Anda di halaman 1dari 47

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Respirasi adalah Blok XIII pada Semester 4 dari Kurikulum
Berbasis Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan


pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada kesempatan yang akan
datang. Pada kesempatan kali ini akan memaparkan kasus Tn. Tyo, 35 tahun, buruh,
tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit dengan keluhan batuk berdahak
yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Dahak berwana putih. Keluhan
tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam hari, penurunan nafsu
makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah lelah. Tn, Tyo tinggal
dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun. Tetangga kerja Tn. Tyo
ada yang mengalami keluhan yang sama.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan tutorial studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan dari sistem
pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Fakultas Kedokteran
Muhammadiyah.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial.

Skenario A blok XIII 1


BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Data Tutorial

Tutor : dr. Thia Prameswarie

Moderator : Poppy Maelandasari

Sekretaris Meja : Dita Mutiara Irawan

Sekretaris Papan : Ikrima Kamillah

Hari/Tanggal : Senin, 13 Juni 2016, Pukul 08:00 – 10.00 WIB


Rabu, 15 Juni 2016, Pukul 08.00 – 10.00 WIB

Peraturan Tutorial : 1. Semua anggota tutorial harus mengeluarkan pendapat.


2. Mengacungkan tangan jika ingin memberi pendapat.
3. Berbicara dengan sopan dan penuh tata karma.
4. Izin bila ingin keluar ruangan.

2.2 Skenario Kasus

Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu. Dahak
berwana putih. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam
hari, penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah lelah.
Tn, Tyo tinggal dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun. Tetangga
Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama.

Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 37,7o C
keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru
Inspeksi: statis dan dinamis simetris

Skenario A blok XIII 2


palpasi: stem fremitus simetris
perkusi: sonor kedua lapangan paru
auskultasi: vesikuler meningkat dan rongki basah sedang pada lapangan atas
kedua paru
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal
Pemeriksaan penunjang:
laboratorium: Hb: 9g%, WBC: 6500/mm3, LED 80 mm/jam, hitung jenis 0/2/2/76/14/6,
Hasil pemeriksaan sputum BTA I : (++), BTA II : (-), BTA III : (+)
Radiologi : gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru

2.3 Klarifikasi Istilah

1. Batuk : Eksplusi udara dari dalam paru yang tiba-tiba


sambil mengeluarkan suara (dorland hal,262)
2. Dahak : Bahan yang dikeluarkan lewat mulut, berasal dari
trakea, bronkus, dan paru.
3. Demam : Peningkatan suhu tubuh diatas normal
(36,5-37,5C)(dorland hal,425)
4. Berkeringat : Keluarnya air melalui pori-pori tubuh karna panas,
cairan jernih yang disekresikan kelenjar keringat
(dorland hal,1038)
5. Sonor : Bunyi nyaring yang terdengar pada saat perkusi
6. Ronki basah : Bunyi kontinyu seperti mengorok pada
tenggorokan atau tabung bronkial karena distruksi
parsial (dorland hal,943)
7. Stem fremitus : Getaran yang terasa saat palpasi (dorland hal,454)
8. Vesikular meningkat: Peningkatan bunyi nafas pada paru selama
ventilasi (dorland hal,1180)

Skenario A blok XIII 3


2.4 Identifikasi Masalah

1. Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu
dan dahak berwarna putih.
2. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah
lelah.
3. Tn. Tyo tinggal dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun.
Tetangga Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama.
4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu
37,7o C
5. keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru
Inspeksi: statis dan dinamis simetris
palpasi: stem fremitus simetris
perkusi: sonor kedua lapangan paru
auskultasi: vesikuler meningkat dan rongki basah sedang
pada lapangan atas kedua paru
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal.
6. Pemeriksaan penunjang:
laboratorium: Hb: 9g%, WBC: 6500/mm3, LED 80 mm/jam, hitung jenis
0/2/2/76/14/6. Hasik pemeriksaan sputum BTA I (++), BTA II (-), BTA III (+).
Radiologi: Gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru
2.5 Analisis Masalah
1. Tn. Tyo, 35 tahun, buruh, tinggal dirumah susun, datang berobat kerumah sakit
dengan keluhan batuk berdahak yang semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu dan
dahak berwarna putih.

Skenario A blok XIII 4


a. Bagaimana anatomi, histologi, dan fisiologi dari sistem respirasi?
Jawab:

ANATOMI SISTEM PERNAPASAN

a. Hidung ; Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam rongga hidung.


Saluran-saluran itu bermuara ke dalam bagian yang dikenal sebagai
vestibulum (rongga) hidung.
b. Farinx (tekak) ; adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak
sampai persambungannya dengan oesopagus pada ketinggian tulang
rawan krikoid. Maka ‘letaknya di belakang larinx (larinx-faringeal).
c. Laringx (tenggorok) terletak di depan bagian terendah farinx yang
mernisahkan dari columna vertebrata, berjalan dari farinx sampai
ketinggian vertebrata servikals dan masuk ke dalarn trachea di bawahnya.
Larynx terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligarnen dan membran.
d. Trachea atau batang tenggorok kira-kira 9 cm panjangnya trachea
berjalan dari larynx sarnpai kira-kira ketinggian vertebrata torakalis
kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi dua bronckus (bronchi)
e. Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-
kira vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.

Skenario A blok XIII 5


Cabang utama bronchus kanan dan kiri bercabang lagi menjadi bronchus
lobaris dan kernudian menjadi lobus segmentalis. Percabangan ini
berjalan terus menjadi bronchus yang ukurannya semakin kecil, sampai
akhirnya menjadi bronkhiolus terminalis, yaitu saluran udara terkecil
yang tidak mengandung alveoli (kantong udara).
f. Alveolus yaitu tempat pertukaran gas assinus terdiri dari bronkhiolus dan
respiratorius yang terkadang memiliki kantong udara kecil atau alveoli
pada dindingnya.
g. Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan.
Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam
rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikai.
Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan
inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. (Snell, Richard S. 2006.)

FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN

Skenario A blok XIII 6


 Fungsi paru

1. Terdapat permukaan gas-gas yaitu mengalirkan Oksigen dari udara


atmosfer kedarah vena dan mengeluarkan gas carbondioksida dari alveoli
keudara atmosfer.
2. menyaring bahan beracun dari sirkulasi
3. reservoir darah
4. fungsi utamanya adalah pertukaran gas-gas

 Fungsi paru non-respirasi, yaitu:

1. Pembuangan air dan eliminasi panas


2. Membantu venus return
3. Keseimbangan asam basa
4. Vokalisasi
5. Penghidu

 Terdapat dua jenis respirasi, yaitu:

1. Respirasi internal (seluler), merupakan proses metabolisme


intraseluler, menggunakan O2 dan memproduksi CO2 dalam rangka
membentuk energi dari nutrien.
2. Respirasi eksternal, merupakan serangkaian proses yang
melibatkan pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan luar dan sel tubuh.
Tahap respirasi ekstrenal:
a. Pertukaran udara atmosfir dan alveoli dengan
mekanisme ventilasi.
b. Pertukaran O2 dan CO2 alveoli dan kapiler pulmonal
melalui mekanisme difusi.
c. O2 dan CO2 ditranspor oleh darah dari paru ke jaringan.
d. Pertukaran O2 dan CO2 antara jaringan dan darah
dengan proses difusi melintasi kapiler sistemik

Skenario A blok XIII 7


Tahap a & b oleh sistem respirasi, sedangkan tahap c & d oleh sistem
sirkulasi. (Kumar, V., et al., 2007)

HISTOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Saluran pernapasan, secara umum dibagi menjadi pars konduksi dan pars respirasi.
Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel respirasi, yaitu epitel bertingkat silindris
bersilia dengan sel goblet. Dengan menggunakan mikroskop elektron dapat dilihat ada
5 macam sel epitel respirasi yaitu sel silindris bersilia, sel goblet mukosa, sel sikat (brush
cells), sel basal, dan sel granul kecil. (Junquereira LC, Carneiro J. 1982)

Skenario A blok XIII 8


epitel respiratorik, berupa epitel bertingkat silindris bersilia dengan sel goblet

Rongga hidung
Rongga hidung terdiri atas vestibulum dan fosa nasalis. Pada
vestibulum di sekitar nares terdapat kelenjar sebasea dan vibrisa (bulu
hidung). Epitel di dalam vestibulum merupakan epitel respirasi sebelum
memasuki fosa nasalis. Pada fosa nasalis (cavum nasi) yang dibagi dua oleh
septum nasi pada garis medial, terdapat konka (superior, media, inferior)
pada masing-masing dinding lateralnya. Konka media dan inferior ditutupi
oleh epitel respirasi, sedangkan konka superior ditutupi oleh epitel
olfaktorius yang khusus untuk fungsi menghidu/membaui. Epitel
olfaktorius tersebut terdiri atas sel penyokong/sel sustentakuler, sel
olfaktorius (neuron bipolar dengan dendrit yang melebar di permukaan
epitel olfaktorius dan bersilia, berfungsi sebagai reseptor dan memiliki
akson yang bersinaps dengan neuron olfaktorius otak),  sel basal
(berbentuk piramid) dan kelenjar Bowman pada lamina propria. Kelenjar
Bowman menghasilkan sekret yang membersihkan silia sel olfaktorius
sehingga memudahkan akses neuron untuk membaui zat-zat. Adanya
vibrisa, konka dan vaskularisasi yang khas pada rongga hidung membuat

Skenario A blok XIII 9


setiap udara yang masuk mengalami pembersihan, pelembapan dan
penghangatan sebelum masuk lebih jauh.

epitel olfaktori, khas pada konka superior

Sinus paranasalis
Terdiri atas sinus frontalis, sinus maksilaris, sinus ethmoidales dan
sinus sphenoid yang dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan
mengandung sel goblet yang lebih sedikit serta lamina propria yang
mengandung sedikit kelenjar kecil penghasil mukus yang menyatu
dengan periosteum. Aktivitas silia mendorong mukus ke rongga hidung.

Faring
Nasofaring dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak
dengan palatum mole, sedangkan orofaring dilapisi epitel tipe
skuamosa/gepeng.

Laring
Laring merupakan bagian yang menghubungkan faring dengan trakea.
Epiglotis merupakan juluran dari tepian laring, meluas ke faring dan
memiliki permukaan lingual dan laringeal. Bagian lingual dan apikal
epiglotis ditutupi oleh epitel gepeng berlapis, sedangkan permukaan

Skenario A blok XIII 10


laringeal ditutupi oleh epitel respirasi bertingkat bersilindris bersilia. Di
bawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa. Di bawah
epiglotis, mukosanya membentuk dua lipatan yang meluas ke dalam lumen
laring: pasangan lipatan atas membentuk pita suara palsu (plika
vestibularis) yang terdiri dari epitel respirasi dan kelenjar serosa, serta di
lipatan bawah membentuk pita suara sejati yang terdiri dari epitel berlapis
gepeng, ligamentum vokalis (serat elastin) dan muskulus vokalis (otot
rangka). Otot muskulus vokalis akan membantu terbentuknya suara dengan
frekuensi yang berbeda-beda.

Trakea
Permukaan trakea dilapisi oleh epitel respirasi. Terdapat kelenjar
serosa pada lamina propria dan tulang rawan hialin berbentuk C
(tapal kuda), yang mana ujung bebasnya berada di bagian posterior trakea.
Cairan mukosa yang dihasilkan oleh sel goblet dan sel kelenjar membentuk
lapisan yang memungkinkan pergerakan silia untuk mendorong partikel
asing. Sedangkan tulang rawan hialin berfungsi untuk menjaga lumen
trakea tetap terbuka. Pada ujung terbuka (ujung bebas) tulang rawan hialin
yang berbentuk tapal kuda tersebut terdapat ligamentum fibroelastis dan
berkas otot polos yang memungkinkan pengaturan lumen dan mencegah
distensi berlebihan.

Bronkus
Mukosa bronkus secara struktural mirip dengan mukosa trakea,
dengan lamina propria yang mengandung kelenjar serosa , serat elastin,
limfosit dan sel otot polos. Tulang rawan pada bronkus lebih tidak teratur
dibandingkan pada trakea; pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin
tulang rawan mengelilingi seluruh lumen, dan sejalan dengan mengecilnya
garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh pulau-pulau
tulang rawan hialin.

Bronkiolus

Skenario A blok XIII 11


Bronkiolus tidak memiliki tulang rawan dan kelenjar pada
mukosanya. Lamina propria mengandung otot polos dan serat elastin.
Pada segmen awal hanya terdapat sebaran sel goblet dalam epitel. Pada
bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris
bersilia, yang makin memendek dan makin sederhana sampai menjadi
epitel selapis silindris bersilia atau selapis kuboid pada bronkiolus
terminalis yang lebih kecil. Terdapat sel Clara pada epitel bronkiolus
terminalis, yaitu sel tidak bersilia yang  memiliki granul sekretori dan
mensekresikan protein yang bersifat protektif. Terdapat juga badan
neuroepitel yang kemungkinan berfungsi sebagai kemoreseptor.

Bronkiolus respiratorius
Mukosa bronkiolus respiratorius secara struktural identik dengan
mukosa bronkiolus terminalis, kecuali dindingnya yang diselingi dengan
banyak alveolus. Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel
kuboid bersilia dan sel Clara, tetapi pada tepi muara alveolus, epitel
bronkiolus menyatu dengan sel alveolus tipe 1. Semakin ke distal
alveolusnya semakin bertambah banyak dan silia semakin jarang/tidak
dijumpai. Terdapat otot polos dan jaringan ikat elastis di bawah epitel
bronkiolus respiratorius.

Duktus alveolaris
Semakin ke distal dari bronkiolus respiratorius maka semakin banyak
terdapat muara alveolus, hingga seluruhnya berupa muara alveolus yang
disebut sebagai duktus alveolaris. Terdapat anyaman sel otot polos pada
lamina proprianya, yang semakin sedikit pada segmen distal duktus
alveolaris dan digantikan oleh serat elastin dan kolagen. Duktus alveolaris
bermuara ke atrium yang berhubungan dengan sakus alveolaris. Adanya
serat elastin dan retikulin yang mengelilingi muara atrium, sakus
alveolaris dan alveoli memungkinkan alveolus mengembang sewaktu
inspirasi, berkontraksi secara pasif pada waktu ekspirasi secara normal,

Skenario A blok XIII 12


mencegah terjadinya pengembangan secara berlebihan dan pengrusakan
pada kapiler-kapiler halus dan septa alveolar yang tipis.

