Anda di halaman 1dari 15

Konjungtivitis Virus Akut Oculi Dextra Sinistra pada Dewasa

Joceline Valencia (10.2013.072)


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat
Email: noni_jvs@yahoo.com

PENDAHULUAN

Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau radang selaput lendir yang


menutupi belakang kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut maupun kronis. Penyebab
konjungtivitis antara lain bakteri, klamidia, alergi, viral toksik, berkaitan dengan penyakit
sistemik.1

Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis dapat berupa hiperemi konjungtiva
bulbi (injeksi konjungtiva), lakrimasi, eksudat dengan sekret yang lebih nyata di pagi hari,
pseudoptosis akibat kelopak membengkak, kemosis, hipertrofi papil, folikel, membran,
pseudomembran, granulasi, flikten, mata merasa seperti adanya benda asing, dan adenopati
preaurikular.1

Biasanya sebagai reaksi konjungtivitis akibat virus berupa terbentuknya folikel pada
konjungtiva. Bilik mata dan pupil dalam bentuk yang normal.1 Cara penularannya dapat
melalui kontak langsung dengan penderita atau melalui udara. Jika tidak diobati sesuai
dengan penyebabnya bisa terbentuk ulkus kornea, abses, perforasi atau bahkan kebutaan
walaupun biasanya konjungtivitis virus akut dapat sembuh sendiri tanpa pemberian obat-
obatan khusus.

SKENARIO 1
Seorang laki-laki usia 41 tahun datang ke poli umum dengan keluhan utama kedua
mata gatal dan berair sejak 3 hari yang lalu.
Keluhan disertai mata merah dan keluar sekret yang jernih dan kental. Pasien
menderita batuk dan pilek satu minggu sebelumnya. Anak pasien diketahui sedang pilek dan
rekan kerja pasien ada yang menderita sakit mata yang sama.
Hasil pemeriksaan:
- Visus OD 6/12, OS 6/10
- Segmen anterior ODS: palpebral ODS – edema ringan | konj. tarsalis – reaksi
folikular | konj. bulbi – inj. silier, chemosis, sekret mukopurulen
- Segmen posterior ODS: reflex fundus (+)

PEMBAHASAN
ANATOMI MATA
Secara garis besar, mata memiliki 2 bagian utama, yaitu bagian dalam bola mata dan
bagian luar bola mata.

Bagian Luar Mata:


 Alis Mata adalah bagian yang terdapat di atas kelopak mata yang tersusun atas
rambut-rambut, alis mata berfungsi untuk melindungi mata dari air dan kotoran yang
hendak masuk ke mata. Contohnya mata dapat terlindung dari keringat dari atas alis
mata.2
 Kelopak Mata adalah bagian yang menutupi sebagian mata, dan berfungsi untuk
melindungi serta membersihkan mata. Kelopak mata dapat menutup dan membuka.
Kelopak mata memiliki gerak refleks untuk berkedip jika terjadi sesuatu, misalnya
ketika intensitas cahaya yang diterima bola mata meningkat secara tiba-tiba.2 
 Bulu Mata adalah bagian yang terdapat pada ujung kelopak mata yang juga terdiri
dari rambut-rambut halus. Bulu Mata berfungsi untuk melindungi mata dari kotoran
dan juga untuk menyaring intensitas cahaya yang masuk ke mata. Pada bulu mata
terdapat suatu kelenjar yang disebut kelenjar meibow yang berfungsi menghasilkan
lemak untuk mencegah kedua kelopak mata lengket saat berkedip, merupakan
membran mukosa tipis yang membatasi permukaan dalam dari kelopak mata dan
melipat ke belakang membungkus permukaan depan dari bola mata, kecuali bagian
jernih di tengah-tengah mata (kornea). Membran ini berisi banyak pembuluh darah
dan berubah merah saat terjadi inflamasi.2

Bagian Dalam Mata:


