Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Endokrin adalah Blok XII pada Semester IV dari sistem Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi pembelajaran sistem Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem Based Learning (PBL). Tutorial
merupakan pengimplementasian dari metode Problem Based Learning (PBL). Dalam
tutorial mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok
dibimbing oleh seorang tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang
ada.

Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario B, Andi,


seorang anak laki-laki, 10 tahun, dibawa ibunya datang ke poliklinik RSMP dengan
keluhan mudah mengantuk terutama saat disekolah sejak 1 bulan yang lalu. Pada
malam hari, Andi sering terbangun tiba-tiba dari tidur karna kesulitan bernafas.
Pasien suka mengkonsumsi mie instan (dua porsi sehari) disamping makan nasi.
Pasien juga senang ngemil makanan dan minuman manis. Sehari-hari pasien diantar
ke sekolah menggunakan sepeda motor walaupun jarak dari rumah ke sekolah hanya
500 meter. Dirumah sering menonton tv dan main game. Pasien tidak suka
berolahraga. Perawakan kedua orang tua dan adik pasien juga sama seperti pasien.
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompoktutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.

1
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode
analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jump.

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Data Tutorial
Tutor : Dr. Miranti Dwi Hartanti
Moderator : Shinta Anggia Prawesti
Sekretaris : Altiara Risky Suciandari
Notulen : Ardhia Amalia
Waktu : Senin, 16 mei 2016
Pukul. 08.00 - 10.30 WIB
Rabu, 18 mei 2016
Pukul, 08.00 – 10.30 WIB
Peraturan :
1. Menonaktifkan ponsel atau dalam keadaan diam
2. Mengacungkan tangan saat akan mengajukan argumen
3. Tidak boleh makan pada saat diskusi tutorial berlangsung
2.2 Skenario Kasus
Andi, seorang anak laki-laki, 10 tahun, dibawa ibunya datang ke poliklinik
RSMP dengan keluhan mudah mengantuk terutama saat disekolah sejak 1 bulan yang
lalu. Pada malam hari, Andi sering terbangun tiba-tiba dari tidur karna kesulitan
bernafas. Pasien suka mengkonsumsi mie instan (dua porsi sehari) disamping makan
nasi. Pasien juga senang ngemil makanan dan minuman manis. Sehari-hari pasien
diantar ke sekolah menggunakan sepeda motor walaupun jarak dari rumah ke sekolah
hanya 500 meter. Dirumah sering menonton tv dan main game. Pasien tidak suka
berolahraga. Perawakan kedua orang tua dan adik pasien juga sama seperti pasien.
Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga

Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis

3
Tanda vital : TD 110/70 mmHg, nadi 85x/menit, suhu tubuh 37,0 0C, RR:
20 x/menit
Status nutrisi BB 60kg(>P 97 kurva NCHS-CDC tahun 2000), TB 130cm (P 5
kurva NCHS-CDC tahun 2000)- BMI-TS 35,5kg/m2 (>P 95 kurva BMI NCHS-
CDC)
Pemeriksaan spesifisik :
Kepala : Konjungtiva normal, wajah membulat, pipi tembem,dagu
rangkap
Leher : relatif pendek, ada garis-garis putih dibelakang leher
Thoraks : bentuk mammae membesar
Abdomen : Membuncit serta dinding perut berlipat-lipat
Ekstremitas : dalam batas normal
Pemeriksaan genital : penis tampak kecil
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : HB 14,0 gr/dl, leukosit 6000/mm3, diff count : 1/2/5/65/24/3
Kimia darah : Gula darah sewaktu 110 mg/dl, kolesterol 274 mg/dl, trigliserida
400 mg/dl
Urin rutin : warna kuning, jernih, BJ 1,010; WBC 0-1/lbp, RBC 0/lbp, reduksi
(+4), silinder (-), epitel (+), kristal (-)
2.3 Klarfikasi Istilah

Klarifikasi Istilah
Sesak Bernafas Pernafasan yang sukar atau susah.
Kurva NCHS-CDC Kurva pertumbuhan yang
menggambarkan pertumbuhan anak pada
waktu tertentu.
BMI-TS
Reduksi Koreksi fraktur, luksasi, atau hernia, atau
penambahan hydrogen pada susbtansi
tertentu, atau secara lebih umum,

4
penerimaan elektron
Silinder Sesuatu yang padat yang berbentuk
seperti tiang.
Epitel Jaringan penutup permukaan luar tubuh,
permukaan dalam alat-alat tubuh yang
berongga, saluran nafas, saluran cerna,
dan system kemih-kelamin.
Kristal Molekul angular padat yang homogeny
dan berbentuk khas dengan unsur-unsur
yang tersusun sistematis.

