Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama kepala keluarga: Tn.C
Alamat : Lowokwaru

Daftar Anggota Keluarga


No Nama Kedudukan L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien
klinik
1 Tn. C KK L 37 D-3 Swasta Tidak
tahun
2 Ny.N Istri P 32 SMK IRT Tidak -
tahun
3 An.A Anak P 6 TK - Tidak -
tahun
4 An. D Anak P 11 - - Ya Bronkhitis
bulan

Kesimpulan:
Keluarga Tn.C adalah nuclear family yang terdiri atas 4 orang. Terdapat satu
orang sakit, yaitu An.D, umur 11 bulan, beralamat di Lowokwaru, Malang.
Diagnosa klinis penderita adalah bronkhitis.

1
BAB I

STATUS PENDERITA

Pendahuluan
Laporan ini dibuat berdasarkan kasus yang diambil dari seorang anak penderita
bronkhitis, berjenis kelamin perempuan dan berusia 11 bulan. Penderita memiliki
permasalahan dari segi biomedis.

Identitas Penderita
Nama : An.D
Umur : 11 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Lowokwaru, Malang
Tanggal Periksa : 14 Oktober 2011

Nama Ayah : Tn.C


Umur Ayah : 37 th
Pekerjaan Ayah : Swasta
Nama Ibu : Ny.N
Umur Ibu : 32 th
Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Lowokwaru, Malang

Anamnesa (Alloanamnesa)
1. Keluhan Utama : panas
2. Riwayat Penyakit Sekarang :
An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan keluhan panas sejak
3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari. Awalnya tidak
begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin tinggi. Ada pilek

2
dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau makan dan minum.
Tidak ada diare, mual dan muntah. Pada hari ke-3, keluarga langsung
membawa pasien ke rumah sakit untuk diperiksa.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat Mondok : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Asma : disangkal
 Riwayat Gout : disangkal
 Riwayat Penyakit Jantung : disangkal
 Riwayat Sakit Kejang : disangkal
 Riwayat Alergi Obat dan Makanan : disangkal
4. Riwayat Penyakit Keluarga :
 Riwayat keluarga dengan penyakit serupa : disangkal
 Riwayat Hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat Jantung : disangkal
 Riwayat Ginjal : disangkal
5. Riwayat Kehamilan Ibu
Ibu pasien mengatakan tidak pernah sakit waktu hamil An.D. Hanya mual dan
muntah saat awal-awal kehamilan. Tetapi setelah usia 4 bulan ke atas tidak
ada keluhan. Kontrol rutin selama kehamilan juga dilakukan ke bidan.
6. Riwayat Kelahiran
Persalinan normal ditolong oleh bidan. Kelahiran cukup bulan. Berat anak
pertama waktu lahir 2,9 kg, sekarang berumur 5 tahun. Sedangkan berat anak
ke-2 (An.D) waktu lahir adalah 3 kg, sekarang berumur 11 bulan. Tidak
pernah mengalami abortus.
7. Riwayat Imunisasi
Ibu pasien mengatakan bahwa An.D sudah diberikan imunisasi BCG,
hepatitits B, polio, DPT dan campak.

8. Riwayat Gizi
Pasien makan sehari-hari biasanya 2-3 kali sehari dengan nasi tim, sayur dan
lauk yang lembek. An.D juga diberi susu formula.

3
9. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan : Normal

10. Riwayat Kebiasaan :


 Riwayat Merokok :-
 Riwayat Minum Alkohol :-
 Riwayat Olahraga :-
 Riwayat Pengisisan Waktu Luang :-
11. Riwayat Sosial Ekonomi :
An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai
karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak
perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya sekolah,
biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh orang tua dan
penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hubungan Tn.C
dengan istri dan anaknya nampak harmonis dan perhatian.

Anamnesis Sistem
1. Kulit : kulit gatal(-), keriput (-)
2. Kepala : sakit kepala(-), pusing(-), rambut rontok(-), luka(-),
benjolan(-), demam(+)
3. Mata : pandangan mata berkunang-kunang(-), penglihatan
kabur(-), ketajaman penglihatan berkurang(-),
penglihatan ganda(-)
4. Hidung : tersumbat(+), mimisan(-)
5. Telinga : pendengaran berkurang(-), berdengung(-), cairan(-),
nyeri(-)
6. Mulut : sariawan(-), mulut kering(-), lidah terasa pahit(-)
7. Tenggorokan : nyeri menelan(-), suara serak(-)
8. Pernafasan : sesak nafas(+), batuk(+), mengi(+)
9. Kardiovaskuler : nyeri dada(-), berdebar-debar(-), ampeg(-).
10. Gastrointestinal : mual(-), muntah(-), diare(-), nafsu makan menurun(+),
nyeri perut(-), BAB normal
11. Genitourinaria : BAK normal
12. Neurologik : lumpuh(-), kaki kesemutan(-), kejang (-)
13. Psikiatrik : emosi stabil(+), mudah marah(-)

4
14. Muskolokeletal : kaku sendi(-), nyeri sendi pinggul(-), nyeri tangan dan
kaki(-), nyeri otot(-)
15. Ekstremitas atas : bengkak(-), sakit(-), telapak tangan pucat(-),
kebiruan(-), luka(-)
16. Ekstremitas bawah : bengkak (-), sakit(-), telapak kaki pucat(-),
kebiruan(-), luka(-)

Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum : pasien tampak rewel dan badannya panas
2. Kesadaran : GCS 456 compos mentis
3. Tanda vital :
 BB : 7,4 kg
 TB : 58 cm
 BMI : BB/TB2 => 21,9 kg/m2=> kesan normoweight
 Tensi : - mmHg
 Suhu : 39oC
 N : 112x/menit, regular
 RR : 34x/menit
4. Kulit : sawo matang, turgor baik, ikterik (-), sianosis (-),
pucat (-), spider nevi (-), petechie (-), eritem (-),
venektasi (-)
5. Kepala : bentuk mesocephal, luka (-), rambut mudah dicabut
(-), keriput (-), atrofi m.temporalis (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-), papul (-), nodul (-), makula (-)
6. Mata : conjungtiva anemis (-/-), sclera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), reflek kornea (+/+), warna kelopak
coklat, radang (-/-), eksoftalmus (-), strabismus (-)
7. Hidung : nafas cuping hidung (-/-), rhinorrhea (+/+), epistaksis
(-/-), deformitas hidung (-/-), hiperpigmentasi (-/-),
saddle nose(-/-)

5
8. Mulut : mukosa bibir pucat (-/-), sianosis bibir (-/-), bibir
kering (-/-), gusi berdarah (-) lidah kotor (-), tepi lidah
hiperemis (-), papil lidah atrofi (-)
9. Telinga : otorrhea (-/-), pendengaran berkurang (-/-), nyeri tekan
mastoid (-/-), cuping teling dbn, serumen (-/-)
10. Tenggorokan : tonsil membesar (+/+), pharing hiperemis (+)
11. Leher : lesi kulit (-), pembesaran kelenjar tiroid (-),
pembesaran KGB (+), deviasi trakea (-), tortikolis (-)
12. Thorax : normochest, simetris, pernafasan thoracoabdominal,
retraksi (+), massa (-), krepitasi (-), kelainan kulit (-),
nyeri (-)
Cor:
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas kiri atas : ICS II Linea para sternalis sinistra
Batas kanan atas : ICS II Linea para sternalis dekstra
Batas kiri bawah : ICS V medial linea medio
clavicularis sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea para sternalis
dekstra
Auskultasi : bunyi jantung I-II intensitas normal, regular, bising (-),
bunyi jantung tambahan (-), HR : 112x/menit
Pulmo :
Statis (depan dan belakang)
Inspeksi : bentuk normal, pengembangan dada kanan sama dengan
dada kiri
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + + + - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -

6
+ + - - - -
Dinamis (depan dan belakang)
Inspeksi : pergerakan dada kanan sama dengan dada kiri, irama
regular, otot bantu nafas (+), pola nafas abnormal (-)
Palpasi : fremitus raba kiri sama dengan kanan
Perkusi : sonor/sonor
Auskultasi : + + + + - -
suara dasar vesikuler + wheezing - ronkhi -
+ + - - - -
13. Abdomen :
Inspeksi : datar/sejajar dinding dada, venektasi (-), massa (-), bekas
jahitan (-)
Palpasi : supel, nyeri epigastrium (-), hepar dan lien tidak teraba, turgor
baik, massa (-), asites (-)
Perkusi : timpani seluruh lapangan perut
Auskultasi : bising usus normal
14. Sistem Collumna Vertebralis :
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kifosis (-), lordosis
(-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Ekstremitas : palmar eritem (-)
Akral dingin Oedem

- -

- -

L : deformitas (-), luka (-)


F : nyeri tekan (-), krepitasi (-)
M: normal
16. Sistem genitalia : normal
17. Pemeriksaan neurologik :
Kesadaran : GCS 456 composmentis
Fungsi luhur : dalam batas normal

7
Fungsi vegetatif : dalam batas normal
Fungsi sensorik
N N

N N

Fungsi motorik

Kekuatan Tonus
5 5 Ref.Fisiologis Ref.Patologis
5 5
18. Pemeriksaan psikiatri :
Penampilan : baik
Kesadaran : kualitatif tidak berubah, kuantitatif composmentis
Afek : appropriate
Psikomotor : normoaktif
Proses pikir : Bentuk : realistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
Insight : baik
Pemeriksaan Penunjang
- Foto thoraks PA dengan hasil gambaran bronkovaskular pattern yang
meningkat pada lapang paru atas kanan dan kiri
-Lab Darah Lengkap dengan peningkatan leukosi 11.300/mm3
-CRP (-)
Resume
a) Anamnesis : An.D dibawa ke IGD RSI oleh ayah dan ibunya dengan
keluhan panas sejak 3 hari yang lalu. Panasnya seluruh tubuh sepanjang hari.
Awalnya tidak begitu panas, tetapi setelah beberapa hari panasnya semakin
tinggi. Ada pilek dan juga batuk sejak 2 hari ini. Pasien rewel, tidak mau
makan dan minum. Tidak ada diare, mual dan muntah.
b) Pemeriksaan Fisik : Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan umum
pasien tampak rewel dan badannya panas, kesadaran GCS 456 compos
mentis, BB=7,4 kg, TB = 56 cm, BMI kesan normoweight, suhu 39 oC, nadi
112x/menit, regular, RR 34x/menit. Review of system menunjukkan adanya

8
nafas cuping hidung, rinorrhea, pembesaran tonsil, pharing hiperemis,
pembesaran kelenjar getah bening di leher, retraksi otot-otot pernafasan dan
wheezing pada lapang atas paru.
c) Pemeriksaan Penunjang : Foto thoraks PA dengan hasil gambaran
bronkovaskular pattern meningkat pada paru lapang atas kanan dan kiri, lab
darah lengkap ditemukan leukosit 11.300 µL dan CRP (-).

