PENDAHULUAN
Peraturan turorial :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam.
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan pendapat dan pertanyaan yang relevan.
3. Izin saat akan keluar ruangan.
4. Dilarang makan dan minum.
5. Saling menghargai pendapat peserta lain dan tetap tenang serta tidak ribut.
Istilah Klarifikasi
1. Palpitasi Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung yang
tidak teratur yang sifatnya subjektif.
2. Obat analgetik Obat yang meredakan nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran.
3. tremor Gemetran atau menggigil yang involunter.
(Sumber : Dorlan. 2013)
Talamus adalah bagian dari otak yang bertanggung jawab untuk mendeteksi
dan menyampaikan informasi dari indera kita, seperti bau dan penglihatan.
Talamus ini terletak dalam batang otak, dan merupakan bagian dari jalur
informasi ke dalam otak, yang merupakan bagian dari otak yang bertanggung
jawab untuk berpikir dan gerakan (Snell, R. S., 2006).
Hipotalamus
Hipotalamus adalah bagian penting dari sistem limbik yang bertanggung
jawab untuk memproduksi beberapa pembawa pesan kimiawi, yang disebut
hormon. Hormon-hormon ini mengontrol kadar air dalam tubuh, siklus tidur,
suhu tubuh, dan asupan makanan. Hipotalamus terletak di bawah talamus (Snell,
R. S., 2012).
d. Bagaimana patofisiologi keluhan yang dialami Ny. Hani sejak 3 bulan yang lalu?
Jawab :
Pada stres yang berlebihan dapat terjadi peningkatan sistem syaraf otonom
sehingga akan menyebabkan reaksi berlebihan terhadap rangsangan dari simpatis
maupun parasimpatis.untuk rangsangan simpatis (norepinefrine dan epinefrine)
akan menyebabkan peningkatan kerja jantung, peningkatan metabolisme,
peningkatan pengeluaran panas hasil metabolisme melalui keringat. Sedangkan
untuk parasimpatis dapat menyebabkan bronko-kontriksi yang jika berlebihan
dapat menyebabkan sesak nafas, dan juga dapat menyebabkan tremor.
(Sheerwood, 2014)
Jika dikaitkan dengan kasus, stress yang diderita Ny. Hani sudah
berlebihan sehingga tidak dapat dikontrol oleh tubuhnya sehingga terjadi
peningkatan syaraf otonom yang menyebabkan keluhan keluhan seperti; palpitasi,
berkeringat dingin, tremor, sesak nafas, nyeri dada, dan pusing, yang disebebkan
rangsangan berlebihan yang diterima akibat peningkatan simpatis dan
parasimpatis.
1. Tidur terganggu
- Kelelahan, ansietas, stres, depresi
- kondisi dengan beban ansietas dan tegangan yang berlebihan
- kondisi-kondisi depresi
- penyalahgunaan alkohol, kopi, obat perangsang
2. sesak napas
- stress peningkatan sekresi asam lambung mual & nyeri ulu hati
(Guyton. 2012)
2. Suaminya dipenjara karena tindak pidana korupsi sejak 5 bulan yang lalu, dan
punya anak 4 orang dan semuanya sedang sekolah, sedangkan ny. Hani seorang
ibu rumah tangga.
a. Bagaimana hubungan suami ny. Hani dipenjara sejak 5 bulan yang lalu dan
punya 4 orang anak yang masih sekolah, sedangkan ny. Hani seorang IRT
dengan keluhan yang dialaminya sekarang?
Jawab:
Ada, suami masuk penjara 5 bulan yang lalu, punya 4 orang anak yang masih
sekolah dan Ny Hani seorang IRT adalah merupakan faktor pencetus stress atau
stressor psikososial. Stress berkepanjangan akan menimbulkan gejala somatik
seperti yang dialami Ny. Hani, dimana stressor telah melampaui kemampuan
tubuh untuk mengatasinya. Selain itu, menegakan diagnosis Aksis IV: Stressor
Psikososial (Suami dipenjara, dan beban.hidup 4 anak yang masih bersekolah)
(Maslim, 2013). Perubahan kehidupan dalam satu tahun meningkatkan insidensi
gangguan somatoform (Sadock. 2013).
Sintesis:
Berdasarkan penyebabnya stressor dibagi menjadi 3 kategori yaitu:
Stressor fisik
Stressor yang berasal dari luar individu, seperti suara, olusi, radiasi,
suhu udara, makanan, zat kimia, trauma, dan latihan fisik yang
terpaksa.
