PENDAHULUAN
FISIOLOGI PARU
a. Mekanika Bernapas
Ventilasi, atau bernapas, adalah proses pemasukan ke dan pengeluaran
udara dari paru secara bergantian sehingga udara alveolus lama yang telah
ikut Berta dalam pertukaran Oksigen dan CO, dengan darah kapiler paru
dapat ditukar dengan udara atmosfer segar.
Ventilasi dilakukan secara mekanis dengan mengubah secara bergantian
arah gradien tekanan untuk aliran udara antara atmosfer dan alveolus
melalui ekspansi dan recoil siklik paru. Ketika tekanan intra-alveolus
berkurang akibat ekspansi paru selama inspirasi, udara mengalir masuk ke
paru dari tekanan atmosfer yang lebih tinggi. Ketika tekanan intra-
alveolus meningkat akibat recoil paru se-lama ekspirasi, udara mengalir
keluar paru menuju tekanan atmosfer yang lebih rendah.
Kontraksi dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi (terutama diafragma)
secara tak langsung menimbulkan inflasi dan deflasi periodik paru dengan
secara siklis mengembangkan dan mengempiskan rongga thoraks, dengan
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 8
paru secara pasif mengikuti gerakannya.
Paru mengikuti gerakan rongga thoraks berkat daya rekat (kohesivitas)
cairan intrapleura dan gradien tekanan transmural menembus dinding paru.
Gradien tekanan transmural terbentuk karena tekanan intrapleura yang
subatmosfer dan karenanya lebih rendah daripada tekanan intra-alveolus.
Karena energi dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot inspirasi, maka inspirasi
adalah proses aktif, tetapi ekspirasi bersifat pasif selama bernapas tenang
karena tercapai melalui recoil elastik paru setelah otot-otot inspirasi
melemas, tanpa mengeluarkan energi.
Untuk ekspirasi aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot ekspirasi (yaitu
otot abdomen) semakin mengurangi ukuran rongga thoraks dan paru,
yang meningkatkan gradien tekanan intra-alveolus terhadap atmosfer.
Semakin besar gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer di kedua arah,
semakin besar laju aliran udara, karena udara terns mengalir sampai
tekanan intra-alveolus seimbang dengan tekanan atmosfer.
Selain berbanding lurus dengan gradien tekanan, laju aliran udara juga
berbanding terbalik dengan resistensi saluran napas. Karena resistensi sa-
luran napas, yang bergantung pada kaliber saluran napas penghantar dan
normalnya sangat rendah, maka laju aliran udara biasanya terutama
bergantung pada gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer.
Jika resistensi saluran napas meningkat secara patologis akibat penyakit
paru obstruktif kronik, maka gradien tekanan juga barns ditingkatkan oleh
kerja otot-otot pernapasan yang lebih kuat untuk mempertahankan laju
aliran udara normal.
Paru dapat diregangkan dengan derajat bervariasi selama inspirasi dan
kemudian mengempis kembali ke ukuran prainspirasinya sewaktu ekspirasi
karena sifat elastiknya.
b. Pertukaran Gas
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 10
Oksigen dan CO, berpindah menembus membran melalui difusi pasif
mengikuti penurunan gradien tekanan parsial.
Tekanan parsial suatu gas dalam udara adalah bagian dari tekanan atmosfer
total yang disumbangkan oleh gas tersebut, yang berbanding lurus dengan
persentase gas ini dalam udara. Tekanan parsial suatu gas dalam darah
bergantung pada jumlah gas tersebut yang larut dalam darah.
Difusi netto Oksegen, terjadi pertama antara alveolus dan darah dan
kemudian antara darah dan jaringan akibat gradien tekanan parsial 0, yang
tercipta karena pemakaian terusmenerus 0, di sel dan penggantian terus-
menerus 02 alveolus segar dari ventilasi.
Difusi netto CO2 terjadi dalam arch berlawanan, pertama antara jaringan
dan darah lalu antara darah dan alveolus, akibat gradien tekanan parsial
CO2, yang terbentuk oleh produksi terus-menerus CO2 di sel dan
pengeluaran terusmenerus CO2 alveolus melalui ventilasi.
