleh pesan-pesan pembelajaran (mata, telinga,
dan sebagainya). Channel of communication: alat indera yang digunakan
dalam suatu komunikasi (visual, auditori, alat peraba, kinestetik, alat
penciuman, dan sebagainya). Type of Stimulus: peralatan tapi bukan
mekanisme komunikasi, yaitu kata-kata lisan (suara asli atau rekaman),
penyajian kata (yang ditulis dalam buku atau yang masih tertulis di papan
tulis), gambar bergerak (video atau film). Media: peralatan fisik
komunikasi (buku, bahan cetak seperti modul, naskah yang diprogramkan,
komputer, slide, film, video, dan sebagainya) (Tanwir, Rahman F, and
Rahman F 2018).

Kenyataannya, proses pembelajaran dan hasil belajar peserta didik


dalam mata pelajaran Pendidikan agama Islam masih belum sesuai dengan
tujuan pembelajaran yang di harapkan. Hal ini disebabkan belum
terpenuhinya aspek-aspek pedagogik seperti memfasilitasi pengembangan
potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

3
dimiliki. Tidak sedikit guru pendidikan agama Islam yang masih
mengandalkan media pembelajaran konvensional atau non-elektronik
seperti papan tulis. Pendidik juga cenderung lebih menitik beratkan pada
sistem hafalan, proses pembelajaran hanya berkutat dalam persoalan
menghafal definisi, konsep-konsep, teori dan sebagainya sehingga tidak
banyak ruang gerak bagi peserta didik untuk melahirkan konsep dan ide
sendiri. Akibatnya, peserta didik menjadi jenuh. Kejenuhan ini membuat
peserta didik semakin kurang memiliki perhatian dalam pembelajaran,
bercerita, mengantuk dan sebagainya.

Realita di atas di dukung dengan sulitnya pembelajaran materi


Mawaris karena dianggap sangat kompleks sehingga mengakibatkan hasil
belajar yang tidak mencapai nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Berdasarkan jurnal, perolehan hasil belajar peserta didik dalam mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMAN 1 Kutamakmur belum
mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah
ditetapkan, yaitu 74 atau 74%. Hal ini terlihat dari hasil belajar pada
kelas XII tahun pelajaran 2014/2015. Peserta didik yang mampu
tuntas 50%, sehingga banyak siswa yang mesti remedial. Materi atau
Standar Kompetensi yang paling banyak menyebabkan siswa remedial
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam adalah soal yang
berkaitan dengan mawaris pada ujian semester genap (Ramadhan 2019).
Hal ini juga terjadi pada hasil belajar siswa Kelas XII TGB 3 SMK Negeri
1 Jamblang Kabupaten Cirebon pada semester genap (pre test) tahun
2016/2017 hanya sebesar 23,7 % (9 siswa ) dari 38 siswa yang dinilai
sudah memahami mata pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi
“Ketentuan Waris dalam Islam” dengan nilai 80, sedangkan sisanya masih
di bawah (Basari 2020). Rendahnya hasil belajar pada materi mawaris juga
merupakan salah satu penyebab begitu banyak umat Islam yang keliru
dalam memandang hukum waris. Sebagian peserta didik mungkin akan
menjadi pejabat di Kementerian Agama RI, entah sebagai pegawai di
Kantor Urusan Agama, atau di berbagai jenis jabatan lainnya. Maka
kerancuan ilmu mawaris akan menjadi semakin sistematis di negeri ini.

4
Faktor yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran ialah
media dan metode pembelajaran. Media dan metode pembelajaran
merupakan unsur yang saling berkaitan. Penggunaan media pembelajaran
yang efektif itu tergantung pada metode pembelajaran yang digunakan.
Selain sebagai alat bantu mengajar, peran dan fungsi media pembelajaran
juga sebagai sumber belajar yang harus dimanfaatkan semaksimal
mungkin sehingga dapat terciptanya suasana belajar yang kondusif,
efektif, efisien dan menyenangkan (Umar 2014). Media pembelajaran
dapat meningkatkan proses belajar peserta dalam pengajaran yang
selanjutnya diharapkan juga dapat meningkatkani hasil belajar yang
hendak dicapai.

Menurut hasil wawancara yang dilakukan pada tahap analisis


dengan Dra. Hj. Muslikhakh, M.Pd.I, salah satu guru pengampu mata
pelajaran pendidikan agama Islam di SMAN 3 Cibinong, mawaris dinilai
menjadi materi yang sulit untuk diajarkan dan sulit dipahami oleh siswa
karena dinilai terlalu kompleks. Media pembelajaran yang digunakan
dalam pembelajaran materi mawaris dianggap belum efektif. Guru masih
menggunakan media pembelajaran power point dengan metode
pembelajaran ceramah dan Tanya jawab. Namun, hal ini menjadi
kelemahan bagi siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran dan tidak
memiliki rasa percaya diri untuk bertanya mengenai hal yang kurang
dipahaminya. Dengan demikian, siswa yang pasif akan tertinggal dalam
pemahaman materi.

Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian awal yang dilakukan


penelitian dengan beberapa siswa kelas XII tahun ajaran 2020/2021 di
SMAN 3 Cibinong menyatakan bahwa mayoritas responden tidak mudah
dalam memahami materi mawaris. Pembelajaran pendidikan agama materi
mawaris dianggap terlalu kompleks untuk dipahami karena berkaitan
dengan perhitungan angka. Ketentuan dalam pembagian yang diterima
oleh ahli waris juga sulit dipahami karena adanya penghalang (hijab) dan
asabah, mengingat orang-orang yang terlalu banyak sehingga mengalami

5
kesulitan dalam menentukan siapa saja pihak yang dapat menerima
warisan (8 siswa SMAN 3 Cibinong, wawancara, 4 Juni 2021). Hasil
wawancara pembelajaran pendidikan agama Islam kelas XII bab 8 materi
meraih berkah dengan mawaris dilihat dari RPS pendidikan agama Islam
di SMAN 3 Cibinong guru masih menggunakan media pembelajaran
berupa papan tulis, power point, dan buku yang dinilai kurang interaktif.

Pendidik seringkali menjelaskan materi secara umum dan


memberikan latihan kepada siswa, sehingga siswa mudah lupa terhadap
materi yang diajarkan. Hal ini disebabkan karena pendidik masih
menerapkan media pembelajaran yang kurang interaktif dan
menyenangkan. Pendidik hanya memberi dokumen terkait materi yang
diajarkan, namun tidak disertai dengan metode pembelajaran yang
menarik. Oleh karena itu, media pembelajaran yang diterapkan tidak
berfungsi secara maksimal dan peserta didik terpaksa belajar mandiri
dengan mencari sumber referensi lain terkait dengan materi yang di
ajarkan. Faktor lainnya yang mempengaruhi proses dan hasil pembelajaran
adalah media dan metode pembelajaran. Guru sebagai pendidik memiliki
peran yang sangat penting dalam pembelajaran, yaitu sebagai fasilitator
yang memfasilitasi segala kebutuhan proses belajar peserta didik. Guru
memiliki keterbatasan dalam menjalankan perannya, sehingga perlu
adanya media pembelajaran efektif dan dipadukan dengan metode
pembelajaran yang tepat. Sementara pembelajaran pendidikan agama
Islam materi mawaris membutuhkan media pembelajaran yang lebih
efektif agar siswa dapat lebih mudah memahami materi yang diajarkan.

Berdasarkan beberapa kendala yang telah diuraikan diatas, dapat


diketahui bahwa diperlukan pengembangan media dengan metode
pempelajaran yang tepat sehingga dapat digunakan sebagai sarana
pembelajaran baik individu maupun kelompok. Dengan dikembangkannya
media tersebut, siswa dapat mempelajari materi secara berkelompok
sehingga peserta didik dapat berperan aktif dan berpikir kritis dalam
memahami materi sesuai dengan kemampuan dirinya. Selain itu, tenaga

6
pendidik seperti guru juga dimudahkan dengan dikembangkannya media
sesuai dengan kebutuhan materi tersebut, sehingga perannya sebagai
fasilitator dalam pembelajaran menjadi maksimal.

Media yang akan dikembangkan berupa poster berbasis pictorial


riddle. Pictorial riddle merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran
inkuiri. Metode pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan berfikir
kreatif dan hasil belajar siswa dalam diskusi kelompok kecil sehingga
mereka dilatih untuk berani mengemukakan ide dan gagasan, berfikir kritis
dalam memecahkan masalah serta menghargai pendapat teman-temannya.
Pictorial riddle biasanya berupa gambar, baik dipapan tulis, papan poster,
maupun diproyeksikan dari suatu transparansi, dan percobaan langsung,
kemudian guru mengajukan pertanyaan berkaitan dengan riddle itu.
(Kristianingsih 2010). Adapun kelebihan dalam metode Pictorial Riddle 
yaitu siswa lebih memahami konsep-konsep dasar melalui teka-teki
bergambar dapat membuat siswa lebih berpikir kritis, intuitif, dan
mendorong siswa mengeluarkan ide-idenya. Metode ini juga dapat
memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari sehingga materi
dapat bertahan lama di dalam ingatan.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas permasalahan yang dapat di identifikasi


adalah sebagai berikut:

1. Mawaris menjadi salah satu materi yang sulit untuk diajarkan dalam
ruang kelas karena materinya yang sangat kompleks

2. Sesuai dengan Kurikulum 2013, di dalam proses pembelajaran peserta


didik dituntut untuk terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Pada kenyataannya, keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran masih sangat minim terutama pada materi mawaris.

