PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : Dr.dr. Legiran, M.Kes
Moderator : Nabilah Ananda Heparrians
Notulen : Hafiz Rachmad Kartono
Sekretaris : Ahmad Reyhan
Hari/Tanggal : Senin, 27 Juni 2016
Pukul 08.00 – 10.30 WIB.
Rabu , 29 Juni 2016
Pukul 08.00 – 10.30 WIB.
Peraturan Tutorial :
1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.
2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata krama.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.
2.2 Skenario
Ali, laki-laki, umur 3 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSMP karena sesak
nafas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari sebelumnya, Ali sudah mengalami sesak
nafas. Sesak nafas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi.
Enam hari yang lalu, Ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi.
Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelunya, tidak ada
riwayat alergi
Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini mengalami batuk pilek
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan nasi biasa 3x
setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x sehari
2
Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di rumah semi
permanen berukuran 4x4 meter tanpa kamar, hanya ada 2 jendela
Pemeriksaan Fisik
Tanda vital: TD 90/60 mmHg, HR: 140x/menit, regular, RR: 58x/menit, T: 39,60C
Pemeriksaan Spesifik
Thorax:
Auskultasi: Vesikular menurun, ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru,
wheezing tidak terdengar
Pemeriksaan Laboratorium
Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, Jumlah Leukosit: 23.000/mm3, hitung jenis: 1/1/8/68/20/2
3
2.3 Klarifikasi Istilah
4
2. Dua hari sebelumnya, Ali sudah mengalami sesak nafas. Sesak nafas tidak
berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi.
3. Enam hari yang lalu, Ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas
tinggi.
4. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelunya,
tidak ada riwayat alergi
5. Riwayat imunisasi: BCG, skar (+); DPT 1, 2, 3; Polio 0, 1, 2, 3
6. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan nasi
biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x sehari
7. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di rumah
semi permanen berukuran 4x4 meter tanpa kamar, hanya ada 2 jendela
8. Pemeriksaan Fisik
BB saat ini = 13 Kg, TB= 90 cm
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Tanda vital: TD 90/60 mmHg, HR: 140x/menit, regular, RR: 58x/menit, T: 39,60C
9. Pemeriksaan Spesifik
Kepala: Sianosis sirkum oral (+), napas cuping hidung(+),
Leher: Dalam batas normal
Thorax:
Inspeksi terdapat retraksi intercostals, subcostal, dan suprasternal
Palpasi: Stem fremitus meningkat di kedua lapangan paru
Perkusi: Redup pada seluruh lapangan paru
Auskultasi: Vesikular menurun, ronkhi basah halus nyaring pada kedua
lapangan paru, wheezing tidak terdengar
Abdomen: datar, lemas, lien tidak teraba, bising usus normal
5
Laboratorium: Hb: 11,8 gr/dl, Jumlah Leukosit: 23.000/mm3, hitung jenis:
1/1/8/68/20/2
1. Ali, laki-laki, umur 3 tahun, datang ke Instalasi Gawat Darurat RSMP karena sesak
nafas yang semakin hebat sejak pagi tadi.
a. Bagaimana anatomi, fisiologi, dan histologi pada kasus?
Jawab:
1. Anatomi
Saluran penghantar udara hingga mencapai paru-paru adalah hidung,
farinx, larinx trachea, bronkus, dan bronkiolus.
a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.
Saluran saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung. Rongga hidung dilapisi sebagai selaput
lendir yang sangat kaya akan pembuluh darah, dan bersambung dengan
lapisan farinx dan dengan selaput lendir sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung.
b. Faring (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka letaknya di belakang laring (laring-faringeal).
c. Laring (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang
mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di
bawahnya. Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat
bersama oleh ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi).
Trachea tersusun atas 16 - 20 lingkaran tak- lengkap yang berupa cincin
tulang rawan yang diikat bersama oleh jaringan fibrosa dan yang
6
melengkapi lingkaran disebelah belakang trachea, selain itu juga
membuat beberapa jaringan otot.
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-
kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu
berjalan ke bawah dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronchus kanan
lebih pendek dan lebih lebar daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi darl
arteri pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di
bawah arteri, disebut bronchus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri
pulmonalis sebelurn di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan
kelobus atas dan bawah.
Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi
bronchus lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan
ini berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil,
sampai akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveoli (kantong udara). Bronkhiolus
terminalis memiliki garis tengah kurang lebih I mm. Bronkhiolus tidak
diperkuat oleh cincin tulang rawan. Tetapi dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara ke bawah
sampai tingkat bronkbiolus terminalis disebut saluran penghantar udara
karena fungsi utamanya adalah sebagai penghantar udara ke tempat
pertukaran gas paru-paru.
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus
dan respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau
alveoli pada dindingnya. Ductus alveolaris seluruhnya dibatasi oleh
alveoilis dan sakus alveolaris terminalis merupakan akhir paru-paru,
asinus atau.kadang disebut lobolus primer memiliki tangan kira-kira 0,5
s/d 1,0 cm. Terdapat sekitar 20 kali percabangan mulai dari trachea
sampai Sakus Alveolaris. Alveolus dipisahkan oleh dinding yang
dinamakan pori-pori kohn.
7
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan
kanan. Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di
dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikai. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior
dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang
mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula,
ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap
paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai
permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.
(Snell, Richard. S. 2006)
2. Fisiologi
1. Respirasi internal mencakup reaksi-reaksi metabolik intrasel yang
menggunakan Oksigen, dan menghasilkan CO2 sewaktu oksidasi molekul
nutrien untuk menghasilkan energi.
2. Respirasi eksternal mencakup berbagai tahap dalam pemindahan O2 dan
CO2 antara lingkungan eksternal dan sel jaringan. Sistem respirasi dan
sirkulasi bekerja samauntuk melakukan respirasi eksternal.
3. Sistem respirasi mempertukarkan udara antara atmosfer dan paru
melalui proses ventilasi.
4. Saluran napas menghantarkan udara dari atmosfer ke kantung udara
atau alveolus, bagian paru yang melakukan pertukaran gas.
5. Pertukaran O2 dan CO 2 antara udara di paru dan darah di kapiler
paru berlangsung di dinding alveolus yang sangat tipis. Dinding
alveolus dibentuk oleh sel alveolus tipe I. Sel alveolus tipe II
mengeluarkan surfaktan paru.
Kontrol Pernapasan
Ventilasi melibatkan dua aspek berbeda, keduanya berada di bawah
kontrol saraf. (1) pergantian siklis antara inspirasi dan ekspirasi dan (2)
8
regulasi besar ventilasi, yang sebaliknya bergantung pada kontrol laju
pernapasan dan kedalaman volume alun napas.
Tiga faktor kimiawi berperan dalam menentukan tingkat ventilasi: P
CO2, dan konsentrasi H' darah arteri.
(Guyton dan Hall, 2007)
3. Histologi
Sel di Alveoli Paru
Sel alveolus tipe I (pneumosit tipe I) sangat tipis dan melapisi alveolus
paru, bersama endotel kapiler membentuk sawar darah-udara yang tipis. Sel
alveolus tipe II (pneumosit tipe II) terletak berdekatan dengan sel tipe I, adalah
sel sekretorik, yang apeksnya menonjol di atas sel tipe I, mengandung banyak
corpusculum lamellare sekretorik, surfaktan menurunkan tegangan permukaan
alveolus sehingga alveolus dapat mengembang dan mencegah kolaps.
Makrofag Alveolaris, adalah monosit yang masuk ke jaringan ikat paru
dan alveolus, membersihkan alveoli dari organisms yang masuk dan
memfagosit partikel asing.
Epitel Olfaktorius, terletak di atap, rongga hidung dan di kedua sisi
konka superior, mengandung sel penyokong, basal, dan olfaktorius, neuron
bipolar sensorik, tanpa sel goblet. Sel olfaktorius terentang di seluruh ketebalan
epitel dan. tersebar di bagian tengah epitel. Di bawah epitel terdapat kelenjar
olfaktorius serosa yang membasahi silia olfaktorius dan merupakan pelarut
molekul bau.
