Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan merupakan anugerah yang sangat berharga sebagai investasi
jangka panjang untuk mempertahankan kehidupan manusia dan menjadi salah
satu modal dasar dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
yang dapat menunjang keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena itu,
diperlukan pembangunan kesehatan secara menyeluruh dan
berkesinambungan. Dismenore atau nyeri haid adalah salah satu gejala yang
paling sering dikeluhkan oleh wanita usia reproduktif. Nyeri atau rasa sakit
yang siklik bersamaan dengan menstruasi ini sering dirasakan seperti rasa
kram pada perut dan dapat disertai dengan rasa sakit yang menjalar ke
punggung, dengan rasa mual dan muntah, sakit kepala ataupun diare. Oleh
karena itu, istilah dismenore hanya dipakai jika nyeri haid tersebut demikian
hebatnya, sehingga memaksa penderita untuk istirahat dan meninggalkan
pekerjaan atau cara hidupnya sehari-hari untuk beberapa jam atau beberapa
hari.
Dismenorea dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam
sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Pasien melaporkan nyeri saat haid,
dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan
49% nyeri haid masih ringan. Di Indonesia angka kejadian dismenorea primer
sebesar 54,89% sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder.
Dismenorea menyebabkan 14% dari pasien remaja sering tidak hadir di
sekolah dan tidak menjalani kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).
Blok tujuh belas pada semester 6 dari Kurikulum Berbasis Kompetensi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang berjudul Kesehatan Reproduksi. Pada blok ke-17 ini, mahasiswa

1
akan mempelajari Reproduksi, mulai dari anatomi, histologi, fisiologi dan
penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan kelainan pada kesehatan
Reproduksi, salah satunya Dismenore.
Sehingga pada blok 17 kami akan melakukan Tugas Pengenalan Profesi
pada pasien dismonore di kalangan remaja masyarakat Palembang untuk
mengetahui secara spesifik mengenai ciri-ciri dari gejala tersebut,
penatalaksanaan, dampak, faktor resiko serta penyakit-penyakit dengan gejala
seperti Disminore.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa saja penyebab yang mempengaruhi dismenore?
b. Apa saja gejala dari dismenore?
c. Apa saja dampak yang mungkin dialami oleh dismenore?
d. Bagaimana penatalaksanaan untuk dismenore?

1.3 Tujuan
Setelah melakukan penelitian lapangan, diharapkan mahasiswa mampu :
a. Mengetahui penyebab yang mempengaruhi dismenore
b. Mengetahui gejala dismenore yang merupakan salah satu dari keluhan
pada wanita usia reproduksi.
c. Mengetahui dampak yang mungkin dialami oleh Penderita dismenore.
d. Mengetahui penatalaksanaan untuk penderita dismenore
1.4 Manfaat
Adapun manfaat yang dilakukan, yaitu :
a. Bagi Mahasiswa.
a) Menambah ilmu bagi mahasiswa untuk mengetahui penyebab yang
mempengaruhi dismenore
b) Menambah ilmu bagi mahasiswa untuk mengetahui gejala dismenore
c) Menambah ilmu bagi mahasiswa untuk mengetahui dampak dari
dismenore .

2
d) Menambah ilmu bagi mahasiswa untuk mengetahui cara penatalaksaan
dismenore

b. Bagi Masyarakat
a) Menambah informasi tentang dismenore
b) Mengetahui faktor resiko yang dapat menyebabkan dismenore

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Menstruasi


Haid atau menstruasi merupakan perdarahan periodik dan siklik dari
uterus, disertai pelepasan endometrium. Menstruasi atau haid atau datang
bulan adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang terjadi secara
berkala dan dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Periode ini penting dalam
hal reproduksi. Pada manusia, hal ini biasanya terjadi setiap bulan antara usia
remaja sampai menopause.
Secara normal menstruasi berlangsung pada usia 10-19 tahun,
disamping itu proses terjadinya menstruasi dipengaruhi oleh beberapa hal
diantaranya gizi, penyakit, cara hidup, sosial budaya dan rangsangan-
rangsangan dari luar (Wiknjosastro,2008). Panjang siklus haid adalah jarak
antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya,
panjang siklus yang normal atau dianggap sebagai siklus haid yang klasik
ialah 28 hari, tetapi variasinya cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita
tetapi juga pada wanita yang sama. Rata-rata panjang siklus haid dipengaruhi
oleh usia seseorang. Rata-rata panjang siklus haid pada gadis usia 12 tahun
adalah 25,1 hari, pada wanita usia 43 tahun 27,1 hari, pada wanita wanita usia
55 tahun 51,9 hari. Lamanya haid biasanya antara 3-5 hari, ada yang 1-2 hari
diikuti darah sedikit-dikit dan ada yang sampai 7-8 hari. Pada setiap wanita
biasanya lama haidnya tetap. Pada haid normal lama siklus antara 21-35 hari,
lama perdarahan 2-7 hari, perdarahan 20-80 cc per siklus, tidak disertai rasa
nyeri, darah warna merah segar tidak bergumpal serta terjadi ovulasi
(Wiknjosastro,2008).
Seorang wanita subur, selama kira-kira 38 tahun, setiap bulannya, akan
melepaskan sel telur matang yang dikeluarkan secara bergantian dari salah
satu indung telur. Pematangan telur dirangsang oleh organ kecil yang berada
di dasar otak yang disebut hipofisis. Selama haid, proses pematangan telur
telah dimulai. Sesudah 14 hari, proses pematangan telah selesai dan telur

