Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR


UNSUR KEBUDAYAAN
SISTEM MATA PENCAHARIAN HIDUP

Disusun Oleh :
Wasis Purnomo

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM BATIK SURAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. yang senantiasa melimpahkan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah ilmu sosial
budaya dasar. Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan makalah ini memenuhi tugas mata
kuliah ilmu sosial budaya dasar untuk mengetahui tentang unsure kebudayaan system mata
pencaharian hidup.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas. kami sadar bahwa
makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, kepada dosen
pengampu Wartoyo SH, MH kami meminta masukannya demi perbaikan pembuatan makalah
kami di masa yang akan datang dan mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.

Surakarta, 27 Oktober 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mata pencaharian merupakan suatu usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup (ekonomi)
dengan cara bekerja. Mata pencaharian masyarakat berbeda satu sama lain. Perbedaan itu
diantaranya dapat disebabkan oleh keadaan geografis, sosial, maupun corak budaya masyarakat
setempat disamping kemampuan (skill) yang dimiliki. Faktor-faktor tersebut sangat berpengaruh
terhadap corak mata pencaharian suatu masyarakat.
Mata pencaharian suku bangsa yang masih tradisional umumnya berupa berburu dan meramu, berladang ,
berternak , menangkap ikan , bertani menetap (pertanian tadah hujan maupun yang sudah menggunakan irigasi).
Selain memperhatikan sitem produksi juga memperhatikan distribusi modal, tenaga kerja dan distribusi produksi.
Penelitian pada sector industry dan perdagangan terbatas kepada aspek kehidupan masyarakatnya, bukan pada
aktivitas eknominya. Agar kehidupan masyarakat tetap aman dantertib, maka perlu diorganisir dan diatur sedemikian
rupa sehingga kesatuan dan peratuan tetap terpelihara. Aturan tersebuh dapat berupa aturan dalam keluarga , aturan
tentang kekerabatan,pemerintahan dan adat istiadat lainnya yang mengatur hubungan antar sesame
anggotamasyarakat. Dalam menguraikan suku bangsa, para antropolog tertarik pada organisasi dansusunan
masyarakat, pembagian kerja , berbagai bentuk kerjasama (gotong royong), hubungandan sikap antaranggota
masyarakat terutama yang muda ke yang lebih tua, antara rakyatdengan pemimpinnya, atau sebaliknya , sanksi social
,system kekuasaan , lapisan-lapisan dansebagainya
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud mata pencaharian?
2. Apa jenis-jenis mata pencaharian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mata pencaharian.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis mata pencaharian.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Mata Pencaharian
Menurut kamus bahasa Indonesia mata pencaharian adalah pekerjaan atau pencaharian
utama (yang dikerjakan untuk kebutuhan sehari-hari). Mata pencaharian merupakan aktifitas
manusia untuk memperoleh taraf hidup yang layak dimana antara daerah satu dengan daerah
yang lainnya berbeda sesuai dengan taraf kemampuan penduduk dan keadaan demografinya.

B. Jenis-jenis Mata Pencaharian


Untuk dapat memahami sistem mata pencaharian nenek moyang manusia, perlu
dijelaskan tentang perkembangan mata pencaharian tersebut, yakni dari berburu dan meramu,
perikanan, permulaan bercocok tanam, bercocok tanam di ladang, dan bercocok tanam menetap.