Epiglotis
Bagian tengah epiglotis dibentuk oleh tulang rawan elastic. Epitel
berlapis gepeng melapisi permukaan lingualis (anterior) dan sebagian
permukaan laringeal (posterior). Basis epiglotis dilapisi oleh epitel bertingkat
semu silindris bersilia.
Laring
Di lamina propria terdapat kelenjar campuran seromukosa, pembuluh
darah, nodulus limfoid, dan sel adipose. Ventrikulus, suatu lekukan dalam,
9
memisahkan plika vokalis palsu dari plika vokalis sejati. Plika vokalis sejati
dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk. Epitel di laring bagian
bawah berubah kembali menjadi bertingkat semu silindris bersilia.
Trakea
Dinding terdiri dari mukosa, submukosa, tulang rawan hialin, dan
adventisia. Cincin tulang rawan C menjaga trakea tetap, terbuka dengan celah
di antara cincin terdapat otot trakealis. Trakea dilapisi oleh epitel bertingkat
semu silindris bersilia dengan sel goblet. Submukosa mengandung kelenjar
trakealis seromukosa dengan duktus bermuara ke dalam lumen trakea.
(Eroschenko, 2010)
10
4) Penurunan compliance paru (usaha yang dibutuhkan untuk
meregangkan atau mengembangkan paru-paru/seberapa banyak
perubahan dalam volume paru yang terjadi akibat perubahan tertentu
gradien tekanan transmural, gaya yangmeregangkan paru), seperti pada
fibrosis interstisial dan edema paru. (The Society Of Respiratory Care
Indonesia, 2012).
Akut Kronik
Edema Paru Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK)
Asma Gagal jantung kiri
Trauma dinding dada dan Fibrosis interstisial difus
struktur intrathoraks
Pneumothoraks spontan Asma
Emboli paru Efusi pleura
Pneumonia Penyakit tromboembolik paru
Adult Respiratory Penyakit vaskular paru
Distress Syndrome
(ARDS)
Efusi pleura Sesak nafas psikogenik
Perdarahan paru Anemia berat
Stenosis trakea post intubasi
Gangguan hipersensitivitas
(The Society Of Respiratory Care Indonesia. 2012)
11
alveoluspertukaran O2 dan CO2 terganggu kebutuhan O2 tidak adekuat
hipoksiasesak napas. (Suardi, dkk., 2008).
12
Penderita sudah sesak pada waktu melakukan kegiatan/aktivitas sehari-
hari seperti mandi, berpakaian dan lain-lain sehingga tergantung pada
orang lain pada waktu melakukan kegiatan sehari-hari. Sesak napas
belum tampak waktu penderita istirahat, tetapi sesak napas sudah mulai
timbul bila penderita melakukan pekerjaan ringan sehingga pada waktu
mendaki atau berjalan-jalan sedikit, penderita terpaksa berhenti untuk
istirahat sebentar. Pekerjaan sehari-hari tidak dapat dilakukan dengan
leluasa.
5. Sesak napas tingkat V
Penderita harus membatasi diri dalam segala tindakan atau aktivitas
sehari-hari yang pernah dilakukan secara rutin. Keterbatasan ini
menyebabkan penderita lebih banyak berada di tempat tidur atau hanya
duduk di kursi. Untuk memenuhi segala kebutuhannya, penderita sangat
tergantung pada bantuan orang lain.
Berdasarkan waktu:
1. Dispnea akut
Dispnea akut dengan awal yang tiba-tiba merupakan penyebab umum
kunjungan ke ruang gawat darurat. Penyebab dispnea akut diantaranya
penyakit pernapasan (paru-paru dan pernapasan), penyakit jantung atau
trauma dada.
2. Dispnea kronis
Dispnea kronis (menahun) dapat disebabkan oleh asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronis (PPOK), emfisema, inflamasi paru-paru, tumor,
kelainan pita suara.
Berdasarkan kejadiannya:
1. Dyspnea pada saat istirahat/exercise
Dyspnea yang terjadi disaat istirahat menunjukkan adanya kegagalan
kapasitas respirasi.