Diagnosis Holistik
An.D adalah putri dari Tn.C dan Ny.N, usia 11 bulan, adalah penderita bronkhitis
yang tinggal dalam nuclear family. An.D adalah anak kedua dari 2 bersaudara.
1. Diagnosis dari segi biologis :
An.D adalah penderita bronkhitis.
2. Diagnosis dari segi psikologis :
Hubungan An.D dengan keluarga baik.
3. Diagnosis dari segi sosial, ekonomi, dan budaya :
An.D adalah anak kedua dan keluarganya hanya sebagai anggota
masyarakat biasa di lingkungannya.

Penatalaksanaan
Non Medikamentosa:
a. Edukasi dan KIE kepada orang tua pasien tentang penyakit dan kondisi
An.D
b. Istirahat/tirah baring
c. Asupan gizi cukup

Medikamentosa: 14/10/2011
- Infus KAEN-3B 700cc/24jam
- Progesic 3x1/2 cth
- Mucohexin 3x1 puyer
- Inj. celocef 2x175mg

9
Follow up
Tanggal 14/10/2011
S : panas, batuk, pilek, tidak mau makan minum
O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit
N: 112 x/menit S: 37,6oC
A : OF et causa ISPA
P : - Foto thorax PA dan Lab. DL
- Diet makanan lunak
Tanggal 15/10/2011
S : batuk dan panas, diare 2x
O : KU cukup, compos mentis GCS 456, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: - mmHg RR: 34 x/menit
N: 110 x/menit S: 36,4oC
Lab : Hb = 11,3 mg/dL
Leukosit = 11.300/mm3
Erirosit = 4,77 juta/mm3
Trombosit = 347.000/mm3
PCV = 36,4%
CRP (-)
Hitung jenis : -/2/-/17/72/9
A : OF et causa ISPA
P : - Infus KAEN-3B
- Progesic syr
- Mucohexin syr
- Inj. celocef
- Diet makanan lunak
Tanggal 16/10/2011
S : batuk, pilek dan demam berkurang, tetapi tidak mau makan
O : KU cukup, compos mentis, gizi kesan cukup
Tanda vital: T: - mmHg RR: 28 x/menit
N: 100 x/menit S: 36,2oC

10
Hasil Foto thorax PA :
Cor : tidak ada kelainan
Pulmo : bronchovascular pattern meningkat pada lap.atas
kanan dan kiri . Kesimpulan : bronkitis
A : bronkitis
P : terapi tetap, mucohexin (bila perlu)
Tanggal 17/10/2011
S : membaik
O : keluhan tidak ada
Tanda vital: T: - mmHg RR: 26 x/menit, kusmaul
N: 100 x/menit S: 36oC
DL : Hb 11,1 mg/dl
leukosit = 6.200
Eritrosit = 4,77 juta
Trombosit = 234.000
Hitung jenis : -/4/-/6/81/9
A : bronkhitis
P : terapi diteruskan, (bila perlu)
Pukul 17.00 keluarga pasien minta dipulangkan
ACC pulang, KU membaik
Obat yang diminum di rumah : cefixime syr 2x1
puyer mucohexin 3x1

Kesimpulan
- Diagnose akhir dari An.D adalah bronchitis
- Kondisi An.D sewaktu dipulangkan membaik
Flow Sheet
Nama : An. D
Diagnosis : Bronkitis
No Tanggal S O A P
1. 14/10/2011 panas, batuk, KU cukup, compos mentis OF et causa - Foto thorax PA dan
pilek, tidak mau GCS 456, gizi kesan cukup ISPA Lab. DL
makan minum Tanda vital: - Diet makanan lunak
T: - mmHg
RR: 34 x/menit

11
N: 112 x/menit
S: 37,6oC

2. 15/10/2011 batuk dan KU cukup, compos mentis OF et causa - Infus KAEN-3B


panas, diare 2x GCS 456, gizi kesan cukup ISPA - Progesic syr
Tanda vital: - Mucohexin syr
T: - mmHg - Inj. celocef
RR: 34 x/menit - Diet makanan lunak
N: 110 x/menit
S: 36,4oC
Lab :
Hb = 11,3 mg/dL
Leukosit = 11.300/mm3
Erirosit = 4,77 juta/mm3
Trombosit = 347.000/mm3
PCV = 36,4%
CRP (-)
Hitung jenis : -/2/-/17/72/9
3. 16/10/2011 batuk, pilek dan KU cukup, compos mentis, bronchitis terapi tetap, mucohexin
gizi kesan cukup (bila perlu)
demam
Tanda vital:
berkurang, T: - mmHg
RR: 28 x/menit
tetapi tidak mau
N: 100 x/menit
makan S: 36,2oC
Hasil Foto thorax PA :
Cor : tidak ada kelainan
Pulmo : bronchovascular
pattern meningkat pada
lap.atas kanan dan kiri
4. 17/10/2011 membaik keluhan tidak ada Bronkitis terapi diteruskan, (bila
Tanda vital: perlu)
T: - mmHg
RR: 26 x/menit, kusmaul
N: 100 x/menit
S: 36oC
Darah Lengkap :
Hb 11,1 mg/dl
Leukosit = 6.200
Eritrosit = 4,77 juta
Trombosit = 234.000
Hitung jenis : -/4/-/6/81/9

