Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“PENDIDIKAN DAN STRATIFIKASI SOSIAL”


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Sosiologi Pendidikan

Di susun oleh :
Kelompok 7
1. Ari Rusliyanto
2. Siti Lety Fatimah
3. Muhammad Syafi’I

Dosen Pengampu : Daden Sukendar, M.Ag

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM STUDI STRATA – 1

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)


AL-MASTHURIYAH
SUKABUMI
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ilahi Rabbi, yang telah


memberikan Rahmat dan HidayahNya, sehingga penyusun dapat
menyesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial”,
Sholawat serta salam semoga tercuah limpahkan kepada jungjunan kita Nabi
Muhammad Saw

Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan makalah yang diajukan untuk


memenuhi tugas mata kuliah “Sosiologi Pendidikan” semua ini berkat
dukungan dari semua pihak terutama kepada dosen pembimbing yang sudah
memberikan dukungan dalam penulisan makalah ini.

Namun demikian, disadari bahwa dalam penyusunan makalah ini


banyak sekali kekurangan terutama dalam penyajian Bahasa dan isi karena
kurangnya pengetahuan yang dimiliki dan refernsi yang kurang memadai.
Pemakalah memohon maaf dan semoga upaya pemakalah ini mendapat
bimbingan dan Ridha Allah swt.

Akhirnya, penulis serahkan semua urusan kepada Allah SWT


dan mudah-mudahan makalah ini ada manfatnya khususunya bagi penyusun
umumnya bagi kita semua. Amin yaa Rabbal ‘Alamin.

Sukabumi, November 2017

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................


i

DAFTAR ISI ...................................................................................................


ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
.......................................................................................................
1
B. Rumusan Masalah
.......................................................................................................
2
C. Tujuan Masalah
.......................................................................................................
2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
.......................................................................................................
3
B. Pengertian Stratifikasi Sosial
.......................................................................................................
4
C. Peran Pendidikan dalam Stratifikasi Sosial
.......................................................................................................
5
D. Peran Pendidikan dalam Mobilitas Sosial
.......................................................................................................
6
E. Golongan Sosial Mempengaruhi jenis Pendidikan
.......................................................................................................
7
F. Sebab – sebab Terjadinya Stratifiksi Sosial
.......................................................................................................
8

iii
G. Cara Menentukan Golongan Sosial
.......................................................................................................
10
BAB III PENUTUP

A. Kesiimpulan
.......................................................................................................
12
B. Saran
.......................................................................................................
13

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan mempunyai peranan yang amat menentukan bagi
perkembangan dan perwujudan diri individu, tingkat pendidikan seseorang
mempunyai korelasi yang tinggi dengan kedudukan sosialnya. Sebagaimana
pernyataan Nasution dalam bukunya Sosiologi Pendidikan menyatakan
bahwa:
“Dalam berbagai studi, tingkat pendidikan tertinggi yang diperoleh
seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya. Menurut
penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial
seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya” 1
Pendidikan dalam hal ini memiliki peranan yang strategis dalam
membentuk stratifikasi sosial. Sehingga banyak sekali orangtua/wali yang
ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai kejenjang yang setinggi
mungkin, tanpa melihat bagaimana keaadaan ekonominya saat ini. Karena
dianggapnya dengan semakin tingginya tingkat pendidikan yang ditempuh
anak-anaknya, maka makin besarlah kesempatannya untuk mendapatkan
pekerjaan dengan pendapatan tinggi untuk mendapat kedudukan yang baik
dan dengan demikian masuk golongan sosial menengah atas.
Tingkat pendidikan yang seharusnya mampu mengangkat kedudukan
sosial seseorang kini hampir tidak ada pengaruhnya dalam mobilitas sosial.
Ijazah SMA kini tidak ada artinya untuk mencari kedudukan yang tinggi,
bahkan perguruan tinggi yang dianggap suatu syarat mobilitas sosial tidak
mampu menjanjikan lulusannya untuk memperoleh kedudukan sosial yang
baik, tetapi justru kini sudah bertambah sulit untuk memperoleh kedudukan
yang empuk dimasyarakat. Indikasinya, semakin banyaknya lulusan
perguruan tinggi yang kesulitan mengamalkan keilmuan yang diperolehnya
dari bangku kuliah sehingga jumlah penyandang status sarjana
pengangguran semakin naik dari tahun ke tahun. Karena hampir di semua