 Dinding Bola Mata
Bola mata tersusun atas 3 dinding yang memiliki peran dominan dalam menjalankan
fungsinya sebagai alat indra penglihat. Ketiga bagian tersebut adalah:
 Sklera, adalah bagian dinding mata paling luar, bagian ini berwarna putih buram
dan bersifat keras karena tersusun oleh jaringan ikat dengan serat yang kuat.
Sklera berfungsi untuk membungkus dan melindungi bola mata dari kerusakan.1 
 Kornea. Pada bagian depan sklera terdapat bagian bening yang terlihat cembung,
bagian ini disebut kornea. Kornea berfungsi untuk melindungi lensa mata dan
meneruskan cahaya yang masuk ke mata. Kornea selalu dibasahi oleh air mata,
tidak memiliki pembuluh darah dan bersifat tembus cahaya.1
 Koroid adalah bagian dinding mata lapisan tengah yang berfungsi sebagai
penyuplai oksigen dan nutrisi untuk bagian lain, terutama bagi retina. Pada
Koroid terdapat banyak pembuluh darah oleh karena mudah untuk transfer
oksigen. Koroid umumnya berwarna coklat kehitaman atau hitam. Warna gelap
pada Koroid berfungsi agar cahaya tidak direfleksikan (dipantulkan). Bagian
depan koroid yang terputus akan membentuk iris (selaput pelangi), pada bagian
tengah iris terdapat lubang yang dinamakan pupil.2
 Retina adalah bagian dinding paling dalam dari mata yang berfungsi untuk
menangkap bayangan benda karena memiliki sel yang peka terhadap cahaya.
Retina merupakan bagian yang memiliki reseptor cahaya yang terdiri dari sel -
sel saraf yaitu:
 Sel Batang (Basilus) merupakan sel yang peka terhadap cahaya tidak kuat.
(lebih berperan saat malam hari atau dalam keadaan gelap)
 Sel Kerucut (Konus) merupakan sel yang peka terhadap intensitas cahaya yang
kuat. (lebih berperan saat siang hari atau dalam keadaan terang)
Bagian belakang retina tidak memiliki sel batang maupun sel kerucut tersebut,
oleh karena itu disebut titik buta, dan apabila bayangan benda jatuh pada titik
tersebut maka kita tidak bisa melihat. Sedangkan bagian mata yang memiliki
banyak sel kerucut disebut titik kuning, bagian ini merupakan bagian yang paling
peka terhadap cahaya, apabila bayangan benda jatuh pada titik kuning, maka
manusia mampu melihat dengan jelas.
 Iris
Iris merupakan bagian yang memberi warna pada mata, mungkin sahabat pernah
melihat orang yang warna bola matanya coklat, hitam, biru atau hijau? Nah irislah
yang berperan untuk memberikan warna pada bola mata manusia. Pada bagian Iris
terdapat pingmen warna, oleh karena itu iris sering disebut selaput pelangi, iris
terletak pada bagian depan bola mata. Iris dapat mengkerut dan mengembang, iris
berfungsi untuk mengatur pergerakan pupil sesuai dengan intensitas cahaya yang
masuk.2
 Pupil
Pupil adalah bagian lubang yang terdapat pada bagian tengah iris yang berfungsi
untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya yang masuk ke mata. Pupil akan melebar
apabila sedikit cahaya yang masuk ke mata (dalam keadaan semakin gelap) dan akan
mengecil apabila banyak cahaya yang masuk ke mata (dalam keadaan semakin
terang). Proses membesar dan mengecilnya Pupil berguna agar cahaya yang masuk
tidak berlebihan dan tidak terlalu sedikit agar kita tetap dapat melihat dengan baik.2
 Lensa
Lensa merupakan bagian yang bersifat lunak dan transparan yang terdapat di belakang
iris. Lensa berfungsi untuk mengumpulkan dan memfokuskan cahaya agar bayangan
benda jatuh di tempat yang tepat. Lensa memiliki kemampuan yang disebut daya
akomodasi yaitu kemampuan untuk menebal/ menipisnya atau mencembung/
memipihnya lensa sesuai dengan jarak benda yang dilihat. Lensa diikat oleh otot
pemegang lensa, otot inilah yang berfungsi dalam kemampuan daya akomodasi lensa.
Lensa akan semakin cembung saat melihat benda yang dekat dan semakin memipih
saat melihat benda yang jauh.2
 Kelenjar Lakrima (kelenjar air mata)
Kelenjar Lakrima merupakan bagian mata yang berfungsi untuk menghasilkan air
mata yang akan membasahi kornea, melindungi mata dari kuman, menjaga mata dan
kelopak mata bagian dalam agar tetap lembut dan sehat.1
 Saraf Optik
Saraf optik merupakan bagian yang berfungsi untuk memberikan informasi visual
yang diterima dan diteruskan ke otak.1

