Anda di halaman 1dari 13

Proposal

Pengaruh Cyberbullying Terhadap Kesehatan Mental Pengguna


Media Sosial

Disusun Oleh:

AHMAD NURKHAIRY (02)


KELAS X.8

MADRASAH ALIYAH NEGERI 2

KOTA MAKASSAR

2023
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................3
A. Latar Belakang................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.............................................................................................................5
D. Manfaat Penelitian..........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................6
A. Media Sosial....................................................................................................................6
B. Cyberbullying..................................................................................................................7
BAB III METODE PENELITIAN...........................................................................................11
A. Metode Penelitian..........................................................................................................11
B. Teknik Pengumpulan Data............................................................................................11
C. Alat/Instrumen Penelitian..............................................................................................11
D. Langkah-Langkah Penelitian........................................................................................11
E. Teknik Analisis Data.....................................................................................................12
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13
A. Kesimpulan...................................................................................................................13

2
A.
PENDAHULUAN
B. Latar Belakang
Media sosial dapat diartikan sebagai sebuah media online, dimana para
penggunanya dapat berbagi, berpartisipasi dan menciptakan berbagai macam akun
yang berupa blog, forum dan jejaring sosial yang menggunakan aplikasi berbasis
internet yang didukung oleh teknologi informasi untuk menciptakan ruang dunia
virtual (Rifauddin, 2016).

Media sosial juga banyak digunakan orang untuk berbagi informasi, mencari
teman, atau membangun self-image seseorang. Di satu sisi banyak keuntungan dan
manfaat yang bisa kita dapatkan, tetapi di sisi lain tidak sedikit kerugian dalam bentuk
hal-hal negatif yang menyertai penggunaan media sosial. Salah satu dampak negatif
yang timbul dengan adanya kemudahan dalam mengakses media sosial adalah
munculnya fenomena culnya fenomena cyberbullying baik di kalangan anak-anak
maupun remaja bahkan orang dewasa.

Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seseorang mendapat


perlakuan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam, dipermalukan, disiksa, atau
menjadi target bulan-bulanan oleh orang lain yang menggunakan media sosial.
Cyberbullying atau kekerasan dunia maya ternyata lebih menyakitkan jika
dibandingkan dengan kekerasan fisik. Penelitian yang dilakukan ilmuwan dari
National Institutes of Health (NIH) mengungkapkan keekerasan melalui dunia maya
efeknya lebih besar terhadap korban. Para peneliti mensurvei secara internasional
terhadap 4500 remaja dan praremaja di Amerika Serikat selama tahun 2005 hingga
2006. Mereka meneliti secara spesifik perasaan depresi, seberapa mudah mereka
menjadi marah, dan seberapa sulit mereka berkonsentrasi. Peserta juga diteliti
berkaitan dengan pengalaman mereka disakiti secara fisik, diejek serta dikirimi pesan
melalui komputer atau telepon seluler. Atau apakah mereka yang justru pernah
melakukannya. "Korban cyberbullying sering kali depresi, merasa terisolasi,
diperlakukan tidak manusiawi, dan tak berdaya ketika diserang," ujar para peneliti.
Intimidasi secara fisik atau verbal pun menimbulkan depresi. Namun, ternyata para
peneliti menemukan korban cyberbullying mengalami tingkat depresi lebih tinggi
(NN, 2010).

3
Dampak dari cyberbullying untuk para korban tidak berhenti sampai pada tahap
depresi saja, melainkan sudah sampai pada tindakan yang lebih ekstrim yaitu bunuh
diri. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hinduja dan Patchin (2010c)
mengungkapkan fakta bahwa meskipun tingkat bunuh diri di AS menurun 28,5 %
pada tahun-tahun terakhir namun ada tren pertumbuhan tingkat bunuh diri pada anak
dan remaja usia 10 sampai 19 tahun. Satu faktor yang dikaitkan dengan munculnya
ide untuk bunuh diri adalah pengalaman bullying. Bukti keterkaitan dini dikuatkan
dengan hasil penelitian yang menunjukkan bagaimana pengalaman dipermalukan oleh
sesama teman (kebanyakan sebagai target tetapi juga sebagai pelaku) berkontribusi
pada munculnya depresi, penurunan kepercayaan diri, putusnya harapan dan perasaan
kesepian yang kesemuanya itu menjadi pemicu munculnya pemikiran dan perilaku
untuk bunuh diri. Dari hasil penelitian yang melibatkan 2000 anak usia remaja di
beberapa distrik di AS, 20% responden dilaporkan telah memikirkan secara serius
untuk bunuh diri (19,7% wanita, 20,9% laki-laki), sementara 19% dilaporkan telah
melakukan bunuh diri (17,9% wanita, 20,2% laki-laki). Hal lain yang bisa disoroti
dari hasil penelitian tersebut adalah semua bentuk bullying secara signifikan berkaitan
dengan peningkatan munculnya ide untuk bunuh diri dan korban cyberbullying yang
mencoba untuk melakukan bunuh diri hampir dua kali lebih banyak jumlahnya
dibandingkan dengan remaja yang tidak mengalami cyberbullying.