1. S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hlm. 30.

1
kampus di Indonesia melakukan praktik bonsai pada ranah kemampuan
intelektualnya, mahasiswa dituntut untuk lulus cepat, minimal tiga tahun
dan maksimal empat tahun. Kampus tidak mau tahu, apakah kemampuan
intelektual mahasiswanya sudah mumpuni atau belum, sudah siap dilepas ke
tengah masyarakat atau belum, sudah cukup bekal untuk membangun
bangsa dan negaranya atau belum. 2[2]
Banyak sekali sarjana yang hanya bermodalkan ijazah dan transkip
nilai yang berharap bisa mengangkat kedudukan sosialnya. Jadi, apakah
selalu benar pendidikan dapat menjadi alat mobilitas sosial. Berikut ini akan
kami bahas mengenai pendidikan dan stratifikasi sosial.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah:
1. Bagaimanakah peran pendidikan dalam stratifikasi sosial itu?
2. Apasajakah sebab-sebab terjadinya stratifikasi sosial itu?
3. Bagaimanakah cara menentukan stratifikasi sosial itu?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui peran pendidikan dalam stratifikasi sosial.
2. Untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya stratifikasi sosial.
3. Untuk mengetahui cara menentukan stratifikasi sosial.

2. M. Akbar, (2016), Mahasiswa Bukan Bonsai, (online), Tersedia,


http://www.republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/03/14/o408c7336-
mahasiswa-bukan-bonsai, diakses pada 29 Oktober 2017

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata
‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini
mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik.3
Konsep pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang
Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pada Bab I Pasal
1 Ayat 1, pendidikan didefinisikan sebagai: 4
“Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang harus direncanakan
dengan penuh kesadaran. Sedangkan menurut Ki Hajar Dewantara dalam
Prayitno menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: 5
“Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun
maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-
tingginya.”
Beberapa pengertian pendidikan di atas membuat penulis
menyimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang
diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai
kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas
hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.

3. Poerwadaminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1995,


hlm. 323.
4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2003: Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Bab I, Pasal 1, Ayat 1.
5. Prayitno, Dasar Teori Dan Praksis Pendidikan, Bandung, Grasindo, 1999, hlm.
110.

3
B. Pengertian Stratifikasi Sosial
Ada beberapa definisi yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
mendefisinikan stratifikasi sosial (Social Stratification), yaitu: 6
“1), Menurut Mosaca: Stratifikasi sosial adalah Pembedaan anggota
masyarakat berdasarkan status yang dimilikinya; 2), Menurut Max Weber :
Stratifikasi sosial merupakan penggolongan orang-orang yang termasuk
dalam suatu system social tertentu atas lapisan-lapisan hirarki menurut
dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.”

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat kami simpulkan


bahwa stratifikasi sosial adalah sebuah konsep yang menunjukkan adanya
perbedaan dan/atau pengelompokan suatu kelompok sosial (komunitas)
secara bertingkat. Misalnya dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi,
strata sedang, dan strata rendah.
Masyarakat menggolongkan masing-masing orang dalam berbagai
kategori, dari lapisan yang paling atas sampai yang paling bawah, saat itulah
stratifikasi sosial terjadi. Namun ada masyarakat yang melakukan
penggolongan sosial dengan cukup ketat, sebagaimana yang dijelaskan oleh
Nasution bahwa: 7
“Ada masyarakat yang mempunyai pola stratifikasi yang sangat ketat
seperti, seseorang yang lahir dalam golongan bawah tidak mungkin
meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Keanggotaannya dalam suatu
kategori tersebutlah yang menentukan tinggi pendidikan yang dapat
ditempuhnya, jabatan yang dapat didudukinya, orang yang dapat
dinikahinya, dan sebagainya. Golongan yang seperti ini biasa disebut istilah
kasta.”
Beberapa masyarakat juga melakukan penggolongan sosial dengan
cara yang tidak seketat seperti yang disebutkan di atas, tetapi bersifat
fleksibel dengan batas-batas yang agak kabur dan senantiasa dapat
mengalami perubahan. Dalam masyarakat yang demikian anak seorang
presiden sekalipun dapat menikahi putri dari keturunan golongan sosial
rendah.
Penggolongan sosial di atas terjadi karena adanya sifat sistem
pelapisan di masyarakat. Menurut Sarjono Soekanto, pelapisan di