BAB II
IDENTIFIKASI FUNGSI- FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis

12
An. D dengan usia 11 bulan menderita bronkitis

2. Fungsi Psikologis
Penderita tinggal bersama dengan kedua orang tua dan saudara
perempuannya. Jika ada anggota keluarga yang memiliki masalah,
mereka saling membantu dan memberi perhatian. Saat An.D sakit, ayah
dan ibunya sangat perhatian, bersedia mengantar dan bergantian
menjaga An.D di rumah sakit. Hubungan keluarga ini tampak sangat
harmonis.

3. Fungsi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, keluarga ini hanya sebagai anggota
masyarakat biasa, tidak mempunyai kedudukan sosial tertentu dalam
masyarakat. Dalam kehidupan sosial orangtua An.D cukup aktif dalam
kegiatan kemasyarakatan.

4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan


An.D adalah anak ke-2 dari 2 bersaudara dengan ayah (Tn.C) sebagai
karyawan swasta dan ibu (Ny.N) sebagai ibu rumah tangga. Kakak
perempuannya, An.A saat ini berusia 6 tahun dan duduk di TK. Biaya
sekolah, biaya hidup sehari-hari dan biaya rumah sakit ditanggung oleh
orang tua dan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

B. Fungsi Fisiologis dengan APGAR Score


Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR score. APGAR
score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR score meliputi :

1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.

2. Partnership

13
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.

3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang dilakukan
anggota keluarga tersebut.

4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.

5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.

Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata ≤ 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.

APGAR score Tn.C = 9

APGAR Tn. C Sering/ Kadang- Jarang/


selalu kadang
Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

Untuk Tn.S APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Tn. C sering


memecahkannya bersama anggota keluarganya .

14
Score : 2

Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan istrinya


terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika
ada yang terkena masalah.

Score : 2

Growth : Tn.C sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk


menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin


dengan baik

Score : 2

Resolve : Tn. C bekerja, istri hanya sebagai IRT, anak bersekolah, oleh
sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini
tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

Score : 1

APGAR score Ny. N = 9

APGAR Ny. N Sering/ Kadang- Jarang/


selalu kadang
Tidak

A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke keluarga 


saya bila saya menghadapi masalah

P Saya puas dengan cara keluarga saya membahas 


dan membagi masalah dengan saya

G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 


dan mendukung keinginan saya untuk melakukan
kegiatan baru atau arah hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya 


mengekspresikan kasih sayangnya dan merespon
emosi saya seperti kemarahan, perhatian dll

R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 


membagi waktu bersama-sama

15
Untuk Sdr. A APGAR score dapat dijelaskan sebagai berikut :

Adaptation : Dalam menghadapi masalah hidup, Ny. N sering


memecahkannya bersama keluarganya .

Score : 2

Partnership : Komunikasi antara penderita dengan anak dan suaminya


terjalin baik. Mereka saling memberi perhatian, masukan, dan bantuan jika
ada yang terkena masalah.

Score : 2

Growth : Ny.N sering berdiskusi bersama anggota keluarganya untuk


menentukan keputusan

Score : 2

Affection : Kasih sayang yang terjalin antara anggota keluarga terjalin


dengan baik

Score : 2

Resolve : Ny.N hanya sebagi IRT, Tn.C bekerja, anak bersekolah, oleh
sebab itu tidak terlalu sering untuk dapat berkumpul bersama, namun hal ini
tidak mengurangi kedekatan dalam keluarga.

Score : 1

APGAR score keluarga Tn.C= (9+9) : 2 = 9

Kesimpulan : Fungsi fisiologis keluarga ini sangat baik.

C. Fungsi Patologis dengan SCREEM Score


Tabel SCREEM keluarga Tn.C
Sumber Patologis
Social Ikut berpartisipasi dalam kegiatan di lingkungannya -
Culture Menggunakan adat istiadat daerah asal -
Pemahaman terhadap ajaran agama cukup, demikian juga dalam -
Religious
ketaatannya dalam beribadah.

16
Penghasilan keluarga relatif cukup untuk memenuhi kebutuhan -
Economic
sehari-hari
Tingkat pendidikan dan pengetahuan keluarga ini relatif kurang, +
Educational Tn. C lulusan Diploma dan Ny.N lulusan SMA, An.A masih
duduk dibangku TK. Pengetahuan tentang kesehatan kurang.
Tn.C dan keluarga jarang memeriksakan diri ke dokter, pergi
berobat bila ada keluhan yang memberat. Jarak rumah dekat +
Medical
dengan bidan, dan jika ada keluhan sakit hanya dating sesekali.
Kesimpulan
Keluarga Tn.N mempunyai masalah dalam hal pendidikan dan kesehatan.

