SKENARIO A
Dosen Pembimbing :
Kelompok II:
FAKULTAS KEDOKTERAN
TAHUN AJARAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan laporan tutorial skenario A Blok XII Semester 4.
Shlawat seiring salam selalu tercurah kepada junjungan kita,nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga,sahabat, dan pengikutnya hingga akhir zaman.
Kami menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, guna perbaikan tugas-tugas
selanjutnya .
2.Semua Anggota dan pihak yang terkait dalam pembuatan laporan ini
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang diberikan kepada
semua orang yang telah mendukung kami dan semoga laporan tutorial ini bermanfaat bagi
kita dan perkembangan ilmu pengetahuan.Semoga kita selalu dalam lindungan Allah
SWT.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
PENDAHULUAN
Blok Sistem Endokrin adalah Blok ke-12 pada semester 4 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan (KBK) Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial merupakan
pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial
mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh
seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Dalam 3 tahun ini diketahui, Tn. Kahraman menyandang DM dan kontrol tidak teratur dan
mendapat pengobatan glibenclamide 2,5 mg 1x/hari, gula darah sewaktu berkisar 250-300
mg/dl.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : tampak sakit berat, kesadaran delirium, TB: 154 cm, BB: 40 kg
Tanda Vital : TD 100/60 mmHg, HR 120x/menit, suhu tubuh 38,8˚C, RR:
38x/menit (nafas cepat dan dalam)
Kepala : konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Thoraks : Jantung dan paru dalam batas normal
Abdomen : datar, nyeri tekan (-) bising usus (+) normal
Ekstremitas : akral dingin (-/-), edema (-/-)
Status lokalis : regio plantar pedis dekstra :
Inspeksi : tampak luka terbuka, ukuran 2x1 cm, pus (+), hiperemis
dan edema jaringan sekitar,
Palpasi : nyeri (+), krepitasi subkutis pada jaringan sekitar (-)
No Istilah Klarifikasi
.
1. Sesak nafas Pernapasan yang sukar (dalam dan cepat)
2. Demam Peningkatan suhu tubuh diatas normal (37,5 derajat
C)
3. Gatal- gatal Sensasi kulit yang tidak nyaman, menimbulkan
keinginan untuk menggaruk/ menggosok kulit
4. DM Penyakit kronis ditandai peningkatan kadar glukosa
darah, akibat gangguan sekresi insulin/ kerja insulin
atau keduanya
5. Glibenclamide Obat yang digunakan pada DM tipe IIm untuk
mengendalikan glukosa darah yang tinggi
6. GDS Pemeriksaan gula darah yang dilakukan secara
spontan
7. Diet Kebiasaan dalam hal jumlah dan jenis makanan dan
minum yang dimakan oleh seseorang dari hari ke hari
8. Delirium Penuruann kesadaran yang berlangsung singkat,
ditandai oleh ilusi, halusiansi, gangguan memori,
kegelisahan
9. Pus Cairan kaya protein hasil proses peradangan yang
mengandung leukosit, debris sesuler dan cairan encer
(Liquor Puris)
10. Hiperemis Pembengkakan; ekses darah pada bagian tertentu
11. Krepitasi Subkutis Suara bergerak seperti menggesekkan ujung ujung
tulang yang patah pada bagian sub kutis
Sumber:
Price & Wilson, 2005
d. Apa makna sesak nafas tidak dipengaruhi oleh aktifitas & perubahan
cuaca?
Jawab:
Karena sesak nafas pada kasus ini disebabkan karena ketoasidosis diabetik,
bukan karena asma bronchial. Dimana faktor pencetus atau asma bronchial
dipengaruhi oleh aktivitas (hiperaktivitas), cuaca dingin, infeksi saluran napas
atas, alergen, dan faktor psikis.