Banyak contoh kasus bunuh diri yang dapat kita temui di media masa maupun
internet. Salah satunya adalah kasus bunuh diri seorang guru les berusia 44 tahun
yang juga merupakan seorang influencer Tiktok. Sebelum mengakhiri hidupnya
korban diduga menerima komentar kebencian yang sangat banyak dari para pelaku
cyberbullying. Tindakan dari para pelaku tersebut membuat korban mengalami stress
emosional.

Melihat fenomena yang sangat mencengangkan diatas, sebagai pengguna media


sosial, penulis sangat terusik dengan maraknya fenomena cyberbullying ini sehingga
dilakukan penelitian untuk mengetahui kondisi cyberbullying di Indonesia.

C. Rumusan Masalah
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana fenomena cyberbullying yang terjadi di kalangan remaja &


dewasa?

4
2. Bagaimana seharusnya peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat
dalam menyikapi fenomena cyberbullying ini?
3. Langkah-langkah apa yang dapat ditempuh untuk mengatasi fenomena cyberbullying
ini?

D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui kondisi yang sebenarnya tentang cyberbullying di kalangan


remaja & dewasa.
2. Mengetahui tentang peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat.
3. Mengetahui langkah-langkah yang dapat ditempuh baik untuk mencegah
maupun mengatasi tindakan cyberbullying.

E. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagi orang tua & masyarakat akan fenomena


cyberbullying.
2. Menjadi bahan acuan dan rekomendasi bagi orang tua & masyarakat untuk menyikapi
fenomena cyberbullying.

5
F.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Sosial
Kemajuan teknologi dan informasi serta semakin canggihnya perangkat-
perangkat yang diproduksi oleh industri seperti menghadir-kan “dunia dalam
genggaman”. Richard Hunter (2002) mengulas tentang world without secrets
bahwa kehadiran media baru (new media/cybermedia) menjadikan informasi sebagai
sesuatu yang mudah dicari dan terbuka. Salah satu media yang sekarang ini sering
digunakan oleh remaja dan masyarakat adalah media sosial. Kehadiran media sosial
menjadi fenomenal. Media sosial tidak hanya digunakan untuk mendistribusikan
informasi yang bisa dikreasikan oleh pemilik akun itu sendiri, tetapi juga memiliki
dasar sebagai portal utnuk membuat jaringan pertemanan secara virtual dan medium
untuk berbagi data, seperti audio atau video (Nasrullah, 2015). Kehadiran media
sosial menjadikan masyarakat bisa dengan bebas dan mudahnya mendapatkan
informasi apapun tanpa batasan waktu dan sumber.

Gunelius (2011) memberikan definisi media sosial adalah penerbitan online dan
alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan,
keterlibatanm dan partisipasi. Media sosial menekankan akan adanya percakapan,
keterlibatan dan partisipasi. Ada interaksi yang dilakukan oleh para pengguna media
sosial tersebut. Interaksi dilalukan dengan memberikan komentar-komentar
dipostingan orang lain. Sang pemilik postingan tersebut juga memiliki hak untuk
menghapus komentar yang tidak disukainya atau memblokir akun media sosial
seseorang yang dianggapnya mengganggu.

Menurut Puntoadi (2011), media sosial berfungsi sebagai (1) media sosial
memberikan keunggulan dalam membangun personal branding, yaitu tidak mengenal
trik atau popularitas semu, karena dalam hal ini audienslah yang akan menentukan
media sosial dapat digunakan orang untuk berkomunikasi, berdikusi dan bahkan
mendapatkan popularitas di media sosial; (2) dalam pemasaran, media sosial
memberikan kesempatan untuk berinteraksi lebih dekat dengan konsumen.