Alveolus
Alveolus merupakan struktur berongga tempat pertukaran gas oksigen
dan karbondioksida antara udara dan darah. Septum interalveolar
memisahkan dua alveolus yang berdekatan, septum tersebut terdiri atas 2
lapis epitel gepeng tipis dengan kapiler, fibroblas, serat elastin, retikulin,
matriks dan sel jaringan ikat. 
Terdapat sel alveolus tipe 1 yang melapisi 97% permukaan alveolus,
fungsinya untuk membentuk sawar dengan ketebalan yang dapat dilalui gas
dengan mudah. Sitoplasmanya mengandung banyak vesikel pinositotik
yang berperan dalam penggantian surfaktan (yang dihasilkan oleh sel
alveolus tipe 2) dan pembuangan partikel kontaminan kecil. Antara sel
alveolus tipe 1 dihubungkan oleh desmosom dan taut kedap yang mencegah
perembesan cairan dari jaringan ke ruang udara.
Sel alveolus tipe 2 tersebar di antara sel alveolus tipe 1, keduanya
saling melekat melalui taut kedap dan desmosom. Sel tipe 2 tersebut berada
di atas membran basal, berbentuk kuboid dan dapat bermitosis untuk
mengganti dirinya sendiri dan sel tipe 1. Sel tipe 2 ini memiliki ciri
mengandung badan lamela yang berfungsi menghasilkan surfaktan paru
yang menurunkan tegangan alveolus paru.
Septum interalveolar mengandung pori-pori yang menghubungkan
alveoli yang bersebelahan, fungsinya untuk menyeimbangkan tekanan
udara dalam alveoli dan memudahkan sirkulasi kolateral udara bila sebuah
bronkiolus tersumbat.

Pleura
Pleura merupakan lapisan yang memisahkan antara paru dan dinding
toraks. Pleura terdiri atas dua lapisan: pars parietal dan pars viseral. Kedua
lapisan terdiri dari sel-sel mesotel yang berada di atas serat kolagen dan
elastin.( Junquereira LC, Carneiro J. 1982)

Skenario A blok XIII 13


b. Bagaimana hubungan jenis kelamin, usia dan sosial economi dengan keluhan
utama ?
Jawab:

 Jenis kelamin : laki-laki 2,2 x lipat lebih besar terkena karena laki-
laki mempunyai kebiasaan merokok (Depkes RI,2002)
 Usia : mengenai usia dewasa muda adalah kelompok usia
produktif yaitu 15-50 tahun.
 Pekerjaan : sebagai buruh dia memiliki status sosial ekonomi
keluarga rendah, menyebabkan kondisi hunian yang tinggi, buruknya
lingkungan, masalah kurang gizi, serta rendah nya pelayanan kesehatan.
 Tempat tinggal: semakin padat tempat tinggal maka perpindahan
penyakit, khususnya penyakit menular melalui udara akan semakin
mudah dan cepat. Apalagi terdapat anggota keluarga yang menderita
TB dengan BTA positif.

Sintesis:
1. Umur
Usia 40 tahun merupakan usia produktif, batuk kronik dapat juga
menandakan adanya infeksi pada sistim pernapasan. Infeksi ini
kemungkinan didapat ketika bekerja atau dari lingkungan tempat tinggal.
Penyakit ini biasanya mengenai usia dewasa muda antara umur 15-45 tahun.
Sekitar 95% penderita TB paru berada pada negara berkembang, dimana
75% diantaranya adalah usia produktif.
2. Jenis kelamin
Faktor yang lebih besar terdapat pada laki-laki, hal ini dimungkinkan karena
laki-laki lebih banyak melakukan aktivitas sehingga lebih sering terpajan
oleh penyebab penyakit ini dan banyak faktor lain seperti merokok serta
minuman beralkohol yang dapat menurunkan sistim pertahannan tubuh,
sehingga lebih mudah dipaparkan dengan agen penyebab TB-Paru, tetapi
tidak menutup kemungkinan untuk perenpuan dapat terinfeksi penyakit
yang sama

Skenario A blok XIII 14


3. Pekerjaan
Tn.Tyo bekerja sebagai seorang buruh ia sering menghirup udara yang
kurang bagus seperti asap/gas pabrik, debu dan kemungkin ada teman kerja
atau orang-orang disekitarnya yang menderita penyakit yang sama seperti
yang dikeluhkan oleh Tn.Tyo, serta status sosial ekonomi yang rendah dapat
menyebabkan masalah kurang gizi, sehingga daya tahan tubuh yang rendah
mengakibatkan mudahnya terjadinya penularan penyakit.
4. Tempat tinggal
Semakin padat tempat tinggal maka perpindahan penyakit, khususnya
penyakit menular melalui udara akan semakin mudah dan cepat. Tn.Tyo
tinggal di rumah susun yang biasanya dihuni oleh banyak orang (padat) dan
juga ventilasi udara yang kurang baik. Lingkungannya yang kurang bersih,
terdapatnya kemiskinan, kepadatan penduduk serta ventilasi udara yang
kurang baik memungkinkan beberapa kuman untuh tumbuh subur, salah
satunya yakni Mycobacterium tuberculosis.

c. Apa penyebab dari batu berdahak?


Jawab:
 Stimulasi inflamasi
 Edema dan hiperemi membrana mukosa sistem respirasi seperti
bronkitis bakteri, penyakit salesma, common cold
 Iritasi akibat proses eksudat  faringitis, laringitis, bronkiolitis,
pneumonitis, abses paru
 Mekanik
 Inhilasi pertikel kecil
 Kompresi saluran nafas serta tegangan dan tekanan (karsinoma
bronkogenik)
 Kimia
 Inhalasi gas iritatif termasuk asap rokok dan gas kimia
 Pengunaan preparat preparat enzim pengubah agiotensin dan ace
inhibitor
 Terminal pada reseptor batuk (inhalasi udara yang sangat dingin / panas)

Skenario A blok XIII 15


(Isselbacher, 2012)

1. Dasarnya adalah iritasi dari mukosa bronkus yang dapat disebabkan


oleh imflamasi (peradangan) baik oleh bakteri, virus, dan jamur.
(infeksi saluran nafas)
2. Dari iritasi benda asing dan termal, bisa juga alergi.
3. Penyakit saluran nafas akut : faringitis, laryngitis, bronchitis,
bronkiolitis.
4. Penyakit saluran nafas kronik : bronchitis, bronklektasis, asma,
emfisema.
5. Penyakit parenkrimal : pneumonia, abses, parasit.
6. Penyakit kardiovasuler : edema paru, infark paru.
7. Iritasi lingkungan : rokok, gas, debu, bahan kimia (obat-obatan)
8. Neoplasma : Ca paru, metastatis tumor.
9. Penyakit paru restriktif : penyakit interstisial, degenerative.
(Suyono, Slamet ,dkk. 1996)

d. Bagaimana klasifikasi batuk dan dahak?


Jawab:
1. Batuk berdasarkan durasi :
a. Batuk akut (<3 minggu) paling sering karena infeksi saluran napas
atas ( khususnya common cold, sinusitis bakterial akut, dan pertusis),
tetapi kelainan yang lebih serius seperti pneumonia, emboli paru, dan
congestive heart failure, juga dapat terjadi.
b. Batuk subakut (3-8 minggu). Untuk diagnosis batuk jenis ini
direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi
empiric dan uji lab terbatas. Penyebab yang paling umum adalah
batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi
adalah batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak
komplikasi dengan pneumonia dan umumnya dapat sembuh tanpa
pengobatan.
c. Batuk kronik (>8 minggu) pada perokok meningkatkan kemungkinan
PPOK atau kanker bronkogenik. Pada bukan perokok dengan foto

Skenario A blok XIII 16


toraks normal dan tidak menggunakan ACE inhibitor, penyebab batuk
paling sering adalah postnasal drip, asma, dan gastroesophageal
reflux.
2. Batuk berdasarkan tanda klinis :
a. Batuk rejan. Batuk yang kerap diakhiri dengan suara seperti ingin
muntah ketika kita mengambil nafas. Batuk seperti ini disebabkan
oleh bakteri pertussis, yang dapat menular melalui droplet dari hidung
atau mulut orang yang terinfeksi, yang dapat keluar karena bersin,
batuk, atau tertawa. 
b. Batuk sesak (croup). Batuk dengan suara nafas yang keras, seperti ada
lendir di dalam dada. Suara yang timbul adalah akibat dari
pembengkakan di sekitar pita suara (pangkal tenggorokan) dan batang
tenggorokan disebabkan oleh virus.
c. Batuk kering. Batuk dengan suara nyaring dan membuat perut ikut
sakit, biasanya makin parah saat malam hari disebabkan karena,
bronchiolitis, atau asma.
d. Batuk produktif/ batuk basah. Batuk yang sering diiringi dengan riak
atau lendir, yang biasanya disebabkan oleh infeksi atau asma.
e. Batuk bronchiolitis. Batuk yang diikuti suara nyaring seperti
bersiul saat bernafas. Batuk seperti ini biasanya disebabkan infeksi
virus yang terjadi pada saluran udara kecil pada paru-paru yang
disebut bronchioles. Penyebab lainnya adalah asma.