3. Minimnya pemahaman siswa terhadap materi Mawaris yang


dibuktikan dengan rendahnya hasil belajar siswa

7
4. Hasil belajar materi mawaris peserta didik masih tergolong rendah
karena peserta didik dituntut untuk mengikuti metode pembelajaran
yang diterapkan guru.

5. Diperlukan media dan metode pembelajaran yang menarik untuk


mendorong peningkatan hasil belajar peserta didik pada materi
mawaris. 

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, penelitian ini dibatasi pada


masalah pengembangan media pembelajaran poster berbasis Pictorial
Riddle untuk pokok bahasan mawaris terhadap hasil belajar peserta didik
pada ranah kognitif C1, C2, C3 dan C4.

D. Perumusan Masalah

1. Bagaimana analisis kebutuhan media pembelajaran pada materi


mawaris?
2. Bagaimana rancangan media pembelajaran poster berbasis pictorial
riddle?
3. Bagaimana pengembangan media pembelajaran poster berbasis
pictorial riddle?
4. Bagaimana implementasi media pembelajaran poster berbasis
pictorial riddle?
5. Bagaimana evaluasi media pembelajaran poster berbasis pictorial
riddle?

E. Spesifikasi Produk yang Dihasilkan

Produk yang dihasilkan pada penelitian ini berupa media


pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle berukuran A4 dengan bahan
kertas Art Cartoon dan berat 210 gram. Media pembelajaran poster
berbasis Pictorial Riddle berisi materi mawaris dan digunakan untuk
kegiatan diskusi dalam kelompok kecil (4 sampai 5 orang) yang

8
diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar mawaris peserta
didik.

F. Tujuan Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah


untuk mengetahui:

1. Menganalisis kebutuhan media pembelajaran pada materi mawaris


Mawaris untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas XII

2. Merancang model media pembelajaran poster berbasis pictorial riddle


pada materi mawaris Mawaris untuk pelajaran Pendidikan Agama
Islam kelas XII

3. Membuat dan menghasilkan produk berupa media pembelajaran poster


berbasis pictorial riddle yang layak digunakan sebagai media
pembelajaran materi Mawaris untuk pelajaran Pendidikan Agama
Islam kelas XII

4. Mengimplementasikan media pembelajaran poster berbasis pictorial


riddle pada materi mawaris Mawaris untuk pelajaran Pendidikan
Agama Islam kelas XII

5. Mengevaluasi media pembelajaran poster berbasis pictorial riddle


pada materi mawaris Mawaris untuk pelajaran Pendidikan Agama
Islam kelas XII

G. Kegunaan Pengembangan

Melalui penelitian ini, diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberi manfaat bagi dunia


Pendidikan, terutama bagi Teknologi Pendidikan pada Kawasan
pengembangan

9
2. Kegunaan Praktis

a. Bagi Siswa

1) Memotivasi dalam pembelajaran Mawaris

2) Mempermudah materi yang kompleks

3) Membantu kegiatan belajar siswa baik individu maupun


berkelompok

4) Mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi mawaris

b. Bagi Guru

Membantu guru dalam memberikan alternatif media pembelajaran


materi Mawaris dengan lebih menarik dan menyenangkan serta
dapat digunakan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
kelas XII

c. Bagi Masyarakat

Memberikan sebuah media pembelajaran poster berbasis pictorial


riddle yang dapat dipelajari dengan mudah, dan dapat diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari

d. Bagi Peneliti

Hasil penelitian dapat dijadikan referensi untuk mengembangkan


media pembelajaran kedepannya

10
 

BAB II

KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Teoritik
1. Media Pembelajaran Poster Berbasis Pictorial Riddle
Berikut ini akan dijawabarkan mengenai pengertian media
pembelajaran, poster, dan Pictorial Riddle.
a. Pengertian Media Pembelajaran
Istilah media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu
“media” dan “pembelajaran”. Kata “media” berasal dari
bahasa Latin, yaitu medius yang berarti perantara. Dalam
bahasa Inggris media adalah bentuk jamak dari kata medium
yang berarti pengantar dan saluran (Batubara 2020).
Menurut briggs dalam (Wibawanto, 2017), media
pembelajaran adalah segala bentuk fisik yang dapat
menyajikan pesan dan merangsang peserta didik untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut
asosiasi Pendidikan Nasional (Nation Education
Association/NEA) media yaitu bentuk-bentuk komunikasi
baik tercetak maupun audi visual serta bebagai peralatannya.
Media pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat
diartikan sebagia manusia dan benda atau peristiwa yang
memungkinkan kondisi peserta didik untuk memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Selain berupa benda,
pendidikan sebagai figur sentral atau model dalam proses
interaksi edukatif merupakan alat pendidikan yang juga harus
di perhitungkan untuk menyalurkan pesan dalam proses
pendidikan (Wibawanto, 2017, p. 5)

11
Jadi, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran
merupakan alat, sarana, perantara, dan penyalur yang kreatif
untuk mengantarkan, membawa atau menyampaikan suatu
pesan (message) dan gagasan, sehingga dapat merangsang
pikiran, perasaan, perbuatan, minat serta perhatian peserta
didik sehingga proses kegiatan belajar mengajar lebih efektif,
efisien dan menyenangkan.
Menurut (Indrawan, Wiguna, and Wijoyo 2020) secara
umum media pembelajaran mempunyai kegunaan-kegunaan
sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan dan gagasan agar tidak
terlalu bersifat verbal atau hanya dalam bentuk tulisan
atau lisan belaka.
2) Mengatasi keterbatasn ruang, waktu dan daya indera
peserta didik.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan
bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik.
4) Setiap peserta didik memiliki sifat yang unik,
lingkungan serta pengalaman yang berbeda-beda,
sedangkan kurikulum dan materi pembelajaran
ditentukan sama untuk setiap peserta didik, oleh karena
itu banyak pendidik yang merasa kesulitan jika harus
diatasi sendiri. Permasalahan ini dapat diatasi dengan
media pembelajaran, yaitu dengan kemampuannya
dalam memberikan perangsang yang sama, memper-
samakan pengalaman, menimbulkan persepsi yang
sama.
Menurut (Ramli, 2012) media pembelajaran bila
digunakan secara tepat dapat membantu mengatasi
kelemahan dan kekurangan guru dalam pembelajaran, baik
penguasaan materi maupun metodologi pembelajarannya.
Media pembelajaran yang dipilih secara tepat dan berdaya

12
guna dapat membantu peserta didik lebih mudah
memahami materi pembelajaran yang disampaikan oleh
guru. Penggunaan berbagai media pembelajaran yang
dipilih secara tepat dan berdaya guna dapat membantu
dalam memperbaiki pembelajaran dan dapat meningkatkan
efektifitas dalam pembelajaran.
Media pembelajaran diharapkan mampu mengubah
suasana pembelajaran yang pasif menjadi lebih aktif dalam
berdiskusi dan berpikir kritis sehingga menciptakan
pengalaman yang lebih bermakna bagi peserta didik.
Tersedianya berbagai macam media pembelajaran bukan
hanya difungsikan untuk pendidik, melainkan juga untuk
membantu peserta didik mencapai tujuan belajarnya dan
dapat meningkatkan kualitas pembelajaran yang
diharapkan.
Menurut (Ramli , M.Pd 2012) ada lima macam
klasifikasi media pembelajaran, yaitu:
1) Media tanpa proyeksi dua dimensi (hanya memiliki
ukuran panjang dan lebar), seperti: gambar, bagan,
grafik, poster, peta dasar dan sebagainya.
2) Media tanpa proyeksi tiga dimensi (punya ukuran
panjang, lebar, dan tebal/ tinggi, seperti: benda
sebenarnya, model, boneka, dan sebagainya.
3) Media audio (media dengar), seperti: radio dan tape
recorder
4) Media dengan proyeksi (media yang diproyeksikan),
seperti: film, slide, filmstrip, overhead projektor, dan
sebagainya.
5) Televisi (TV) dan Video Tape Recorder (VTR). TV
adalah alat untuk melihat gambar dan mendengarkan
suara dari jarak yang jauh. VTR’adalah alat untuk

13
merekam, menyimpan dan menampilkan kembali secara
serempak suara dan gambar dari suatu objek.

Menurut (Fikri and Madona 2018), menyatakan bahwa


terdapat penambahan jenis media pembelajaran di
antaranya yaitu:

1) Media audio, yaitu media yang mengandalkan


kemampuan suara seperti radio, kaset rekaman,
piringan hitam, dan MP-3.
2) Media visual, yaitu media yang mengandalkan
indera penglihatan seperti media foto, gambar, grafik,
dan poster.
3) Media audiovisual, yaitu media yang mempunyai
unsur suara dan unsur gambar seperti televisi, kaset
video, dan video compact disk (VCD)
4) Media animasi, yaitu gambar/grafik bergerak berupa
orang, hewan maupun objek nyata lainnya yang
dituangkan dalam bentuk gambar dua dimensi (2D)
maupun tiga dimensi (3D). 
5) Multimedia, multimedia adalah media yang
menggabungkan banyak unsur seperti audio, visual,
audio visual dan animasi,

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat banyak


sekali media yang dapat dipakai dalam pembelajaran
seperti media audio, media visual, dan media audio visual.
Salah satu media pembelajaran yang sangat diminati oleh
peserta didik yaitu mendia pembelajaran visual. Studi
mengatakan bahwa penggunaan pesan visual dalam
hubungannya dengan hasil belajar menunjukkan bahwa
pesan-pesan visual yang moderat (berada dalam rintangan

14
abstrak dan realistik) memberikan pengaruh yang tinggi
terhadap prestasi belajar siswa.