Sumber:
Sudoyo, 2014
Adanya infeksi oleh kuman yang mengeluarkan pirogen eksogen pada daerah luka
(seperti lipopolisakarida) → mengaktifkan makrofag dan mengeluarkan pirogen
endogen (IL-6, interleukin 1 (α and β), TNF- α → mengaktifkan jalur asam
arakhidonat yang diperantarai oleh enzim pospolipase, cyclooxygenase-2 (COX-
2), dan prostaglandin E2 sintase → sintesis dan pelepasan PGE2 → PGE2
memicu neuron di preoptic area melalui prostaglandin E reseptor 3 →
meningkatkan set point temperatur di hipotalamus.
Sumber:
Price&Wilson,2005
3. Menurut keluarganya, Tn. Kahraman sejak 2 bulan yang lalu mengeluh BAK
terus menerus setiap malam,sering haus dan minum terus menerus, Tn.
Kahraman juga sering mengeluh gatal gatal diseluruh tubuhnya.
a. Apa makna BAK terus menerus tiap malam, sering haus, dan minum-
minum terus menerus?
Jawab:
Polidipsi :
Polifagi :
Sumber:
Sherwood, 2014
DM Tipe 2 glukosa tidak dapat masuk kedalam sel sel kekurangan glukosa
untuk proses metabolisme penurunan ATP pemecahan simpanan cadangan
makanan dalam tubuh peningkatan pemecahan lemak dan asam amino dalam
tubuh penurunan berat badan
Sumber:
Guyton & Hall, 2011
6. Dalam 3 tahun ini diketahui, Tn. Kahraman menyandang DM dan control tidak
teratur dan mendapat pengobatan glibenclamide 2,5 mg 1x/hari,GDS berkisar
250-300 mg/dl.
a. Bagaimana anatomi, histologi dan fisiologi organ yang terlibat pada kasus
DM?
1) Anatomi Pankreas
Keterangan:
• Sel alfa; terletak lebih perifer dalam insula
• Sel beta; dalam insula lebih ditengah, jumlahnya paling banyak sekitar
70% dari keseluruhan sel di dalam insula pancreatica
• Sel delta; jumlahnya paling sedikit, letaknya menyebar di dalam insula
pancreatica
• Kapiler; insula kaya akan vascularisasi
• Sel sentro asinar; terlihat di beberapa asini
(Eroschenko. 2008)
3) Fisiologi Pankreas
Komponen endokrin pankreas tersebar di seluruh organ berupa sel endokrin
yang disebut insula pancreatica (pulau langerhans). Insula pancreatica
mengalirkan dua hormon utama yang mengatur kada glukosa dan metabolisme
glukosa. (Guyton, 2007)
Sel alfa (endocrinocytus alfa)
Menghasilkan hormon glukagon, yang dibebaskan sebagai respon kadar
glukosa darah yang rendah(pasca-absorptif). Glukagon mengalirkan kadar
glukosa darah dengan mempercepat perubahan glikogen, as. Amino, as.
Lemak di hepatosit menjadi glukosa.
Sel beta (endocrinocytus beta)
Menghasilkan insulin, yang pembebasannya dirangsang oleh kada glukosa
darah yang tinggi setalah makan. Insulin menurunkan kadar glukosa darah
dengan peningkatan transpor membran glukosa ke dalam hepatosit, otot,
dan sel adiposa. Insulin juga mempercepat konversi gula manjadi
glukagon di hepatosit. Efek insulin terhadap glukosa darah berlawanan
dengan efek glukagon.
Sel delta (endocrinocytus delta)
Mengeluarkan hormon somatostatin. Hormon ini merurunkan dan
menghambat sekretorik sel alfa dan beta melalui pengaruh lokal di dalam
insula pancreatica.
Sel polipeptida pankreas (PP)
Menghasilkan hormon polipeptida yang menghambat pembentukan enzim
pankreas dan sekresi alkali.