2.4 Identifikasi Masalah

1. Andi, seorang anak laki-laki, 10 tahun, dibawa ibunya datang ke poliklinik


RSMP dengan keluhan mudah mengantuk terutama saat disekolah sejak 1
bulan yang lalu.
2. Pada malam hari, andi sering terbangun tiba-tiba dari tidur karna kesulitan
bernafas.
3. Pasien suka mengkonsumsi mie instan (dua porsi sehari) disamping makan
nasi. Pasien juga senang ngemil makanan dan minuman manis.
4. Sehari-hari pasien diantar ke sekolah menggunakan sepeda motor walaupun
jarak dari rumah ke sekolah hanya 500 meter.dirumah sering menonton tv dan
main game. Pasien tidak suka berolahraga.
5. Perawakan kedua orang tua dan adik pasien juga sama seperti pasien.
6. Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga
7. Pemeriksaan fisik:
keadaan umum: tampak sakit sedang.
- tanda vital: TD110/70
-status Nutrisi
-pemeriksaan fisik: kepala, leher,thoraks, abdomen, pemeriksaan genital

5
8. Pemeriksaan Laboratorium
-kimia darah: koleesterol T, trigliserida,
Urin rutin: (+) epitel.

2.5 Analisis Masalah

1. Andi, seorang anak laki-laki, 10 tahun, dibawa ibunya dating ke poliklinik


RSMP dengan keluhan mudah mengantuk terutama saat disekolah sejak 1
bulan yang lain.
a. Apa makna Andi mudah mengantuk sejak 1 bulan yang lalu?
Jawab:

Makna sering mengantuk di kelas adalah karena telah terjadi


obstruksi saluran nafas atas sehingga masuknya oksigen ke dalam tubuh
berkurang. Oleh karena itu terjadi kompensasi oleh tubuh dengan sesak
nafas yang mengakibatkan terbangun tiba-tiba pada malam hari sehingga
menyebabkan pola tidurnya terganggu apabila terjadi terus – menerus
yang kemudian menyebabkan Andi mudah mengantuk pada saat
disekolah.

Sesak nafas terjadi pada saat tidur dengan posisi supine yang
pertama,karena lidah tertarik kebelakang sehingga mempersempit saluran
pernapasan. Yang kedua, pada pasien yang obesitas menyebaban tonus otot
leher berkurang dan yang ketiga pada saat tidur tonus otot berkurang yang
menyebabkan terjadinya obstruksi saluran pernapasan sehingga terjadi
sesak nafas dan terbangun pada malam hari. (Sudoyo,2014)

b. Apa kemungkinan penyebab Andi mudah mengantuk?


Jawab:

6
1. Insomnia

Menurut National Sleep Foundation sekitar 10% dari orang dewasa


diganggu oleh insomnia kronis, yaitu kesulitan untuk merasa mengantuk
atau tetap tertidur. Gangguan tidur jenis Insomnia ini adalah
ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik itu secara kualitas
maupun dalam hal kuantitas. Insomnia dapat terjadi karena kecemasan
dan kekhawatiran, masalah psikologis, artritis, dan bekerja atau belajar
secara tidak teratur dan dalam kondisi yang terlalu menuntut.

2. Sleep Apnea

Penyebab lain dari rasa kantuk di siang hariadalah sleep apnea, yaitu
suatu gangguan di mana proses bernapas berhenti sejenak saat tidur,
menyebabkan orang tersebut tersedak dan sesak napas, lalu terbangun
sesaat. Gangguan tidur jenis ini adalah suatu kondisi terhentinya nafas
secara periodik pada saat tidur. Kondisi ini diduga terjadi pada orang
yang mengorok dengan keras, sering terjaga di malam hari, insomnia,
mengatup berlebihan pada siang hari, sakit kepala disiang hari, iritabilitas,
atau mengalami perubahan psikologis seperti hipertensi.Sleep apnea
memiliki beberapa penyebab, diantaranya terhalangnya jalan udara
hingga kegagalan otak untuk mengatur pernafasan dengan tepat, hal ini
dapat menyebabkan seseorang mengalami tekanan darah yang tinggi dan
detak jantung yang tidak teratur.