Konjungtiva terdiri dari tiga bagian:


a. Konjungtiva palpebralis (menutupi permukaan posterior dari palpebra).
b. Konjungtiva bulbaris (menutupi sebagian permukaan anterior bola mata).
c. Konjungtiva forniks (bagian transisi yang membentuk hubungan antara bagian
posterior palpebra dan bola mata).
Meskipun konjungtiva agak tebal, konjungtiva bulbar sangat tipis. Konjungtiva bulbar
juga bersifat dapat digerakkan, mudah melipat ke belakang dan ke depan. Pembuluh darah
dengan mudah dapat dilihat di bawahnya. Di dalam konjungtiva bulbar terdapat sel goblet
yang mensekresi musin, suatu komponen penting lapisan air mata pre-kornea yang
memproteksi dan memberi nutrisi bagi kornea.2
Lapisan epitel konjungtiva terdiri dari dua hingga lima lapisan sel epitel silinder
bertingkat, superficial dan basal. Lapisan epitel konjungtiva di dekat limbus, di atas
karunkula, dan di dekat persambungan mukokutan pada tepi kelopak mata terdiri dari sel-sel
epitel skuamosa.
Sel-sel epitel superficial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi
mukus. Mukus mendorong inti sel goblet ke tepi dan diperlukan untuk dispersi lapisan air
mata secara merata diseluruh prekornea. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat daripada
sel-sel superficial dan di dekat linbus dapat mengandung pigmen.
Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superficial) dan satu lapisan
fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan dibeberapa tempat
dapat mengandung struktur semacam folikel tanpa sentrum germinativum. Lapisan adenoid
tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Hal ini menjelaskan mengapa
konjungtivitis inklusi pada neonatus bersifat papiler bukan folikuler dan mengapa kemudian
menjadi folikuler. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada
lempeng tarsus. Hal ini menjelaskan gambaran reaksi papiler pada radang konjungtiva.
Lapisan fibrosa tersusun longgar pada bola mata
Kelenjar air mata asesori (kelenjar Krause dan Wolfring) yang struktur dan fungsinya
mirip kelenjar lakrimal, terletak di dalam stroma. Sebagian besar kelenjar krause berada di
forniks atas, dan sedikit ada di forniks bawah. Kelenjar Wolfring terletak ditepi atas tarsus
atas.2

Bola mata bisa bergerak berkat bantuan beberapa otot mata, seperti:
1. Rektus eksternus berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke arah luar.
2. Rektus internus berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke arah dalam.
3. Rektus inferior berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke bawah dan ke dalam.
4. Obliquus inferior berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke bawah dan ke luar.
5. Rektus superior berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke atas dan ke dalam.
6. Obliquus superior berfungsi untuk menggerakkan bola mata ke atas dan ke luar
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan suatu bentuk wawancara antara dokter dengan
pasien/keluarganya/orang yang mempunyai hubungan dekat dengan pasien dengan
memperhatikan petunjuk-petunjuk verbal dan non-verbal mengenai riwayat penyakit pasien.

Tujuan dari anamnesis adalah mendapatkan informasi menyeluruh dari pasien yang
bersangkutan. Informasi yang dimaksud adalah data medis organobiologis, psikososial, dan
lingkungan pasien, selain itu juga tujuan yang tidak kalah penting adalah membina hubungan
dokter pasien yang profesional dan optimal.