Sputum( dahak)

Ada 4 jenis sputum yang mempunyai karakteristik yang berbeda:

1. Serous:
a. Jernih dan encer, pada edema paru akut
b. Berbusa, kemerahan, pada alveolar cell cancer
2. Mukoid:
a. Jernih keabu-abuan, pada bronchitis kronik
b. Putih kental, pada asma
3. Purulen:-

Skenario A blok XIII 17


a. Kuning, pada pneumonia
b. Kehijauan, pada bronkiekasos, abses paru
4. Rusty (blood-stained):
a. Kuning tua/ cokat/merah-kecoklatan seperti warna karat, pada
Pneumoccal Pneumonia.(Sudoyo,2015)

e. Apa makna batu berdahak semakin bertambah sejak 1 bulan yang lalu dan
berwarna putih?
Jawab:
Merupakan batuk kronik, dan dapat disebabkan karena infeksi, batuk kronik
ini dapat menyingkirkan diagnosis banding pneumonia akut.

Sintesis:

Keluhan Batuk yang berdahak dan semakin bertambah ini berarti batuk
telah menjadi batuk produktif karena bakteri telah menyebar ke sekret-sekret dan
menetap di saluran nafas bahkan sudah sampai ke alveoli itulah menyebabkan
progresifnya dan semakin produktifnya batuk
Kemudian, dilihat dari lamanya batuk yang dirasakan oleh Tn. Tyo,
batuk 3-8 minggu merupakan batuk primer dan batuk yang lebih dari 2 minggu
merupakan batuk yang bersifat kronis. Batuk pada Tn. Tyo telah terjadi selama 1
bulan, yang dapat dikategorikan sebagai batuk kronis.
(Danusantoso,Halim.2010.Buku Saku Ilmu penyakit paru.Jakarta.EGC)

f. Bagaimana mekanisme batuk berdahak pada kasus?


Jawab:
Bakteri TBC ( mycobacterium tuberculosis ) masuk ke dalam saluran
pernapasan masuk ke tubuh berupa Gumpalan kecil à masuk ke
respiratorius menempel disilia saluran pernapasan  terjadi
pertahanan fisik melalui silia saluran pernapasan  stimulasi reseptor
iritan  refleks batuk
kemudian berlanjut terjadi pertahanan melalui netrofil, makrofag,dan
sel goblet menghasilkan mucus berlebih  transfor mukosilier  batuk

Skenario A blok XIII 18


berdahak, sebagian menjadi dormant  dormant diproses oleh APC
dibawa ke KGB terdekat (T-helper)  diferensiasi menjadi Th1 yang
mengeluarkan IL-2  aktivasi sel T sitotoksik (reseptor IL-2) 
dikeluarkan sitotoksin untuk membunuh dormant  kuman + makrofag
hancurà batuk produktif
(Sudoyo, 2009, Price, 2005)

2. Keluhan tersebut disertai demam dan berkeringat terutama pada malam hari,
penurunan nafsu makan, penurunan berat badan, badan terasa lemah dan mudah
lelah.
a. Bagaimana patofisiologi dari keluhan tambahan?
Jawab:

Droplet nuclei (M. tuberculosis) masuk ke saluran napas

partikel< 5 µm akan terus masuk ke laring, trakea dan bronkus

menempel di silia saluran pernapasan

terjadi pertahanan fisik melalui silia saluran pernapasan

kemudian berlanjut terjadi pertahanan melalui netrofil,


makrofag dan sel goblet menghasilkan mukus berlebihan

transfor mukosilier → batuk berdahak

sebagian menjadi dormant dan diproses oleh APC

Skenario A blok XIII 19


dibawa ke KGB terdekat (T-helper)

diferensiasi menjadi Th1 yang


Efek sitokin pada SSP (hipotalamus)
mengeluarkan IL-2 (sitokin)

demam produksi prostaglandin


(37,7oC)

Hemostatis tubuh impuls ke korteks serebral →


leptin↑

Peningkatan eksresi air


nafsu makan ↓ suplai nutrisi

evaporasi
berat badan ↓ lemas mudah
lelah
berkeringat
b. Apa hubungan keluhan tambahan dengan keluhan utama?
Jawab:
Hubungan keluhan utama berupa batuk berdahak dengan demam dan
berkeringat terutama pada malam hari, penurunan nafsu makan, penurunan
berat badan, badan terasa lemah dan mudah lelah merupakan bentuk gejala
yang disebabkan adanya infeksi dari mikoorganisme dan pada kasus ini
disebabkan oleh infeksi Micobacterium tuberculosis.

c. Apa makna dari keluhan tambahan?


Jawab:

Keluhan merupakan gejala klinis dari penyait TB paru. Antara lain:


1. Gejala respiratorik
a. Batuk ≥ 3 minggu ( kering, berdahak atau berdarah )
b. Sesak napas
c. Nyeri dada
2. Gejala sistemik
a. Keringat dan demam lama pada malam hari
b. Badan terasa lemah
c. Nafsu makan dan BB ↓

Skenario A blok XIII 20


3. Tn. Tyo tinggal dirumah bersama istri dan 1 orang anak yang berusia 3 tahun.
Tetangga Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama.
a. Apa dampak penyakit yang dialamai Tn. Tyo terhadap istri dan anaknya yang
berusia 3 tahun?
Jawab:
Istri dan anak Tn.Tyo mungkin saja akan mengalami keluhan yang sama bila
tidak di lakukan tindakan preventif.
Resiko penularan:
1. Kontak langsung dengan penderita tuberculosis. Resiko tertular
tergantung dari tingkat pajanan percikan dahak. Pasien TB paru dengan
BTA (+) memberikan kemungkinan resiko penularan lebih besar dari
pada pasien TB dengan BTA (-).
2. Factor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB
adalah daya tahan tubuh yang rendah, di antaranya infeksi HIV/AIDS dan
malnutrisi.
3. Berasal dari negara yang berprevalensi tuberkulosis tinggi.
4. Terus menerus terpajan dengan penderita tuberculosis.

b. Apa makna tetangga Tn. Tyo ada yang mengalami keluhan yang sama?
Jawab:
Tetangga Tn. Tyo menderita keluhan yang sama berpotensi menularkan
penyakitnya melalui droplet nuclei (airbone disease).
Cara penularan:
1. Sumber penularan adalah pasien TB dengan BTA (+)
2. Pada waktu batuk atau bersin, pasien menyebarkan kuman ke udara
dalam bentuk percikan dahak (droplet nuclei). Sekali batuk dapat
menghasilkan sekitar 3000 percikan dahak.
3. Umumnya penularn terjadi di dalam ruangan dimana percikan dahak
berada dalam waktu yang lama. Ventilasi dapat mengurangi jumlah
percikan, sinar UV dapat membunuh kuman. Percikan dapat bertahan
beberapa jam dalam keadaan yang gelap dan lembab.