6 Fritz Hotman S. Damanik, Sosiologi, Klaten, Intan Pariwara, 2009, hlm. 6.


7 S. Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2011, hlm. 26.

4
masyarakat dapat bersifat tertutup (closed social certification) dan terbuka
(open social Stratification), hal ini dapat dijelaskan bahwa : 8
“1, sistem tertutup, dimana membatasi kemungkinan berpindah seorang dari
suatu lapisan kelapisan lain, baik berupa gerak keatas maupun gerak
kebawah. Didalam system yang demikian, satu-satunya jalan menjadi
anggota suatu lapisan dalam masyarakat adalah kelahiran. Contoh:
masyarakat dengan system stratifikasi social tertutup ini adalah masyarakat
berkasta, sebagian masyarakat feodal atau masyarakat yang dasar
stratifikasinya tergantung pada perbedaan rasial. 2, system terbuka yang
mana masyarakat didalamnya memiliki kesempatan untuk berusaha degan
kecakapan sendiri untuk naik lapisan. Atau bagi mereka yang tidak
beruntung, untuk jatuh dari lapisan atas kelapisan bawah, kemungkinan
terjadinya mobilitas social sangat besar.”

Suatu masyarakat dinamakan tertutup mana kala setiap anggota


masyarakat tetap pada status yang sama dengan orang tuanya. Sedangkan
dinamakan terbuka, karena setiap anggota masyarakat menduduki status
berbeda dengan orang tuanya, dimana bias lebih tinggi atau lebih rendah.
Mobilita sosial yang disebut tadi, berarti berpindah status dalam stratiifikasi
social. Berbagai faktor yang menyebabkan perpindahan status, antara lain
pendidikan dan pekerjaan.

C. Peran Pendidikan Dalam Stratifikasi Sosial


Pendidikan telah menjadi sektor yang strategis dalam program
pembangunan suatu bangsa. Sebagaimana pernyataan Yuliana bahwa: 9
“Banyak Negara telah menjadikan sektor pendidikan sebagai leading sector
yaitu sektor utama atau unggulan dalam program pembangunan. Ternyata
Negara yang menjadikan pendidikan sebagai leading sector, telah menjadi
Negara maju dan telah menguasai pasar dunia. Jepang menjadi Negara maju
karena pendidikan menjadi perhatian utama dalam kebijakan pembangunan
di Negara tersebut.”
Pendidikan dipandang sebagai jalan untuk mencapai kedudukan
yang lebih baik didalam masyarakat. Makin tinggi pendidikan yang
diperoleh makin besar harapan untuk mencapai tujuan itu. Dengan demikian
terbuka kesempatan untuk meningkat kegolongan yang lebih tinggi. Dapat

8 Bayu Yuliana, Stratifikasi Social Dalam Masyarakat, (Online), Tersedia,


http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat-27.html.
diakses pada tanggal 29 Oktober 2017
9 Abd. Muhyi Batubara, Sosiologi Pendidikan, Jakarta, Ciputat Press, 2004, hlm 5.

5
dikatakan bahwa penndidikan merupakan suatu jalan untuk menuju
mobilitas sosial.
Mobilitas sosial adalah sebuah gerakan masyarakat dalam kegiatan
menuju perubahan yang lebih baik. Horton dan Chester dalam Idi
mengatakan bahwa: “Mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari
satu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.” 10
Jadi yang dikatakan mobilitas sosial adalah perubahan, pergeseran,
peningkatan, ataupun penurunan status dan peran anggotanya. Proses
keberhasilan ataupun kegagalan setiap orang dalam melakukan gerak sosial
seperti inilah yang dikatakan mobilitas sosial.