4
melepaskan diri dari indung telur (ovulasi). Rumbai-rumbai yang
mengelilingi saluran telur akan menangkap telur. Melalui saluran telur, telur
menuju ke arah ruang rahim. Di saluran telur, sel telur dapat bertemu dengan
sperma (benih dari pria) yang datang dari arah yang berlainan (dari ruang
rahim). Telur dapat dibuahi oleh salah satu benih itu (ada kira kira 200 juta
sperma yang masuk melalui vagina). Jika telur yang telah dibuahi itu sampai
ke ruang rahim, selaput lendir ruang rahim telah siap untuk menerima telur.
Sebelumnya, rahim telah menerima isyarat melalui hormon esterogen dan
progesteron bahwa akan datang sel telur yang telah matang. Selaput lendir
ruang rahim mempersiapkan diri dengan baik untuk dapat menerima telur
(Wiknjosastro,2008).
Jika dalam perjalanannya telur tidak bertemu dengan sperma, telur akan
mati beberapa jam setelah lepas dari indung telur. Selaput lendir ruang rahim
seakan-akan sia-sia mempersiapkan diri untuk menerima telur. Hipofisis juga
memperhatikan hal itu. Kira-kira 14 hari setelah pelepasan telur, lapisan
paling luar dari selaput lendir rahim diberi isyarat bahwa bagian itu perlu
diganti. Secara tiba-tiba, lapisan itu lepas sehingga menyebabkan perdarahan.
Itulah haid atau menstruasi (Wiknjosastro,2008).
Selama perdarahan itu, pada indung telur dimulai lagi pematangan sel
telur baru. Dari seluruh daur selama sebulan, tidak akan diketahui apa-apa
selain perdarahan. Seluruh proses yang rumit itu terjadi dalam tubuh dan
tersembunyi (Wiknjosastro,2008).

2.2 Siklus Menstruasi


Siklus menstruasi dibagi atas empat fase
1. Fase menstruasi

Yaitu luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini
disebabkan berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap
terjadi pada hari ke-1 sampai 7.

5
2. Fase praovulasi

Yaitu masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang


dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam tubuh. Hal ini terjadi secara
bertahap pada hari ke-7 sampai 13.

3. Fase ovulasi

Masa subur atau ovulasi adalah suatu masa dalam siklus menstruasi
wanita dimana sel telur yang matang siap untuk dibuahi. Apabila wanita
tersebut melakukan hubungan seksual pada masa subur atau ovulasi maka
kemungkinan terjadi kehamilan.

4. Fase pascaovulasi
Yaitu masa kemunduran ovum bila tidak terjadi fertilisasi. Pada tahap ini,
terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi
lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak terjadi
fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan terjadi fase
menstruasi kembali.

Beberapa metode dalam menentukan masa subur dapat dilihat dengan


beberapa cara:

1. Perubahan Periode Menstruasi


2. Perubahan Lendir Servik
3. Perubahan Suhu Basal Tubuh

2.3 Pengertian Dismenore


Dismenore berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” yang berarti sulit
atau menyakitkan atau tidak normal. “Meno” berarti bulan dan “rrhea” yang
berarti aliran. Sehingga dismenore didefinisikan sebagai aliran menstruasi
yang sulit atau nyeri haid. Dismenore adalah rasa nyeri selama menstruasi
yang ditandai dengan rasa kram di perut bawah. (Calis, 2011)

6
Dismenorea dalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh
kejang otot uterus. Dismenore primer apabila tidak terdapat gangguan fisik
yang menjadi penyebab dan hanya terjadi selama siklusovulatorik.
Penyebabnya adalah adanya jumlah prostaglandin F2 yang berlebihan pada
darah menstruasi, yang merangsang hiperaktivitas uterus (Price, 2012).
Pasien dengan dismenore berat tampaknya lebih mengalami
pembentukan berlebihan prostaglandin F2 ketimbang peningkatan sensivitas
terhadap prostaglandin seri E yang menghambat kontraksinya. Kontraksi
berlebihan myometrium ini menyebabkan iskemia otot uterus, yang
merangsang serabut nyeri system saraf otonom uterus. Rasa cemas,
ketakutan, stress mungkin menurunkan ambang nyeri sehingga memperberat
gejala ini dan menyebabkan perbedaan gejala dari satu pasien kepasien lain
serta variasi gejala seiring waktu pada satu pasien. (Ganong,2010).
Dismenorea mungkin disertai oleh berbagai gejala, termasuk berkeringat,
kelemahan dan kelelahan, insomnia, mual dan muntah ,diare, nyeri punggung,
nyeri kepala termasuk migraine dan tension headache), pusing, dan bahkan
pingsan (Ganong,2010).
Gejala utama adalah nyeri, dimulai pada saat awitan menstruasi. Nyeri
dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap. Dapat berlangsung dalam beberapa
jam sampai 1 hari. Kadang-kadang gejala tersebut sampai lebih lama dari 1
hari tapi jarang melebihi 72 jam. Gejala-gejala sistemik yang menyertai
berupa mual, diare, sakit kepala, dan perubahan emosional (Price, 2012).

