Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

UMKM DAN INDUSTRI KREATIF DI INDONESIA


Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah: Kewirausahaan
Dosen Pengampu: Anis Fittria, S.E.I., M.S.I.

Disusun oleh:
Nafa Orica Putri 2002056037
Firman Maulana 2002056087
Intan Ayu Nur Laili 2002056094

Prodi Ilmu Hukum Fakultas Syariah dan Hukum


UIN WALISONGO SEMARANG
Jl. Walisongo No. 3-5, Tambakaji, Kec. Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah
E-mail: humas@walisongo.ac.id
Telepon: 024-7604554
PRAKATA

Puji syukur senantiasa terpanjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa pula
salawat serta salam terhaturkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga syafaatnya mengalir
pada kita di hari akhir kelak.

Penulisan Makalah ‘UMKM dan Industri Kreatif di Indonesia’ ini ditujukan untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan yang diampu oleh Ibu Anis Fittria, S.E.I., M.S.I.,
dan kami sangat berterima kasih karena telah diberikan tugas ini sehingga kami mendapat ilmu
dan wawasan baru.

Besar harapan agar makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca maupun kami
sebagai penyusun. Terlepas dari pada itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari
kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Semarang, 24 Mei 2023

Kelompok 11

i
DAFTAR ISI

PRAKATA.................................................................................................................................. i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 2

C. Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 2

BAB II........................................................................................................................................ 3

A. Pengertian dan Kriteria UMKM ........................................................................................ 3

B. Cara Pengembangan UMKM di Indonesia ........................................................................ 5

C. Mengenal Industri Kreatif ................................................................................................. 8

D. Cara Pengembangan Industri Kreatif Indonesia ................................................................ 9

BAB III .................................................................................................................................... 12

A. Kesimpulan...................................................................................................................... 12

B. Saran ................................................................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini, era baru di Indonesia akan tercipta dengan adanya sistem ekonomi yang
berbasis UKM dengan spirit of entrepeneurship yang kuat, konseptual, dan tangguh.1 Basis
saat ini erat kaitannya dengan UMKM dan industri kreatif yang memiliki pengaruh terhadap
perekomian Indonesia.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu prioritas
pengembangan di setiap Negara. Hal ini disebabkan oleh besarnya sumbangsih UMKM
terhadap Negara, khususnya dalam bidang ekonomi dan sosial. 2 Peran UMKM sangat besar
untuk pertumbuhan perekonomian Indonesia, dengan jumlahnya mencapai 99% dari
keseluruhan unit usaha. Kontribusi UMKM terhadap PDB juga mencapai 60,5%, dan terhadap
penyerapan tenaga kerja adalah 96,9% dari total penyerapan tenaga kerja nasional.3

Di samping UMKM, terdapat aktivitas ekonomi lain yang turut berperan dalam
perkonomian Indonesia yaitu industri kreatif. Industri kreatif ternyata memberikan dampak
positif terjadap perekonomian di Indonesia dan peningkatan kesejahteraan bagi pelaku industri
ekonomi kreatif itu sendiri. Berdasarkan data Badan Ekonomi Kreatf dan BPS, terjadi
peningkatan PDB 2014-2016 dari Rp 784,82 triliun menjadi Rp 922,59 triliun atau mengalami
peningkatan yang signifikan dengan kontribusi industri kreatif sebesar 7,44%. Badan Ekonomi
Kreatif (Bekraf) memprediksikan pertumbuhan produk domestic bruto (PDB) sektor
industryikreatif pada tahun 2018 bisa mencapai hingga 6,25% sehingga mampu menyerap
hingga 16,7 juta tenaga kerja.4

Melihat betapa pentingnya UMKM dan industri kreatif serta setelah menempuh
berbagai materi kewirausahaan, maka makalah ini akan dibahas mengenai UMKM dan industri
kreatif sebagai pengenalan dan pendalaman dalam bidang kewirausahaan.