D. Genogram Keluarga
Diagram Genogram Keluarga
Bentuk keluarga : nuclear famili

N Tn.
y. C
N

A An
n. .D
A

E. Pola Interaksi Keluarga


Diagram Pola Interaksi Keluarga

Tn.C

An. An.
A D

Keterangan :
Ny.N
Hubungan baik
BAB III
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

1. Identifikasi Faktor Perilaku


a. Pengetahuan

17
Keluarga ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang kesehatan.
Menurut pendapat mereka semua kesehatan itu tidak hanya secara jasmani
saja tetapi dalam hal pikiran. Namun keluarga ini kurang mengetahui
tentang penyakit An.D dan komplikasi yang dapat terjadi.
b. Sikap
Keluarga Tn.C kurang peduli tentang penyakit yang diderita An.D,
karena hanya menganggap penyakit biasa.
c. Tindakan
Keluarga Tn.C baru mengantarkan An.D untuk periksa ke dokter jika
kondisi An.D sudah mulai parah, karena kurangnya pengetahuan.
2. Faktor Non Perilaku
a. Lingkungan
Rumah keluarga Tn.C terletak di gang kecil di sebuah perumahan dan
berdempetan dengan tetangganya. Kondisi ini membuat pencahayaan,
dan ventilasi rumah kurang memenuhi syarat kesehatan.
b. Pelayanan Kesehatan
Rumah Tn.C tidak terlalu jauh dengan pelayanan kesehatan seperti
bidan. Namun karena kurangnya pengetahuan dan menganggap
penyakitnya adalah penyakit biasa, keluarga Tn.C jarang periksa ke
dokter.
c. Keturunan
Menurut keluarga Tn.C, tidak ada anggota keluarga lainnya yang
menderita penyakit seperti ini.

18
3. Diagram Faktor Perilaku dan Non Perilaku
Pengetahuan
Keluarga Tn.C kurang Lingkungan
memahami tentang Rumah kurang
penyakit penderita memenuhi syarat
(An.D) kesehatan, ventilasi
dan pencahayaannya
kurang
Sikap
Keluarga kurang Pelayanan Kesehatan
peduli terhadap Tidak terlalu jauh
penyakit penderita, An.D dengan pelayanan
karena hanya kesehatan, tetapi
menganggapnya jarang periksa karena
penyakit biasa kurang memahami
penyakitnya
Tindakan
Keluarga jarang Keturunan
memeriksakan diri ke Tidak ada riwayat
dokter penyakit seperti ini

Keterangan:
: Faktor Perilaku

: Faktor Non-perilaku

4. Identifikasi Lingkungan Rumah


 Lingkungan Luar Rumah (Fungsi Outdoor) :
o Rumah ukuran 6m x 6m
o Memiliki pagar
o Jarak dengan tetangga berdempetan
o Sumber air dari pompa
 Lingkungan Dalam Rumah (Fungsi Indoor) :
o Terdapat 5 ruangan :
 2 kamar tidur
 1 ruang tamu + ruang keluarga
 1 dapur
 1 kamar mandi
o Ventilasi dan pencahayaan kurang, kesan pengap
o Lantai keramik
o Dinding dari tembok, atap dari genteng

19
Denah Rumah 6m

Kamar
Mandi
Kamar Tidur I

Dapur
6m

Ruang tamu/

Ruang Keluarga

Kamar Tidur II

5. Daftar Masalah
Masalah medis :
Bronkhitis
Masalah non medis :
1. Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan
2. Kurang memahami penyakit dan komplikasinya
3. Tingkat kepedulian terhadap penyakit kurang
4. Lingkungan rumah yang kurang memenuhi syarat
kesehatan
5. Diagram Permasalahan Pasien
4. Lingkungan rumah
yang kurang memenuhi 3. Tingkat kepedulian
syarat kesehatan terhadap penyakit
kurang
An.D, 11 bulan

Diagnosa :
Bronchitis

1. Kurangnya pengetahuan 2. Kurang memahami


tentang kesehatan penyakit dan komplikasinya

BAB IV

20
TINJAUAN PUSTAKA
1. Bronkitis

a. Pengertian

Bronkitis merupakan proses keradangan pada bronkus dengan manifestasi


utama berupa batuk, yang dapat berlangsung secara akut maupun kronis.
Proses ini dapat disebabkan karena perluasan dari proses penyakit yang
terjadi dari saluran napas maupun bawah.

b. Etiologi
1. Infeksi :

 Virus : RSV, Parainfluenza, Influenza, Adeno, morbilli

 Bakteri : H.influenza B, Stafilokokus, Streptokokus, pertusis,


tuberkulosis, mikoplasma

 Fungi : monilia

2. Alergi : asma

3. Kimiawi :

 aspirasi susu, aspirasi isi lambung


 asap rokok

 uap/gas yang merangsang

c. Gejala Klinik Bronkitis Akut

 didahului infeksi saluran nafas atas (terutama virus)

 batuk pilek 3-4 hari

 Sifat batuk : batuk kering disertai nyeri/ panas substernal; beberapa hari :
riak jernih purulen setelah 10 hari riak menjadi encer kemudian hilang,
batuk dapat disertai muntah-muntah

d. Pemeriksaan Fisik Bronkitis Akut

21
 Keadaan umum baik, anak tidak tampak sakit

 Panas sub febris seringkali terjadi

 Tidak didapatkan adanya sesak, pada pemeriksaan paru didaptkan ronki


basah kasar, dapat terdengar ronki kering (coarse moist rales) yang tidak
tetap

 Dapat ditemukan nasofaringitis, kadang conjunctivitis

 Pemeriksaan penunjang : foto toraks dapat normal atau peningkatan corak


bronkovaskuler, pada pemeriksaan laboratorium lekosit dapat normal atau
meningkat

e. Penatalaksanaan Bronkitis Akut

 Mengontrol batuk agar sekret menjadi lebih encer/lebih mudah


dikeluarkan :

- Anak dianjurkan untuk minum lebih banyak

- Pemberian uap atau mukolitik, bila perlu diikuti fisioterapi dada.