1. Berburu dan Meramu


Sehubungan dengan berburu dan meramu akan dikemukakan beberapa hal yang
berkaitan dengan mata pencaharian tersebut, yakni hubungan antara berburu dan meramu, variasi
masyarakat berburu, penguasaan dan hak milik terhadap wilayah, dan senjata serta teknik
berburu.
a. Hubungan antara berburu dan meramu
Berburu dan meramu adalah kegiatan ekonomi yang berkaitan erat.Suku bangsa yang
berburu, di samping berburu binatang tertentu, biasanya juga mengumpulkan tumbuh-tumbuhan
dan akar-akaran yang bisa dimakan. Bahkan mencari ikan, pada berbagai suku bangsa berburu
juga dilakukan sebagai suatu cara untuk mencari pangan. Kegiatan-kegiatan tersebut disebut
dengan “ekonomi pengumpulan pangan” atau food gathering economics.
Kurang lebih 2.000.000 tahun lamanya kegiatan ekonomi tersebut merupakan satu-
satunya sistem mata pencaharian manusia, dan sejak akhir abad ke 19 kegiatan tersebut mulai
menghilang. Mulai menghilang bukan berarti bahwa kegiatan tersebut habis sama sekali, karena
pada suku-suku pedalaman di Indonesia misalnya masih menjalankan kegiatan berburu dan
meramu tersebut.
Ada 5 macam daerah yang menjadi tempat berburu dan meramu, yakni hutan rimba
tropik (seperti di Togo, Kamerun, Kongo, dan pedalaman Malaya, daerah hutan koniferus
(seperti di Kanada Barat Laut), daerah padang rumput dan stepa (seperti di Amerika Utara dan
Argentina), daerah gurun (seperti di Afrika Selatan dan Australia, dan daerah iklim kutub (seperti
di pantai utara Kanada dan pantai Greenland.
b. Bentuk-bentuk masyarakat berburu
Ada dua bentuk dasar dari masyarakat berburu, yakni patrilineal hunting band dan
composite hunting band.Patrilineal hunting band hidup di daerah-daerah yang binatangnya hidup
berpencar, tidak dalam kawanan, dan tidak mengembara menurut musim.Sebagian besar dari
kelompok berburu ini rata-rata sebanyak 50 individu, keanggotaan menurut garis keturunan
pihak ayah, dan adat perkawinannya exogami (di luar kelompok).
Composite hunting band hidup di daerah-daerah yang binatang buruannya hidup
dalam kawanan yang besar dan mengembara pada jarak yang jauh menurut musim.Keanggotaan
kelompok lebih besar, sekitar 100 individu dan tidak lagi harus patrilineal, dan adat
perkawinannya tidak bersifat exogami.
Di samping perbedaan pada beberapa aspek di atas, antara kedua bentuk masyarakat
berburu tersebut juga dicirikan oleh luas wilayah buruan. Pada bentuk yang pertama, wilayah
buruannya adalah antara 100 mil sampai 500 mil persegi, sementara pada bentuk kedua, wilayah
buruannya sampai 2.000 mil persegi.
c. Penguasaan dan hak milik wilayah
Pada dasarnya suatu kelompok berburu selalu melakukan kegiatan berburu pada wilayah
dengan batas-batas yang tetap, yang tidak akan melampaui dan akan dipertahankan dari
pelanggaran-pelanggaran pihak luar. Kesadaran akan wilayah eksklusif tersebut lebih kental pada
kelompok patrilineal band.
Pada patrilineal band, penguasaan kelompok terhadap wilayahnya bersi-fat
penguasaan secara hak ulayat.Kelompok menguasai wilayah serta segala isinya guna
dimanfaatkan oleh anggota-anggotanya untuk mencari tumbuh-tumbuhan/akar-akaran dan untuk
berburu.Ketika musim berburu, kelompok patrilineal ini sering memencar dalam regu-regu kecil
(dua sampai tiga keluarga) untuk beberapa bulan lamanya pada sebagian wilayah besar
kelompok induk.Kegiatan regu-regu kecil ini membuat wilayah induk pecah menjadi hak-hak
khusus atau hak ulayat khusus.
Composite band biasanya menempati wilayah yang agak besar.Anggota kelompok
seringkali bercampur dan tidak lagi terdiri dari orang-orang yang hubungan kekerabatannya
menurut garis keturunan tertentu.Pada kelompok ini, kesadaran hak milik lebih berkembang,
sehingga muncul hak milik sendiri, hak milik kerabat isteri, hak milik kerabat suami, dan
seterusnya.
d. Senjata dan teknik berburu
Beberapa macam senjata yang digunakan oleh masyarakat berburu dan meramu antara
lain adalah senjata pemotong, senjata pemukul, senjata lempar, senjata tusuk, tombak, busur, dan
sebagainya. Adapun teknik menangkap binatang buruan adalah dengan perangkap dan
menggunakan racun. Penggunaan perangkap bisanya dengan dua cara, yakni dengan sistem
umpan dan sistem menggiring.
Untuk mengemas dan membawa hasil buruan dan ramuan, masyarakat berburu
memakai keranjang sederhana, karung, atau wadah lain dari daun-daunan, yang dengan mudah
dapat dibuat bila diperlukan dan dibuang manakala tidak dibutuhkan lagi. Adakalanya juga
menggunakan kulit kayu atau kulit binatang.Untuk membawa air, bangsa berburu memakai kulit
buah labu, bambu, kantong-kantong dari kulit kayu, kulit telur burung unta, dan sebagainya.
Sebagai alat transportasi buruan, mereka menggunakan penggeretan yang ditarik oleh
binatang seperti anjing, rusa, kuda, dan lain-lain.Untuk daerah sungai mereka menggunakan
perahu sebagai alat angkutan.