1
Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga. hal. 15
2
Gunawan, Hananiel M. Pemberdayaan Umkm Dan Upaya Pengentasan Kemiskinan Di Daerah: Sebuah Telaah
Konsep. 2014. Hal. 112
3
Siaran Pers Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia
HM.4.6/553/SET.M.EKON.3/10/2022, 1 Oktober 2022
4
Asri Rahmi. 2018. Perkembangan Industri Ekonomi Kreatif Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Di
Indonesia. Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF) 2 (1), hal. 1393

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian dan kriteria UMKM?
2. Bagaimana cara mengembangkan UMKM di Indonesia?
3. Apa itu industri kreatif?
4. Bagaimana cara mengembangkan industri kreatif di Indonesia?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dan kriteria UMKM.
2. Untuk mengetahui cara mengembangkan UMKM.
3. Untuk mengetahui seluk beluk industri kreatif.
4. Untuk mengetahui cara mengembangkan industri kreatif di Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Kriteria UMKM


Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atau yang sering disingkat UMKM ialah salah satu
bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun daerah, begitu juga dengan negara
indonesia. Menurut ekonom senior, Prof. Ina Primiana, UMKM adalah kegiatan usaha berskala
kecil yang mendorong pergerakan pembangunan dan perekonomian Indonesia. Di sisi lain, M.
Kwartono Adi menjelaskan definisi UMKM secara lebih spesifik, yakni sebagai badan usaha
yang memiliki profit atau keuntungan tidak lebih dari 200 juta berdasarkan perhitungan laba
tahunan.5

Berdasarkan Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro,


Kecil, dan Menengah didefinisikan sebagai berikut:

1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha
perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini.
2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh
orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha
Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.
3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan
oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun
tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih
atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

Agar dapat membedakan UMKM diperlukan kriteria dan klasifikasi tertentu dalam
menggolongkan UMKM. Berdasarkan kekayaan dan hasil penjualan, menurut Pasal 6 UU
UMKM kriteria usaha mikro yaitu:

5
Al Farisi, S., Iqbal Fasa, M., & Suharto. (2022). PERAN UMKM (USAHA MIKRO KECIL MENENGAH)
DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT. Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah, 9(1),
hal. 73

3
1. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta
rupiah).

Kriteria usaha kecil adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah)
sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah).

Sedangkan kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut:

1. Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk
tanah dan bangunan tempat usaha; atau
2. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus
juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh milyar
rupiah).

Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa UMKM adalah usaha milik orang
perorangan badan usaha yang bukan merupakan anak atau cabang dari perusahaan lain dengan
kriteria memiliki modal usaha yang memiliki batasan-batasan tertentu.

Menurut perkembangannya UMKM dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok:6

1. Livelyhood Activity. Kelompok usaha ini lebih dikenal sebagai kelompok usaha sektor
informal, usahanya dianggap dan digunakan sebagai kesempatan kerja untuk
mendapatkan penghasilan seharihari demi pemenuhan kebutuhan hidup. Salah satu
contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise. Kelompok usaha ini melakukan kegiatan yang sifatnya cenderung
sebagai pengrajin. Ia memiliki kemampuan menghasilkan suatu produk namun belum
memiliki sifat kewirausahaan untuk memajukan produknya.

6
Lathifah Hanim & MS. Noorman. 2018. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menengah) & Bentuk-Bentuk Usaha.
Semarang: Unissula Press. Hal. 8

4
3. Small Dynamic Enterprise. Kelompok usaha yang menjalankan bisnisnya telah memiliki
jiwa kewirausahaan dan mampu menerima pekerjaan sub-kontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise. Kelompok ini selain telah memiliki jiwa kewirausahaan, juga
memiliki tujuan memajukan usahanya dengan melakukan transformasi menjadi Usaha
Besar (UB).

Karakteristik UMKM di Indonesia

Dalam karateristik di sini ada empat alasan yang menjelaskan posisi strategis UMKM
di Indonesia. Pertama, UMKM tidak memerlukan modal yang besar sebagaimana perusahaan
besar sehingga pembentukan usaha ini tidak sesulit usaha besar. Kedua, tenaga kerja yang
diperlukan tidak menuntut pendidikan formal tertentu. Ketiga, sebagian besar berlokasi di
pedesaan dan tidak memerlukan infrastruktur sebagaimana perusahaan besar. Keempat,
UMKM terbukti memiliki ketahanan yang kuat ketika Indonesia dilanda krisis ekonomi.7

B. Cara Pengembangan UMKM di Indonesia


Menurut Gede Diva8, dalam pengembangan UMKM peranan pemerintah yang efektif
dan optimal diwujudkan sebagai fasilitator, regulator dan katalisator:

1. Peran Pemerintah sebagai fasilitator.


Tugas fasilitator adalah memberikan kemampuan UMKM dengan berbagai cara,
misalnya dengan memberikan pelatihan. Demikian pula jika UMKM lemah dalam hal
pendanaan, tugas fasilitator adalah membantu mencari jalan keluar agar UMKM mampu
mendapat pendanaan yang dibutuhkan, tetapi harus dilakukan secara hati-hati agar posisi
UMKM menjadi tidak tergantung.
2. Peran Pemerintah sebagai regulator.
Peran pemerintah sebagai regulator adalah membuat kebijakan-kebijakan sehingga
mempermudah usaha UMKM dalam mengembangkan usahanya. Sebagai regulator,
pemerintah berfungsi untuk menjaga kondisi lingkungan usaha tetap kondusif.
3. Peran Pemerintah sebagai katalisator.
Peran pemerintah daerah sebagai katalisator pengembangan UMKM adalah
mempercepat proses berkembangnya UMKM menjadi fast moving enterprise. Untuk

7
Sudati N. Sarfiah, Hanung Eka Atmaja, & Dian Marlina Verawati. 2019. UMKM SEBAGAI PILAR
MEMBANGUN EKONOMI BANGSA. Jurnal REP (Riset Ekonomi Pembangunan), 4 (2), hal. 141
8
Gede Diva. 2009. Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah Jakarta. Jakarta:
Bakrie School of Management. Hal 15-18

5
dapat menjalankan perannya sebagai katalisator, pemerintah melakukan berbagai
langkah seperti pemberdayaan komunitas kreatif untuk produktif bukan konsumtif,
penghargaan terhadap UMKM, prasarana intelektual bagi UMKM (perlindungan hak
kekayaan intelektual) dan permodalan termasuk modal ventura atau modal bergulir.

Dalam UU UMKM, upaya menumbuhkan iklim usaha yang kondusif dipaparkan dalam
Pasal 7 s.d. 14 yang memuat proses penguatan UMKM sebagai berikut:
1. Aspek pendanaan bagi UMKM ditujukan untuk:
a. memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi akses kredit,
b. memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya,
c. memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan,
d. membantu pelaku UMKM untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk
keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan
bank,
2. Aspek sarana dan prasarana, ditujukan untuk:
a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan
pertumbuhan UMKM,
b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu.
3. Aspek informasi usaha, dilakukan dalam rangka:
a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi
bisnis,
b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan,
komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu;
c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama.
4. Aspek kemitraan, dilakukan dalam rangka
a. mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
b. mewujudkan kemitraan antara UMKM dengan Usaha Besar;
c. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan
transaksi usaha antar UMKM;
d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam\transaksi
usaha antara UMKM dan Usaha Besar;
e. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar UMKM;
f. membentuk struktur pasar yang menjamin tumbuhnya persaingan usaha yang sehat
dan melindungi konsumen;

6
g. mencegah penguasaan pasar oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang
merugikan UMKM.
5. Aspek perizinan usaha, ditujukan dalam rangka:
a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan
terpadu satu pintu;
b. upaya pembebasan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan
biaya perizinan bagi Usaha Kecil.
6. Aspek kesempatan berusaha, ditujukan dalam rangka:
a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar,
ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi
pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, dan sebagainya;
b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk UMKM di subsektor perdagangan retail;
c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses,
bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan
turun-temurun;
d. mencadangkan usaha yang terbuka bagi Usaha Besar dengan syarat harus bekerja
sama dengan UMKM
e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk UMKM;
f. mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh UMKM;
g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja Pemerintah;
h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan.
7. Aspek promosi dagang, ditujukan dalam rangka:
a. meningkatkan promosi produk UMKM di dalam dan di luar negeri;
b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk UMKM;
c. memberikan insentif untuk UMKM yang mampu menyediakan pendaan secara
mandiri dalam kegiatan promosi;
d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual.
8. Aspek dukungan kelembagaan, ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan
fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra
bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

Maka apabila dipetakan secara umum, untuk mengembangkan UMKM perlu dilakukan
peningkatan kualitas pada beberapa aspek berikut ini:

7
1. Produksi dan pengolahan, dengan cara meningkatkan teknik produksi dan
pengolahan serta kemampuan manajemen dan menerapkan standarisasi dalam
proses produksi dan pengolahan
2. Pemasaran, dengan cara meneliti dan mengkaji pemasaran, meningkatkan
kemampuan manajemen dan teknik pemasaran, serta konsultasi kepada konsultan
profesional dalam bidang pemasaran.
3. Sumber daya manusia, dengan cara membudayakan kewirausahaan, meningkatkan
keterampilan teknis dan manajerial sera mengikuti pendidikan, pelatihan,
penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis.
4. Desain dan teknologi, meningkatkan kemampuan di bidang desain dan teknologi
serta pengendalian mutu serta meningkatkan kerjasama dan alih teknologi dan
penguasaan hak kekayaan intelektual.

Prinsip Pengembangan UMKM

Ada beberapa prinsip mengenai pengembangan UMKM yang dapat dijadikan acuan
menurut Budiarto9:

1. Kemaslahatan
2. Kemandirian bangsa
3. Terukur
4. Komprehensif
5. Berkelanjutan.

C. Mengenal Industri Kreatif


Industri kreatif keberadaannya mulai difokuskan oleh Negara sebagai salah satu
penompang perekonomian indonesia. Industri kreatif terus tumbuh dan memiliki perbedaan
dengan banyaknya produk yang sejenis yang terdapat dipasaran. Hal ini disebabkan produk
yang dihasilkannya merupakan hasil dari kreativitas yang melahirkan keunikan dan inovasi.

Industri kreatif dapat diartikan adalah sebuah konsep di era ekonomi baru yang
mengintensikan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan ide dan pengetahuan dari

9
Rachmawan Budiarto, dkk. 2016. Pengembangan UMKM: antara konseptual dan pengalaman praktis.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 96-97

8
sumber daya manusia sebagai faktor prioduksi yang utama.10 Industri kreatif bisa disebut
berbagai kegiatan ekonomi yang dihasilkan dari buah pemikiran atau ide berdasarkan talenta,
keahlian dan juga ke kreativitas di tiap individu. Menurut Deputi Riset, Edukasi, dan
Pengembangan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) Abdur Rohim Boy Berawi yang
mengungkapkan bahwa industri kreatif dalam setahun terakhir telah menyumbangkan sebesar
Rp. 642 triliun atau 7,05% dari total produk domestik bruto (PDB) Indonesia. Kontribusi
terbesar berasal dari usaha kuliner sebanyak 32,4%, desain fashion 27,9%, dan kerajinan
14,88%. Selain menyumbang PDB nasional, industri kreatif merupakan sektor keempat
terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, dengan kontribusi secara nasional sebesar 10,7% atau
11,8 juta orang.11

Meskipun terbilang baru, industri kreatif cukup dapat memperbaiki perekonomian


masyarakat Indonesia. Dengan demikian, industri ini menjadi perhatian pemerintah agar
senantiasa terus tumbuh dan berkembang. Mengingat banyaknya penduduk usia produktif di
Indonesia, perkembangan industri ini di Indonesia cukup banyak memiliki potensi. Terbukti
banyaknya kreatifitas-kreatifitas yang dihasilkan oleh para generasi milenial yang merupakan
turut serta menompang perekonomian Indonesia dari kreatifitas yang dihasilkan.

Pemerintah Indonesia sendiri telah mengidentifikasi lingkup industri mencakup 14


subsektor, menurut Departemen Perdagangan Republik Indonesia dalam buku Pengembangan
Industri Kreatif Menuju Visi Ekonomi Kreatif 2025 antara lain: periklanan (advertising),
arsitektur, pasar barang seni, kerajinan, desain, fashion, video, permainan interaktif, musik,
seni pertunjukan, penertiban dan percetakan, layanan komputer dan piranti lunak, televisi dan
radio, serta riset dan pengembangan.12

D. Cara Pengembangan Industri Kreatif Indonesia


Teori Triple Helix, yang dipopulerkan oleh Etzkowitz dan Leydersdorff pada
tahun1995, adalah suatu pendekatan dalam menciptakan sinergi kerjasama dari tiga aktor yaitu
akademik, bisnis, dan pemerintah untuk membangun ekonomi berbasis pengetahuan
(knowledge-based economy). Sejak tahun 2009, model pengembangan ekonomi kreatif