3. Narkolepsi

Narkolepsi adalah suatu gangguan tidur berupa serangan rasa kantuk


tiba-tiba dan tidak terduga pada siang hari yang membuat seseorang
langsung masuk ke dalam tahap tidur REM. Gangguan ini disebut juga
sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Narkolepsi kemungkinan

7
disebabkan oleh menurunnya fungsi dari sejumlah saraf dalam
hipotalamus, yang bisa disebabkan oleh malfungsi kekebalan tubuh atau
abnormalitas genetis (Lin dkk,2004)

c. Bagaimana patofisiologi mudah mengantuk pada kasus?


Jawab:
Obesitas → penimbunan asam lemak disekitar leher → mengganggu otot-
otot dilator faring dalam menstabilkan jalan napas → penyempitan
saluran pernapasan atas → berhentinya aliran udara menuju ke paru →
hipoksemia → penurunan o2 ke paru → otak memberi sinyal untuk
mengambil o2 → terbangun tiba-tiba → beberapa saat tertidur lagi →
terganggunya pola tidur → sering mengantuk dikelas.
(Antarika, 2010)
d. Apa saja hormone yang terlibat pada kasus ?
Jawab:

Hormon yang terlibat saat tidur pada anak;

Siklus tidur mempunyai kaitan-kaitan dengan hormon tubuh


seperti;hormon pertumhan, prolaktin, dan kortisol.

1. Hormon pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap, tahap 3


dan 4 dan dihambat selama tidur REM, yang berhubungan dengan mimpi

2. Prolaktin mencapai puncaknya antara jam 5.00 dan 7.00 pagi.

3. Bila pola tidur berubah, sekresi kortisol pada awalnya seperti


semula, tetapi secara bertahap melakukan penyesuaian atau
resinkronisasi dengan siklus yang baru.

8
Fluktuasi hormon selama tidur bergantung pada 3 faktor utama, yaitu
irama sirkadian, siklus bangun-tidur dan tahapan tidur non REM/REM.
Penyebab variasi ini masih tanda tanya. Sekresi hormon kortisol dan
adrenokortikotropik (ACTH) mengikuti irama sirkadian, dengan
puncaknya pada pagi hari (6-8 jam tidur sampai 1 jam setelah bangun)
dengan titik terendah pada larut malam. Thyrotropin-stimulating hormone
juga berhubungan dengan irama sirkadian dengan puncaknya pada larut
malam dan awal siklus tidur.

Meskipun puncak kadar aldosteron terjadi selama periode tidur lelap,


namun tidak berkaitan secara spesifik dengan tahapan tidur non REM atau
REM. Renin meningkat selama tidur tetapi menurun secara relatif selama
tidur REM. Hormon pertumbuhan, prolaktin, luteinizing hormone (LH),
dan testosteron berhubungan dengan tidur dan tahapan tidur. Kadar
prolaktin pada laki-laki dan perempuan mencapai puncaknya selama
siklus non REM, dengan titik terendah pada tidur REM. Bila waktu tidur
berubah maka kadar puncak prolaktin segera berubah pula dan mengikuti
pola tidur yang baru.

Siklus sirkadian LH sangat berhubungan dengan tingkat maturitas


seks pada kedua jenis kelamin. Pada anak prepubertal dan pubertal,
sekresi LH meningkat selama periode tidur dan puncaknya terjadi pada
periode tidur REM; oleh karena itu makin tinggi persentase tidur non
REM akan makin rendah kadar LH. (Widodo,2000)

2. Pada malam hari, andi sering terbangun tiba-tiba dari tidur karna kesulitan
bernafas.
a. Apa jenis-jenis sesak nafas?

9
Jawab:

Jenis Sesak nafas terutama pada saat tidur;