Fungsi media sosial yang pertama adalah membantu seseorang dalam membangun
personal branding. Banyak orang yang membentuk self-image melalui media sosial
untuk mendapatkan ketenaran. Sebagai contoh, akun tiktok @awbimaxreborn yang

6
menarik perhatian banyak orang karena konten tiktoknya yang selalu menyinggung
pemerintah. Pemilik akun yang Bernama asli Bima Yudho Saputro ini sering membuat
postingan yang heboh dan penuh sensasi. Salah satu postingannya yang cukup viral
yaitu video Bima mengungkapkan pendapatnya tentang alasan kenapa Lampung tidak
maju-maju. Tak sedikit yang membenarkan pendapat Bima tentang Lampung, namun
ada pula yang melaporkan video tersebut dengan alasan Bima telah menyudutkan
Provinsi Lampung. Sebelumnya, Bima sering mengunggah video pendapatnya
terhadap isu-isu yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, ia terkenal dan memiliki
banyak followers di akun Tiktoknya. Media sosial bisa menjadi ajang bagi
seseorang dalam membentuk self-image seperti yang diinginkannya.

Selain untuk membangun self-image yang bagus dan mendapatkan popularitas,


fungsi yang kedua dari media sosial adalah memasarkan suatu produk. Saat ini media
sosial adalah alat yang paling sering digunakan oleh para wirausahawan dalam
memasarkan produknya. Tanpa perlu bertatap muka satu per satu dengan
konsumennya, para pemasar bisa melakukan interaksi dengan lebih dekat dan
personal dengan para konsumennya melalui media sosial. Mereka bisa menjawab
setiap pertanyaan atau pernyataan yang dikemukakan oleh para konsumen. Melalui
media sosial, para pemasar dapat mengetahui kebiasaan konsumen mereka dan
melakukan interaksi secara personal serta membangun keterikatan yang lebih dalam.
Fungsi media sosial tersebut menggambarkan bahwa media sosial adalah sebuah alat
atau wadah untuk mennyampaikan informasi dimana proses penyampaian informasi
tersebut bisa dilakukan dengan lebih mudah, cepat dan bersifat personal.

B. Cyberbullying
Cyberbullying adalah istilah yang digunakan pada saat seorang anak atau remaja
mendapat perlakukan tidak menyenangkan seperti dihina, diancam, dipermalukan,
disiksa, atau menjadi target bulan-bulanan oleh anak atau remaja yang lain
menggunakan teknologi Internet, teknologi digital interaktif maupun teknologi mobile
(NN, 2009). Jika orang dewasa ikut terlibat tidak lagi disebut sebagai cyberbullying
tetapi disebut cyber harassment atau cyber stalking. Cyberbullying biasanya bukan
hanya komunikasi satu kali, ini terjadi secara berulang kali, kecuali jika itu adalah
sebuah ancaman pembunuhan atau ancaman serius terhadap keselamatan orang.

7
Dengan satu perkecualian, semua cyberbullying dilakukan dengan sengaja. Si
pelaku dengan sengaja bermaksud untuk melukai atau mengganggu tergetnya. Satu
perkecualiannya adalah jika murid-murid ceroboh dan melukai perasaan temannya
secara tidak sengaja. Ini dinamakan “inadvertent cyberbullying,” karena si target
merasa menjadi korban, meskipun si pelaku tidak melakukannya dengan sengaja.
Karena hal ini kadang menimbulkan penderitaan, cenderung mengarah ke
cyberbullying tradisional dan cyber warfare, maka dianggap sebagai satu dari empat
jenis cyberbullying.

Bisa dikatakan sebagai cyberbullying jika ada pihak minor di salah satu sisi, satu
sebagai target dan satu sebagai pelaku (Jika tidak ada pihak minor di salah satu sisi,
ini dianggap sebagai “cyber harassment,” bukan cyberbullying). Contohnya jika
seorang murid mengganggu seorang guru, ini termasuk cyber harassment. (Sebagai
catatan untuk beberapa hukum tentang cyberbullying yang baru mengklasifikasikan
cyber harassment guru sebagai “cyberbullying”) (Aftab, 2011).

