Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Blok Sistem Respirasi adalah blok ketiga belas pada Semester IV dari
sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Pendidikan Dokter Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang. Salah satu strategi
pembelajaran sistem Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) ini adalah Problem
Based Learning (PBL). Tutorial merupakan pengimplementasian dari metode
Problem Based Learning (PBL). Dalam tutorial mahasiswa dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dan setiap kelompok dibimbing oleh seorang
tutor/dosen sebagai fasilitator untuk memecahkan kasus yang ada.
Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus skenario C yang
memaparkan kasus pada Ali, laki laki umur 3 tahun datang ke instalasi Gawat
Darurat RSMP karena sesak napas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari
sebelumnya, ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak berbunyi mengi,
tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi. Enam hari yang lalu, ali juga
mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi.

1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan dari laporan studi kasus ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari
sistem pembelajaran Kurikulum Berbasis Kompetensi.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan
metode analisis dan pembelajaran studi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari pembelajaran tutorial berdasarkan langkah-
langkah seven jump.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 1


BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Data Tutorial

Tutor : dr. RA Tanzila M.Kes


Moderator : M. Abdilla
Sekretaris : Anindia Elok Susanti
Notulis : Hurait Hernando Hurairo
Waktu : Senin, 2016
Rule tutorial : 1. Dilarang mengaktifkan ponsel.
2. Dilarang makan di dalam ruangan.
3. Dilarang keluar tanpa izin tutor.
4. Boleh menjawab / mengajukan pertanyaan
setelah ditunjuk oleh moderator.

2.2. Skenario Kasus

Ali, laki laki umur 3 tahun datang ke instalasi Gawat Darurat RSMP
karena sesak napas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari
sebelumnya, ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak berbunyi
mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi. Enam hari yang
lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas tinggi.
Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama
sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.
Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak penderita saat ini batuk dan pilek.
Riwayat imunisasi BCG; scar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; Polio 0,1,2,3.
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak makan
nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil dan minum susu formula 1x sehari.
Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua dan 2 orang kakak di
rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2 jendela.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 2


Pemeriksaan fisik:
BB saat ini: 13 kg TB: 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140x/menit regular, RR: 58 x/menit, T:
39,6oc.
Keadaan spesifik:
Kepala: Sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+).
Leher : Dalam batas normal
Thoraks:
 Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
 Palpasi: stem fremitus meningkat di kedua lapang paru.
 Perkusi: redup pada seluruh lapangan paru.
 Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada kedua
lapangan paru, wheezing tidak terdengar.
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus normal.
Ekstremitas: tidak ditemukan clubbing finger.
Pemeriksaan laboratorium
Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000/mm3, hitung jenis: 1/1/08/68/20/2, LED: 14
mm/jam.

2.3. Klarifikasi Istilah

1. Sesak nafas / dispneu : kesulitan untuk bernafas


2. Mengi / wheezing : jenis bunyi kontinyu seperti bersiul yang
biasanya menunjukan obstruksi jalan nafas.
3. Alergi : Keadaan hipersensitifitas yang didapat
melalui pajanan terhadap alergen tertentu
dan pajanan yang menimbulkan manifestasi
akibat kemampuan bereaksi yang
berlebihan.
4. Clubbing finger : proliferasi jaringan lunak disekitar ujung
jari tanpa perubahan pada tulang

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 3


5. Scar : tanda yang membekas pasca penyembuhan
luka atau proses patologis lainnya
6. Sianosis : diskolorasi kebiruan dari kulit dan
membran mukosa akibat konsentrasi Hb
tereduksi yang berlebihan dalam darah
7. Nafas cuping hidung : kembang kempisnya hidung yang sering
terjadi pada saat sesak berat
8. Ronchi basah halus : bunyi pernafasan saat pemeriksaan
auskultasi seperti gesekan rambut
9. Vesikuler meningkat : peningkatan frekuensi bunyi nafas normal
pada paru selama ventilasi
10. Retraksi : tindakan menarik kembali atau tertarik
kembali.

2.4. Identifikasi Masalah

1. Ali, laki laki umur 3 tahun datang ke instalasi Gawat Darurat


RSMP karena sesak napas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua
hari sebelumnya, ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas
tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan
posisi.
2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang
disertai panas tinggi.
3. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang
sama sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.Riwayat penyakit dalam
keluarga: bapak penderita saat ini batuk dan pilek. Riwayat
imunisasi BCG; scar (+); DPT 1,2,3; Hepatitis 1,2,3; Polio 0,1,2,3.
Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini
anak makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil dan minum susu
formula 1x sehari. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua
orang tua dan 2 orang kakak di rumah semi permanen berukuran
4x4 m tanpa kamar, hanya ada 2 jendela.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 4


4. Pemeriksaan Fisik
BB saat ini: 13 kg TB: 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140x/menit regular, RR: 58
x/menit, T: 39,6oc.
5. Pemeriksaan Spesifik
Kepala: Sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+).
Leher : Dalam batas normal
Thoraks:
 Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan
suprasternal.
 Palpasi: stem fremitus meningkat di kedua lapang paru.
 Perkusi: redup pada seluruh lapangan paru.
 Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar.
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus
normal.
Ekstremitas: tidak ditemukan clubbing finger.
6. Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000/mm3, hitung jenis: 1/1/08/68/20/2,
LED: 14 mm/jam.
7. Pemeriksaan Radiologi
Rontgen Thoraks : terdapat infiltrat pada kedua lapangan paru

2.5. Analisis Masalah


1. Ali, laki laki umur 3 tahun datang ke instalasi Gawat Darurat RSMP
karena sesak napas yang semakin hebat sejak pagi tadi. Dua hari
sebelumnya, ali sudah mengalami sesak napas. Sesak napas tidak
berbunyi mengi, tidak dipengaruhi oleh cuaca, aktivitas, dan posisi.
a. Bagaimana anatomi fisiologi dan histologi organ yang terlibat pada
kasus ini?
Jawab:

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 5


 ANATOMI
Respirasi bagian atas :
1. Hidung

 Bagian Terluar Hidung adalah Dorsum Nasi, Ala Nasi,


Kolumnela, Nares Anterior
 Hidung dibentuk oleh :
 Os Nasal, Os ethmoidale dan Os Vomer , Sinus
Ethmoidale , Sinus Sphenoidale dan sinus maxilla (sinus
paranasal), Crista Gali,Concha Nasalis (superior,medial
dan inferior)
 Otot2 hidung :
 M.Procerus, M nasalis, M. Dilator Nares dan M. Depresor
Septi Nasi

 Pembuluh darah arteri pada hidung :


 A.ethmoidale Anterior dan Posterior, A.Labialis Superior,
A.Sphenopallatina dan A.Pallatina Major
 dibagian nasal terbentuk Anastomosis yang disebut
(plexus Kiessellbach) yang merupakan anastomosis dari
A.Sphenopalatina, A.Ethmoid Anterior, A.Labialis
Superior dan A.Pallatina Major
 Pembuluh darah vena pada hidung :
 V. Ethmoidalis Anterior-Posterior, V. Spheno Pallatina
dan V.Labialis Superior