1. OSAS (Obstructive Sleep Apneu Syndrom)


Obstructive Sleep Apnea Syndrome (OSAS) adalah suatu sindrom
obstruksi total atau parsial jalan nafas yang menyebabkan gangguan fisiologis
yang bermakna dengan dampak klinis yang bervariasi. Manifestasi klinis
OSAS pada anak adalah kesulitan bernafas pada saat tidur, mendengkur,
hiperaktif, mengantuk pada siang hari, dan kadang-kadang enuresis
2. Asma Bronchial
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten,
reversible dimana trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap
stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya
respon trakea dan bronkusterhadap berbagai rangsangan dengan
manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat
berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul
makin banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran,
hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma
seringkali terjadi pada malam hari.(Sudoyo,2014)

3. Pasien suka mengkonsumsi mie instan (dua porsi sehari) disamping makan
nasi. Pasien juga senang ngemil makanan dan minuman manis.
a. Apa kandungan nutrisi mie instan dan nasi?
Jawab:

Dalam sebungkus mie instant terdapat kandungan bahan makanan


seperti MSG, Sodium trypolyphospat sebagai bahan pengenyal dan bahan

10
pengawet seperti natrium benzoat, serta bahan pewarna tartarazine yellow
sebagai warna kuning pada mie instans. Selain itu terdapat kandungan
fosfat yang membuat tesktur mie lebih kenyal, dapat mempertahankan rasa
pada bumbu dan membuat air rebusan mie lebih jernih.

Sedangkan, dalam 100 gram Nasi terdapat 175 kalori, 4 gram protein dan
40 gram karbohidrat(Ratnasari &Deqi 2012)

b. Apa dampak mengkonsumsi mie instan 2 porsi sehari disamping makan


nasi?
Jawab:
Berdasarkan kandungan nutrisi yang ada pada mie instan, didapatkan
bahwa mie instant tinggi kalori. Apabila makanan tinggi kalori ini
dikonsumsi maka akan menyebabkan peningkatan terbentuknya
penyimpanan makanan cadangan di dalam tubuh yang disimpan di dalam
jaringan adipose sehingga lama-lama hal ini akan berujung dengan
obesitas.

c. Bagaimana hubungan andi senang ngemil makanan dan minumam yang


manis pada kasus?
Jawab:
Makanan yang manis identik dengan glukosa. Apabila glukosa
dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan maka hal ini akan
mengakibatkan peningkatan simpanan makanan di dalam jaringan adipose
dalam bentuk trigliseride. Sehingga lama-kelamaan hal ini akan
menyebabkan terjadinya obesitas. Oleh karena itu, salah satu faktor
penyebab Andi mengalami obesitas dikarenakan Ia suka makan danminum
yang manis.

11
4. Sehari-hari pasien diantar ke sekolah menggunakan sepeda motor walaupun
jarak dari rumah ke sekolah hanya 500 meter.dirumah sering menonton tv dan
main game. Pasien tidak suka berolahraga.
a. bagaimana hubungan kurang beraktivitas dengan kasus?
Jawab:
Diantar ke sekolah pakai motor, sering nonton tv dan main game dan
jarang olahraga menunjukkan aktivitas yang kurang sehingga peeluaran
energinya juga berkurang. Hal ini menjadi salah satu faktor terjadinya
obesitas yang dapat mengakibatkan sleep apnea.
5. Perawakan kedua orang tua dan adik pasien juga sama seperti pasien.
a. Apa makna perawakan kedua orang tua dan adik pasien juga sama seperti
pasien?
Jawab:

Hal ini menandakan bahwa selain dari gaya hidup yang kurang
beraktivitas dan suka mengkonsumsi makanan yang manis, obesitas yang
dialami oleh Andi disebabkan karena faktor genetik juga.

6. Tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga


a. Apa makna tidak ada riawayat penyakit dalam keluarga?
Jawab:
Maknanya adalah untuk menyingkirkan diagnosis asma bronkial.
Dimana penyakit asma juga ditandai dengan adanya kesulitan bernapas
dan dipengaruhi oleh faktor genetic. Namun pada kasus tidak ada riwayat
penyakit sesak napas dalam keluarga.