2.4 Epidemiologi Dismenore


Dismenorea dapat dialami lebih dari setengah wanita yang sedang
menstruasi dan prevalensinya sangat bervariasi. Berdasarkan data dari
berbagai negara, angka kejadian dismenorea di dunia cukup tinggi.
Diperkirakan 50% dari seluruh wanita di dunia menderita dismenorea dalam
sebuah siklus menstruasi (Calis, 2011). Pasien melaporkan nyeri saat haid,

7
dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah, 37% nyeri haid sedang, dan
49% nyeri haid masih ringan (Calis, 2011).
Di Amerika Serikat diperkirakan hampir 90% wanita mengalami
dismenorea dan 10-15% diantaranya mengalami dismenorea berat, yang
menyebabkan mereka tidak mampu melakukan kegiatan apapun dan ini akan
menurunkan kualitas hidup pada individu masing-masing. Bahkan di
perkirakan para perempuan di Amerika kehilangan 1,7 juta hari kerja setiap
bulan akibat dismenorea. Di Pakistan diperkirakan 57% pelajar yang
mengalami dismenore mempunyai efek terhadap pekerjaan mereka (Calis,
2011).
Di Indonesia angka kejadian dismenorea primer sebesar 54,89%
sedangkan sisanya adalah penderita tipe sekunder. Dismenorea menyebabkan
14% dari pasien remaja sering tidak hadir di sekolah dan tidak menjalani
kegiatan sehari-hari (Calis, 2011).

2.5 Etiologi Dismenore


Banyak teori telah dikemukakan untuk menerangkan penyebab
dismenore primer, tetapi patofisiologinya belum jelas dimengerti. Rupanya
beberapa faktor memegang peranan sebagai penyebab dismenore primer,
antara lain (Calis, 2011):
a. Faktor kejiwaan:
Pada gadis-gadis yang secara emosional tidak stabil, apalagi jika mereka
tidak mendapat penerangan yang baik tentang proses haid, mudah timbul
dismenore.
b. Faktor konstitusi:
Faktor ini, yang erat hubungannya dengan faktor tersebut di atas, dapat
juga menurunkan ketahanan terhadap rasa nyeri. Faktor-faktor seperti
anemia, penyakit menahun, dan sebagainya dapat mempengaruhi
timbulnya dismenore.
c. Faktor obstruksi kanalis servikalis:

8
Salah satu teori yang paling tua untuk menerangkan terjadinya dismenore
primer ialah stenosis kanalis servikalis. Pada wanita dengan uterus dalam
hiperantefleksi mungkin dapat terjadi stenosis kanalis servikalis, akan
tetapi hal ini sekarang tidak dianggap sebagai sebagai faktor yang penting
sebagai penyebab dismenore. Banyak wanita menderita dismenore tanpa
stenosis servikalis dan tanpa uterus dalam hiperantefleksi. Sebaliknya
terdapat banyak wanita tanpa keluhan dismenore, walaupun ada stenosis
servikalis dan uterus terletak dalam hiperantefleksi atau hiperretrofleksi.
Mioma submukosum bertangkai atau polip endometrium dapat
menyebabkan dismenore karena otot-otot uterus berkontraksi keras dalam
usaha untuk mengeluarkan kelainan tersebut.
d. Faktor endokrin:
Pada umumnya ada anggapan bahwa kejang yang terjadi pada dismenore
primer disebabkan oleh kontraksi uterus yang berlebihan. Faktor endokrin
mempunyai hubungan dengan soal tonus dan kontraktilitas otot usus.
Novak dan Reynolds yang melakukan penelitian pada uterus kelinci
berkesimpulan bahwa hormon estrogen merangsang kontraktilitas uterus,
sedangkan hormon progesteron menghambat atau mencegahnya. Tetapi,
teori ini tidak dapat menerangkan fakta mengapa tidak timbul rasa nyeri
pada perdarahan disfungsional anovulatoar, yang biasanya bersamaan
dengan kadar estrogen yang berlebihan tanpa adanya progesteron.
e. Faktor alergi:
Teori ini dikemukakan setelah memperhatikan adanya asosiasi antara
dismenore dengan urtikaria, migraine atau asma bronkhiale. Smith
menduga bahwa sebab alergi ialah toksin haid.

Penyebab dari dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-


kelainan organik, misalnya:

a. Rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil


b. Posisi rahim yang tidak normal
c. Adanya tumor dalam rongga rahim , misalnya myoma uteri

9
d. Adanya tumor dalam rongga panggul, terutama tumor fibroid, yang
letaknya dekat permukaan selaput lendir rahim, adanya selaput lendir
rahim di tempat lain (Endometriosis), bisa ditemukan di dalam selaput
usus, di jaringan payudara atau di tempat lain. Pada waktu haid, jaringan
selaput lendir yang di luar rahim juga seperti ikut terlepas dan berdarah
seperti jaringan aslinya di dalam rahim.
e. Penyakit-penyakit tubuh lain seperti tuberkulosa, kurang darah (anemia),
buang air besar kurang lancar (constipation), postur tubuh yang terlalu
kurus.

2.6 Manifestasi Dismenore


Gejala dismenore yang paling umum adalah nyeri mirip kram di bagian
bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait lainya
adalah muntah, sakit kepala, cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung
atau perut terasa penuh bahkan. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum
menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Novia, 2008).
Sedangkan menurut Novia (2008) menyebutkan bahwa gejala-gejala
klinis biasanya dimulai sehari sebelum haid berlangsung selama hari pertama
haid dan jarang terjadi setelah itu. Nyeri biasanya merupakan nyeri di garis
tengah perut (pada abdomen bawah), punggung, tulang kemaluan. Nyeri
terasa timbul, tajam dan bergelombang. Biasanya mengikuti kontraksi dan
dapat menjalar ke arah pinggang belakang. Selain rasa nyeri, dapat pula
disertai mual, sakit kepala, dan mudah tersinggung / depresi.