Faktor-faktor selain gradien tekanan parsial yang mempengaruhi laju
pertukaran gas adalah luas permukaan dan ketebalan membran yang harus
dilewati gas sewaktu berdifusi Berta koefisien difusi gas di membran, sesuai
hukum difusi Fick.
c. Transpor Gas
Karena Oksigen, dan CO2 tidak terlalu larut dalam darah, maka keduanya
harus diangkut termarna melalui mekanisme di luar pelarutan fisik biasa.
Hanya 1,5% 0yang secara fisik larut dalam darah, dan 98,5% lainnya
berikatan secara kimiawi dengan hemoglobin (Hb).
Faktor utama yang menentukan seberapa banyak Hb berikatan dengan
Oksigen (% saturasi Hb) adalah Poe darah, digambarkan oleh kurva
berbentuk S yang dikenal sebagai kurva disosiasi 0,-Hb.
Hubungan antara POksigen darah dan % saturasi Hb adalah sedemikian
sehingga pada kisaran Po 2 kapiler paru (bagian datar pada kurva), Hb tetap
hampir jenuh meskipun Poe darah turun hingga 40%. Hal ini menghasilkan
batas keamanan dengan memastikan penyaluran Oksigen, mendekati
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 11
normal ke jaringan meskipun terjadi penurunan substansial Po 2 arteri.
Pada kisaran POksigen di kapiler sistemik (bagian curam kurva),
pembebasan Oksigenoleh Hb meningkat pesat sebagai respons terhadap
penurunan lokal kecil POksigen darah yang berkaitan dengan peningkatan
metabolisms sel. Dengan cara ini, lebih banyak Oksigen, yang disalurkan
untuk memenuhi kebutuhan jaringan yang meningkat.
Karbon dioksida yang diambil ch kapiler sistemik diangkut dalam darah
melalui tiga cara: (1) 10% larut secara fisik, (2) 30% berikatan dengan Hb,
dan (3) 60% mengambil bentuk bikarbonat (HCO3-)
1 Enzim eritrosit karbonat anhidrase mengatalisis konversi CO 2 menjadi
HCO 3 - sesuai reaksi CO 2 + H 20 H2 CO3 H, + HCO3 -, Karbon dan
oksigen yang se- mula ada di CO 2 kini menjadi bagian dari ion bikarbonat.
H+ yang dihasilkan berikatan dengan Hb. Reaksi-reaksi ini semua
berbalik di paru sewaktu CO2 dieliminasi ke alveolus.
d. Kontrol Pernapasan
Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda, keduanya berada di bawah kontrol
saraf. (1) pergantian siklis antara inspirasi dan ekspirasi dan (2) regulasi
besar ventilasi, yang sebaliknya bergantung pada kontrol laju pernapasan
dan kedalaman volume alun napas.
Irama bernapas dihasilkan oleh anyaman saraf kompleks, yaitu
kompleks pra-Betzinger, yang memperlihatkan aktivitas pemacu
dan mengaktifkan neuron-neuron inspirasi yang terletak di kelompok
respirasi dorsal (KRD) pusat kontrol pernapasan di medula batang otak.
Ketika neuron-neuron inspirasi ini melepaskan muatan, impuls akhirnya
mencapai otot-otot inspirasi untuk menimbul-an inspirasi.
Ketika neuron-neuron inspirasi berhenti melepaskan muatan, otot-
otot inspirasi melemas dan terjadi ekspirasi. lika akan terjadi ekspirasi
aktif maka otot-otot ekspirasi diaktifkan oleh impuls dari neuron
ekspirasi medula di kelompok respirasi ventral (KRV) pusat kontrol
pernapasan di medulla.
HISTOLOGI
Usia
Anak usia 3 tahun, kerentanan terhadap infeksi lebih besar, karena sistem
imun dari anak usia dibaawah 5 tahun masih belum telalu responsif dan masih
belum terbentuk sempurna sehingga ketika ada virus atau bakteri maka tubuh
dengan mudah untuk terinfeksi dalam hal ini terjadi Sesak yang makin bertambah.
Jenis kelamin
Anak laki-laki sampai usia 10 th adalah 1,5 sampai 2 kali lipat anak
perempuan. Pada dewasa rasio ini berubah menjadi sebanding antara laki-laki dan
perempuan pada usia 30th
D. Apa makna sesak nafas tidak berbunyi mengi dipengaruhi oleh cuaca dan aktivitas
dan posis ?
