Anda di halaman 1dari 144

KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

DENGAN KOMPLIKASI YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT


SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2016

SKRIPSI

Oleh :

FITRI NURMAYA SIRAIT


NIM. 131000570

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KARAKTERISTIK PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2
DENGAN KOMPLIKASI YANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT
SANTA ELISABETH MEDAN
TAHUN 2016

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

FITRI NURMAYA SIRAIT


NIM. 131000570

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “Karakteristik


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi yang Rawat Inap Di
Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2016” ini beserta isinya adalah
benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan
dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam
masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini saya siap menanggung risiko atau
sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemungkinan ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak
lain terhadap karya saya ini.

Medan, Januari 2018


Penulis

Fitri Nurmaya Sirait

i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK

Penyakit DM dengan komplikasi menjadi masalah kesehatan masyarakat.


Prevalensi DM dengan komplikasi 1,8% dan proporsi penderita DM dengan
komplikasi 2,3% di Sumatera Utara pada tahun 2013. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang
dirawat inap di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan tahun 2016.
Jenis penelitian deskriptif dengan desain case series. Populasi penelitian
ini adalah seluruh data penderita DM Tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap
tahun 2016 sebanyak 287 data dan sampel sebesar 167 data penderita DM tipe 2
dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling. Jenis data yang
dikumpulkan data sekunder dianalisis dengan uji Chi-Square dan t-tes.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi penderita DM tipe 2 dengan
komplikasi tertinggi pada kelompok umur adalah 46-55 tahun (32,3%), jenis
kelamin perempuan (59,9%), umur kategori >45 tahun 93,4% suku Batak
(89,8%), agama Kristen Protestan (67,1%), pekerjaan adalah tidak
berkerja/pensiunan/ibu rumah tangga (50,3%) dan tempat tinggal di Medan
(55,1%). Lemas/mual-mual dan muntah (79%), Hipertensi (37,1%), mengalami
komplikasi kronik (88,6%), melakukan pemeriksaan HbA1c (46,%), kadar
pemeriksaan HbA1c tidak normal (94,9%), kadar gulah darah 200-399 mg/dl
(56,9%), pulang berobat jalan (88%), OHO (38,9%), sumber biaya BPJS (51,5%),
lama rawatan rata-rata (5 hari). Hasil uji statistik, tidak ada perbedaan bermakna
umur berdasarkan kategori komplikasi (p=0,363), jenis kelamin berdasarkan
kategori komplikasi (p=0,085), jenis pengobatan berdasarkan kategori komplikasi
(p=0,217), kategori komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang (p=1,00) dan
ada perbedaan bermakna jenis pengobatan berdasarkan kadar HbA1c (p=0,017).
Diharapkan kepada pihak RS St. Elisabet Medan agar melakukan
pemeriksaan kadar HbA1c pada semua penderita DM tipe 2. Disarankan pada
semua penderita DM tipe 2 dengan komplikasi agar melakukan pemeriksaan
kadar HbA1c. Penderita DM tipe 2 yang memiliki kadar HbA1c tidak terkontrol
agar memperbaiki pola hidup seperti konsumsi makanan yang sehat, lebih rutin
berolahraga, mengkonsumsi obat sesuai anjuran dokter, memeriksakan kadar
HbA1c secara rutin setiap tiga bulan sekali untuk mengecek keberhasilan
pengobatan dan mengutamakan pengobatan insulin untuk mencegah komplikasi
yang lebih berat serta melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin.

Kata kunci: Karakteristik, DM Tipe 2, Komplikasi

iii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRACT

DM disease with complications becomes a public health problem.


Prevalence of DM with complication 1.8% and the proportion of DM patients
with complications 2.3% in North Sumatra in 2013. This study was conducted to
determine the characteristics of patients with type 2 diabetes with complications
are hospitalized at St. Hospital Elisabeth Medan in 2016.
Type of descriptive research with case series design. The population of
this research is all data of patient with Type 2 DM with complication which is
hospitalized in year 2016 as many as 287 data and sample equal to 167 data of
patient of type 2 DM by using technique of Simple Random Sampling. Types of
data collected secondary data were analyzed by Chi-Square test and t-test.
The results showed that the proportion of patients with type 2 diabetes
with the highest complication in the age group was 46-55 years (32.3%), female
gender (59.9%), age category >45 years 93.4% Batak (89, 8%), Protestant
Christianity (67.1%), employment is unemployed/retired/housewife (50.3%) and
residence in Medan (55.1%). Fatigue/nausea and vomiting (79%), hypertension
(37.1%), chronic complications (88.6%), HbA1c (46%), abnormal HbA1c
examination (94.9%), blood levels of 200-399 mg/dl (56.9%), home treatment
(88%), OHO (38.9%), BPJS cost source (51.5%), average treatment duration (5
day). There were no statistically significant differences in age (p=0.363), sex
based on complication category (p=0,085), type of treatment based on
complication category (p=0,217), complication category based on home situation
(p=1,00) and there was a significant difference of treatment type based on HbA1c
(p=0,017).
Expected to the St. Hospital. Elisabet Medan to check HbA1c levels in all
patients with type 2 diabetes. It is recommended for all patients with type 2
diabetes with complications to check HbA1c levels. Patients with type 2 diabetes
mellitus have uncontrolled HbA1c levels in order to improve lifestyle such as
healthy food consumption, more exercise routine, consume medicine as directed
by doctor, check HbA1c regularly every three months to check the success of
treatment and prioritize insulin treatment to prevent complication which is more
severe and check blood glucose levels regularly.

Keywords: Characteristics, Type 2 DM, Complications

iv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan

judul “Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi

Yang Rawat Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2016” yang

merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi penulis di Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Penyelesaian skripsi ini tidak

terlepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun

materil, untuk itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih

dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H. M.Hum selaku Rektor USU.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Dekan FKM USU.

3. dr. Rahayu Lubis, M.Kes, Ph.D selaku Ketua Departemen Epidemiologi

FKM USU.

4. Ir. Indra Chahaya S, M.Si selaku dosen Penasehat Akademik.

5. drh. Hiswani M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I (Ketua Penguji) yang

telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberikan

petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat

diselesaikan.

6. Sri Novita Lubis SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing II (Dosen

Penguji I) yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam

memberikan petunjuk, saran dan bimbingan kepada penulis sehingga

skripsi ini dapat diselesaikan.

v
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
7. Prof. dr. Sori Muda Sarumpaet, MPH selaku Dosen Penguji II yang telah

banyak memberikan masukan dan kritikan yang positif untuk

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

8. dr. Fazidah Agustina Siregar, M.Kes Ph.D selaku Dosen Penguji III yang

telah banyak memberikan masukan dan kritikan yang positif untuk

kesempurnaan penulisan skripsi ini.

9. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dan Kepala Bagian Rekam

Medik yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan

penelitian di Rumah Sakit Santa Elisabeth.

10. Kepada kedua orang tua saya tercinta Alm. Ayahanda (Edward Linton

Sirait) dan Ibunda (Dorti Br. Silaen) yang senantiasa mendoakan, memberi

motivasi, nasehat dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

11. Kepada kakak saya tercinta (Mesni Sirait), adik-adik saya tercinta (Hema

Malini Sirait, Rudi Firgod Sirait dan Anita Priskila Sirait) terima kasih atas

motivasi dan bantuannya kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

12. Sahabat penulis (Elfiani Saragih, Madhalena Saragih, Merta Sitompul,

Moita Hanna Simanik, Sari Dewi Sinaga, Dinar Syafitri, Mona Aisyah

Harahap, Natalia Sihombing, Ranjani M Duma Siregah dan Sakinah) atas

doa, semangat, dan bantuannya dalam pengerjaan skripsi ini.

13. Anggota Korps Mahasiswa Pencinta Alam dan Studi Lingkungan Hidup

Univesitas Sumatera Utara (KOMPAS-USU) terutama angkatan Harmoni

vi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Rimba (Ary Rizaldi Manthey, Ramadhania, Rinaldi Hasibuan, Yudi

Irawan dan Idham Khalid) terima kasih atas dukungan, dan doanya.

14. Teman-teman seperjuangan Peminatan Epidemiologi, teman-teman PBL

(Peraktek Belajar Lapangan) dan teman-teman LKP (Latihan Kerja

Peminatan). Terimakasih atas bantuan dan dukungannya kepada penulis

dalam mengerjakan proposal dan juga penelitian.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyajian

skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis berharap skripsi ini

dapat berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan

untuk penelitian selanjutnya.

Medan, Januari 2018


Penulis

Fitri Nurmaya Sirait

vii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ ii
ABSTRAK ............................................................................................................ iii
ABSTRACT ............................................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
DAFTAR ISI ......................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xvi
RIWAYAT HIDUP ............................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 4
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 4
1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ......................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .............................................................................. 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 7

2.1 Mellitus Diabetes Mellitus ................................................................. 7


2.2 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2 ...................................................... 8
2.3 Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2 ......................................................... 9
2.4 Diagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2 .................................................... 10
2.5 Epidemiologi Diabetes Mellitus Tipe 2 .............................................. 12
2.5.1 Distribusi dan Frekuensi ........................................................ 12
2.5.2 Determinan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2....................... 14
2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2 ................................................. 18
2.6.1 Komplikasi Akut .................................................................... 18
2.6.2 Komplikasi Kronik ................................................................ 21
2.7 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 ..................................... 26
2.7.1 Pencegahan Primer ................................................................ 26
2.7.2 Pencegahan Sekunder ............................................................ 27
2.7.3 Pencegahan Tersier ................................................................ 29
2.8 Kerangka Konsep .............................................................................. 30

viii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB III METODE PENELITIAN ..................................................................... 31

3.1 Jenis Penelitian................................................................................ 31


3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 31
3.2.1 Lokasi.................................................................................. 31
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................. 31
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ....................................................... 31
3.3.1 Populasi ............................................................................... 31
3.3.2 Sampel ................................................................................ 32
3.4 Teknik Pengambilan Sampel ........................................................... 32
3.5 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 32
3.6 Analisis Data ................................................................................... 33
3.7 Definisi Operasional ........................................................................ 33

BAB IV HASIL PENELITIAN .......................................................................... 38

4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan..................................... 38


4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian..................................... 38
4.1.2 Falsafah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ...................... 38
4.1.3 Visi Rumah Sakit Santa Elisabet Medan .............................. 38
4.1.4 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan ............................ 38
4.1.5 Pelayanan Medis .................................................................. 39
4.1.6 Pelayanan Penunjangan Medis ............................................. 39
4.1.7 Penunjang Umum ................................................................ 40
4.2 Sosiodemografi Pederita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ................ 40
4.3 Keluhan Utama Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ..................................................................................... 42
4.4 Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ..................................................................................... 43
4.5 Jenis Komplikasi Berdasarkan Kategori Komplikasi....................... 43
4.6 Pemeriksaan HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ..................................................................................... 44
4.7 Kadar HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ................. 45
4.8 Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk Penderita DM Tipe
2 dengan Komplikasi ...................................................................... 45
4.9 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe
2 dengan Komplikasi ...................................................................... 46
4.10 Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi .................... 46
4.11 Sumber Biaya Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ..................................................................................... 47
4.12 Lama Rawatan Rata-rata Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ..................................................................................... 48
4.13 Analisis Statistik ............................................................................ 48
4.13.1 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi.............................. 48
4.13.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi................. 50
4.13.3 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kategori Komplikasi ............ 51

ix
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
4.13.4 Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ................................................................... 53
4.13.5 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kadar HbA1c ....................... 55

BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................... 57

5.1 Sosiodemografi Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi ........................................................................................ 57
5.1.1 Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ..................... 56
5.1.2 Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ............................................................................ 58
5.1.3 Suku Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ...................... 59
5.1.4 Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ................... 60
5.1.5 Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ............................................................................ 61
5.1.6 Tempat Tinggal Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ............................................................................ 63
5.2 Keluhan Utama Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ....................................................................................... 64
5.3 Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ....................................................................................... 65
5.3.1 Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2
Dengan Komplikasi................................................................ 67
5.4 Pemeriksaan HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ....................................................................................... 69
5.4.1 Kadar HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ............................................................................ 70
5.5 Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk Penderita DM
Tipe 2 dengan Komplikasi .............................................................. 71
5.6 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ....................................................................................... 72
5.7 Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi ...................... 73
5.8 Sumber Biaya Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi................... 75
5.9 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi ....................................................................................... 76
5.10 Analisis Statistik ............................................................................... 76
5.10.1 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi ............................... 76
5.10.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Komplikasi ................................. 78
5.10.3 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kategori Komplikasi ............. 80
5.10.4 Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang ..................................................................... 82
5.10.5 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kadar HbA1c ........................ 85

x
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN............................................................... 87

6.1 Kesimpulan ........................................................................................ 87


6.2 Saran .................................................................................................. 89

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 90


DAFTAR LAMPIRAN

xi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagai Patokan
Penyaringan dan Diagnosa DM ......................................................... 11

Tabel 2.2 Kadar HbA1c .................................................................................... 12

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 40

Tabel4.2 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 42

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 43

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ....................................................... 44

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan HbA1c di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ....................................................... 44

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 45

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu
Masuk di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................................. 45

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016.................................................. 46

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 47

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................................ 47

xii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tabel 4.11 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang
Dirawat Inap Berdasarkan Lama Rawatan Rata-Rata di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ....................................................... 48

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ....................................................... 48

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ....................................................... 49

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .............................................. 50

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .............................................. 51

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Penderita jenis Pengobatan DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .............................................. 52

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .............................................. 53

Tabel 4.18 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................... 54

Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St.Elisabeth Medan Tahun 2016 ..................... 54

Tabel 4.20 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................................................. 55

Tabel 4.21 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................................................. 56

xiii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.8 Kerangka Konsep ............................................................................ 30

Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016 ........................................................................ 57

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Umur di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................... 58

Gambar 5.3 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................................................... 60

Gambar 5.4 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016 ........................................................................ 61

Gambar 5.5 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016 ........................................................................ 62

Gambar 5.6 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016 ........................................................................ 64

Gambar 5.7 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ......................................................... 65

Gambar 5.8 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplik-


asi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ......................................................... 66

Gambar 5.9 Diagram Bar Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ......................................................... 68

Gambar 5.10 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .................................................... 69

xiv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Gambar 5.11 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi
yang Dirawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan HbA1c di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ..................................................... 71

Gambar 5.12 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 .......................................................... 72

Gambar 5.13 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu
Masuk di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ................................ 73

Gambar 5.14 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 .............................................. 74

Gambar 5.15 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ......................................................... 75

Gambar 5.16 Diagram Pie Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016 ......................................................... 77

Gambar 5.17 Diagram Bar Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komp-
likasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ............................................... 79

Gambar 5.18 Diagram Bar Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi
di RS St. Elisabeth MedanTahun 2016 ............................................ 81

Gambar 5.19 Diagram Bar Proporsi Kategori Komplikasi Penderita Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ........................................... 82

Gambar 5.20 Diagram Bar Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe


2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016................. 84

Gambar 5.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM


Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan
Kadar HbA1c di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016 ..................... 85

xv
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian ........................................................................ 94

Lampiran 2 Surat Balasan Izin Penelitian ........................................................... 95

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian................................................. 96

Lampiran 4 Master Data..................................................................................... 97

Lampiran 5 Output SPSS ................................................................................... 108

xvi
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Fitri Nurmaya Sirait, lahir di Balam pada tanggal 01

Maret 1995. Beragama Kristen Protestan dan bersuku Bata Toba, berasal dari

Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir Provinsi Riau. Penulis

Merupakan anak kedua dari lima bersaudara, pasangan Alm. Bapak Edward

Linton Sirait dan Dorti Br. Silaen.