2.7 Klasifikasi Dismenore


Dismenore diklasifikasikan menjadi 2 yaitu :
1. Dismenore primer
Dismenore primer adalah nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan alat-
alat genital yang nyata. Dismenore primer ini tidak berhubungan dengan
penyebab fisik yang nyata. Dismenore primer biasanya terjadi 6 bulan
sampai 12 bulan setelah menars. Oleh karena itu, siklus haid pada bulan

10
pertama setelah menars umumnya berjenis anovulatoar (tidak disertai
dengan pengeluaran ovum) yang tidak disertai dengan rasa nyeri. Rasa
nyeri timbul tidak lama sebelumnya atau bersama-sama dengan
permulaan haid dan berlangsung untuk beberapa jam. Biasanya 8-72 jam.
Sifat rasa nyeri ialah kejang berjangkit-jangkit, biasanya terbatas pada
perut bawah, tetapi dapat menyebar ke daerah pinggang dan paha.
Bersamaan dengan rasa nyeri dapat dijumpai rasa mual, muntah, sakit
kepala, diare, iritabilitas, dan sebagainya. (Calis, 2011)
2. Dismenore sekunder
Dismenore sekunder adalah nyeri haid yang dijumpai dengan adanya
kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Dismenore sekunder terjadi
akibat berbagai kondisi patologis seperti endometriosis, salfingitis,
adenomiosis uteri, dan lain-lain. Dismenore sekunder sering terjadi pada
usia >30 tahun, dimana rasa nyeri semakin bertambah seiring
bertambahnya umur dan memburuk seiring dengan waktu. Karakteristik
nyeri berbeda- beda pada setiap siklus haid dimana nyeri haid terjadi
dengan kelainan patologis panggul. (Calis, 2011)

Dismenore diklasifikasikan juga secara klinis,yaitu (Calis, 2011):


1. Ringan
Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari
2. Sedang
Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan kerjanya
3. Berat
Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare, dan rasa
tertekan
2.8 Patofisiogi Dismenore
Dismenore biasanya terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin
tertentu, prostaglandin-F2 α, dari sel-sel endomerium uterus. Prostaglandin-
F2 α adalah suatu perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan
konstriksi pembuluh darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang

11
secara normal terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat (Corwin,
2009).

2.9 Diagnosis Dismenore


Pada kebanyakan kasus wanita dengan gejala yang khas seperti rasa
nyeri pada perut bagian bawah yang muncul bersamaan saat haid dan
menghilang dengan pemberian terapi empirik dapat diduga dengan diagnosa
dismenore primer. Menurut Lefebvre, dikatakan bahwa dismenore primer
ditandai dengan adanya rasa nyeri pada daerah suprapubik yang terjadi
beberapa jam sebelum dan sesudah keluarnya darah haid, namun terkadang
rasa nyeri akan dapat dirasakan selama dua sampai tiga hari haid. Dapat
disertai dengan adanya keluhan-keluhan lain seperti diare, mual dan muntah,
rasa lemah, sakit kepala, pusing, bahkan dapat juga dijumpai demam hingga
hilangnya kesadaran (Corwin, 2009).
Keluhan rasa nyeri pada saat haid dengan adanya temuan massa pada
pelvik, vaginal discharge yang abnormal, daerah pelvik yang tegang, wanita
dengan risiko terhadap penyakit radang panggul, adanya riwayat seksual aktif
dengan risiko penyakit menular seksual sebaiknya dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut seperti skrining untuk adanya penyakit infeksi menular,
pemeriksaan ultrasonografi untuk melihat kelainan patologi pada pelvik dapat
mengarahkan kepada diagnosa dismenore sekunder (Corwin, 2009).
Kelainan seperti endometriosis, adenomiosis sering dikaitkan dengan
keluhan nyeri haid yang berlebihan. Rasa nyeri dapat bersifat individual dan
subjektif sehingga tidak ada parameter yang dapat digunakan untuk menilai
rasa nyeri secara. Beberapa metode dapat digunakan dalam menilai rasa nyeri
seperti unidimensi dan multidimensi. Skala Unidimensi merupakan metode
sederhana dengan menggunakan satu variabel untuk menilai intensitas rasa
nyeri. Metode unidimensi yang biasa dipakai antara lain Categorical Scale,
Numerical Ratting Scale (NRS), Visual Analogue Scale (VAS).

12
Metode sederhana ini biasanya digunakan secara efektik di rumah
sakit dan klinik. Metode Categorical Scales berisi beberapa deskripsi secara
verbal atau visual mengenai nyeri dari yang paling ringan sampai paling
berat. Yang termasuk dari Categorical Scale ini antara lain Verbal Descriptor
Scale (VDS), Face Pain Scale (FPS) yang menunjukkan gambaran perubahan
ekspresi wajah terhadap sensasi rasa nyeri (Corwin, 2009).
Sedangkan metode NRS berisi tentang serial angka dari 0 sampai 10
atau 100, dimana pada awal angka diberi label tidak nyeri dan akhir angka
sangat nyeri. Pasien akan memilih kriteria nyeri yang sesuai dengan intensitas
nyeri yang mereka rasakan. Sedangkan metode VAS berisi garis horizontal
atau vertikal sepanjang 10 cm dengan label pada awal 2-5 garis tidak nyeri
dan pada akhir garis sangat nyeri. Pasien akan memberi tanda pada garis
tersebut sesuai tingkat nyeri yang mereka rasakan. Panjangnya jarak dari awal
garis sampai tanda yang diberikan oleh pasien merupakan indeks derajat
nyeri (Corwin, 2009).