- Hati-hati dalam pemberian antitusif dan antihistamin karena akan


mengakibatkan sekret menjadi lebih kental sehingga dapat menimbulkan
atelektasis atau pneumonia

 Antibiotika diberikan apabila didapatkan adanya kecurigaan infeksi


sekunder, dengan pilihan antibiotika : ampisilin, kloksasilin,
kloramfenikol, eritromisin

f. Komplikasi Bronkitis Akut

Komplikasi bronkitis akut jarang didapatkan. Pada anak dengan status gisi
kurang dapat terjadi komplikasi berupa otitis media, pneumonia, sinusitis.

Pada bronkitis berulang, harus dipikirkan kemungkinan :

22
 Tuberkulosis
 Alergi

 Sinusitis

 Tonsilitis adenoid

 Bronkiektasis

 Benda asing/corpus alienum

 Kelainan kongenital

 Defisiensi imun

 Fibrosis kistik

2. Pneumonia

Pneumonia dalah penyakit peradangan parenkim paru yang


disebabkan oleh bermacam etiologi seperti bakteri, virus,
mikoplasma, jamur atau bahan kimia/benda asing yang teraspirasi
dengan akibat timbulnya ketidakseimbangan ventilasi dengan perfusi
(ventilation perfusion mismatch).

a. Patofisiologi

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme : filtrasi


partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan refleks epiglotis,
ekspulsi benda asing melalui refleks batuk, pembersihan ke arah
kranial oleh mukosilier, fagositosis kuman oleh makrofag alveolar,
netralisasi kuman oleh substansi imun lokal dan drainase melalui
sistem limfatik. Faktor predisposisi pneumonia : aspirasi, gangguan
imun, septisemia, malnutrisi, campak, pertusis, penyakit jantung
bawaan, gangguan neuromuskular, kontaminasi perinatal dan
gangguan klirens mukus/sekresi seperti pada fibrosis kistik , benda
asing atau disfungsi silier.

23
Mikroorganisme mencapai paru melalui jalan nafas, aliran darah,
aspirasi benda asing, transplasental atau selama persalinan pada
neonatus. Umumnya pneumonia terjadi akibat inhalasi atau aspirasi
mikroorganisme, sebagian kecil terjadi melalui aliran darah
(hematogen). Secara klinis sulit membedakan pneumonia bakteri dan
virus. Bronkopneumonia merupakan jenis pneumonia tersering pada
bayi dan anak kecil. Pneumonia lobaris lebih sering ditemukan
dengan meningkatnya umur. Pada pneumonia yang berat bisa terjadi
hipoksemia, hiperkapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik dan
gagal nafas.

b. Diagnosis

Anamnesis

- Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului


dengan infeksi saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain
batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut,
menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya
anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering
menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunanan
kesadaran, kejang atau kembung sehingga sulit dibedakan dengan
meningitis, sepsis atau ileus.

Pemeriksaan fisis

- Tanda yang mungkin ada adalah suhu ≥ 390 C, dispnea :


inspiratory effort ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing),
nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat
berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Pada
pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama
melemah atau mengeras, suara nafas tambahan berupa ronki basah
halus di lapangan paru yang terkena.

24
Pemeriksaan penunjang

- Pada pemeriksaan darah tepi dapat terjadi leukositosis dengan


hitung jenis bergeser ke kiri.

- Bila fasilitas memungkinkan pemeriksaan analisis gas darah


menunjukkan keadaan hipoksemia (karena ventilation perfusion
mismatch). Kadar PaCO2 dapat rendah, normal atau meningkat
tergantung kelainannya. Dapat terjadi asidosis respiratorik, asidosis
metabolik, dan gagal nafas.

- Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif


tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon
terhadap penanganan awal.

- Pada foto dada terlihat infiltrat alveolar yang dapat ditemukan di


seluruh lapangan paru. Luasnya kelainan pada gambaran radiologis
biasanya sebanding dengan derajat klinis penyakitnya, kecuali pada
infeksi mikoplasma yang gambaran radiologisnya lebih berat daripada
keadaan klinisnya. Gambaran lain yang dapat dijumpai :

o Konsolidasi pada satu lobus atau lebih pada pneumonia lobaris

o Penebalan pleura pada pleuritis

o Komplikasi pneumonia seperti atelektasis, efusi pleura,


pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel

c. Diagnosis banding pneumonia

 Bronkiolitis

 Payah jantung

 Aspirasi benda asing

 Abses paru

25
Khusus pada bayi :

 Meningitis
 Ileus

e. Komplikasi

 Pleuritis
 Efusi pleura/ empiema

 Pneumotoraks

 Piopneumotoraks

 Abses paru

 Gagal nafas

f. Tatalaksana

1. Indikasi MRS :

a. Ada kesukaran nafas, toksis

b. Sianosis

c. Umur kurang 6 bulan

d. Ada penyulit, misalnya :muntah-muntah, dehidrasi, empiema

e. Diduga infeksi oleh Stafilokokus

f. Imunokompromais

g. Perawatan di rumah kurang baik

h. Tidak respon dengan pemberian antibiotika oral

26
2. Pemberian oksigenasi : dapat diberikan oksigen nasal atau
masker, monitor dengan pulse oxymetry. Bila ada tanda gagal nafas
diberikan bantuan ventilasi mekanik.