7. Pemeriksaan Fisik:

Keadaan umum : tampak sakit sedang, kesadaran kompos mentis

12
Tanda vital : TD 110/70 mmHg, nadi 85x/menit, suhu tubuh 37,0 0C, RR:
20 x/menit
Status nutrisi BB 60kg(>P 97 kurva NCHS-CDC tahun 2000), TB 130cm (P 5
kurva NCHS-CDC tahun 2000)- BMI-TS 35,5kg/m2 (>P 95 kurva BMI
NCHS-CDC)
Pemeriksaan spesifisik :
Kepala : Konjungtiva normal, wajah membulat, pipi tembem,dagu
rangkap
Leher : relatif pendek, ada garis-garis putih dibelakang leher
Thoraks : bentuk mammae membesar
Abdomen : Membuncit serta dinding perut berlipat-lipat
Ekstremitas : dalam batas normal
Pemeriksaan genital : penis tampak kecil
Pemeriksaan Laboratorium :
Darah rutin : HB 14,0 gr/dl, leukosit 6000/mm3, diff count : 1/2/5/65/24/3
Kimia darah : Gula darah sewaktu 110 mg/dl, kolesterol 274 mg/dl,
trigliserida 400 mg/dl
Urin rutin : warna kuning, jernih, BJ 1,010; WBC 0-1/lbp, RBC 0/lbp, reduksi
(+4), silinder (-), epitel (+), kristal (-)
a. Bagaimana interpertasi dan mekanisme abnormal pada kasus?

Jawab:

Pemeriksaan Normal Interpretasi


Keadaan umum: Dikarenakan sesak dan
 Tampak sakit sedang Tidak sakit obesitas sehingga tampak
sakit sedang
 Kompos mentis Kompos mentis Normal
Tanda vital :
 TD 110/70 mmHg 120/80 mmHg Normal

13
 Nadi 85x/menit 70-110x/menit Normal
 Suhu 37,0oc 36,5-37,5 oc Normal

 RR 20x/menit 16-22x/menit Normal


Status nutrisi:
BB 60kg (>P97 kurva Berat badan Kurva P50 Obesitas
NCHS-CDC tahun 2000) TB
130 cm (P5 kurva NCHS-
CDC tahun 2000) – BMI-TS
35,5 kg/m2 (>P95 kurva BMI
NCHS-CDC)

Kepala:
 Konjungtiva normal Normal
 Wajah membulat, Tidak membulat, tidak Penimbunan lemak
pipi tembem, dagu tembem dan dagu tidak disekitar wajah
rangkap rangkap
Thoraks:
Bentuk mamae membesar Mamae tidak membesar Penimbunan lemak
didaerah dada
Leher:
Relative pendek, ada garis- Relative pendek, ada Penimbunan lemak di
garis putih dibelakang leher garis-garis putih sekitar leher
dibelakang leher
Abdomen:
Membuncit serta dinding Perut tidak membuncit Penimbunan lemak di
perut berlipat-lipat serta dinding perut daerah perut
berlipat-lipat
Ekstremitas:
Dalam batas normal Normal Normal
Pemeriksaan genital:

14
Penis tampak kecil Penis tidak kecil Peningkatan kadar lemak
dalam tubuh

Mekanisme:

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan
dalam jaringan adipose → obesitas

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan
dalam jaringan adipose → obesitas → penimbunan lemak di sekitar muka
→ wajah membulat, pipi tembem dan dagu rangkap.

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan
dalam jaringan adipose → obesitas → penimbunan lemak di sekitar leher
→ leher relatif pendek

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan
dalam jaringan adipose → obesitas → penimbunan lemak di sekitar dada
→ payudara tampak membesar.

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan
dalam jaringan adipose → obesitas → penimbunan lemak di perut → perut
buncit dan berlipat-lipat.

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → kelebihan asupan makanan disimpan

15
dalam jaringan adipose → obesitas → peningkatan lemak tubuh →
peningkatan enzim aromatase → peningkatan konversi testosterone
menjadi estrogen → GnRH ditekan → LH menurun sehingga sel leydig
rusak → testosterone menurun → penis tampak kecil.

b. bagaimana pertumbuhan dan perawakan normal anak usia 10 tahun?