Jenjang pendidikan formal penulis dimulai dari SD Katolik Don bosco 043

Balam Sempurna (2000-2007), SMP N 7 Balam Sempurna (2007-2010), SMA N

4 Bangko Sempurna (2010-2013), dan penulis menempuh pendidikan strata 1 di

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Univesitas Sumatera Utara, Departemen

Epidemiologi pada tahun 2013 sampai tahun 2018.

xvii
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pengaruh globalisasi di segala bidang, perkembangan teknologi dan

industri telah banyak membawa perubahan pada perilaku dan gaya hidup

masyarakat serta situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi

makanan, berkurangnya aktivitas fisik, dan meningkatnya pencemaran

lingkungan. Perubahan tersebut tanpa disadari telah memberi kontribusi terhadap

terjadinya transisi epidemiologi dengan semakin meningkatnya kasus-kasus

penyakit tidak menular, seperti Penyakit Jantung Koroner (PJK), Kanker,

Diabetes Mellitus (DM) dan Hipertensi. Demikian juga dengan pola penyakit

penyebab kematian menunjukkan adanya transisi epidemiologi, yaitu bergesernya

penyebab kematian utama dari penyakit infeksi ke penyakit non-infeksi atau

degeneratif (Depkes, 2009).

Salah satu penyakit degeneratif dengan sifat kronis adalah DM yang dalam

perjalanannya akan terus meningkat baik prevalensinya maupun keadaan penyakit

itu mulai dari tingkat awal atau yang berisiko DM sampai pada tingkat lanjut atau

terjadi komplikasi. DM dapat menimbulkan kerusakan pada semua organ tubuh

dan menimbulkan berbagai keluhan atau komplikasi, seperti komplikasi kronik

pada mata, ginjal, pembuluh darah dan lain-lain. Masalah kesehatan akibat DM

dapat menurunkan kualitas hidup sehingga penyakit DM merupakan masalah

kesehatan nasional dan dunia (Depkes, 2008).

1
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2

Menurut International Diabetes Federation (IDF), DM adalah salah satu

masalah kesehatan yang serius pada masa sekarang. Setiap tahunnya, jumlah

penderita DM terus bertambah dan semakin berdampak pada peningkatan masalah

kesehatan apabila terjadi komplikasi pada penderitanya. IDF menemukan 85-95%

kasus diabetes dari seluruh penderita di seluruh dunia adalah DM tipe 2. Selain

itu, prevalensi orang dewasa yang mengalami gangguan toleransi glukosa

berhubungan erat dengan DM tipe 2 (Bilous, 2014).

IDF membagi wilayah dunia menjadi 7 wilayah dengan kejadian diabetes.

Western Pasific adalah salah satu wilayah dengan angka kematian tertinggi yang

disebabkan oleh DM diantara wilayah pembagian IDF lainnya yaitu sebanyak

44,9 % kematian akibat DM terjadi pada usia dibawah usia 60 tahun. Negara Cina

adalah bagian dari Western Pasific yang mencapai 40,8% kematian dibawah usia

60 tahun. Angka ini menjadikan negara Cina menjadi posisi teratas sebagai 10

negara dengan penderita diabetes usia dewasa terbanyak dengan 39,4% penduduk

penderita DM dan Bangladesh pada posisi kesepuluh 2,5% penduduk. Negara

Indonesia adalah bagian dari wilayah Western Pasific dengan 39 negara lainnya.

Negara Indonesia menduduki posisi ketujuh dari 10 negara dengan predikat

penderita diabetes terbanyak, yaitu sebanyak 3,6% penduduk (IDF, 2015).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memprediksi adanya peningkatan jumlah

penyandang DM yang menjadi salah satu ancaman kesehatan global. WHO

memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 4% pada tahun

2000 menjadi sekitar 6.2% pada tahun 2030. Laporan ini menunjukkan adanya

peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2035.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya

kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 3,6% pada tahun 2014

menjadi 4,6% pada tahun 2035 (Perkeni, 2015).

Menurut data Riskesdas 2013, proporsi DM di Indonesia adalah 6,9 %.

Prevalensi diabetes di Indonesia tahun 2013 adalah 2,1%. Angka tersebut lebih

tinggi dibanding dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi yang ada di

Indonesia (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi DM (Profil Kesehatan

Indonesia, 2014). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan prevalensi tertinggi adalah

Provinsi Sulawesi Tengah (3,7%), provinsi terendah adalah Bengkulu dan

Kalimantan Barat (1%). Provinsi Sumatera Utara memiliki prevalensi DM dengan

komplikasi (1,8%) dan proporsi penderita DM dengan komplikasi 2,3%.

Hasil Riset Kesehatan Dasar khusus Provinsi Sumatera Utara tahun 2013,

prevalensi DM tertinggi di Deli Serdang 2,9%, di daerah Karo 1,9% dan terendah

di Mandailing Natal 0.3% (Kemenkes, 2014).

Tingginya prevalensi DM sejalan dengan tingginya komplikasi dari DM

itu sendiri. Di Indonesia sendiri komplikasi kronik dari DM ini terdiri atas

neuropati (60%), penyakit jantung koroner (20,5%), ulkus diabetik (15%),

retinopati diabetik (10%), dan nefropati (7,1%) (Hastuti, 2008). Berdasarkan

penelitian Tarigan (2011) di RSU Herna Medan tahun 2009 – 2010 terdapat 134

penderita DM dengan komplikasi yang dirawat inap. Proporsi penderita DM yang

mengalami komplikasi yaitu yang mengalami ulkus diabetik (26,1%), hipertensi

(15,7%), nefropati diabetik (13,4%), TB paru (12,8%), hipoglikemia (6,7%),

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

stroke (6,7%), neuropati diabetik (5,2%), hiperglikemia (4,5%), PJK (3,7%),

dyspepsia (3,7%), dan retinopati diabetik (1,5%).

Berdasarkan hasil survei pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit

Santa Elisabeth tahun 2016 penderita DM tipe 2 yang dirawat inap terdapat 287

kasus yang menderita DM tipe 2 dengan komplikasi. Berdasarkan data diatas,

maka perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016.

1.2 Permasalahan

Berdasarkan urain diatas maka, permasalahan penelitian adalah belum

diketahuinya karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang rawat

inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang di rawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth tahun 2016

berdasarkan sosiodemografi (umur, jenis kelamin, suku, agama, pekerjaan

dan tempat tinggal).

b. Untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi berdasarkan keluhan utama.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

c. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan jenis komplikasi.

d. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan kategori komplikasi.

e. Mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan pemerikasaan HbA1c.

f. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan kadar HbA1c.

g. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan kadar gula darah sewaktu masuk.

h. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

i. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan pengobatan.

j. Mengetahui distribusi porporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan sumber biaya.

k. Mengetahui lama rawatan rata-rata pada penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi.

l. Mengetahui perbedaan proporsi umur berdasarkan kategori komplikasi.

m. Mengetahui perbedaan proporsi jenis kelamin berdasarkan kategori

komplikasi.

n. Mengetahui perbedaan proporsi kategori komplikasi berdasarkan

pengobatan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

o. Mengetahui perbedaan proporsi kategori komplikasi berdasarkan keadaan

sewaktu pulang.

p. Mengetahui perbedaan proporsi jenis pengobatan berdasarkan kadar

HbA1c.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Sebagai salah satu syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana

Kesehatan Masyarakat serta dapat mengaplikasikan ilmu yang telah

didapat dibangku perkuliahan.

1.4.2 Manfaat Bagi Akademis

Sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang terkait dengan DM

tipe 2.

1.4.3 Manfaat Bagi Instansi

Sebagai bahan masukan dan informasi bagi pihak Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan untuk mengetahui distribusi proporsi penderita DM tipe 2

dengan komplikasi yang dirawat inap.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Diabetes Mellitus

DM atau kencing manis, yang sering kali juga disebut dengan “Penyakit

Gula” merupakan salah satu dari beberapa penyakit kronis yang ada di dunia.

Dikatakan “Penyakit Gula” karena memang jumlah atau konsentrasi glukosa atau

gula di dalam darah melebihi keadaan normal. Konsentrasi glukosa normal bila

pada keadaan puasa pagi hari tidak melebihi 100 mg/dl. Dan seorang dikatakan

mengidap DM, bila dalam pemeriksaan laboratorium kimia darah, konsentrasi

glukosa darah dalam keadaan puasa pagi hari lebih atau sama dengan 126 mg/dl

atau 2 jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl. Diabetes merupakan suatu

penyakit atau kelainan yang memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengubah

makanan menjadi energi (Soegondo, 2009).

DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau

kedua-duanya (Purnamasari, 2009). Insulin merupakan hormon yang terdiri dari

rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kalenjar pankreas. Secara

fisiologis, regulasi glukosa darah yang baik diatur bersama dengan hormon

glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar pankreas (Manaf, 2009).

Insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas dapat diibaratkan sebagai

anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya glukosa ke dalam sel, untuk

7
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
8

kemudian di dalam sel glukosa di metabolisasikan menjadi tenaga. Bila insulin

tidak ada, maka glukosa tidak dapat masuk ke sel beta dengan akibat glukosa akan

tetap berada dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam darah akan

meningkat (Suyono, 2007).

Jika gula darah menumpuk dalam tubuh dan tingkat yang tidak terkontrol,

dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, seperti penyakit jantung,

stroke, penyakit ginjal, kebutaan, amputas, dan kematian (CDC, 2015).

2.2 Definisi Diabetes Mellitus Tipe 2

DM tipe 2 adalah penyakit dengan keadaan bervariasi, mulai dari dominan

resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan sekresi

insulin disertai resistensi insulin (Perkeni, 2011). Pada DM tipe 2 keparahan

penyakit disebabkan multifaktor. Banyak hal yang menjadi faktor risiko penderita

diantaranya adalah interaksi antara gaya hidup, lingkungan, genetik, dan imunitas

tubuh terkait insulin (Hillson, 2015). Diabetes tipe 2 merupakan bentuk tersering

dan biasanya berkaitan dengan obesitas (Barrett, 2015).

DM tipe 2 ditandai dengan kelainan sekresi insulin yang kurang, resistensi

insulin, serta kenaikan produksi glukosa di hati. Pada awalanya terdapat resistensi

sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselular yang

menyebabkan mobilisasi pembawa GLUT 4 glukosa dan meningkatnya transpor

glukosa menembus membran sel. Pada pasien-pasien dengan DM tipe 2 terdapat

kelainan dalam pengikat insulin dengan reseptor pada membra sel yang selnya

responsif terhadap insulin intrinsik. Akibatnya terjadi pengabungan abnormal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transpor glukosa.

Ketidaknormalan postreseptor dapat menggangu kerja insulin.

Pada akhirnya timbul kegagalan sel beta dengan menurunnya jumlah

insulin yang beredar dan tidak lagi dapat untuk mempertahankan euglikemia.

Pada awalnya, resistensi insulin belum menyebabkan diabetes klinis. Sel beta

pankreas masih dapat mengkompensasi, sehingga terjadi hipernsulinemia, kadar

glukosa darah masih normal atau baru sedikit meningkat. Kemudian setelah

terjadi kelelahan sel beta pankreas, akan terjadi DM klinis, yang ditandai dengan

adanya kadar glukosa darah yang meningkat, memenuhi kriteria diagnosa diabetes

(Price, 2006).

2.3 Gejala Diabetes Mellitus Tipe 2

Berbagai Gejala dapat ditemukan pada penyandang DM tipe 2 seperti

(Perkeni, 2015):

a. Gejala klasik DM: sering buang air kecil (poliuria), sering merasa haus

(polidipsia), sering merasa lapar (polifagia) dan penurunan berat badan

yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

b. Gejala lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi

ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

2.4 Diagnosa Diabetes Mellitus Tipe 2

Diagnosis DM harus didasarkan atas pemeriksaan konsentrasi glukosa

darah. Dalam menentukan diagnosa DM harus diperhatikan asal bahan darah yang

diambil dan cara pemeriksaan yang dipakai. Untuk diagnosis, pemeriksaan yang

dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa dengan cara enzimatik dengan bahan

darah plasma vena. Untuk memastikan diagnosa DM, pemeriksaan glikosa darah

dilakukan di laboratorium klinik yang terpercaya (yang melakukan program

pemantauan kendali mutu secara teratur). Walaupun demikian sesuai dengan

kondisi setempat dapat juga dipakai bahan darah untuk (whole blood), vena

ataupun kapiler dengan memperhatikan angka-angka kriteria diagnostik yang

berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.

Untuk pemantauan hasil pengobatan dapat diperiksa glukosa darah kapiler.

Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaringan. Uji

diagnostik DM dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala/tanda DM,

sedangkan pemeriksaan penyaringan bertujuan untuk mengindentifikasi mereka

yang tidak bergejala, yang mempunyai risiko DM. (Serangkaian uji diagnostik

akan dilakukan kemudian pada meraka yang hasil pemeriksaan penyaringannya

positif, untuk memastikan diagnosis definitif.) (Purnamasari, 2009).

Pemeriksaan penyaringan dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar

glukosa darah sewaktu atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti

dengan tes tolerasi glukosa oral (TTGO) standar.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

Table 2.1 Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa Sebagia Patokan
Penyaringan dan Diagnosa Diabetes Mellitus (DM)
Bukan DM Belum Pasti DM
DM
Kadar Plasma vena < 100 100-199 > 200
glukosa
darah Darah kapiler < 90 90-199 > 200
sewaktu
(mg/dl)
Kadar Plasma vena < 100 100-125 > 126
glikosa
darah puasa Darah kapiler < 90 90-99 > 100
(mg/dl)
Sumber: Perkeni 2015

Pemeriksaan kadar HbA1c ( ≥ 6.5%) oleh ADA 2012 sudah dimasukkan

menjadi salah satu kriteria diagnosis DM, jika dilakukan pada saran laboratorium

yang telah terstandarisasi dengan baik HbA1c adalah zat yang terbentuk dari

reaksi kimia antara glukosa dan hemoglobin (bagian dari sel darah merah).

Pemeriksaan HbA1c digunakan sebagai indikator dalam memantau kontrol gula

darah jangka panjang, diagnosis, penentuan prognosis, pengelolaan penderita DM.

Dengan mengukur glycohemoglobin dapat diketahui berapa besar persentasi

hemoglobin yang mengandung gula.

Prinsip pemeriksaan HbA1c adalah mengukur persentasi hemoglobin sel

darah merah yang diselubungi oleh gula. Semakin tinggi nilainya berarti kontrol

gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi semakin tinggi. Pada orang yang

tidak menderita diabetes, kadar HbA1c berkisar antara 4,5% sampai 6%. Jika

kadarnya 6,5% atau lebih pada dua pemeriksaan terpisah, maka kemungkinan

orang tersebut menderita diabetes. Nilai antara 6% sampai 6,5% menunjukkan

keadaan pradiabetes. Penderita diabetes yang tidak terkontrol dalam waktu yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

lama biasanya memiliki kadar HbA1c lebih dari 9% sedangkan target pengobatan

adalah kadar HbA1c sebesar 7% atau kurang (Githafas, 2010).