Stressor psikologis
Sumber stress berasal dari tekanan dari dalam diri individu yang
bersifat negative seperti frustasi, kecemasan (anxiety), rasa bersalah,
khawatir berlebihan, marah, benci, sedih, cemburu, rasa kasihan pada
diri sendiri, serta rasa rendah diri.
Stressor social
Stressor yang bersifat traumatik yang tak dapat dihindari seperto
kehilangan otrang yang dicintain, kehilangan pekerjaan, pensiun,
perceraian, masalah keuangan.
(Maslim, R. 2013).
a. Apa makna dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan darah tepi yang normal
dengan keluhan yang dialaminya?
Jawab :
Tidak ada diagnosis pada aksis III. Keluhan yang dialami merupakan
gangguan somatisasi. Gangguan somatisasi ditandai dengan banyak gejala
somatic yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan laboratorium ( Sadock, Benjamin.2013).
Sintesis :
4. Dokter memberikan obat analgetik, obat tidur dan vitamin nafsu makan.
5. Satu minggu kemudian, ny. Hani kembali dengan keluhan yang sama dengan
permintaan minta dirujuk ke RS umum. Selama pemeriksaaan lengkap di RS
tidak ditemukan alasan fisik yang memadai dalam menunjang keluha-keluhan
tersebut Ny. Hani dirujuk ke RS jiwa.
a. Apa makna satu minggu kemudian, Ny. Hani kembali ke dokter dengan
keluhan yang samadan minta di rujuk ke RS. Umum?
Jawab :
Permintaan di rujuk ke RS Umum adalah kemauan dari Ny.Hani sendiri.
Salah satu ciri gangguan somatisasi yaitu permintaan adanya perilaku mencari
pertolongan medis yang berlebihan. Dokter juga memberikan obat hanya untuk
mengatasi gejala simptomatik saja sehingga keluhan yang dirasakan Ny.Hani
masih dirasakan. Oleh karena itu, Ny. Hani minta di rujuk ke RS umum dengan
peralatan medis yang lebih lengkap.
Ciri utama gangguan ini adalah adanya keluhan-keluhan gejala fisik yang
berulang-ulang disertai dengan permintaan pemeriksaan medik, meskipun
berkali-kali terbukti hasilnya negatif dan juga sudah dijelaskan oleh dokternya
bahwa tidak ditemukan kelainan yang menjadi dasar keluhannya.
Pedoman Diagnostik
Pedoman Diagnostik
Karakter kelima
Pedoman Diagnostik
Keluhan utama adalah nyeri berat, menyiksa dan menetap, yang tidak dapat
dijelaskan sepenuhnya atas dasar proses fisiologik maupun adanya gangguan
fisik.
Nyeri timbul dalam hubungan dengan adanya konflik emosional atau problem
psikososial yang cukup jelas untuk dapat dijadikan alasan dalam
mempengaruhi terjadinya gangguan tersebut.
Dampaknya adalah meningkatnya perhatian dan dukungan, baik personal
maupun medis, untuk yang bersangkutan.
Pedoman Diagnostik
Pada gangguan ini keluhan-keluhannya tidak melalui sistem saraf otonom, dan
terbatas secara spesifik pada bagain tubuh atau sistem tertentu. Ini sangat
berbeda dengan gangguan somatisasi (F45.0) dan gangguan somatoforrm tak
terinci (F45.1) yang menunjukkan keluhan yang banyak dan berganti-berganti.
Tidak ada kaitan dengan adanya kerusakan jaringan.
Gangguan-gangguan berikut juga dimasukkam dalam kelompok ini;
a) “globus hystericus” (perasaan ada benjolan di kerong-kongan yang
menyebabkan disfagia) dan bentuk disfagia lainnya
b) Tortikolis psikogenik, dan gangguan spasmodik lainnya (kecuali sindrom
Tourette);
c) Pruritus psikogenik;
d) Dismenore psikogenik;
e) “Teeth grinding”
A. Riwayat banyak keluhan fisik dimulai sebelum usia 30 tahun yang terjadi
selama suatu periode beberapa tahun dan menyebabkan pencarian terapi atau
hendaya fungsi sosial, pekerjaan, atau area fungsi penting lain yg signifikan.