Hal-hal penting yang biasanya ditanyakan kepada pasien adalah sebagai berikut:1
1) Identitas pasien, seperti nama, alamat, umur, pekerjaan dan sebagainya.
2) Keluhan utama pasien, hal utama yang membuat pasien datang menemui dokter. Keluhan
utama digolongkan menurut lama, frekuensi, lokasi, berat dan keadaan lingkungan saat
timbul juga sangat penting, demikian pula dengan gejala tambahan seperti gangguan
penglihatan, fotofobia, demam dan radang tenggorokan. Tanyakan juga apakah ada cairan
atau air mata yang keluar.
3) Riwayat penyakit dahulu, apakah pasien memiliki penyakit sistemik tertentu seperti
diabetes dan hipertensi. Tanyakan apakah ada riwayat alergi, juga penglihatan buruk pada
satu mata sejak lahir atau rekurensi penyakit sebelumnya.
4) Riwayat pengobatan, apakah pasien pernah mengkonsumsi obat-obat yang toksik
terhadap mata seperti isoniazid, klorokuin atau ethambutol.
5) Riwayat keluarga, tanyakan apakah di dalam keluarganya ada yang mengalami gangguan
pada mata seperti strabismus, ambliopia, glaukoma, katarak, dan masalah retina seperti
ablatio retina atau degenerasi makula. Penyakit sistemik diabetes juga perlu ditanyakan.
6) Riwayat pribadi, seperti konsumsi alkohol, merokok dan lingkungan tempat tinggal atau
kerjanya.

PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi mata2
 Adakah kelainan yang terlihat jelas (misal: proptosis, mata merah, asimetris,
nistagmus yang jelas atau ptosis)?
Lihat konjungtiva, kornea, iris, pupil, dan kelopak mata.
 Apakah pupil simetris? Bagaimana ukurannya? Apakah keduanya merespon normal
atau seimbang pada cahaya dan akomodasi?
 Adakah ptosis? Periksa menutup kelopak mata.
2. Tajam penglihatan atau visus
Pemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Biasanya
pemeriksaam tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca
huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Untuk mengetahui tajam
penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen dan bila penglihatan kurang
maka tajam penglihatan diukur dengan melihat jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi
sinar. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasi antara 6/4 hingga 6/6 (atau 20/15
atau 20/20 kaki). Dengan kartu Snellen standar ini dapat ditentukan tajam penglihatan
atau kemampuan melihat seseorang.2

Gambar 1. Snellen Chart


3. Funduskopi
Funduskopi merupakan tes untuk melihat dan menilai kelainan dan keadaan pada
fundus okuli. Cahaya yang dimasukkan kedalam fundus akan memberikan refleks fundus
dan gambaran fundus mata akan terlihat bila fundus diberi sinar.
Alat yang diperlukan adalah oftalmoskop dan obat melebarkan pupil (tropicamide
0.5%-1% (mydriacyl) / fenilefrin hidroklorida 2.5% (kerja lebih cepat))
Gambar 2. Fundus Normal. Pembuluh darah retina tidak menyebrangi fovea.

4. Tonometri
Tonometri schiotz merupakan salah satu pemeriksaan yang ditujukan untuk
menghitung tekanan intraocular. Pemeriksaan ini menghitung sejauh mana kornea dapat
diindentasi pada pasien yang sedang terletang. Semakin rendah tekanan intraocular,
semakin dalam tenggelam pin tonometer dan semakin besar jarak pergerakan jarum. Bila
tekanan bola mata lebih rendah maka beban akan mengindentasi lebih dalam permukaan
kornea dibanding tekanan bola mata lebih tinggi. Tekanan bola mata normal adalah 10-20
mmHg.3