Bila kadar gula darah tinggi dalam beberapa minggu, maka kadar HbA1c

juga akan tinggi. Ikatan HbA1c yang terbentuk bersifat stabil yang dapat bertahan

hingga 2-3 bulan. Kadar HbA1c akan mencerminkan rata-rata kadar dalam jangka

waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan. Dengan mengukur kadar HbA1c dapat

diketahui kualitas kontrol penyakit DM dalam jangka panjang, sehingga diketahui

ketaatan penderita dalam menjalani perencanaan makan dan pengobatan (Perkeni,

2011).

Tabel 2.2 Kadar HbA1c


HbA1c
Kadar glukosa rata-rata
test score
mg/dl mmol/L
4.0 50 2.6
Normal 5.0 80 4.7
6.0 115 6.3
7.0 150 8.2
Terkontrol
8.0 180 10.0
9.0 215 11.9
10.0 250 13.7
Tidak 11.0 280 15.7
terkontrol 12.0 315 17.4
13.0 350 19.3
14.0 380 21.1
Sumber : Harefa, HbA1c Standardization and Recent Updates 2011

2.5 Epidemiologi DM Tipe 2

2.5.1 Distribusi dan Frekuensi

a. Menurut Orang

Saat ini diperkirakan lebih dari 9% penduduk dunia umur dewasa diatas 18

tahun memiliki penyakit DM (WHO, 2015). Lebih dari 44,9% kematian akibat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

DM terjadi pada usia dibawah usia 60 tahun. Sebanyak 320,5 juta jiwa penduduk

umur produktif (20-64 tahun) menderita diabetes dan 94,2 juta jiwa berusia 65-79

tahun. Penderita DM berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2015 lebih tinggi pada

laki-laki. Sebanyak 215,2 juta jiwa laki-laki menderita DM dan 199,5 juta jiwa

pada perempuan. Pada tahun 2040 diproyeksikan 313,3 juta jiwa penderita DM

berjenis kelamin perempuan dan 328,3 juta jiwa penderita DM laki-laki (IDF,

2015).

Angka kematian akibat DM di Indonesia pada tahun 2012 adalah 61,7 %

pada perempuan dan pada laki-laki 71,9 % (WHO, 2014). Proporsi penderita DM

berdasarkan Riskesdas (2013) meningkat seiring meningkatnya umur. Proporsi

tertinggi pada kelompok usia 65-74 tahun (13,30%), jenis kelamin perempuan

7,7% dan laki-laki 5,6% (Kemenkes, 2014).

b. Menurut Tempat

Peningkatan angka kejadian diabetes di dunia merupakan trend pada

populasi seiring perpindahan (urbanisasi) populasi dari pedesaan ke perkotaan.

Penderita DM berdasarkan tempat tinggal menurut data Diabetes Atlas

menunjukkan angka lebih tinggi di daerah perkotaan (269,7 jiwa) dibandingkan di

daerah pedesaan (145,1 jiwa). Negara-negara dengan pendapatan menengah

kebawah menggambarkan angka kejadian penyakit diabetes di daerah pedesaan

adalah 126,7 juta jiwa sedangkan di daerah perkotaan adalah 186,2 juta jiwa.

Peningkatan jumlah penderita DM akan diproyeksikan menjadi 477,9 juta di

daerah perkotaan dan 163, 9 juta di daerah pedesaan tahun 2040 (IDF, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa

proporsi penyebab kematian akibat DM pada kelompok usia 45-54 tahun di

daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan daerah pedesaan,

DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8% (Depkes, 2013).

Riskesdas 2007 yang hanya memeriksa penduduk di perkotaan

mendapatkan di antara responden yang diperiksa gula darahnya 5,7% menderita

DM. Dari yang terdeteksi tersebut hanya 26,3% yang terdiagnosa sebelumnya

dan 73,7% tidak terdiagnosa sebelumnya. Sedangkan pada Riskesdas 2013, dari

6,9% penderita DM yang didapatkan 30,4% yang terdiagnosa sebelumnya dan

69,6% tidak terdiagnosa sebelumnya (Depkes, 2013).

c. Menurut Waktu

Menurut WHO (2014) lebih dari 350 juta penduduk dunia menderita DM

pada tahun 2012. Penyakit ini menjadi penyebab langsung kematian 1,5 juta

penduduk, dengan lebih dari 80% diantaranya terjadi di negara berkembang.

Berdasarkan hasil penelitian Diabetes Atlas tahun 2015 perkiraan jumlah

penduduk dewasa diseluruh dunia yang menderita diabetes tahun 2015 terdata 415

juta penduduk di seluruh dunia yang menderita penyakit DM. Jumlah ini akan

mengalami peningkatan pada tahun 2040 menjadi 642 juta penduduk (IDF, 2015).

2.5.2 Determinan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2

a. Genetika

Hasil penelitian menunjukkan penderita DM yang diketahui saat remaja

memiliki setidaknya ada satu orang tua yang menderita DM atau riwayat

penyakit DM dalam keluarga yang diturunkan 45-80% kepada anaknya. Penyakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

DM yang diturunkan pada anak penderita DM 74-100% merupakan DM tipe 2

(Ali, 2015).

Pada penderita DM tipe 2, penyakitnya mempunyai pola familial yang

kuat. Indeksnya untuk DM tipe 2 pada kembar monozigot hampir 100%. Risiko

berkembangnya DM tipe 2 pada saudara kandung mendekati 40% dan 33% untuk

anak cucunya. Transmisi genetik adalah paling kuat. Jika orangtua menderita DM

tipe 2, rasio diabetes dan nondiabetes pada anak 1:1 (Price, 2006).

b. Usia

Berdasarkan hasil penelitian Igusti di wilayah kerja Puskesmas Mataram

tahun 2013 dengan menggunakan uji Koefisian Kontingensi C berdasarkan

kelompok umur > 40 tahun dan < 40 tahun didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05),

terbukti ada hubungan yang bermakna antara umur dengan kejadian DM tipe 2.

Selain itu, menurut penelitian Swiss dikutip suwondodah pada usia > 60 tahun.

Penelitian kasus kontrol di lakukan oleh Robert menunjukkan umur penderita

diabetes pada usia tua > 60 tahun 3 kali lebih banyak daripada usia muda < 55

tahun.

Kebanyakan kasus DM tipe 2 terjadi sesudah umur 40 tahun. Pada usia ini

umumnya manusia mengalami penurunan fungsi fisiologis dengan cepat, sehingga

terjadi defisiensi sekresi insulin karena gangguan pada sel beta prankreas dan

resistensi insulin (Sukarmin, 2008). Sedangkan menurut Perkumpulan

Endokrinologi Indonesia (Perkeni) salah satu faktor risiko DM adalah orang yang

berumur > 45 tahun (Perkeni, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

c. Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian Romadhiati tahun 2006 di RSUD Arifin Achmad

Pekanbaru periode 2003-2004, dilaporkan bahwa presentase nilai HbA1c > 6,5

pada perempuan (56,7%) lebih tinggi dari pada laki-laki. Demikian pula penelitian

Lesi Kurnia Putri yang dilakukan tahun 2012 di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru,

menurut presentasi nilai HbA1c > 6,5 pada perempuan 58,3% lebih tinggi dari

pada laki-laki.

Faktor resiko perempuan mempuyai peluang lebih besar diakibatkan

peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar. Sindroma Siklus

bulanan (premenstrual syndrome), pascamenopause yang membuat terakumulasi

akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beriko menderita DM (Irawan,

2010). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi Toleransi Glukosa

Terganggu dan DM menurut pemeriksaan gula darah perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki. Prevalensi DM pada perempuan adalah 7,70% sedangkan laki-

laki sebesar 5,60% (Kemenkes, 2014).

d. Kegemukan (Obesitas)

Berdasarkan hasil penelitian Igusti di wilayah kerja Puskesmas Mataram

tahun 2013 dengan menggunakan uji Koefisian Kontingensi C berdasarkan

kegemukan didapat nilai p = 0,000 (p < 0,05), terbukti ada hubungan yang

bermakna antara kegemukan dengan kejadian DM tipe 2.

DM sangat berkaitan dengan obesitas. Sebagian besar pasein DM tipe 2

adalah obes, dan obesitas itu menyebabkan resistensi insulin. Obesitas

mengakibatkan sel-sel beta pankreas mengalami hipertropi yang akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

berpengaruh terhadap penurunan produksi insulin (Riyadi dan Sukarmin, 2008).

Obesitas menyebabkan penurunan jumlah reseptor insulin sehingga menyebabkan

resistensi insulin (Guntur, 2008).

Obesitas akan mempercepat progresivitas perjalanan penyakit. Gangguan

metabolisme glukosa akan berlanjut pada gangguan metabolisme lemak dan

protein serta kerusakan berbagai jaringan tubuh (Manaf, 2009). Menurut definisi,

obesitas berarti berat badan berlebih sebanyak 20% dari berat badan ideal atau

indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2 (Soewondo, 2009).

e. Pola Makan (Diet)

Berdasarkan penelitian Sudaryanto, hasil penelitian menunjukan bahwa

nilai p= 0,000 < 0,005 sehingga kesimpulan Ha diterima atau ada hubungan antara

pola makan terhadap kejadian DM tipe 2 di wilayah kerja Puskesmas Nusuka

tahun 2012. Hasil dari Odds Ratio menunjukan bahwa hubungan pola makan nilai

OR = 10,0;95% (91%) dapat diinterprestasikan bahwa responden yang dengan

pola makan yang buruk memiliki 10 kali lipat risiko terjadi DM tipe 2.

Pola makan merupakan determinan penting yang menentukan obesitas dan

juga memengaruhi resistensi insulin. Dengan demikian, pola makan memainkan

peranan yang penting dalam proses terjadinya DM tipe 2. Konsumsi makanan

yang tinggi energi dan tinggi lemak, selain aktivitas fisik yang rendah, akan

mengubah keseimbangan energi dengan disimpannya energi sebagai lemak

simpanan yang jarang digunakan. Asupan energi yang berlebihan itu sendiri akan

meningkatkan resistensi insulin, sekalipun belum terjadi kenaikan berat badan

yang signifikan. Diet tinggi kalori, tinggi lemak dan rendah karbohidrat berkaitan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

dengan DM tipe 2. Diet yang kaya energi dan rendah serat akan meningkatkan

kenaikan berat badan dan resistensi insulin pada populasi yang berisiko rendah

seperti orang-orang Eropa (Gibney, 2005).

f. Kurang Aktivitas Fisik

Olahraga juga berperan dalam kontrol kadar gula darah. Otot yang

berkontraksi atau aktif tidak atau kurang memerlukan insulin untuk memasukkan

glukosa ke dalam sel, karena otot yang aktif lebih sensitif terhadap insulin,

sehingga kadar glukosa darah jadi turun (Soewondo, 2009).

Untuk DM tipe 1 dan 2, olahraga terbukti dapat meningkatkan pemakaian

glukosa oleh sel sehingga glukosa darah turun. Pengidap DM tipe 1 harus berhati-

hati sewaktu berolahraga karena dapat terjadi penurunan glukosa darah yang

mencetuskan hipoglikemia (Corwin, 2007).

2.6 Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2

2.6.1 Komplikasi Akut

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia secara harfiah berarti kadar glukosa darah di bawah harga

normal. Walaupun kadar gula glukosa plasma puasa pada orang normal jarang

melampaui 99 mg% (5.5 mmol/L), tetapi kadar gula < 108 mg% (6 mmol/L)

masih dianggap normal. Kadar glukosa plasma kira kira 10% lebih tinggi

dibandingkan dengan kadar glukosa darah kesuburan (whole blood) karena

eritrosit mengandung kadar glukosa yang relatif rendah. Diagnosa hipoglikemia

ditegakkan bila kadar glukosa plasma < 63 mg% (3.5 mmol/L) (Soemadji, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

Keluhan dan gejala hipoglikemia dapat bervariasi, tergantung pada sejauh

mana glukosa turun. Keluhan hipoglikemia pada dasarnya dapat dibagi dalam dua

kategori besar, yaitu: 1) Keluhan akibat otak tidak mendapat cukup kalori

sehingga mengganggu fungsi intelektual, antara lain sakit kepala, kurang

konsentrasi, mata kabur, capek, bingung, kejang, atau koma. 2) Keluhan akibat

efek samping hormon lain (adrenalin) yang berusaha menaikkan kadar glukosa

darah, yaitu pucat, berkeringat, nadi berdenyut cepat, berdebar, cemas, serta rasa

lapar. Pada awalnya ketika glukosa darah berada pada tingkat 40-55 mg/dl, pasien

diabetes mengalami gemetaran, keringat dingin, mata kabur, lemah, lapar, pusing,

sakit kepala, tegang, mual, jantung berdebar, dan kulit dingin. Pada saat glukosa

darah di bawah 40 mg/dl, pasien akan merasa mengantuk, sukar bicara, seperti

orang mabuk, dan bingung. Dan pada saat kadar glukosa di bawah 20 mg/dl

keluhan atau gejala yang terjadi adalah kejang, tidak sadarkan diri (koma

hipoglikemia), dan bias menyebabkan kematian (Tandra, 2014).

b. Hiperglikimia

Status Hiperglikemi Hiperosmolar adalah suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200 mg/dl), tanpa tanda dan gejala

asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat (330-380 mos/ml) (Perkeni, 2015).

Keadaan kelebihan gula darah yang biasanya disebabkan oleh makan secara

berlebihan, stress emosional, dan penghentian obat DM secara mendadak.

Gejalanya berupa penurunan kesadaran serta kekurangan cairan (Irianto, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

Hiperglikemia terjadi tidak hanya disebabkan oleh gangguan sekresi insulin,

tetapi pada saat bersamaan juga oleh rendahnya respons jaringan tubuh terhadap

insulin yang menyebabkan resisten insulin (Manaf, 2009).

c. Ketoasidosis Diabetik (KAD)

Ketoasidosis Diabetik (KAD) adalah peningkatan senyawa keton yang

bersifat asam dalam darah yang berasal dari asam lemak bebas hasil pemecahan

sel-sel lemak jaringan. Gejala dan tandanya dapat berupa nafsu makan turun,

merasa haus, banyak minum, banyak kencing, mual dan muntah, nyeri perut,

pernapasan cepat dan dalam, napas berbau khas (keton), hipotensi, penurunan

kesadaran sampai koma (Irianto, 2014). KAD adalah komplikasi akut DM yang

serius dan membutuhkan pengelolaan gawat darurat, karena dapat mengalami

dehidrasi berat sampai menyebabkan syok (Soewondo, 2009).

Keluhan dan gejala KAD timbul akibat adanya keton yang meningkat

dalam darah. Keluhan dan gejala tersebut berupa napas yang cepat dan dalam,

napas bau keton atau aseton, nafsu makan turun, mual, muntah, demam, nyeri

perut, berat badan turun, capek, lemah, bingung, mengantuk, dan kesadaran

menurun sampai koma (Smeltzer, 2002).

d. Koma Hiperosmolar Hiperglikemik Nonketotik

Koma Hipersmolar Hiperglikemik Nonketotik (HHNK) ditandai oleh

hiperglikemia, hipersmolar tanpa adanya ketosis. Gejala klinis utama adalah

dehidrasi berat, hiperglikemia berat dan sering kali disertai gangguan neurologis

(Soewondo, 2009).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

Faktor yang memulai timbulnya HHNK adalah diuresis glukosuria.