2. Dyspnea posisional
13
- Orthopnea (dyspnea yang timbul pada posisi berbaring) pada umumnya
merupakan pertanda adanya disfungsi ventrikel kiri yang menyebabkan
terjadinya oedem paru kardiogenik. Kebanyakan pasien dengan
penyakit paru obstruktif menahun atau fibrosis interstisial yang telah
meluas tidak memperlihatkan atau sedikit mengalami ortopnea.
- Platypnea, didefenisikan sebagai dyspnea yang timbul pada posisi
berdiri, dyspnea bentuk ini dapat ditemukan pada penyakit paru
obstruktif menahun, cirrhosis dan post pneumektomie. Mekanismenya
belum diketahui dengan jelas, tetapi platypnea boleh jadi disebabkan
oleh adanya ketidakcocokan (mismatching) perfusi-ventilasi atau
adanya pembukaan foramen ovale pada jantung, keadaan ini akan
menimbulkan hipoksemia, karena pada saat berdiri aliran darah ke
jantung berkurang sebagai akibat pengaruh gravitasi, sehingga darah
yang mengalami deoksigenisasi lebih banyak (hipoksemia) di daerah
perifer maka akan terjadilah sesak nafas pada saat berdiri atau platypnea
3. Dyspnea nokturnal paroksismal
Dyspnea yang terjadi saat terjaga/tersentak dari tidur (ingat bukan
bangun dari tempat tidur) dapat diatasi dengan duduk atau berjalan di
sekeliling tempat tidur, pasien yang murni menderita kelainan paru tidak
akan mengalami dyspnea nocturnal paroksismal. Penderita kelainan
paru terkadang mengeluhkan disaat tersentak dari tidurnya di malam
hari justru memperburuk sesak nafasnya, tetapi dengan anamneses yang
cermat pasien terbangun justru disebabkan oleh batuk yang ditimbulkan
oleh penumpukan dahak di saluran nafasnya. Selama episode terjadinya
batuk tersebut pasien mengalami sesak nafas. Perbedaan di antara
episode batuk malam hari lalu diikuti dengan sesak nafas dengan
dyspnea nokturnal parokosismal ini sangat penting bagi dokter untuk
mengambil keputusan apakah dyspnea tersebut problema paru atau
jantung.
(Price, S., Wilson, L., 2005)
14
f. Apa makna sesak napas yang semakin hebat sejak pagi tadi?
Jawab:
Sesak nafas bertambah berat diakibatkan karena progresifitas penyakit.
Akumulasi cairan di paru semakin banyak sehingga kapasitas dan fungsi paru
semakin menurun.
2. Dua hari sebelumnya, Ali sudah mengalami sesak nafas. Sesak nafas tidak berbunyi
mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi.
a. Apa makna sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi cuaca,
aktivitas dan posisi?
Jawab:
Menyingkirkan diagnosis asma, karena pada asma menunjukkan adanya
mengi, sesak napas yang dipengaruhi oleh perubahan cuaca atau kelembapan,
aktivitas, dan posisi (Marcdante, K., dkk. 2011).
3. Enam hari yang lalu, Ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi.
a. Apa makna 6 hari yang lalu, ali mengalami batuk dan pilek disertai panas
tinggi?
Jawab:
Pada kasus ini terjadi infeksi akut, pertahanan tubuh mereflekskan dengan
batuk , pengeluaran mukus yang banyak mikroorganisme penyebab keluhan
tersebut. Selain itu tubuh juga akan mengeluarkan mediator inflamasi yang
dapat meningkatkan suhu tubuh.
Diawali dengan adanya pajanan mikroorganisme mengakibatkan infeksi di
saluran napas atas. Mikroorganisme tersebut masuk melalui cavum nasi dan
kemudian menempel pada mukosa hidung, merangsang pengeluaran mucus
oleh sel goblet sebagai respon pertahanan tubuh kemudian mucus tersebut
dikeluarkan oleh silia melalui hidung sehingga timbulah pilek,
mikroorganisme yang lolos akan masuk ke faring, lalu menyebar dan
berkolonisasi terjadi inflamasi di faring. Sekresi mucus berlebihan oleh sel
goblet mengakibatkan reflek batuk berdahak untuk membuang mucus dan
15
mikroorganisme tersebut. Dengan terjadinya proses inflmasi akan
mengaktivasi makrofag (fagositosis) ( TNF α, IL-1, IL-6) → induksi
prostaglandin → peningkatan termostat di hipothalamus → set point
meningkat →demam. Peradangan juga merangsang sel goblet untuk
memproduksi mukus berlebih penimbunan mukus batuk/ pilek
mukus yang banyak akan menganggu saluran pernafasan penyempitan
saluran pernafasan suplai O2 berkurang sesak nafas.
c. Apa hubungan sesak napas dengan batuk dan pilek disertai demam tinggi?