B. Masing-masing kriteria berikut ini harus dipenuhi, dengan setiap gejala terjadi
pada waktu kapanpun selama perjalanan gangguan:
1. Empat gejala nyeri: riwayat nyeri yang berkaitan dengan sedikitnya empat
tempat atau fungsi yg berbeda (cth., kepala, abdomen, punggung, sendi,
ekstremitas, dada, rektum, selama menstruasi, selama berhubungan
seksual, atau selama berkemih).
2. Dua gejala gastrointestinal: riwayat sedikitnya dua gejala gastrointestinal
selain nyeri (cth., mual, kembung, muntah selain selama hamil, diare, atau
intoleransi terhadap beberapa makanan yang berbeda)
3. Satu gejala seksual: riwayat sedikitnya satu gejala seksual atau reproduksi
selain nyeri (cth., ketidakpedulian terhadap seks, disfungsi ereksi atau
ejakulasi, menstruasi tidak teratur, perdarahan menstruasi berlebihan,
muntah sepanjang hamil)
4. Satu gejala pseudoneurologis: riwayat sedikitnya satu gejala atau defisit
yg mengesankan keadaan neurologis tidak terbatas pada nyeri (gejala
konversi seperti gangguan koordinasi atau keseimbangan, paralisis atau
kelemahan lokal, kesulitan menelas atau benjolan di tenggorok, afonia,
retensi urin, halusinasi, hilangnya sensasi raba atau nyeri, penglihatan
ganda, buta, tuli, kejang, gejala disosiatif seperti amnesia, atau hilang
kesadaran selain pingsan).
C. Baik 1 atau 2:
1. Setelah penelitian yang sesuai, setiap gejala kriteria B tidak dapat
dijelaskan secara utuh dengan keadaan medis umum yang diketahui atau
efek langsung suatu zat (cth., penyalahgunaan obat, pengobatan)
2. Jika trdpt keadaan medis umum, keluhan fisik, atau hendaya sosial atau
pekerjaan yang diakibatkan jauh melebihi yang diperkirakan dari
anamnesis, pemeriksaan fisik atau temuan laboratorium
D. Gejala dihasilkan tanpa disengaja atau dibuat-buat (seperti pada gangguan
buatan atau malingering) (Sadock : 2013).
4. Sosiokultural
Cara-cara “benar” menghadapi emosi dan perasaan-perasaan ditetapkan oleh
budaya.
Teori-teori ini satu sama lain tidak eksklusif, dan kemungkinan somatisasi
merupakan suatu fenomena komplek dengan banyak faktor resiko yang memainkan
penyebabnya. Pada seorang pasien tertentu, tiga kesatuan atau kelompok faktor
berikut dapat ditemukan:
a. Faktor predisposisi
Termasuk karakteristik biologi, perkembangan, kepribadian, dan
sosiokultural pasien. Teori bahwa soamtisasi disebabkan oleh pengaturan
sistem saraf pusat yang abnormal untuk informasi sensorik yang masuk
(inhibisi kortikufugal).
b. Faktor pencetus
Termasuk peristiwa-peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres (misal:
penyakit) dan konflik antar pribadi.
c. Faktor penunjang
Termasuk interaksi-interaksi antar pasien, keluarga dan dokter dan sistem
sosial. Keuntungan finansial dan bentuk-bentuk lain keuntungan sekunder
memperkuat somatisasi, demikian pula faktor-faktor iantrogenik seperti
Golongan Benzodiazepin
Anti depresan:
2.4 kesimpulan
Stressor meningkat
CRH
Cortisol Parasimpatis
Nafsu makan
Sesak nafas
Palpitasi
Berkeringat dingin
Nyeri dada
tremor
Elvira, Sylvia D & Gitayanti Hadisukanto. 2013. Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua.
Jakarta: FK UI .
Guyton &. Hall. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC
Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. 2013. Sinopsis Psikiatri Ilmu Pengetahuan Perilaku
Psikiatri Klinis Jilid Satu. Jakarta. Binarupa Aksara.
Katzung, Bertram G. 2013. Farmakologi Dasar dan Klinik edisi pertama. Jakarta :
Salemba Medika
Maslim, Rusdi. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan
DSM-5. Jakarta: Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya.
Sadock, Benjamin. 2010. Kaplan& Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis, Ed.2. Jakarta:
EGC
Sherwood, L.2014. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi VI.Jakarta : EGC.
Snell, R. S., 2012. Anatomi Klinik. Ed. 6. Jakarta: EGC
Yvonne M. Ulrich-Lai.2009 Neural Regulation of Endocrine and Autonomic Stress
Responses. www.ncbi.nlm.nih.gov. diakses pada 4 oktober 2016.