Glukosuria mengakibatkan kegagalan pada kemampuan ginjal dalam

mengkonsentrasikan urin, yang akan semakin memperberat derajat kehilangan air.

Pada keadaan normal, ginjal berfungsi mengeliminasi glukosa di atas abang batas

tertentu. Namun demikian, penurunan volume intravaskuler atau penyakit ginjal

yang telah ada sebelumnya akan menurunkan laju filtrasi glomerular,

menyebabkan kosentrasi glukosa meningkat. Hilangnya air yang lebih banyak

dibandingkan natrium menyebabkan keadaan hiperosmolar. Insulin yang ada tidak

cukup untuk menurunkan konsentrasi glukosa darah, terutama jika terdapat

resistensi insulin. Keluhan pasien HHNK ialah: rasa lemas, gangguan penglihatan,

atau kaki kejang. Dapat pula ditemukan keluhan mual dan muntah, namun lebih

jarang jika dibandingkan dengan KAD. Kadang, pasien datang dengan disertai

keluhan saraf seperti letargi, disorientasi, hemiparesis, kejang atau koma (Sudoyo,

2009).

2.6.2 Komplikasi Kronik

a. Komplikasi Mikroangiopati

a.1 Kerusakan Ginjal (Nephropathy)

Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya

mikroalbuminaria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis,

berlanjut dengan penurunan fungsi laju filtrasi glumerular dan berakhir dengan

keadaan ginjal yang memerlukan pengelolaan (Waspadji, 2009).

Nefropati diabetik disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah kecil di

ginjal yang menyebabkan kerja ginjal menjadi kurang efisien atau bahkan rusak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

dan menjadi gagal ginjal (IDF, 2015). Kelainan fungi ginjal dapat menyebabkan

gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisa) (Pudiastuti,

2013).

Penyakit ginjal lebih sering terjadi pada penderita DM dibanding orang

tanpa diabetes. Mempertahankan kadar gula darah dan tekanan darah dalam

keadaaan normal adalah salah satu cara untuk mengurangi risiko penyakit ginjal

(IDF, 2015).

Nefropati diabetk dapat melibatkan saraf-saraf perifer kranial , atau sistem

saraf otonom dan merupakan suatu komplikasi yang lazim terjadi pada penderita

diabetes tipe 1 maupun tipe 2 (Price, 2006).

a.2 Neuropati Diabetik (ND)

Neuropati diabetik (ND) merupakan salah satu komplikasi kronis paling

sering ditemukan pada DM. Risiko yang dihadapi pasien DM dengan ND antara

lain ialah infeksi berulang, ulkus yang tidak sembuh sembuh dan amputasi jari

kaki. kondisi ini yang mengakibatkan bertambahnya angka kesakitan dan

kematian, yang berakti meningkatnya biaya pengobatan pasien DM dengan ND

(Subekti, 2009).

Neuropati diabetik (penyakit saraf) pada penderita DM dapat

menyebabkan kerusakan saraf di seluruh tubuh saat glukosa darah maupun

tekanan darah meningkat. Hal ini dapat menimbulkan masalah pencernaan,

disfungsi ereksi dan banyak fungsi lainnya. Bagian tubuh yang paling rentan

terkena neuropati diabetik adalah bagian ekstremitas khususnya kaki. Kerusakan

saraf di bagian kaki menyebabkan rasa nyeri, kesemutan, dan hilang rasa. Hilang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

rasa pada penderita DM sangat berkaitan dengan luka dan infeksi yang sering

tidak disadari, bahkan berisiko untuk diamputasi (IDF, 2015). Kerusakan pada

saraf menyebabkan kulit lebih sering cedera, kesemutan, nyeri, dan rasa lemah

(Pudiastuti, 2013).

a.3 Kerusakan Mata (Retinopati Diabetik)

Kerusakan pada pembuluh darah mata dapat menyebabkan gangguan

penglihatan akibat kerusakan retina mata. Tanda perubahan retina paling dini

adalah peningkatan permeabilitas kapiler mata yang menyebabkan terjadinya

penurunan kapiler retina mata yang diikuti oleh perdarahan berbentuk titik dan

noda-noda berbentuk perahu mendadak meningkat akibat perdarahan preretina

(Pudiastuti, 2013).

Penderita DM berusia diatas 40 tahun di Amerika pada tahun 2005-2008

yang memiliki komplikasi retinopati diabetik memiliki proporsi 28,5% dari

keseluruhan penderita DM. komplikasi ini merusak pembuluh darah pada bagian

retina mata dan dampat berdampak pada kebutaan (CDC, 2014).

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan paling sering

ditemukan pada usia dewasa antara 20 sampai 74 tahun. Pasien diabetes memiliki

risiko 25 kali lebih mudah mengalami kebutaan dibanding nondiabetes. Risiko

mengalami retinopati pada pasien diabetes meningkat sejalan dengan lamanya

diabetes (Subekti, 2009).

Sebagian besar penderita DM akan memperburuk penyakit mata dan

menyebabkan kebutaan. Kadar glukosa darah yang tinggi, kolesterol tinggi dan

tekanan darah tinggi merupakan penyebab utama retinopati (IDF, 2015).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

b. Komplikasi Makroangiopati

b.1 Ulkus Diabetik

Penderita DM dengan komplikasi pada umumnya tidak dapat merasakan

perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga dapat

menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat.

Terapi DM dengan komplikasi ulkus adalah insulin, karena insulin bersifat baik

untuk pembentukan jaringan, apabila jika disertai underweight (Guntur, 2008).

b.2 Penyakit Paru

Pasien diabetes lebih mudah terserang infeksi tuberkulosis paru

dibandingkan orang biasa, sekalipun penderita bergizi baik dan secara

sosioekonomi cukup. Diabetes memperberat infeksi paru, demikian pula sakit

paru akan menaikkan glukosa darah (Ndraha, 2014).

b.3 Penyakit Jantung

Penyebab kematian dan kesakitan utama pada pasien DM (baik DM tipe 1

maupun DM tipe 2) adalah penyakit Jantung Kononer, yang merupakan salah satu

penyulit makrovaskular pada DM. Penyulit makrovaskular ini bermanifestasi

sebagai aterosklerosis dini yang dapat mengenai organ-organ vital (jantung dan

otak). Penyebab aterosklerosis pada pasien DM tipe 2 bersifat multifaktorial,

melibatkan interaksi kompleks dari berbagai keadaan seperti hiperglikemia,

hiperlipidemia, stres oksidatif, penuaan dini, hiperinsulinemia dan/atau

hiperproinsulinemia serta perubahan-perubahan dalam proses koagulasi dan

fibrinolisis. Pada pasien DM risiko payah jantung kongestik meningkat 4 sampai 8

kali. Peningkatan risiko ini tidak hanya disebabkan karena penyakit jantung

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

iskemik. Dalam beberapa tahun terakhir ini diketahui bahwa pasien DM dapat

pula mempengaruhi otot jantung secara independen (Sudoyo, 2009).

DM merusak dinding pembuluh darah yang menyebabkan penumpukan

lemak di dinding yang rusak dan menyempitkan pembuluh darah. Jika pembuluh

darah koroner menyempit, otot jantung akan kekurangan oksigen dan makanan

akibat suplai darah yang kurang. Selain menyebabkan suplai darah ke otot jantung

kurang, penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan tekanan darah

meningkat, sehingga dapat mengakibatkan kematian mendadak (Tandra, 2014).

b.4 Hipertensi

Resisten insulin juga berperan pada pathogenesis hipertensi. Insulin

merangsang sistem saraf simpatis meningkatkan reabsorpsi natrium ginjal,

mempengaruhi transport kation dan meningkatkan hipertrofi sel otot polos

pembuluh darah. Pemberian infus insulin akut dapat menyebabkan hipotensi

akibat vasodilatasi. Sehingga disimpulkan bahwa hipertensi akibat resistensi

insulin terjadi akibat ketidakseimbangan antara efek pressor dan depresso. The

Insulin Resintance Atherosclerosis Study melaporkan hubungan antara resistensi

insulin dengan hipertensi pada subjek normal namum tidak pada subjek dengan

DM tipe 2 (Soegondo, 2009).

Penderita DM cenderung terkena hipertensi dua kali lipat dibanding

orang yang tidak menderita DM. Hipertensi bisa merusak pembuluh darah.

Hipertensi bisa memicu terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal,

atau stroke. Antara 35-75 % komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

faktor yang dapat mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati,

obesitas, dan pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah (Tandra, 2014).

b.5 Stroke

Aterosklerosis serebri merupakan penyebab mortalitas kedua tersering

pada penderita diabetes. Kira-kira sepertiga penderita stroke juga menderita

diabetes. Stroke lebih sering timbul dan dengan prognosis yang lebih serius untuk

penderita diabetes. Akibat berkurangnya aliran arteri karotis interna dan arteri

vertebralis timbul gangguan neurologis akibat iskemia, berupa: pusing,

hemiplegia, afasia sensorik dan motorik dan keadaan pseudo-dementia (Permana,

2009).

2.7 Upaya Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2

2.7.1 Pencegahan Primer

Pencengahan primer adalah pencengahan yang paling sulit karena yang

menjadi sasaran adalah orang orang belum sakit artinya mereka masih sehat.

Cakupannya menjadi sangat luas. Yang bertanggungjawab bukan hanya profesi

tetapi seluruh masyarakat termasuk pemerintah. Semua pihak harus

mempropagandakan pola hidup sehat dan menghindari pola hidup yang berisiko.

Menjelaskan pada masyarakat pencengah penyakit jauh lebih baik daripada

mengobatinya. Kampanya makanan sehat dengan pola tradisional yang

mengandung lemak rendah atau pola makan yang seimbang adalah alternatif

terbaik dan harus sudah ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak-

kanak. Selain makanan juga cara hidup berisiko lainnya harus dihindari. Jaga

berat badan agar tidak gemuk, dengan olahraga teratur. Dengan menganjurkan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

olahraga kelompok yang berisiko tinggi, misalnya anak-anak pasien diabetes,

merupakan salah satu upaya pencengahan primer yang sangat efektif dan murah

(Sudoyo, 2009).

2.7.2 Pencegahan Sekunder

Pencegahan Sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat

timbulnya komplikasi dengan tindakan-tindakan seperti tes penyaringan yang

ditujukan untuk pendeteksian dini DM serta penanganan segera dan efektif.

Tujuan utama kegiatan-kegiatan pencegahan sekunder adalah untuk

mengidentifikasi orang-orang tanpa gejala yang telah sakit atau penderita yang

berisiko tinggi untuk mengembangkan penyakit (Soegondo, 2009).

Menurut Perkeni (2011); Gunawan dan Sulistia (2007) didalam upaya

pencegahan sekunder diperlukan intervensi farmakoligis antara lain:

a. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

OHO biasanya diberikan pada penderita DM tipe 2 yang tidak dapat

dikontrol hanya dengan diet dan latihan fisik saja berdasarkan cara kerjanya

digolongkan menjadi:

1. Pemicu sekresi insulin: Sulfonilurea dan glinid Golongan Sulfonilurea

mempunyai efek utama meningkatkan sekresi oleh sel beta pankreas yang

merupakan pilihan utama untuk pasien berat badan normal atau kurang,

Sulfonilurea kerja panjang tidak dianjurkan pada orang tua, gangguan faal

hati dan ginjal serta malnutrisi. Sedangkan golongan glinid cara kerjanya

sama dengan Sulfonilurea namun lebih ditekankan pada sekresi insulin

fase pertama yang baik untuk mengatasi hiperglikemia postprandial.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28

2. Peningkat sensivitas insulin: biguanid dan tiazolidindion Golongan

biguanid yang banyak digunakan adalah metformin. Metformin

menurunkan glukosa darah melalui pengaruhnya terhadap kerja insulin

pada tingkat seluler, distal reseptor insulin dan menurunkan produksi

glukosa hati. Merupakan pilihan utama untuk penderita DM yang gemuk

disertai displidemia dan resistensi insulin. Tiazolidindion menurunkan

resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut

glukosa, obat ini dikontraindikasikan pada gagal jantung karena

meningkatkan retensi cairan.

3. Penghambat glukoneogenesis: biguanid Selain menurunkan resistensi

insulin, metformin juga mengurangi produksi glukosa hati,

dikontraindikasikan pada gangguan fungsi ginjal dengan kreatinin serum >

1,5 mg/dl, gangguan fungsi hati, serta pasien dengan kecenderungan

hipoksemia seperti pada sepsis.

4. Penghambat glukosidase alfa: Acarbose Acarbose Bekerja dengan

mengurangi absorbsi glukosa di usus halus. Acarbose mempunyai efek

samping pada saluran cerna yaitu kembung dan flatulens. Menghambat

dipeptidyl peptidase-4 (DPP-4) Glucagon-like peptide-1 (GLP-1)

merupakan suatu hormon peptide yang dihasilkan oleh sel L di mukosa

usus. Peptida ini disekresi bila ada makanan yang masuk. GLP-1

merupakan perangsang kuat bagi insulin dan penghambat glukagon.

Namun GLP-1 secara cepat diubah menjadi metabolik yang tidak aktif

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

oleh enzim DPP-4. Penghambat DPP-4 dapat meningkatkan penglepasan

insulin dan menghambat penglepasan glukagon.

b. Insulin

Insulin masih merupakan obat utama untuk DM tipe 1 demi kelangsungan

hidup penderita. Beberapa jenis DM tipe 2, yang tidak dapat diatasi hanya dengan

diet dan atau OHO, pasien DM gestasional, DM dengan ketoasidosis, koma non

ketososis, atau komplikasi lain, sebelum tindakan operasi. Tujuan pemberian

insulin pada semua keadaan tersebut bukan hanya untuk menormalkan glukosa

darah tetapi juga memperbaiki semua aspek metabolisme. Keadaan mendekati

normaglisemia dicapai pada DM dengan multiple dosis harian insulin, tujuannya

mencapai glukosa darah puasa 90-120 mg/dl, glukosa postprandial < 150 mg/dl,

HbA1c < 7%. Pada pasien kurang patuh terhadap terapi mungkin perlu dicapai

nilai glukosa darah yang lebih tinggi (140 mg/dl) dan postprandial 200-250 mg/dl

(Gunawan, 2007).

2.7.3 Pencegahan Tersier

Upaya mencegah komplikasi dan kecacatan yang diakibatkannya termasuk

ke dalam pencegahan tersier. Upaya ini terdiri dari 3 tahap (Suyono, 2009):

a. Pencegahan komplikasi diabetes, yang konsensus dimaksukkan sebagai

pencegahan sekunder.

b. Mencegah berlanjutnya (progresi) komplikasi untuk tidak menjurus

kepada penyakit organ.

c. Mencegah terjadinya kecacatan disebabkan oleh karena kegagalan organ

atau jaringan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Dalam upaya ini diperluhkan kerja sama yang baik, baik antara pasien

dengan dokter maupun antara dokter ahli diabetes dengan dokter-dokter yang

terkait dengan komplikasinya.