Dalam membuat media pembelajaran, ada syarat-syarat


yang harus dipenuhi. Berikut adalah syarat-syarat tersebut:

1) Rasional yakni sesuai dengan akal dan mampu


dipikirkan penngunanya.
2) Ilmiah yakni sesuai dengan kaidahkaidah ilmu
pengetahuan.
3) Ekonomis yakni sesuai dengan kemamuan
pembiayaan sehingga lebih hemat dan efisien.
4) Praktis yakni dapat digunakan dalam kondisi praktis
disekolah dan bersifat sederhana.
b. Poster
Poster merupakan salah satu media grafis yang paling
tampak kekuatannya sebagai media penyampai pesan. Media
grafis adalah media visual yang menyajikan fakta, ide, dan
gagasan melalui kata-kata, kalimat, angka-angka, dan berbagai
simbol atau gambar. Media ini berfungsi menyalurkan pesan dari
sumber pesan ke penerima pesan, menarik perhatian,
memperjelas sajian ide, mengilustrasikan fakta yang cepat
dilupakan sehinnga mudah diingat jika diilustrasikan secara grafis
atau melalui proses visualisasi, sederhana serta mudah
pembuatannya. Media grafis mengutamakan indra penglihatan
dengan menuangkan pesan symbol komunikasi visual dan symbol
pesan yang perlu dipahami.
Menurut (Ramli , M.Pd 2012) poster’adalah kombinasi
visual dari rancangan yang kuat, dengan warna, dan pesan dengan
maksud untuk menarik perhatian orang yang lewat tetapi cukup
lama memahami gagasan isi poster dalam ingatannya. Poster
merupakan lembaran kertas yang didesain dengan dua elemen,
yaitu teks dan gambar sehingga mampu menarik dan sarat

15
informasi (Kusuma, 2009: 9). Menurut yaszak (2015:4),
poster’adalah media gambar yang menampilkan suatu persoalan
yang menimbulkan perasaan ingin tahu yang kuat dari khalayak
sehingga memiliki sifat persuasif tinggi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa poster adalah lembaran
berupa gambar berwarna dan kata yang berisikan informasi atau
pesan dengan tujuan untuk mendorong adanya tanggapan atau
respon dari khalayak dan digunakan sebagai media diskusi.
Media pembelajaran poster diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar peserta didik karena memberikan perpaduan antara isi
materi pembelajaran dengan pengalaman peserta didik dalam
berdiskusi. Poster memiliki kedudukan sebagai media dari proses
komunikasi antara peserta didik dan pendidik.
Menurut (Ramli , M.Pd 2012) sebagai media pembelajaran
visual, poster memiliki kegunaan sebegai berikut:
1) Memotivasi peserta didik dalam melakukan diskusi. Poster
dapat merangsang peserta didik untuk memiliki rasa ingin
tahu sehingga ingin mempelajari lebih jauh hakikat dari
pesan yabg disampaikan melalui poster.
2) Menjadi bahan peringatan untuk menyadarkan peserta didik
melalui pesan yang disampaikan di poster.
3) Memberikan pengalaman yang kreatif dan partisipasi aktif
peserta didik.

Sedangkan menurut (Yuliandi 2009), poster berfungsi


sebagai media informasi yang efektif karena kerap mudah
ditemukan dan menarik untuk dibaca sehingga pesan yang
disampaikan didalam poster mudah tersampaikan kepada
khalayak.

(Maiyena 2013) mengemukakan bahwa media pembelajaran


poster dikatakan baik apabila memenuhi kriteria- kriteria
tertentu, kriteria-kriteria yang mencangkup poster yaitu:

16
1) Tingkat keterbacaan (readability)
2) Mudah dilihat (visibility
3) Mudah dimengerti (legibility)
4) Serta komposisi yang baik.

Menurut (Dewi 2012) media pembelajaran memiliki aturan


penympaian visual. Poster sebagai sajian komunikasi visual harus
mudah dijangkau oleh indra penglihtan khalayak untuk menarik
perhatian banyak orang. Dalam menyampaikan sebuah ide dan
gagasan, poster harus dibuat menarik dan berwarna, penempatan
teks dan gambar dalam poster juga harus terstruktur dan mengikuti
kaidah yang telah ditetapkan. Sebagai sarana komunikasi, bahasa
penyampaian poster harus sesuai dengan target khalayak supaya
ide atau pesan yang tertuang dalam poster akan tersampaikan dan
tidak berbelit-belit. Media pembeljaran poster ditujukan untuk
peserta didik, oleh karena itu perlu bahasa yang mudah dipahami
dan visual yang menarik sehingga dapat merangsang peserta didik
utuk menemukan dan memunculkan ide atau pesan yang terdapat
tertung di poster.

(Maiyena 2013) menyatakan bahwa, sebagai media


pembelajaran, media poster memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan, yaitu:

1) Kelebihan poster
Poster memiliki kelebihan, yaitu harganya terjangkau oleh
seorang guru atau tenaga pengajar. Dalam media poster
memvisualisasikan pesan, informasi atau konsep yang ingin
disampaikan kepada siswa. Poster menghadirkan ilustrasi
melalui gambar yang hampir menyamai kenyataan dari sesuatu
objek atau situasi .
2) Kekurangan poster
Kekurangan poster adalah media ini tetap, diperlukan
dalam keahlian bahasa dan ilustrasi dalam membuat poster,

17
dapat menimbulkan salah tafsir, dari kata/kata simbol yang
singkat, membutuhkan proses penyusunan dan penyebaran yang
komplek dan membutuhkan waktu yang relatif lama dan jenis
bahan yang digunakan biasanya mudah sobek, artinya gangguan
mekanis tinggi, sehingga informasi yang diterima tidak lengkap.

Menurut (Dewi 2012), sebagai media grafis yang digunakan


untuk menarik perhatian, memperjelas sajian ide dan gagasan, serta
mengilustrasikan fakta-fakta sehingga menarik dan mudah diingat
orang, dalam penggunaannya poster meiliki kelebihan dan
kekurangan sebagai berikut:

1) Kelebihan
a) Dapat menarik perhatian khalayak
b) Dapat digunakan sebagai media diskusi kelompok maupun
pleno
c) Dapat dipasang dimanapun dan mudah ditemui
2) Kekurangan
a) Pesan yang disampaikan terbatas
b) Perlu keahlian untuk menafsirkan
c) Beberapa poster perlu keterampilan membaca dan
menulis

Berdasarkan kelebihan dan kekurangan diatas dapat


disimpulkan bahwa poster layak untuk dijadikan media
pembelajaran karena harganya yang terjangkau dan dapat menarik
perhtian khalayak sehingga dapat memvisualisasikan pesan,
informasi atau konsep yang ingin disampaikan kepada peserta
didik. Kesalahan penafsiran dan terbatasnya pesan yang
tersampaikan kepada peserta didik dalam penggunaan media
pembelajaran poster dapat diatasi dengan penerapan metode
pembelajaran yang tepat dengan melibatkan dua pihak yaitu siswa
sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Hal ini bertujuan

18
bahwa proses belajar merupakan prosen komunikasi antara
peserta didik dan pendidik.

c. Metode Pembelajaran Pictorial Riddle


Kristianingsih (Kristianingsih 2010) memaparkan bahwa
metode pictorial riddle adalah suatu metode atau teknik untuk
mengembangkan aktivitas siswa dalam diskusi kelompok kecil
maupun besar, melalui penyajian masalah yang disajikan dalam
bentuk ilustrasi. Suatu riddle biasanya berupa gambar, baik di
papan tulis, papan poster, maupun diproyeksikan dari suatu
transparansi, kemudian guru mengajukan pertanyaan yang
berkaitan dengan riddle itu.

Langkah-langkah model pembelajaran Pictorial Riddle


dapat dirinci sebagai berikut:

1) Siswa disajikan permasalahan yang gambar peristiwa yang


menimbulkan teka- teki.
2) Siswa mengidentifikasi masalah secara berkelompok dari
permasalahan yang diberikan.
3) Siswa melakukan pengamatan berdasarkan riddle bergambar
yang mengandung permasalahan.
4) Siswa merumuskan penjelasan melalui diskusi
5) Siswa mengadakan analisis inkuiri melalui tanya jawab
(Samsudin, 2011: 10).

Seperti halnya model pembelajaran yang lain, model


pembelajaran Pictorial Riddle juga mempunyai kelebihan
maupun kekurangan. Adapun kelebihan model pembelajaran
Pictorial Riddle, antara lain:

1) Siswa lebih memahami konsep-konsep dasar dan dapat


mendorong siswa untuk mengeluarkan ide-idenya.