2. Perikanan
Para nelayan yag mencari ikan di laut biasanya berlayar menyusur pantai, terutama di
daerah teluk-teluk. Menurut para ahli, lebih dari separoh ikan di seluruh dunia hidup dalam
kawanan yang beribu-ribu jumlahnya pada jarak antara 30 sampai 10 km dari pantai. Pada
musim-musim tertentu kawanan ikan tersebut lebih mendekat ke pantai dan masuk ke teluk
untuk mencari air tenang untuk bertelur.
Dibandingkan dengan berburu, mata pencaharian nelayan lebih banyak tergantung
kepada perkembangan teknologi, seperti kail, tombak, jala, di sam-ping membutuhkan perahu
dengan segala jenis peralatannya. Para nelayan berusaha untuk memiliki perahu besar, yang
dikemudikan oleh 4 dampai 5 orang, sehingga mereka bisa berlayar lebih jauh dari pantai 7
sampai 8 km. Pengetahuan yang teliti mengenai sifat-sifat laut, angin, arus-arus, dan mengenai
binatang di langit sebagai pedoman dalam mengemudikan perahu dan melaut. Karena mencari
ikan di laut lebih banyak bahaya dan resikonya, maka para nelayan juga sering menggunakan
metode ilmu gaib untuk melengkapi metode-metode teknologis.

3. Permulaan Bercocok Tanam


Mata pencaharian berbcocok tanam muncul sesudah berburu dan meramu, yang menurut
para ahli merupakan sebuah loncatan hebat dalam proses perkembangan kebudayaan manusia.
Kepandaian baru tersebut timbul secara perlahan dan berangsur di berbagai tempat di dunia.
Diduga, bercocok tanam diawali dengan aktivitas mempertahankan/memelihara tumbuh-
tumbuhan di tempat tertentu dengan membersihkan tanaman-tanaman pengganggu dan dari
serangan binatang. Hal ini diperkirakan terjadi kira-kira 10.000 tahun yang lalu.Bercocok tanam
merupakan mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua, yang mucul pada zaman
batu baru (Neolithik), sesudah mata pencaharian berburu dan meramu pada zaman batu tua
(Paleolithik).
Tempat di mana manusia bercocok tanam, para ahli berkesimpulan bahwa berbagai
macam tanaman yang ada sekarang tersebar dan tercampur di berbagai daerah yang luas. Adapun
daerah asal mula bercocok tanam adalah sebagai berikut:
a. Daerah sungai-sungai besar di Asia Tenggara, seperti Mekong, Salwin, dan
Irawadi, yang selanjutnya menyebar ke Indonesia, Pilipina, dan Sungai Gangga di India. Dari
sinilah berasal tanaman padi dan talas.
b. Daerah sungai-sungai di Asia Timur, seperti Yatse dan Hoangho, dengan tanaman
sayuran, pohon merbei, dan kedelai.
c. Asia Barat Daya, sepert Sungai Tigris dan Sungai Alfurat di Iraq, selanjutnya
menyebar ke Iran, Afganistan, dan Pakistan. Kebanyakan tanamannya adalah buah-buahan
Eropah.
d. Daerah Laut Tengah, terutama Mesir, Palestina, dan juga Italia dan Spanyol, dengan
tanaman buah zait dan buah ara.
e. Daerah Afrika Timur, yakni Abesinea dengan tanaman gandum yang terkenal.
f. Daerah Afrika Barat sekitar hulu Sungai Sinegal, dengan tanaman gandum dan
sorghum.
g. Daerah Mexiko Selatan yang menyebar ke utara yakni Mexiko dan daerah Sungai
Mississippi, dengan tanaman jagung, kapas, kasava, dan sebagainya.
h. Daerah Peru di Amerika Selatan sebagai tanah asal kentang, dan mungkin juga
kasava dan ubi.