2.8 Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang dan penelusuran pustaka, maka dapat digambar

kan kerangka konsep penelitian sebagai berikut:

Karakteristik Penderita DM dengan


Komplikasi:
1. Sosiodemografi :
Umur
Jenis Kelamin
Suku
Agama
Pekerjaan
Tempat Tinggal
2. Keluhan Utama
3. Jenis Komplikasi
4. Kategori Komplikasi
5. Pemeriksaan HbA1c
6. Kadar HbA1c
7. Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk
8. Keadaan Sewaktu Pulang
9. Pengobatan
10. Sumber Biaya
11. Lama rawatan Rata-rata

2.1 Gambar Kerangka Konsep

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang bersifat deskriptif

dengan menggunakan desain case series.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan yang berada

di Jl. Haji Misbah No.7 Medan Sumatera Utara. Pemilihan lokasi penelitian

didasari atas pertimbangan bahwa di Rumah Sakit Santa Elisabeth memiliki

pencatatan data rekam medik tentang kasus penyakit DM tipe 2 dengan

komplikasi.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Maret – Desember 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh penderita DM tipe 2

dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

dengan jumlah penderita sebanyak 287 orang pada tahun 2016.

31
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
32

3.3.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah populasi. Dari

jumlah populasi sebanyak 287 kasus dapat dicari besar sampel yang dibutuhkan

dengan menggunakan rumus Slovin sebagai berikut.

n=

n=

n = 167

Keterangan:

N = Jumlah populasi kasus


d = Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,05)
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
Berdasarkan rumus di atas maka jumlah sampel yang dibutuhkan dalam

penelitian ini adalah 167.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dari daftar populasi yang telah dipersiapkan

dilakukan dengan cara Simple Random Sampling dengan teknik undian dengan

cara mengundi nomor rekam medis yang telah tersedia di daftar populasi

kemudian dilanjutkan dengan pengambilan kartu status sesuai nomor rekam medis

yang sudah diundi (Notoatmodjo, 2005).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang tercatat pada kartu

status (rekam medik) penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


33

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2016 dan dicatat sesuai dengan

variabel yang diteliti.

3.6 Analisis Data

Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan bantuan

komputer. Data dianalisis dengan analisis univariat secara deskriptif dan analisis

bivariat menggunakan uji chi-square dan uji t-test. Kemudian data disajikan

dalam bentuk narasi, tabel distribusi proporsi, diagram pie, dan diagram bar.

3.7 Defenisi Operasional

3.7.1 Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah semua pasien yang

dinyatakan menderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap

berdasarkan diagnosis dokter sesuai dengan yang tercatat pada kartu status.

3.7.2 Sosiodemografi terdiri dari:

a. Umur adalah usia penderita DM tipe 2 dengan komplikasi sesuai dengan

yang tercatat pada kartu status pasien dan dikategorikan dengan kelompok

umur yang beresiko untuk terjadinya DM (Perkeni, 2015):

1. ≤ 35 tahun
2. 36-45 tahun
3. 46-55 tahun
4. 56-65 tahun
5. > 65 tahun

Untuk analisis statistik, jenis komplikasi dapat dikategorikankan atas:

1. < 45 tahun
2. > 45 tahun

b. Jenis kelamin adalah jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

sesuai dengan yang tercatat di kartu status pasien, dikelompokkan atas:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

1. Laki-laki
2. Perempuan

c. Suku adalah etnik atau ras yang melekat pada diri penderita DM tipe 2

dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien,

dikelompokkan atas:

1. Jawa
2. Batak (Toba, Karo, Mandailing, Simalungun)
3. Nias
4. Lain-lain (Minang, Melayu, Tamil, Chinesse)

d. Agama adalah kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu status

pasien, dikelompokkan atas:

1. Islam
2. Kristen Protestan
3. Katolik
4. Budha
5. Hindu

e. Pekerjaan adalah kegiatan atau rutinitas penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sesuai dengan yang

tercatat pada kartu status pasien, dikelompokkan atas:

1. Tidak bekerja/pensiunan/ibu rumah tangga


2. PNS/TNI/POLISI
3. Pegawai swasta
4. Wiraswasta
5. Petani/nelayan
6. Lain-lain

f. Tempat tinggal adalah wilayah atau tempat dimana penderita DM tipe 2

dengan komplikasi tinggal sesuai dengan yang tercatat pada kartu status

pasien, dikelompokkan atas:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

1. Kota Medan
2. Luar Kota Medan

3.7.3 Keluhan utama adalah keluhan utama yang dialami penderita DM tipe 2

dengan komplikasi sesuai yang tercatat pada kartu status pasien, di

kelompokkan atas:

1. Lemas/Mual-mual dan muntah


2. Nyeri pada kaki/bengkak/luka
3. Sesak nafas dan nyeri dada
4. Sesak nafas dan batuk
5. Kepala pusing dan oyong
6. Nyeri ulu hati
7. Penurunan kesadaran (letargi)
8. Susah jalan dan bicara
9. Kebas-kebas
10. Penglihatan kabur

3.7.4 Jenis Komplikasi adalah penyakit lain yang timbul sebagai akibat dari

penyakit DM tipe 2 sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien,

dikelompokkan atas:

a. Komplikasi Kronik Mikroangiopati:

1. Retinopati Diabetik
2. Neuropati Diabetik
3. Nefropati Diabetik

b. Komplikasi Kronik Makroangiopati:

1. Ulkus Diabetik/Ganggrene
2. Hipertensi
3. PJK
4. Stroke
5. TB Paru

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

3.7.5 Jenis komplikasi adalah jenis komplikasi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang tercatat pada kartu status pasien, jenis komplikasi ini

untuk melihat analisis statistik. Jenis komplikasi dapat dikategorikankan

atas:

1. Komplikasi akut yang meliputi: Hipoglikemia dan Hiperglikemia


2. Komplikasi kronik yang meliput: Retinopati Diabetik, Neuropati
Diabetik, Nefropati Diabetik, Ulkus Diabetik/Ganggrene, Hipertensi,
PJK, Stroke, TB Paru.
3. Komplikasi campuran

3.7.6 Pemeriksaan kadar HbA1c adalah ada atau tidak ada dilakukannya

pemeriksaan kadar HbA1c pada penderita yang tercatat pada kartu status

pasien, dikelompokkan atas:

1. Tidak ada
2. Ada

3.7.7 Kadar HbA1c adalah kadar pemeriksaan kendali darah HbA1c yang

dilakukan sesuai dengan yang tercatat pada kartu status pasien,

dikelompokkan atas:

1. Normal = < 6,5%


2. Tidak normal = > 6,5%

3.7.8 Kadar gula darah sewaktu masuk adalah hasil pemeriksaan kadar gula

darah sewaktu pasien masuk sesuai dengan yang tercatat pada kartu

pasien.

1. < 200 mg/dl


2. 200-399 mg/dl
3. 400-500 mg/dl
4. >500 mg/dl

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

3.7.9 Keadaan sewaktu pulang adalah kondisi atau keadaan penderita DM tipe 2

pada Waktu keluar dari rumah sakit, dikelompokkan atas:

1. Pulang Berobat Jalan (PBJ)


2. Pulang Atas Permintaan Sendiri (PAPS)
3. Meninggal

3.7.10 Pengobatan adalah jenis obat-obatan yang diberikan kepada penderita DM

dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu pasien,

dikelompokkan atas:

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)


2. Suntik Insulin
3. Obat Hipoglikemik Oral dan Suntik Insulin

3.7.11 Sumber Biaya adalah sumber pembiayaan yang digunakan penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi sesuai dengan yang tercatat pada kartu pasien,

dikelompokkan atas:

4. Biaya Sendiri
5. BPJS
6. Asuransi

3.7.12 Lama rawatan rata-rata adalah rata-rata lamanya penderita DM tipe 2

dengan komplikasi menjalani rawat inap yang dihitung sejak tanggal

masuk sampai tanggal keluar sesuai dengan yang tercatat pada kartu status

pasien. Lama rawatan rata-rata diperoleh dengan membagikan jumlah hari

rawatan seluruh penderita dengan jumlah penderita.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Profil Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan beralamat di Jalan H. Misbah No. 7

Medan. Rumah Sakit ini merupakan rumah sakit milik Kongregasi Fransiskanes

Santa Elisabeth Medan dengan Kelas Madya, Type B.

4.1.2 Falsafah Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Dengan dilandasi semangat dasar Fransiskanes Santa Elisabeth, dalam

melaksanakan dan mengembangkan “ Cinta dan Nilai Kristiani”, karya pelayanan

Rumah Sakit Santa Elisabeth menitik beratkan penyembuhan manusia seutuhnya,

sesuai dengan kebijakan pemerintah dalam menuju masyarakat sehat.

Dalam pelayanan, Rumah Sakit Santa Elisabeth lebih mengutamakan

orang yang paling membutuhkan, tanpa membedakan suku, bangsa, agama dan

golongan sesuai dengan harkat dan martabat manusia.

4.1.3 Visi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan

dan hati untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang

sakit dan menderita sesuai dengan tuntutan zaman.

4.1.4 Misi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar

kasih, meningkatkan sumber daya manusia secara professional untuk memberikan

38
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
39

pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas, meningkatkan sarana dan

prasarana yang memadai dengan tetap memperhatikan masyarakat lemah.

4.1.5 Pelayanan Medis

Rumah Sakit ini telah dilengkapi berbagai prasarana yang terdiri dari Poli

Umum, Spesialis, Unit Gawat Darurat (UGD), Intensive Care Unit (ICU).

Masing-masing unit dilengkapi dengan fasilitas sesuai kebutuhan pelayanan.

UGD Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan buka 24 jam yang dilengkapi

oleh tenaga dokter dan perawat yang profesional. UGD memberikan pertolongan

secara cepat, tepat dan cermat serta dilengkapi dengan ruang tindakan, ruang

resusitasi, ruang bedah, ruang one day care dan fasilitas yang memadai. Poli

Umum dilayani oleh dokter umum yang melayani pasien rawat jalan non

emergensi dan pemeriksaan kesehatan dari perusahaan.

Poli Spesialis rumah sakit melayani penyakit yang berkaitan dengan

penyakit urologi, neurologi/saraf, THT, jantung, paru, anak, onkologi,

kulit/kelamin, mata, gigi, bedah umum, dan bedah saraf. Kamar bedah yang

tersedia adalah kamar bedah digestif, thorax, orthopedi, urologi, saraf, anak, THT,

mata, mulut, kebidanan dan onkologi. Rumah sakit ini memiliki 4 kamar operasi,

2 kamar tindakan untuk bedah minor, dan 1 kamar ruang pemulihan (recovery

room).

4.1.6 Pelayanan Penunjang Medis

Rumah sakit ini memiliki pelayanan penunjang medis seperti Radiologi

(Rontgent, Ct-Scan, MRI), Unit Fisioterapi, Laboratorium, Unit BKIA, PMI, Unit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

Endoscopy, Farmasi (Rawat Jalan & Rawat Inap), Unit Electro Encephato Gram

(EEG), Hemodialysis (HD), Unit Gizi.

4.1.7 Penunjang Umum

Penunjang umum yang terdapat di rumah sakit ini terdiri dari administrasi,

jaringan komputer, telepon, sumber air, sumber listrik, pengelolaan air limbah,

instalasi gizi dan dapur umum, Ruang Sterilisasi (CSSD), unit kerohanian dan

fasilitas umum lainnya.

4.2 Sosiodemografi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth medan pada tahun 2016 berdasarkan sosiodemografi

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Sosiodemografi di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016
No Sosiodemografi f %
1 Umur
< 35 tahun 2 1,2
36-45tahun 12 7,3
46-55 tahun 54 32,3
56-65 tahun 51 30,5
> 65 tahun 48 28,7
Total 167 100
2 Kategori Umur
< 45 tahun 11 6,6
> 45 tahun 156 93,4
Total 167 100
3 Jenis Kelamin
Laki-laki 67 40,1
Perempuan 100 59,9
Total 167 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

4 Suku
Jawa 6 3,6
Batak 150 89,8
Nias 4 2,4
Lain-lain 7 4,2
Total 167 100
5 Agama
Islam 15 9
Kristen Protestas 112 67,1
Khatolik 36 21,5
Buhda 2 1,2
Hindu 2 1,2
Total 167 100
6 Pekerjaan
Tidak bekerja/pensiunan/ibu rumah tangga 84 50,3
PNS/TNI/POLISI 23 13,7
Pegawai swasta 6 3,6
Wiraswasta 29 17,4
Petani/nelayan 14 8,4
Lain-lain 11 6,6
Total 167 100
7 Tempat Tinggal
Kota Medan 92 55,1
Luar Kota Medan 75 44,9
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa penderita DM tipe 2

dengan komplikasi yang dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

berdasarkan sosiodemografi adalah sebagai berikut proporsi tertinggi penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kelompok umur adalah > 46-55 tahun

sebanyak 54 orang (32,3%) sedangkan proporsi terendah berada pada kelompok

umur < 35 tahun sebanyak 2 orang (1,2%). Proporsi kategori < 45 tahun sebanyak

11 orang (6,6%) dan kategori umur > 45 tahun sebanyak 156 orang (93,4%).

Proporsi berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan 59,9% dan proporsi pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

laki-laki 40,1%. Proporsi tertinggi berdasarkan suku yaitu Batak 89,8% sedangkan

yang terendah yaitu Nias 2,4%. Proporsi tertinggi berdasarkan agama yaitu

Kristen Protestan 67,1% sedangkan proporsi terendah yaitu Budha dan Hindu

1,2%. Proporsi tertinggi berdasarkan pekerjaan yaitu tidak bekerja/pensiunan/ibu

rumah tangga 50,3% sedangkan proporsi terendah yaitu Pegawai Swasta 3,6%.

Proporsi berdasarkan tempat tinggal yaitu penderita yang tinggal di Kota Medan

55,1% dan proporsi penderita yang tinggal di luar Kota Medan 49.9%.

4.3 Keluhan Utama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan keluhan utama dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.2 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama di RS. St. Elisabeth
Medan Tahun 2016
Tidak Ada
Ada Keluhan Keluhan Total
Keluhan Utama f % f % f %
Lemas/Mual-mual dan
Muntah 132 79 35 21 167 100
Nyeri kaki/bengkak/luka 19 11,4 148 88,6 167 100
Sesak nafas dan nyeri
dada 30 18 137 82 167 100
Sesak nafas dan Batuk 23 13,8 144 86,2 167 100
Kepala pusing/oyong 27 16,2 140 83,8 167 100
Nyeri ulu hati 41 24,6 126 75,4 167 100
Penurunan kesadaran 6 3,6 161 96,4 167 100
Susah jalan dan bicara 10 6 157 94 167 100
Kebas-kebas 21 12,6 146 87,4 167 100
Penglihatan kabur 2 1,2 165 98,8 167 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keluhan utama tertinggi yaitu lemas/mual-

mual dan muntah 79% sedangkan proporsi terendah yaitu penglihatan kabur 1,2%.

