PENDAHULUAN
Blok Sistem Respirasi adalah Blok XIII pada Semester 4 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.
PEMBAHASAN
Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Dahak
berwana putih. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam
hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah lelah.
Tn, Tyo tinggal dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun. Tetangga
Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama.
Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 37,7o C
keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru
Inspeksi: statis dan dinamis simetris
1. Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu
dan dahak berwarna putih.
2. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah
lelah.
3. Tn. Tyo tinggal dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun.
Tetangga Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama.
4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu
37,7o C
5. keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru
Inspeksi: statis dan dinamis simetris
palpasi: stem fremitus simetris
perkusi: sonor kedua lapangan paru
auskultasi: vesikuler meningkat dan rongki basah sedang
pada lapangan atas kedua paru
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal.
6. Pemeriksaan penunjang:
laboratorium: Hb: 9g%, WBC: 6500/mm3, LED 80 mm/jam, hitung jenis
0/2/2/76/14/6. Hasik pemeriksaan sputum BTA I (++), BTA II (-), BTA III (+).
Radiologi: Gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru
2.5 Analisis Masalah
1. Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu dan
dahak berwarna putih.
Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada
5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel basal, dan sel granul kecil. (Junquereira LC, Carneiro J. 1982)
Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada
vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu
hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum
memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh
septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior)
pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi
oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel
olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel
olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki
akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak), sel basal
(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar
Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius
sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya
vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat
Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan
sinus sphenoid yang dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan
mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang
mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu
dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.
Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe
skuamosa/gepeng.
Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan
memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal
epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan
Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar
serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C
(tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea.
Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk
lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel
asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen
trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin
yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan
berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah
distensi berlebihan.
Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea,
dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin,
limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur
dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin
tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya
garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau
tulang rawan hialin.
Bronkiolus
Bronkiolus respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan
mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan
banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel
kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel
bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal
alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak
dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel
bronkiolus respiratorius.
Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak
terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang
disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada
lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus
alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris
bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya
serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus
alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu
inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal,
Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar
memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2
lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin,
matriks dan sel jaringan ikat.
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus,
fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas
dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik
yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel
alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel
alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah
perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya
saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada
di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk
mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri
mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru
yang menurunkan tegangan alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan
alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan
udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah
bronkiolus tersumbat.
Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding
toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua
lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan
elastin.( Junquereira LC, Carneiro J. 1982)
Jenis kelamin : laki-laki 2,2 x lipat lebih besar terkena karena laki-
laki mempunyai kebiasaan merokok (Depkes RI,2002)
Usia : mengenai usia dewasa muda adalah kelompok usia
produktif yaitu 15-50 tahun.
Pekerjaan : sebagai buruh dia memiliki status sosial ekonomi
keluarga rendah, menyebabkan kondisi hunian yang tinggi, buruknya
lingkungan, masalah kurang gizi, serta rendah nya pelayanan kesehatan.
Tempat tinggal: semakin padat tempat tinggal maka perpindahan
penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin
mudah dan cepat. Apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita
TB dengan BTA positif.
Sintesis:
1. Umur
Usia 40 tahun merupakan usia produktif, batuk kronik dapat juga
menandakan adanya infeksi pada sistim pernapasan. Infeksi ini
kemungkinan didapat ketika bekerja atau dari lingkungan tempat tinggal.
Penyakit ini biasanya mengenai usia dewasa muda antara umur 15-45 tahun.
Sekitar 95% penderita TB paru berada pada negara berkembang, dimana
75% diantaranya adalah usia produktif.
2. Jenis kelamin
Faktor yang lebih besar terdapat pada laki-laki, hal ini dimungkinkan karena
laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas sehingga lebih sering terpajan
oleh penyebab penyakit ini dan banyak faktor lain seperti merokok serta
minuman beralkohol yang dapat menurunkan sistim pertahannan tubuh,
sehingga lebih mudah dipaparkan dengan agen penyebab TB-Paru, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk perenpuan dapat terinfeksi penyakit
yang sama
Sputum( dahak)
1. Serous:
a. Jernih dan encer, pada edema paru akut
b. Berbusa, kemerahan, pada alveolar cell cancer
2. Mukoid:
a. Jernih keabu-abuan, pada bronchitis kronik
b. Putih kental, pada asma
3. Purulen:-
e. Apa makna batu berdahak semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu dan
berwarna putih?
Jawab:
Merupakan batuk kronik, dan dapat disebabkan karena infeksi, batuk kronik
ini dapat menyingkirkan diagnosis banding pneumonia akut.
Sintesis:
Keluhan Batuk yang berdahak dan semakin bertambah ini berarti batuk
telah menjadi batuk produktif karena bakteri telah menyebar ke sekret-sekret dan
menetap di saluran nafas bahkan sudah sampai ke alveoli itulah menyebabkan
progresifnya dan semakin produktifnya batuk
Kemudian, dilihat dari lamanya batuk yang dirasakan oleh Tn. Tyo,
batuk 3-8 minggu merupakan batuk primer dan batuk yang lebih dari 2 minggu
merupakan batuk yang bersifat kronis. Batuk pada Tn. Tyo telah terjadi selama 1
bulan, yang dapat dikategorikan sebagai batuk kronis.