10
Ratna Wijayanti Daniar Paramita, dkk 2021. Manajemen Industri Kreatif. Jawa Timur: WIDYA GAMA
PRESS. Hal 17-18
11
Nuraini dan Rifzaldi Nasri. 2017. Strategi Pengembangan Industri Kreatif Dengan Pendekatan Triple Helix.
Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis. Hal 867
12
Asri Rahmi. 2018. Perkembangan Industri Ekonomi Kreatif Dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Di
Indonesia. Seminar Nasional Sistem Informasi (SENASIF) 2 (1), hal. 1390-1391

9
Indonesia juga menggunakan triple helix, dimana memerlukan sinergi dan kemitraan antara
tiga aktor utama pemerintah, industri, dan intelektual (kalangan kademisi).

Berikut ini merupakan model pengembangan industri kreatif di Indonesia dengan


model triple helix.

Konsep Triple Helix mengintegrasikan peran akademisi, dunia usaha, dan pemerintah
ke dalam aktivitas kreasi, inovasi, dan teknologi bagi industri kreatif. Peran intelektual sebagai
menyebarkan dan mengimplementasikan ilmu pengetahuan, seni, dan teknologi serta
membentuk nilai-nilai yang konstruktif bagi pengembangan industri kreatif dalam masyarakat.
Intelektual terkait dengan aktivitas-aktivitas penciptaan baru yang memiliki daya tawar kepada
pasar serta pembentukan insan kreatif. Akademisi sebagai bagian dari intelektual memiliki
tiga peranan yaitu, peran pendidikan yang ditujukan untuk mendorong lahirnya generasi kreatif
masa depan yang mendukung penciptaan, inovasi dan karya dalam industri kreatif. Peran
penelitian dilakukan untuk memberikan masukan tentang model kebijakan pengembangan
industri kreatif dan instrumen yang dibutuhkan, mengelola keterbaruan ide, proses kreatifitas
yang akan menghasilkan produk dan jasa yang saru serta menghasilkan teknologi yang
mendukung cara kerja dan penggunaan sumber daya yang efisien dan menjadikan industri
kreatif nasional yang kompetitif.

10
Pemerintah memiliki peran utama dalam mekanisme pemberian program insentif,
kendali iklim usaha yang kondusif, arahan edukatif serta terhadap masyarakat dan dunia swasta
untuk mendukung pengembangan industri kreatif. Dalam pengembangan industri kreatif
pemerintah juga berperan sebagai katalisator dan fasilitator dan advokasi yang memberikan
rangsangan, tantangan dan dorongan, agar ide-ide inovasi bergerak ke tingkat kompetensi yang
lebih tinggi. Dukungan itu dapat berupa komitmen pemerintah untuk menggunakan kekuatan
politiknya dengan proporsional dan dnegan memberikan pelayanan adminsitrasi public dengan
baik disamping dukungan bantuan finansial, insentif, ataupun proteksi. Pemerintah juga
berperan sebagai regulator yang menghasilkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan
masyarakat, industri, institusi, intermediasi dan sumber daya dan teknologi. Pemerintah dapat
mempercepat perkembangan industri kreatif jika pemerintah mampu membuat kebijakan-
kebijakan yang menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi industri kreatif. Pemerintah
sebagai investor harus dapat memberdayakan aset Negara untuk jadi produktif dalam lingkup
industri kreatif dan bertanggung jawab terhadap investasi infrastruktur industri.

Di dalam industri kreatif, pemerintah membuat model berdasarkan pada individu


kreatif dengan lima pilar utama, yaitu:

1. Industri yang terlibat dalam produksi industri kreatif;

2. Teknologi sebagai pendukung mewujudkan kreatifitas individu;

3. Sumber daya seperti sumber daya alam dan lahan;

4. Kelembagaan mulai dari norma dan nilai di masyarakat, asosiasi industri dan komunitas
pendukung hingga perlindungan atas kekayaan intelektual; dan