2.9.1 Diagnosis Primer


Pada gadis perawan yang mengalami nyeri kram ringan cukup
dilakukan pemeriksaan menyeluruh serta pemeriksaan genitalia untuk

13
menyingkirkan kelainan duktus Mülleri obstruktif. Pada pasien yang
lebih tua, terutama yang mengalami dismenore berat, sebaliknya
dilakukan pemeriksaan pelvis menyeluruh (Schwartz, 2005)

2.9.2 Diagnosis Sekunder


Adapun beberapa pemeriksaan yang dapat digunakan, yaitu:
a. Ultrasonografi: untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan dalam
anatomi rahim, misalnya posisi, ukuran, dan luas ruangan dalam rahim
b. Histerosalphingografi: untuk mencari tahu apakah terdapat kelainan
dalam rongga rahim, seperti polypendometrium, myoma submukcosa,
atau adenomyosis
c. Histerokopi: untuk membuat gambar dalam rongga rahim, seperti
polyp atau tumor lain.
d. Laparoskopi: untuk melihat kemungkinan adanya endometriosis, dan
penyakit-penyakit laindalam rongga panggul.

2.10 Tatalaksana Dismenore


1. Farmakologi
a) Pemberian obat analgesic
Dewasa ini banyak beredar obat-obat analgesik yang dapat diberikan
sebagai terapi simtomatik. Jika rasa nyerinya berat, diperlukan istirahat
di tempat tidur dan kompres panas pada perut bawah untuk
mengurangi penderitaan. Obat analgesik yang sering diberikan adalah
preparat kombinasi aspirin, fenasetin, dan kafein. Obat-obat paten
yang beredar di pasaran adalah novalgin, ponstan, acetaminopen, dan
sebagainya.
b) Obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID)
NSAID menghambat sintesis prostaglandin dan memperbaiki gejala
pada 80% kasus. Digunakan pada wanita untuk mengonsumsinya pada
saat atau sesaat sebelum awitan nyeri 3 kali/hari pada hari pertama
hingga ketiga.

14
c) Terapi hormonal
Tujuan terapi hormonal adalah menekan ovulasi. Tindakan ini bersifat
sementara dengan maksud untuk membuktikan bahwa gangguan
benar-benar dismenore primer, atau untuk memungkinkan penderita
melaksanakan pekerjaan penting pada waktu haid tanpa gangguan.
Tujuan ini dapat dicapai dengan pemberian salah satu jenis pil
kombinasi kontrasepsi. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya
ovulasi dan menurunkan produksi prostaglandin karena atrofi
endometrium desidual.
(Calis, 2011)

2. Non Farmakologi
Adapun Terapi nonfarmakologi dismenore berupa:
a. Edukasi
Perlu dijelaskan kepada penderita bahwa dismenore adalah gangguan
yang tidak berbahaya bagi kesehatan. Hendaknya diadakan penjelasan
dan diskusi mengenai cara hidup, pekerjaan, kegiatan, dan lingkungan
penderita. Kemungkinan salah informasi mengenai haid atau adanya
tabu atau takhyul mengenai haid perlu dibicarakan. Nasihat-nasihat
mengenai makanan sehat, istirahat yang cukup, dan olahraga mungkin
berguna. Kadang-kadang diperlukan psikoterapi. Olahraga dapat
mengurangi rasa nyeri oleh karena terkontrolnya emosional seperi
suasana hati dan tekanan
b. Rileksasi
Tubuh kita bereaksi saat kita stres maupun ketika kita dalam keadaan
rileks. Saat kita terancam atau takut, tubuh kita memberikan 2 macam
reaksi, ‘fight or flight’, yang dicetuskan oleh hormon adrenalin. Otot
tubuh menjadi tegang, napas lebih cepat, jantung berdenyut lebih
cepat, tekanan darah meninggi untuk menyediakan oksigen bagi otot
tubuh, gula dilepaskan dalam jumlah yang banyak dari hati untuk

15
memberikan ‘bahan bakar’ bagi otot, keseimbangan natrium dan
kalium berubah, dan keringat mulai bercucuran .
Tanda pertama yang menunjukan keadaan stres adalah adanya reaksi
yang muncul yaitu menegangnya otot. Akan tetapi, jika kita rileks
maka kita menempatkan tubuh kita pada posisi yang sebaliknya. Otot
tidak tegang dan tidak memerlukan sedemikian banyak oksigen dan
gula, jantung berdenyut lebih lambat, tekanan darah menurun, napas
lebih mudah, hati akan mengurangi pelepasan gula, natrium dan
kalium dalam tubuh kembali seimbang, dan keringat berhenti
bercucuran.
Dalam kondisi rileks tubuh juga menghentikan produksi hormon
adrenalin dan semua hormon yang diperlukan saat kita stress. Karena
hormon seks esterogen dan progesteron serta hormon stres adrenalin
diproduksi dari blok bangunan kimiawi yang sama, ketika kita
mengurangi stres kita juga telah mengurangi produksi kedua hormon
seks tersebut. Jadi, dapat kita lihat perlunya rileksasi untuk
memberikan kesempatan bagi tubuh untuk memproduksi hormon yang
penting untuk mendapatkan haid yang bebas dari nyeri.
Beberapa posisi yoga dipercaya dapat menghilangkan kram
menstruasi. Salah satunya adalah peregangan kucing. Sebuah latihan
yang dirancang untuk meningkatkan kondisi otot berguna juga untuk
mengatasi nyeri saat haid

16
BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan desain penelitian


deskriptif didukung dengan teknik wawancarai secara langsung.

