PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
Pemeriksaan fisik :
Keadaan spesifik :
Pemeeriksaan penunjang :
3
2.3 Klarifikasi Istilah
4
2. Jumlah BAK dalam sehari sekitar satu gelas dan berwarna merah seperti
air cucian daging. BAB seperti biasa.
3. Tiga minggu sebelum timbul sembab, roro menderita demam dan koreng
– koreng di daerah tungkai. Roro sudah berobat, demam hilang dan koreng
– koreng mengering.
4. Gejala penyakit ini baru pertama kali dialami. Keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang seperti ini.
5. Pemeriksaan Fisik.
Keadaan umum : tampak sakit sedang, BB 28 kg, TB 113 cm
Tanda vital : TD 120/80 mmHg
Keadaan spesifik
Kepala : Edema palpebra +/+, konjungtiva anemis +/+
Abdomen : cembung, shifting dullness
Ekstremitas : pitting edema +/+, edema dorsum pedis +/+
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin : Hb 8,0 g.dl, leukosit 18.500/mm3,
trombosit 400.00/mm3, LED 98 mm/jam
Urinalisis : Warna seperti air cucian daging, proteinuria (++)
: Eritrosit 15 – 20 sel/LPB, leukosit 5 – 10 sel/LPB.
Kimia Darah : Protein total 6,0 g/dl, albumin 3,0 gr/dl,
Globulin 3gr/dl, ureum 40 mg/dl,
Kreatinin 2,0 mg/dl, kolesterol 180 mg/dl
Imuno-Serology : ASTO 420 IU
2.5.Analisis Masalah
1. Roro, anak perempuan usia 7 tahun, dibawa orng tuanya ke poli umum
RSMP degan keluhan sembab seluruh tubuh. Roro timbul sembab sejak 5
hari yang lalu, sembab mula – mula muncul disekitar kelopak mata, muka,
perut lalu menjalar pada kedua tungkai dan punggung kaki.
5
A. Bagaimana anatomy, fisiology, histology organ yang terlibat ada kasus?
Jawab :
Anatomy dan Fisiology Tractus Urinarius
6
Renal (Ginjal) adalah sepasang organ yang terletah di retroperitonial,
berfungsi mensekresikan sebagian besar produk sisa dari metabolisme.
Renal juga mempunyai peran penting mengatur keseimbangan air dan
elektrolit dalam tubuh dan mempertahankan keseimbangan asam – basa
dalam darah. Produk sisa metabolisme akan meninggalkan renal
sebagai urin yang mengalir ke vesica urinaria melalui ureter, yang
selanjutnya urin yang tertampung di vesica urinaria jika dalam volume
tertentu akan merangsang mekanisme miksi yang akan menyalurkan
urin yang tertampung untuk dikeluarkan dari tubuh melalui uretra.
(Snell, Richard S. 2012)
Renal berwarna coklat kemerahan, renal dextra terletak lebih
rendah dari renal sinistra, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar. Pada kedua margo medialis renal terdapat struktur yang disebut
hilum renale. Hilum renale meluas ke suatu ruangan yang besar di sebut
sinus renalis. Hilum renale dilalui oleh vena renalis, arteri renalis,
ureter, pembuluh limfa dan serabut – serabut syaraf. (Snell, Richard S.
2012)
7
Renal dilapisi selubung dari yang paling dekat dengan renal adalah
capsula fibrosa, capsula adiposa, fascia renalis, dan corpus adiposum
pararenale. (Snell, Richard S. 2012)
Struktur renal, masing masin renal mempunyai cortex renalis di
bagian paling luar renal, berwarna coklat gelap. Lalu medulla renalis,
bagian dalam renal yang berwarna coklat lebih terang di bandingkan
cortex. Medulla renalis terdiri atas kira – kira selusin pyramides renales
yang masing – masing mempunyai basis yang menghadap ke cortex
renalis, dan apex yaitu papilla renalis yang menonjol ke medulkla di
antara pyramides yang berdekatan di sebut columnae renales. Didalam
hilum renale, berisi pelebaran ke atas ureter yang disebut pelvis renalis.
Pelvis renalis terbagi menjadi dua atau tiga calyx renalis mayor yang
masing masing akan bercabang lagi menjadi dua atau tiga calys renalis
minor. Setiap calyx renalis minor di invaginasi oleh apex pyramidal
renalis yang disebut papilla renalis. (Snell, Richard S. 2012)
Vaskularisasi Renal
Renal mendapat nutrisi dari arteri renalis yang bercabang dari aorta
abdominal, arteri renalis ini akan masuk melewati hilum renale. Arteri
renalis akan bercabang menjadi arteri segmentales yang masuk dan
bercabang menjadi arteri lobares. Arteri lobares akan bercabang
menjadi arteri interlobares. Arteri interlobares akan berjalan menuju
cortex di antara pyramides renales dan pada perbatasan cortex dan
medula renalis arteri ini akan bercabang membentuk arteri arcuatae
yang melengkung di atas basis pyramides renale yang mana di sejumlah
arteri arteri arcuatae akan terbentuk arteri interlobulares yang berjalan
ke atas di dalam cortex. Sedangkan vena yang keluar dari renal adalah
vena renalis yang selanjutnya akan bermuara ke vena cava inferior.
(Snell, Richard S. 2012)
8
Inervasi Renal
Renal di persyarafi oleh plexus renalis. Serabut – serabut aferen
yang berjalan melalui plexus renalis masuk ke medulla spinalis melalui
nervi thoracici 10, 11, dan 12. (Snell, Richard S. 2012)
Fisiology Renal
Untuk menjalankan fungsinya dalam sistem urinaria, renal
memiliki nefron. Nefron adalah suatu unit fungsional dari renal,
terdapat sekitar lebih dari 1 juta nefron pada renal. Setiap nefron
mendapat vaskularisasi dari arteriol afferent yang bercabang dari arteri
interlobularis. Nefron berperan dalam fungsi ginjal sebagai tempat
filtrasi, reabsobsi, dan sekresi yang mana akan membentuk urin sebagai
produk akhirnya. Secara fisiologis bagian nefron, glomerulus akan
menyaring semua komponen dalam darah kecuali eritrosit dan molekul
besar seperti protein kedalam capsula bowman untuk dialirkan ke
tubulus tubulus nefron. Namun tidak semua komponen yang tersaring
tersebut akan berakhir menjadi urin, semua komponen tadi hampir
sebagian besar akan di reabsobsi disepanjang tubulus – tubulus nefron
hingga tersisa hanya sedikit sekali komponen yang akan berakhir
menjadi urin
Filtrasi di nefron di pengaruhi oleh GFR (glomerulus filtration
rate) atau sebagian menyebutnya LFG (laju filtrasi glomerulus). LFG
ini di pengaruhi oleh adanya tekanan di sekitar kapiler glomerulus. Ada
3 tekanan yang berpengaruh dalam terjadinya LFG, yaitu:
1. Tekanan darah kapiler glomerulus (mendorong filtrasi (55%))
- Tekanan yang mendorong darah untuk keluar dari kapiler
glomerulus dan masuk ke dalam capsula bowman
2. Tekanan osmotic koloid plasma (melawan filtrasi (30%))
- Tekanan yang dipengaruhi oleh tingginya konsentrasi dalam
plasma kapiler glomerulus yang akan cendung menarik cairan
yang masuk ke capsula bowman untuk kembali masuk ke dalam
aliran kapiler glomerulus
9
3. Tekanan hidrostatik kapsul bowman (melawan filtrasi (15%))
- Tekanan yang ada pada kapsula bowman, tekanan ini akan
mendorong cairan untuk masuk kembali ke dalam kapiler
glomerulus
Dari ke 3 tekanan tersebut akan didapatkan tekanan neto yang
normalnya berjumlah 10, didapat dari penjumlahan ke3 tekanan
tersebut (55-30+15 = 10). Tekanan inilah yang akan mendorong cairan
di kapiler glomerulus untuk masuk kedalam capsula bowman.
(Sherwood, 2015)
Histology Renal
Secara histology lapisan renal dari luar kedalam terdiri dari
capsula, cortex dan medulla. Didalam zona cortex dan medulla terdapat
unit fungsional ginjal yaitu nefron. Nefron tersusun atas kapiler
glomerulus, tubulus kontortus proxsimal, ansa henle (pars descenden
dan pars ascenden), tubulus kontortus distal, dan tubulus kolligens.
Pada kapiler glomerulus terdapat arteri yang mesuk yaitu arteri afferent,
kapiler glomerulus sangat unik karena tidak seperti kapiler lain yang
bermuara atau berlanjut menjadi venula kapiler glomerulus akan
bermuara menjadi arteri efferent yang mana arteri ini akan menjadi
kapiler peritubular mengelilingi tubulus – tubulus proxsimal hingga
tubulus distal dan baru berakhir menjadi vena interlobularis. Hal unik
lain pada nefron adalah bagian ansa henle yang diameternya mengecil
dan berbeda dari tubulus – tubulus lain pada nefron, nefron ginjal selalu
terdapat pada cortex namun pada bagian ansa henle selalu masuk
kedalam zona medulla dan pada tubulus kontortus distal akan kembali
lagi ke zona cortex. (Eroschenko, 2013)
10
Pada nefron juga terdapat struktur yang disebut aparatus
juxtaglomerulus. Bagaian ini terdiri dari sel – sel yang termodifikasi
dan letaknya disekitar glomerulus dan sebagian tubulus kontortus distal
yang berdekatan dengan glomerulus nefron. Sel – sel termodifikasi
tersebut adalah sel granular, sel ini terdapat pada arteri afferent, sel – sel
ini dapat mensintesis renin yang pada fungsinya akan mengaktifkan
sistem RAA. Selanjutnya ada sel makula densa, sel – sel tubulus
kontortus distal yang termodifikasi, sel ini mendeteksi perubahan
natrium (sodium) yang lewat di tubulus tersebut lalu bekerja secara
parakrin kearteri afferent untuk vasokontriksi atau vasodilatasi
tergantung dari stimulasi dan kondisi natrium yang lewat. (Sherwood,
2015) (Eroschenko, 2013)
Kapiler glomerulus mempunyai 3 lapisan, yaitu lapisan pertama
yang menghadap lumen kapiler adalah sel – sel endotelial, lapisan
kedua adalah membrana basalis, dan lapisan ke tiga adalah kaki – kaki
sel podosit. Ketiga lapisan ini berfungsi membantu kapiler glomerulus
dalam fungsinya sebagai penyaring dalam proses filtrasi. 3 lapisan ini
memungkinkan molekul besar seperti eritrosit dan protein untuk tidak
ikut terfiltrasi kedalam capsula bowman. (Sherwood, 2015)
11
B. Apa kemungkinan penyebab sembab seluruh tubuh pada roro?
Jawab :
Penyakit dengan keluhan sembab seluruh tubuh
Edema Nefritik
Edema ini terjadi akibat peningkatan tekanan hidrostatik
intravaskular sebagai dampak peningkatan volume plasma. Penigkatan
volume plasma ini terjadi akibat penurunan LFG dan adanya retensi
natrium sebagai akibat proses primer yang ada di ginjal. Keadaan ini
biasanya terjadi pada glomerulonefritis akut, dan gagal ginjal (fase
oliguria)
12
Edema Nefrotik
Edema ini terjadi karena adanya penurunan tekanan onkotik
plasma akibat kehilangan banyak protein plasma yang tersaring dan ikut
keluar bersama urin. Penurunan protein plasma ini menyebabkan
tekanan onkotik intravaskuler menurun. Sebagai dampaknya,
keseimbangan tekanan bergeser dan cairan intravaskuler cendrung akan
merembes ke ruang interstisial, sehingga terjadilah edema.
(Noer DKK , 2011)
2. Jumlah BAK dalam sehari sekitar satu gelas dan berwarna merah seperti
air cucian daging. BAB seperti biasa.
A. Apa saja kemungkinan penyebeb dari BAK berwarna meraeh seperti air
cucian daging?
Jawab :
BAK berwarna merah seperti air cucian daging adalah tanda
adanya hematuria makroskopik (gross hematuria). Hematuria sendiri
adalah adanya darah dalam urin. Hematuria dapat terjadi karena
berbagai penyebab dan kelainan di sepanjang saluran kemih. Secara
garis besar, kelainan dikategorikan sebagai kelainan di luar ginjal
(ekstra renal), kelainan di dalam ginjal (intrarenal), kelainan sistemik
dan penyakit darah.
13
- Penyakit ginjal polikistik
- Trauma ginjal
- Batu ginjal
- Infeksi dalam ginjal (TBC – Pielonefritis)
- Trombosis vena renalis
- Tumbor ginjal
- Hidronefrosis
- Hiperkalsiuria idopatik
- Nekrosis papilar
Kelainan dari luar ginjal (Ektra-Renal)
- Infeksi saluran kemih (Sistitis, ureteritis, uretritis)
- Trauma disaluran kemih
- Tumor disaluran kemih
- Batu saluran kemih
- Kelainan kongenital saluran kemih
- Fimosis
- Stenosis meatus
- Periuretritis
Penyakit sistemik
- Sindrom Henoch Schonlein
- Lupus Eritematosus Sistemik
- Poliarteritis nodosa
- Endokarditis bakterial subakut
Penyakit darah
- Leukemia
- Sindrom Hemolitik Uremik
- Trombositopenia purpura idiopatik
- Hemofilia
- Anemia sel sabit.
(Noer DKK , 2011)
14
B. Bagaimana fisiology dari miksi?
Jawab :
Fisiologi mikturisi
Urine di bentuk disepanjang unit fungsional didalam ginjal yang
bernama nefron, perjalanan terbentuknya urin kira – kira sebagai
berikut :
Darah masuk kedalam ginjal melalui (A. Renalis), selanjutnya
melewati A. Segmentalis renal → A. Lobaris → A. Interlobaris → A.
Arcuata → A. Interlobularis → Arterol efferent masuklah kedalam
kapiler glomerulus nefron, terjadi filtrasi dan cairan yang terfiltrasi
masuk kedalam capsula bowman selanjutnya melewati tubulus –
tubulus ginjal (Tubulus proximal → Ansa Henle → Tubulus distal →
Tubulus kolligen) yang pada akhirnya akan masuk kedalam ductus
kolligen → calys minor → calyx mayor → pelvis renalis → ureter →
vesica urinaria. (Sherwood, 2015).
Didalam vesica urinaria urin di tampung, dan pada volume tertentu
akan merangsang mekanisme miksi. Volume tampungan urin pada
vesica urinaria sekitar 250 – 400 mL urin pada dewasa, namun bisa
lebih besar dari itu. jika urin dalam vesica urinaria (melebihi 300 mL)
maka rangsangan untuk mikturisi akan tercetus, dan semakin besar
volumenya maka rangsangan untuk mikturisi akan semakin kuat.
(Sherwood, 2015).
Setelah vesica urinaria terisi dan cukup untuk merangsang
mekanisme mikturisi, maka akan terjadi impuls oleh syaraf yang
teraktifasi oleh regangan yang di timbulkan oleh vesica urinaria dan
implus tersebut akan dibawa ke medulla spinalis oleh saraf aferen →
merangsang saraf parasimpatis → sfingter internus terbuka dan disusul
oleh sfingter eksternus → kedua sfingter terbuka → urin terdorong
akibat kontraksi vesica urinaria → urin disalurkan melalui uretra →
urin keluar (berkemih). (Sherwood, 2015)
15
Mekanisme terbukanya sfingter eksternus dapat di kontrol oleh
syaraf motorik secara sadar tidak seperti sfinter internus yang akan
terbuka ketika rangsangan mikturisi sudah dicetuskan, hal ini bertujuan
agar tidak terjadi pengeluaran tiba – tiba urin saat rangsangan mikturisi
sudah tercetuskan. Pada saat individu sedang tidak ingin mengeluarkan
urin sedangkan implus untuk mikturisi sudah tercetus, pada saat itu
terjadi implus eksitatorik yang akan membuat sfingter eksternus
berkontraksi, mengalahkan implus inhibitor yang dicetuskan
mekanisme mikturisi untuk membuat sfingter eksternus berileksasi
sehingga pada mekanisme ini individu dapat menahan urin untuk
dikeluarkan. (Sherwood, 2015).
16
3. Tiga minggu sebelum timbul sembab, roro menderita demam dan koreng –
koreng di daerah tungkai. Roro sudah berobat, demam hilang dan koreng –
koreng mengering.
A. Apa kemungkinan penyebab demam dan koreng pada kasus?
Jawab :
Koreng pada kasus kemungkinan disebabkan oleh cidera atau
trauma yang dialami pasien beberapa minggu lalu. Dan demam pada
pasien mengindikasikan adanya infeksi mikroorganisme pada tubuh
pasien, kemungkinan infeksi masuk dari cidera atau trauma yang
dialami pasien. Kuman yang mungkin masuk dari contohnya adalah
Streptokokus
17
disebabkan akibat infeksi kuman jenis streptokokus disebut
glomerulonefritis akut pasca streptokokus. (Noer DKK , 2011)
Biasanya infeksi yang dikarenakan bakteri streptokokus β
hemolitikus tipe A menang dapat berakhir menjadi GNAPS, berawal
apabila host rentan yang terpapar bakteri streptococcus β hemolitikus
tipe A strain nefritogenik bereaksi untuk membentuk antibody terhadap
antigen streptokokus yang menyerang. Bukan bakteri streptokokusnya
yang menyebabkan kerusakan ginjal, diduga karena terdapatnya suatu
antigen mimikri yang akan membentuk suatu kompleks antigen-
antibodi yang dapat mengendap di glomerulus sehingga memicu reaksi
peradangan pada kapiler glomerulus yang menyebabkan kebocoran
kapiler glomerulus dan penurunan luas permukaan filtrasi glomerulus.
Jadi panas dan koreng-koreng karena infeksi streptokokus β
hemolitikus tipe A merupakan penyebab atau faktor resiko untuk
terjadinya Glomerulonepritis Akut. (Behrman, E Richard, dkk.2000)
4. Gejala penyakit ini baru pertama kali dialami. Keluarga tidak ada yang
menderita penyakit yang seperti ini.
A. Apa makna gejala penyakit ini baru pertama alami pasin?
Jawab :
Maknanya adalah ini menunjukkan bahwa gangguan yang dialami
pasien adalah akut bukan suatu kekambuhan (eksaserbasi) dari penyakit
yang pernah di deritanya (kronik). (Prince, Sylvia Anderson. 2014)
B. Apa makna keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit seperti
ini?
Jawab :
Maknanya penyakit yang derita pasien bukan berasal dari penyakit
yang diturunkan, melainkan penyakit yang didapat karena infeksi.
Secara umum etiologi yang suatu penyakit yaitu :
Congenital
Didapat
18
Infeksi
Trauma
Neoplasma
Degenerative
Kelainan metabolic
(Behrman, E Richard, dkk.2000)
5. Pemeriksaan Fisik
19
2-12 bulan < 50
1-5 tahun < 40
> 5 tahun < 30
o
Temp 37 C 36,8 – 37,2 oC Normal
Mekanisme abnormal
Tampak sakit sedang
Kerusakan membran basalis dan terganggunya sel podosit →
menurunnya luas permukaan filtrasi → peningkatan
permeabilitas membran glomerulus → sel darah merah tersaring
dikapiler glomerulus masuk ke capsula bowman → sel darah
merah banyak keluar bersama urin → anemia→malaise
(tampak sakit sedang). (Prince, Sylvia Anderson. 2014)
Hipertensi
Kerusakan membran basalis dan terganggunya sel podosit
→ menurunnya luas permukaan filtrasi → laju filtrasi
glomerulus menurun → natrium yang melewati tubulus distal
menurun di deteksi oleh makula densa → sekresi renin oleh sel
granular → menstimulasi perubahan angiotensinogen menjadi
angiotensin I → angiotensi I menjadi angiotensin II →
angiotensin II menyebabkan vasokontriksi arteriol dan
merangsang korteks adrenal untuk mengeluarkan aldosteron →
terjadi retensi H2O dan Natrium → peningkatan volume CES →
meningkatkan volume darah → venous return meningkat →
stroke volume meningkat → Cardiac output meningkat →
tekanan darah meningkat (hipertensi).
(Prince, Sylvia Anderson. 2014)
20
Kepala edema palpebra edema Abnormal
+/+, palpebra - / -, (adanya cairan
konjungtiva konjungtiva pada palpebra
anemis +/+ anemis - / - dan anemia)
Leher Faring tidak tenggorokan Normal
hiperemis, tonsil tidak
tidak membesar hiperemis,
tonsil tida
k membesar
Toraks paru dan jantung paru dan Normal
dalam batas jantung dalam
normal batas normal
Mekanisme abnormal
Edema palpebra (+)
Retensi H2O dan Natrium → meningkatkan volume darah →
tekanan hidrostatik meningkat → edema bergerak ke tekanan
interstisil yang rendah seperti pada daerah preorbital →
sembab pada kelopak mata → edema palpebra (+) (Prince,
Sylvia Anderson. 2014)
21
permeabilitas membran glomerulus → sel darah merah ikut
terfiltrasi dikapiler glomerulus → sel darah merah banyak
keluar bersama urin → anemia → konjungtiva anemis (Prince,
Sylvia Anderson. 2014)
6. Pemeriksaan Penunjang
Darah Rutin : Hb 8,0 g.dl, leukosit 18.500/mm3, trombosit
400.00/mm3, LED 98 mm/jam
22
Imuno-Serology : ASTO 420 IU
Mekanisme Abnormal
Hb 8 gr/dl (Anemia)
Kerusakan membran basalis dan terganggunya sel podosit →
menurunnya luas permukaan filtrasi → peningkatan
permeabilitas membran glomerulus → sel darah merah ikut
terfiltrasi di kapiler glomerulus → sel darah merah banyak
keluar bersama urin → anemia.
23
Riwayat infeksi → Antigen memicu pembentukan antibodi →
Molekular mimicri membran plasma oleh kuman streptococcus
→ membentuk komplek Ag-Ab → Ag-Ab masuk dalam
sirkulasi → kompleks Ag-Ab terperangkap dalam membrane
basalis → terjadi lesi dan peradangan → kemotaksis pada
mediator inflamasi dan komplemen → PMN menuju tempat lesi
→ leukositosis →viskositas darah meningkat →LED meningkat
Leukosituria
Kerusakan membran basalis dan terganggunya sel podosit →
menurunnya luas permukaan filtrasi → peningkatan
permeabilitas membran glomerulus → leukosit lolos dari filtrasi
glomeruli → leukosit banyak keluar bersama urin →
leukosituria
24
Kerusakan membran basalis dan terganggunya sel podosit →
menurunnya luas permukaan filtrasi → peningkatan
permeabilitas membran glomerulus dan munurunnya aliran
darah ke renal (akibat vasokontriksi arteriol aferen) → laju
filtrasi glomerulus menurun → filtrasi ureum dan kreatinin
menurun → ureum dan kreatinin meningkat di dalam darah
ASTO meningkat
Riwayat infeksi (kemungkinan infeksi streptococcus) →
terdapat antibodi terhadap terhadap streptolisin O yg di hasilkan
oleh bakteri streptokokus→ titer ASTO meningkat
(Baratawidjaja, 2014)
Perbedaan :
GNAPS SindromNefrotik
Oliguria + +/-
TD meningkat + -
Kadar albumin Turun-normal Hipoalbumin
25
darah
Kolesterol Normal Meningkat
Onset Tiba-tiba Tiba-tiba
ASTO Meningkat -
1) Non farmakologi
Edukasi pada pasien mengenai penyaitnya (sifat penyakit,
perjalanannya, dan prognosisnya), dan meskipun penyakit sembuh
masih dapat kemungkinan terulang kembali dengan prognosis yang
bisa memburuk.
Tirah baring sampai gejala-gejala edema, kongesti vaskuler
(dispnu, edema paru, kardiomegali, hipertensi) menghilang.
Masukan garam (0,5-1 g/hari) dan cairan dibatasi selama edema,
oliguria atau gejala kongesti vaskuler dijumpai. Protein dibatasi
(0,5/kg BB/hari) bila kadar ureum di atas 50 gram/dl.
(Lumbanbatu, Sondang Maniur, 2012)
2) Farmakologi
Antibiotik Penisilin atau eritromisin selama 10 hari untuk eradikasi
kuman Streptokokus yang mungkin masih ada.
- Injeksi Benzathine Penisilin 50.000 U/kg BB IM
26
- Atau, Eritromisin oral 40 mg/kgBB/hari bila pasien alergi
penisilin
Diuretik Furosemid 2mg/ kgBB, 1-2 kali/hari
Antihipertensif: Hidralazin oral
Rehabilitatif : berikan penjelasan tentang sifat penyakit,
perjalanannya, dan prognosisnya karena kemungkinan kecil terjadinya
kelainan yang menetap bahkan memburuk. Pemeriksaan kultur
dianjurkan untuk keluarga karena kemungkinan menyebar (sporadic).
(Lumbanbatu, Sondang Maniur, 2012)
27
Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter, misalny pemeriksaan
laboratorium sederhana atau X-ray. Dokter dapat memutuskan dan
memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan
(bukan kasus gawat darurat). (Konsil Kedokteran Indonesia. 2012)
2.6. Hipotesis
Infeksi Streptokokus
Masuk ke Sirkulasi
Darah
Terjadi respon
Antigen- Antibody
28
Respon inflamasi di kapiler
glomerulus