5. Lembaga intermediasi keuangan.13

13
Ratna Wijayanti Daniar Paramita, dkk 2021. Manajemen Industri Kreatif. Jawa Timur: WIDYA GAMA
PRESS. Hal 43-46.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Saat ini, era baru di Indonesia akan tercipta dengan adanya sistem ekonomi yang
berbasis UKM dengan spirit of entrepeneurship yang kuat, konseptual, dan tangguh. Basis saat
erat kaitannya dengan UMKM dan industri kreatif yang memiliki pengaruh terhadap
perekomian Indonesia.
UMKM adalah kegiatan usaha berskala kecil yang mendorong pergerakan
pembangunan dan perekonomian Indonesia. Hal ini diatur dalam Undang-Undang 20 Tahun
2008 tentan Usaha, Mikro, Kecil, dan Menengah dengan kriteria-kriteria khusus yang diatur
dalam UU tersebut.
Industri kreatif berarti sebuah industri yang mengarah kepada ide, gagasan, serta
intelektual yang kemudian dimanfaatkan untuk membuka lapangan kerja. Industri kreatif
berasal dari hasil kreativitas serta keterampilan dari individu. Kreativitas ini kemudian bisa
menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan perekonomian. Contoh industri kreatif antara
lain: perfilman, desain dan teknologi rekayasa, arsitektur, musik, dan lain-lain.
Salah satu perbedaan UMKM dan industri kreatif adalah skala usahanya. UMKM
merupakan jenis usaha yang mengarah pada usaha mikro, kecil, dan menengah. Ada kriteria
khusus yang harus dimiliki untuk bisa masuk ke kategori UMKM. Kriteria tersebut adalah
jumlah keuntungan yang berskala mikro, kecil, dan menengah.
Sementara itu industri kreatif tidak memiliki batas skala usaha mikro, kecil, dan
menengah. Industri kreatif bisa dilaksanakan dalam skala besar. Industri kreatif yang berskala
mikro, kecil, dan menengah bisa dikategorikan ke UMKM. Namun, tidak semua industri kreatif
dapat dimasukkan ke kategori UMKM.

B. Saran

Dengan pengetahuan terkait UMKM dan industri kreatif ini diharapkan penulis dan
pembaca dapat memahaminya dan mengetahui betul terkait lika-liku pengembangan UMKM
dan industri kreatif di Indonesia. Selain itu, diharapkan untuk menelaah kembali tentang materi
ini melalui referensi dan literatur lain, sehingga dapat menambah wawasan individu dan
mempeloreh pemahaman yang penuh dan utuh.

12
DAFTAR PUSTAKA

Al Farisi, S., Iqbal Fasa, M., & Suharto. 2022. PERAN UMKM (USAHA MIKRO KECIL
MENENGAH) DALAM MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT. Jurnal Dinamika Ekonomi Syariah, 9(1), 73-84.

Anam Khoirul. 2019. Strategi Pemerintah Dalam Pengembangan Umkm Di Kabupaten


Jepara. Semarang: FISIP Undip

Budiarto, Rachmawan dkk. 2016. Pengembangan UMKM : antara konseptual dan


pengalaman praktis. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Diva, Gede. 2009. Mengembangkan UKM Melalui Pemberdayaan Peran Pemerintah Daerah
Jakarta. Jakarta: Bakrie School of Management.

Paramita, Ratna Wijayanti Daniar dkk 2021. Manajemen Industri Kreatif. Jawa Timur:
WIDYA GAMA PRESS.

Gunawan, Hananiel M. 2014. Pemberdayaan Umkm Dan Upaya Pengentasan Kemiskinan Di


Daerah: Sebuah Telaah Konsep.

Hendro. 2011. Dasar-Dasar Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Hanim, Lathifah & MS. Noorman. 2018. UMKM (Usaha Mikro, Kecil, & Menengah) &
Bentuk-Bentuk Usaha. Semarang: Unissula Press

Nuraini dan Rifzaldi Nasri. 2017. Strategi Pengembangan Industri Kreatif Dengan Pendekatan
Triple Helix. Seminar Nasional Riset Manajemen & Bisnis.

Rahmi, Asri. 2018. PERKEMBANGAN INDUSTRI EKONOMI KREATIF DAN


PENGARUHNYA TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA. Seminar
Nasional Sistem Informasi (SENASIF) 2 (1), 1386 -95.

Sarfiah, Sudati N., Hanung Eka Atmaja, & Dian Marlina Verawati. 2019. UMKM SEBAGAI
PILAR MEMBANGUN EKONOMI BANGSA. Jurnal REP (Riset Ekonomi
Pembangunan), 4 (2), 137-146.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.

13

Anda mungkin juga menyukai