1. Pendidikan sebagai Mobilitas Sosial


Asumsi dalam mobilitas sosial tentang bertambah tingginya taraf
pendidikan maka semakin besar kemungkinan mobilitas bagi anak-anak
golongan rendah dan menengah. Pendidikan tinggi saat ini masih sangat
selektif, dengan menggunakan komputer untuk menilai tes seleksi
menjadi obyektif artinya tidak lagi dipengaruhi kedudukan orang tua
atau orang yang memberikan rekomendasi. Cara itu membuka
kesempatan yang lebih luas bagi anak-anak golongan rendah dan
menengah untuk memasuki perguruan tinggi atas dasar prestasinya
dalam tes masuk itu. Meskipun tidak semua orang tua mampu
membiayai studi anaknya di perguruan tinggi karena biaya yang cukup
mahal, menjadi suatu hambatan bagi golongan rendah untuk
menyekolahkan anaknya pada tingkat universitas.
Cukup banyak contoh-contoh yang dapat kita lihat disekitar kita
tentang orang yang meningkat dalam status sosialnya berkat pendidikan
yang diperolehnya. Hal senada juga dibenarkan oleh Nasution bahwa: 11
“Pada zaman dahulu orang yang menyelesaikan pendidikannya pada
HIS, yaitu SD pada zaman Belanda mempunyai harapan menjadi
pegawai dan mendapat kedudukan sosial yang terhormat. Apalagi kalau
ia lulus MULO, AMS atau Perguruan Tinggi maka makin besarlah

10 Abdullah Idi, sosiologi pendidikan, Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2013, hlm
195.

11 S. Nasution, Op.Cit., hlm. 39.

6
kesempatannya untuk mendapat kedudukan yang baik dan dengan
demikian masuk golongan sosial menengah atas”
Menurut beliau juga, pada sekarang ini asumsi tersebut tidak
selalu benar, beliau menyatakan bahwa: “pendidikan tidak akan menjadi
alat mobilitas sosial bagi golongan rendah dan menengah apabila
tingkat pendidikannya hanya sampai taraf menengah. Jadi walaupun
kewajiban belajar ditingkatkan sampai SLTA masih menjadi pertanyaan
apakah mobilitas sosial dengan sendirinya akan meningkat.” 12
Pendidikan SMA-pun saat ini apalagi SD hampir tidak ada
pengaruhnya dalam mobilitas sosial, ijazah SMA tidak ada artinya lagi
dalam mencari kedudukan yang tinggi ataupun menaikkan seseorang
kegolongan sosial yang lebih tinggi. Bahkan pendidikan tinggi yang
dianggap sebagai suatu syarat bagi Mobilitas Sosial. Bagi lulusan
perguruan tinggi pun sekarang sudah semakin sulit untuk memperoleh
kedudukan yang baik.
2. Golongan Sosial Mempengaruhi Jenis Pendidikan
Pembedaan-pembedaan berdasarkan golongan di negara
demokrasi adalah “haram” apabila terjadi. Namun dalam kenyataannya
menurut Nasution bahwasanya:
“Adanya pembedaan sosial itu tidak dapat disangkal. Ini dapat dilihat
dari sikap rakyat terhadap pembesar atau dari simbol-simbol status
seperti mobil mewah dan sebagainya.”13
Jenis pendidikan merupakan sebuah prioritas, orangtua yang
mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih
sekolah kejuruan bagi anaknya. Sebaliknya anak-anak orang kaya tidak
tertarik dengan sekolah kejuruan. Oleh karena itu dapat diduga bahwa
sekolah kejuruan akan lebih banyak memiliki murid dari golongan
rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Walaupun sekolah
kejuruan memberi jaminan yang lebih baik untuk langsung bekerja

12 Ibid, hal. 40-41.

13 Ibid, hlm. 41.

7
daripada yang lulus sekolah menengah umum, tapi tetap saja murid-
murid cenderung memilih sekolah menengah umum.
Demikian juga dengan perguruan tinggi, mata kuliah atau
bidang studi yang berkaitan mempunyai status yang lebih tinggi.
Misalnya matematika dan fisika dipandang lebih tinggi daripada BK
atau Tata Buku. Sikap tersebut muncul bukan hanya pada siswa tapi
juga di kalangan guru dan orangtua yang dengan sengaja atau tak
sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya.
Seperti yang telah diketahui bahwasannya pendidikan tidak
terlepas dari masyarakat maka dari itu sekolah sendiri tidak mampu
meniadakan batas-batas tingkatan sosial itu. Akhirnya banyak sekolah
yang memberikan pendidikan sesuai golongan-golongannya bahkan
membedakan kurikulumnya.

D. Sebab-Sebab Terjadinya Stratifikasi Sosial


Setiap masyarakat mempunyai sesuatu yang dihargai, bisa berupa
kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat
dan sebagainya. Selama manusia membeda-bedakan penghargaan terhadap
sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulkan lapisan-lapisan
dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan seseorang
terhadap sesuatu yang dihargai, semakin tinggi kedudukan atau lapisannya.
Sebaliknya bagi mereka yang hanya mempunyai sedikit atau bahkan tidak
memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan
yang rendah.
Seseorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat atau ketua atau
pemimpin pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota
masyarakat yang tidak mempunyai tugas apapun. Karena penghargaan
terhadap jasa atau pengabdiannya seseorang bisa pula ditempatkan pada
posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor, penemu, dan sebagainya.
Dapat juga karena keahlian dan ketrampilan seseorang dalam pekerjaan
tertentu dia menduduki posisi tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang

8
tidak mempunyai ketrampilan apapun. Stratifikasi sosial terjadi melalui
proses sebagai berikut : 14
“1, Terjadinya secara otomatis, karena faktor-faktor yang dibawa individu
sejak lahir. Misalnya : Kepandaian, usia, jenis kelamin, keturunan, sifat
keaslian keanggotaan seseorang dalam masyarakat. 2, Terjadinya dengan
sengaja, untuk tujuan bersama dilakukan dalam pembagian kekuasaan dan
wewenang yang resmi dalam organisasi-organisasi formal, Seperti
Pemerintah, Partai politik, Perusahaan, Perkumpulan, Angkatan Bersenjata.”

Stratifikasi sosial biasanya dilatarbelakangi oleh Perbedaan ras dan


budaya, pembagian tugas/kerja yang terspesialisasi, kelangkaan sumber
daya maupun kekuasaan.
Sedangkan ukuran atau kriteria yang dominan sebagai dasar
pembentukan stratifikasi sosial adalah sebagai berikut:15
“1, Ukuran kekayaan, Kekayaan dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa
memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan termasuk lapisan teratas
dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak
mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. 2,
Ukuran kekuasaan dan wewenang, Seseorang yang mempunyai kekuasaan
atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem
pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Ukuran kekuasaan
sering tidak lepas dari ukuran kekayaan, sebab orang yang kaya dalam
masyarakat biasanya dapat menguasai orang-orang lain yang tidak kaya,
atau sebaliknya, kekuasaan dan wewenang dapat mendatangkan kekayaan.
3, Ukuran kehormatan, Kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran
kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan
menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran
kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka
sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat,
para orang tua ataupun orang-orang yang berperilaku dan berbudi luhur. 4,
Ukuran ilmu pengetahuan, Ilmu pengetahuan sering dipakai oleh
masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling
menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem
pelapisan sosial dimasyarakatnya. Penguasaan ilmu pengetahuan ini
biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik, profesi yang disandang oleh
seseorang misalnya dokter, insinyur, doktor ataupun profesor. Namun sering
timbul akibat-akibat negatif dari kondisi ini jika gelar-gelar yang disandang
tersebut lebih dinilai tinggi daripada ilmu yang dikuasainya, sehingga
banyak orang yang berusaha dengan cara-cara yang tidak benar untuk
memperoleh gelar kesarjanaan, misalnya dengan membeli skripsi, membuat
ijazah palsu dan seterusnya.”

14 Ibid, hlm. 41.


15 Fritz Hotman S. Damanik, Op.Cit, hlm 8.

9
Kriteria atau ukuran di atas umumnya digunakan untuk
mengelompokkan para anggota masyarakat ke dalam suatu lapisan tertentu.
Misalnya, dalam dunia akademik orang akan cenderung menggunakan
tingkat pendidikan untuk menentukan statusnya.