19
2) Melalui teka-teki bergambar, materi yang diberikan dapat
lebih lama terekam dalam ingatan siswa.
3) Mendorong siswa untuk berpikir kritis sehingga siswa
mampu mengeluarkan inisiatifnya sendiri.
4) Mendorong siswa untuk dapat berpikir intuitif dan
merumuskan hipotesisnya sendiri.
5) Meningkatkan motivasi belajar siswa.
6) Siswa tidak hanya belajar tentang konsep-konsep dan
prinsip- prinsip, tetapi ia juga mengalami proses belajar
tentang pengarahan diri sendiri, tanggung jawab, komunikasi
sosial.
7) Dapat membentuk dan mengembangkan self-concept pada diri
siswa.
8) Dapat memperkaya dan memperdalam materi yang dipelajari
sehingga materi dapat bertahan lama di dalam ingatan.

Adapun kekurangan model pembelajaran Pictorial Riddle, antara


lain:

1) Siswa yang terbiasa belajar dengan hanya menerima


informasi dari guru akan kesulitan jika dituntut untuk
berpikir sendiri.
2) Guru dituntut mengubah kebiasaan mengajarnya yang
mulanya sebagai pemberi atau penyaji informasi menjadi
sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing siswa dalam
belajar.
3) Banyaknya kebebasan yang diberikan siswa dalam belajar
tidak menjamin bahwa siswa belajar dengan tekun, penuh
aktivitas, dan terarah.
4) Berbagai sumber belajar dan fasilitas yang dibutuhkan tidak
selalu mudah disediakan.
5) Siswa membutuhkan lebih banyak bimbingan guru untuk
melakukan penyelidikan atau pun aktivitas belajar lain.

20
6) Penggunaan model pembelajaran ini pada kelas besar serta
jumlah guru yang terbatas membuat tidak optimalnya
pembelajaran.
7) Pemecahan masalah dapat bersifat mekanistis, formalitas,
dan membosankan Dari uraian tersebut dapat dipahami
bahwa kelebihan model

Pembelajaran Pictorial Riddle adalah dapat merangsang


siswa untuk berfikir lebih kritis terhadap permasalahan yang
disajikan dalam bentuk teka-teki bergambar. Hal tersebut karena
teka-teki bergambar dapat menggugah keingintahuan siswa
terhadap permasalahan yang dihadirkan, sehingga siswa
terdorong untuk lebih dalam lagi mempelajari permasalahan
tersebut. Sedangkan kekurangan model pembelajaran Pictorial
Riddle adalah sulitnya pengkondisian kelas yang nantinya guru
lakukan dikarenakan dalam model pembelajaran ini siswa
mempunyai kebebasan yang lebih banyak untuk melakukan
aktivitas di dalam kelompoknya.

2. Hasil Belajar
Menurut (Melvin and Surdin 2017) hasil belajar adalah perubahan
yang terjadi pada diri individu yang belajar, bukan saja perubahan
mengenai pengetahuan tetapi kemampuan untuk pembentukan
kecakapan, kebiasaan sikap, pengertian penguasaan dan
penghargaan dalam diri individu yang belajar. Hasil belajar
merupakan suatu hasil yang dicapai oleh siswa setelah
pembelajaran dalam selang waktu tertentu yang diukur dengan
menggunakan alat evaluasi tes. Depdiknas (2003) menjelaskan
bahwa
“hasil belajar siswa yang diharapkan adalah kemampuan
lulusan yang utuh yang mencakup kemampuan kognitif,
kemampuan psikomotor dan kemampuan afektif atau
perilaku”.

21
Kemampuan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarki
yang terdiri dari pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis,
sintesis dan evaluasi. Kemampuan psikomotor berkaitan dengan
kemampuan gerak dan banyak terdapat dalam pelajaran praktik.
Sedangkan kemampuan afektif siswa meliputi perilaku sosial,
sikap, minat disiplin dan sejenisnya.
Bloom mengelompokkan hasil belajar atas tiga aspek yaitu aspek
kognitif (berhubungan dengan pengetahuan), aspek afektif
(berhubungan dengan perkembangan atau perubahan sikap), dan
aspek psikomotor (berhubungan dengan penguasaan keterampilan
motorik). Aspek kognitif dibagi menjadi 6 tingkatan yaitu ingatan,
pemahman, sistesis dan evaluasi. Ke enam aspek ini dapat
dinyatakan dalam bentuk perilaku akhir yang mengisyaratkan
kinerja siswa yang akan didemonstrasikan.
Kingsley dalam (Sudjana 2014) membagi tiga macam hasil
belajar yakni keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan
keterampilan, sikap dan cita-cita. sedangkan Gagne dan Brigs
dalam (Melvin and Surdin 2017) membagi hasil belajar menjadi
lima bagian yaitu keterampilan, intelektual, strategi kognitif,
informasi verbal, keterampilan motorik, dan sikap.
Menurut Ahmadi dalam (Melvin and Surdin 2017) menjelaskan
hasil belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Adapun faktor internal yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawahan maupun
yang diperoleh misalnya penglihatan, pendengaran, dan
struktur tubuh.
2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawahan maupun yang
diperoleh dari lingkungan adalah yang meliputi:
a) Faktor internal yang terdiri atas :
(1) Faktor potensial yaitu kecerdasan atau pun bakat.
(2) Faktor kecakapan nyata yaitu hasil yang telah
dimiliki.

22
b) Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian
tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,
motivasi, emosi dan pengusaan diri.
3) Faktor kemampuan fisik maupun psikis.
Sedangkan yang tergolong dalam faktor eksternal, adalah sebagai
berikut :
1) Faktor sosial yang terdiri dari keluarga, sekolah masyarakat dan
kelompok.
2) Faktor budaya faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu
pengetahuan teknologi dan kesenian.
3) Faktor lingkungan fisik seperti rumah, fasilitas belajar, sarana
dan prasarana serta iklim.

3. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Materi “Mawaris”


Pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar dan
terencana untuk menyiapkan siswa dalam meyakini, memahami,
menghayati dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran dan latihan (Asnawan 2020).
Pembelajaran pendidikan Agama Islam merupakan suatu
rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah proses
pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam
menstransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada peserta
didik sehingga diharapkan peserta didik dapat meyakini,
memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam (Ilham
2019). Tujuan penyelenggaraan pendidikan agama Islam di
sekolah yakni mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi Warga Negara yang demokratis serta
bertanggungjawab.
Kata mawaris diambil dari bahasa Arab. Mawaris bentuk
jamak dari al-mirats adalah bentuk masdar dari waritsa- yaritsu-

23
irtsan-miratsan yang semakna dengan yang berarti harta
peninggalan; yaitu harta peninggalan dari orang yang meninggal.
Arti mirâts menurut bahasa adalah ketentuanketentuan tentang
pembagian harta pusaka yang meliputi ketentuan tentang siapa
yang berhak dan tidak berhak menerima warisan dan berapa
jumlah masing-masing harta yang diterima. Adapula yang
mengartikan berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang
lain atau dari suatu kaum kepada kaum yang lain. Sesuatu itu
lebih umum dari pada sekedar harta, yang meliputi ilmu,
kemuliaan dan sebagainya.
Adapun pengertian hukum waris menurut Kompilasi
Hukum Islam (KHI) Pasal 171 ayat (a) adalah hukum yang
mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan
(tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi
ahli waris dan berapa besar bagiannya masing-masing. Dari
definisi di atas dapat ditarik kesimpulan, bahwa ilmu waris atau
biasa dikenal dengan ilmu farâidh adalah ilmu yang digunakan
untuk mengetahui tata cara pembagian dan untuk mengetahui
siapa-siapa saja yang berhak mendapat bagian, siapa yang tidak
mendapat bagian dan berapa besar masing-masing ahli waris
mendaptkan bagian dari harta waris si mayyit. Mawaris
merupakan serangkaian kejadian mengenai pengalihan pemilikan
harta benda dari seorang yang meninggal dunia kepada seseorang
yang masih hidup.
Dengan demikian, untuk terwujudnya kewarisan harus ada
tiga unsur, yaitu:
a. orang mati, yang disebut pewaris atau yang mewariskan,
b. harta milik orang yangmati atau orang yang mati
meninggalkan harta waris,
c. satu atau beberapa orang hidup sebagai keluarga dari orang
yang mati, yang disebut sebagai ahli waris.

24
Sumber hukum ilmu mawaris yang paling utama adalah al-
Qur’an, kemudian As-Sunnah/hadis dan setelah itu ijma’ para
ulama serta sebagian kecil hasil ijtihad para mujtahid.

a. Al-Qur’an
Dalam Islam saling mewarisi di antara kaum muslimin
hukumnya adalah wajib berdasarkan al-Qur’an dan Hadis
Rasulullah saw. Banyak ayat al-Qur’an yang mengisyaratkan
tentang ketentuan pembagian harta warisan ini. Diantaranya
firman Allah Swt. dalam Q.S. an-Nis a’/4:7:
Artinya: “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta
peninggalan ibu-bapak dan kerabatnya, dan bagi orang
wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-
bapak dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut
bahagian yang telah ditetapkan”.
Ayat-ayat lain tentang mawaris terdapat dalam berbagai surat,
seperti dalam Q.S. an-Nisa’/4:7 sampai dengan 12 dan ayat 176,
Q.S an-Nahl/16:75 dan Q.S al-Ahzab/33: ayat 4, sedangkan
permasalahan yang muncul banyak diterangkan oleh As-Sunnah,
dan sebagian sebagai hasil ijma’ dan ijtihad.
b. As-Sunnah
1) Hadis dari Ibnu Mas’ud berikut.
Artinya: Dari Ibnu Mas’ud, katanya: Bersabda
Rasulullah saw..: “Pelajarilah al-Qur’an dan ajarkanlah
ia kepada manusia, dan pelajarilah al faraidh dan
ajarkanlah ia kepada manusia. Maka sesungguhnya aku
ini manusia yang akan mati, dan ilmu pun akan
diangkat. Hampir saja nanti akan terjadi dua orang yang
berselisih tentang pembagian harta warisan dan
masalahnya; maka mereka berdua pun tidak
menemukan seseorang yang memberitahukan
pemecahan masalahnya kepada mereka”. (H.R.
Ahmad).