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 6


 Innervasi pada hidung :
 N.Ethmoid Anterior, N. Maxillaris, N. infraorbitalis, N.
maxillaris dan Bulbus Olfactorius
2. Pharynx

 Terdiri dari 3 bagian : Nasopharynx, Oropharynx dan


Laryngopharynx
3. Laring
 Laring dibentuk oleh cartilago :
 Thyroid
 Cricoid
 Aritenoid
 Cuneiformis
 Corniculate.
 Otot – otot pada Laryng :
 M.Arytenoideus
 M.Cricoarytenoideus
 Lig.Thyrohyoideum
 Arteri pada laring :
 A.Laryngea superior
 A. Laryngea Inferior
 Innervasi :
 N.Laryngeus superior
 Recurrens

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 7


4. Trachea

 Terdiri dari 15-20 cincin cartilago yang berbentuk huruf C


yang dihubung kan oleh M.Tracheales
 Trachea membentuk Cabang yang disebut Bifuratio
Trachea atau Carina yang terletak setinggi VT.IV

Respirasi bagian bawah :

1. Bronkus dibagi 2 :

 Bronkus principalis dextra :


Bronkus Principalis dextra dibagi 3 cabang yaitu Bronkus
Lobaris Superior dextra, Media dextra dan Inferior dextra
 Bronkus principalis Sinsitra
Bronkus Principalis sinistra dibagi 2 yaitu : Bronkus Lobaris
Superius dan Inferius Sinistra
 Bronkus dibagi lagi atas beberapa segmen

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 8


o Bagian dexter ada 10 segmen
o Bagian sinister ada 9 segmen.
o Dan dibagi lagi sampai bronkiolus terminalis dan
bronkiolus respiratorius (saccus , ductus dan alveolus)

2. Paru – Paru

 Diliputi oleh Pleura


1. Parietal
a. pars mediastinalis dan costalis
2. Viseralis

 Topografi paru

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 9


 Bagian Apex paru berbatasan dengan Apertura Thoracis
superior
 basal paru berbatasan dengan diapraghma.
 Paru dextra dibagi 3 Lobus (superior, medial dan inferior)
dan sinister 2 Lobus (superior dan inferior).
 Vaskularisasi Paru : A.V Pulmonalis dan A.V Bronchialis
 Sistem lymphatica: N.Lymphoidei tracheobrachialis

Histologi

Trakea

Trakea dilapisi oleh mukosa respiratorik yang khas. Di lamina propria, terdapat
sejumlah besar kelenjar seromukosa menghasilkan mukus encer dan di
submukosa, 16-20 cincin kartilago hialin berbentuk C menjaga agar lumen trakea
tetap terbuka. Ujung terbuka dari cincin kartilago ini terdapat di permukaan
superior trakea, menghadap esofagus dan dihubungkan oleh suatu berkas otot
polos (m.trachealis) dan suatu lembar jaringan fibroelastis yang melekat pada
perikondrium. Keseluruhan organ ini dilapisi oleh adventitia. Pada trakea
ditemukan juga sel goblet.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 10


Bronkus

Mukosa bronkus besar secara struktural mirip dengan mukosa trakea, kecuali pada
susunan kartiago dan otot polosnya. Di lamina propria bronkus, terdapat berkas
menyilang otot polos yang tersusun spiral dan juga mengandung serat elastin serta
memiliki banyak kelenjar serosa dan mukosa. Ditemukan juga sel goblet.

Bronkiolus

Pada bronkus yang lebih besar, epitelnya masih bertingkat silindris bersilia, tetapi
semakin memendek dan sederhana menjadi epitel selapis silindris bersilia atau

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 11


selapis kuboid di bronchiolus terminalis yang lebih kecil. Sel goblet menghilang
selama peralihan ini, tetai epitel bronkiolus terminalis juga mengandung sejumlah
besar sel kolumnar lain yang disebut sel clara.

Alveolus

Secara struktural alveolus menyerupai kantong kecil yang terbuka pada satu
sisinya, yang mirip dengan sarang lebah. Setiap dinding terletak di antara
lingkungan luar dan dalam. Umumnya, setiap dinding terletak di antara dua
alveolus yang bersebelahan sehingga disebut septum interalveolus. Satu septum
intreralveolar memiliki sl dan matriks ekstrasel jaringan ikat, terutama serat
elastin dan kolagen, yang diperdarahi oleh sejumlah besar jalinan kapiler tubuh.
Makrofag dan leukosit lain juga ditemukan di dalam interstisium septum.

sel yang meliputi sakus alveolaris dibagi atas dua tipe. Pertama, sel yang
mempunyai bentuk pipih disebut dengan pneumosit atau tipe I, dimana terjadi
pertukaran udara yang berlangsung secara efisien. Kedua, sel yang mempunyai
bentuk kuboid dan disebut dengan tipe II (cuboid cell) yang berfungsi untuk
membentuk surfaktan dan mudah mengalami proliferasi dengan membentuk sel
tipe I.

(Mescher,2012;Rab, 2013)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 12


Hubungan usia dan Jenis kelamin.

Jenis Kelamin → Meskipun secara fisik pria cenderung


lebih kuat dibandingkan wanita, wanita sejak bayi hingga dewasa
memiliki daya tahan lebih kuat dibandingkan laki-laki, baik itu
daya tahan akan rasa sakit dan daya tahan terhadap penyakit. Anak
laki-laki lebih rentan terhadap berbagai jenis penyakit dan cacat
dibandingkan wanita. Selain itu, secara neurologis anak perempuan
lebih matang dibandingkan anak laki-laki sejak lahir hingga masa
remaja, dan pertumbuhan fisiknya pun lebih cepat. Wanita
cenderung hidup lebih lama daripada pria. Menurut Pedoman
Program Pemberantasan Penyakit ISPA untuk Penanggulangan
Pneumonia pada Balita (2002), anak laki-laki memiliki risiko lebih
besar untuk terkena pneumonia dibandingkan dengan anak
perempuan.

Usia → Bakteri patogen penyebab pneumonia, yaitu streptococcus


pneumoniae, menyerang anak-anak usia dibawah 5 tahun yang sistem
kekebalan alaminya lemah dan mengakibatkan infeksi pada sistem saluran
pernafasan (Kartasasmita, 2010)

 FISOLOGI
1. Ventilasi: Proses keluar masuknya udara dari luar ke alveolus
yang melalui serangkain proses yang terjadi dari rongga nasal ,
kemudian terus ke faring , diteruskn ke laryng melewati
trachea sampai ke bronchus , brokiolus dan sampai ke alveolus
2. Difusi : Setelah di Alveolus udara yang masuk mengalami
proses difusi ( pertukaran 02 dan Co2 antara alveolus dengan
kapiler yang berada disekitas alveoli)
3. Transportasi : kemudian O2 yang masuk diangkut kejaringan
melalui arteri yang diangkut melalui darah dan diikat oleh Hb
dan juga ada yang menjadi plsma untuk dibawa kejaringan dan
Hasil sisa dari respirasi berupa Co2 diangkut melalui vena dan
ke alveolus untuk dibuang.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 13


4. Regulasi : Respirasi ( pernafasan) diatur oleh saraf yang berada
di med.oblongata dan pons, dimana ada beberapa kelompok
pengaturan saraf (kelompok respirasi
dorsal,pneumotaksik,ventral serta hering-breuer)
(Snell, 2006)

Respirasi dibagi 2 yaitu internal dan eksternal:

1. Respirasi internal (respirasi sel) merupakan proses metabolik


intrasel yang dilakukan di dalam miokondria, yang
menggunakan O2 dan menghasilkan CO2 selagi mengambil
energi dari molekul nutrien.
2. Respirasi eksternal merupakan rangkaian kejadian dalam
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel
tubuh.
a. Ventilasi atau pertukaran gas antara atmosfer dan kantung
udara (alveolus) di paru.
b. Pertukaran O2 dan CO2 antara udara di alveolus dan darah
di dalam kapiler paru melalui proses difusi
c. Pertukaran O2 dan CO2 antara darah di kapiler sistemik
dan jaringan.
d. Transpor O2 dan CO2 oleh darah antara paru dan jaringan.
e. Namun pada system respirasi tidak melaksanakan semua
tahap atau langkah respirasi, system respirasi hanya
merperan dalam ventilasi dan pertukaran O2 dan CO2
antara paru dan darah.

Mekanika Bernapas

1. Ventilasi, atau bernapas, adalah proses pemasukan ke dan


pengeluaran udara dari paru secara bergantian sehingga udara
alveolus lama yang telah ikut Berta dalam pertukaran
Oksigen dan CO, dengan darah kapiler paru dapat ditukar
dengan udara atmosfer segar.
2. Ventilasi dilakukan secara mekanis dengan mengubah secara

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 14


bergantian arah gradien tekanan untuk aliran udara antara
atmosfer dan alveolus melalui ekspansi dan recoil siklik paru.
Ketika tekanan intra-alveolus berkurang akibat ekspansi paru
selama inspirasi, udara mengalir masuk ke paru dari tekanan
atmosfer yang lebih tinggi. Ketika tekanan intra-alveolus
meningkat akibat recoil paru se-lama ekspirasi, udara
mengalir keluar paru menuju tekanan atmosfer yang lebih
rendah.
3. Kontraksi dan relaksasi bergantian otot-otot inspirasi
(terutama diafragma) secara tak langsung menimbulkan
inflasi dan deflasi periodik paru dengan secara siklis
mengembangkan dan mengempiskan rongga thoraks, dengan
paru secara pasif mengikuti gerakannya.
4. Paru mengikuti gerakan rongga thoraks berkat daya rekat
(kohesivitas) cairan intrapleura dan gradien tekanan
transmural menembus dinding paru. Gradien tekanan
transmural terbentuk karena tekanan intrapleura yang
subatmosfer dan karenanya lebih rendah daripada tekanan
intra-alveolus.
5. Karena energi dibutuhkan untuk kontraksi otot-otot inspirasi,
maka inspirasi adalah proses aktif, tetapi ekspirasi bersifat
pasif selama bernapas tenang karena tercapai melalui recoil
elastik paru setelah otot-otot inspirasi melemas, tanpa
mengeluarkan energi.
6. Untuk ekspirasi aktif yang lebih kuat, kontraksi otot-otot
ekspirasi (yaitu otot abdomen) semakin mengurangi
ukuran rongga thoraks dan paru, yang meningkatkan gradien
tekanan intra-alveolus terhadap atmosfer.
7. Semakin besar gradien tekanan antara alveolus dan atmosfer
di kedua arah, semakin besar laju aliran udara, karena udara
terns mengalir sampai tekanan intra-alveolus seimbang
dengan tekanan atmosfer.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 15


8. Selain berbanding lurus dengan gradien tekanan, laju
aliran udara juga berbanding terbalik dengan resistensi
saluran napas. Karena resistensi saluran napas, yang
bergantung pada kaliber saluran napas penghantar dan
normalnya sangat rendah, maka laju aliran udara biasanya
terutama bergantung pada gradien tekanan antara alveolus
dan atmosfer.
9. Jika resistensi saluran napas meningkat secara patologis
akibat penyakit paru obstruktif kronik, maka gradien tekanan
juga barns ditingkatkan oleh kerja otot-otot pernapasan yang
lebih kuat untuk mempertahankan laju aliran udara normal.
10. Paru dapat diregangkan dengan derajat bervariasi selama
inspirasi dan kemudian mengempis kembali ke ukuran
prainspirasinya sewaktu ekspirasi karena sifat elastiknya.
Sumber:
(Snell, 2006) (Sherwood, 2014)

b. Bagaimana hubungan usia dan jenis kelamin pada kasus ini?


Jawab:

Hasil SKDI (survey demografi kesehatan indonesia)


 Usia (5 tahun) rentan kena penyakit karena:
- Imunitas yang belum sempurna
- Lumen saluran napas masih relatif sempit, alveolus belum
berkembang sempurna
 Jenis Kelamin: Laki-laki 9.4%, anak perempuan 8.5%

c. Apa penyebab sesak nafas pada kasus ini?


Jawab:

 Transfortasi : akibat kadar Hb yang ↓  O2 yang diikat Hb darah


tidak adekuat

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 16


 Regulasi : tingginya kadar CO2 darah di respon oleh sistem
kemoreseptor perifer diteruskan ke area pernapasan dorsal di
medula peningkatan ventilasi
 Ventilasi : terjadi obstruksi jalan napas akibat adanya
hipersekresi mukus pada saluran pernapasan.
 Difusi : alveoli rusak atau terjadi edema, serta adanya
hambatan pada saluran nafas terjadi
Sesak nafas pada kasus ini terjadi akibat adanya gangguan difusi
O2 dan CO2 karena adanya konsolidasi paru akibat
bronkopneumonia. Adapun penyebab-penyebab pneumonia
adalah sebagai berikut.
 Bakteri
Streptococcus pneumonia, Staphylococcus, H. Influenza,
Klebsiella
 Virus
Lengionella pneumoni
 Jamur
Aspigilus spesies, candida albicans
 Aspirasi makanan, sekresi oropharingeal atau isi lambung ke
dalam paru.(Mardjanis, 2008)

d. Apa saja jenis jenis sesak napas?


Jawab :
BerdasarkanSkala

Tingkat Derajat Kriteria


0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali dengan aktivitas berat
1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika terburu –
buru atau ketika berjalan menuju puncak landai
2 Sedang Berjalan lebih lambat dari pada kebanyakan orang berusia sama
karena sulit bernapas atau harus berhenti berjalan untuk bernapas
3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter (100 yard) untuk bernapas atau
setelah berjalan beberapa menit
4 Sangat Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau sulit

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 17


berat bernapas ketika memakai baju atau membuka baju.

e. Bagaimana Patofisiologi sesak napas pada kasus?


Jawab:
Infeksi saluran nafas atas → respon imun rendah → predisposisi
berbagai infeksi → infeksi berlanjut ke alveolus → peradangan
parenkim paru (alveolus) → reaksi inflamasi dan pelepasan mediator
inflamasi → Peningkatan permeabilitas kapiler →infiltrasi makrofag,
neutrofil, leukosit → alveoli dipenuhi cairan eksudat → konsolidasi di
alveoli → gangguan proses difusi O2 dan CO2 ke perifer berkurang →
tubuh berkompensasi → sesak nafas (Suardi, dkk., 2008).

f. Apa Makna sesak napas semakin hebat sejak pagi tadi?


Jawab:
Keluhan sesak bertambah berat karena terjadi progresifitas penyakit.
Adanya perubahan fase hepatisasi merah (Alveolus terisi SDM, PMN,
fibrin dan eksudat reaksi radang ) ke hepatisasi Kelabu
(Konsolidasi)alveoli tidak dapat mengerjakan tugasnya secara normal
(tempat pertukaran gas).

g. Apa makna sesak napas tidak berbunyi mengi, tidak dipengaruhi cuaca,
aktivitas, dan posisi?
Jawab:
Keluhan sesak bertambah berat karena terjadi progresifitas penyakit.
Adanya perubahan fase hepatisasi merah (Alveolus terisi SDM, PMN,
fibrin dan eksudat reaksi radang ) ke hepatisasi Kelabu
(Konsolidasi)alveoli tidak dapat mengerjakan tugasnya secara normal
(tempat pertukaran gas).
2. Enam hari yang lalu, ali juga mengalami batuk dan pilek yang disertai panas
tinggi.
a. Bagaimana etiologi dari batuk, pilek yang disertai panas tinggi?
Jawab:
 Demam

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 18


Penyebab secara umum:
- Infeksi mikroorganisme
- Non infeksi (autoimun, neoplasma, obat-obatan dll)
 Batuk
Batuk merupakan respon fisiologis sebagai upaya pertahanan dan
mengeluarkan benda asing. Penyebab secara umum:
- Infeksi saluran pernafasan atas
- Rangsangan: misal debu di reseptor batuk (hidung, sal pernafasan dan
telinga)
- Iritan (asap rokok, gas polutan).
 Pilek
Penyebab secara umum:
- Alergi (terhadap benda asing)
- Infeksi
- Non infeksi dan non alergi. (Horrison, 2012)
Sedangkan berdasarkan kasus, batuk berdahak, pilek disertai demam
diakibatkan karena terjadi bronkopneumonia. Pada anak usia 4 bulan - 5
tahun mikroorganisme penyebab yang paling sering yaitu:
 Bakteri
- Streptococcus pneumoniae,
- Mycoplasma pneumoniae,
- Clamydia pneumoniae,
- Haemophillus influenzatype B,
- Neiseria meningitis,
- Staphylococcus aureus.
 Virus
- Respiratory syncytial virus (RSV),
- Influenza& parainfluenza virus,
- Adenovirus,
- Rhinovirus,
- Measles virus

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 19


- Virus Varisela-Zoster.
(Setyoningrum, 2006)
b. Bagaimana mekanisme dari refleks batuk?
Jawab:
Mekanisme batuk terdiri dari tiga fase yaitu:
1) Fase inspirasi: inhalasi udara secara cepat dan dalam jumlah besar,
pada saat ini glotis secara reflex sudah terbuka. Pemasukan volume
udara yang besar bermanfaat untuk memperkuat fase ekspirasi, yang
nantinya akan menghasilkan ekspirasi yang lebih cepat dan kuat.
Selain itu volume yang besar akan memperkecil rongga udara yang
tertutup sehingga pengeluaran secret lebih mudah.
2) Fase kompresi: glotis tertutup selama 0,2 detik, pada fase ini tekanan
paru dan abdomen meningkat sampai 50-100 mmHg.
3) Fase ekspirasi : glotis terbuka  udara keluar dan menggetarkan
jaringan saluran nafas serta udara yang ada sehingga menimbulkan
suara batuk.

c. Bagaimana Patofisiologi dari batuk, pilek yang disertai panas tinggi?


Jawab:
 Mekanisme Pilek
Mikroorganisme (bakteri) masuk melalui inhalasi → MO berada di
saluran pernapasan atas → MO menempel pada mukosa hidung →
merangsang sel goblet untuk mengeluarkan mukus → mukus dikeluarkan
melalui hidung → pilek(Ganong,W.F, 2012)
 Mekanisme Demam
MO yang berada di saluran pernapasan atas akan menyebar dan
berkolonisasi → terjadi peradangan pada saluran pernapasan atas → aktivasi
makrofag (fagositosis) → mengeluarkan TNFα , IL-1, IL-6 → menginduksi
prostalglandin → meningkatkan termostat di hipotalamus → meningkatkan set
point → suhu tubuh meningkat → demam (Price, 2005)

d. Bagaimana hubungan keluhan tambahan dengan keluhan utama?


Jawab :

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 20


Hubunganya yaitu batuk dan pilek merupakan respon pertahanan fisik
di mana tubuh merespon infeksi yang masuk dengan mengeluarkan
pathogen yang masuk dengan reflex batuk, pilek karena sel goblet
yang memproduksi mucus secara berlebihan dan panas tingi
merupakan respon inflamasi dari peradangan tersebut, Hubungan
dengan sesak nafasnya di mana mekanisme pertahanan lebih lanjut
tidak bisa mengatasi pathogen yang masuk tersebut sehingga
mikroorganisme melalui jalan nafas sampailah ke alveoli dan
membentuk kolonisasi di alveoli sehingga terjadi edema antar kapiler
dan alveolus yang menyebabkan pertukaran gas O2 dan CO2
terganggu yang menyebabkan sesak nafas.
(Price, S., Wilson, L., 2005)

e. Apa makna batuk dan pilek disertai panas tinggi sejak 6 hari yang lalu?
Jawab:
Batuk dan pilek menunjukkan terdapat gangguan pada sistem respirasi
berupa infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Sedangkan demam
merupakan salah satu tanda terjadinya reaksi inflamasi. (Price, 2005)

3. Riwayat penyakit dahulu: tidak pernah mengalami penyakit yang sama


sebelumnya, tidak ada riwayat alergi.Riwayat penyakit dalam keluarga: bapak
penderita saat ini batuk dan pilek. Riwayat imunisasi BCG; scar (+); DPT 1,2,3;
Hepatitis 1,2,3; Polio 0,1,2,3. Riwayat makanan: tidak pernah diberi ASI sejak
lahir. Saat ini anak makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil dan minum
susu formula 1x sehari. Riwayat lingkungan: tinggal bersama kedua orang tua
dan 2 orang kakak di rumah semi permanen berukuran 4x4 m tanpa kamar,
hanya ada 2 jendela.
a. Apa makna dari riwayat terdahulu?
Jawab:
Berdasarkan riwayat penyakit terdahulu, dapat disingkirkan diagnosis asma
bronkial karena pada penyakit asma bronkial keluhan biasanya berulang dan
dicetuskan oleh alergen tertentu.(Sudoyo, 2009)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 21


b. Bagaimana hubungan riwayat penyakit dalam keluarga dengan keluhan?
Jawab:
Bapak penderita saat ini mengalami batuk pilek. Kemungkinan hal ini
diakibatkan karena terjadi penularan penyakit secara droplet nuclei.
(Horrison, 2012)

c. Bagaimana intrepretasi dari riwayat imunisasi?


Jawab:

Keterangan:
Rekomendasi imunisasi berlaku mulai 1 Januari 2014.
1. Vaksin Hepatitis B
Paling baik diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan didahului
pemberian injeksi vitamin K1. Bayi lahir dari ibu HBsAg positif,
diberikan vaksin hepatitis B dan imunoglobulin hepatitis B (HBIg)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 22


pada ekstremitas yang berbeda. Vaksinasi hepatitis B selanjutnya
dapat menggunakan vaksin hepatitis B monovalen atau vaksin
kombinasi.
2. Vaksin Polio
Pada saat bayi dipulangkan harus diberikan vaksin polio oral (OPV-
0). Selanjutnya, untuk polio-1, polio-2, polio-3 dan polio booster
dapat diberikan vaksin OPV atau IPV, namun sebaiknya paling
sedikit mendapat satu dosis vaksin IPV.
3. Vaksin BCG
Pemberian vaksin BCG dianjurkan sebelum 3 bulan, optimal umur 2
bulan. Apabila diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji
tuberkulin.
4. Vaksin DTP
Vaksin DTP pertamadiberikan paling cepat pada umur 6 minggu.
Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan
vaksin lain. Untuk anak umur lebih dari 7 tahun DTP yang diberikan
harus vaksin Td, di-booster setiap 10 tahun.
5. Vaksin Campak
Campak diberikan pada umur 9 bulan, 2 tahun dan pada SD kelas 1
(program BIAS).
6. Vaksin Pneumokokus (PCV)
Apabila diberikan pada umur 7-12 bulan, PCV diberikan 2 kali
dengan interval 2 bulan; pada umur lebih dari 1 tahun diberikan 1
kali. Keduanya perlu dosis ulangan 1 kali pada umur lebih dari 12
bulan atau minimal 2 bulan setelah dosis terakhir. Pada anak umur di
atas 2 tahun PCV diberikan cukup satu kali.
7. Vaksin Rotavirus
Vaksin rotavirus monovalen diberikan 2 kali, vaksin rotavirus
pentavalen diberikan 3 kali. Vaksin rotavirus monovalen dosis I
diberikan umur 6-14 minggu, dosis ke-2 diberikan dengan interval
minimal 4 minggu. Sebaiknya vaksin rotavirus monovalen selesai
diberikan sebelum umur 16 minggu dan tidak melampaui umur 24

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 23


minggu. Vaksin rotavirus pentavalen: dosis ke-1 diberikan umur 6-14
minggu, interval dosis ke-2, dan ke-3 4-10 minggu, dosis ke-3
diberikan pada umur kurang dari 32 minggu (interval minimal 4
minggu).
8. Vaksin Varisela
Vaksin varisela dapat diberikan setelah umur 12 bulan, namun
terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila diberikan pada
umur lebih dari 12 tahun, perlu 2 dosis dengan interval minimal 4
minggu.
9. Vaksin Influenza
Vaksin influenza diberikan pada umur minimal 6 bulan, diulang
setiap tahun. Untuk imunisasi pertama kali (primary immunization)
pada anak umur kurang dari 9 tahun diberi dua kali dengan interval
minimal 4 minggu. Untuk anak 6 – <36 bulan, dosis 0,25 mL.
10. Vaksin Hib
Membantu mencegah infeksi oleh Haemophilus influenza tipe b.
Organisme ini bisa menyebabkan meningitis, pneumonia dan infeksi
tenggorokan berat. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi
(PRP: purified capsular polysaccharide) kuman H. Influenzae tipe b,
antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein-
protein lain seperti toksoid tetanus (PRP-T), toksoid dipteri (PRP-D
atau PRPCR50) atau dengan kuman menongokokus (PRP-OMPC).
Cara Pemberian dapat dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2
bulan kemudian bosternya dapat diberikan pada usia 18 bulan.
11. Vaksin Human papiloma virus (HPV)
Vaksin HPV dapat diberikan mulai umur 10 tahun. Vaksin HPV
bivalen diberikan tiga kali dengan interval 0, 1, 6 bulan; vaksin HPV
tetravalen dengan interval 0, 2, 6 bulan.
(Ranuh, 2011)
Diketahui riwayat imunisasi Ali:
BCG : skar (+)
DPT : 1,2,3

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 24


Hepatitis : 1,2,3
Polio : 0,1,2,3
Berdasarkan jadwal imunisasi rekomendasi IDAI tahun 2004, Ali tidak
melakukan booster untuk imunisasi polio dan DTP, serta belum melakukan
imunisasi campak dan MMR.

d. Bagaimana riwayat makanan dengan keluhan pada kasus?


Jawab:
Riwayat makanan : tidak pernah diberi ASI sejak lahir. Saat ini anak
makan nasi biasa 3x setengah mangkuk kecil, dan minum susu formula 2 x
sehari.
Makna : tidak mendapat ASI yang adekuat merupakan factor risiko dari
timbulnya penyakit pneumonia.
(Supriyatno, B., Setyanto, D., Rahajoe, N. 2012)

Air susu ibu (ASI) adalah makanan ideal, unik, dan terbaik bagi bayi. The
American Academy of Pediatrics merekomendasikan ASI sebagai satu-satunya
sumber nutrisi bayi selama 6 bulan pertama kehidupan, diteruskan selama satu
tahun pertama, dan setelahnya sepanjang dikehendaki. Pemberian ASI
menurunkan insidens dan keparahan diare, penyakit saluran napas, otitis media,
bakteremia, meningitis bakterialis, dan enterokolitis nekrotikans, dan bayi yang
mendapat ASI lebih jarang sakit. ASI dapat menurunkan insidens alergi
makanan dan eksim.ASI juga mengandung antibody terhadap bakteri dan virus
(IgA sekretorik) dan factor kekebalan nonspesifik, mencakup makrofag dan
nukleotida, yang juga membantu melawan infeksi.
Komposisi ASI per dL yaitu terdiri dari kalori (67 kkal), protein (1,1 g), lemak
(4 g), karbohidrat (7,2 g), kalsium (290 mg/L), fosfor (140 mg/L), natrium (8,0
mEq/L), vitamin D.
(Marcdante, K., dkk. 2011. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Jakarta :
IDAI.)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 25


e. Bagaimana hubungan riwayat lingkungan dengan keluhan pada kasus?
Jawab:
Rumah atau tempat tinggal yang buruk (kurang baik) dapat mendukung
terjadinya penularan penyakit dan gangguan kesehatan diantaranya adalah
infeksi saluran nafas. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang ventilasinya
kurang dan dapur terletak di dalam rumah bersatu dengan kamar tidur dan
ruang tempat bayi dan balita bermain. Hal ini lebih dimungkinkan karena
bayi dan balita lebih lama berada di rumah bersama- sama ibunya sehingga
lebih sering terhirup udara yang pencemaran tentunya akan lebih tinggi.
Rumah kecil yang tidak memiliki sirkulasi udara memadai yang penuh
asap yang berasal dari asap anti nyamuk bakar, asap rokok, dan asap hasil
pembakaran bahan bakar untuk memasak akan mendukung penyebaran
virus atau bakteri, dengan

4. Pemeriksaan Fisik
BB saat ini: 13 kg TB: 90 cm
Keadaan umum : tampak sakit berat
Tanda vital: TD: 90/60 mmHg, HR: 140x/menit regular, RR: 58 x/menit, T:
39,6oc.
a. Bagaimana intrepretasi dari pemeriksaan fisik?
Jawab:

Hasil pemeriksaan Keadaan normal Interpretasi


BB = 13 kg, TB = 90 - BB= umur x 2 +8 Abnormal
= 3 x 2 +8
cm
= 14 kg

- TB= umur x 6 + 77
= 3 x 6 + 77
= 95

Keadaan umum: sehat Abnormal


Tampak sakit berat

TD 90/60 mmHg Neonatus 80/45 mmHg Hipotensi


6-12 bln 90/60 mmHg

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 26


1-5 thn 95/65 mmHg
5-10 thn 100/60 mmHg
10-15 thn 115/60 mmHg
HR 140x/menit Neonatus 100-180 Takikardi
1 minggu – 3 bln 100-200
3 bln – 2 thn 80-150
2 thn – 10 thn 70-110
> 10 thn 55-90
RR 58 x/menit < 2 bln < 60 Takipnea
2-12 bln < 50
1-5 thn < 40
Temp. 39,6oC Hipotermia < 36oC Febris
Normotermia 36,5-37,2oC
Subfebris 37,3-38oC
Febris > 38oC
Hiperpireksia ≥ 41,2oC

b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan fisik?

Jawab:
Takipnea

Inhalasi mikroorganisme  menginfeksi saluran nafas atas  respon imun


rendah  predisposisi berbagai infeksi peradangan parenkim paru  reaksi
inflamasi dan pelepasan mediator inflamasi peningkatan permeabilitas
kapiler infiltrasi makrofag, neutrofil, leukosit alveoli dipenuhi cairan
eksudat konsolidasi di alveoli  gangguan proses difusi O2 dan CO2 ke
perifer berkurang  sesak nafas  tubuh berkompensasi dengan
meningkatkan frekuensi napas.
Febris
Infeksi mikroorganisme masuk ke saluran pernafasan → infeksi saluran
pernafasan → respon imun menurun → peradangan → aktivasi makrofag
(fagositosis) ( TNF α, IL-1, IL-6) → induksi prostaglandin → peningkatan
termostat di hipothalamus → set point meningkat → demam.
Takikardi
Takikardi dapat terjadi karena jaringan tubuh tidak mendapatkan oksigen yang
cukup (karena sesak) sehingga timbul kompensasi tubuh dengan perangsangan

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 27


saraf simpatis yang mengakibatkan takikardi, atau karena tekanan darah
menurun,sehingga sebagai kompensasiheart rate ditingkatkan(takikardi) untuk
meningkatkan suplai Oksigen ke perifer.
Nafas cuping hidung (+)
Napas cuping hidung merupakan tanda-tanda sesak nafas (khas pada
bronkopneumonia pada anak).Mekanisme:Oksigen kurang → kompensasi
tubuh untuk mendapatkan oksigen yang lebih dengan nafas cuping hidung.
Thoraks :
Inspeksi: retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal
Hal ini terjadi karena untuk pengoptimalan bantuan ventilasi.
Mekanisme:Cairan purulent di alveoli tekanan di paru meningkat 
kavasitas paru menurun  kompensasi tubuh untuk melawan tingginya
tekanan paru  bernapas dengan bantuan otot pernapasan  retraksi
intercostal, subcostal dan suprasternal.
Palpasi : stem fremitus kanan dan kiri meningkat, akibat dari getaran
dinding dada meningkat.
Mekanisme:Paru terisi cairan dan sedikit udara  mengalami pemadatan
(konsolidasi)  sebagai penghantar yang baik getaran meningkat
dibandingkan bila hanya udara.
Perkusi : Redup pada basil kedua paru, karena adanya konsolidasi
(pemadatan) pada daerah yang diperkusi sehingga berkurangnya hantaran
gelombang suara.
Mekanisme:Paru terisi cairan dan sedikit udara  mengalami pemadatan
( konsolidasi) redup pada basil kedua paru.
Auskultasi : suara nafas vesikuler meningkat, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, karena permukaan bronkus mempunyai banyak mukus.
Mekanisme ronkhi basah sedang: suara gelembung kecil yang pecah, terdengar
bila adanya sekret pada saluran pada saluran napas kecil dan sedang.

5. Pemeriksaan Spesifik
Kepala: Sianosis sirkum oral (+), nafas cuping hidung (+).
Leher : Dalam batas normal

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 28


Thoraks:
 Inspeksi: terdapat retraksi intercostal, subcostal dan suprasternal.
 Palpasi: stem fremitus meningkat di kedua lapang paru.
 Perkusi: redup pada seluruh lapangan paru.
 Auskultasi: vesikuler menurun, ronki basah halus nyaring pada
kedua lapangan paru, wheezing tidak terdengar.
Abdomen: datar, lemas, hepar dan lien tidak teraba, bising usus
normal.
Ekstremitas: tidak ditemukan clubbing finger.

a. Bagaimana intrepretasi dari pemeriksaan spesifik?

Jawab:

Sianosis sirkum oral Negatif Abnormal


(+)
Napas cuping hidung Negatif Adanya usaha inspirasi yang ↑
(+)
Retraksi intercostal, Negatif Abnormal (penggunaan otot bantu
subcostal, dan napas/tambahan)
suprasternal
Stem fremitus kanan Tidak meningkat Abnormal (konsolidasi)
dan kiri meningkat
Redup pada basal Sonor Abnormal (ada konsolidasi)
kedua paru
Suara napas Suara vesikuler normal Abnormal
vesikuler meningkat dan tidak ada bunyi (ada konsolidasi + cairan)
dan ronkhi basah tambahan
halus nyaring pada
kedua lapangan paru

b. Bagaimana mekanisme abnormal pemeriksaan spesifik ?

Jawab:
 Mekanisme terdapat retraksi intercostal, subcostal dan
suprasternal
Mikroorganisme masuk melalui inhalasi  mikroorganisme berada di
saluran pernapasan atas  reaksi inflamasi, tetapi akibat tidak

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 29


ditatalaksana dengan baik + imunitas belum sempurna pada anak,
sebagian mikroorganisme berhasil melewati sistem pertahanan
mekanik, humoral dan seluler pada saluran pernapasan atas 
berkolonisasi dan menyebar ke saluran pernapasan bawah (parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli)  reaksi inflamasi  akumulasi sel-sel
radang  produksi eksudat mukopurulen meningkat  obstruksi
saluran napas berkaliber kecil dan konsolidasi yang merata pada lobus
yang berdekatan  gangguan difusi O2 dan CO2  sesak nafas 
kompensasi tubuh berupa peningkatan frekuensi napas dan peningkatan
usaha bernapas  napas cuping hidung (+), retraksi intercostal,
subcostal dan suprasternal (Behrman, 2014)

 Mekanisme stem fremitus kanan dan kiri meningkat


Mikroorganisme masuk melalui inhalasi  mikroorganisme berada di
saluran pernapasan atas  reaksi inflamasi, tetapi akibat tidak
ditatalaksana dengan baik + imunitas belum sempurna pada anak,
sebagian mikroorganisme berhasil melewati sistem pertahanan
mekanik, humoral dan seluler pada saluran pernapasan atas 
berkolonisasi dan menyebar ke saluran pernapasan bawah (parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli)  reaksi inflamasi  akumulasi sel-sel
radang  produksi eksudat mukopurulen meningkat  obstruksi
saluran napas berkaliber kecil dan konsolidasi yang merata pada lobus
yang berdekatan  akumulasi cairan di paru  stem fremitus kanan
dan kiri meningkat (karena cairan merupakan penghantar gerakan yang
baik saat palpasi) (Behrman, 2014)

 Mekanisme redup pada basal kedua paru, suara nafas vesikuler


meningkat dam terdapat ronkhi basah halus nyaring pada kedua
lapangan paru
Mikroorganisme masuk melalui inhalasi  mikroorganisme berada di
saluran pernapasan atas  reaksi inflamasi, tetapi akibat tidak

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 30


ditatalaksana dengan baik + imunitas belum sempurna pada anak,
sebagian mikroorganisme berhasil melewati sistem pertahanan
mekanik, humoral dan seluler pada saluran pernapasan atas 
berkolonisasi dan menyebar ke saluran pernapasan bawah (parenkim
paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius dan alveoli)  reaksi inflamasi  akumulasi sel-sel
radang  produksi eksudat mukopurulen meningkat  obstruksi
saluran napas berkaliber kecil dan konsolidasi yang merata pada lobus
yang berdekatan  akumulasi cairan di paru  redup pada basal kedua
paru, suara nafas vesikuler meningkat dam terdapat ronkhi basah halus
nyaring pada kedua lapangan paru. (Behrman, 2014)

6. Pemeriksaan Laboratorium

Hb: 11,8 gr/dl, leukosit: 23.000/mm3, hitung jenis: 1/1/08/68/20/2,


LED: 14 mm/jam.
a. Bagaimana intrepretasi pemeriksaan Lab?
Jawab:

Hasil Pemeriksaan Rentang normal Interpretasi


penunjang
Hb: 11,8 g/dl Anak: 11-16 gr/dl Normal
Batita : 9-15 gr/dl
WBC: 23.000 Balita: 5700-18.000 Leukositosis
/mm3 sel/mm3
LED: 14 mm/jam Anak: <10 mm/jam Meningkat, adanya
infeksi akut
Hitungjenis:  Basofil: 0-1 % neutrofil batang
1/1/8/68/20/2
 Eusinofil: 1-3 %

 Neutrofil batang: 2-6 %

 Neutrofil segmen: 50–70 %

 Limfosit: 20-40 %

 Monosit : 2-8 %

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 31


b. Bagaimana mekanisme abnormal dari pemeriksaan Lab?
Jawab:

Leukositosis:
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas
terjadiinflamasipadasaluranpernafasanataspengeluaranpirogen
endogen stimulasiuntukmensintesis protein
faseakutLeukosit . (Aru dkk, 2009)
Hitung leukosit dapat membantu membedakan pneumoni viral dan
bakterial. Infeksi virus leukosit normal atau meningkat (tidak
melebihi 20.000/mm3 dengan limfosit predominan) dan bakteri
leukosit meningkat 15.000-40.000 /mm3 dengan neutrofil yang
predominan. Pada kasus jumlah leukosit 22.000 dan peninngkatan
netrofil, menandakan telah terjadi infeksi bakteri.(Benette, 2013)
LED:
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas  terjadi
inflamasi pada saluran pernafasan atas  pengeluaran pirogen
endogen  stimulasi untuk mensintesis protein fase akut  Protein
yang bermuatan positif mengurangi gaya tolak menolak RBC LED .
(Aru dkk, 2009)
Shift to the left:
Infeksi mikroorganisme pada saluran pernafasan atas  terjadi
inflamasi pada saluran pernafasan atas  pengeluaran pirogen
endogen  stimulasi untuk mensintesis protein fase akut 
neutrofil batang 

7. Pemeriksaan Radiologi :
Rontgen Thoraks : terdapat infiltrat pada kedua lapangan paru
a. Apa interpretasi dari hasil pemeriksaan radiologi?
Abnormal, terdapat konsolidasi.
b. Bagaimana mekanisme dari abnormal dari hasil pemeriksaan
radiologi?

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 32


Konsolidasi  penurunan luas permukaan membrane respirasi 
menurunkan kapasitas difusi  hipoksemia  mengalami
peningkatan denyut jantung.
(Price, 2005)

8. Bagaimana cara mendiagnosis pada kasus?


Jawab:
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klinik yang sesuai dengan
gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya dan pemeriksaan fisik
disertai pemeriksaan penunjang.
 Anamnesis.
 Pemeriksaanfisik
 PemeriksaanPenunjang
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi
serologi, karena pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan
bila dapat dilakukan kuman penyebab tidak selalu dapat ditemukan.
Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman diagnose dan tatalaksana
yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut pneumonia
dibedakan berdasarkan :
 Pneumonia sangat berat :
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,
maka anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
 Pneumonia berat :
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih
sanggup minum, maka anak harus dirawat di rumah sakit dan
diberi antibiotika.
 Pneumonia :
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
 40 x/menit pada anak usia 1 – 5 tahun

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 33


 Bukan Pneumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak
perlu dirawat dan tidak perlu diberi antibiotika. (Suardi, 2008)
9. Apa saja Differential diagnosis pada kasus?
Jawab:

Gejala Bronkopneumoni Bronkioltis Asma Bronkitis


akut akut

Batuk + + + +

Sesak napas + + + +

Demam + -/subfebris - +/sedikit


meningkat

Retraksi + + + -

Dullness + Hipersonor - -

Rales + Wheezing wheezing Wheezing dan


ronki kasar

Sianosis + + - -

Leukositosis + - menurun -

LED Meningkat - - -

Napas cuping + - - -
hidung

10. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus?


Jawab:
Pemeriksaan mikrobiologi pada kasus pneumonia diperlukan sehingga bisa
ditentukan pemberian antibiotik yang sesuai dengan mikroorganisme
penyebab.
(Sudoyo, 2009)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 34


11. Apa Working Diagnosis pada kasus?
Jawab:
Bronkopneumonia bakterial

12. Bagaimana Tatalaksana Pada kasus?


Jawab:
a. Pneumonia rawat jalan
Dapat diberikan antibiotic lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin
atau kotrimoksazol. Pada pneumonia ringan berobat jalan, dapat diberikan
anti biotic tunggal oral dengan efektifitas yang mencapai 90%. Dosis
amoksisilin yang diberikan adalah 25mg/kgBB, sedangkan kotrimoksazol
4 mg/kgBB TMP – 20mg/kgBB sulfametoksazol.

b. Pneumonia rawat inap


Pada balita dan anak yang lebih besar, antibiotik yang direkomendasikan
adalah antibiotik beta – laktam dengan atau tanpa klavulanat; pada kasus
yang lebih berat diberikan beta – laktam/klavulanat dikombinasikan
dengan makrolid baru intravena, atau sefalosporin generasi ketiga. Bila
keadaan sudah stabil, antibiotic dapat diganti dengan antibiotik oral dan
berobat jalan.
Pada pneumonia rawat inap, berbagai RS di Indonesia memberikan
antibiotik beta – laktam, ampisilin atau amoksisilin, dikombinasikan
dengan kloram fenikol. (Buku respirologi anak)
Sebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji
resistensi tetapi hal ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu
yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi
maka yang biasanya diberikan:
a. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan
campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1
ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 35


b. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat
kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas
darah arteri.
c. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.

a. Bed rest

b. Oksigen 1 – 2L/menit

c. IVFDDekstrose 5% : NaCl 0,9% dengan perbandingan 3 :1

Pemilihan antibiotika berdasarkan etiologi (kultur)

Mikroorganisme Antibiotika
- Streptokokus Penisilin G 100.000 unit/kg/nn/hari/iv
- Stafilokokus Penisilin semisintetik (Nafsilin 200
mg/kgbb/hari/iv atau Ampisilin 100
- M. Pneumonia mg/kgbb/hari
- H. Influenza Eritromisin 15 mg/kg/nn/hari
- Klebsiela Kloramfenikol 100 mg/kgbb/hari
- P. Aeruginosa Kanamisin 7,5 mg/kgbb/12 jam atau
gentamisin
Karbenisilin ditambah gentamisin

e. Antipiretik :Parasetamol 10 – 15 mg/kgbb/hari

f. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal
dan beta agonis untuk memperbaiki transport mukosilier

g. Koreksi gangguan asam basa dan elektrolit. Bila penderita jatuh pada
keadaan asidosis metabolic akibat kurang makanan dan hipoksia dapat
diberikan koreksi dengan pengurangan basa sebanyak 5 mEq.

13. Apa saja komplikasi pada kasus?


Jawab:
Komplikasi bronkopneumonia meliputi:
1. Empiema torasis
2. Perikarditis purulenta
3. Pneumotoraks
4. Infeksi ektra pulmoner seperti meningitis purulenta.
(Said, 2008)

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 36


14. Apa prognosis pada kasus?
Jawab:
Quo at vitam : dubia at bonam
Quo at fungsional : dubia at bonam

15. Apa KDU pada kasus?


Jawab:

Tingkat Kemampuan 4: mendiagnosis, melakukan


penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan
penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

16. Bagaimana Pandangan Islam pada kasus?


Jawab:
Q.S; Albaqoroh ayat 233 yang artinya “Para ibu hendaklah
menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, Yaitu bagi yang ingin
menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi Makan dan
pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan
warispun berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum
dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada
dosa atas keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain,
Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut
yang patut. bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah
Maha melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS.Al Baqarah:233).

Dalam ayat tersebut dijelaskan, jika masa penyusuannya bisa sempurna


sampai dua tahun, maka itu lebih baik, lebih kuat, dan lebih ideal. Asupan pertama
dan yang terbaik bagi sang buah hati adalah ASI (Air Susu Ibu). Allah swt telah
menciptakan dengan sempurna komposisi yang terkandung di dalam ASI.ASI
memenuhi seluruh kebutuhan biologis bayi, karena itulah penting kiranya bagi para

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 37


ibu agar menyusui bayinya hingga berusia 2 tahun sebagaimana yang diperintahkan
oleh Allah swt.

Bayi-bayi yang disusui jarang sekali mengalami kelebihan berat badan,


kemungkinan menderita dehidrasi serta akibat-akibat lainnya.Jarang di antara
mereka yang menderita alergi atau infeksi karena bakteri.ASI memberikan proteksi
alamiah dengan cara mengalirkan antibodi penting dari ibu ke bayinya.Menyusui
juga memberikan manfaat psikologis pada bayi. Karena dengan menyusu, ia
merasakan kehangatan dan kedekatan fisik ibunya serta menikmati suara dan wajah
ibunya.

2.5. Kesimpulan

Ali, laki laki 3 tahun mengalami sesak napas yang semakin berat disertai
dengan batuk, pilek, dan panas tinggi karena menderita bronkopneumonia yang
diakibatkan oleh bakteri.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 38


2.6. Kerangka Konsep

Faktor resiko: riwayat


keluarga, lingkungan, ASI,
makanan dan imunisasi

Infeksi Mikroorganisme

Batuk Masuk ke saluran Demam


berdahak, Pilek pernapasan atas tinggi

Ke saluran napas
bagian bawah

Inflamasi Parenkim (PMN,


Fibrin, Cairan, Dll)

Bronkopneumonia

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 39


DAFTAR PUSTAKA

Ganong, William F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis


Edisi 5. Jakarta: EGC

IDAI.2014.Jadwal Imunisasi Anak Umur 0 – 18 tahun.Jakarta: Ikatan Dokter Anak


Indonesia

Kartasasmita B. 2010. Pneumonia pada Balita .Jakarta.

Marcdante, K., dkk. 2011. Nelson : Ilmu Kesehatan Anak Esensial. Jakarta : IDAI.

Mescher, Anthony L.2012.Histologi Dasar Junqueira: Teks dan Atlas Ed.12.Jakarta:EGC

Price, S & Wilson, L, 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi 6.
EGC, Jakarta.

Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit.


Jakarta: EGC

Rab, Tabrani.2013.Ilmu Penyakit Paru.Jakarta:Trans Info Media

Sherwood, L. 2014. Fisiologi Manusia;dari Sel ke Sistem. Ed. 8. Jakarta: EGC

Snell, Richard S. 2006.Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran edisi 6.

Jakarta: EGC.

Suardi, Adi Sutomo., Setyati, Amalia, dkk. 2008. Buku Ajar Respirologi Anak. Jakarta:
Badan Penerbit IDAI.
Supriyatno, B., Setyanto, D., Rahajoe, N. 2012. Buku Ajar Respirologi. Jakarta : IDAI.

Laporan Tutorial Skenario C Blok XIII 40

Anda mungkin juga menyukai