Sumber:
Guyton, 2011
Tipe 1 Autoimun
Idiopatik
Bervariasi mulai yang terutama dominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relative sampai yang
Tipe 2
terutama defek sekresi insulin disertai resistensi insulin
Tipe lain Defek genetic fungsi sel beta
Endokrinopati
Infeksi
Faktor risiko (obesitas, kurang aktivitas fisik, genetic, usia) resistensi insulin
glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel hiperglikemia hiperglike
berkepanjangan DM Tipe 2
Sumber:
Guyton & Hall, 2011
7. Dokter menyarankan agar Tn. Kahraman mengatur pola makan sesuai diet
penderita DM namun Tn. Kahraman tidak patuh.
a. Mengapa dokter menyarankan Tn. Kaharaman megatur pola makan sesuai
diet penderita DM?
Jawab:
Dokter menyarankan pola makan diet yang baik agar kadar gula darah Tn.
Kahraman tetap normal atau mendekati normal, dimana kita tahu bahwa kadar
gula darah Tn. Kahraman Tinggi.
Dengan kadar gula darah yang tinggi menyebabkan Hiperglikemi sehingga
timbullah gejala-gejala pada kasus seperti polidipsi, poliuri, dan polifagi. Apabila
di biarkan terus menerus dapat menyebabkan komplikasi yang lebih lanjut
seperti ketoasidosis metabolic, retinopati, nefropati, dll. Sehingga, penting sekali
untuk penderita DM menjaga pola makannya agar kadar gula darah tidak
meningkat.
Sumber:
Sherwood,2014
b. Bagaimana diet penderita DM?
Jawab:
Protein
Jumlah kebutuhan protein yang direkomendasikan sekitar 10-15% dari
total kalori per hari. Pada penderita dengan kelainan ginjal, dimana
diperlukan pembatasan asupan protein sampain 40 gr/hari, maka perlu
ditambahkan suplementasi asam amino esensial. Protein mengandung energi
sebesar 4 kkal/gr.
Lemak
Mempunyai kandungan energi sebesar 9 kkal/gr. Bahan makanan ini
sangat penting untuk membawa vitamin yang larut lemak seperti vitamin A,
D, E, dan K. Berdasarkan ikatan rantai karbonnya, lemak dikelompokkan
menjadi lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak tidak jenuh rantai tunggal
(MUFA : monounsaturated fatty acid) merupakan salah satu asam lemak
yang dapat memperbaiki kadar glukosa darah dan profil lipid. Pemberian
MUFA dapat menurunkan trigliserida, kolesterol total, kolesterol VLDL, dan
meningkatkan kolesterol HDL. Sedangkan, asam lemak tidak jenuh rantai
panjang (PUFA : polyunsaturated fatty acid) dapat melindungi jantung,
menurunkan kadar trigliserida, memperbaiki agregasi trombosit. PUFA
mengandung asam lemak omega 3 yang dapat menurunkan sintesis VLDL di
jaringan perifer, shg dapat menurunkan kadar kolesterol LDL.
40 (kg)
IMT = = 17,25 (BB kurang)
1,542 (m)
Jenis Aktivitas
Ringan Sedang Berat
Pegawai Kantor; Mahasiswa; Pelaut; Buruh;
Pegawai Toko; Guru; Pegawai Industri Penari; Atlet
Supir; Sekretaris Ringan; IRT
Keadaan umum: tampak sakit berat, kesadaran delirium, TB: 154 cm, BB: 40 kg
Tanda Vital :
TD 100/60 mmHg 120/80 mmHg Hipotensi
HR 120x/menit 60-100x/menit Takikardi
suhu tubuh 38,8˚C 37˚C Febris
RR: 38x/menit (nafas 16-24x/menit Kussmaul
cepat dan dalam)
Inspeksi : tampak luka Tidak tampak luka Ulkus diabetikum
terbuka, ukuran 2x1 cm,
pus (+)
Palpasi : nyeri (+)
Tidak nyeri Tanda inflamasi
3) Kussmaul
Peningkatan lipolisis → peningkatan produksi benda keton → peningkatan
kadar ion [H+] plasma dari penguraian benda keton → kadar ion [H+] plasma
meningkat → pusat pernapasan di batang otak secara refleks terstimulus →
ventilasi paru meningkat (pertukaran udara antara paru dengan atmosfer →
kecepatan dan kedalaman napas bertambah.