4.4 Jenis Komplikasi DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan jenis komplikasi

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.3 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi di RS. St. Elisabeth
Medan Tahun 2016
Ada Tidak Ada
Komplikasi Komplikasi Total
Jenis komplikasi f % f % f %
Komplikasi
Mikroangiopati:
Retinopati Diabetik 2 1,2 165 98,8 167 100
Neuropati Diabetik 14 8,4 153 91,6 167 100
Nefropati Diabetik 14 8,4 153 91,6 167 100
Komplikasi
Makroangiopati:
Ulkus Diabetik 30 18 137 82 167 100
Hipertensi 62 37,1 105 62,9 167 100
PJK 15 9 152 91 167 100
Stroke 11 6,6 156 93,4 167 100
TB paru 26 12,6 141 84,4 167 100
Semua penderita DM tipe 2 dengan komplikasi memiliki lebih dari 1 jenis komplikasi

Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat dilihat distibusi proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat di RS St. Elisabeth, yaitu

hipertensi 37,1% sedangkan proporsi terendah yaitu retinopati diabetik 1,2%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

4.5 Jenis komplikasi berdasarkan kategori komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan kategori komplikasi

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.4 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016
Kategori Komplikasi f %
Komplikasi Akut 3 1,8
Komplikasi Kronik 148 88,6
Komplikasi Campuran 16 9,6
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dilihat distribusi proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RS St. Elisabeth

tahun 2016 berdasarkan kategori komplikasi adalah komplikasi kronik 88,6%,

komplikasi campuran 9,6%, dan proporsi terendah adalah komplikasi akut 1,8%.

4.6 Pemeriksaan HbA1c penderita DM tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan pemeriksaan HbA1c

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.5 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan HbA1c di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016
Pemeriksaan HbA1c f %
Tidak ada 89 53,3
Ada 78 46,7
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 berdasarkan ada tidaknya pemeriksaan HbA1c adalah melakukan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

pemeriksaan HbA1c 46,7% dan yang tidak melakukan pemeriksaan HbA1c

53,3%.

4.7 Kadar HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan kadar HbA1c dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.6 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016
Kadar HbA1c f %
Normal 4 5,1
Tidak normal 74 94,9
Total 78 100

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dilihat bahwa berdasarkan pemeriksaan

kadar HbA1c yang dilakukan pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

terdapat proporsi kadar tidak normal 94,9 % dan kadar normal 5,1 %.

4.8 Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan kadar gula darah sewaktu

masuk dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.7 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Kadar gula darah sewaktu masuk f %
< 200 mg/dl 37 22,2
200-399 mg/dl 95 56,9
400-500 20 12
>500 mg/dl 15 8,9
Total 167 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dapat dilihat bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 berdasarkan kadar gula darah sewaktu masuk adalah 200-

399 mg/dl (56,9 %) dan sedangkan proporsi terendah yaitu >500 mg/dl (8,9%).

4.9 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan keadaan sewaktu pulang

dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.8 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016
Keadaan Sewaktu Pulang f %
PBJ 147 88
PAPS 17 10,2
Meninggal 3 1,8
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang yang tertinggi

yaitu Pulang Berobat Jalan (PBJ) 88% sedangkan proporsi terendah yaitu

meninggal 1,8 %.

4.10 Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan pengobatan dapat dilihat

pada tabel berikut ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

Tabel 4.9 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi


yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016
Pengobatan f %
OHO 65 38,9
Insulin 65 38,9
OHO + Insulin 37 22,2
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.9 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan pengobatan proporsi tertinggi yaitu OHO

dan insulin 38,9 % dan proporsi terendah yaitu pengobatan dengan OHO + Insulin

22,2%.

4.11 Sumber Biaya Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat

dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.10 Distribusi Proporsi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang


Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016
Sumber biaya f %
Biaya sendiri 51 30,5
BPJS 86 51,5
Asuransi 30 18
Total 167 100

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat dilihat bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya proporsi tertinggi yaitu biaya

BPJS 51,5% sedangkan proporsi terendah yaitu Asuransi 18%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

4.12 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe dengan komplikasi yang

dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 4.11 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM Tipe 2 Dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap di RS. St. Elisabeth Medan
Tahun 2016
Lama rata rata rawatan (hari)
Mean 4,96
Standar Deviasi (SD) 3,04
95% Confidence Interval 4,50-5,43
Minimum 1
Maksimum 20

Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dilihat bahwa lama rawatan rata-rata

Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah 4,96 hari (5 hari) dengan standart

deviasi (SD) 3,04. Lama rawatan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

bervariasi yaitu lama rawatan tercepat 1 hari dan lama rawatan terlama adalah 20

hari.

4.13 Analisis statistik

4.13.1 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Tabel 4.12 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Umur
<45 tahun >45 tahun Total
Kategori Komplikasi f % f % f %
Komplikasi Akut 1 33,3 2 66,7 3 100
Komplikasi Kronik 9 6,1 139 93,9 148 100
Komplikasi Campuran 1 6,2 15 93,8 16 100

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada

kelompok umur <45 tahun sebesar 33,3% sedangkan pada kelompok umur >45

tahun sebesar 66,7%. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik

pada kelompok umur <45 tahun sebesar 6,1% sedangkan pada kelompok umur

> 45 tahun sebesar 93,9%. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

campuran pada kelompok umur <45 tahun sebesar 6,2% sedangkan pada

kelompok umur > 45 tahun sebesar 93,8%.

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50,0%) dengan expected Count kurang dari 5,

sehingga alternatif yang dilakukan adalah penggabungan sel.

Tabel 4.13 Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Umur
<45 tahun >45 tahun Total
Kategori Komplikasi f % f % f %
Komplikasi Kronik 9 6,1 139 93,9 148 100
Komplikasi Akut + Komplikasi
Campuran 2 10,5 17 89,5 19 100
p = 0,363

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

kelompok umur <45 tahun sebesar 6,1% sedangkan pada kelompok umur >45

tahun sebesar 93,9%. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut +

komplikasi campuran pada kelompok umur <45 tahun sebesar 10,5% sedangkan

pada kelompok umur > 45 tahun sebesar 89,5%.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,363 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi umur penderita DM tipe 2

berdasarkan kategori komplikasi.

4.13.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan

tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.14 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis kelamin
Perempuan Laki-laki Total
Kategori Komplikasi f % f % f %
Komplikasi Akut 1 33,3 2 66,7 3 100
Komplikasi Kronik 85 57,4 63 42,6 148 100
Komplikasi Campuran 14 87,5 2 12,5 16 100

Berdasarkan tabel 4.14 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada

perempuan sebesar 33,3% sedangkan pada laki-laki sebesar 66,7%. Proporsi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada perempuan sebesar 57,4%

sedangkan pada laki-laki sebesar 42,6% Proporsi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi campuran pada perempuan sebesar 87,5% sedangkan pada laki-laki

sebesar 12,5%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 2 sel (33,3%) dengan expected Count kurang dari 5,

sehingga alternatif yang dilakukan adalah penggabungan sel.

Tabel 4.15 Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis Kelamin
Perempuan Laki-laki Total
Kategori Komplikasi f % f % f %
Komplikasi Kronik 85 57,4 63 42,6 148 100
Komplikasi Akut +
Komplikasi Campuran 15 78,9 4 21,1 19 100
p = 0,085

Berdasarkan tabel 4.15 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi kronik pada

perempuan sebesar 57,4% sedangkan pada laki-laki sebesar 42,6%. Proporsi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut + komplikasi campuran pada

perempuan sebesar 78,9% sedangkan pada laki-laki sebesar 21,1%.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,085 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

4.13.3 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi jenis pengobatan penderita DM tipe 2 dengan yang

dirawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan tahun

2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Tabel 4.16 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis Pengobatan
OHO Insulin OHO+Insulin Total
Kategori Komplikasi f % f % f % f %
Komplikasi Akut 2 66,7 0 0 1 33,3 3 100
Komplikasi Kronik 55 37,2 59 39,9 34 22,9 148 100
Komplikasi Campuran 8 50 6 37,5 2 12,5 16 100

Berdasarkan tabel 4.16 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

diberikan pengobatan OHO terdapat 66,7% yang mengalami komplikasi akut,

37,2% yang mengalami komplikasi kronik, dan 50% mengalami komplikasi

campuran. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan

pengobatan insulin terdapat 0% yang mengalami komplikasi akut, 39,9% yang

mengalami komplikasi kronik, dan 37,5% mengalami komplikasi campuran.

Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan OHO

+insulin terdapat 33,3% yang mengalami komplikasi akut, 22,9% yang

mengalami komplikasi kronik, dan 12,5% mengalami komplikasi campuran.

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 4 sel (44,4%) dengan expected Count kurang dari 5,

sehingga alternatif yang dilakukan adalah penggabungan sel.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

Tabel 4.17 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
Komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis Pengobatan
Insulin dan
OHO OHO+Insulin Total
Kategori Komplikasi f % f % f %
Komplikasi Kronik 55 37,2 93 62,8 148 100
Komplikasi Akut +
Komplikasi Campuran 10 52,7 9 47.3 19 100
p = 0,217

Berdasarkan tabel 4.17 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

diberikan pengobatan OHO terdapat 37,2% yang mengalami komplikasi kronik,

52,7% mengalami komplikasi akut + komplikasi campuran. Proporsi penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan insulin dan OHO + insulin terdapat

62,8% yang mengalami komplikasi kronik, 47,3% yang mengalami komplikasi

akut + kompliksai campuran.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,217 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak perbedaan proporsi jenis pengobatan penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

4.13.4 Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang dirawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang di RS St.

Elisabeth Medan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut ini:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

Tabel 4.18 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Keadaan Kategori Komplikasi
Sewaktu Akut Kronik Campuran Total
Pulang f % f % f % f %
PBJ 3 2 130 88,5 14 9,5 147 100
PAPS 0 0 15 88,2 2 11,8 17 100
Meninggal 0 0 3 100 0 0 3 100

Berdasarkan tabel 4.18 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang pulang

berobat jalan (PBJ) terdapat 2% yang mengalami komplikasi akut, 88,5% yang

mengalami komplikasi kronik, dan 9,5% mengalami komplikasi campuran.

Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang pulang atas permintaan

sendiri (PAPS) terdapat 0% yang mengalami komplikasi akut, 88,2% yang

mengalami komplikasi kronik, dan 11,8% mengalami komplikasi campuran.

Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang meninggal terdapat 100%

yang mengalami komplikasi kronik, yang meninggal tidak ada mengalami

komplikasi akut dan komplikasi campuran.

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 6 sel (66,7%) dengan expected Count kurang dari 5,

sehingga alternatif yang dilakukan adalah penggabungan sel.

Tabel 4.19 Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan
Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Keadaan Kategori Komplikasi


Sewaktu Kronik Akut + Campuran Total
Pulang f % f % f %
PBJ + PAPS 145 88,4 19 11,6 164 100
Meninggal 3 100 0 0 3 100
p = 1,00

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

Berdasarkan tabel 4.19 di atas, dapat dilihat dari 167 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

PBJ+PAPS terdapat 88,4% yang mengalami komplikasi kronik, dan 11,6%

mengalami komplikasi komplikasi akut + komplikasi campuran. Proporsi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang meninggal terdapat 100% yang

mengalami komplikasi kronik, 0% komplikasi akut + komplikasi campuran .

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 1,00 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi kategori komplikasi penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

4.13.5 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kadar HbA1c

Distribusi proporsi pengobatan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang dirawat inap di RS St. Elisabeth tahun 2016 berdasarkan kadar HbA1c dapat

dilihat pada tabel ini:

Tabel 4.20 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar
HbA1c di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis Pengobatan
OHO Insulin OHO+Insulin Total
Kadar HbA1C f % f % f % f %
Normal 4 100 0 0 0 0 4 100
Tidak Normal 25 33,8 29 39,2 20 27 74 100

Berdasarkan tabel 4.20 di atas, dapat dilihat dari 78 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi yang memeriksa kadar HbA1c, proporsi penderita DM tipe 2

kadar HbA1c normal yang diberikan pengobatan OHO 100%, insulin 0% dan

OHO + insulin 0%. Proporsi DM tipe 2 kadar HbA1c tidak normal yang diberikan

pengobatan OHO 33,8%, insulin 39,2% dan OHO+insulin 27%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

Analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square tidak dapat

dilakukan karena terdapat 3 sel (50%) dengan expected Count kurang dari 5,

sehingga alternatif yang dilakukan adalah penggabungan sel.

Tabel 4.21 Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe 2


dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar
HbA1c di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Jenis Pengobatan
Insulin dan
OHO Insulin+OHO Total
Kadar HbA1c f % f % f %
Normal 4 100 0 0 4 100
Tidak Normal 25 33,8 49 66,2 74 100
p = 0,017

Berdasarkan tabel 4.21 di atas, dapat dilihat dari 78 penderita DM tipe 2

dengan komplikasi yang memeriksa kadar HbA1c, proporsi penderita DM tipe 2

kadar HbA1c normal yang diberikan pengobatan OHO 100%, insulin dan OHO +

insulin 0%. Proporsi DM tipe 2 kadar HbA1c tidak normal yang diberikan

pengobatan OHO 33,8%, insulin dan OHO+insulin 66,2%.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,017 (p < 0,05)

berarti secara statistik ada perbedaan proporsi jenis pengobatan penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kadar HbA1c.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

BAB V

PEMBAHASAN

5.1 Sosiodemografi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

5.1.1 Umur Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan umur dapat dilihat

pada gambar berikut:

Umur
1,2%
7,3%

32,3% 46-55 tahun


56-65 tahun
28,7%
> 65 tahun
36-45tahun
< 35 tahun

30,5%

Gambar 5.1 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Umur di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.1 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan umur terdapat pada

kelompok umur 46-55 tahun 32,3% kemudian diikuti kelompok umur 56-65 tahun

30,5%, 65 tahun 28,7%, 36-45 tahun 7,3% sedangkan proporsi terendah pada

kelompok umur ≤ 35 tahun 1,2%.

57
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
58

Adanya pasien yang menderita DM tipe 2 pada umur < 35 tahun, dapat

terjadi dikarenakan gaya hidup yang tidah sehat, yaitu komsumsi makanan tinggi

energi dan tinggi lemak, akibatnya asupan energi yang berlebih akan

meningkatkan resistensi insulin, dan aktivitas fisik yang rendah (Gibney, 2005).

5.1.2 Kategori Umur

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan kategori umur dapat

dilihat pada gambar berikut:

Kategori Umur

6,6%

> 45 tahun
< 45 tahun

93,4%

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori Umur di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.2 di atas diketahui bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori umur yaitu < 45 tahun 6,6% dan >

45 tahun 93,4%.

Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM. Pada penelitian

ini, jumlah kasus penderita DM tipe 2 meningkat drastis di atas usia 45 tahun.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

Hasil ini sesuai dengan teori tentang faktor risiko DM tipe 2 biasanya terjadi pada

usia dewasa tua meskipun dapat terjadi juga pada usia dewasa muda (Rustama

dkk, 2010). Pada kelompok umur tersebut terjadi penurunan fungsi tubuh

terutama pankreas dalam menghasilkan insulin sehingga meningkatkan kejadian

intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya

kemampuan sel beta pankreas dalam memproduksi insulin.

Prevalensi DM akan meningkat seiring dengan meningkatnya umur

terutama pada kelompok umur lansia. Resiko menderita DM bertambah sejalan

dengan umur seseorang. Umur merupakan salah satu faktor risiko terjadinya DM.