25
2) Hadis dari Abdullah bin ‘Amr, bahwa Nabi saw.
bersabda:
Artinya: “Ilmu itu ada tiga macam dan yang selain yang
tiga macam itu sebagai tambahan saja: ayat muhkamat,
sunnah yang datang dari Nabi dan faraidh yang adil”.
(H.R. Abu Daud dan Ibnu Majah).

Berdasarkan kedua hadis di atas, maka mempelajari


ilmu faraidh adalah fardhu kifayah, artinya semua kaum
muslimin akan berdosa jika tidak ada sebagian dari mereka
yang mempelajari ilmu faraidh dengan segala kesungguhan.

Seorang muslim berhak mendapatkan warisan apabila


memenuhi syarat-syarat sebagai berikut.

a. Tidak adanya salah satu penghalang dari penghalang-


penghalang untuk mendapatkan warisan.
b. Kematian orang yang diwarisi, walaupun kematian tersebut
berdasarkan vonis pengadilan. Misalnya hakim memutuskan
bahwa orang yang hilang itu dianggap telah meninggal dunia.
c. Ahli waris hidup pada saat orang yang memberi warisan
meninggal dunia. Jadi, jika seorang wanita mengandung bayi,
kemudian salah seorang anaknya meninggal dunia, maka bayi
tersebut berhak menerima warisan dari saudaranya yang
meninggal itu, karena kehidupan janin telah terwujud pada
saat kematian saudaranya terjadi.

Seseorang mendapatkan harta warisan disebabkan salah satu


dari beberapa sebab sebagai berikut.

a. Nasab (keturunan), yakni kerabat yaitu ahli waris yang terdiri


dari bapak dari orang yang diwarisi atau anak-anaknya beserta
jalur kesampingnya saudara-saudara beserta anak-anak mereka

26
serta paman-paman dari jalur bapak beserta anak-anak mereka.
Allah Swt. berfirman dalam Q.S. an-Nis a’/4:33:
“Bagi tiap-tiap harta peninggalan dari harta yang
ditinggalkan ibu bapak dan karib kerabat, Kami jadikan
pewaris-pewarisnya...”
b. Pernikahan, yaitu akad yang sah untuk menghalalkan
berhubungan suami isteri, walaupun suaminya belum
menggaulinya serta belum berduaan dengannya. Allah Swt.
berfirman dalam Q.S. an-Nis a’/4:12:
“Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak
mempunyai anak.”
Suami istri dapat saling mewarisi dalam talak raj’i selama
dalam masa idah dan ba’in, jika suami menalak istrinya ketika
sedang sakit dan meninggal dunia karena sakitnya tersebut.
c. Wala’, yaitu seseorang yang memerdekakan budak laki-laki
atau budak wanita. Jika budak yang dimerdekakan meninggal
dunia sedang ia tidak meninggalkan ahli waris, maka hartanya
diwarisi oleh yang memerdekakannya itu. Rasulullah saw.
bersabda,
“. . . Wala’ itu milik orang yang memerdekakannya . . .”
(HR. al-Bukhari dan Muslim). (Sumber: shahih Bukhari,
No. Hadist: 6254, Kitab: Fara’idl, Bab: Wala` bagi yang
memerdekakan dan warisan anak temuan)

Sebab-sebab yang menghalangi ahli waris menerima bagian


warisan adalah sebagai berikut.

a. Kekafiran. Kerabat yang muslim tidak dapat mewarisi kerabatnya


yang kafir, dan orang yang kafir tidak dapat mewarisi kerabatnya
yang muslim. b. Pembunuhan. Jika pembunuhan dilakukan dengan
sengaja, maka pembunuh tersebut tidak bisa mewarisi yang
dibunuhnya.

27
b. Perbudakan. Seorang budak tidak dapat mewarisi ataupun diwarisi,
baik budak secara utuh ataupun sebagiannya, misalnya jika seorang
majikan menggauli budaknya hingga melahirkan anak, maka ibu
dari anak majikan tersebut tidak dapat diwarisi ataupun mewarisi.
Demikian juga mukatab (budak yang dalam proses pemerdekaan
dirinya dengan cara membayar sejumlah uang kepada pemiliknya),
karena mereka semua tercakup dalam perbudakan. Namun
demikian, sebagian ulama mengecualikan budak yang hanya
sebagiannya dapat mewarisi dan diwarisi sesuai dengan tingkat
kemerdekaan yang dimilikinya.
c. Perzinaan. Seorang anak yang terlahir dari hasil perzinaan tidak
dapat diwarisi dan mewarisi bapaknya. Ia hanya dapat mewarisi
dan diwarisi ibunya.
d. Li’an. Anak suami isteri yang melakukan li’an tidak dapat
mewarisi dan diwarisi bapak yang tidak mengakuinya sebagai
anaknya. Hal ini diqiyaskan dengan anak dari hasil perzinaan.

TABEL BAGIAN AHLI WARIS


Oleh: Ahmad Alfan

NO AHLI WARIS BAGIAN SYARAT


½ jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki
1 Suami
¼ jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki
¼ jika tidak ada anak atau cucu dari anak laki-laki
2 Istri
1/8 jika ada anak atau cucu dari anak laki-laki

1/6 jika bersama dengan anak laki-laki atau cucu


3 Ayah laki-laki (dari anak laki)
Asoba jika ada anak perempuan atau cucu perempuan, Atau jika
h tidak ada far’u waris (anak lk-lk/ cucu lk-lk).

1/6 jika ada anak atau cucu (ada far’u waris)


4 Ibu atau lebih dari seorang saudara
1/3 jika tidak ada anak atau cucu (ada far’u waris) atau lebih
dari
seorang saudara.
5 Anak Laki-laki Asoba Bersama dengan siapapun/ dalam kondisi apapun
h
½ jika anak perempuan hanya seorang dan
tidak bersamaan dengan anak laki-laki

28
2/3 jika anak perempuan dua orang atau lebih dan tidak ada
6 Anak Perempuan anak
laki-laki.
Asoba Jika ada anak laki-laki
h
Asoba Jika tidak ada anak laki-laki
7 Cucu laki-laki h
Mahju Jika ada anak laki-laki
b
jika cucu perempuan hanya seorang dan
½ tidak bersamaan dengan cucu laki-laki dari
anak laki-laki yang menariknya
8 Cucu Prmpuan menjadi ‘ashobah
dari Anak Lk2
2/3 ,jika cucu perempuan dua orang atau lebih dan tidak
ada anak serta tidak ada cucu laki-laki dari anak laki-
laki
1/6 jika bersamaam dengan anak perempuan tunggal sebagai
pelengkap 2/3 harta warisan
Asoba jika ada cucu laki-laki dari anak laki-laki
h
9 Saudara Lk2 Asoba Jika tidak ada anak laki-laki, tidak ada bapak dan kakek
Sekandung h
10 Saudara Lk2 Asoba Jika tidak ada anak laki-laki, tidak ada bapak, kakek
Sebapak h dan sdr lk-lk sekndg
1/6 Sendirian, tidak ada anak, cucu dan ayah
11 Saudara Lk2 Seibu
1/3 dua orang atau lebih, tidak ada anak, cucu dan ayah
½ sendirian dan tidak ada anak atau ayah
12 Saudara Pr
Sekandung 2/3 dua orang atau lebih dan tidak ada anak atau ayah

½ sendirian dan tidak ada anak, ayah atau saudara


perempuan
13 Saudara Pr Sebapak sekandung
dua orang atau lebih dan tidak ada anak, ayah atau
2/3
saudara perempuan sekandung
tidak ada anak, cucu lk-lk, sdr lk-lk sekandung/ seayah
1/6
tapi bersama
dengan saudara perempuan sekandung
1/6 sendirian serta tidak ada anak, cucu dan ayah
14 Saudara Pr Seibu
1/3 dua orang atau lebih serta tidak anak, cucu dan ayah
1/6 ada anak atau cucu dan tidak ada ayah
15 Kakek
1/6 jika ada anak perempuan atau
dan cucu perempuan, dan tidak ada
asho far’u waris laki-laki dan tidak
bah ada ayah
Asho tidak ada anak, cucu dan ayah
bah
16 Nenek 1/6 tidak ada ibu

Keterangan: Untuk Kalangan Sendiri

B. Model Pengembangan Media Pembelajaran

29
Januszewski dan Molenda dalam Nunuk Suryani (Suryani,
Setiawan, and Putria 2018) mengemukakan bahwa model ADDIE
merupakan komponen utama dari pendekatan sistem untuk pengembangan
pembelajaran yang berfokus pada tujuan pembelajaran. Model ADDIE
dapat menggambarkan pendekatan sistematis untuk pengembangan
instruksional. ADDIE merupakan akronim dari langkah-langkah dalam
pengembangan media pembelajaran yaitu analisis, desain, pengembangan,
implementasi, dan evaluasi. Keunggulannya yaitu dapat dilihat dari
prosedur kerja yang sistematis juga efektif. Tahap pengembangan media
pembelajaran poster berbasis pictorial riddle model ADDIE (Suryani et al.
2018) secara umum adalah sebagai berikut:
1. Analysis (Analisis)
Analisis adalah melakukan studi pendahuluan dengan cara
mengumpulkan data terkait permasalahan-permasalahan yang
dihadapi dalam pembelajaran serta kebutuhan guru dan siswa
terhadap media pembelajaran. Setelah diperoleh hasil studi
pendahuluan, selanjutnya dilakukan tahap analisis untuk
mendeskripsikan penyebab timbulnya kesenjangan antara kondisi
yang diharapkan dengan kenyataan dalam pembelajaran
2. Design (Desain)

Tahap desain adalah tahapan perencanaan sebuah media.