3.2 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Waktu


1. Waktu
Hari, tanggal : sabtu, 22 maret 2015
Waktu : 15-00WIB-17.00 WIB
2. Lokasi
Adapun lokasi kegiatan tugas pengenalan profesi ini yaitu masyarakat
palembang

3.3 Subjek Tugas Mandiri


Yang menjadi subjek tugas mandiri pada kegiatan tugas pengenalan profesi
tentang, remaja putri dengan dismenore di masyarakat Palembang.

3.4 Langkah-langkah Kerja

1. Mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing tugas pengenalan


profesi mengenai hal apa saja yang akan diamati pada pelaksanaan TPP.
2. Mahasiswa mendapatkan surat pengantar dari pihak Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang
3. Mahasiswa mecari remaja putri dengan keluhan dismenore di masyarakat
dan melaksanakan kegiatan tugas pengenalan profesi pada hari yang telah
ditetapkan.
4. Mahasiswa melakukan diskusi bersama dengan remaja putri yang
mengalami dismenore
5. Mahasiswa setelah selesai melaksanakan kegiatan tugas pengenalan
profesi menghadap pembimbing untuk membahas laporan kegiatan

17
6. Mahasiswa mengumpulkan laporan kegiatan tugas pengenalan profesi
pada hari yang telah ditentukan.
3.5 Alat dan Bahan
1. Alat tulis
2. Checklist
3. Kamera

18
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pasien Pertama

a) Hasil
Nama pasien : Nn.SN
Umur : 18 tahun
Alamat : Plaju
Pekerjaan : Mahasiswi

Data dari tinjauan Data yang ditemukan Keterangan


pustaka di pasien

Nyeri saat akan √ Biasanya pasien


menstruasi (1hari merasakan nyeri pada
sebelum/saat saat pertama
menstruasi) menstruasi
Nyeri setiap hari timbul √ Pasien merasakan
atau hanya beberapa nyeri pada 1-2 hari
hari selama menstruasi awal menstruasi
Nyeri timbul tajam dan √ Pasien merasakan
bergelombang (sifat seperti ditusuk-tusuk
nyeri) dan melilit
Nyeri mirip kram pada √ Nyeri mirip kram
daerah bawah perut dirasakan didaerah
sekitar symphisis
pubis
Nyeri menyebar ke √ Pasien merasa nyeri
punggung dan kaki menyebar sampai ke
punggung

19
Masih dapat melakukan √ Pasien tetap bisa
aktivitas sehari-hari melakukan aktivitas
tanpa mengkonsumsi
obat
Muntah -
Saat istirahat nyeri √ Saat beristirahat pasien
hilang masih tetap merasakan
sakit
Sakit kepala -
Cemas √ Terkadang pasien juga
merasakan cemas
Kelelahan √ Pasien merasakan
cepat lelah jika
beraktivitas
Diare -
Pusing -
Kembung -
Perut terasa penuh -
Adakah keterlambatan -
timbulnya menstruasi
Konsumsi rokok atau -
alcohol
Riwayat penyakit -
jantung dan asthma atau
alergi
Riwayat konsumsi obat -
Riwayat pernah -
mengalami operasi
Pernah berobat ke -
dokter/tidak

20
Penanganan yang √ Pasien terkadang
dilakukan saat membeli obat-obat
mengalami nyeri diwarung berupa
jamu-jamuan
penghilang nyeri saat
haid

b) Pembahasan
Nn. S , remaja muda tahap awal dengan usia 18 tahun mengeluh sering
merasakan nyeri pada saat pertama menstruasi, biasanya nyeri dirasakan 1-
2 hari awal mentruasi karena dismenorea adalah nyeri selama menstruasi
yang disebabkan oleh kejang otot uterus dengan dimulai pada saat awitan
awal menstruasi. Nyeri dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap. Dapat
berlangsung dalam beberapa jam sampai 1 hari. Nn. S merasakan seperti
ditusuk-tusuk dan melilit dan nyeri yang dirasakan mirip kram pada
didaerah sekitar symphisis pubis dan Nn. S merasa nyeri menyebar sampai
ke punggung. Nn.s tidak ada keluhan kepala sakit, mual, muntah, diare,
kembung kerana biasanya gejala dismenore yang paling umum adalah
nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan
kaki. Gejala terkait lainnya juga tidak ada seperti muntah, sakit kepala,
cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh
bahkan. Beberapa wanita mengalami nyeri sebelum menstruasi dimulai
dan bisa berlangsung hingga beberapa hari (Novia, 2008).

Terkadang pasien juga merasakan cemas dan sering merasakan cepat lelah
jika beraktivitas. Nn.S juga tidak memiliki keluarga dengan riwayat yang
sama dan juga tidak mengkonsumsi rokok serta minuman beralkohol. Saat
ditanyakan mengenai cara menghilangkan sakit, Nn. S terkadang membeli
obat-obat diwarung berupa jamu-jamuan penghilang nyeri saat haid dan
aktivitas tirah baring (istirahat) karena dalam kondisi rileks tubuh juga
menghentikan produksi hormon adrenalin dan semua hormon yang