Jawab:

Berdasarkan buku Nelson of Pediatrics 1992


Berat badan
Usia Berat badan
Lahir 3,25
3-12 bulan (Usia (bl) +9) : 2
1-6 tahun Usia (th) x 2 + 8
6-12 tahun (Usia (th) x 7-5) : 2

Tinggi Badan
Usia Tinggi badan
Lahir 50
0-1 tahun 75
2-12 tahun Usia (th)x6+77

Jadi, pertumbuhan normal usia 12 tahun ialah :


BB = (usia (tahun) x 7-5 :2)
= (12 x 7-5 :2)
= 39,5 kg
TB = (Usia (tahun)x6+77)
= (12 x 6 +77)
= 149 cm
( Nelson, 2013)

16
Kurva 1 BB dan TB untuk anak laki-laki usia 2-20 tahun NCHS-CDC
2000

c. Apa faktor resiko obesitas?


Jawab:
Faktor genetic

17
Penelitian terbaru menunjukkan bahwa rata-rata faktor genetik
memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap berat badan seseorang.
Dan juga dipengaruhi hormone leptin yang berfungsi sebagai penurunan
nafsu makan yang diturunkan pada anak dari orang tua.
(Sherwood,2014)

Beberapa faktor resiko adalah sebagai berikut:


1. Gaya hidup tidak aktif merupakan penyebab utama obesitas. Dimana,
aktifitas fisik dan latihan fisik yang teratur dapat meningkatkan masa otot
dan mengurangi masa lemak tubuh, sedangkan aktifitas fisik yang tidak
adekuat dapat menyebabkan pengurangan massa otot dan peningkatan
adipositas.

2. Faktor lingkungan, sosial dan psikologis menyebabkan perilaku makan


yang abnormal. Pengaruh faktor lingkungan sangat nyata, dengan adanya
peningkatan prevalensi obesitas yang cepat disebagian besar negara maju,
yang diikuti dengan berlimpahnya makanan berenergi tinggi (terutama
makanan berlemak) dan gaya hidup yang tidak aktif.

3. Faktor psikologis juga dapat menyebabkan obesitas. Misalnya, berat


badan orang sering kali meningkat selama orang tersebut mengalami
stress seperti kematian orang tua, penyakit yang parah bahkan depresi.

4. Faktor genetik sebagai penyebab obesitas. Gen dapat mengatur


tingkat makan dengan berbagai cara, termasuk (1) kelainan genetik
pusat makan untuk mengatur tingkat penyimpanan energi tinggi atau
rendah, dan (2) kelainan faktor psikis secara herediter baik yang
meningkatkan nafsu makan atau menyebabkan orang tersebut makan
sebagai mekanisme ‘pelepasan’.(Guyton, 2007)

18
8. Pemeriksaan Laboratorium
-kimia darah: kolesterol 274 mg/dl, trigliserida 400mg/dl
Urin rutin: (+) epitel.
a. Bagaimana interpertasi dan mekanisme abnormal pada kasus?
Jawab:

Pemeriksaan Interpretasi
Darah rutin:
 Hb 14,0 gr/dl Normal
 Leukosit 6000/mm3 Normal

 Df: 1/2/5/65/24/3 Normal


Kimia darah:
 GDS 110 mg/dl Normal
 Kolesterol 274 mg/dl Hiperkolesterol

 Trigliseride 400 mg/dl Hipertrigliserida


Urin rutin:
Warna kuning, jernih, BJ 1,010; WBC 0- Normal
1/lbp; RBC 0/lbp, reduksi (+4); silinder
(-); epitel (+); Kristal (-)

Mekanisme:

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → peningkatan metabolism karbohidrat →
peningkatan asetil KoA → peningkatan lipogenesis → peningkatan
trigliseride dalam jaringan adipose dan jaringan otot rangka → trigliseride
meningkat

Faktor resiko (genetic, kurang aktivitas, makan tinggi kalori dan suka
makan manis) → input > output → peningkatan metabolism karbohidrat →

19
peningkatan asetil KoA → peningkatan lipogenesis → peningkatan
pembentukan kolesterol → kolesterol meningkat

9. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab:

Cara mendiagnosis:

Dari anamnesis keluhan OSAS didapatkan bahwa:

1. Kesulitan bernapas di malam hari


2. Mendengkur ketika tidur
3. Sering terbangun di malam hari
4. Mengantuk di pagi hari
5. Sakit kepala
6. Lelah saat bangun tidur
7. Mental abnormal
8. Impotensi
9. Nokturia
10. Perubahan personaliti

Dari pemeriksaan fisik didapatkan:

1. Anak tampak gendut (obesitas)


2. Leher tampak memendek akibat penumpukan lemak

(Antarika, 2010)

10. Bagaimana Working Diagnosis pada kasus?


Jawab:

Obesitas dengan komorbiditas OSAS dan dyslipidemia.