4. Bercocok Tanam di Ladang


Bercocok tanam di ladang dilakukan terutama di daerah hutan rimba tropik dan daerah
sabana dan subtropik. Cara penggunaan lahan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Daerah hutan atau sabana dibersihkan dengan cara ditebang dan dibakar.
b. Tanah ladang yang telah dibuka ditanami satu sampai tiga kali (kira-kira 1—2
tahun).
c. Ladang kemudian dibiarkan untuk waktu lama (10—15 tahun).
d. Hutan bekas ladang dibuka lagi dengan cara seperti di atas.
Dalah hal bercocok tanam di rimba tropik, hutan diklasifikasika kepada lima jenis
sebagai berikut:
a. Hutan rimba primer, yang berumur lebih dari 15 tahun, terdiri dari pohon-pohon
tinggi besar, tetapi tumbuh-tumbuhan dan belukar bawahnya sedikit.
b. Hutan rimba sekunder, yang berumur 12—13 tahun, terdiri dari pohon-pohon tinggi
besar, tetapi tumbuh-tumbuhan dan belukar bawahnya tebal.
c. Hutan sekunder muda, yang berumur lkurang dari 12 tahun, terdiri dari pohon-
pohon muda kecil, tetapi tumbuh-tumbuhan dan belukar bawahnya tebal.
d. Hutan belukar, yang berumur kira-kira 6 bulan lebih, terdiri dari beberapa pohon
muda dan belukar bawah yang tebal.
e. Padang alang-alang.
Dalam bercocok tanam, tipe yang paling digemari oleh bangsa yang bercocok tanam
adalah hutan rimba primer, karena pada tipe ini tidak dibutuhkan tenaga ekstra untuk
membersihkannya. Tipe yang paling dihindari oleh mereka adalah tipe terakhir, yaitu padang
alang-alang.
Kepadatan penduduk ideal untuk sistem bercocok tanam ini adalah kira-kira 50 jiwa/km
persegi.Jika melampaui batas kepadatan tersebut, akibatnya adalah terjadinya perselisihan dan
pertengkaran, di samping cepat berkurangnya kesuburan tanah.
Di samping kepadatan penduduk, cara-cara hidup tertentu juga melenyap-kan kesuburan
tanah.Contohnya, pola perkempungan Suku Iban di Serawak. Orang Iban tinggal dalam rumah-
rumah panjang yang berdiri di atas tiang-tiang besar, yang merupakan suatu deret dari rumah-
rumah petak yang bergandengan. Petak tersebut disebut bilek, rata-rata 14 bilek dan paling
panjang 50 bilek.Rumah-rumah seperti ini sukar dipindah-pindah, sementara orang Iban amat
terpaku kepada desa mereka.Hal ini menyebabkan dalam pembukaan ladang mereka tidak
terlampau jauh dari desa, sehingga mereka cepat kembali ke ladang sebelumnya, yang
kesuburannya belum pulih.
Kepemilikan ladang merpakan hak milik umum atau kelompok, baik berupa kerabat atau
berupa desa.Pada berbagai suku bangsa, ada gejala yang menimbulkan hak milik individu.Hal ini
karena setelah menggarap ladang dan memanen hasilnya, si individu menanam tumbuh-
tumbuhan yang berumur panjang di ladang tersebut.
Dalam memilih lahan untuk ladang, individu akan dibatasi oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Pilihan orang lain yang mendahului pilihannya.
b. Tanaman yang berumur panjang yang ditanami oleh orang lain
c. Jarak dari desa, dengan dua kemungkinan, yakni dengan membangun gubuk-gubuk
di ladang baru atau memindahkan desa ke dekat ladang baru.
d. Jenis hutan, di mana yang digemari adalah hutan primer.
e. Tanda-tanda gaib, yang kebetulan muncul di tempat tinggal, yang menjadi impian
si peladang, atau yang diperhitungkan oleh dukun-dukun peramal.
Bercocok tanam dilakukan oleh keluarga batih yang terdiri dari 3—5 orang dengan
prosedur kerja meliputi: (1) Membersihkan belukar bawah pada paroh akhir dari musim hujan;
(2) Sebulan kemudian menebang pohon yang berdiameter 100—150 cm dengan kapak, yang
dilakukan oleh pria; (3) Tiga bulan sesudahnya, membakar hasil penebangan. Membakar
tersebut tidak boleh meluas ke ladang tetangga atau ke hutan lain; (4) Memagari ladang dan
membangun gubuk; (5) Menanami ladang dengan menggunakan tugal atau tongkat runcing; (6)
Memelihara tanaman dari tanaman penganggu, binatang, dan hama perusak, di samping berburu
dan meramu serta mencari ikan; (7) Memanen hasil ladang 3—4 bulan kemudian dengan gotong
royong dan mengangkutya ke desa; (8) Sesudah panen, datang masa pesta; (9) Memulai lagi
penanaman setelah membersihkan belukar, karena dibiarkan beberapa lama; dan (10) Setelah
beberapa kali panen (kira 2—3 tahun), mereka membuka ladang baru lagi.
Pengerahan tenaga ada dengan kesatuan kerja keluarga batih dan ada dengan keluarga
luas. Bila membutuhkan tenaga tambahan, maka diperoleh dengan cara saling tolong-menolong
dan meminta bantuan warga dengan kompensasi sekedarnya. Di Sumbawa, sistem gotong royong
ini dilasifikasikan ke dalam tiga bentuk, yakni basire, saleng tulong, dan nulong.