Jawab :
Sesak napas nya disebabkan karena gangguan pulmonal, pada penderita
pneumotoraks dan pneumonia, penderita menjadi sesak tiba-tiba, sesak nafas tidak
akan berkurang dengan perubahan posisi. sesak tidak dipengaruhi aktivitas, dan
posisi ini menyingkirkan diagnosis banding sesak yang diakibatkan kardiak dispnea,
karena pada kardiak dispnea sesaknya dapat berkurang ketika berubah posisi dan
akan bertambah saat aktifitas. Sesak yang tidak dipengaruhi cuaca menyingkirkan
diagnosis asma karena asma dapat timbul karena perubahan cuaca
(Price, 2005)
Berdasarkan waktu
1. Dispnea akutDispnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab
umum kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dispnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau trauma
dada.
2. Dispnea kronis Dispnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru,
tumor, kelainan pita suara.(Price, 2005)
Berdasarkan kejadiannya
1. Dyspnea pada saat istirahat/exercise Perlu ditentukan tentang dyspnea yang
diderita pasien, apakah terjadinya secara dadakan (infeksi paru yang disebabkan
oleh bakteri, virus atau emboli paru) atau timbul secara gradual/perlahan-lahan
(emphycema, bronkhitis kronis). Seseorang dapat mengalami suatu bentuk
dyspnea setelah exercise yang berlebihan, tetapi bila telah terjadi proses yang
mengganggu kapasitas paru, exercise yang ringan sekalipun dapat
menimbulkan dyspnea. Dyspnea yang terjadi disaat istirahat menunjukkan
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 18
adanya kegagalan kapasitas respirasi. Untuk menentukan luas dan tingkat
dyspnea, dokter akan berusaha untuk mendapatkan tanda dan simtom yang lain
yang ada kaitannya dengan dyspnea yang dikeluhkan pasien.
2. Dyspnea posisional
a. Orthopnea (dyspnea yang timbul pada posisi berbaring) pada umumnya
merupakan pertanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan
terjadinya oedem paru kardiogenik. Kebanyakan pasien dengan penyakit paru
obstruktif menahun atau fibrosis interstisial yang telah meluas tidak
memperlihatkan atau sedikit mengalami ortopnea.
b. Platypnea, didefenisikan sebagai dyspnea yang timbul pada posisi berdiri,
dyspnea bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit paru obstruktif menahun,
cirrhosis dan post pneumektomie. Mekanismenya belum diketahui dengan jelas,
tetapi platypnea boleh jadi disebabkan oleh adanya ketidakcocokan
(mismatching) perfusi-ventilasi atau adanya pembukaan foramen ovale pada
jantung, keadaan ini akan menimbulkan hipoksemia, karena pada saat berdiri
aliran darah ke jantung berkurang sebagai akibat pengaruh gravitasi, sehingga
darah yang mengalami deoksigenisasi lebih banyak (hipoksemia) di daerah
perifer maka akan terjadilah sesak nafas pada saat berdiri atau platypnea
3. Dyspnea nokturnal paroksismal Dyspnea yang terjadi saat terjaga/tersentak dari
tidur (ingat bukan bangun dari tempat tidur) dapat diatasi dengan duduk atau
berjalan di sekeliling tempat tidur, pasien yang murni menderita kelainan paru tidak
akan mengalami dyspnea nocturnal paroksismal. Penderita kelainan paru terkadang
mengeluhkan disaat tersentak dari tidurnya di malam hari justru memperburuk sesak
nafasnya, tetapi dengan anamneses yang cermat pasien terbangun justru disebabkan
oleh batuk yang ditimbulkan oleh penumpukan dahak di saluran nafasnya. Selama
episode terjadinya batuk tersebut pasien mengalami sesak nafas. Perbedaan di antara
episode batuk malam hari lalu diikuti dengan sesak nafas dengan dyspnea nokturnal
parokosismal ini sangat penting bagi dokter untuk mengambil keputusan apakah
dyspnea tersebut problema paru atau jantung
(Price, 2005).
2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi.