Skenario A blok XIII 21


4. Daya penularan seseorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman yang
dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat kepositifan hasil
pemeriksaan dahak, makin menular pasien tersebut
5. Factor yang memungkinkan seseorang terpajan kuman TB ditentukan
oleh konsentrasi percikan dalam udara dan lamanya menghirup udara
tersebut.

c. Bagaimana cara penularan dari kemungkinan penyakit pada kasus?


Jawab:

Penularan M. Tb mudah terjadi pada :

1. Hunian padat → misalnya penjara, rumah sakit, tempat yang kurang


ventilasi. Karena bakteri M. Tb dapat mati akibat sinar ultraviolet.
Sehingga butuhnya pencahayaan di dalam rumah dengan adanya ventilasi
2. Situasi sosial-ekonomi yang tidak menguntungkan → misalnya
malnutrisi dan pelayanan kesehatan yang buruk
3. Pekerjaan → misalnya petugas laboratorium
(Sudoyo, Aru, 2009)

d. Bagaimana cara pencegah penularan pada penyakit pada kasus?


Jawab:

Mencegah penularan Tb:

1. Mengobati pasien Tb Paru BTA (+) sampai sembuh (upaya terpenting)


2. Menganjurkan pada pasien Tb agar menutup mulut dengan sapu tangan
bila batuk/bersin dan tidak meludah di sembarang tempat
3. Peningkatan sosial-ekonomi → misalnya dengan cara perbaikan
status gizi, perbaikan perumahan dan lingkungan dan peningkatan
pelayanan kesehatan.

Mencegah Penyakit Tb :

Skenario A blok XIII 22


1. memberikan imunisasi BCG pada bayi
2. peningkatan gizi
3. memberikan pengobatan penceghan pada anak balita tanpa gejala Tb tetapi
tinggal serumah dengan pasien Tb Paru BTA (+). Dengan memberikan
Isoniazid 5mg/KgBB/hari selama 6 bulan. Jika belum pernah BCG, maka
BCG diberikan sesudah mengkonsumsi Isoniazid.

Tindakan preventif:
1. Pengidap TBC di paru-paru diminta menutup hidung dan mulutnya
apabila mereka batuk dan bersin.
2. Pengidap TBC harus dipisahkan dari orang lain sampai tidak bisa
menular lagi.

Pencegahan untuk keluarga:

1. Menjaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur,


istirahat cukup dan makan-makanan yang bergizi yang baik dan
seimbang.
2. Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tubuh/
imunitas tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stress
3. Lakukan imunisasi BCG pada bayi/ anak
4. Memakai masker khusus TBC M95
5. Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
6. Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mengandung udara segar
7. Menjemur di udara dan di bawah sinar matahari semua bahan-bahan
seperti selimut, wol, katun, dsb. (Yuniati, 2012)

Kesehatan lingkungan
1. Sedapat mungkin hindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat
2. Tingkatakan ventilasi rumah
3. Ajaklah agar setiap orang berpendapat bahwa meludah adalah suatu
kebiasaan menjijikkan yang tidak dapat diterima. Ajarilah bahwa
meludah menyebarkan penyakit.

Skenario A blok XIII 23


4. Untuk anak, terutama balita yang tinggal serumah/ kontak erat dengan
penderita Tb dengan BTA (+), perlu dilakukan pemeriksaan dengan
sistem skoring didapat skor <5 (diberikan isoniazid (INH) dengan dosis
5-10mg/BB Kg/Hari selama 6 bulan)). “bila anak tersebut belum pernah
mendapat imunisasi BCG, imunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan
dan pencegahan selesai.

4. Pemeriksaan fisik:
Kesadaran: compos mentis, BB 45 kg, TB 164 cm
Tanda Vital: TD 100/60 mmHg, Nadi104 x/menit, pernapasan 24 x/menit, suhu 37,7oC
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:

Keadaan Umum Pada keadaan fisiologis Interpretasi


pada kasus
Compos mentis Compos mentis Kondisi kesadaran optimal
RR 24x/menit 16-24 x/menit Frekuensi pernapasan normal
denyut nadi Nadi teraba 60-100 x/menit Tn Tyo.mengalami takikardi
104x/menit
TD 100/60 mmHg Tekanan sistolik 100-120 dan TD darah Tn. Tyo normal
diastolik 60-80
T 37,7o C  <36 o C :Hipotermi Suhu tubuh subfebris
 36-37,5 o C: Normal
IMT=  <18,5: Berat badan kurang Tn. Tyo memiliki IMT 16,72,
BB/TB2(m)  18,5-22,9: Berat badan yakni berat badan kurang
= 45 : (1,64)2 normal
= 16,72

5. keadaan spesifik:
Kepala: konjungtiva palpebra pucat
Thoraks: Paru

Skenario A blok XIII 24


Inspeksi: statis dan dinamis simetris
palpasi: stem fremitus simetris
perkusi: sonor kedua lapangan paru
auskultasi: vesikuler meningkat dan rongki basah sedang
pada lapangan atas kedua paru
Abdomen: datar, lemas, bising usus (+) normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas: dalam batas normal.

a. Bagaimana interpretasi dari keadaan spesifik?


Jawab:

Pemeriksaan spesifik Keadaan fisiologis Interpretasi


Kepala: konjungtiva palpebra  Konjungtiva Menandakan adanya anemia
pucat palpebra tidak pucat
Auskultasi thoraks:  Vesikuler tidak ↑ Vesikuler: Adanya media
Vesikuler meningkat meningkat / penghantar suara yang lebih
Ronki basah sedang pada menurun baik dari udara yang ada
lapangan atas kedua paru  Tidak terdapat ronki diparu
Ronchi basah sedang  Tidak ada bunyi Roncki basah sedang
tambahan Interpretasi :

Adanya cairan pada bronkus

6. Pemeriksaan penunjang:
laboratorium: Hb: 9g%, WBC: 6500/mm3, LED 80 mm/jam, hitung jenis
0/2/2/76/14/6. Hasik pemeriksaan sputum BTA I (++), BTA II (-), BTA III (+).
Radiologi: Gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru
a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan laboratorium?

Skenario A blok XIII 25


Hasil Rentang normal interpretasi
Pemeriksaan penunjang

Hb: 9 g% Perempuan : 12-16 Anemia


Lak-laki : 13-18
WBC: 6500/ uL 5000-10000 Normal
LED: 80m/Hr Wintrobe LED meningkat
Perempuan : 0-15
Laki-laki : 0-10
Westergren
Perempuan : 0-20
Laki-laki : 0-15
Hitungjenis: 0/2/2/76/14/6  Basofil: 0-1 % Peningkatan
 Eusinofil: 1-3 % neutrofil segmen dan

 Neutrofil batang: 2-6 % limfosit

 Neutrofil segmen: 50–70 %


 Limfosit: 20-40 %
 Monosit : 2-8 %
Sputum BTA 1(++) BTA (-) Terdapat basil tahan
Sputum BTA 2(-) asam pada
Sputum BTA 3(+) pemeriksaan sputum

Skenario A blok XIII 26


7. Bagaimana mekanisme dari seluruh hasil pemeriksaan?
Jawab:

Droplet nuclei (M. tuberculosis) masuk ke saluran napas

partikel< 5 µm akan terus masuk ke laring, trakea dan bronkus

menempel di silia saluran pernapasan

terjadi pertahanan fisik melalui silia saluran pernapasan

kemudian berlanjut terjadi pertahanan melalui netrofil, Neutrofil sengmen


makrofag dan sel goblet menghasilkan mukus berlebihan ↑, LED ↑

transfor mukosilier → batuk berdahak BTA positif

sebagian menjadi dormant dan diproses oleh APC

dibawa ke KGB terdekat (T-helper)

diferensiasi menjadi Th1 yang


Efek sitokin pada SSP (hipotalamus)
mengeluarkan IL-2 (sitokin)