Pada penelitian ini jumlah kasus penderita DM tipe 2 meningkat drastis di usia

> 45 tahun.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wuwungan (2013) di

Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP Prof.dr.R.D Kandou Manado yang

mendapatkan proporsi DM tipe 2 tinggi pada umur ≥ 45 tahun yaitu 79,2%

5.1.3 Jenis Kelamin Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan jenis kelamin dapat

dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

Jenis Kelamin

40,1%
Perempuan
Laki laki
59,9%

Gambar 5.3 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Kelamin di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.3 di atas diketahui bahwa proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis kelamin yaitu perempuan 59,9% dan

laki-laki 40,1%.

Baik laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama besar untuk

mengidap DM tipe 2 sampai usia dewasa awal. Jika dilihat dari faktor risiko,

perempuan lebih berisiko mengidap DM karena secara fisik wanita memiliki

peluang peningkatan indeks massa tubuh yang lebih besar.

Faktor resiko perempuan mempuyai peluang lebih besar diakibatkan

peningkatan indeks massa tubuh (IMT) yang lebih besar. Sindroma Siklus

bulanan (premenstrual syndrome), pascamenopause yang membuat terakumulasi

akibat proses hormonal tersebut sehingga wanita beriko menderita DM (Irawan,

2010). Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa prevalensi Toleransi Glukosa

Terganggu dan DM menurut pemeriksaan gula darah perempuan lebih tinggi

daripada laki-laki.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

5.1.4 Suku Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan suku dapat dilihat

pada gambar berikut:

Suku
3,6% 2,4%
4,2%

Batak
Lain lain
Jawa
Nias
89,8%

Gambar 5.4 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Suku di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.4 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan suku adalah suku Batak

89,9%, diikuti lain-lain 4,2% (terdiri dari suku Melayu 0,6%, Tamil 1,2%, Cina

1,8%, dan Minang 0,6 %), Jawa 3,6%, Nias 2,4%.

Proporsi suku Batak lebih besar dari suku yang lainnya, hal ini

menunjukkan bahwa bukan berarti suku Batak lebih beresiko untuk menderita

DM tipe 2 dengan komplikasi namun hanya menunjukkan bahwa penderita DM

yang datang berobat lebih banyak suku Batak.

Suku Batak terdiri dari Batak Toba, Karo, Simalungun, Mandailing. Dari

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di Rumah Sakit Santa

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

Elisabeth Medan terdapat 150 (89,8%) suku Batak, diantaranya yaitu Batak Toba

69,5%, Karo 14,9%, Simalungun 3,6%, dan Mandailing 1,8%.

Penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Tampubolon (2015) di RS St.

Elisabeth Medan tahun 2012-2013 diperoleh bahwa proporsi penderita DM

tertinggi adalah suku Batak sebesar 82,3%.

5.1.5 Agama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan agama dapat dilihat

pada gambar berikut:

Agama
1,2% 1,2%

9%
Kristen Protestan
Khatolik
21,5%
Islam
Buhda
67,1%
Hindu

Gambar 5.5 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Agama di RS St.
Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.5 di atas diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan agama yaitu Kristen

Protestan 67,1% diikuti Katolik 21,5%, Islam 9% sedangkan yang terendah yaitu

Budha 1,2% dan Hindu 1,2%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Proporsi agama Kristen Protestan dan Katolik lebih banyak bukan berarti

lebih beresiko mengalami DM tipe 2 namun hanya menunjukkan bahwa penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat mayoritas Kristen Protestan

dan Katolik. Proporsi ini sesuai bila dibandingan dengan proporsi suku yang lebih

tinggi pada suku Batak, diamana biasanya suku Batak mayoritas agama Kristen

Protestan dan Katolik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan Marpaung (2006) di

RSUD Dr. Djasamen saragih Pematang Siantar bahwa proporsi penderita DM

tertinggi berdasarkan agama yaitu agama Kristen Protestan sebesar 66,1%.

5.1.6 Pekerjaan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan pekerjaan dapat

dilihat pada gambar berikut:

60,0%
50,3%
50,0%
Proporsi (%)

40,0%
30,0%
17,4% 13,8%
20,0%
8,4% 6,6%
10,0% 3,6%
0,0%

Pekerjaan
Gambar 5.6 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan
Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pekerjaan di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

Berdasarkan gambar 5.6 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

pekerjaan penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah tidak

bekerja/Pensiunan/Ibu Rumah Tangga (IRT) 50,3% (tidak bekerja 1,8%,

Pensiunan 19,7%, IRT 28,8%) kemudian diikuti oleh Wiraswasta 17,4%,

PNS/TNI/POLISI 13,7% (PNS 11,8%, TNI 0,7%, Polisi 1,2%), Petani/Nelayan

8,4% (Petani 7,7%, Nelayan 0,7%), Lain-Lain 6,6% (Guru 2,4%, Pendeta 1,2%,

dan Suster/Biarawati 3%), dan yang terendah adalah Pegawai Swasta 3,6%.

Hal ini bukan menunjukkan bahwa tidak bekerja/Pensiunan/IRT lebih

beresiko menderita DM tipe 2 dengan komplikasi tetapi menunjukkan tidak

berkerja/Pensiunan/IRT lebih banyak datang berobat ke rumah sakit ini.

5.1.7 Tempat Tinggal Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan tempat tinggal dapat

dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Tempat Tinggal

44,9% Medan
55,1% Luar Medan

Gambar 5.7 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Tempat Tinggal
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.7 di atas dilihat bahwa proporsi penderita DM tipe

2 dengan komplikasi berdasarkan tempat tinggal adalah di Kota Medan 55,1% dan

di Luar Kota Medan 44,9%.

Penderita yang berasal dari luar kota tempatnya bervariasi, ada yang

tempatnya dekat dengan Kota Medan seperti dari Lubuk Pakam, Deli Serdang,

Pancur Batu, dan Berastagi, namun ada juga tempat tinggalnya jauh dari Kota

Medan seperti dari Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Siantar, Asahan dan Nias

bahkan ada juga yang datang berobat dari luar provinsi seperti dari Riau dan

Aceh. Pasien yang berasal dari luar Kota Medan cukup banyak yang berobat ke

rumah sakit ini, kemungkinan penderita ingin mempeloleh pelayanan kesehatan

yang lebih baik dibandingkan asal tempat tinggalnya.

Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RS St.

Elisabeth Medan baik yang berasal dari Kota Medan maupun Luar Kota Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

hampir semuanya datang sendiri, hanya beberapa orang yang dikirim oleh dokter

dari rumah sakit lainnya.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tampubolon (2015) di RS St.

Elisabeth Medan tahun 2012-2013, juga diperoleh proporsi tertinggi tempat

tinggal penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap yaitu Kota Medan 62,4%.

5.2 Keluhan Utama Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan keluhan utama dapat

dilihat pada gambar berikut:

90% 79%
80%
70%
60%
Proporsi

50%
40%
30% 24,6%
18% 16,2%
20% 13,8% 12,6% 11,4%
6% 3,6%
10% 1,2%
0%

Keluhan Utama

Gambar 5.8 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keluhan Utama
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.8 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

keluhan utama DM tipe 2 dengan komplikasi yaitu lemas/mual-mual dan muntah

79% yang kemudian diikuti keluhan nyeri ulu hati 24,6%, sesak nafas dan nyeri

dada 18%, kepala pusing/oyong 16,2%, sesak nafas dan batuk 13,8%, kebas-

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

kebas 12,6%, nyerkaki/bengkak/luka11,4%, susah jalan dan bicara 6%, penurunan

kesadaran 3,6% dan yang paling terendah yaitu penglihatan kabur 1,2%.

Pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi keluhan yang dialami

biasanya bervariasi, tergantung jenis komplikasi yang dialami oleh penderita. Dari

semua keluhan utama yang dialami badan lemas, mual-mual dan muntah, sering

sakit kepala dan oyong/pusing hampir semua jenis komplikasi DM tipe 2 pernah

mengeluh hal tersebut.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Karo

(2016) di Rumah Sakit Umum Kabanjahe tahun 2015 yang mendapatkan proporsi

terbesar keluhan utama penderita Diabetes Mellitus yang dirawat inap yaitu

lemas/mual-mual dan muntah 71,7%.

5.3 Jenis Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

dapat dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

40 37,1%
35
30
Proporsi 25 18%
20
12,6%
15 8,4% 8,4% 9%
10 6,6%
5 1,2%
0

Jenis Komplikasi

Gambar 5.9 Diagram Bar Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Jenis Komplikasi
di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.9 di atas dapat diketahui bahwa proporsi tertinggi

jenis komplikasi DM tipe 2 dengan komplikasi yaitu Hipertensi 37,1% kemudian

diikuti Ulkus Diabetik 18%, TB paru 12,6%, PJK 9%, Nefropati Diabetik 8,4%,

Neuropati Diabetik 8,4%, Stroke 6,6%, dan proporsi terendah yaitu Retinopati

Diabetik 1,2%.

Pada penelitian ini, komplikasi kronik makroangiopati lebih banyak terjadi

pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi dibandingkan dengan komplikasi

kronik mikroangiopati. Penderita sering mengalami komplikasi lebih dari satu

penyakit yang biasanya didahului oleh penyakit hipertensi.

Hipertensi bisa merusak pembuluh darah. Hipertensi bisa memicu

terjadinya serangan jantung, retinopati, kerusakan ginjal, atau stroke. Antara 35-

75% komplikasi DM disebabkan oleh hipertensi. Faktor-faktor yang dapat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

mengakibatkan hipertensi pada penderita DM adalah nefropati, obesitas, dan

pengapuran atau penebalan dinding pembuluh darah (Tandra, 2014).

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihotang

(2015) di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014–2015 yang

mendapatkan proporsi terbesar komplikasi DM tipe 2 adalah komplikasi

hipertensi 17,7%.

5.3.1 Kategori Komplikasi Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan kategori komplikasi

dapat dilihat pada gambar berikut:

Kategori Komplikasi

1,8%

9,6%

Komplikasi Kronik
Komplikasi Campuran
Komplikasi Akut

88,6%

Gambar 5.10 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
Komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.10 di atas, diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

komplikasi kronik 88,6%, diikuti oleh komplikasi campuran 9,6%, dan yang

terendah adalah komplikasi akut 1,8%.

Komplikasi akut biasanya ditandai dengan keluhan gangguan elektrolit,

dehidrasi sehingga tidak jarang terjadi penurunan kesadaran bahkan penderita

dapat meninggal apabila tidak segera ditangani. Keluhan pada komplikasi kronik

biasanya tergantung jenis komplikasi yang diderita.

Komplikasi kronik DM tipe 2 terjadi karena kontrol glukosa dan tekanan

darah yang tidak baik pada penderita DM tipe 2. Kontrol glukosa dan tekanan

darah yang baik pada penderita DM tipe 2 dapat mencegah dan memperlambat

timbulnya komplikasi kronik.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Sihotang

(2015) di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada tahun 2014–2015 yang

mendapatkan proporsi terbesar komplikasi DM tipe 2 adalah komplikasi kronik

41,9 %. Begitu juga dengan penelitian Karo di (2016) di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe tahun 2015 proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

berdasarkan kategori komplikasi tertinggi adalah penderita DM tipe 2 yang

mengalami komplikasi kronik sebanyak 72,5%.

5.4 Pemeriksaan HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan pemeriksaan HbA1c

dapat dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Pemeriksaan HbA1c

46,7% Tidak ada


53,3% Ada

Gambar 5.11 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pemeriksaan
HbA1c di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.11 di atas dapat diketahui proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi yang melakukan pemeriksaan HbA1c yaitu 53,3% dan

tidak melakukan pemeriksaan HbA1c 46,7%.

Pemeriksaan ini tidak dilakukan pada semua pasien dengan berbagai

alasan , salah satunya karena pasien banyak yang dirawat hanya dalam waktu

yang singkat yaitu 1-2 hari. Pada sebagian pasien ada juga yang menolak untuk

dilakukan pemeriksaan dengan alasan pribadi salah satunya masalah biaya. Selain

itu pemeriksaan juga jarang pada pasien baru dan dirawat dengan waktu singkat di

rumah sakit ini, umumnya pada pasien lama selalu dilakukan pemeriksaan HbA1c

apabila penderita dirawat inap lagi di rumah sakit.

Sesuai hasil penelitian Simamora (2011) di RS St. Elisabeth Medan tahun

2010, bahwa proporsi tertinggi yaitu tidak melakukan pemeriksaan HbA1c 51,3%

hal ini menunjukkkan bahwa ada peningkatan pemeriksaan HbA1c.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


72

5.4.1 Kadar HbA1c Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan Kadar HbA1c dapat

dilihat pada gambar berikut:

Kadar HbA1c
5,1%

Tidak normal
Normal

94,9%

Gambar 5.12 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar HbA1c di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.12 di atas dapat diketahui 78 orang melakukan

pemeriksaan kadar HbA1c, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

dilakukan pemeriksaan HbA1c terdapat kadar tidak normal 94,9% (74 orang) dan

kadar yang normal 5,1% (4 orang).

Nilai kadar HbA1c yang normal < 6,5% dan kadar HbA1c tidak normal >

6,5%. Nilai kadar HbA1c yang paling rendah pada penderita DM tipe 2 yang

dirawat inap di rumah sakit ini adalah 6% dan nilai paling tinggi yaitu > 14%.

Nilai kadar normal sesuai nilai rujuk di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan yaitu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


73

4,5% - 7%, diatas 7% menunjukkan kontrol gula darah tidak normal. Kadar

HbA1c menunjukkan kadar kontrol gula darah 2-3 bulan sebelumnya.

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Tampubolon (2015) di RS St.

Elisabeth Medan tahun 2012-2013, bahwa proporsi tertinggi kadar pemeriksaan

kadar HbA1c adalah tidak normal 71,4%.

5.5 Kadar Gula Darah Sewaktu Masuk Penderita DM Tipe 2 dengan

Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan kadar gula darah

sewaktu masuk HbA1c dapat dilihat pada gambar berikut:

Kadar Gula darah sewaktu Masuk

8,9%

12% 200-399 mg/dl


< 200 mg/dl
400-500 mg/dl
56,9%
22,2%
>500 mg/dl

Gambar 5.13 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kadar Gula
Darah Sewaktu Masuk di RS St. Elisabeth Medan Tahun
2016

Berdasarkan gambar 5.13 di atas dapat diketahui bahwa dari 167 penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi yang dilakukan pemeriksaan kadar gula darah

sewaktu masuk, proporsi kadar gula darah sewaktu yang terbesar adalah 200-399

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


74

mg/dl (56,9%), < 200 mg/dl (22,2%), dan 400-500 mg/dl (12%) sedangkan

proporsi kadar gula darah sewaktu masuk terendah adalah > 500 mg/dl (8,9%).

Pada penelitian ini nilai kadar gula darah pada penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang melakukan pemeriksaan darah sewaktu masuk yang paling tinggi

674 mg/dl dan yang paling rendah 21 mg/dl.

5.6 Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan keadaan sewaktu

pulang dapat dilihat pada gambar berikut:

Keadaan Sewaktu Pulang


1,8%

10,2%

PBJ
PAPS
Meninggal

88%

Gambar 5.14 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Keadaan Sewaktu
Pulang di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.14 di atas, diketahui bahwa proporsi tertinggi

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang

adalah pulang berobat jalan (PBJ) 88% (147 orang), diikuti oleh pulang atas

permintaan sendiri (PAPS) 10,2% (17 orang), dan yang terendah adalah dalam

keadaan meninggal 1,8% (3 orang).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


75

Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap di RS St.