Gambar 3. Tonometri Schiotz


PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah bahan tersebut
dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau giemsa dapat dijumpai sel-sel radang
polimorfonuklear. Pada konjungtivitis yang disebabkan viral pada pengecatan dengan giemsa
akan didapatkan sel-sel monosit dan limfosit. Pada pemeriksaan klinik didapat adanya
hiperemia konjungtiva/ injeksi konjungtiva, ada juga pendarahan pada konjungtiva, sekret
serus, bisa ditemukan pembesaran KGB preaurikular.2,3

Namun untuk lebih spesifik dapat dilakukan pemeriksa sebagai berikut:


 Mikrobiologi
Seperti membrane mukosa lainnya, konjungtiva dapat dikultur dengan swab untuk
identifikasi bakteri. Specimen untuk pemeriksaan diperoleh dengan mengorek
palpebral konjungtiva secara ringan dengan spatula platinum kecil setelah anastesi
topical. Untuk evaluasi sitology konjungtivitis, Giemsa merupakan pewarnaan yang
digunakan untuk mengidentifikasi jenis sel inflamasi, sementara pewarnaan gram
menunjukan tipe bakteri.

Gambar 4. Pengambilan specimen dari konjungtiva

Terhadap spesimen dilakukan :

 Pemeriksaan direct smear dengan pewarnaan metode gram.


 Segera di kultur pada media: blood agar, chocolate agar, Loeffler media (untuk
Corynebactyerium).
 Dikultur dalam candle jar untuk bakteri tersangka Neisseriae dan
Corynebacterium.
 Dikultur dalam anaerobic jar untuk tersangka bakteri anaerob.
 Semua kultur harus dalam 48 jam.
DIAGNOSIS BANDING

Tabel 1. Perbandingan Konjungtivitis4

Virus Bakteri Alergi

Etiologi Adenovirus Staphylococcus, Tepung sari, rumput,


Streptococcus, Haemophilus bulu hewan

Gejala Mata merah, berair Kelopak mata lengket, mata Mata sebentar-sebentar
berat, conj. bengkak, berpasir merah, musim tertentu,
pilek, fotofobia riwayat alergi

Sekret Serous-mukous Purulen / mukopurulen Mukous (bening,


kental)

Air mata Banyak Sedang Sedikit

Kemosis +- ++ ++

Gatal Sedikit Sedikit Berat

Merah + + +

Kelenjar Membesar Jarang Membesar


preaurikular

Sakit Kadang-kadang Jarang -


tenggorokan

1. Konjungtivitis Alergi
Infeksi ini bersifat musiman dan berhubungan dengan sensitivitas terhadap
serbuk, protein hewani, bulu, makanan atau zat-zat tertentu, gigitan serangga dan/atau
obat (atropin dan antibiotik golongan Mycin). Infeksi ini terjadi setelah terpapar zat
kimia seperti hair spray, tata rias, asap rokok. Asma, demam kering dan ekzema juga
berhubungan dengan konjungtivitis alergi. Disebabkan oleh alergen yang terdapat di
udara, yang menyebabkan degranulasi sel mast dan pelepasan histamin.4
Pasien dengan konjungtivitis alergi sering memiliki riwayat atopi, alergi
musiman, atau alergi spesifik (misal terhadap kucing). Dapat juga terjadi karena
reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi humoral terhadap
alergen. Pada keadaan yang berat mempakan bagian dari sindrom Steven Johnson,
suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan
predisposisi alergi obat-obatan. Pada pemakaian mata palsu atau lensa kontak juga
dapat terjadi reaksi alergi.
Tanda: mata merah, sakit, bengkak, panas, berair, gatal, dan silau. Sering
berulang dan menahun, bersamaan dengan rinitis alergi. Biasanya terdapat riwayat
atopi sendiri atau dalam keluarga. Pada pemeriksaan ditemukan injeksi ringan pada
konjungtiva palpebra dan bulbi serta papil besar pada konjungtiva tarsal yang dapat
menimbulkan komplikasi pada konjungtiva. Pada keadaan akut dapat terjadi kemosis
berat.4
Dikenal beberapa macam bentuk konjungtivitis alergi seperti konjuntivitis
flikten, konjungtivitis vermal, konjungtivitis atopi, konjungtivitis alergi bakteri,
konjungtivitis alergi akut, konjungtivitis alergi kronik, sindrom Steven-Johnson,
pemfigoid okuli dan sindrom Syogren.
Prinsip terapi yang dapat diberikan adalah tetes mata anti histamin, Na
chromoglycat, pemirolast, dsb. Bila sudah sangat berat gejalanya yaitu saat korena
terkena imbas misalnya terjadi keratitis atau ulkus berikan tetes mata steroid, tetapi
harus diingat akan efek samping pemakaian steroid jangka panjang.