Jawab:
Hubunganya yaitu batuk berdahak dan pilek merupakan respon pertahanan
fisik di mana tubuh merespon infeksi yang masuk dengan mengeluarkan
pathogen yang masuk dengan reflex batuk, pilek karena sel goblet yang
memproduksi mucus secara berlebihan dan panas tingi merupakan respon
inflamasi dari peradangan tersebut, Hubungan dengan sesak nafasnya di mana
mekanisme pertahanan lebih lanjut tidak bisa mengatasi pathogen yang masuk
tersebut sehingga mikroorganisme melalui jalan nafas sampailah ke alveoli
dan membentuk kolonisasi di alveoli sehingga terjadi edema antar kapiler dan
16
alveolus yang menyebabkan pertukaran gas O2 dan CO2 terganggu yang
menyebabkan sesak nafas.
4. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelunya,
tidak ada riwayat alergi
a. Apa makna ali tidak pernah mengalami penyakit yang sama sebelumnya?
Jawab:
Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.
Makna : menyingkirkan diagnosis asma, karena pada asma, sesak napas
merupakan gejala berulang dan biasanya riwayat alergi menjadi factor
pencetus timbulnya sesak napas (Marcdante, K., dkk. 2011).
5. Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini mengalami batuk pilek
a. Apa hubungan riwayat penyakit keluarga dengan keluhan ali?
17
Jawab:
Bapak penderita saat ini mengalami batuk pilek. Kemungkinan hal ini
diakibatkan karena terjadi penularan penyakit secara droplet nuclei.
(Harrison, 2012)
Keterangan
19
11) Vaksin Influenza diberikan pada umur > 6 bulan, setiap tahun. Untuk
imunisasi primer anak 6 bln – < 9 tahun diberi 2 x dengan interval
minimal 4 minggu
7. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan nasi biasa
3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 1x sehari
a. Apa manfaat dari ASI?
Jawab:
Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi baru lahir segera sampai berumur
sedikitnya dua tahun akan memberikan banyak manfaat, baik untuk bayi, ibu,
maupun masyarakat pada umumnya.
1.Bagi Bayi :
20
a. Bayi mendapatkan kolostrum yang mengandung zat kekebalan terutama
Immunoglobullin A(IgA) yang melindungi bayi dari berbagai infeksi
terutama diare, membantu pengeluaran meconium (Hegar, Suradi,
Hendarto, & Partiwi, 2008); kandungan gizi paling sempurna untuk
pertumbuhan bayi dan perkembangan kecerdasannya;
b. Pertumbuhan sel otak secara optimal terutama kandungan protein
khusus, yaitu taurin, selain mengandung laktosa dan asam lemak ikatan
panjang lebih banyak susu sapi/kaleng; mudah dicerna, penyerapan
lebih sempurna, terdapat kandungan berbagai enzim untuk penyerapan
makanan, komposisi selalu menyesuaikan diri dengan kebutuhan bayi;
c. Protein ASI adalah spesifik species sehingga jarang menyebabkan alergi
untuk manusia;
d. Membantu pertumbuhan gigi;
e. Mengandung zat antibodi mencegah infeksi, merangsang pertumbuhan
sistem kekebalan tubuh;
f. Mempererat ikatan batin antara ibu dan bayi. Ini akan menjadi dasar si
kecil percaya pada orang lain, lalu diri sendiri, dan akhirnya berpotensi
untuk mengasihi orang lain;
g. Bayi tumbuh optimal dan sehat tidak kegemukan atau terlalu kurus
h. Mengurangi resiko terkena penyakit kencing manis, kanker pada anak
dan mengurangi kemungkinan menderita penyakit jantung;
i. Menunjang perkembangan motorik .