20
11. Bagaimana Tatalaksana pada kasus?

Jawab:

OSAS:

1. Mengurangi makanan yang tinggi kalori


2. Penurunan berat badan. Pada anak-anak bisa dilakukan dengan cara
bersepeda, berenang
3. Mengurangi aktivitas yang monoton (kurangi nonton tv dan main game)
4. Tidur dalam posisi miring

Dislipidemia:

Non-farmako:

1. Pembatasan jumlah kalori dan lemak


2. Mengurangi asupan lemak jenuh dan karbohidrat
3. Peningkatan aktivitas fisik

Farmako:

1. Mengurangi kolesterol
Diberi Atorvastatin (golongan HMG-CoA Reduktase Inhibitor)
10mg/hari.
Menghambat kerja dari enzim HMG-CoA Reduktase yang berperan
dalam pemecahan kolesterol di hati.

(Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Perhimpunan Dokter Spesialis


Kardiovaskular Indonesia. 2013)
12. Apa saja Komplikasi pada kasus?
Jawab:
1. Hiperglikemia

21
2. DM Tipe 2
3. Gagal napas
4. Penyakit Jantung Koroner akibat dyslipidemia

13. Bagaimana Prognosis pada kasus?


Jawab:
Dubia ad Bonam
14. Apa Kompetensi Dokter Umum pada kasus?
Jawab:

Obesitas dan dislipidemia : 4A

“Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan


fisik dan pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter misalnya
pemeriksaan lab atau x-ray. Dokter dapat memutuskan dan mampu menangani
masalah secara mandiri hingga tuntas”

OSAS : 1

“Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik


penyakit dan mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi
lebih lanjut mengenai penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang
paling tepat bagi pasien. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah
kembali dari rujukan”

15. Bagaimana Nilai-Nilai Islam pada kasus?


Jawab:

22
"makan minumlah dan jangan berlebih-lebihan (melampaui batas yang
diperlukankan tubuh dan batas-batas yang dihalalkan). Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan". (QS. Al A’raf : 31)
2.6 Hipotesis

Andi, laki-laki 10 tahun, mengeluh mudah mengantuk dan kesulitan bernafas


pada malam hari karena mengalami OSAS akibat obesitas dan sindroma
metabolic.

2.7 Kerangka Konsep

Faktor resiko

Kurang aktivitas Faktor Genetik

Diet tinggi KH

OBESITAS

(Intake >uptake)

Kormobiditas

OSAS Dislipidemia

DAFTAR PUSTAKA

23
Antariksa, Budhi. 2010. Patogenesis, Diagnostik dan Skrining OSA
(Obstructive Sleep Apnea). http://jurnalrespirologi.org (diakses pada tanggal 17 Mei
2016)

Guyton &. Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter Indonesia. Jakarta.
Nelson. 2013. Ilmu Kesehatan Anak Essensial. Edisi 6. Saunders Elsevier:
Jakarta Pedoman Tatalaksana Dislipidemia. Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia. 2013. Edisi ke-1.

Ratnasari, Deqi. 2012. Gambaran Kebiasaan Mengkonsumsi Mie Instan Pada


Anak. https://core.ac.uk/download/files/379/11736649.pdf (diakses pada tanggal 17
mei 2016)

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 6. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Supriyatno, Bambang. 2005. Obstuksi Sleep Apneu Syndrom pada anak.


http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/7-2-5.pdf (diakses pada tanggal 17 mei 2016)

Widodo, Dwi Putro. 2000.Perkembangan Normal Tidur Pada Anak Dan


Kelainanya. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/2-3-3.pdf (diakses pada tanggal 17
mei 2016)

24

Anda mungkin juga menyukai