Perencanaan merupakan faktor utama keefektifan sebuah media,
yang memuat konsep atau alur dari awal hingga akhir.

3. Development & implementation (Pengembangan dan Penerapan


Desain)
Setelah membuat perencanaan dalam bentuk desain,
selanjutnya desain dikembangkan dengan memenuhi prinsip-
prinsip:
a. Membuat kerangka
b. Membuat spesifikasi produk
c. mengembangkan komponen sesuai kerangka

30
d. Melihat kembali produk
e. Produk diimplementasikan
Adapun prinsip dasar dalam implementasi (penerapan)
adalah mempersiapkan lingkungan belajar dan
keterlibatan siswa, mempersiapkan guru dan
mempersiapkan siswa sebagai bahan uji coba
penerapan (Suryani et al. 2018).
4. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi merupakan tahapan proses validasi atau penialaian
produk oleh pakar media dan materi. Perbaikan saran dan
masukan harus disertakan dalam media agar media sesuai dan
lebih menarik lagi.
C. Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh
peneliti adalah sebagai berikut.
1. Penelitian yang dilakukan oleh Siti Salimahtun (2015), hasil
yang diperoleh yaitu terdapat pengaruh positif dan cukup
signnifikan metode pembelajaran Pictorial Riddle terhadap
pemahaman konsep fisika siswa SMP Negeri 1 Sigaluh
Kabupaten Banjarnegara.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Atika Ayu Pramesti (2017), hasil
penelitian menunjukkan bahwa LKPD berbasis Pictorial Riddle
layak digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis
siswa SMA Negeri 11 Yogyakarta.
D. Kerangka Berpikir

Media pembelajaran yang dikembangkan adalah media


pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle, yakni media pembelajaran
yang menyajikan materi dalam bentuk teka-teki bergambar dan peserta
didik dituntut untuk menyelesaikan teka-teki melalui kegiatan diskusi.
Dengan menggunakan metode Pictorial Riddle peserta didik akan
dilibatkan dalam proses pembelajaran melalui penemuan suatu konsep
dalam kegiatan diskusi.

31
Media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle menyajikan
materi dalam bentuk gambar-gambar yang dapat menarik perhatian
peserta didik serta adanya kegiatan diskusi dapat mengasah
keingintahuan dan keterlibatan peserta didik, materi yang disajikan
lebih ringkas dan lebih mudah dipahami oleh peserta didik, serta
peserta didik akan terlatih untuk menemukan suatu konsep secara
mandiri sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.

32
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Strategi Pengembangan

1. Jenis Penelitian

Penelitian digolongkan ke dalam penelitian dan pengembangan


(Research and Development). Penelitian dan pengembangan yaitu suatu
rangkaian dari bagian atau cara-cara dalam tujuan penelitian suatu produk
baru atau disesuaikan suatu hasil yang sudah ada sehingga dapat gunakan.
Berdasarkan kajian teoritik pada bab II mengenai Pengambangan Media
Pembelajaran, penelitian ini termasuk dalam pengembangan yang mengarah
kepada tata cara, tahapan, dan langkah-langkah tertentu yang harus dilalui
dalam pengembangan suatu produk. Pengembangan yang dilakukan adalah
menghasilkan produk berupa “Poster berbasis Pictorial Riddle” sebagai
media pembelajaran pada materi Mawaris di SMAN 3 Cibinong.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mengambil tepat penelitian di SMAN 3 Cibinong yang


beralamat di Jl. Perumahan Bogor Asri, Nanggewer, Cibinong, Bogor,
Jawa Barat. Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dalam kurun
waktu bulan Juni 2021 – Oktober 2021 yang meliputi tahap
perencanaan, penelitian dan pelaporan.

3. Sumber Data

Data yang dijadikan sumber pada penelitian ini adalah hasil wawancara
dan hasil uji validitas serta penilaian guru SMAN 3 Cibinong. Uji
validitas terdiri dari tiga yaitu uji validitas media, uji validitas bahasa
dan uji validitas materi. Validasi media melibatkan dosen Teknologi
Pendidikan, validasi bahasa melibatkan dosen pendidikan bahasa
Jerman, kemudian validasi ahli materi melibatkan dosen Pendidikan

33
Agama Islam.

Media pembelajaran poster berbasis pictorial riddle tersebut dinilai oleh


salah satu guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti di SMAN 3 Cibinong yaitu Dra. Hj. Muslikhakh, M.Pd.I. Selain
itu, “Poster berbasis Pictorial Riddle” juga diujicobakan kepada peserta
didik SMAN 3 Cibinong kelas XII IPA 1 tahun ajaran 2021/2022.

4. Teknik Pengumpulan Data

a. Data validasi instrumen perangkat pembelajaran dan instrumen


pengambilan data diperoleh melalui pengisian lembar validasi dosen
ahli media, dosen ahli bahasa, dan dosen ahli materi.

b. Data validasi media pembelajaran poster Pictorial Riddle diporeh


melalui pengisian lembar validasi dosen ahli media, dosen ahli
bahasa, dosen ahli materi dan guru pendidikan agama Islam SMAN
3 Cibinong serta hasil angket respon peserta didik terhadap media
pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle.

c. Data peningkatan hasil belajar peserta didik yang diperoleh melalui


hasil pengerjaan soal pretest dan posttest.

d. Dokumentasi data hasil pengisian instrumen oleh peserta didik dan


foto selama peserta didik selama menggunakan media pembelajaran
poster berbasis Pictorial Riddle.

B. Prosedur Pengembangan

Pada penelitian ini model pengembangan yang digunakan adalah model


ADDIE. Menurut (Suryani et al. 2018) Model ADDIE adalah komponen
utama dari pendekatan sistem untuk pengembangan pembelajaran serta
prosedur pengembangan dalam pembelajaran. Model pengembangan
ADDIE terdiri dari 5 langkah antara lain: Analysis (menganalisis), Design
(merancang), Development (mengembangkan), Implementation
(implementasi), dan Evaluation (evaluasi) Buttori L (2003:14). Menurut
langkah-langkah pengembangan produk, model penelitian dan
pengembangan ini lebih rasional dan lebih lengkap daripada model 4D.

34
Menurut Alasan penggunaan model ADDIE karena model penelitian ini
terfokus pada penelitian pengembangan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan pembelajaran yaitu media pembelajaran. Model ini dapat digunakan
untuk berbagai macam bentuk pengembangan produk seperti model,
strategi pembelajaran, metode pembelajaran, media dan bahan ajar. Model
ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry (1996) untuk merancang

sistem pembelajaran.
Gambar : Langkah-langkah ADDIE

(Sumber, Steven J. McGriff, Instructional Systems, College of Education,


Penn State University)

Adapun penjelasan dari tiap langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Tahap Analisis Kebutuhan (Analysis)


Penelitian didahului dengan melakukan wawancara melalui google form
kepada guru dan peserta didik SMAN 3 Cibinong yang telah melakukan
pembelajaran materi mawaris serta melihat capaian kompetensi yang
terdapat pada buku pegangan siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi
Pekerti Kelas XII pada materi mawaris. Analisis ini diharapkan
memperoleh beberapa aspek analisis kebutuhan, yaitu:
a. Analisis peserta didik yaitu menganalisa kebutuhan peserta didik akan
pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti khususnya
materi mawaris.
b. Analisis kurikulum, menganalisa kurikulum yang berlaku di SMAN 3
Cibinong. Hal ini dilakukan guna mengetahui kompetensi yang ingin
dicapai pada materi mawaris kelas XII, maka didapatkan ketepatan
materi yang ingin dikembangkan.