2. Konjungtivitis Bakteri
Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat
menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau
dengan objek yang terkontaminasi. Terdapat 2 bentuk konjungtivitis akut (dapat
sembuh ±14 hari) dan biasanya sekunder terhadap penyakit palpebra/ obstruksi duktus
nasolakrimalis.2
Gejala umumnya: mata merah, konjungtiva hiperemis, injeksi konjungtiva,
visus normal, sekret purulent (putih, kuning, hijau).5
Bila sudah terasa silau, sakit, fotofobia (sakit bila melihat cahaya) artinya
sudah terdapat komplikasi keratitis (radang kornea) atau terjadi peradangan
konjungtiva dan kornea sekaligus (keratokonjungtivitis).
Pengobatan dapat diberikan antibiotika tetes mata dan atau salep mata. Dosis
pemberian: bila ringan berikan 4 kali 2 tetes per hari, bila berat 6 kali 2 tetes perhari
atau lebih/ bisa 2 jam sekali diluar waktu tidur. Contohnya: kloramfenikol, tetrasiklin,
gentamisin, tobramisin, ciprofloksasin, ofloxasin, dsb.2,5

WORKING DIAGNOSIS

Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan oleh berbagai jenis
virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat menimbulkan cacat hingga infeksi
ringan.6

Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung etiologinya, karena itu


diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang membedakan tipe tipe menurut
penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai, durasi dan gejala-gejala sistemik maupun
ocular, keparahan dan frekuensi gejala, faktor faktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar
untuk menetapkan diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga untuk
ditanyakan onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri berdasarkan gejala
klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan
jarang dilakukan karena menghabiskan waktu dan biaya.5,6

ETIOLOGI

Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai jenis virus, tetapi adenovirus adalah
virus yang paling banyak menyebabkan penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling
membahayakan. Selain itu penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster,
picornavirus (enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency virus
(Scott, 2010). Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan penderita dan
dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan benda-benda yang menyebarkan
virus (fomites) dan berada di kolam renang yang terkontaminasi.5

EPIDEMIOLOGI

Konjungtivitis virus adalah penyakit mata umum di seluruh dunia. 6 Karena begitu
umum dan banyak kasus yang tidak dibawa ke klinik atau rumah sakit, statistik yang akurat
pada frekuensi penyakit ini tidak tersedia. Infeksi virus sering terjadi pada epidemi dalam
keluarga, sekolah, kantor dan organisasi militer. Konjungtivitis virus dapat terjadi sama pada
pria dan wanita dan dapat terkena pada semua usia.
PATOFISIOLOGI

Konjungtiva selalu berhubungan dengan dunia luar sehingga kemungkinan terinfeksi


dengan mikroorganisme sangat besar. Apabila ada mikroorganisme yang dapat menembus
pertahanan konjungtiva berupa tear film yang juga berfungsi untuk melarutkan kotoran-
kotoran dan bahan-bahan toksik melalui meatus nasi inferior maka dapat terjadi
konjungtivitis.
Beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar. Pada film air mata,
unsur berairnya mengencerkan materi infeksi, mucus menangkap debris dan kerja memompa
dari palpebra secara tetap menghanyutkan air mata ke duktus air mata dan air mata
mengandung substansi antimikroba termasul lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan
cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi,
hipertrofi epitel atau granuloma. Mungkin pula terdapat edema pada stroma konjungtiva
(kemosis) dan hipertrofi lapis limfoid stroma (pembentukan folikel). Sel-sel radang
bermigrasi dari stroma konjungtiva melalui epitel kepermukaan. Sel-sel kemudian bergabung
dengan fibrin dan mucus dari sel goblet, membentuk eksudat konjungtiva yang menyebabkan
perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior, menyebabkan hoperemi yang tampak paling nyata pada forniks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertrofi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas, atau gatal. Sensai ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hyperemia dan menambah jumlah air mata. Jika klien
mengeluh sakit pada iris atau badan siliare berarti kornea terkena.