Ada 2 macam metode cyberbullying yaitu direct attacks (pesan-pesan dikirimkan


secara langsung ke anak), posted and public attacks yang dirancang untuk
mempermalukan target dengan memposting atau menyebarkan informasi atau
gambar-gambar yang memalukan ke publik, dan cyberbullying by proxy
(memanfaatkan orang lain untuk membantu mengganggu korban, baik dengan
sepengetahuan orang lain tersebut atau tidak) (Aftab, 2011).

1. Direct Attacks dan Posted and Public Attacks


Beberapa sarana yang digunakan untuk serangan-serangan ini antara lain:
a. Instant Messaging/E-mail/Text Messaging Harassment
Seseorang dapat mengirimkan pesan-pesan yang mengancam dan
penuh kebencian ke orang lain tanpa menyadarinya. Pesan-pesan yang
mengancam dan tidak ramah ini bisa menjadi sangat menyakitkan dan
dampaknya sangat serius.
b. Pencurian Password
Seseorang dapat mencuri password orang lain dan mulai untuk
mengobrol dengan orang lain, berpura-pura menjadi orang yang lain.
Mereka bisa mengatakan hal-hal yang kejam yang menyingung dan
membuat marah orang lain. Sementara itu, orang yang diajak bicara

8
tidak tahu sebenarnya siapa yang mereka ajak bicara. Seorang anak
mungkin mencuri password untuk mengubah profilnya dengan
memasukkan hal-hal yang berbau seksual, rasis, dan hal-hal yang tidak
pantas lainnya yang mungkin akan menarik perhatian atau
menyinggung orang-orang. Seseorang dapat mencuri password dan
mengunci korban dari akunnya sendiri. Sekali password dicuri, hacker
bisa menggunakannya untuk meng-hack komputer korban dan
melakukan pencurian atas nama korban.
c. Blogs
Blogs adalah jurnal online. Blogs adalah sarana yang menyenangkan
untuk anak dan remaja untuk memposting pesan agar dapat dilihat oleh
semua temannya. Namun, kadang anak-anak menggunakan blogs
untuk menghancurkan reputasi anak lain dan mencampuri privasinya.
Sebagai contoh, dalam satu kasus, seorang anak laki-laki memposting
banyak pesan tentang perpisahannya dengan teman wanitanya,
menjelaskan bagaimana teman wanita tersebut menghancurkan
hidupnya dan memanggilnya dengan sebutan yang merendahkan.
Teman-teman anak laki-laki tersebut membaca dan akan mengkritisi
teman wanitanya. Si teman wanita akan menjadi malu dan terluka,
semua hanya karena anak-anak lain memposting informasi yang
kejam, pribadi, dan salah tentang dirinya. Kadang-kadang anak-anak
membuat blog atau profil berpura-pura menjadi korbannya dan
mengatakan hal-hal yang dirancang untuk mempermalukan korbannya.
d. Mengirimkan Gambar-gambar melalui E-mail dan ponsel
Ada kasus dimana remaja mengirimkan email masal untuk pengguna
lain yang berisi gambar porno atau gambar yang akan merendahkan
remaja lain. Sekali email ini dikirimkan, akan diterima oleh ratusan
orang dalam beberapa jam saja.Tidak ada cara untuk mengendalikan
hal ini. Banyak ponsel baru yang memungkinkan anak-anak saling
mengirimkan gambar dengan mudah. Anak-anak menerima gambar
secara langsung di ponselnya dan bisa mengirimkannya ke siapa saja
yang ada dalam buku alamatnya. Setelah melihat gambar di situs web,
beberapa anak benar-benar memposting gambar-gambar porno ini
secara online sehingga semua orang bisa melihat, menyebarkan, dan