3. Pemberian cairan dan kalori yang cukup (bila perlu cairan


parenteral). Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan
status hidrasi.

4. Bila sesak tidak terlalu hebat dapat dimulai diet enteral bertahap
melalui selang nasogastrik.

5. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan


salin normal

6. Koreksi kelainan asam basa atau elektrolit yang terjadi.

7. Pemilihan antibiotik berdasarkan umur, keadaan umum penderita


dan dugaan penyebab Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72
jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian
antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian
antibiotik tergantung : kemajuan klinis penderita, hasil laboratoris,
foto toraks dan jenis kuman penyebab :

 Stafilokokus : perlu 6 minggu parenteral

 Haemophylus influenzae/Streptokokus pneumonia : cukup 10-14


hari

Pada keadaan imunokompromais (gizi buruk, penyakit jantung


bawaan, gangguan neuromuskular, keganasan, pengobatan
kortikosteroid jangka panjang, fibrosis kistik, infeksi HIV),
pemberian antibiotik harus segera dimulai saat tanda awal pneumonia
didapatkan dengan pilihan antibiotik : sefalosporin generasi 3.

27
Dapat dipertimbangkan juga pemberian : Kotrimoksasol pada
Pneumonia Pneumokistik Karinii

3. ASMA
a. Definisi

Asma secara klinis praktis adalah adanya gejala batuk dan/atau mengi
berulang, terutama pada malam hari (nocturnal), reversible (dapat sembuh
spontan atau dengan pengobatan) dan biasanya terdapat atopi pada pasien dan atau
keluarganya.Yang dimaksud serangan asma adalah episode perburukan yang
progresif akut dari gejala-gejala batuk, sesak nafas, mengi, rasa dada tertekan,
atau berbagai kombinasi dari gejala-gejala tersebut.

Penggolongan asma tergantung pada derajat penyakitnya (aspek kronik) dan


derajat serangannya (aspek akut). Berdasar derajat penyakitnya, asma dibagi
menjadi (1) asma episodik jarang, (2) asma episodik sering dan (3) asma
persisten. Berdasarkan derajat serangannya, asma dikelompokkan menjadi (1)
serangan asma ringan, (2) sedang dan (3) berat.

b. Patofisiologi

Proses patologi pada serangan asma termasuk adanya konstriksi bronkus,


udema mukosa dan infiltrasi dengan sel-sel inflamasi (eosinofil, netrofil, basofil,
makrofag) dan deskuamasi sel-sel epitel. Dilepaskannya berbagai mediator
inflamasi seperti histamin, lekotriene C4, D4 dan E4, P.A.F yang mengakibatkan
adanya konstriksi bronkus, edema mukosa dan penumpukan mukus yang kental
dalam lumen saluran nafas. Sumbatan yang terjadi tidak seragam/merata di
seluruh paru. Atelektasis segmental atau subsegmental dapat terjadi. Sumbatan

28
jalan nafas menyebabkan peningkatan tahanan jalan nafas yang tidak merata di
seluruh jaringan bronkus, menyebabkan tidak padu padannya ventilasi dengan
perfusi (ventilation-perfusion mismatch). Hiperinflasi paru menyebabkan
penurunan compliance paru, sehingga terjadi peningkatan kerja nafas.
Peningkatan tekanan intrapulmonal yang diperlukan untuk ekspirasi melalui
saluran nafas yang menyempit, dapat makin mempersempit atau menyebabkan
penutupan dini saluran nafas, sehingga meningkatkan resiko terjadinya
pneumotoraks. Peningkatan tekanan intratorakal mungkin mempengaruhi arus
balik vena dan mengurangi curah jantung yang bermanisfestasi sebagai pulsus
paradoksus.

Ventilasi perfusi yang tidak padu padan, hipoventilasi alveolar, dan


peningkatan kerja nafas menyebabkan perubahan dalam gas darah. Pada awal
serangan, untuk mengkompensasi hipoksia terjadi hiperventilasi sehingga kadar
PaCO2 yang akan turun dan dijumpai alkalosis respiratorik. Selanjutnya pada
obstruksi jalan nafas yang berat, akan terjadi kelelahan otot nafas dan
hipoventilasi alveolar yang berakibat terjadinya hiperkapnia dan asidosis
respiratorik. Karena itu jika dijumpai kadar PaCO2 yang cenderung naik walau
nilainya masih dalam rentang normal, harus diwaspadai sebagai tanda kelelahan
dan ancaman gagal nafas. Selain itu dapat terjadi pula asidosis metabolik akibat
hipoksia jaringan dan produksi laktat oleh otot nafas. Hipoksia dan asidosis dapat
menyebabkan vasokontriksi pulmonal, namun jarang terjadi komplikasi cor
pulmonale. Hipoksia dan vasokontriksi dapat merusak sel alveoli sehingga
produksi surfaktan berkurang atau tidak ada, dan meningkatkan resiko terjadinya
atelektasis.