9. Pemeriksaan laboratorium
Glukosa darah 600 mg/dl diperiksa oleh dokter yang bertugas menggunakan
glucometer darah digital, keton urin +2, glukosa urin +4
a) Bagaimana interpretasi dari hasil pemeriksaan laboratorium ?
Jawab :
Pemeriksaan Normal Interpretasi
Glukosa darah 600 mg/dl <200 mg/dl Hiperglikemi
keton urin +2 0 Ketenuria
glukosa urin +4 0 glukonuria
(Price & Wilson, 2005)
Pada individu sehat, saat melaksanakan latihan fisik pelepasan insulin akan
menurun, sehingga hipoglikemi dapat dihindarkan. Namun, pada pasien DM
latihan fisik akan mempermudah transport glukosa ke dalam sel-sel dan
meningkatkan kepekaan terhadap insulin. Mengapa bisa demikian ? Karena
pasien DM memiliki kadar glukosa yang tinggi, sehingga latihan fisik akan
menurunkan kadar glukosa. Jadi, latihan fisik dibutuhkan untuk meningkatkan
pengontrolan kadar glukosa.
d) Obat
1. Tatalaksana ketoasidosis
Klasifikasi Insulin
Jenis-Sediaan Bufer Mula Kerja Puncak* Masa Kombinasi
Kerja* dengan*
Kerja Cepat
Regular soluble - 0,1-0,7 1,5-4 5-8 Semua jenis
(kristal)
Lispro Fosfat 0,25 0,5-1,5 2-5 Lente
Kerja Sedang
NPH (isophan) Fosfat 1-2 6-12 18-24 Regular
Lente Asetat 1-2 6-12 18-24 Semilente
Kerja Panjang
Protamin Zinc Fosfat asetat 4-6 14-20 24-36 Regular
Ultralente - 4-6 16-18 20-36
Glargin 2-5 5-24 18-24
Catatan : *= dalam jam, nilai ini bervariasi
NPH = neutral protamine Hagedorn atau suspense isofen insulin
Lente = suspense zinc insulin
Tipe
Keterangan
Insulin
Kerja
Singkat Jernih
Regular Jernih
(crystallin
e zinc)
Lispro
Kerja
Sedang Keruh, suspensi insulin seng kristal, 50%
NPH+ jenuh dengan protamine
Kerja
Panjang Keruh, suspense insulin kristal
Ultralente Kadar seng tinggi tanpa protamin
(UL) Nilai esoelektrik 7,0; penurunan
solubilitas pada pH fisiologis;
Glargine membentuk mikropresipitat dalam
jaringan SK
Preparat kerja cepat biasanya disuntikan IV atau IM 30-45 menit sebelum makan. Setelah
pemberian, glukosa darah akan cepat menurun mencapai nadi dalam waktu 20-30 menit. Bila
tidak ada infus insulin, hormone ini akan segera menghilang dan counter-
regulatory hormones (glucagon, epinefrin, kortisol, dan GH) akan
mengembalikan kadar glukosa ke keadaan basal dalam 2-3 jam.
Tetapi pada pasien DM dengan neuropati yang tidak memiliki respon
counter-regulatory, glukosa plasma akan tetap rendah untuk beberapa jam
setelah pemberian bolus. Infus insulin bermanfaat pada ketoasidosis atau
pada keadaan dimana kebutuhan insulin dapat berubah dengan cepat
(misal : sebelum operasi, selama proses partus, atau pada situasi gawat
darurat). Sedangkan pada keadaan stabil, umumnya dapat diberikan
insulin regular bersama preparat yang kerjanya panjang atau sedang,
secara subkutan.