9
mengunduhnya. Anak-anak kadang mengambil gambar seseorang di
ruang locker, kamar mandi, atau ruang ganti, dan mempostingnya
secara online atau mengirimkannya ke orang lain lewat ponsel.
e. Interactive Gaming
f. Mengirimkan materi pornografi atau Junk E-mail dan IMs
g. Impersonation/Posing
h. Missapropriation of Cellphones
2. Cyberbullying by Proxy (Third Party Cyberharassment or
Cyberbullying)
Seringkali orang menyalahgunakan Internet untuk mentarget sasarannya yang
menggunakan kaki tangan. Kaki tangan ini, kadang tidak curiga kalau mereka
dimanfaatkan sebagai kaki tangan. Mereka tahu bahwa mereka
mengkomunikasikan pesan yang provokatif, tapi tidak menyadari bahwa
sebenarnya mereka sedang dimanipulasi oleh pelaku utama. Itulah hebatnya
jenis serangan ini. Penyerang hanya perlu memprovokasi dan menciptakan
kemarahan atau emosi di satu pihak, dan kemudian dapat duduk kembali dan
membiarkan orang lain melakukan pekerjaan kotornya. Kemudian, ketika
tindakan hokum atau hukuman diambil terhadap para kaki tangan, pelaku yang
sebenarnya dapat mengklaim bahwa mereka tidak pernah menghasut dan tidak
ada yang bertindak atas nama pelaku. Mereka mengklaim tidak bersalah dan
menyalahkan kaki tangan mereka. Kaki tangan mereka menjadi satu-satunya
yang bersalah di mata hukum.

10
C.
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,
yaitu pengumpulan data-data primer dan sekunder yang bersumber dari pengguna
media sosial.

B. Teknik Pengumpulan Data


Data-data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.

1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama
di lokasi penelitian atau objek penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber
sekunder dari data yang dibutuhkan.

C. Alat/Instrumen Penelitian
Untuk menggali data digunakan instrumen berupa kuesioner (Google Form).
Kuesioner disebarkan ke 300 orang dengan rentan usia 15-40 tahun melalui media
sosial. Materi kuesioner menanyakan tentang pengalaman seseorang tentang
fenomena bullying baik secara tradisional maupun cyberbullying.

D. Langkah-Langkah Penelitian
Secara umum prosedur penelitian yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1. Penyusunan kuesioner.
2. Penentuan sampel penelitian.
3. Pengurusan ijin penyebaran kuesioner.
4. Penyebaran kuesioner kepada responden.
5. Analisis data.
6. Penyusunan laporan. Penyusunan laporan dilakukan dengan melibatkan
juga studi literatur. Literatur yang digunakan berasal dari buku, jurnal dan
Internet.

11
E. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam mengolah data pada penelitian ini
adalah analisis deskriptif. Analisis deskriptif akan menguji generalisasi hasil
penelitian yang didasarkan atas satu sampel.

12
F.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan teknologi berbasis internet memberikan berbagai kemudahan bagi
masyarakat. Salah satu produk yang dihasilkan oleh teknologi internet tersebut adalah
media sosial. Penggunaan media sosial sekarang ini telah menjadi bagian dari
aktivitas masyarakat sehari-hari. Sebagian besar masyarakat senang menghabiskan
waktunya di media sosial. Media sosial membantu mereka untuk membangun self-
image dan membuat diri mereka menjadi eksis di kalangan orang banyak. Penggunaan
media sosial oleh seseorang terkadang meleset dari penggunaan yang semestinya.
Beberapa orang mungkin tidak memahami bagaimana beretika yang baik di dunia
online. Demi tercapainya tujuan yang mereka inginkan, seseorang sering
menggunakan media sosial semau mereka tanpa memikirkan dampaknya bagi diri
mereka dan juga bagi orang lain. Mereka menjadi bebas dalam menggunakan media
sosial. Salah satu kebebasan dalam menggunakan media sosial yang tak jarang
memakan korban adalah tindakan cyberbullying. Cyberbullying bisa terjadi kapan saja
tanpa bisa dibatasi oleh apapun. Cyberbullting mudah dilakukan karena pelaku tidak
perlu berhadapan langsung dengan target/korbannya. Sulit utnuk mengontrol setiap
tindakan yang dilakukan seseorang secara online. Kita bisa mencegah terjadinya
cyberbullying dengan mengajarkan bagaimana beretika yang baik di dunia online,
perlu ada pemahaman bahwa media sosial bukan hanya milik pribadi atau untuk
dikonsumsi sendiri hingga bisa melakukan apapun yang kita mau, melainkan media
sosial bisa dilihat oleh orang lain dan orang banyak juga dapat berbuat apapun
terhadap isi media sosial kita. Kita harus pintar memilih apa yang akan kita posting di
media sosial. Karena sekalinya kita memposting sesuatu, hal tersebut di luar
kontrol kita apakah orang lain akan mem-forward postingan tersebut atau tidak.

13

Anda mungkin juga menyukai