35
c. Analisis terhadap media pembelajaran yang telah atau sedang
digunakan, analisis dalam hal ini bermaksud untuk memastikan dan
menhetahui media pembelajaran yang tepat untuk dikembangkan di
SMAN 3 Cibinong khususnya pada materi mawaris kelas XII.
d. Analisis terhadap materi pembelajaran, analisis ini dilakukan dengan
cara mengenali dan menelaah materi mawaris yang termuat dalam RPP
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti pada kurikulum 2013 yang
digunakan di SMAN 3 Cibinong. Materi tersebut kemudian dirancang
secara terorganisasi untuk dipaparkan dalam media pembelajaran
(menjadi konten). Hasil dari analisis kebutuhan ini akan ditindaklanjuti
dalam tahap pengembangan selanjutnya.
2. Tahap Perancangan (Design)

Tahapan kedua adalah melakukan perencanaan media dengan


mempertimbangkan cakupan materi yang akan dipelajari oleh peserta
didik. Hasil dari tahapan ini adalah berupa layout yang digunakan
sebagai rujukan pada tahapan pengembangan (Isya’ 2017). Rincian dari
tahapan kedua ini adalah sebagai berikut:

a. Menentukan judul produk dan membuat gambaran produk;


Peneliti mulai memikirkan judul atau nama produk yang tepat
untuk media yang akan dikembangkan dan kemudian mulai
membuat rancangan produk.

b. Memformulasikan instrumen penilaian terhadap media


pembelajaran; Instrumen dibuat guna mengetahui kualitas media
pembelajaran “poster berbasis pictorial riddle” ini, maka
dibuatlah instrumen berupa lembar validasi tentang kelayakan
media menurut ahli media, ahli bahasa, dan ahli materi, serta
angket yang berisi penilaian guru dan peserta didik SMAN 3
Cibinong Tahap perancangan bertujuan untuk meraancang
perangkat pembelajaran.

c. Menyusun kriteria merupakan tindakan pertama untuk


mengetahui kemampuan awal peserta didik dan sebagai alat

36
evaluasi setelah implementasi kegiatan. Tes acuan disusun
berdasarkan spesifikasi tujuan pembelajaran dan analisis peserta
didik. Kemudian selanjutnya disusun kisi-kisi tes hasil belajar.
Tes yang dikembangkan sesuai dengan jenjang kemampuan
kognitif. Penskoran hasil tes menggunakan panduan evaluasi yang
memuat kunci dan pedoman penskoran setiap butir soal.

3. Tahap Pengembangan (Develop)


Pada tahap ini, dimulai pembuatan media pembelajaran dengan
berdasarkan layout yang sudah dibuat pada tahap desain dan melakukan
pengembangan layout tersebut hingga menjadi sebuah media yang siap
untuk di validasi serta di ujicoba.

a. Menetapkan dan mengkaji materi


Materi yang dipilih sebagai materi pengembangan media
adalah materi mawaris. Materi ini dipilih karena dianggap terlalu
kompleks untuk dipahami karena berkaitan dengan perhitungan
angka. Peserta didik diharapkan mampu memecahkan
permasalahan terkait perhitungan mawaris untuk meningkatkan
hasil belajar pada materi mawaris.
b. Pembuatan “Poster berbasis Pictorial Riddle”
Pembuatan “Poster berbasis Pictorial Riddle” dilakukan
dengan membuat rancangan poster. Konten yang terkandung dalam
poster dibuat dalam bentuk desain grafis yang dibuat melalui
aplikasi Adobe Photoshop CS6.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Pada tahapan ini dilakukan validasi produk dan uji implementasi
poster berbasis Pictorial Riddle. Validasi dilakukan oleh ahli media, ahli
bahasa dan ahli materi, sedangkan uji implementasi poster berbasis
Pictorial Riddle dilakukan oleh pembuat produk kepada sasaran produk
(peserta didik). Hasil dari validasi media, validasi bahasa dan validasi
materi digunakan sebagai bahan rujukan untuk melakukan revisi terhadap
blog yang telah dibuat. Setelah melakukan tahap validasi, tahap

37
selanjutnya adalah uji implementasi media pembelajaran poster berbasis
Pictorial Riddle.
Uji implementasi dilakukan kepada peserta didik dengan
mengerjakan soal pretest sebelum mengikuti pembelajaran menggunakan
media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle. Setelah mengikuti
pembelajaran menggunakan media pembelajaran poster berbasis Pictorial
Riddle peserta didik mengerjakan soal posttest. Data hasil belajar peserta
didik diperoleh dari hasil pengerjaan soal pretest dan posttest.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Tahap akhir dari serangkaian tahapan yang ada pada model
ADDIE yaitu tahap evaluasi. Tahapan ini dilakukan dengan cara
mengevaluasi dari hasil pada tahapan-tahapan yang telah dilalui serta
melakukan revisi terhadap media berdasarkan hasil dan masukan yang
diperoleh pada tahap-tahap sebelumnya.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari lembar penilaian
atau validasi, angket respon peserta didik, lembar observasi keterlaksanaan,
dan soal pretest dan posttest.
1. Lembar Penilaian atau Validasi
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh data tentang penilaian
dari dosen atau ahli untuk memvalidasi produk yang dirancang. Data
hasil penilaian ahli dijadikan dasar untuk memperbaiki produk yang
dirancang. Jenis data pada lembar validasi ini adalah data kualitatif
berupa saran dan komentar serta data kuantitatif berupa skor penilaian
validator yang nantinya akan dianalisis dengan menggunakan simpangan
baku ideal (SBI) untuk validasi soal pretest dan posttest, media
pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle, dan angket respon peserta
didik.
2. Angket Respon Peserta Didik
Instrumen ini digunakan untuk memperoleh tanggapan atau respon dari
peserta didik mengenai kualitas media pembelajaran poster berbasis
Pictorial Riddle. Berdasarkan penilaian menggunakan instrumen ini

38
peneliti dapat memperbaiki produk agar layak digunakan.
3. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dan
peserta didik dalam pembelajaran. Instrumen ini digunkaan untuk
mengukur keterlaksanaan pembelajaran menggunakan poster berbasis
Pictorial Riddle.
4. Soal Pretest dan Posttest
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar peserta didik pada ranah kognitif. Pretest digunakan sebelum
pembelajaran menggunakan media pembelajaran poster berbasis Pictorial
Riddle, sedangkan posttest digunakan setelah peserta didik mengikuti
pembelajaran yang menggunakan media pembelajaran poster berbasis
Pictorial Riddle. Soal pretest dan posttest berupa pilihan ganda dengan
indikator ketercapaian sama.
D. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif yaitu dengan mendiskripsikan dan memaknai data yang bersifat
kualitatif. Data kualitatif berupa komentar dan saran oleh validator ahli,
validator praktisi, dan peserta didik. Data kuantitatif perolehan instrumen
sebelumnya dianalisis secara kuantitaif dan selanjutnya dilakukan analisis
kualitatif.
1. Simpangan baku ideal (SBI)
SBI digunakan untuk menentukan kelayakan instrumen maupun
produk yang dilakukan penilaian validator dan mengategorikan hasil
perolehan data dari instrumen berdasarkan standar deviasi penilaian oleh
validator. Teknik menganalisisnya adalah sebagai berikut.

a. Menentukan nilai rata-rata aktual

X́ =
∑x
n

dengan,

X́ : Jumlah total jawaban nilai validator

39
∑x : Jumlah total jawaban nilai validator

n : Jumlah validator

b. Menghitung rata-rata ideal


X́ i =skor rata−rata

1
X́ i = (skor tertinggi−skor terendah)
2

c. Menghitung nilai simpangan baku ideal (SBi)


1
SBi= ¿
6

Hasil rata-rata skor tiap aspek diubah secara kualitatif


berupa kriteria kualitas. Kriteria kualitatif ditentukan dengan
menentukan skormenggunakan penilaian skala lima. Metode penilaian
skala lima menurut Eko Putro Widyoko (2011) adalah sebagai berikut.

2. Analisis reliabilitas
Menurut Djaali (2008: 55) reliabilitas berarti sejauh mana hasil suatu
pengukuran dapat dipercaya. Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya
apabila dalam beberapa kali hasil yang diperoleh relative sama.
Analisis reliabilitas digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas
antar validator. Dalam penelitian ini pengukuran reliabilitas dilakukan
dengan menggunakan Percentage of Agreement (PA) untuk angket
respon peserta didik. Sedangkan untuk RPP dan media pembelajaran
poster berbasis Pictorial Riddle, Percentage of Agreement (PA)
digunakan untuk kecocokan hasil penilaian antara validator ahli dan
praktisi. Selain itu untuk mengestimasi reliabilitas instrumen soal
Pretest dan posttest peserta didik dilakukan dengan mengetahui nilai
Alpha Cronbach.
Menurut Borich (1994: 385) reliabilitas dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan berikut.

40
A−B
(
PA = 1−
A+ B )
× 100 %

Keterangan:

PA : percentage of agreement

A : skor validator yang lebih tinggi

B : skor validator yang lebih rendah

Instrumen dikatakan reliabel apabila memiliki nilai percentage of


agreement ≥ 75%. Analisis reliabilitas instrumen soal Pretest dan
posttest menggunakan bantuan program spss 20 untuk mengetahui
nilai koefisien Alpha Cronbach.

Tingkat Reliabilitas

Alpha Cronbach Kategori


0,00 -0,20 Tidak Reliabel
0,21 – 0,40 Kurang Reliabel
0,41 – 0,60 Cukup Reliabel
0,61 – 0,80 Reliabel
0,81 – 1,00 Sangat Reliabel
(Triton, 2006: 248)

Kelayakan instrumen pada penelitian ini dijabarkan sebagai berikut.