Skenario A blok XIII 27


produksi prostaglandin demam
aktivasi sel T sitotoksik (reseptor (37,7oC)
IL-2) yang menghasilkan sitotoksin
untuk membunuh dormant impuls ke korteks serebral →
leptin↑
auskultasi
(vesikuler ↑) daerah sekitar mengalami kerusakan
& rontgen (nekrosis pengkijuan) nafsu makan ↓ suplai nutrisi ↓
(infiltrat)

sebagian sekret dari pengkijuan berat badan ↓ (Fe) ↓ → mudah


berada di bronkiolus (IMT= 16,73) anemia lelah
Ronkhi basah
sedang (Hb 9)

terganggunya proses pertukaran O2 menurunàkompensasi takikardi


gas

8. Bagaimana cara mendiagnosis


Konjungtiva pucatpada kasus?
O2 perifer menurun
Jawab:
a. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus ini?
Jawab:

1) Anamnesis :
- Batuk berdahak
- Demam dan berkeringat
- Penurunan nafsu makan
- Penurunan berat badan
- Badan terasa lemah dan mudah lelah
2) Pemeriksaan fisik :
- TD 100/60 mmHg
- nadi 104x/menit
- RR 24x/menit
- suhu 37,7 º C
3) Keadaan spesifik :
- kepala :konjungtiva palpebra pucat
- Auskultasi : vesikuler meningkat dan ronkhi basah sedang pada
lapangan atas kedua paru

Skenario A blok XIII 28


4) Pemeriksaan penunjang : Laboratorium
Hb: 9 g%, WBC: 6500/mm 3, LED 80 mm/jam, Hitung jenis
0/2/2/76/14/6. Hasil pemeriksaan sputum BTA I : (++), BTA II : (-),
BTAIII: (+)
Radiologi: Gambaran infiltrat pada lapangan atas kedua paru.

9. Apa saja differential diagnosis pada kasus?


Jawab:

Kategori TB Paru Pneumonia Bronkitis kronik

Batuk produktif + + +
Nafsu makan turun + + +
BB turun + - +
Badan lemah + + +
Mudah lelah + - -
Demam malam + + +
hari
BTA + + +
Foto rontgen Infiltrat Infiltrat dan konsolidasi -
Ronkhi basah sedang kasar Kasar

10. Bagaimana pemeriksaan tambahan pada kasus?

Skenario A blok XIII 29


Jawab:
1) Pemeriksaan Bakteriologik
Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan dapat
mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other than
tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa cara,
baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid, uji
niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen yang
timbul.

2) Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Pemeriksaan
lain atas indikasi : foto apiko-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks,
tuberkulosis dapat memberi gambaran bermacam-macam bentuk (multiform).
Gambaran radiologik yang dicurigai sebagai lesi TB aktif :
a) Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus
atas paru dan segmen superior lobus bawah
b) Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak
berawan atau nodular
c) Bayangan bercak milier
d)Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)
3) Polymerase chain reaction (PCR)
Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA, termasuk
DNA M.tuberculosis.
4) Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda a.1:
a. Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respon
humoral berupa proses antigen-antibodi yang terjadi.
b. Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia.
c. Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang
terjadi

Skenario A blok XIII 30


d. ICT Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji
serologik untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum.
5) Pemeriksaan BACTEC
Menjadi salah satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk
membantu menegakkan diagnosis.
6) Pemeriksaan Cairan Pleura
Pemeriksaan analisis cairan pleura & uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan pada
penderita efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis.
7) Pemeriksaan histopatologi jaringan
Pemeriksaan biopsi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis, terutama
pada tuberkulosis ekstra paru
8) Pemeriksaan darah
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua sangat dibutuhkan.
9) Uji tuberkulin
Pemeriksaan ini sangat berarti dalam usaha mendeteksi infeksi TB di daerah dengan
prevalensi tuberkulosis rendah.

11. Apa working diagnosis pada kasus?


Jawab:
Tuberculosis Paru et causa infeksi miobacterium tuberculosis

12. Bagaimana tatalaksana pada kasus?


Jawab:
Jawab:

Nama Obat Haria 2x 3x Efek samping Pemantauan keterangan


n semingg semingg reaksi
u u

Obat lini pertama

Isoniazid (INH) 5 Maks. Maks. Kemerahan, Mengukur Priridoksin

Skenario A blok XIII 31


(300 15 (900 15 (900 kadar enzim tingkat dasar dapat
mg) mg) mg) hepatik, enzim mencegah
hepatitis, hepatis neuropati
neuropaati perifer
perifer, efek
system saraf
pusat ringan

Rifampin (RIF) 10 10 10 Gangguan Pengukuran Interaksi


(600 (600 mg) (600 mg) pencernaan, dasar nyata timbul
mg) interaksi obat, Trombosit akibat
hepatitis, CBC dan pemakaian
masalah- enzim metadon,
masalah hepatis kontrasepsi
perdarahan, dan obat-obat
kemerahan, lain, RIF
gagal ginjal, menyebabkan
demam. warna cairan
tubuh
menjadi
oranye.

Rifabutin (RFB) 5 5 Tidak Kemerahan, Pengukuran RFB


(300 (300 mg) diketahui hepatitis, dasar merupakan
mg) demam, Trombosit kontra
trombositopenia CBC dan indikasi untuk
enzim pasien yang
hepatis menggunakan
ritonavir atau
delavirdin,
warna cairan
tubuh
menjadi

Skenario A blok XIII 32


oranye.

Pirazinamid 15-30 50-70 50-70 Hepatitis, Pengukuran Hiperurisemia


(PZA) (2 g) (4 g) (3 g) hiperurisemia, tingkat dasar hanya diobati
gangguan asam urat apabila
pencernaan, dan enzim terdapat
kemerahan hepatis gejala pada
pasien,
mungkin
menyebabkan
pengontrolan
glukosa
menjadi lebih
sulit pada
penderita DM

Etambutol 15-25 50 25-30 Neuritis optikus, Uji Dapat timbul


(EMB) kemerahan ketajaman efek ocular
penglihatan lain dan
dan peningkatan
penglihatan gagal ginjal.
warna dasar
setiap bulan.

Streptomisin 15 25-30 25-30 Ototoksik, Tes dasar Untuk orang


(SM) (1 g) (1,5 g) (1,5 g) keracunan pada untuk dewasa di
ginjal pendengaran atas 60 tahun
dan fungsi dosis harus
ginjal di dihindari atau
ulang diturunkan

Obat lini kedua

Kapreomisin 15-30 - - Keracunan pada Menilai Digunakan


(1 g) auditorius, fungsi hati-hati pada

Skenario A blok XIII 33


vestibular, ginjal Vestibular orang tua
dan
pendengaran,
tes fungsi
kreatinin dan
BUN

Etionamid 15-20 - - Gangguan Pengeluaran Dimulai


(1 g) pencernaan, enzim dengan dosis
hepatotoksis, hepatis yang rendah
hipersensitivitas, dan
ditingkatkan
sesuai
toleransi

Sikloserin 15-20 - - Psikosis, kejang, Pengukuran Dimulai


(1 g) sakit kepala, tingkat dengan dosis
interaksi obat serum obat yang rendah
dan
ditingkatkan
sesuai
toleransi

Kanamisin 15-30 - - Keracunan pada Menilai Setelah


(1 g) auditorius, fungsi terdapat
vestibular, ginjal Vestibular perubahan
dan bakteriologis,
pendengaran, dosis dapat
tes fungsi diturunkan 2-
kreatinin dan 3 kali setiap
BUN minggu,
namun tidak
disetujui oleh
FDA

Asam 15 - - Gangguan Pengukuran Dimulai

Skenario A blok XIII 34


paraaminosalisilat (12 g) pencernaan, enzim dengan dosis
hepatotoksis, hepatis, yang rendah
hipersensitivitas, pengukuran dan
natrium volume yang ditingkatkan
berlebihan berlebihan sesuai
toleransi,
memantau
tingkat
natrium
jantung
pasien

(Price, Sylvia Anderson.2005)

Prinsip pengobatan
Pengobatan TB dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
 OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam
jumlah cukup
dan dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan.
Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi). Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis
Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat dianjurkan.
 Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan
langsung (DOT = Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas
Menelan Obat (PMO).