A. Bagaimana fisiologi batuk , pilek dan pnas tinggi ?
Jawab :
Mekanisme batuk secara umum:
1. Inspirasi : udara masuk ke paru-paru lalu terjadi perubahan volume udara paru-
paru lalu melebarnya ukuran diameter bronkus
2. Kompresi : penutupan glotis lalu terjadi tekanan intra thoraks bertambah yang
dibantu oleh otot-otot ekspirasi
3. Ekspirasi : terjadinya pada pembukaan glotis yang diikuti oleh pengeluaran
udara yang terperangkap tadi dalam jumlah yang besar dan dengan kecepatan
yang tinggi. Bunyi batuk yg timbul akibat dari getaran pita suara.
Mekanisme Pilek
Mikroorganisme (bakteri) masuk melalui inhalasi → MO berada di saluran
pernapasan atas → MO menempel pada mukosa hidung → merangsang sel
Bakteri :
Streptococcus pneumoniae,
Mycoplasma pneumoniae,
Clamydia pneumoniae,
Haemophillus influenzatype B,
Moxarella catarrhalis,
Neiseria meningitis,
Staphylococcus aureus.
Virus
Batuk
batuk merupakan respon fisiologis sebagai upaya pertahanan dan mengeluarkan
benda asing
penyebab :
- infeksi saluran pernafasan atas
- rangsangan; misal debu di reseptor batuk (hidung, sal pernafasan dan telinga)
- iritan (asap rokok, gas polutan).
Pilek
penyebab :
- Alergi (terhadap benda asing)
- Infeksi
- Non infeksi dan non alergi.
(Horrison, 2012)
E. Apa makna batuk , pilek dan panas tinggi sejak 6 hari yang lalu ?
Jawab :
Batuk dan pilek menunjukkan terdapat gangguan pada sistem respirasi
berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sedangkan demam merupakan salah
satu tanda terjadinya reaksi inflamasi
(Price, 2005).
3. Riwayat penyakit dahalu : tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya,
tidak ada alaergi. Riwayat penyakit dalam keluarga : bapak penderita saat ini mengalami
batuk pilek. Riwayat imunisasi : BCG, skar(+);DPT 1,2,3;Hepatitis 1,2,3;Polio 0,1,2,3.
Riwayat makan : tidak pernah diberi ASI sejak lahir saat ini anak makan nasi biasa 3X
setengah mangkuk kecil dan minum susu formula 1X sehari. Riwayat lingkungan :
tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di rumah semi permanen berukuran
4X4 m tanpa kamar, hanya ada 2 jendela.
A. Apa makna riwayat penyakit dahulu ?
Jawab :
Berdasarkan riwayat penyakit terdahulu, dapat disingkirkan diagnosis asma
bronkial karena pada penyakit asma bronkial keluhan biasanya berulang dan
dicetuskan oleh alergen tertentu
(Sudoyo, 2009).
Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B
Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului
pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif, diberikan
vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg) pada ekstremitas
4. Pemeriksaan Fisik :
BB saat ini : 13 kg, TB: 90 cm
5. Pemeriksaan Spesifik
Kepala : Sianosis sirkum oral (+), Nafas cupping hidung (+)
Leher : Dalam batas normal
Thorax
Inspeksi : Terdapat retraksi intercostalis, subcostal dan suprasternal
Palpasi : Stem fremitus meningkat di kedua lapang paru
Perkusi : Redup pada seluruh lapangan paru
Aukultasi : Vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada kedua lapngan
paru, Wheezing tidak terdengar.
Abdomen : Datar, lemas, hepar lien tidak teraba, bissing usus normal
Ekstremitas : Tidak ditemukan Clubbing Finger
A. Apa interpretasi dari pemeriksaan spesifik ?
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 31
Jawab :
Hasil pemeriksaan Keadaan normal Interpretasi
Sianosis sirkum oral (+) Negatif Abnormal
Napas cuping hidung (+) Negatif Abnomal
Retraksi intercostal, subcostal, Negatif Abnormal
dan suprasternal (ada penggunaan otot
bantu napas / tambahan)
Stem fremitus kanan dan kiri Tidak menurun Abnormal
menurun (ada konsolidasi)
Redup pada basal kedua paru Sonor Abnormal
(ada konsolidasi)
Suara napas vesikuler meningkat Suara vesikuler normal Abnormal
dan ronkhi basah halus nyaring dan tidak ada bunyi (ada konsolidasi +
pada kedua lapangan paru tambahan cairan)
6. Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium : HB: 11,8 gr/dl, Jml Leukosit : 23.000/mm 3, Hitung jenis : 1/1/8/68/20/2,
LED : 14 mm/jam
A. Apa interpretasi dan pemeriksaan laboratorium ?
Jawab :
Normal.