21
diperlukan saat kita stress. Karena hormon seks esterogen dan progesteron
serta hormon stres adrenalin diproduksi, ketika kita mengurangi stres kita
juga telah mengurangi produksi kedua hormon seks tersebut. Jadi, dapat
kita lihat perlunya rileksasi untuk memberikan kesempatan bagi tubuh
untuk memproduksi hormon yang penting untuk mendapatkan haid yang
bebas dari nyeri. Dari hasil anamnesis Nn.S tidak memiliki riwayat
penyakit sehingga dapat menyingkirkan penyebab dari dismenore
sekunder yang biasanya disebabkan oleh kelainan-kelainan organik. Saat
nyeri Nn. S masih tetap bisa melakukan aktivitas dan saat beristirahat
pasien masih tetap merasakan sakit. Dismenore diklasifikasikan juga
secara klinis,yaitu (Calis, 2011):
1. Ringan
Berlangsung beberapa saat dan dapat melanjutkan kerja sehari-hari
2. Sedang
Diperlukan obat penghilang rasa nyeri, tanpa perlu meninggalkan
kerjanya
3. Berat
Perlu istirahat beberapa hari dan dapat disertai sakit kepala, diare, dan
rasa tertekan

Sehingga berdasarkan tingkatannya Nn. S termasuk dalam katagori


sedang.

4.2 Pasien Kedua


a) Hasil
Nama : Nn. IA
Umur : 20 tahun
Alamat : Km5
Status : Mahasiswa

22
No Data dari Tinjauan Data yang ditemukan di Keterangan
Pustaka kasus / penderita
Gejala
Nyeri saat akan Pada saat menstruasi
menstruasi (1 hari Sejak tahun 2008,
sebelum/ pada saat kelas 2 SMP
menstruasi)
Nyeri setiap hari atau 1 hari, hari pertama
jarang (berapa lama
nyerinya)

Nyeri timbul tajam Tajam dan


dan bergelombang bergelombang
(sifat nyeri)
Nyeri mirip Kram di Ya
bagian bawah perut
Menyebar ke Tidak
punggung dan kaki
Masih dapat Tidak
melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa
mengkonsumsi obat
Masih dapat Ya
melakukan aktivitas
sehari-hari dengan
mengkonsumsi obat
Tidak dapat Tidak
melakukan aktivitas
sehari-hari dan perlu

23
istirahat
Muntah Tidak
Saat istirahat nyeri Ya
tidak hilang
Saat istirahat nyeri Tidak
hilang
Sakit kepala Tidak
Cemas Ya
Kelelahan Tidak
Diare Tidak
Pusing Tidak
Kembung Tidak
Perut terasa penuh Ya
Adakah Tidak
keterlambatan datang
menstruasi
Berapa lama -
keterlambatan terjadi
Keseharian: merokok Tidak
dan mengkonsumsi
alkohol atau tidak
Riwayat penyakit Tidak
seperti asma, jantung,
alergi
Riwayat -
mengkonsumsi obat
Riwayat pernah -
mengalami operasi
Pernah berobat ke Tidak
dokter/tidak

24
Penanganan yang Minum obat ,
dilakukan saat meloxicam atau
mengalami nyeri asam mefenamat

b) Pembahasan
Nn. AI , remaja muda tahap akhir dengan usia 20 tahun mengeluh sering
merasakan nyeri pada saat pertama menstruasi, biasanya nyeri dirasakan 1
hari pertama menstruasi yang dialami sejak tahun 2008, kelas 2 SMP
karena dismenorea adalah nyeri selama menstruasi yang disebabkan oleh
kejang otot uterus dengan dimulai pada saat awitan awal menstruasi. Nyeri
dapat tajam, tumpul, siklik, atau menetap. Dapat berlangsung dalam
beberapa jam sampai 1 hari. Nn. AI merasakan seperti ditusuk-tusuk tajam
dan melilit seperti bergelombang dan nyeri yang dirasakan mirip kram
pada didaerah sekitar bawah perut dan Nn. AI tidak merasa nyeri
menyebar sampai ke punggung. Nn. AI mengeluh perutnya sering terasa
penuh tetapi tidak ada keluhan lain kelapa sakit, mual, muntah, diare,
kembung karena biasanya gejala dismenore yang paling umum adalah
nyeri mirip kram di bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan
kaki. Berdasarkan teori gejala dismenore meliputi muntah, sakit kepala,
cemas, kelelahan, diare, pusing, dan kembung atau perut terasa penuh,
tetapi tidak ditemukan pada Nn.AI. Beberapa wanita mengalami nyeri
sebelum menstruasi dimulai dan bisa berlangsung hingga beberapa hari
(Novia, 2008).
Saat nyeri Nn. IA masih tetap bisa melakukan aktivitas sehari-hari karena
jika mengalami sakit Nn.AI akan mengkonsumsi obat penghilang sakit.
Disini dapat diklasifikasikan dalam dismonore derajat sedang.
Nn.IA juga tidak memiliki keluarga dengan riwayat yang sama dan untuk
juga tidak mengkonsumsi rokok dan minuman beralkohol.
Saat ditanyakan mengenai cara menghilangkan sakit, Nn. IA
mengkonsumsi obat meloxicam atau asam mefenamat untuk penghilang
sakit dan istirahat. Rasa sakit ini merupakan sensasi yang timbul oleh