Skenario A blok XIII 35


 Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap awal (intensif) dan
lanjutan.
(Depkes RI.2011)

Tahap awal (intensif)


 Pada tahap awal (intensif) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi
secara langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
 Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien
menular menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
 Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam
2 bulan.
Tahap Lanjutan
 Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam
jangka waktu yang lebih lama
 Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah
terjadinya kekambuhan
Panduan OAT yang digunakan di Indonesia
WHO dan UIATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease)
merekomendasikan panduan OAT standar, yaitu:
Kategori 1 Kategori 2 Kategori 3

 2HRZE/4H3R3  2HRZES/HRZE/5H3R3E3  2HRZ/4H3R3


 2HRZE/4HR  2HRZES/HRZE/5HRE  2HRZ/4HR
 2HRZE/6HE  2HRZ/6HE

Sedangkan panduan OAT yang digunakan oleh program nasional


penanggulangan TB di Indonesia:
 Kategori 1 : 2HRZE/4(HR)3
 Kategori 2 : 2HRZES/(HRZE)/5(HR)3E3
Disamping kedua ini disediakan OAT sisipan: HRZE dan OAT Anak :
2HRZ/4HR

Skenario A blok XIII 36


Paduan OAT kategori-1 dan kategori-2 disediakan dalam bentuk paket berupa
obat Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT), sedangkan kategori anak sementara ini
disediakan dalam bentuk OAT kombipak.
Tablet OAT KDT ini terdiri dari kombinasi 2 atau 4 jenis obat dalam satu
tablet. Dosisnya disesuaikan dengan berat badan pasien. Paduan ini dikemas dalam
satu paket untuk satu pasien. (Depkes RI.2011)

Paket Kombipak.
Adalah paket obat lepas yang terdiri dari Isoniasid, Rifampisin, Pirazinamid
dan Etambutol yang dikemas dalam bentuk blister.
Paduan OAT ini disediakan program untuk digunakan dalam pengobatan pasien
yang mengalami efek samping OAT KDT.
Paduan Obat Anti TB (OAT) disediakan dalam bentuk paket, dengan tujuan untuk
memudahkan pemberian obat dan menjamin kelangsungan (kontinuitas)
pengobatan sampai selesai. Satu (1) paket untuk satu (1) pasien dalam satu (1) masa
pengobatan. (Depkes RI.2011)

Kombinasi Dosis Tetap (KDT) mempunyai beberapa keuntungan dalam


pengobatan TB:
1. Dosis obat dapat disesuaikan dengan berat badan sehingga menjamin
efektifitas obat dan mengurangi efek samping.
2. Mencegah penggunaan obat tunggal sehinga menurunkan resiko terjadinya
resistensi obat ganda dan mengurangi kesalahan penulisan resep.
3. Jumlah tablet yang ditelan jauh lebih sedikit sehingga pemberian obat menjadi
sederhana dan meningkatkan kepatuhan pasien

Paduan OAT dan peruntukannya.


Kategori-1 Paduan OAT ini diberikan untuk pasien baru:
• Pasien baru TB paru BTA positif.
• Pasien TB paru BTA negatif foto toraks positif
• Pasien TB ekstra paru

Skenario A blok XIII 37


Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 1: 2(HRZE)/4(HR)3
sebagaimana dalam Tabel 2

Tabel 2. Dosis paduan OAT KDT Kategori 1

Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 1: 2HRZE/ 4H3R3
Tabel 3 Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 1

Kategori -2, Paduan OAT ini diberikan untuk pasien BTA positif yang telah
diobati sebelumnya:
• Pasien kambuh
• Pasien gagal
• Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (default)
Dosis yang digunakan untuk paduan OAT KDT Kategori 2:
2(HRZE)S/(HRZE)/ 5(HR)3E3
sebagaimana dalam Tabel 4
Tabel 4. Dosis paduan OAT KDT Kategori 2

Skenario A blok XIII 38


Dosis yang digunakan untuk paduan OAT Kombipak Kategori 2: 2HRZES/
HRZE/5H3R3E3)
Tabel 5. Dosis paduan OAT Kombipak Kategori 2.

Catatan:
• Untuk pasien yang berumur 60 tahun ke atas dosis maksimal untuk streptomisin
adalah 500mg tanpa memperhatikan berat badan.
• Untuk perempuan hamil lihat pengobatan TB dalam keadaan khusus.
• Cara melarutkan streptomisin vial 1 gram yaitu dengan menambahkanaquabidest
sebanyak 3,7ml sehingga menjadi 4ml. (1ml = 250mg).

OAT Sisipan (HRZE)


Paduan OAT ini diberikan kepada pasien BTA positif yang pada akhir
pengobatan intensif masih tetap BTA positif.

Skenario A blok XIII 39


Paket sisipan KDT adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1
yang diberikan selama sebulan (28 hari) sebagaimana dalam Tabel 6.
Tabel 6. Dosis KDT Sisipan : (HRZE)

Paket sisipan Kombipak adalah sama seperti paduan paket untuk tahap intensif
kategori 1 yang diberikan selama sebulan (28 hari) sebagaimana dalam Tabel

Penggunaan OAT lapis kedua misalnya golongan aminoglikosida (misalnya


kanamisin)
dan golongan kuinolon tidak dianjurkan diberikan kepada pasien baru tanpa indikasi
yang jelas karena potensi obat tersebut jauh lebih rendah daripada OAT lapis
pertama.
Disamping itu dapat juga meningkatkan terjadinya risiko resistensi pada OAT lapis
kedua.
Sintesis

Kategori Kasus Paduan obat yang diajurkan Keterangan

I - TB paru BTA 2 RHZE / 4 RH atau  


+,
2 RHZE / 6 HE
  BTA - , lesi
*2RHZE / 4R3H3
luas       

Skenario A blok XIII 40


 

II - Kambuh -RHZES / 1RHZE / sesuai hasil uji Bila


resistensi atau 2RHZES / 1RHZE / 5 streptomisin
- Gagal
RHE alergi, dapat
pengobatan
diganti
-3-6 kanamisin, ofloksasin,
kanamisin
etionamid, sikloserin / 15-18
ofloksasin, etionamid, sikloserin atau
2RHZES / 1RHZE / 5RHE

II - TB paru putus Sesuai lama pengobatan sebelumnya,  


berobat lama berhenti minum obat dan
keadaan klinis, bakteriologi dan
radiologi saat ini (lihat uraiannya)
atau

*2RHZES / 1RHZE / 5R3H3E3

III -TB paru BTA 2 RHZE / 4 RH atau  


neg. lesi minimal
6 RHE atau
 
*2RHZE /4 R3H3

IV - Kronik RHZES / sesuai hasil uji resistensi  


(minimal OAT yang sensitif) + obat
lini 2 (pengobatan minimal 18 bulan)

IV - MDR TB Sesuai uji resistensi + OAT   lini 2  


atau H seumur hidup
 

(Depkes RI.2011)

Usaha preventif terhadap tuberculosis

Vaksin BCG
Bacille Calmette-Guerin (BCG), satu bentuk strain hidup basil TB sapi yang
dilemahkan adalah jenis vaksin yang sering dipakai di berbagai negara. Pada vaksinasi
BCG, organism ini disuntikkan kekulit untuk membentuk focus primer yang