2 .Bagi Ibu
a. Mudah
b. Murah
c. Praktis tidak merepotkan
d. Selalu tersedia kapan saja;
e. Mempercepat involusi/memulihkan dari proses persalinan dan dapat
mengurangi perdarahan karena otot-otot di rahim mengerut, otomatis
21
pembuluh darah yang terbuka itu akan terjepit sehingga perdarahan
akan segera berhenti;
f. Mencegah kehamilan karena kadar prolaktin yang tinggi menekan
hormon FSH dan ovulasi, bisa mencapai 99 %, apabila ASI diberikan
secara terus-menerus tanpa tambahan selain ASI;
g. Meningkatkan rasa kasih sayang dan membuat rasa lebih nyaman;
h. Mengurangi penyakit kanker, mekanisme belum diketahui secara pasti
ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki resiko kanker ovarium
lebih kecil dibanding yang tidak menyusui secara Eksklusif;
i. Membantu ibu menurunkan berat badan setelah melahirkan,
menurunkan risiko DM Tipe 2
(Hegar, Suradi, Hendarto, & Partiwi, 2008)
ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi
hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,
pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara
eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu setidaknya selama 6 bulan, dan
setelah 6 bulan bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat. Sistem
pertahanan tubuh balita akan berusaha mempertahankan atau melawan benda
asing yang masuk kedalam tubuh, sistem pertahanan tubuh yang paling baik
diperoleh dari ASI. Kenyataan tersebut dapat diterima karena Air Susu Ibu
(ASI) yang mengandung imonoglobulin dan zat yang lain memberikan
kekebalan bayi terhadap infeksi bakteri dan virus. Bayi yang diberi ASI
terbukti lebih kebal terhadap berbagai penyakit infeksi, seperti diare,
pneumonia (radang paru), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), dan
infeksi telinga.
22
8. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di rumah
semi permanen berukuran 4x4 meter tanpa kamar, hanya ada 2 jendela
a. Apa hubungan riwayat lingkungan dengan keluhan?
Jawab:
Lingkungan tempat tinggal Ali yang tinggal bersama kedua orang tua dan 2
orang kakak di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya
ada 2 jendela dapat menjadi faktor risiko untuk tertular penyakit yang diderita
anggota keluarganya.
9. Pemeriksaan Fisik
BB saat ini = 13 Kg, TB= 90 cm
Keadaan umum: Tampak sakit berat
Tanda vital: TD 90/60 mmHg, HR: 140x/menit, regular, RR: 58x/menit, T: 39,60
a. Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik?
Jawab:
23
b. Bagaimana mekanisme interpretasi pemeriksaan fisik yang bermasalah?
Jawab:
Takipnea
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida
terganggu → takipnea.
Febris
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN → pengeluaran
sitokin → sitokin dapat bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier
→ efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) → pengeluaran asam
arakidonat → pelepasan prostaglandin E2 → pengaruh kerja thermostat di
hipotalamus → febris.
BB turun
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN → pengeluaran
sitokin → sitokin dapat bersirkulasi menembus hematoencephalic barrier
→ efek sitokin terhadap SSP (hipotalamus) → produksi prostaglandin →
24
impuls ke korteks serebral → leptin meningkat → penekanan nafsu makan
→ nafsu makan menurun → penurunan berat badan.
25
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida
terganggu → saturisasi oksigen menurun → sianosis central → sirkum
oral (+).
Napas cuping hidung (+)
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida
terganggu → peningkatan usaha bernapas → napas cuping hidung.
Retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru → difusi oksigen dan karbondioksida
terganggu → peningkatan usaha bernapas → penggunaan otot pernapasan
tambahan → retraksi intercostals, subcostal dan suprasternal.
Stem fremitus kanan dan kiri meningkat
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
26
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru → stem fremitus kanan dan kiri
meningkat.
Redup pada basal kedua paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru bagian basal → redup pada basal kedua
paru.