25
karena stimulus atau rangsangan yang berasal dari gangguan-gangguan
atau kerusakan jaringan yang akan mengakibatkan terlepasnya mediator
nyeri. Zat ini akan merangsang reseptor nyeri yang terdapat pada ujung-
ujung saraf bebas seperti pada kulit dan selaput lendir yang akan
diteruskan oleh saraf sensorik ke susunan saraf pusat dan akan diteruskan
ke thalamus sehingga merasakan nyeri. Pada dismenore nyeri biasanya
terjadi akibat pelepasan berlebihan prostaglandin tertentu, prostaglandin-
F2 α, dari sel-sel endomerium uterus. Prostaglandin-F2 α adalah suatu
perangsang kuat kontraksi otot polos miometrium dan konstriksi pembuluh
darah uterus. Hal ini memperparah hipoksia uterus yang secara normal
terjadi pada haid, sehingga timbul rasa nyeri hebat (Corwin, 2009). Untuk
menghilangkannya maka dilakukan cara untuk menghambat sintesa
prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-2

Kerja Asam mefenamat adalah seperti obat golongan AINS lain yaitu
menghambat sintesa Prostaglandin dengan menghambat kerja enzim
cyclooxygenase/PGHS (COX-1 & COX-2). Efek anti inflamasi, analgetik
& antipiretik merupakan dipercaya dari kerja menghambat COX-2. Efek
anti inflamasi mungkin juga dihasilkan dari kerja menghambat biosintesis
dari mukopolisakarida. Efek antipiretik diduga akibat hambatan sintesa
prostaglandin di CNS.
 Menghambat siklooksigenase-1 (COX-1) dan COX-2, 
 tindakan farmakologis mirip dengan NSAID lainnya; berperan dalam
aktivitas anti-inflamasi, analgesik, dan antipiretik.
Dari hasil anamnesis Nn.IA tidak memiliki riwayat penyakit sehingga
dapat menyingkirkan penyebab dari dismenore sekunder biasanya
disebabkan oleh kelainan-kelainan organik.

26
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Penyebab Dismenore dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sekunder dan
primer. Dismenore primer meliputi faktor kejiwaan, konstitusi, faktor
obstruksi kanalis servikalis, faktor endokrin dan faktor alergi, sedangkan
penyebab dismenore sekunder biasanya disebabkan oleh kelainan-kelainan
organik, misalnya rahim kurang sempurna karena ukurannya terlalu kecil,
posisi rahim yang tidak normal, adanya tumor dalam rongga rahim,
misalnya myoma uteri dan lain-lain. Pada hasil TPP ini didapatkan
penyebab dismenore pasien yaitu primer karena pasien tidak memiliki
penyakit.
2. Gejala dismenore yang di alami pada kedua pasien yaitu nyeri dan kram di
bagian bawah perut yang menyebar ke punggung dan kaki. Gejala terkait
lainnya adalah cemas dan juga mengalami kelelahan.
3. Tatalaksana yang dilakukan pasien dismenore untuk mengatasi rasa nyeri
yaitu dengan obat anti inflamasi nonsteroid (NSAID) yaitu asam
mefenamat dan rileksasi (istirahat).

5.2 Saran
1. Bagi penulis diharapkan dapat terjalinnya kerja sama yang lebih untuk
menghasilkan Tugas Pelaksanaan Profesi yang lebih baik pada blok
selanjutnya
2. Bagi penulis diharapkan dapat melakukan tugas pembagian kelompok
pertiga orang untuk ditugaskan mencari pasien, sehingga pasien yang
didapatkan akan lebih banyak

27
DAFTAR PUSTAKA

Calis, Karim Anton. 2011. Dismenore. Jakarta : FKUI.

Corwin ,Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin. Jakarta : Aditya


Media.

Ganong,W.F., 2010. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Novia, Ika, dkk. 2008. Kejadian Dismenore Primer The Indonesian Journal of
Public Health, Vol. 4, No. 2, Maret 2008: 96-104. Surabaya : Departemen
Biostatistika dan Kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga

Price, A. S., Wilson M. L., 2012. Patofisiologi . Jakarta: EGC

Schwartz, M.William. 2005. Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta : EGC.

Wiknjosastro, hanifa. (2008). Ilmu kandungan. P.T. Bina Pustaka Prawirohardjo,


Jakarta.

28
LAMPIRAN

Nama :
Umur :
Alamat :
Pekerjaan :
Status :

No Data dari Tinjauan Data yang ditemukan di Keterangan


Pustaka kasus / penderita
Gejala
Nyeri saat akan
menstruasi (1 hari
sebelum/ pada saat
menstruasi)
Nyeri setiap hari atau
jarang (berapa lama
nyerinya)

Nyeri timbul tajam


dan bergelombang
(sifat nyeri)
Nyeri mirip Kram di
bagian bawah perut
Menyebar ke
punggung dan kaki
Masih dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa
mengkonsumsi obat
Masih dapat

29
melakukan aktivitas
sehari-hari dengan
mengkonsumsi obat
Tidak dapat
melakukan aktivitas
sehari-hari dan perlu
istirahat
Muntah
Saat istirahat nyeri
tidak hilang
Saat istirahat nyeri
hilang
Sakit kepala
Cemas
Kelelahan
Diare
Pusing
Kembung
Perut terasa penuh
Adakah keterlabatan
datang menstruasi
Berapa lama
keterlambatan terjadi
Keseharian: merokok
dan mengkonsumsi
alkohol atau tidak

Riwayat penyakit
seperti asma, jantung,
alergi

30
Riwayat
mengkonsumsi obat
Riwayat pernah
mengalami operasi
Pernah berobat ke
dokter/tidak
Penanganan yang
dilakukan saat
mengalami nyeri

31
Ganbar 1. Kegiatan wawancaran dengan Nn. SN

32
Gambar 2. Foto kelompok dengan pasien Nn. IA

Gambar 3. Foto kelompok dengan pasien Nn. SN

33

Anda mungkin juga menyukai