GEJALA KLINIS

Gejala klinis yang dapat ditemukan dari konjungtivitis viral akut antara lain:3,4

 Hiperemia/injeksi konjungtiva.  Pembesaran kelenjar preaurikular.


 Mata seperti berpasir/kelilipan.  Sekret serous.
 Konjungtiva tampak seperti  Fotofobia.
berdarah.  Kemosis
 Edema kelopak mata  Disertai gejala sistemik seperti
 Banyak mengeluarkan air mata suhu badan meningkat dan pegal-
(epifora). pegal/malaise
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap keluarga atau masyarakat sekitar:4

1. Orang sakit jangan tidur bersama orang sehat


2. Pisahkan alat-alat yang biasa digunakan sehari-hari
3. Seluruh anggota keluarga di rumah sering cuci tangan
4. Handuk mandi si sakit jangan di tumbuk dengan handuk orang sehat
5. Istirahat yang cukup, sebisa mungkin jangan membuka komputer / bermain
handphone
6. Jangan kompres mata dan mata tidak di cuci / diguyur dengan cairan-cairan pencuci
mata.

PENATALAKSANAAN
o Konjungtivitis virus tidak memerlukan terapi yang definitif arena penyakit ini merupakan
penyakit yang self-limited (biasanya akan membaik dalam 7-14 hari).4
o Pengobatan suportif dan simptomatik seperti obat untuk demam dan pegal-pegal.
o Obat antivirus topikal dan sistemik.5
o Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder, contohnya Erythromycin 5mg/gr (0.5%) eye
ointment 6x sehari selama 7-10 hari.
o Steroid topikal.

KOMPLIKASI

Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti blefarokonjungtivitis.


Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya pseudomembran, dan timbul parut linear halus
atau parut datar, dan keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit.5

PROGNOSIS

Prognosis dari konjungtivitis viral akut ini biasanya baik karena konjungtivitis
viral akut umumnya bisa sembuh sendiri, tetapi untuk menghindari terjadinya infeksi
sekunder dapat diberikan antibiotik.5
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari anamnesis dan hasil pemeriksaan terkait, dapat disimpulkan bahwa laki-
laki 41 tahun yang datang ke poli umum dengan keluhan utama kedua mata gatal dan
berair sejak 3 hari yang lalu tersebut menderita konjungtivitis viral ODS, dimana
dijelaskan bahwa anak pasien menderita batuk pilek dan rekan kerjanya juga
mengalami sakit mata yang sama. Gambaran klinis yang terlihat pada konjungtivitis
viral dapat berupa hiperemia, banyak air mata, kelopak mata bengkak, mata merasa
seperti kelilipan, dan sebagainya. Penanganan konjungtivitis viral ini juga tidak
spesifik, karena pada umumnya konjungtivitis ini bisa sembuh sendiri tanpa
pengobatan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Voughan D.G., Asbury T., Riordan-Eva P. Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta: EGC;
2009.h.30-121.
2. Ilyas, H. Sidarta. Ilmu Penyakit Mata. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI;
2005.h.121-140.
3. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2003.h.44-5.
4. James B., Chew C., Bron A. Lecture Note Oftalmologi. Edisi 9. Jakarta: Erlangga; 2005.
5. Morosidi S.A., Paliyama M.F. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran
UKRIDA; 2011.h.38-45.
6. Scott IU. Viral conjunctivitis. Diunduh dari:
http://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview. 18 Maret 2017.

Anda mungkin juga menyukai