Indikasi dan Tujuan Terapi
Insulin SK terutama diberikan pada DM tipe, DM tipe 2 yang tidak
dapat diatasi hanya dengan diet atau ADO, pasien DM pasca pancreatomi,
atau DM dengan kehamilan, DM dengan ketoasidosis, koma nonketosis,
atau komplikasi lain sebelum tindakan operasi.
Tujuannya untuk menormalkan glukosa darah dan memperbaiki semua
aspek metabolisme, namun tujuan terakhir inilah yang sukar dicapai. Hasil
terapi yang optimal membutuhkan pendekatan dokter pada pasien dan
keluarganya, sehingga ada koordinasi antara diet, latihan fisik, dan
pemberian insulin.
Kombinasi insulin
Insulin regular dapat dikombinasi dengan beberapa jenis insulin lain.
Bila dikombinasi dengan insulin lente maka efeknya akan lebih lambat.
Untuk mencegah perubahan masa kerja kombinasi seperti ini harus segera
disuntikan atau diberikan secara terpisah. Insulin lente dapat dikombinasi
tanpa mengubah aktivitas dari komponen.
Kebutuhan insulin pada pasien DM umumnya berkisar antara 5-150 U
sehari tergantung dari keadaan pasien. Selain itu untuk penetapan dosis
juga perlu diketahui kadar glukosa darah puasa dan dua jam sesudah
makan, serta kadar glukosa dalam urin 4 porsi, yaitu antara jam 7-11, 12-
16, 16-21, dan 21-7.
Dosis terbagi insulin digunakan pada DM : (1) yang tidak stabil dan
sukar dikontrol, (2) bila hiperglikemia berat sebelum makan pagi tidak
dapat dikoreksi dengan insulin dosis tunggal/ hari, dan (3) pasien yang
membutuhkan insulin lebih dari 1000 U/ hari. Banyak pasien yang
mendapat insulin memerlukan makanan kecil menjelang tidur untuk
mencegah hipoglikemia pada malam hari. Selain itu, kerja fisik juga
diperlukan pada pasien DM untuk meningkatkan penggunaan glukosa
oleh otot, karena kerja fisik dapat menurunkan kebutuhan insulin pada
DM terkontrol dan menimbulkan “rasa sehat”. Kadang-kadang perlu
diberikan makanan kecil sebelum kerja fisik untuk mencegah
hipoglikemia. Kerja fisik akan meningkatkan kecepatan absorbsi insulin
regular, maka sebaiknya kerja fisik tidak dilakukan segera sesudah
suntikan insulin.
1. Golongan Sulfonilurea
Terdapat 2 generasi sulfonilurea, generasi 1 terdiri dari tolbutamid,
tolazamid, asetoheksimid, dan klorpropamid. Sedangkan, generasi
2 yang berpotensi menyebabkan hipoglikemik lebih besar terdiri dari
gliburid (glibenklamid), glipizid, gliklazid, dan glimepirid.
Mekanisme Kerja
Sering disebut sebagai insulin secretagogeus, kerjanya
merangsang sekresi insulin dari granul-granul sel ß Langerhans
pancreas. Rangsangannya melalui interaksinya dengan ATPsensitive
K channel pada membran sel-sel ß yang menimbulkan depolarisasi
membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca → ion Ca 2+ akan
masuk, merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi
sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan petida-C.
Farmakokinetik
Berbagai sulfonilurea memiliki sifat kinetik yang berbeda,
tetapi absorbsinya melalui saluran cerna cukup efektif. Makanan dan
keadaan hiperglikemia dapat mengurangi absorbsi. Untuk mencapai
kadar optimal di plasma, sulfonilurea dengan masa paruh pendek
lebih efektif bila diminum 30 menit sebelum makan.