3. Kelayakan media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle


Media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle yang telah
disusun selanjutnya dilakukan penilaian oleh ahli melalui lembar
validasi media pembelajaran poster berbasis Pictorial Riddle. Hasil
penilaian validator selanjutnya dianalisis validitasnya menggunakan SBI
dan diklasifikasikan kategori penilaian skala lima. Selain itu, hasil
penilaian validator juga digunakan untuk mengetahui kecocokan hasil
penilaian antar validator terhadap media pembelajaran poster berbasis
Pictorial Riddle melalui perhitungan Percentage of Agreement (PA).
Adapun aspek penilaian media pembelajaran poster berbasis Pictorial
Riddle berikut.

41
Aspek Penilaian Media Pembelajaran Poster Berbasis Pictorial Riddle

Jumlah Butir
No. Aspek Penilaian
Aspek Penilaian
1. Isi 4
2. Desain Grafis-Layout 5
3. Gambar 5
4. Pengorganisasian 2
5. Bahasa 2

4. Kelayakan soal pretest dan posttest


Soal Pretest dan posttest yang telah disusun kemudian dilakukan
validasi oleh ahli dan praktisi. Hasil penilaian dari ahli dan praktisi
dianalisis menggunakan SBI dan mengategorikan berdasarkan kategori
penilaianskala lima untuk mengetahui validitas soal pretest dan posttest.
Aspek penilaian soal Pretest dan posttest disajikan dalam tabel berikut
ini.

Aspek Penilaian Soal Pretest dan Posttest

Jumlah Butir
No. Aspek Penilaian
Aspek Penilaian
1. Konstruksi 5
2. Bahasa 4
3. Konten 2

Soal pretest dan posttest yang sudah melalui tahap validasi


selanjutnya diujicobakan secara empiris. Hasil uji coba empiris soal
pretest dan posttest dianalisis menggunakan program spss 20 untuk
mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda setiap butir soal.

a. Taraf kesukaran butir soal (Index Difficulty)


Analisis tingkat kesukaran butir dimaksudkan untuk mengetahui
sukar atau mudahnya suatu soal. Taraf kesukaran suatu butir
soal pada program spss 20 ditunjukan oleh besarnya nilai
Percent.

42
Klasifikasi Tingkat Kesukaran

Rentang Nilai Kriteria


0,00 – 0,29 Sukar
0,30 – 0,69 Sedang
0,70 – 1,00 Mudah
(Arikunto, 1988: 212)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau
terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta
didik untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya,
soal yang terlalu sukar akan menyebabkan peserta didik
menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk
mencoba lagi karena di luar jangkauannya.

b. Daya pembeda butir soal ( Discriminating Power)


Arikunto (1988: 213) menyatakan bahwa, “Daya pembeda
suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal tersebut
untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok atas (upper
group) dengan siswa yang termasuk kelompok bawah (lower
group)”. Untuk mengetahui daya pembeda suatu butir soal
menggunakan program spss 20 dapat dilihat dari besarnya nilai
Point Bisserial dengan kriteria seperti berikut

Kriteria Daya Pembeda

Rentang Nilai Kriteria


<0,00 Tidak Baik
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
0,71– 1,00 Baik Sekali
(Arikunto, 1988: 221)

Butir soal yang baik adalah butir soal yang memiliki daya
pembeda pada rentang 0,41 sampai 0,70 (Arikunto, 1988: 221).
Reliabilitas soal Pretest dan posttest diperoleh menggunakan
analisis Alpha Cronbach dengan bantuan program spss 20.

43
5. Kelayakan angket respon peserta diik
Angket respon peserta didik yang telah disusun selanjutnya
dilakukan penilaian oleh ahli melalui lembar validasi angket respon
peserta didik. Hasil penilaian validator selanjutnya dianalisis
validitasnya menggunakan SBI. Selain itu, hasil penilaian validator juga
digunakan untuk mengetahui reliabilitas angket respon peserta didik
melalui perhitungan Percentage of Agreement (PA).

Aspek Penilaian Angket Respon Peserta Didik

Jumlah Butir
No. Aspek Penilaian
Aspek Penilaian
1. Kesesuaian pernyataan dengan aspek 4
yang diukur
2. Konstruksi 3
3. Kebahasaan 3

E. Analisis Hasil Penelitian


Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar
peserta didik.peningkatan minat dan hasil belajar dianalisis menggunakan
Normalized Gain. Normalized Gain didefinisikan sebagai perbandingan
rata-rata gain sebenarnya dengan gain rata-rata maksimum. Persamaan
yang digunakan untuk menghitung Normalized Gain adalah sebagai berikut.

normalized gain ¿

(Hake, 1998: 65)

Hasil perhitungan Normalized Gain selanjutnya dikategorikan sebagai


berikut.

Klasifikasi Kriteriai N-Gain

Normalized Gain Kriteria


(<g>) 0,7 Tinggi
0,3 < (<g>) 0,7 Sedang
(<g>) 0,3 Rendah

44
Analizing Change/Gain Score (Hake, 1998: 3)

Peningkatan hasil belajar peserta didik dianalisis berdasarkan perhitungan


Normalized Gain data pretest dan posttest.

DAFTAR PUSTAKA

Asnawan, Asnawan. 2020. “Relevansi Kebijakan Dalam Peningkatan Mutu


Pendidikan Agama Islam.” Tafhim Al-’Ilmi 11(2).

Basari. 2020. “Penerapan Model Skrip Kooperatif Dalam Pembelajaran Materi


Ketentuan Waris Dalam Islam.” Eduprof : Islamic Education Journal 1(1).

Batubara, Hamdan Husein. 2020. Media Pembelajaran Efektif. Semarang: Fatawa


Publishing.

Dewi, Laksmi. 2012. “Poster.” UPI Directory.

Fikri, Hasnul, and Ade Madona. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran


Berbasis Multimedia Interaktif Dalam Pelajaran Hukum Tajwid. Vol. 7.

Husein, Saddam, Samad Umarella, and M. Sahrawi Saimima. 2018. “Urgensi


Media Dalam Proses Pembelajaran.” Al-Iltizam: Jurnal Pendidikan Agama
Islam 3(2):237. doi: 10.33477/alt.v3i2.605.

45
Ilham, Ilham. 2019. “SINERGISITAS PENDIDIKAN ISLAM: Model
Sinergisitas Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia.” TAJDID: Jurnal
Pemikiran Keislaman Dan Kemanusiaan 3(2):236–58. doi:
10.52266/tadjid.v3i2.298.

Indrawan, Irjus, I. Made Arsa Wiguna, and Hadion Wijoyo. 2020. Media
Pembelajaran Berbasis Multimedia Interaktif.Pdf. Vol. 1.

Isya’, Muhammad Andi. 2017. “Pengembangan Model Pembelajaran


Instruksional Design Dengan Model Addie Mata Pelajaran PAI Pada Materi
Mengulang-Ulang Hafalan Surah Al Ma’un Dan Al Fil Secara Klasikal,
Kelompok Dan Individu Kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto.”
Ta’dibia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 7(1):71. doi:
10.32616/tdb.v7i1.37.

Kristianingsih, D. D. 2010. “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model


Pembelajaran Inkuiri Dengan Metode Pictorial Riddle Pada Pokok Bahasan
Alat- Alat Optik Di Smp.” Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6(1):10–13.
doi: 10.15294/jpfi.v6i1.1095.

Maiyena, Sri. 2013. “Pengembangan Media Poster Berbasis Pendidikan Karakter


Untuk Materi Global Warming.” Ta’dib 3(2):148. doi:
10.31958/jt.v17i2.269.

Melvin, Tria, and Surdin. 2017. “Hubungan Antara Disiplin Belajar Di Sekolah
Dengan Hasil Belajar Geografi Pada Siswa Kelas X SMA Negeri 10
Kendari.” Jurnal Penelitian Pendidikan Geografi 1(1):1–14.

Ramadhan, Tu. 2019. “Peningkatan Hasil Belajar Mawaris Melalui Pembelajaran


Kooperatif Tipe Jigsaw.” DAYAH: Journal of Islamic Education 2(2):230.
doi: 10.22373/jie.v2i2.4183.

Ramli , M.Pd, Drs. Muhammad. 2012. “Media Teknlogi Pembelajaran.” 1–3.

Sudjana, Nana. 2014. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung:


Remaja Rosdakarya.

Suryani, Nunuk, Achmad Setiawan, and Aditin Putria. 2018. Media

46
Pembelajaran Inovatif Dan Pengembangannya. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Tanwir, Tanwir, Abd Rahman F, and Abd Rahman F. 2018. “Dampak


Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis Ict Terhadap Hasil Belajar Pai
Peserta Didik Pada Smk Negeri 1 Kota Parepare.” AL-ISHLAH: Jurnal
Pendidikan Islam 16(1):11–36. doi: 10.35905/alishlah.v16i1.732.

Umar. 2014. “Media Pendidikan.” Jurnal Tarbawiyah 11(1):131–44. doi:


10.28944/afkar.v5i1.109.

Wandah Wibawanto, S. Sn. M. D. 2017. Desain Dan Pemrograman Multimedia


Pembelajaran Interaktif by Wandah Wibawanto. Jawa Timur: Penerbit
Cerdas Ulet Kreatif.

Yuliandi, Kusuma. 2009. Trik Paten Poster Keren. edited by M. Rainayati.


Jakarta: Grasindo.

47

Anda mungkin juga menyukai