5. Bercocok Tanam Menetap


Munculnya becocok tanam menetap ini karena teknik pertanian manusia sudah mencapai
taraf tertentu dalam rangka mengatasi berbagai persoalan/ rintangan alam. Bercocok tanam ini
dilakukan manusia dengan menggunakan dua cara, yakni dengan bajak dan tampa bajak. Bajak
yang digunakan bisa bajak kecil dan bisa bajak besar.Bajak kecil ditarik dengan tenaga manusia
dan bintang, sementara bajak besar ditarik dengan tenga binatang sebanyak empat ekor sapi,
kerbau, kuda, dan sebagainya.
Kepemilikan tanah, dengan kasus Pulau Jawa misalnya, kepemilikannya digolongkan
kepada empat hal, yakni milik komunal dengan pemakaian beralih-alih (lokasi/tempat), milik
komunal dengan pemakaian bergiliran (pemakainya), milik komunal dengan pemakaian tetap
bagi warga yang mempunyai kewajiban-kewajiban tertentu tehadap desa (pamong desa, kuli atau
gogol), dan milik individu (tanah pikulen dan tanah yasan). Bagi orang yang tidak memiliki
tanah, maka yang dapat dilakukannya dalam bercocok tanam adalah dengan cara (1) menyewa
tanah, (2) bagi hasil, dan (3) menerima gadai tanah.
Pada bercocok tanam sebelumnya, di mana masalah kualitas lahan diserahkan pada
kondisi alam, maka pada bercocok tanam menetap diusahakan dengan cara-cara antara lain (1)
mengintensifkan cara pengolahan tanah, (2) cara pemupukan tanah, (3) pergantian tanaman, dan
(4) dengan irigasi.
Pengerahan tenaga bersama (gotong royong) juga dimanfaatkan untuk bercocok tanam,
namun juga untuk kegiatan-kegiatan lain, yakni dalam hal kematian, perkejaan sekitar rumah
tangga, dalam hal pesta-pesta, dan dalam pekerjaan untuk kepentingan umum.
Pengerahan tenaga dalam bercocok tanam membayar tenaga buruh dengan dua macam,
yaitu upah secara adat dan upah berupa uang.Upah secara adat dibayar dengan sebagian dari
hasil pertanian, yang bagiannya tergantung keadaan dan kondisi.Jika pada suatu daerah tenaga
buruh berlimpah, maka bagian upahnya menjadi kecil.Dalam keadaan normal, buruh wanita
biasanya sudah puas dengan upah 1/25 dari hasil panen.Upah berupa uang, seperti lazimnya
pengupahan pada umumnya, maka pengupahannya dengan upah harian dan dengan sistem
borongan.