Masa paruh dan metabolisme sulfonilurea generasi I sangat
bervariasi, masa paruh asetoheksamid pendek, tetapi metabolit
aktifnya, 1-hidroksi-heksamid lebih panjang, sekitar 4-5 jam, sama
dengan tolbutamid dan tolazamid. Sebaiknya diberikan dengan dosis
terbagi, sekitar 10% dari metabolitnya diekskresi melalui empedu dan
keluar bersama tinja.
Mula kerja tolbutamid cepat, masa paruhnya sekitar 4-7 jam.
Dalam darah 91-96% tolbutamida terikat protein plasma, dan di hepar
diubah menjadi karboksitolbutamid, ekskresi melalui ginjal.
Tolazamid, absorpsinya lebih lambat dari yang lain, masa paruh
sekitar 7 jam, di hepar diubah menjadi p-karboksitolazamid, 4-
hidroksimetiltolazamid dan senyawa lain, yang diantarany memiliki
sifat hipoglikemik cukup kuat.
Klorpropamid dalam darah terikat albumin, masa paruhnya
panjang 24-48 jam, metabolismenya di hepar tidak lengkap, 20% di
ekskresi utuh di urin.
Sintesis:
- Kalium
Untuk mencegah hipokalemia, penambahan kalium diindikasikan pada saat
kadar dalam darah dibawah 5.5 mEq/l, dengan catatan output urin cukup.
Biasanya, 20–30 mEq kalium ( 2/3 KCl dan 1/3 KPO4) pada setiap liter cairan
infus cukup untuk mempertahankan konsentrasi kalium serum antara 4–5 mEq/l.
Penderita dengan KAD jarang menunjukkan keadaan hipokalemia yang berat. Pada
kasus-kasus demikian, kalium penggantian harus dimulai bersamaan dengan cairan
infus, dan terapi insulin harus ditunda
sampai konsentrasi kalium > 3.3 mEq/l untuk menghindari aritmia atau cardiac
arrest dan kelemahan otot pernapasan
Di samping kekurangan kalium dalam tubuh, hiperkalemia ringan
sampai sedang sering terjadi pada penderita dengan krisis hiperglikemia.
Terapi insulin, koreksi asidosis, dan penambahan volume cairan akan
menurunkan konsentrasi kalium serum.
- Bikarbonat
Penggunaan larutan bikarbonat pada KAD masih merupakan kontroversi
( 28). Pada pH > 7.0, aktifitas insulin memblok lipolysis dan ketoacidosis dapat
hilang tanpa penambahan bikarbonat. Beberapa penelitian prospektif gagal
membuktikan adanya keuntungan atau perbaikan pada angka morbiditas dan
mortalitas dengan pemberian bikarbonat pada penderita KAD dengan pH antara
6.9 dan 7.1 (10). Tidak ada
laporan randomized study mengenai penggunaan bikarbonat pada KAD dengan pH
< 6.9.
Asidosis yang berat menyebabkan efek vaskuler yang kurang baik,
jadi sangat bijaksana pada pasien orang dewasa dengan pH < 6.9, diberikan
sodium bikarbonat. Tidak perlu tambahan bikarbonat jika pH > 7.0.
Pemberian insulin, seperti halnya bikarbonat, menurunkan kalium serum;
oleh karena itu supplemen Kalium harus diberikan dalam cairan infus seperti
diuraikan di atas dan harus dimonitor dengan ketat. Sesudah itu, pH aliran
darah vena harus diukur tiap 2 jam sampai pH mencapai 7.0, dan terapi bikarbonat
harus diulangi tiap 2 jam jika perlu.