(Danusantoso,Halim.2010.Buku Saku Ilmu penyakit paru.Jakarta.EGC)
2. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah
lelah.
a. Bagaimana patofisiologi dari keluhan tambahan?
Jawab:
b. Apa makna tetangga Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama?
Jawab:
Tetangga Tn. Tyo menderita keluhan yang sama berpotensi menularkan
penyakitnya melalui droplet nuclei (airbone disease).
Cara penularan:
1. Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA (+)
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularn terjadi di dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sinar UV dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.
Mencegah Penyakit Tb :
Tindakan preventif:
1. Pengidap TBC di paru-paru diminta menutup hidung dan mulutnya
apabila mereka batuk dan bersin.
2. Pengidap TBC harus dipisahkan dari orang lain sampai tidak bisa
menular lagi.
Kesehatan lingkungan
1. Sedapat mungkin hindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat
2. Tingkatakan ventilasi rumah
3. Ajaklah agar setiap orang berpendapat bahwa meludah adalah suatu
kebiasaan menjijikkan yang tidak dapat diterima. Ajarilah bahwa
meludah menyebarkan penyakit.
4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 37,7oC
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:
5. keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru
6. Pemeriksaan penunjang:
laboratorium: Hb: 9g%, WBC: 6500/mm3, LED 80 mm/jam, hitung jenis
0/2/2/76/14/6. Hasik pemeriksaan sputum BTA I (++), BTA II (-), BTA III (+).
Radiologi: Gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?
1) Anamnesis :
- Batuk berdahak
- Demam dan berkeringat
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Badan terasa lemah dan mudah lelah
2) Pemeriksaan fisik :
- TD 100/60 mmHg
- nadi 104x/menit
- RR 24x/menit
- suhu 37,7 º C
3) Keadaan spesifik :
- kepala :konjungtiva palpebra pucat
- Auskultasi : vesikuler meningkat dan ronkhi basah sedang pada
lapangan atas kedua paru
Batuk produktif + + +
Nafsu makan turun + + +
BB turun + - +
Badan lemah + + +
Mudah lelah + - -
Demam malam + + +
hari
BTA + + +
Foto rontgen Infiltrat Infiltrat dan konsolidasi -
Ronkhi basah sedang kasar Kasar
2) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan
lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
a) Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah
b) Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
c) Bayangan bercak milier
d)Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
3) Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis.
4) Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
terjadi
Prinsip pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).
Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti TB (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan. (Depkes RI.2011)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3
Tabel 3 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1
Kategori -2, Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2:
2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
sebagaimana dalam Tabel 4
Tabel 4. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2
Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkanaquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).
Paket sisipan Kombipak adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari) sebagaimana dalam Tabel
(Depkes RI.2011)
Vaksin BCG
Bacille Calmette-Guerin (BCG), satu bentuk strain hidup basil TB sapi yang
dilemahkan adalah jenis vaksin yang sering dipakai di berbagai negara. Pada vaksinasi
BCG, organism ini disuntikkan kekulit untuk membentuk focus primer yang
Menjaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur, istirahat
cukup dan makan-makanan yang bergizi yang baik dan seimbang.
Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tubuh/ imunitas
tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stress
Lakukan imunisasi BCG pada bayi/ anak
Memakai masker khusus TBC M95
Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mengandung udara segar
Menjemur di udara dan di bawah sinar matahari semua bahan-bahan seperti
selimut, wol, katun, dsb. (Yuniata, 2012)
Kesehatan lingkungan
Sedapat mungkin hindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat
Tingkatakan ventilasi rumah
Ajaklah agar setiap orang berpendapat bahwa meludah adalah suatu kebiasaan
menjijikkan yang tidak dapat diterima. Ajarilah bahwa meludah menyebarkan
penyakit.
Untuk anak, terutama balita yang tinggal serumah/ kontak erat dengan penderita
Tb dengan BTA (+), perlu dilakukan pemeriksaan dengan sistem skoring didapat
skor <5 (diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-10mg/BB Kg/Hari selama 6
Kompetensi 4A, mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya:
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)
“ secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki
lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang
fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia”. (Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36)
2.6 Kesimpulan
FR: Umur produktif, buruh, tinggal diruamh susun dan tetangga dengan keluhan yang sama
Tb Paru
Al-quran
Danusantoso,H.2010.Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta.EGC
Davey,Patrick.2006.At a Glance Medicine.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis . Jakarta : Depeartemen Kesehatan Republik Indonesia
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC
Isselbacher, dkk, 2012. Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam : Jakarta : EGC
Marcellus Simadibrata K. 2014, Ilmu Penyakit Dalam jlid 3 edisi VI. Jakarta: EGC
Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta :Konsil
Kedokteran Indonesia
Kumar, V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H., ed. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC