SKRIPSI
Oleh :
Antonia Vita Herlinawati
05 8114 101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs)
PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2
KOMPLIKASI HIPERTENSI
DI RUMAH SAKIT UMUM DR. SARDJITO YOGYAKARTA
PERIODE TAHUN 2007-2008
SKRIPSI
Oleh :
Antonia Vita Herlinawati
05 8114 101
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2009
ii
Terkadang kita merasa sendirian dan lelah menjalani kehidupan ini,
tetapi di luar sana ada kuasa yang lebih besar dari kita yang slalu
menjaga dan melindungi kita….
Semangat yang ku dapat dari-Nya membuatku yakin bahwa aku bisa
melakukan segalanya….I can do anything with God…..
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yang Maha Baik atas
yang berjudul “Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Diabetes
Yogyakarta Periode tahun 2008” ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini,
antara lain:
1. Tuhan yang Maha Baik atas segala berkat dan semangat-Nya sehingga
3. Ibu dr. Fenty M.Kes., Sp.PK. selaku dosen pembimbing atas dukungan,
penyusunan skripsi.
4. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas dukungan,
arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada penulis.
vi
5. Bapak Ipang Djunarko, S.Si., Apt. selaku dosen penguji skripsi atas
dukungan, arahan, kritik, dan masukan serta semangat yang diberikan kepada
penulis.
7. Kepala beserta staf Bagian Pendidikan dan Penelitian (Diklit) dan Bagian
Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta (Ibu Nani, Ibu
Mamik, Pak Dirman, Ibu Dari, dr. Endang) atas bantuan dan dukungannya.
8. Seluruh pasien diabetes melitus tipe 2 di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
10. Kedua orangtuaku Dominikus Suciwanta Wahyu Widodo dan Maria Goretti
11. Kakak dan adikku, Theresia Kaswidyawati dan Roberta Purnamasari, atas
dukungan dan suka duka yang dijalani bersama dalam setiap langkah hidup
penulis.
12. Yustinus Guntur Yudho Saputro, selaku pasangan penulis atas kasih sayang,
vii
13. Seluruh keluarga yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu atas dukungan,
Perdana, Valentina Ermita Herdani dan Yoanita Nugroho Utami atas proses
15. Teman-temanku, Bambang, Lini, Lina Chen, Detta, Welinda, Sukma, Chrisye,
dan semua teman yang telah memberi semangat dan bantuan pada penulis.
FKK ’05 pada khususnya, teman-teman KKN USD kel. 41 angkatan XXXVII,
17. Serta pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis
menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, untuk itu penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca skripsi ini. Semoga skripsi ini
Penulis
viii
INTISARI
Kata kunci : diabetes melitus tipe 2, hipertensi, drug related problems (DRPs)
x
ABSTRACT
Key word : diabetes mellitus type 2, hypertension, drug related problems (DRPs)
xi
DAFTAR ISI
PRAKATA .......................................................................................................... vi
INTISARI ............................................................................................................. x
ABSTRACT .......................................................................................................... xi
1. Definisi ...................................................................................................... 8
2. Klasifikasi ................................................................................................ 9
3. Diagnosis ................................................................................................. 10
4. Patogenesis .............................................................................................. 10
C. Hipertensi ...................................................................................................... 12
1. Definisi .................................................................................................... 12
2. Klasifikasi .............................................................................................. 12
3. Patogenesis .............................................................................................. 13
1. Patogenesis .............................................................................................. 15
E. Lokasi Penelitian........................................................................................... 25
xiii
a. Persiapan ................................................................................................. 25
b. Pengumpulan data ................................................................................... 25
c. Antibiotik ..........................................................................................35
A. Kesimpulan .................................................................................................. 49
B. Saran ............................................................................................................. 50
xv
DAFTAR TABEL
2007-2008………………………………………………………...32
2007-2008…………………………………………...……...…….34
2007-2008……………………………………………………..….36
2007-2008………………………………………………………..38
2007-2008…..................................................................................38
xvi
Tabel X. Penggunaan Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi Pada Pasien
2007-2008………………………………………………………...40
Tabel XII. Kejadian DRPs Butuh Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Tabel XIII. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat Pada Pasien Diabetes Melitus
Tabel XIV. Kejadian DRPs Obat Tidak Efektif Pada Pasien Diabetes
Tabel XV. Kejadian DRPs Dosis Terlalu Besar Pada Pasien Diabetes
Tabel XVI. Kejadian DRPs ADR dan Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes
xvii
Tabel XVIII. Kajian DRPs Kasus 1 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
xviii
Tabel XXIX. Kajian DRPs Kasus 12 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
xix
Tabel XL. Kajian DRPs Kasus 23 Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
xx
DAFTAR GAMBAR
Angiotensin-Aldosteron .............................................................. 14
2007-2008………………………………………………………..30
xxi
DAFTAR LAMPIRAN
2007-2008………………………………………………………………………...53
xxii
BAB I
PENGANTAR
A. Latar Belakang
kadar glukosa dalam darah yang tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara cukup. Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh
DM sebesar 1,5-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun, bahkan pada suatu
nanti akan ada sejumlah 178 juta penduduk berusia di atas 20 tahun dan dengan
jumlah yang sangat besar untuk dapat ditangani oleh dokter spesialis / subspesialis
apoteker, perawat dan ahli gizi, tetapi lebih penting lagi keikutsertaan pasien
1
2
sendiri dan keluarganya. Obat juga berperan sangat penting dalam pelayanan
dari tindakan terapi dengan obat. Berbagai pilihan obat saat ini tersedia, sehingga
suatu penyakit. Tidak kalah pentingnya, obat harus selalu digunakan secara benar
suatu studi klinik menunjukkan bahwa pasien diabetes melitus dengan komplikasi
Sleman tahun 2008, penyakit hipertensi dan penyakit diabetes melitus sudah
urutan kedua adalah penyakit hipertensi dan urutan keenam adalah penyakit
rumah sakit yang ada di wilayah Sleman Yogyakarta. Rumah sakit ini merupakan
dan calon tenaga kesehatan yang lain, selain itu rumah sakit ini juga merupakan
3
rumah sakit rujukan dari beberapa rumah sakit yang ada di Yogyakarta dan
sekitarnya. Hal ini menyebabkan banyaknya pasien yang harus ditangani oleh
tenaga-tenaga kesehatan yang ada, oleh karena itu perlu dilakukannya evaluasi
dengan obat meliputi butuh tambahan terapi, pemberian obat yang tidak
dibutuhkan, salah obat, tidak tepat dosis, adverse drug reaction (ADR), kepatuhan
pasien meminum obat. Pemberian obat dalam pengobatan pasien diabetes melitus
diagnosis. Adanya DRPs yang terjadi dalam pengobatan akan merugikan pasien.
1. Perumusan masalah
1) Butuh obat
4
3) Salah obat
6) Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat dan adanya
interaksi obat
d. Seperti apa kondisi dan alasan pasien pulang dari rumah sakit?
2. Keaslian penelitian
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Periode Tahun 2007-
2008“ belum pernah dilakukan. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan yang
Mellitus Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta Periode
Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Sardjito Yogyakarta Periode 2001-2002“ oleh
Rawat Inap Periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta“ oleh
sebutkan di atas dalam hal rumah sakit yang diteliti, jenis komplikasi, tahun
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis : menjadi salah satu sumber informasi tentang DRPs pada
B. Tujuan Penelitian
2. Tujuan khusus :
c. Mengetahui ada tidaknya DRPs yang meliputi butuh obat, tidak butuh obat,
salah obat, pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang, pasien
mendapat yang berlebih, munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek
PENELAAHAN PUSTAKA
antara lain :
1. Butuh obat, jika kondisi baru yang membutuhkan obat, kondisi kronis yang
obat, dan kondisi yang mempunyai risiko kejadian efek samping dan
2. Tidak butuh obat, jika obat yang diberikan tidak sesuai dengan indikasi pada
saat itu, pemakaian obat kombinasi yang seharusnya tidak diperlukan, dan
meminum obat dengan tujuan untuk mencegah efek samping obat lain yang
3. Obat tidak efektif, jika obat yang diberikan kepada pasien tidak efektif (kurang
sesuai dengan indikasinya), obat tersebut efektif tetapi tidak ekonomis, pasien
kontraindikasi dengan obat lain yang dibutuhkan, dan antibiotika yang sudah
4. Pasien mendapat obat yang tidak mencukupi atau kurang (dosage too low), jika
dosis obat tersebut terlalu rendah untuk memberikan efek, dan interval dosis
tidak cukup.
7
8
5. Pasien mendapat dosis yang berlebih (dosage too high), jika dosis obat terlalu
6. Munculnya efek yang tidak diinginkan atau efek samping obat (adverse drug
reaction) dan adanya interaksi obat (drug interaction), jika ada alergi, ada
faktor resiko, ada interaksi dengan obat lain, dan hasil laboratorium berubah
jika pasien tidak menerima regimen obat yang tepat, terjadi medication error
pasien tidak membeli obat yang disarankan karena mahal, pasien tidak
dianjurkan.
B. Diabetes Melitus
1. Definisi
kadar gula darah. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa
2. Klasifikasi
insulin eksogen.
perinatal.
Diabetes melitus yang lain antara lain terjadi karena konsumsi obat,
adanya infeksi bakteri, penyakit eksokrin pankreas dan kelainan genetik yang
3. Diagnosis
darah puasa dan kadar glukosa darah 2 jam setelah makan atau glukosa darah
4. Patogenesis
yang disebabkan karena rusaknya sel β pankreas dengan proses yang tidak
diketahui yang akibatnya sekresi insulin tidak memenuhi atau bahkan tidak ada
sama sekali. Proses autoimun diperantarai oleh makrofag dan limfosit T dengan
insulin sehingga glukosa darah tidak dapat masuk ke dalam jaringan dan
menumpuk dalam darah. Karakteristik dari diabetes melitus tipe 2 antara lain :
berkurangnya sekresi insulin; resistensi insulin meliputi otot, hati, dan adipose.
Faktor yang turut berperan menyebabkan terjadinya resistensi insulin antara lain
pola makan dan gaya hidup yang tidak teratur (Triplitt et al., 2005).
5. Manifestasi klinis
poliuria, turunnya berat badan, polifagia, lemah dan somnolen (mengantuk) yang
berlangsung selama beberapa hari atau minggu. Pasien NIDDM (Non Insulin
laboratorium dan melakukan tes toleransi glukosa, bila hiperglikemia pada pasien
parah dan pasien tidak memberi respon terhadap terapi diet, mungkin diperlukan
terapi insulin untuk menormalkan kadar glukosa pasien. Sebagian besar diantara
12
pasien-pasien ini gemuk, diduga bahwa pemasukan karbohidrat yang tinggi, sel-
sel adiposa yang besar dan gangguan metabolisme glukosa intrasel merupakan
C. Hipertensi
1. Definisi
yang dapat membahayakan sistem organ dan mempunyai faktor risiko terhadap
2. Klasifikasi
kontraksi kardiak dan tekanan diastolik adalah tekanan darah sesaat setelah
primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah suatu kondisi dimana
terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang
13
dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan
awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula seseorang yang
berada dalam lingkungan atau kondisi stress yang tinggi sangat mungkin terkena
penyakit tekanan darah tinggi, termasuk orang-orang yang kurang olahraga pun
bisa mengalami tekanan darah tinggi. Hipertensi sekunder adalah adalah suatu
seseorang menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau
kerusakan sistem hormon tubuh. Pada ibu hamil tekanan darah secara umum
meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu, terutama pada wanita yang berat
3. Patogenesis
Tekanan darah yang ada secara matematika merupakan hasil kali dari
cardiac output (CO) dan tahanan perifer. Naiknya tekanan darah dapat
perifer total.
b. Konstriksi vena yang dapat disebabkan oleh stimulasi RAAS yang berlebihan
sistem saraf simpatis yang terlalu aktif, perubahan genetik membran sel, dan
faktor endotel.
sistem saraf simpatis yang terlalu aktif, perubahan genetik membran sel, faktor
1. Patogenesis
kadar glukosa darah yang terlalu banyak akan menyebabkan cairan ekstraseluler
menjadi lebih pekat karena glukosa darah tidak mudah berdifusi melalui pori-pori
membran sehingga menarik cairan dari dalam sel dan menyebabkan volume
cardiac output sehingga pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah pasien
2. Penatalaksanaan terapi
130/80 mmHg, HbA1C <7%, kadar glukosa darah sewaktu 90-130 mg/dL, dan
kadar glukosa darah setelah makan <180 mg/dL (Saseen dan Carter, 2005).
16
farmakologi.
melakukan olah raga secara teratur, dan tidak mengkonsumsi alcohol (Saseen
b. Terapi farmakologi
regimen antihipertensi meliputi ACEI atau ARB, selain itu data menunjukkan
(banyak pada ACEI) dan risiko dari disfungsi ginjal (banyak pada ARB) pada
samping seperti diuretik dan β bloker, efek yang tidak diinginkan yang sering
17
terjadi adalah batuk kering yang disebabkan oleh peningkatan bradikinin karena
System (RAAS) yang dihambat dengan ACE inhibitor dan oleh suatu enzim yaitu
tekanan darah dengan memblok reseptor angiotensin (AT1) yang terletak di otak,
ginjal, myocardium, dan kelenjar adrenal. Obat ini mempunyai sifat yang sama
dengan ACEI tetapi tidak menyebabkan batuk karena obat ini tidak mencegah
c) Diuretik
penurunan volume darah yang berefek pada penurunan cardiac output. Penurunan
d) β bloker
turunnya resistensi perifer dan menyebabkan turunnya tekanan darah. Efek dari
a) Insulin
insulin dan diberikan secara non parenteral yaitu dengan injeksi. Jika insulin
diberikan secara oral maka insulin akan rusak saat melewati saluran
gastrointestinal, oleh karena itu insulin memberikan efek yang lebih cepat jika
dibandingkan dengan obat yang diberikan secara oral. Insulin dapat pula
digunakan pada pasien diabetes melitus tipe 2 saat terjadi kegagalan dalam
hipersensitif serta saat kadar glukosa darah naik akibat stress ataupun infeksi serta
akibat pembedahan.
protein dan lemak, serta menyeimbangkan cairan dan elektrolit dalam tubuh
(Rudnick, 2001).
keadaan kadar glukosa darah yang tinggi akibat ada ketidakberesan dalam sistem
kerja insulin, mempunyai sistem kerja ganda di dalam dan di luar pankreas. Efek
20
parsial agar obat ini dapat berguna. Obat yang termasuk dalam golongan ini
panjang dan dapat diberikan sehari sekali, tetapi juga memungkinkan risiko
dengan risiko hipoglikemia dan gunakan tolbutamid yang durasi kerjanya paling
singkat.
2. Sensitiser insulin
yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan insulin secara lebih efektif.
E. Keterangan Empiris
METODE PENELITIAN
Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
retrospektif. Penelitian ini bersifat non eksperimental karena tidak ada perlakuan
fenomena kesehatan yang terjadi kemudian mengevaluasi data dari rekam medik
(Notoatmodjo, 2005).
penelusuran dokumen terdahulu, yaitu pada lembar rekam medis pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
B. Definisi Operasional
diabetes melitus tipe 2 baik yang obesitas maupun yang tidak obesitas dengan
22
23
serta menjalani rawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
3. Kelas terapi obat adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
4. Golongan obat adalah kelompok obat berdasarkan efek terapi dari tiap kelas
obat yaitu butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis
berlebih, adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat, serta ketidaktaatan
6. Drug related problems yang diamati dalam penelitian ini adalah DRPs yang
meliputi butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak efektif, dosis kurang, dosis
terlalu besar, dan adverse drug reaction (ADR) dan interaksi obat.
yang ada di Instalasi Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
C. Subyek Penelitian
kasus. Jumlah subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dihitung
n = N/(1+N(e2))
Perhitungan : n= 70
(1+70(0,1 2))
70
n = (1+0,7)
70
n = 1,7
n = 41,17 = 41 kasus
Data yang diamati pada penelitian ini sebanyak 32 kasus dan terdapat
9 kasus yang dieksklusi karena catatan rekam medik pasien tidak ditemukan atau
D. Bahan Penelitian
rekam medik (RM) pasien diabetes melitus yang didiagnosis diabetes melitus tipe
2 komplikasi hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
E. Lokasi Penelitian
Medis Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta yang terletak di Jalan
1. Persiapan
hipertensi yang dirawat inap di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Catatan Rekam Medik Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito bahwa jumlah pasien
2. Pengumpulan data
Tahap ini adalah tahap pengumpulan data dari subyek penelitian yaitu
Umum Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2007-2008. Adapun data yang dikumpulkan
terdiri atas : identitas pasien, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat obat, riwayat
jumlah populasi yang akan dipilih sebagai subyek penelitian, kemudian diambil
3. Analisis data
dihitung jumlah kasus yang terjadi DRPs dan dikelompokkan berdasarkan jenis
4. Pembahasan kasus
Objective, Assessment, Plan) kasus per kasus. Pada penelitian ini Plan diganti
Information Handbook (DIH) edisi 14, Drug Interaction Facts (DIF) dan
G. Kesulitan Penulis
kondisi pasien yang sebenarnya berkaitan dengan analisis tipe DRPs, yaitu
27
terjadinya efek samping obat, interaksi obat, dan kepatuhan terapi. Kesulitan yang
lain yaitu tidak adanya catatan tentang keluhan pasien, tidak lengkapnya catatan
baik catatan dokter maupun catatan keperawatan dan terjadi kesalahan penulisan
A. Gambaran Karakteristik
1. Prosentase umur
hipertensi dibagi menjadi 5 kelompok umur menjadi kelompok umur 40-49 tahun,
50-59 tahun, 60-69 tahun, 70-79 tahun dan 80-89 tahun. Diketahui bahwa
umur 50-59 tahun yaitu sebanyak 40,6% dari 32 pasien yang dievaluasi.
diakibatkan dari pola makan dan gaya hidup yang salah, seperti jarang
3,1% 15,6%
6,3%
40-49 tahun
50-59 tahun
34,4% 60-69 tahun
70-79 tahun
80-89 tahun
40,6%
28
29
2. Jenis kelamin
tipe 2 komplikasi hipertensi berdasarkan jenis kelamin yang berjenis kelamin laki-
laki sebanyak 46,9% dan yang berjenis kelamin wanita sebanyak 53,1% dari 32
kasus yang dievaluasi. Jumlah tersebut tidak berbeda terlalu jauh, seperti yang
kita ketahui bahwa jumlah populasi wanita lebih banyak dibanding an jumlah
populasi laki-laki sehingga hasil dari data tersebut tidak dapat dijadikan dasar
bahwa penyakit DM tipe 2 komplikasi hipertensi lebih banyak terjadi pada wanita.
Laki-laki
46,9%
53,1% Wanita
B. Profil Obat
1. Kelas terapi
Kelas terapi adalah kelompok besar obat yang terdiri dari beberapa
golongan obat yang mempunyai sasaran pengobatan yang sama, yang diberikan
kepada pasien baik obat antidiabetika maupun untuk mengobati penyakit penyerta
dan komplikasi yang ada. Berdasarkan data yang diamati, diketahui bahwa
terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan
30
2007-2008.
35 32
30
28
30
25 20
20
15 13 11
10 7
4 4
5
0
komplikasi hipertensi adalah obat-obat dalam kelas terapi nutrisi dan gizi yaitu
sebesar 100% karena semua pasien mendapatkan terapi berupa cairan dan
elektrolit seperti NaCl 0,9%, dextrosa, asam folat, kalsium dan kalium, diikuti
obat kardiovaskular sebesar 93,8% dan obat hormonal sebesar 87,5%. Hal ini
sangat masuk akal karena obat hormonal yang kebanyakan adalah obat
diabetes melitus. Pemberian obat kardiovaskular juga cukup banyak karena semua
yang tinggi dapat berakibat buruk bagi kesehatan terutama untuk organ jantung.
31
penyakit penyerta maupun komplikasi yang diderita oleh pasien seperti rasa nyeri
akibat ulkus DM, neuropati DM, gangguan pada sistem pernafasan, pencernaan
2. Golongan obat
a. Obat hormonal
menurunkan kadar glukosa darah yang tinggi karena glukosa dalam darah tidak
sehingga tidak dapat menghasilkan insulin atau karena adanya resistensi insulin.
Target kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus adalah <120
mg/dL. Obat antidiabetika yang banyak digunakan pada pasien diabetes melitus
Insulin merupakan suatu hormon sehingga tidak dapat diberikan secara enteral
karena akan rusak oleh enzim pencernaan. Pemberian RI diberikan secara sub
cutan (s.c.) atau dapat juga diberikan dengan drip insulin dengan cara
DM tipe 2 mendapat terapi dengan insulin. Pada penelitian ini, banyak terdapat
insulin memberikan efek yang lebih cepat dibandingkan obat antidiabetika oral
karena diberikan secara injeksi, selain itu pasien yang diamati adalah pasien DM
tipe 2 yang menjalani rawat inap di rumah sakit sehingga pasien berada dalam
Pemberian insulin dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena
insulin menyebabkan masuknya kalium ke dalam sel, oleh karena itu perlu
terhadap insulin, umumnya pada penggunaan metformin yang berupa obat dari
kelompok biguanid adalah rasa mual dan diare. Penggunaan metformin tidak
b. Obat kardiovaskular
pasien diabetes melitus, kadar glukosa yang tinggi dalam darah menyebabkan
darah menjadi lebih kental sehingga mengakibatkan jantung bekerja lebih keras
agar bisa memompa darah ke seluruh tubuh. Kadar glukosa yang tinggi dalam
nantinya berujung pada atherosklerosis sehingga tahan perifer menjadi naik dan
Angiotensin Reseptor Blockers (ARBs) yaitu valsartan sebesar 68,8%, diikuti oleh
ginjal. Angiotensin I ini nantinya oleh suatu enzim yaitu angiotensin converting
angiotensin II agar tidak bertemu dengan reseptor (AT 1) yang terletak pada
reabsorbsi sodium dan cairan dari ginjal sehingga terjadi peningkatan volume
converting enzyme inhibitor mempunyai efek samping yaitu batuk kering karena
masuknya ion Ca2+ ke dalam sel. Kalsium berperan dalam kontraksi otot maka
saat jumlah kalsium dalam sel sedikit maka terjadi vasodilatasi pada otot.
Pemberian kalsium bersamaan dengan CCB akan menurunkan efek dari CCB
c. Antibiotik
melitus sangat penting terutama untuk pasien yang mengalami ulkus diabetika
karena luka yang ada akan menjadi lebih sukar sembuh. Hal ini terjadi karena
pada lingkungan yang mengandung kadar glukosa yang cukup tinggi merupakan
tempat perkembangbiakan yang baik untuk bakteri, selain itu antibiotik yang
diberikan juga merupakan terapi untuk penyakit penyerta atau komplikasi pada
pasien diabetes melitus seperti infeksi saluran kencing (ISK) dan sepsis.
sebesar 34,4%.
d. Obat analgesik
berfungsi untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien terutama pada
pasien yang mengalami ulkus. Analgesik yang banyak digunakan pada pasien
diabetes melitus komplikasi hipertensi adalah aspirin yaitu sebesar 37,5%. Aspirin
dapat digunakan sebagai obat untuk terapi nyeri dari skala ringan sampai sedang,
inflamasi dan demam, selain itu aspirin juga berfungsi sebagai antiplatelet. Pada
menurunkan efek dari ACEI, β bloker, tiazid dan furosemid jika diberikan secara
bersamaan.
e. Obat saraf
menjadi semakin lemah dan rapuh dan terjadi penyumbatan pada pembuluh-
37
Obat saraf yang sering digunakan adalah alpha lipoid acid (ALA)
dengan nama dagang Mecola® yaitu sebesar 12,5%. Penggunaan Mecola® berguna
radikal bebas.
lumen saluran udara paru-paru (bronkus) sehingga pasien dapat bernafas dengan
lebih lega. Obat bronkodilator biasa diberikan pada pasien dengan keluhan atau
diagnosis asma.
38
Obat saluran cerna yang paling banyak digunakan pada terapi diabetes
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi adalah ranitidin sebesar 18,8% diikuti dengan
untuk mengatasi rasa mual dan muntah serta rasa tidak nyaman di saluran
Sebagian besar obat yang diberikan pada kelas terapi ini adalah obat
dari kelompok Non Steroid Anti Inflamatory Drug (NSAID), karena banyaknya
pasien diabetes melitus yang mengalami ulkus sehingga obat ini diberikan untuk
mengurangi inflamasi yang terjadi. Ada 1 obat yang ditujukan untuk pasien
dengan kadar asam urat yang tinggi yaitu allopurinol. Kadar asam urat yang tinggi
reumatik yang terjadi. Pemberian NSAID dapat menurunkan efek dari ACEI dan
Tabel X. Penggunaan Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi Pada Pasien DM
tipe 2 Komplikasi Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Tahun 2007-2008
No Golongan Kelompok Nama Nama ∑ Prosentase
Obat Generik Dagang
1. Obat untuk NSAID Ketoprofen Altofen 1 3,1%
penyakit Pronalges 1 3,1%
reumatik Ketolorac Remopain 1 3,1%
dan gout Obat yang Allopurinol 1 3,1%
menekan proses
reumatik
ditujukan untuk menjaga dan meningkatkan kondisi tubuh pasien, karena dengan
meningkatnya kondisi tubuh maka proses penyembuhan akan berjalan lebih cepat.
Pemberian NaCl merupakan terapi yang banyak diberikan pada pasien diabetes
melitus dan dilanjutkan dengan dextrose 10% yang ditujukan untuk meningkatkan
Pemberian mineral berupa kalium juga banyak diberikan pada pasien diabetes
40
mempunyai efek samping yaitu hipokalemia. Hal ini dapat terjadi karena kalium
tekanan darah, selain itu pemberian terapi insulin pada pasien diabetes melitus
dapat menyebabkan turunnya kadar kalium dalam tubuh karena kalium akan
masuk dalam sel. Pemberian kalium bersamaan dengan ACEI dapat meningkatkan
tubuh.
Tabel XI. Penggunaan Gizi dan Darah Pada Pasien DM tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di RS Umum Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-
2008
Golongan Nama
No Kelompok Nama Dagang ∑ Prosentase
Obat Generik
1. Vitamin Vitamin B Vit. B Neurobion 1 3,1%
komplek
2. Cairan Intravena NaCl NaCl 0,9% 25 78,1%
dan Glukosa Dextrosa 5% 2 6,3%
elektrolit Dextrosa 10% 9 28,1%
Dextrosa 40% 2 6,3%
Martos 4 9,4%
Elektrolit Assering 1 3,1%
Ringer Laktat 3 9,4%
NS 2 6,3%
Oral Kalium L- Aspar K 4 9,4%
aspartat KCL powder 2 6,3%
KSR 2 6,3%
Kalium 1 3,1%
Kalsium CaCO3 3 9,4%
Karbonat
Tablet garam 1 3,1%
3. Nutrisi Antihemopilik Tranexamic Plasminex 1 3,1%
darah acid
Obat Anemia Asam folat 3 9,4%
41
C. Evaluasi DRPs
hipertensi di Rumah Sakit Dr. Umum Sardjito Yogyakarta. Drug related problems
yang diamati pada penelitian ini meliputi butuh obat, tidak butuh obat, obat tidak
efektif, dosis kurang, dosis berlebih, dan adverse drug reaction (ADR) dan
obat yang diresepkan tidak dapat dilakukan karena penelitian ini bersifat
retrospektif.
dengan komplikasi hipertensi cukup banyak terjadi yaitu sebesar 12,5% dari 32
kasus. Sebagian besar pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan yang dirasakan,
selain itu ada beberapa kasus yang jika dilihat dari hasil laboratorium pasien
mempunyai nilai jauh di luar nilai normal dirasa perlu untuk diberi terapi, seperti
yang rendah dirasa perlu diberi terapi untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
Mengingat harga albumin yang mahal dan pasien sebagian besar merupakan
pasien kelas 3, terapi dapat diberikan dengan cara non farmakologi yaitu
memberikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau
daging. Hal ini perlu diperhatikan karena menurut Drug Information Handbook
Tabel XII. Kejadian DRPs Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito
Yogyakarta Tahun 2007-2008
No.
DRPs Rekomendasi
Kasus
3 Pasien tidak mendapat terapi untuk Berikan captopril 2-3x12,5
penyakit hipertensinya. mg.
6 Pasien tidak mendapat terapi untuk Berikan RI dengan dosis yang
menangani kadar glukosa darahnya. sesuai.
10 Pasien tidak mendapat terapi untuk Bila keluhan sangat
keluhan mual dan muntahnya. mengganggu, berikan
domperidon 3x10 mg.
25 Pasien mengeluhkan sesak nafas tetapi Berikan terapi O2 untuk
tidak mendapat terapi apapun untuk membantu mensuplai O2.
menangani keluhannya.
Pasien hanya mendapat terapi obat Lanjutkan pemberian
antihipertensi pada hari pertama masuk valsartan 1x80 mg.
rumah sakit.
Kejadian DRPs tidak butuh obat pada pasien diabetes melitus tipe 2
dengan komplikasi hipertensi terjadi sebesar 3,1% dari 32 kasus. Drug related
problems terjadi karena pemberian obat tidak sesuai dengan indikasi pada saat itu,
selain itu pasien juga mendapat terapi obat / obat kombinasi yang sebenarnya
tidak diperlukan, selain bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien,
efek yang dihasilkan belum tentu sesuai dengan yang diharapkan atau terjadinya
polifarmasi.
Tabel XIII. Kejadian DRPs Tidak Butuh Obat pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No.
DRPs Rekomendasi
Kasus
3 Pasien mendapatkan terapi Pasien mengeluhkan mual
®
antidiare Imodium dan New sehingga sebaiknya gunakan
Diatabs® bersamaan. antidiare New Diatabs® saja,
karena Imodium® mempunyai
efek samping antara lain mual
dan muntah (MIMS).
43
Drug related problems obat tidak efektif pada pasien diabetes melitus
tipe 2 dengan komplikasi hipertensi terjadi sebesar 6,3% dari 32 kasus. Drug
dapat berakibat fatal pasien, seperti tidak memberikan efek terapi yang diharapkan
dan dapat memperburuk kondisi pasien, selain itu dilihat dari segi ekonomi juga
kurang efisien karena biaya yang dikeluarkan pasien menjadi lebih banyak.
pasien wanita yang mempunyai kadar kreatinin ≥ 1,4 mg/dL, dimana metformin
membuang asam akan terganggu jika tidak dalam keadaan normal, sehingga kadar
asam dalam darah menjadi meningkat dan dapat menyebabkan pasien koma.
Tabel XIV. Kejadian DRPs Obat Tidak Efektif pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No.
DRPs Rekomendasi
Kasus
21 Hati-hati terhadap penggunaan CaCO3 Sebaiknya hentikan
(kalsium karbonat) pada pasien yang penggunaan CaCO3.
mempunyai insufisiensi ginjal (MIMS).
31 Penggunaan metformin kontraindikasi Sebaiknya penggunaan
pada pasien wanita dengan kadar metformin diganti dengan
kreatinin ≥1,4 mg/dL (DIH). Amaryl® (glimepiride)
1x8mg per hari.
kurang pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di Rumah Sakit
Umum Dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008 dan tidak ditemukan
adanya DRPs dosis kurang yang terjadi pada pasien diabetes melitus tipe 2
44
tahun 2007-2008.
Kejadian DRPs dosis terlalu besar pada pasien diabetes melitus tipe 2
komplikasi hipertensi terjadi sebesar 6,3%. Drug related problems terjadi antara
adanya perubahan dosis. Pemberian obat dengan dosis berlebih dapat berakibat
fatal pada pasien, terutama pada obat-obat yang mempunyai indeks terapi sempit,
karena sangat besar kemungkinan dosis obat berada di atas jendela terapi dan
menyebabkan toksik.
Tabel XV. Kejadian DRPs Dosis Terlalu Besar pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No.
DRPs Rekomendasi
Kasus
8 Pada pasien yang mempunyai gangguan Turunkan dosis Tanapres®
®
ginjal, dosis Tanapres yang menjadi 1x2,5 mg per hari.
diperbolehkan 1x2,5 mg per hari (MIMS).
14 Pasien mendapatkan terapi inj. methycobal Ganti inj. methycobal
1A/24jam, padahal dosis methycobal amp dengan methycobal kapsul
adalah seminggu 3x1 amp (MIMS). 500mcg 3x1 per hari.
Drug related problems yang paling banyak terjadi pada pasien diabetes
melitus tipe 2 dengan komplikasi hipertensi adalah ADR dan interaksi obat yaitu
sebesar 18,8% dari 32 kasus yang dievaluasi. Sebagian besar DRPs yang terjadi
adalah ADR akibat pemberian obat antihipertensi kelompok ARBs dan ACEI
hiperkalemia, oleh karena itu perlu dilakukan pemantauan kadar kalium pasien
dan ADR dapat diminimalisir dengan cara memberikan terapi secara bergantian
Tabel XVI. Kejadian DRPs ADR dan Interaksi Obat pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe 2 Komplikasi Hipertensi di Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta Tahun 2007-2008
No.
Kasus
DRPs Rekomendasi
1 Pemberian propanolol dan digoksin bersamaan Ganti obat antihipertensi
akan menambah efek pada laju jantung. propanolol menjadi
captopril 2x25 mg.
16 Pemberian valsartan dan noperten (lisinopril) Sebaiknya hentikan
bersamaan akan meningkatkan resiko penggunaan valsartan.
hiperkalemia. Pantau kadar kalium pasien.
Penggunaan valsartan dapat mengakibatkan Sebaiknya hentikan
naiknya kreatinin >50% dan sebaiknya dihindari penggunaan valsartan.
untuk pasien dengan CHF.
20 Pemberian valsartan dan captopril bersamaan akan Sebaiknya pemberian
meningkatkan risiko hiperkalemia. valsartan tidak bersamaan
dengan captopril.
21 Pemberian valsartan perlu lebih diperhatikan Sebaiknya hentikan
karena dapat menyebabkan kenaikan kreatinin penggunaan valsartan.
>50%.
24 Pemberian captopril dapat menyebabkan Pantau kadar GOT dan GPT
peningkatan kadar transaminase. pasien. Berikan curcuma 1-2
tab 3xsehari (MIMS).
31 Pemberian valsartan perlu lebih diperhatikan Sebaiknya hentikan
karena dapat menyebabkan kenaikan kreatinin penggunaan valsartan.
>50%.
Dosis kurang
Butuh obat
0 1 2 3 4 5 6 7
pulang. Jumlah pasien yang membaik dan diizinkan pulang terdapat sebesar
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
APS
BLPL
BLPL
APS
0 5 10 15 20 25 30
Jumlah kasus
D. Rangkuman Pembahasan
komplikasi hipertensi yang dirawat di instalasi rawat inap Rumah Sakit Umum
Dr. Sardjito Yogyakarta. Setelah dilakukan sampling maka dari 70 pasien tersebut
diambil 32 kasus untuk dievaluasi DRPs. Sampel yang diambil berupa data rekam
medik yang diambil dari instalasi catatan rekam medik Rumah Sakit Umum Dr.
Sardjito Yogyakarta.
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada range umur 50-59 tahun
47
yaitu sebesar 40,6%. Kasus ini lebih banyak terjadi pada wanita dibandingkan
laki-laki yaitu sebesar 53,1% pada wanita dan 46,9% pada laki-laki.
hipertensi dibagi menjadi 9 kelas terapi yaitu obat hormonal, obat kardiovaskular,
antibiotik, analgesik, obat untuk skelet dan sendi, obat saraf, obat saluran
pernafasan, obat saluran cerna, dan nutrisi dan gizi. Penggunaan obat yang banyak
digunakan adalah obat dari kelas terapi gizi dan darah sebesar 100% diikuti obat
melitus tipe 2 komplikasi hipertensi adalah ADR dan interaksi obat yaitu sebesar
18,8% diikuti dengan butuh obat yaitu sebesar 12,5%. Sebagian besar DRPs yang
terjadi adalah ADR akibat pemberian obat antihipertensi kelompok ARBs dan
kadar kreatinin hingga >50%, sehingga perlu perhatian untuk pemberian valsartan
pada pasien yang mempunyai gangguan ginjal. Drug related problems butuh obat
banyak terjadi karena kebanyakan pasien tidak mendapat terapi untuk keluhan
yang dirasakan.
yang mungkin dikarenakan tidak betah tinggal di rumah sakit atau dapat juga
A. Kesimpulan
berikut :
1. Kasus diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi banyak terjadi pada pasien
dengan range umur 50-59 tahun, dan terjadi pada wanita sebesar 53,1%
2. Terdapat 9 kelas terapi yang diberikan pada pasien diabetes melitus tipe 2
komplikasi hipertensi dan yang paling banyak digunakan adalah obat dari
3. Drug related problems yang terjadi adalah (1) butuh obat terjadi sebesar
12,5%; (2) tidak butuh obat sebesar 3,1%; (3) dosis terlalu besar sebesar 6,3%;
(4) obat tidak efektif sebesar 6,3% dan (5) ADR dan interaksi obat yaitu
sebesar 18,8%.
4. Dari 32 jumlah kasus, 81,3% pasien meninggalkan rumah sakit dalam keadaan
membaik dan diizinkan oleh pihak rumah sakit, sedangkan sisanya sebanyak
18,7% pulang atas permintaan sendiri yang mungkin dikarenakan tidak betah
49
50
B. Saran
hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta pada periode tahun
Anonim, 2008, Do Your Know The Secret Key to the Root Cause of Diabetes ?,
dari www.pancreashealth.com, diakses tanggal 18 Maret 2009
Cipolle, R.J., Strand L.M., dan Morley, P.C., 2004, Pharmaceutical Care
Practice, McGraw-Hill Companies, Inc., New York, 178-179
Genauth, S., 2003, Diabetes Mellitus, dalam Dale. C. D., and Fermon. D. D.,
Scientific American Medicines, Volume 1, New York, 578-607
Karam.J.H., dan Forsham P.H., 2000, Diabetes mellitus, dalam F.S., Greenspan
dan J.D., Baxter., Endrokinologi Dasar dan Klinik, edisi 4, ECG, 742-823
51
52
Lacy, C. F., Armstrong, L. L., Goldman, M. P., dan Lance, L. L., 2005, Drug
Information Hanbook, Edisi 14, Lexi-Comp Inc, Ohio
Tatro, D. S., 2001, Drug Interaction Facts 1-2, A Wolters Kluwer Company, St.
Louis Missouri
Triplitt, C.L., Reasner C.A., dan Isley, W.L., 2005, Diabetes Mellitus, dalam
Pharmacotherapy: A Pathophysiology Appoarch, Sixth Edition, diedit oleh
J.T. Dipiro, McGraw-Hill Company, Inc., 1333-1363
LAMPIRAN
Data dan Analisis DRPs Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Komplikasi
Hipertensi di Rumah Sakit Umum Dr. Sardjito Yogyakarta
Periode 2007-2008
Recommendation
1. Ganti obat antihipertensi propanolol menjadi captopril (gol. ACEI) 2x25 mg.
2. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albuminnya.
53
54
Recommendation
1. Untuk meningkatkan kadar albumin pasien bisa diberikan ekstrak putih telur (EPT) atau
makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging.
55
Penatalaksanaan
Tanggal (Februari 2008)
Nama Obat
02 03 04 05
Inf. RL lini 12 tpm √
Mixtard 30-0-20 √ √ √ √
®
Imodium (loperamid HCl) 1x2 tab √
®
Imodium 2x2 tab √
® √ √
New Diatabs (attapulgite) 3x2 tab
® √
New Diatabs 3x1 tab
Metronidazole 3x5oo mg √ √ √
® √ √ √
Cefnos (cefpirome) 1g/12 jam
Assessment
® ®
1. Menggunakan antidiare (Imodium dan New Diatabs ) bersamaan.
DRPs : tidak butuh obat.
2. Pasien tidak mendapat terapi untuk hipertensi yang diderita.
DRPs : butuh obat.
Recommendation
® ®
1. Gunakan antidiare New Diatabs saja, karena Imodium mempunyai efek samping antara lain
mual dan muntah (MIMS).
2. Berikan captopril (gol. ACEI) 2-3x12,5 mg.
3. Pantau tekanan darah dan kadar glukosa darah pasien.
56
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
57
Penatalaksanaan
Tanggal (November
Nama Obat 2008)
04 05 06 07
Diit DM 1500 kal √ √ √
O2 3 lpm √
Infus NaCl 0,9% √ √ √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ √ √
Insulatard 10 U √
RI (regular insulin) √ √ √
Assessment
Recommendation
1. Pantau kadar kalium pasien.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
58
Recommendation
1. Berikan obat antidiabetika untuk mengontrol kadar glukosa darah pasien yaitu RI dengan dosis
yang sesuai.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
59
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
60
Recommendation
®
1. Turunkan dosis Tanapres menjadi 2,5 mg 1xsehari untuk pasien dengan gangguan ginjal.
2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albuminnya.
3. Pantau tekanan darah dan kadar glukosa darah pasien.
61
Penatalaksanaan
®
Diit DM 1900 kal (30/06/07-10/07/07) Actrapid (insulin) (s.c.) (30/06/07-10/07/07)
Inf. Martos (30/06/07-03/07/07) ®
Inj. Nexium (esomeprazol) 1 A sore
Inf. NaCl 0,9% (04/07)
(04,06/07/07)
Inf. Asering (05-10/07/07) ®
Inj. Stabacam (sulbactam) 2x1 (04-06/07/07)
Ceftriaxon 1g/12 jam (30/06/07-03/07/07) ®
® Remopain (ketolorac) 2x1 (05-06/07/07)
Flagyl (metronidazol) 500 mg/8 jam
(30/06/07-10/07/07) Ciprofloxacin 2x500 mg (07-09/07/07)
®
Captopril 3x25 mg (30/06/07-10/07/07) Pronalges (ketoprofen) 2x1 (07-10/07/07)
®
Diltiazem 2x1 (30/06/07-10/07/07) Inj. Tramadol 2x50 mg (05/07/07)
Inj. Metronidazol 3x500 mg (01-06/07/07)
Assessment
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
62
Recommendation
1. Kemungkinan keluhan mual dan muntahnya akibat dari keadaan hiperglikemia pasien. Bila
kondisinya sangat mengganggu bisa diberikan terapi untuk mengatasi keluhan mual dan
muntah pasien dengan domperidon 3x10 mg.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
63
Recommendation
1. Kadar albumin pasien rendah, berikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti
telur, susu atau daging.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
64
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
65
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
66
Recommendation
® ®
1. Dosis Methycobal bisa diturunkan menjadi 1 A/48 jam atau diganti dengan Methycobal
kapsul 500 mcg 3x1/hari (MIMS).
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
67
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
68
Recommendation
1. Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan.
2. Pantau kadar kalium pasien agar tetap berada dalam range normal.
3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
4. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
69
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
70
Penatalaksanaan
Tanggal (Desember 2007)
Nama Obat
07 08 10 11 12 13 14 15
Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √ √ √ √
Inf. martos lini √ √
O2 3 lpm √ √ √ √ √ √ √
Drip insulin √ √
Inj. metronidazole 500 mg/ 8 jam √ √
Inj. ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √ √ √
Valsartan 1x80 mg √
Parasetamol (k/p) √
®
Aspilet (aspirin) 2x80 mg √ √ √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √
Drip kalium √
Clindamycin 2x100 mg √ √ √ √ √ √
Inj. ranitidin 1 A/12 jam √ √ √ √ √ √
® √ √ √
Aspar K 1x1
Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √
Assessment
1. Pasien tidak mempunyai keluhan ulcer GI tetapi medapatkan terapi inj. ranitidin. Hal ini
disebabkan karena pemberian aspirin dapat menyebabkan terjadinya ulcer GI (6-31%) (DIH).
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
71
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
2. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin.
72
Recommendation
1. Pantau kadar kalium pasien, sebaiknya pemberian valsartan tidak bersamaan dengan captopril.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin untuk meningkatkan kadar
albumin pasien seperti telur, susu atau daging.
73
Recommendation
1. Sebaiknya hentikan penggunaan CaCO3 karena dapat memperburuk ginjal pasien.
2. Sebaiknya hentikan penggunaan valsartan.
3. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin.
74
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
75
Penatalaksanaan
Tanggal (Mei 2007)
Nama Obat
08 09 10 11 12
Diit DM 1900 kal √ √ √ √ √
Inf. D10% 16 tpm √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ √
Valsartan 1x160 mg √ √
HCT 25 mg 1-0-0 √
HCT 25 mg ½-½-0 √
HCT 25 mg 1-1-0 √ √
Inj. ceftriaxon 1g/12 jam √
Assessment
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa darah tekanan darah pasien.
76
Recommendation
1. Pantau kadar GOT dan GPT pasien. Berikan curcuma 1-2 tab 3xsehari (MIMS).
2. Berikan pasien makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin.
3. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
4. Berikan makanan yang banyak mengandung albumin seperti telur, susu atau daging untuk
meningkatkan kadar albumin.
77
Recommendation
1. Berikan terapi O2 3 lpm untuk membantu mensuplai O 2 pada pasien.
2. Lanjutkan pemberian valsartan 1x80 mg untuk menurunkan tekanan darah pasien.
3. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
78
Recommendation
1. Berikan makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging untuk
meningkatkan kadar albumin pasien.
2. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
79
Penatalaksanaan
Tanggal (Desember 2007)
Nama Obat
07 08 10 11 12 13 14 15 17 18 19 20 21
Diit DM 1700 kal RG √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Inf. Martos √ √
Inf. NaCl 0,9% 16 tpm √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
O2 3 lpm √
Drip insulin √ √ √
Captopril 2x 25 mg √ √ √
HCT 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
RI (regular insulin) √ √ √ √ √ √ √ √ √
Valsartan 1x80 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Ciprofloxacin 2x 500 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √
Assessment
Recommendation
1. Berikan pasien makanan yang mengandung albumin seperti telur, susu, atau daging untuk
meningkatkan kadar albuminnya.
80
Penatalaksanaan
Tanggal (Agustus 2007)
Nama Obat
02 03 04 06 07 09 10 13 14 15 18 20 21 24
Diit RGCP 1900 kal √ √
Diit DM 1700 kal √ √ √ √ √ √
Diit RPRGRK √ √ √ √ √
O2 3 lpm √ √ √ √ √
®
Inj. Lasi 1A/8 jam √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
x
RI √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Captopril 2x 12,5 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Gemfibroxil 2x300 mg √
Inf. D5% mikro lini √ √ √
Inf. NaCl 0,9% √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Simvastatin 1x20 mg √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
Aspilet 2x80 mg √ √ √ √
Inj. ceftazidime 1A/12 jam √ √ √ √ √ √
® √ √
New Diatabs 3xII k/p
® √ √ √
Adalat oros 1x30 mg
® √ √ √
Inpepsa syr 3xI
Assessment
Recommendation
1. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk meningkatkan kadar albumin pasien.
81
Penatalaksanaan
Tanggal (Desember 2007)
Nama Obat
08 10 11 12 13 14 15 17
Diit DM 2100 kal √ √ √ √ √ √ √ √
Inf. D10% lini √ √
Inf. RL mikrolini √ √ √ √ √ √
Valsartan 1x160 mg √ √ √ √ √ √ √ √
HCT 25 mg 1-0-0 √ √ √ √ √ √ √ √
Inj. ceftriaxon 1gr/12 jam √
Inj. ciprofloxacin 200 mg/12 jam √ √ √ √ √ √
Inj. metronidazol 500 mg/8 jam √ √ √ √ √ √ √
Inj. ceftazidime 1gr/8 jam √ √
Assessment
Recommendation
1. Berikan pasien makanan yang mengandung banyak albumin seperti telur, susu atau daging
untuk mengingkatkan kadar albumin pasien.
82
Penatalaksanaan
Tanggal (April
Nama Obat 2007)
06 09 10
Diit DM 1900 kal √ √ √
Inf. D10% 20 tpm √
Inf. NaCl 0,9% √ √
®
Noperten (lisinopril) 1x10 mg √ √ √
Assessment
Recommendation
1. Pantau kadar glukosa dan tekanan darah pasien.
83
Recommendation
1. Sebaiknya penggunaan valsartan dihentikan, cukup gunakan amlodipin.
®
2. Sebaiknya penggunaan metformin diganti dengan Amaryl (glimepiride) 1x8mg per hari.
3. Pantau kadar glukosa darah dan tekanan darah pasien.
84
Recommendation
1. Pantau tekanan darah pasien.
2. Pantau kadar glukosa darah pasien.
85
BIOGRAFI PENULIS