E. Cara Menentukan Golongan Sosial


Konsep tentang penggolongan sosial bergantung pada cara seorang
menentukan golongan sosial itu. Adanya golongan sosial timbul karena
adanya perbedaan status dikalangan anggota masyarakat.
Adapun Macam-Macam Status Sosial adalah sebagai berikut:16
“1, Ascribed, Ascribed status adalah tipe status yang diperoleh seseorang
secara alamiah seperti jenis kelamin, ras, kasta, golongan, keturunan, suku,
usia, dan lain sebagainya. 2, Achieved, Achieved status adalah status sosial
yang didapat sesorang karena kerja keras dan usaha yang dilakukannya.
Contoh achieved status yaitu seperti peternak kambing yang bisa menjadi
sukses karena keuletan dan kegigihannya sehingga bisa mengangkat derajat
kehidupannya, harta kekayaan, tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. 3,
Assigned, Assigned status adalah status sosial yang diperoleh seseorang di
dalam lingkungan masyarakat yang bukan didapat sejak lahir tetapi
diberikan karena usaha dan kepercayaan masyarakat. Contohnya seperti
seseorang yang dijadikan kepala suku, ketua adat, sesepuh, dan sebagainya.”

Status sosial yang di atas, berarti berpindah status dalam stratiifikasi


sosial yang disebabkan oleh berbagai faktor disetiap jenis status sosialnya.
Sedangkan untuk menentukan stratifikasi sosial dapat diikuti tiga
metode berikut ini, yaitu :
“1, Metode obyetif yaitu stratifikasi yang ditentukan berdasarkan kriteria
obyektif antara lain : jumlah pendapatan, lama atau tinggi pendidikan, jenis
pekerjaan.17 Menurut suatu penelitian di amerika Serikat pada tahun 1954,
bahwa dokter menempati kedudukan yang sangat tinggi sama dengan
gubernur Negara bagian. Juga professor tinggi kedudukannya sama dengan
ilmuwan, anggota kongres, Dewan Perwakilan Rakyat. Guru sekolah
menduduki tempat yang lebih rendah dari kapten tentara, pemain orkes atau
kontraktor, akan tetapi lebih tinggi dari penyiar radio, masinis, polisi. Yang
paling rendah kedudukannya adalah tukang semir sepatu. 2, Metode
Subyektif yaitu dimana dengan menggunakan metode ini
kelompok/golongan social dirumuskan berdasarkan pandangan menurut
16 Admin, Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial
Dalam Masyarakat, (Online), Tersedia, https://odyrogents.wordpress.com/jenis-
jenismacam-macam-status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat/ diakses
pada 29 Oktober 2017

17 Abdullah Idi, Op. Cit, hlm 184.

10
anggota masyarakat menilai dirinya dalam hirarki kedudukan dalama
masyarakat itu. Kepada mereka diajukan pertanyaan : “menurut pendapat
saudara termasuk golongan manakah saudara dinegara ini, golongan atas,
golongan menengah, atau golongan rendah? 3, Metode Reputasi, metode ini
dikembagkan oleh Lloyd Warner cs. Dalam metode ini golongan social
dirumuskan menurut bagaimana anggota masyarakat menempatkan masing-
masing stratifikasi masyarakat itu. Kesulitan penggolongan objektif dan
subyektif ialah bahwa penggolongan itu sering tidak sesuai dengan
tanggapan orang dalam lingkungan sehari-hari yang nyata tentang golongan
social masing-masing. Oleh sebab itu Warner mengikuti suatu cara yang
realistis yakni memberikan kesempatan kepada orang dalam masyarakat itu
sendiri menentukan golongan-golongan mana yang terdapat pada
masyarakat itu lalu mengidentifikasi anggota masing-masing golongan itu.”
18

Stratifikasi sosial dapat ditentukan dari tiga metode diatas, namun


yang paling mudah di identifikasi di dalam struktur sosial adalah didasarkan
pada besar kecilnya penghasilan dan kepemilikan benda-benda materi yang
sering disebut harta benda. Indikator antara kaya dan miskin juga mudah
sekali di identifikasi, yaitu melalui pemilikan sarana hidup.