- Fosfat
Pada KAD serum fosfat biasanya normal atau meningkat. Konsentrasi
fosfat berkurang dengan pemberian terapi insulin. Beberapa penelitian
prospektif gagal membuktikan adanya keuntungan dengan penggantian fosfat
pada KAD, dan pemberian fosfat yang berlebihan dapat menyebabkan
hypocalcemia yang berat tanpa adanya gejala tetani . Bagaimanapun, untuk
menghindari kelainan jantung dan kelemahan otot dan depresi pernapasan oleh
karena hipofosfatemia, penggantian fosfat kadang-kadang diindikasikan pada
pasien dengan kelainan jantung, anemia, atau depreis pernapasan dan pada
mereka dengan konsentrasi fosfat serum < 1.0 mg/dl. Blia diperlukan, 20–30
mEq/l kalium fosfat dapat ditambahkan ke larutan pengganti. Tidak ada studi
mengenai penggunaan fosfat dalam HHS.
Sumber:
Arifin, dkk. 2008
15. Bagaimana Komplikasi pada kasus ini?
Jawab:
a) Komplikasi akut
1) Ketoasidosis Diabetik
2) Koma Hiperosmolar Non Ketotik
3) Koma Hipoglikemia
b) Komplikasi kronis
1) Mikroangiopati
Retinopati diabetik
Nefropati diabetik, dll.
2) Makroangiopati
Penyakit jantung koroner
Stroke, dll.
3) Neuropati
4) Rentan infeksi TBC, ISK, ginggivitis
5) Kaki diabetic terlibat mikro & makroangiopati serta neuropati dan faktor
infeksi
6) Disfungsi ereksi mikroangiopati + neuropati
Sumber:
Price & Wilson, 2005
Artinya :
"Maka seharusnya manusia memperhatikan makanannya" (QS. Abasa (80) :
24).
Karena manusia yang ingin sehat jasmani rohaninya, salah satu faktor yang
menunjang adalah dari makanan dan pola makanan yang diterapkan.
Jadi bagi seorang muslim makan dan makanan bukan sekadar penghilang lapar saja
atau sekadar terasa enak dan sedap dilidah, tapi lebih jauh dari itu mampu menjadikan
tubuhnya sihat jasmani dan rohani sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai
"khalifah fil Ardhi
Mungkin manusia terlalu banyak makan, terlalu banyak garam, terlalu banyak
gula, terlalu banyak lemak dan kholesterol, terlalu banyak bahan makanan tambahan
(food additive), alkohol, merokok dsb. Padahal semua yang berlebihan itu tidak
disukai Allah SWT, seperti dalam firman-Nya:
Artinya:
"....,makan minumlah dan jangan berlebih-lebihan (melampaui batas yang
diperlukankan tubuh dan batas-batas yang dihalalkan)". Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (Q.S Al Araaf (7) : 31). Maka,
makanlah saat lapar dan berhentilah sebelum kenyang
2.6 Kesimpulan
Tn. Kahraman, 52 tahun, mengeluh sesak nafas karena ketoasidosis dan ulkus diabeticum
akibat komplikasi dari DM tipe 2 tidak terkontrol
- Kurang aktivitas
fisik
- Usia
- Diet tidak teratur
DM Tipe-2 Ulkus
Diabeticum
Peningakatan
Ketogenesis
Peningkatan
Benda keton
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, dkk., 2008. Krisis Hiperglikemia pada Diabetes Melitus. Bandung: FK UNPAD.
Guyton & Hall. 2011. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. Jakarta: EGC.
Katzung Bertram. 2013. Farmakologi dasar dan klinik. Ed. 12. Jakarta: Salemba Medika.
Morgan, WC, Hodge, HL., 2008. [pdf] Diagnostic evaluation of dyspneaa. Tersedia di
http://www.aafp.org (Diakses pada Selasa, 10 Mei 2016)
Price, S & Wilson, L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
EGC, Jakarta.
Schteingart, David E. 2012. Pankreas : Metabolisme Glukosa dan Diabetes Melitus dalam
Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC
Sudoyo, Aru., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Suherman, K Suharti. 2009. Insulin dan Antidiabetik Oral dalam Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.