Vesoluler menurun
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
ke alveolus → konsolidasi paru (bercak-bercak) → suara napas vesikuler
menurun.
Ronkhi basah halus nyaring pada kedua lapangan paru
Pilek, demam, batuk berdahak disertai muntah (ISPA atas) →
mikroorganisme tetap bertahan dan berlanjut ke saluran napas bawah
(trakea, bronkus, bronkiolus) karena pengobatan yang kurang tepat dan
imaturitas imun → aktivasi makrofag → apabila makrofag tidak mampu
mengatasi → mikroorganisme berkembang biak di alveoli sekitar →
aktivasi makrofag alveolar dan infiltrasi sel-sel PMN serta eksudasi cairan
27
ke alveolus → konsolidasi paru + eksudat → ronkhi basah halus nyaring
pada kedua lapangan paru.
Adanya inflamasi
Tidak meningkat.
Tidak meningkat.
28
Tidak meningkat.
Menunjukkan adanya
infeksi.
30
Analisa gas darah (AGDA) menunjukkan hipoksemia dan
hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolic.
2. Pemeriksaan Rontgen Toraks
Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu
atau beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya
komplikasi seperti pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks
atau perikarditis. Gambaran ke arah sel polimorfonuklear juga dapat
dijumpai.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan
mikrobiologi serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah
dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu
dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman
diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan
pedoman tersebut pneumonia dibedakan berdasarkan :
Pneumonia sangat berat:
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum, maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Pneumonia berat:
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup
minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi
antibiotika.
Pneumonia:
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun
Bukan Pneumonia:
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu
dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika.
(Suardi, dkk., 2008)
31
14. Apa saja Differential Diagnosis pada kasus ini?
Jawab:
Leukositosis + - menurun -
LED Meningkat - - -
Napas cuping + - - -
hidung
33
Komplikasi dari bronchopneumonia antara lain Otitis Media Akut (OMA).
Terjadi bila tidak diobati maka sputum yang berlebihan akan masuk ke dalam
tuba eustaci sehingga menghalangi masuknya udara ke telinga tengah dan
mengakibatkan hampa udara kemudian gendang telinga akan tertarik ke dalam
timus efusi.
Meningitis
Perikarditis
Osteomielitis
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu
bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan
dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf. Seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas
34
keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan.” (QS.Al Baqarah:233).
Dalam ayat tersebut dijelaskan, jika masa penyusuannya bisa sempurna sampai
dua tahun, maka itu lebih baik, lebih kuat, dan lebih ideal. Asupan pertama dan
yang terbaik bagi sang buah hati adalah ASI. Allah SWT telah menciptakan dengan
sempurna komposisi yang terkandung di dalam ASI. ASI memenuhi seluruh
kebutuhan biologis bayi, karena itulah penting kiranya bagi para ibu agar menyusui
bayinya hingga berusia 2 tahun sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah SWT.
Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat badan,
kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya. Jarang di antara
mereka yang menderita alergi atau infeksi karena bakteri. ASI memberikan proteksi
alamiah dengan cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya. Menyusui
juga memberikan manfaat psikologis pada bayi. Karena dengan menyusu, ia
merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya serta menikmati suara dan wajah
ibunya.
2.6 Kesimpulan
Ali, laki-laki, umur 3 tahun, mengalami sesak napas yang semakin berat sejak 2 hari
yang lalu, disertai batuk, pilek dan panas tinggi,karena Bronkopneumonia akibat dari infeksi
bakteri dengan faktor risiko gizi kurang dan faktor lingkungan.
35
Menginfeksi Batuk dan Pilek
Parenkim Paru
Bronkopneumonia
Gangguan Ventilasi
Sesak Napas
DAFTAR PUSTAKA
Aru, Bambang, Idrus, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna
Publishing
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
Guyton. Arthur.C., Hall. John E. 2012. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
36
Harrison. 2012. Prinsip-prinsip Ilmu Penyakit Dalam Edisi 13 Volume 4. Jakarta:
EGC.
Snell, Richard. S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Jakarta : EGC
Suardi, Adi Sutomo., Setyati, Amalia, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI
Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Interna Publishing
37