11-13 gr/dl
1. Hb 11,8 gr/dl Tidak mengalami anemia
10-16 gr/dl
ataupun Hb tinggi.
Leukositosis.
9000-12000
2. Leukosit 23.000/mm3 Menunjukkan adanya
mm3
infeksi / radang akut.
Meningkat.
3. Basofil 1% 0-1 %
Adanya inflamasi
Normal.
4. Eosinofil 1% 1-3 %
Tidak meningkat.
Neutrofil Meningkat.
5. 8% 2-6 %
Batang Adanya infeksi.
Neutrofil
6. 68% 50-70% Normal
Segmen
Normal.
7. Limfosit 20 % 20-40 %
Tidak meningkat.
Normal.
8. Monosit 32% 2-18 %
Tidak meningkat.
Meningkat.
7. Pemeriksaan Radiologi
Thoraks :AP dan lateral : terdapat infiltrat pada kedua lapangan paru
A. Bagaimana Interpretasi dari pemeriksaan radiologi ?
Jawab :
Abnormal, terdapat konsolidasi.
(Suardi, 2008)
Demam + + +
Pilek + +/- -
Sianosis + + -
Nafas Cuping
+ + -
hidung
Retraksi + + +
Leukositosis ↑ ↑ ↓/normal
(Rahajoe.,dkk, 2008)
1. Pemeriksaan Radiologis
Pola radiologis dapat berupa pneumonia alveolar dengan gambaran
airbronchogram (airspace disease) misalnya oleh Streptococcus
pneumoniae;bronkopneumonia (segmental disease) oleh antara lain staphylococcus,
virusatau mikoplasma; dan pneumonia interstisial (interstitial disease) oleh virusdan
mikoplasma. Distribusi infiltrat pada segmen apikal lobus bawah atauinferior lobus
atas sugestif untuk kuman aspirasi. Tetapi pada pasien yangtidak sadar, lokasi ini bisa
dimana saja. Infiltrat di lobus atas seringditimbulkan Klebsiella, tuberkulosis atau
amiloidosis. Pada lobus bawahdapat terjadi infiltrat akibat Staphylococcus atau
bakteriemia.
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis umumnya menandai adanya infeksi bakteri; leukositnormal/rendah
dapat disebabkan oleh infeksi virus/mikoplasma atau padainfeksi yang berat sehingga
tidak terjadi respons leukosit, orang tua ataulemah. Leukopenia menunjukkan depresi
imunitas, misalnya neutropeniapada infeksi kuman Gram negatif atau S. aureus pada
pasien dengankeganasan dan gangguan kekebalan.
3. Pemeriksaan Bakteriologis
4. Rehabilitatif
Setelah penderita sembuh, berikan gizi yang cukup dan seimbang serta gaya
hidup yang sehat agar sistem kekebalan tubuh anak dapat berkembang dengan baik.
(Suardi, 2008)
Mudah terinfeksi
mikroorganisme
Batuk Pilek
Infeksi saluran pernapasan
Demam
Meluas ke Alveolus
Peradangan Alveolus
Brokopneumonia
Sesak Nafas
DAFTAR PUSTAKA
Purwati, S., Hubertin, 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif. Jakarta : Penerbit Buku kedokteran
EGC.
Laporan Tutorial Skenario C BLOK XIII “ Sistem Respirasi “ Page 46
Rab,Thabrani.2013.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta: Widya Medika.
Ranuh, I., dkk. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. Jakarta : IDAI.
Riordan J. 1993. The biologic specificity of breastmilk. In K.G.Auerbach: Breastfeeding and
human lactation. 1st ed. Boston: Jones And Bartlett Publishers.
Robbins, dkk., 2007. Buku Ajar Patologi. Volume 2. Edisi 7. Penerbit buku Kedokteran. Jakarta :
EGC.
Snell, R., 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC.
Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid III. Jakarta: Bagian
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Suardi, Adi Sutomo., Setyati, Amalia, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI.
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna
Publishing