c. Diagnosis

UKK Pulmonologi PP IDAI telah membuat pedoman nasional asma


dengan gejala awal berupa batuk dan/atau mengi. Pada alur diagnosis selain
anamnesis yang cermat beberapa pemeriksaan penunjang juga perlu dilakukan
tergantung pada fasilitas yang tersedia.

d. Pemeriksaan penunjang

29
- Uji fungsi paru dengan spirometri atau peak flow meter. Diagnosis asma
dapat ditegakkan bila didapatkan :

o Variasi pada PFR (peak flow meter = arus puncak ekspirasi) atau FEV1
(forced expiratory volume 1 second = volume ekspirasi paksa pada detik
pertama) ≥ 15%

o Kenaikan ≥ 15% pada PFR atau FEV1 setelah pemberian inhalasi


bronkodilator

o Penurunan ≥ 20% pada PFR atau FEV1 setelah provokasi bronkus.

- Pemeriksaan Ig E dan eosinofil total. Bila terjadi peningkatan dari nilai


normal akan menunjang diagnosis

- Foto toraks untuk melihat adanya gambaran emfisematous atau adanya


komplikasi pada saat serangan. Foto sinus para nasal perlu dipertimbangkan
pada anak > 5 tahun dengan asma persisten atau sulit diatasi

e. Tatalaksana

Tatalaksana asma mencakup edukasi terhadap pasien dan atau keluarganya


tentang penyakit asma dan penghindaran terhadap faktor pencetus serta
medikamentosa. Medikamentosa yang digunakan dibagi menjadi 2 kelompok
besar yaitu pereda (reliever) dan pengendali (controller). Tata laksana asma dibagi
menjadi dua kelompok besar yaitu pada saat serangan (asma akut) dan di luar
serangan (asma kronik).

Di luar serangan, pemberian obat controller tergantung pada derajat asma. Pada
asma episodik jarang, tidak diperlukan controller, sedangkan pada asma episodik
sering dan asma persisten memerlukan obat controller. Pada saat serangan
lakukan prediksi derajat serangan (Lampiran 2), kemudian di tata laksana sesuai
dengan derajatnya (lampiran 5).

Pada serangan asma akut yang berat :

30
- Berikan oksigen

- Nebulasi dengan b-agonis ± antikolinergik dengan oksigen dengan 4-6 kali


pemberian.

- Koreksi asidosis, dehidrasi dan gangguan elektrolit bila ada

- Berikan steroid intra vena secara bolus, tiap 6-8 jam

- Berikan aminofilin intra vena :

o Bila pasien belum mendapatkan amonifilin sebelumnya, berikan


aminofilin dosis awal 6 mg/kgBB dalam dekstrosa atau NaCl sebanyak
20 ml dalam 20-30 menit

o Bila pasien telah mendapatkan aminofilin (kurang dari 4 jam), dosis


diberikan separuhnya.

o Bila mungkin kadar aminofilin diukur dan dipertahankan 10-20 mcg/ml

o Selanjutnya berikan aminofilin dosis rumatan 0,5-1 mg/kgBB/jam

- Bila terjadi perbaikan klinis, nebulasi diteruskan tiap 6 jam hingga 24 jam,
dan pemberian steroid dan aminofilin dapat per oral

- Bila dalam 24 jam pasien tetap stabil, pasien dapat dipulangkan dengan
dibekali obat b-agonis (hirupan atau oral) yang diberikan tiap 4-6 jam selama
24-48 jam. Selain itu steroid oral dilanjutkan hingga pasien kontrol ke klinik
rawat jalan dalam 24-48 jam untuk reevaluasi tatalaksana.

31
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Diagnosis Holistik An. D adalah :
a. Diagnosa Biologis : Bronkitis
b. Diagnosis Psikologis : Hubungan An.D dengan anggota
keluarganya cukup baik.
c. Diagnosis Ekonomi : Status ekonomi mengah, cukup untuk
kebutuhan sehari-hari
d. Diagnosis Sosial : Hubungan keluarga An.D dengan
masyarakat sekitar baik.
2. Saran untuk pencegahan
 Untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar
batuk tidak bertambah parah.
 Membatasi aktivitas anak
 Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin,
bila ada yang tertutup lehernya
 Hindari makanan yang merangsang
 Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan
mandikan anak dengan air hangat
 Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum
makan
 Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

32
DAFTAR PUSTAKA

1. Loughlin GM. Bronchitis. Dalam : Kendig EL, Chernick V, penyunting.


Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke-5.
Philadelphia : WB Saunders 1990 : 349-59.
2. Goodman D. Bronchitis. Dalam : Behrman RE, Kleigman RM, Jenson
HB, penyunting. NelsonTextbook of Pediatrics. Edisi ke-17. Philadelphia :
WB Saunders, 2003 : 1414-5.
3. Rahajoe N, Supriyatno B, Setyanto DB. Pedoman Nasional Asma Anak.
UKK Pulmonologi : PP IDAI, 2004.
4. Michael Sly. Asthma Dalam : Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,
penyunting. Nelson Textbook of Pediatric. Edisi ke-16. Philadelphia : WB
Saunders, 2000 : 664-80.

33

Anda mungkin juga menyukai