Skenario A blok XIII 41


berdinding, berkapur dan berbatas tegas. BCG tetap berkemampuan untuk
meningkatkan resistensi imunologis pada hewan dan manusia. Infeksi primer dengan
BCG memiliki keuntungan dari pada infeksi dengan organism virulen karena tidak
menimbulkan penyakit pada pejamunya. (Sudoyo. Aru W, 2009)

Tindakan preventif yang harus diberikan kepada keluarga Tn.Tyo yaitu:

 Pengidap TBC di paru-paru diminta menutup hidung dan mulutnya apabila


mereka batuk dan bersin
 Pengidap TBC harus dipisahkan dari orang lain sampai tidak bisa menular lagi.
(Davey,Patrick.2006)

Pencegahan untuk keluarga:

 Menjaga kesehatan badan agar senantiasa sehat dengan olahraga teratur, istirahat
cukup dan makan-makanan yang bergizi yang baik dan seimbang.
 Hindari melakukan hal-hal yang dapat melemahkan sistem daya tubuh/ imunitas
tubuh seperti begadang, kurang istirahat dan stress
 Lakukan imunisasi BCG pada bayi/ anak
 Memakai masker khusus TBC M95
 Lengkapi perumahan dengan ventilasi yang cukup
 Lakukanlah olahraga di tempat-tempat yang mengandung udara segar
 Menjemur di udara dan di bawah sinar matahari semua bahan-bahan seperti
selimut, wol, katun, dsb. (Yuniata, 2012)
Kesehatan lingkungan
 Sedapat mungkin hindari kerumunan orang banyak yang terlalu padat
 Tingkatakan ventilasi rumah
 Ajaklah agar setiap orang berpendapat bahwa meludah adalah suatu kebiasaan
menjijikkan yang tidak dapat diterima. Ajarilah bahwa meludah menyebarkan
penyakit.
 Untuk anak, terutama balita yang tinggal serumah/ kontak erat dengan penderita
Tb dengan BTA (+), perlu dilakukan pemeriksaan dengan sistem skoring didapat
skor <5 (diberikan isoniazid (INH) dengan dosis 5-10mg/BB Kg/Hari selama 6

Skenario A blok XIII 42


bulan)). “bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi BCG, imunisasi
BCG dilakukan setelah pengobatan dan pencegahan selesai. (Depkes RI.2011)
Upaya Pengendalian TB
Sejalan dengan meningkatnya kasus TB, pada awal tahun 1990-an WHO dan
IUATLD mengembangkan strategi pengendalian TB yang dikenal sebagai strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Short-course). Strategi DOTS terdiri dari 5
komponen kunci, yaitu:
1) Komitmen politis, dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan.
2) Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
3) Pengobatan yang standar, dengan supervisi dan dukungan bagi pasien.
4) Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif.
5) Sistem monitoring, pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian
terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.
(Depkes RI.2011)

13. Apa saja komplikasi pada kasus?


Jawab:
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi. Komplikasi dibagi atasa komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
1. Komplikasi dini
Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, Poncet’s arthropathy.
2. Komplikas lanjut
Obstruksi jalan napas  SOPT ( Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis ),
kerusakan parenkim berat  Fibrosis paru, kor pulmonal, amiloidosis, karsinoma
paru, sindrom gagal napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
kavitas TB (Sudoyo, 2006)

14. Bagaimana prognosis pada kasus?


Jawab:

Quo ad Fungsional: Dubia at bonam


Quo ad Vitam: Dubia at bonam
Prognosis TB Paru dibagi menjadi 3 yaitu

Skenario A blok XIII 43


1. Bila tidak menerima pengobatan Spesifik
a. 25% akan meninggal dalam 18 bulan
b. 50% akan meninggal dalam 5 tahun
c. 8-12,5% akan menjadi “chronic exretors“ artinya mereka ini akan
mengeluarkan basil tb dalam sputumnya dan akan menjadi sumber
penularan.
d. Sisanya akan mengalami kesembuhan spontan dengan bekas berupa
proses fibrotik dan perkapuran
2. Bila pengobatan Spesifik sesuai aturan sebenarnya
a. Kemungkinan 100% sembuh,walaupun nantinya dalam beberapa
kasus kambuhan Tb paru.
3. Bila pengobatan Spesifik tak memenuhi syarat
a. Ketidaksesuaian dapat berkenaan dengan dosis,ritme,maupun
lamanya pengobatan.
b. Pada pengobatan ini penderita akan lebih sukar disembuhkan dan
dapat menularkan basil-basil yang resisten ini pada sekelilingnya
c. Hasilnya orang yang tertular akan mendapatkan penyakit TB
dengan basil yang resisten
(Danusantoso, Halim. 2010)

15. Bagaimana Kompetensi Dokter Umum pada kasus?


Jawab:

Kompetensi 4A, mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaanpemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya:
pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan
dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.
(Konsil Kedokteran Indonesia, 2012)

16. Bagaimana nilai-nilai islam pada kasus?


Jawab:

Skenario A blok XIII 44


“ Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta
rahmat bagi orang-orang beriman”. ( Q.S. Yunus 10:57)

“ secara umum, hendaknya orang yang engkau pilih menjadi sahabat memiliki
lima sifat berikut : orang yang berakal, memiliki akhlak yang baik, bukan orang
fasik, bukan ahli bid’ah, dan bukan orang yang rakus dengan dunia”. (Mukhtasar
Minhajul Qashidin 2/36)

“ Kebersihan adalah sebagian dari Iman”

2.6 Kesimpulan

Tn.Tyo, 35 tahun mengalami batuk berdahak karena menderita tuberkulosis paru,


akibat infeksi mycobacterium tuberculosis.

2.7 Kerangka Konsep

FR: Umur produktif, buruh, tinggal diruamh susun dan tetangga dengan keluhan yang sama

penularan melalui inhalasi

infeksi Bakteri mycobacterium tuberculosis

Tb Paru

Nafsu makan menurun inflamasi saluran pernafasan demam keringat

BB menurun peningkatan pengeluaran sekret

Lemah dan lelah batuk berdahak

Skenario A blok XIII 45


DAFTAR PUSTAKA

Al-quran
Danusantoso,H.2010.Buku Saku Ilmu Penyakit Paru.Jakarta.EGC
Davey,Patrick.2006.At a Glance Medicine.Jakarta : Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia . 2006. Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis . Jakarta : Depeartemen Kesehatan Republik Indonesia

Depkes RI.2011.Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis. Jakarta: Depkes RI

Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran Dorland edisi 29. Jakarta: EGC

Isselbacher, dkk, 2012. Harisson Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam : Jakarta : EGC

Marcellus Simadibrata K. 2014, Ilmu Penyakit Dalam jlid 3 edisi VI. Jakarta: EGC

Junquereira LC, Carneiro J. 1982. Histologi Dasar. Ed ke-3. Dharma A, penerjemah.


Jakarta:EGC

Katzung Bertram G. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik. Jakarta. EGC

Konsil Kedokteran Indonesia, 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta :Konsil
Kedokteran Indonesia
Kumar, V., et al., 2007. Paru dan Saluran Napas Atas. In: Hartanto, H., ed. Buku Ajar
Patologi. Jakarta: EGC

Skenario A blok XIII 46


Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.
Jakarta:EGC

Rab Tabrani.2010.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta : TIM


Sherwood, Lauralee.2011.Fisiologi Manusia Dari Sistem Ke Sistem.Jakarta:EGC
Snell, Richard S. 2006. Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6. Jakarta: EGC.

Stanley L, Robbin, dkk.2007.Buku Ajar Patologi.Jakarta ;EGC


Sudoyo, AW., dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI

Skenario A blok XIII 47

Anda mungkin juga menyukai