Mata Pencaharian Penduduk di Bidang Non Pertanian


Adapun bidang non pertanian meliputi perdagangan , pertambangan,
perindustrian,pariwisata, dan jasa.1. Perdaganganperdagangan adalah hal-hal yang berhubungan
dengan kegiatan menjual dan membeli baranguntuk memperoleh keuntungan. Perdagangan
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : perdaganganbesar, perdagangan sedang/ menengah, dan
perdagangan kecil.2. PertambanganPertambangan adalah usaha mengambil mineral mineral yang
bermanfaat yang ada di dalambumi untuk kesejahteraan manusia. Eksplorasi adalah kegiatan
penyelidikan yang dilakukanuntuk mengetahui letak mineral dalam lapisan bumi, mengetahui
jumlah dan mutu suatuminerak, serta memperkirakan persyaratan dalam mengambilnya.
Eksploitasi adalah kegiatanpenambangan bahan galian dari tempatnya dan usaha
pengolahannya.Barang barang tambang dikelompokan menjadi lima, yaitu :a. Bahan tambang
energi migas, yaitu minyak dan gas bumib. Bahan tambang energi non migas, seperti batu bara
dan gambutc. Bahan tambang mineral logam, seperti timah putih,bauksit, nikel, tembaga, besi,
dll.d. Batuan , seperti intan, batu gamping, kaolin, pasir kuansa, marmer, lempung,
dansebagainya.3. Perindustrian
Industri adalah usaha pengelolaan bahan mentah menjadi barang setengah jadi atau
barang jadi menggunakan sarana dan peralatan. Berdasarkan besar modal, peralatan yang
digunakan,dan jumlah tenaganya, indusri dapat digolongkan kedalam 4 macam, yaitu : indusri
rumahtangga, industri kecil, industri sedang, dan industri besar.4. PariwisataPariwisata adalah
segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaanobjek dam daya tarik
wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Manfaatpariwisata bagi pemerintah,
rakyat, dan kepentingan pelestarian lingkungan :a. Pariwisata menambah pemasukan devisa
negara dan kesejahteraan rakyat.b. Semakin terbuka lapangan kerja, khususnya bidang
pelayanan.c. Semakin dikenal kebudayaan Indonesiad. Ikut melestarikan keseimbangan
lingkungan hidupe. Terpeliharanya kelestarian lingkungan budaya.5. JasaJasa adalah suatau
perbuatan, keinginan, atau usaha yang dilakukan dengan baik sehinggaberguna bagi orang lain.
Contoh : bidang transportasi, pendidikan, kesehatan,keamanan,pengiriman barang, perawatan
kecantikan, penitipan barang umum.Transportasi adalah proses penganglutan orang atau barang
dari satu tempat ke tempat lain.Komunikasi adalah proses menghubungkan atau menyampaikan
berita. Jenis jenis kegiatansektor transportasi dan komunikasi yang ada di Indonesia adalah :
perhubungan darat,perhubungan air, perhubungan udara, telekomunikasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Di dalam kehidupan sehari-hari, suatu masyarakat terdapat berbagai macam kebudayaan
termasuk mata pencaharian mereka dan berbagai jenis cara memotivasi kerja ,sehingga harus
disesuaikan dengan keadaan dan kondisi masyarakat itu sendiri , agar mereka bisa bertahan
untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka secara perlahan sehingga mereka bias menjadikan
suatu kebiasaan atau pola dalam menjalani hidup mereka . Dengan demikian suatu mata
pencaharian dan motivasi kerja ada dalam masyarakat akibat dari keaadan social dan geografi
masyarakat secara umum.
B. Saran
Demi kesempurnaan makalah ini, diperlukan kajian lebih lanjut mengenai “Sistem mata
pencaharian hidup” oleh para pembaca. Karena penulis pun juga masih mempunyai banyak
kekurangan dalam penjabaran permasalahannya. Sehingga, sangat dibutuhkan kritik dan saran
yang kontruktif sebagai kontruksi perwujudannya.
Semoga makalah ini pun bukan hanya sekedar bermanfaat, Tapi benar-benar bermanfaat
secara nyata. Baik secara langsung maupun tidak langsung, bagi para pembaca pada umumnya
dan juga bagi para penulis pada khususnya.
Daftar Pustaka

https://www.slideshare.net/312174/sistem-mata-pencarian
Buku Strategi dan Perubahan Sosial
https://idtesis.com/pengertian-motivasi-kerja-menurut-para-ahli/
Wikipedia
https://arifakbarmuhamad.wordpress.com/2011/08/01/unsur-unsur-dan-tipe-motivas

Anda mungkin juga menyukai