18 S. Nasution, Op.Cit, hlm 27-28.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kelas sosial atau golongan sosial merujuk kepada perbedaan hierarkis
atau stratafikasi antara insan atau kelompok manusia dalam masyarakat atau
budaya. Pelapisan masyarakat adalah perbedaan penduduk atau masyarakat
kedalam kelas-kelas yang tesusun secara bertingkat (hierarchis). Ukuran
atau kriteria yang biasa dipakai untuk menggolong-golongkan anggota
masyarakat kedalam lapisan-lapisan sosial diantaranya adalah ukuran
kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran kehormatan dan ukuran ilmu
pengetahuan. Adapun cara cara menentukan sebuh golongan sosial yaitu
dengan cara penggolongan kelompok sosial didasarkan kepada bagaimana
cara individu atau kelompok bersikap atau bertindak terhadap individu atau
kelompok.
Golongan sosial sangat menentukan lingkungan sosial seorang individu.
Pengetahuan, kebutuhan, tujuan, sikap, watak sesorang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan sosial dimana seorang individu tersebut tinggal. Seorang
individu mempelajari suatu kebudayaan yang telah ada dan diturunkan dari
generasi satu ke generasi berikutnya yang terdapat di lingkungan individu
tersebut tinggal. Dalam berbagai studi tingkat pendidikan tertinggi yang
diperoleh seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya.
Golongan sosial dan jenis pendidikan juga menentukan sebuah pendidikan
yang akan dijalani oleh individu. Selain itu dalam stratafikasi sosial ada
yang dimaksud dengan sosiometri dimana Sosiometri adalah suatu cara
yang bertujuan untuk meneliti interaksi-interaksi sosial dari anggota
kelompok.
Pendidikan dipercaya menjadi salah satu faktor yang akan mempercepat
terjadinya mobilitas sosial dimana yang nantinya akan terjadi sebuah
penggolongan sosial.

B. Saran

12
Sebagaimana telah dijelaskan pada penyampaian materi di
atas bahwa Dunia pendidikan Indonesia, semakin hari semakin
berkembang. Namun, seperti kita ketahui, perkembangan ini tidak
sepadan dengan kualitas pendidikan itu sendiri. Hal ini
mengakibatkan kesenjangan atau ketimpangan di dalam masyarakat
Indonesia seperti kualitas lulusan, kesenjangan antara pendidikan
kota dan desa, dan sebagainya. Selain itu, didalam pendidikan
muncul masalah yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan itu
sendiri yang yaitu bahwa pendidikan cenderung menjadi sarana
stratafikasi sosial. Sudah saatnya negara kita kini membenahi diri
dari belenggu problematika pendidikan yang ada, setidaknya kita
sebagai calon pendidik harus meminimalisir problematika tentang
stratafikasi sosial yang semakin hari semakin jelas terlihat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Idi , Abdullah, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,


2013.
Damanik. S. Fritz Hotman, Sosiologi, Klaten: Intan Pariwara, 2009.
Nasution, S. Sosiologi Pendidikan, Jakarta : Bumi Aksara , 2011.
Yuliana, Bayu, stratifikasi social dalam masyarakat, (online),
tersedia, http://bayuekayulian.blogspot.com/2007/06/stratifikasi-sosial-
dalam-masyarakat-27.html. diakses pada tanggal 29 Oktober 2017
Akbar, M., Mahasiswa Bukan Bonsai, (online), Tersedia,
http://republika.co.id/berita/jurnalisme-warga/wacana/16/03/14/o408c7336-
mahasiswa-bukan-bonsai, diakses pada tanggal 29 Oktober 2017
Admin, Jenis-Jenis/Macam-Macam Status Sosial & Stratifikasi Sosial

Dalam Masyarakat,

Tersedia, https://odyrogents.wordpress.com/jenis-jenismacam-macam-
status-sosial-stratifikasi-sosial-dalam-masyarakat/ diakses pada
tanggal 29 Oktober 2017

14

Anda mungkin juga menyukai