Elisabeth Medan tahun 2016 lebih banyak pulang berobat jalan karena bila sudah

didiagnosis menderita DM tipe 2 sulit untuk sembuh lagi. Untuk mencegah

komplikasi perlu dilakukan pengontrolan kadar gula darah. Biasanya dokter

mengizinkan pasien PBJ bila komplikasi yang diderita sudah bisa ditangani.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Sihotang di RSUD Dr.

R.M. Djoelham Binjai pada tahun 2014–2015 yang mendapatkan proporsi

terbesar DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang

adalah pulang berobat jalan 89,9%.

5.7 Pengobatan Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan pengobatan dapat

dilihat pada gambar berikut:

Pengobatan

22,2%
38,9% OHO
Insulin
OHO + Insulin

38,9%

Gambar 5.15 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Pengobatan di RS
St. Elisabeth Medan Tahun 2016

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


76

Berdasarkan gambar 5.15 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan pengobatan yaitu pengobatan

OHO dan Insulin 38,9% dan proporsi terendah terdapat pada pengobatan

kombinasi OHO+insulin 22,2%.

Penatalaksanaan DM mempunyai tujuan akhir untuk menurunkan

morbiditas dan mortalitas DM yang secara spesifik ditujukan untuk mencapai 2

target utama yaitu: menjaga agar kadar glukosa plasma berada dalam kisaran

normal dan mencegah atau meminimalkan kemungkinan terjadinya komplikasi

diabetes. Penatalaksanaan diabetes dengan terapi obat dapat menimbulkan

masalah-masalah terkait obat yang dialami oleh penderita, salah satunya adalah

masalah pemilihan obat yang tidak tepat dapat mengakibatkan tujuan terapi tidak

tercapai sehingga penderita dirugikan. Obat-obat hipoglikemik oral terutama

dianjurkan untuk membantu penanganan pasien DM tipe 2. Pemilihan obat

hipoglikemik oral sangat menentukan keberhasilan terapi DM (Yunir, 2009).

Selama pengobatan DM tipe 2, pengobatan yang ketat dan olahraga

sebaiknya ditekankan karena modifikasi gaya hidup mempunyai efek yang besar

terhadap kontrol diabetes yang akan dicapai (Perkeni, 2011).

Hasil penelitian oleh Sihotang di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai pada

tahun 2014-2015 yang mendapatkan proporsi terbesar penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi berdasarkan jenis pengobatan yaitu pengobatan OHO (44,6%) dan

yang terendah adalah terdapat pada pengobatan kombinasi OHO+insulin (26,4%).

Begitu juga dengan hasil penelitian Karo (2016) di Rumah Sakit Umum

Kabanjahe tahun 2015 mendapatkan proporsi terbesar pengobatan DM tipe 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


77

dengan komplikasi adalah pengobatan Obat Hipoglikemik Oral (OHO) yaitu

50,8% dan proporsi terendah adalah kombinasi yaitu 22,5 %.

5.8 Sumber Biaya Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Distribusi proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di rawat

inap di RS St. Elisabeth Medan pada tahun 2016 berdasarkan sumber biaya dapat

dilihat pada gambar berikut:

Sumber Biaya

18%

BPJS
Biaya sendiri
51,5%
Asuransi
30,5%

Gambar 5.16 Diagram Pie Distribusi Proporsi Penderita DM tipe 2 dengan


Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Sumber Biaya di
RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.16 di atas, diketahui bahwa proporsi terbesar

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan sumber biaya selama

perawatan tertinggi adalah dengan BPJS 51,5%, biaya sendiri 30,5% sedangkan

proporsi terendah adalah dengan asuransi yaitu asuransi 18%.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


78

5.9 Lama Rawatan Rata-Rata Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi

Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

dirawat inap di RS St. Elisabeth Medan adalah 5 hari. Lama rawatan tercepat

adalah 1 hari dan lama rawatan terlama adalah 20 hari.

Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat inap selama 1 hari

ada 12 orang (7,2%) dan yang dirawat inap selama 20 hari ada 1 orang (0,6%).

Diantara pasien yang dirawat inap selama 1 hari, terdapat 6 orang (3,6%) dengan

bukan biaya sendiri dan terdapat 6 orang (3,6%) biaya sendiri, kondisi 1 orang

pulang karena meninggal. Penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap selama 20 hari pulang dengan kondisi berobat jalan dengan biaya sendiri.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Hutagalung (2009) di RSUD

Dr. R. M. Djoelham Binjai yang mendapatkan lama rawatan rata-rata penderita

DM yang dirawat inap dengan lama rawatan tercepat 1 hari dan lama rawatan

rata-ratanya (5 hari).

5.10 Analisis Statistik

5.10.1 Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi umur penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang di

rawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan pada tahun

2016 dapat dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


79

Umur Berdasarkan Kategori Komplikasi

100 93,9% 93,8%

90
80
66,7%
70
60
Proporsi

50 33,3%
40 <45 tahun
30 >45 tahun
6,1% 6,2%
20
10
0
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik Komplikasi Campuran

Kategori Komplikasi
Gambar 5.17 Diagram Bar Distribusi Proporsi Umur Penderita DM Tipe 2
dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan Kategori
Komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.17 di atas, dapat dilihat proporsi umur penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi akut pada kelompok umur < 45 tahun 33,3%

sedangkan pada kelompok umur > 45 tahun 66,7%. Proporsi penderita DM tipe 2

dengan komplikasi kronik pada kelompok umur < 45 tahun 6,1%, sedangkan pada

kelompok umur > 45 tahun 93,9%. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi campuran pada kelompok umur < 45 tahun 6,2% sedangkan pada

umur > 45 tahun 93,8%.

Di RS St. Elisabeth Medan, penderita DM tipe 2 dengan komplikasi lebih

banyak yang mengalami komplikasi kronik dibandingkan dengan komplikasi

akut. Dilihat dari umur berdasarkan kategori komplikasi, baik komplikasi akut,

kronik, maupun akut dan kronik, lebih banyak terjadi pada umur > 45 tahun.

Hal ini menunjukkan bahwa penderita DM tipe 2 dengan komplikasi pada

umumnya terjadi pada usia dewasa tua, sesuai dengan teori bahwa salah satu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


80

faktor risiko terjadinya DM tipe 2 adalah umur. Semakin bertambahnya umur,

maka penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akan semakin tinggi. Pada penderita

DM tipe 2, bila kadar gula darah tidak terkontrol penderita rentan untuk

mengalami komplikasi baik komplikasi akut, kronik, maupun keduanya. Namun,

pada umumnya di usia lansia, komplikasi DM tipe 2 yang paling sering terjadi

adalah komplikasi kronik. Penderita DM umumnya mengetahui menderita DM

apabila telah terjadi komplikasi terutama komplikasi kronik.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,363 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi umur penderita DM tipe 2

berdasarkan kategori komplikasi. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian DM tipe 2

pada kelompok umur < 45 tahun dan > 45 tahun dapat terjadi komplikasi akut,

komplikasi kronik dan maupun komplikasi campuran.

5.10.2 Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi jenis kelamin penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang di rawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St. Elisabeth Medan

pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


81

Jenis Kelamin Berdasarkan Kategori Komplikasi

100 87,5%

80 66,7%
Proporsi

57,4%
60
42,6%
40 33,3
Perempuan
20 12,5%
Laki-laki
0
Komplikasi Akut Komplikasi Kronik Komplikasi
Campuran

Kategori Komplikasi
Gambar 5.18 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Kelamin Penderita DM
Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Berdasarkan
Kategori Komplikasi di RS St. Elisabeth Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.18 di atas, dapat diketahui proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi, proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi akut

pada perempuan 33,3% sedangkan pada laki-laki 66,7%. Proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi kronik pada perempuan 57,8% sedangkan pada laki-laki

42,6%. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi campuran pada

perempuan 87,5% sedangkan pada laki-laki 12,5%.

Pada penelitian ini proporsi komplikasi kronik lebih besar pada perempuan

yaitu 57,8% sedangkan proporsi komplikasi akut lebih besar pada laki-laki yaitu

42,6%. Karena penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang berobat di RS St.

Elisabeth tahun 2015 lebih banyak perempuan (59,9%). Faktor jenis kelamin

merupakan salah satu variabel yang dapat memberikan perbedaan angka kejadian

penyakit pada laki-laki maupun perempuan meskipun semua orang dapat

memiliki risiko terkena penyakit DM.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


82

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,085 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi jenis kelamin penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi. Hal ini menunjukkan

bahwa kejadian DM tipe 2 pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan dapat

terjadi komplikasi akut, komplikasi kronik, dan maupun komplikasi campuran.

5.10.3 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kategori Komplikasi

Distribusi proporsi jenis Pengobata penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang di rawat inap berdasarkan kategori komplikasi di RS St.

Elisabeth Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut:

Jenis Pengobatan Berdasarkan Komplikasi


80,0%
70,0% 66,7%

60,0%
50%
50,0%
Proporsi

37,2% 39,9% 37,5%


40,0% 33,3% OHO
30,0% 22,9% Insulin
20,0% 12,5% OHO+Insulin
10,0%
0%
0,0%
Akut Kronik Campuran

Kategori Komplikasi
Gambar 5.19 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan
Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap
Berdasarkan Kategori Komplikasi di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.19 di atas, dapat diketahui proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan obat hiperglikemik oral

(OHO) terdapat 66,7% yang mengalami komplikasi akut, 37,2% mengalami

komplikasi kronik, dan 50% mengalami komplikasi campuran. Proporsi penderita

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


83

DM tipe 2 dengan komplikasi yang diberikan pengobatan insulin terdapat 0%

mengalami komplikasi akut, 39,9% mengalami komplikasi kronik, dan 37,5%

mengalami komplikasi campuran. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang diberikan pengobatan OHO+insulin terdapat 33,3% mengalami

komplikasi akut 22,9% mengalami komplikasi kronik dan 12,5% mengalami

komplikasi campuran. Hal ini menunjukkan dari penggunaan pengobatan OHO,

insulin serta OHO dan insulin, lebih besar terdapat pada penderita DM tipe 2

dengan komplikasi kronik.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,217 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi jenis pengobatan penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori komplikasi.

Komplikasi akut yang diberi suntikan insulin langsung adalah komplikasi

hipoglikemia, sedangkan hiperglikemia adalah OHO agar glukosa darah dapat

menurun. Pada pasien DM tipe 2 komplikasi kronik adalah komplikasi menahun

yang menetap dan harus dijaga agar tidak kambuh dan memperberat komplikasi.

Pengobatan yang diberi dapat berupa OHO, suntikan insulin, dan kombinasi,

tergantung keadaan pasien saat rawat inap maupun rawat jalan (Lukman, 2002).

5.10.4 Kategori Komplikasi Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

Distribusi proporsi kategori komplikasi penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang di rawat inap berdasarkan keadaan sewaktu pulang RS St.

Elisabeth Medan pada tahun 2016 dapat dilihat pada gambar berikut:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84

Kategori Komplikasi berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang

120%
100%
100% 88,5% 88,2%

80%
Proporsi

Akut
60%
Kronik
40%
Campuran
20% 9,5%
11,8%
2% 0% 0% 0%
0%
PBJ PAPS Meninggal

Keadaan Sewaktu Pulang


Gambar 5.20 Diagram Bar Distribusi Proporsi Kategori Komplikasi
Penderita DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap
Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang di RS St. Elisabeth
Medan Tahun 2016

Berdasarkan gambar 5.20 di atas, dapat diketahui proporsi penderita DM

tipe 2 dengan komplikasi yang pulang berobat jalan terdapat 2% yang mengalami

komplikasi akut, 88,5% mengalami komplikasi kronik, dan 9,5% mengalami

komplikasi akut dan kronik. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi

yang pulang atas permintaan sendiri terdapat 0% mengalami komplikasi akut,

88,2% mengalami komplikasi kronik, dan 11,8% mengalami komplikasi

campuran. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang meninggal

terdapat 100% yang mengalami komplikasi kronik, 0% mengalami komplikasi

campuran, dan tidak ada satupun penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang

meninggal akibat komplikasi akut.

Pada penelitian ini, keadaan sewaktu pulang merupakan proporsi paling

tinggi dari rumah sakit yaitu pulang berobat jalan. Hal ini menunjukkan bahwa

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang datang berobat ke rumah sakit ini

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


85

lebih banyak mengalami komplikasi kronik. Hal ini sesuai dengan data

sebelumnya pada variabel kategori komplikasi, didapatkan bahwa komplikasi

yang paling banyak diderita pasien DM tipe 2 dengan komplikasi yang dirawat

inap di rumah sakit ini adalah komplikasi kronik.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 1,00 (p > 0,05)

berarti secara statistik tidak ada perbedaan proporsi kategori komplikasi penderita

DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan sewaktu pulang.

5.10.5 Jenis Pengobatan Berdasarkan Kadar HbA1c

Distribusi proporsi jenis pengobatan penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi yang di rawat inap berdasarkan kadar HbA1c di RS St. Elisabeth pada

tahun 2016

Jenis pengobatan berdasarkan Kadar HbA1c


120
100%
100

80
Proporsi

60
39,2% Normal
40 33,8%
27% Tidak Normal
20
0% 0%
0
OHO Insulin OHO+Insulin

Jenis Pengobatan

Gambar 5.21 Diagram Bar Distribusi Proporsi Jenis Pengobatan Penderita


DM Tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap
Berdasarkan Kadar HbA1c di RS St. Elisabeth Medan Tahun
2016

Berdasarkan gambar 5.21 di atas diketahui bahwa proporsi dari 78

penderita DM tipe 2 dengan komplikasi yang memeriksa kadar HbA1c, proporsi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


86

penderita DM tipe 2 kadar HbA1c normal yang diberikan pengobatan OHO

100%, insulin 0% dan OHO +insulin 0%. Proporsi DM tipe 2 kadar HbA1c tidak

normal yang diberikan pengobatan OHO 33,8%, insulin 39,2% dan OHO+insulin

27%.

Pada penelitiaan ini, penderita yang mengonsumsi OHO memiiki kadar

HbA1c normal (< 6,5%) yang kemungkinan terkontrol kadar HbA1c secara baik

dengan mengonsumsi obat secara teratur dan juga didukung dengan pola hidup

yang sehat. Pada penderita yang kadar HbA1c tidak normal (> 6,5%) yang

kemungkinan besar tidak bisa menjaga pola hidup yang sehat maupun kurang

teratur mengonsumsi obat.

Analisis statistik dengan Fisher Exact Test diperoleh p = 0,017 (p < 0,05)

berarti secara statistik ada perbedaan proporsi jenis pengobatan penderita DM tipe

2 dengan komplikasi berdasarkan kadar HbA1c.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


87

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

a. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan

sosiodemografi, proporsi tertinggi pada kelompok umur adalah 46-55

tahun 32,3%,kategori umur >45 tahun 93,4%, jenis kelamin perempuan

59,9%, suku Batak 89,8%, agama Kristen Protestan 67,1%, pekerjaan

adalah tidak berkerja/pensiunan/ibu rumah tangga 50,3% dan tempat

tinggal di Medan 55,1%.

b. Proporsi penderita DM tipe 2 berdasarkan jenis keluhan utama diperoleh

proporsi terbesar pada penderita DM yang mengalami lemas/mual-mual

dan muntah 79%.

c. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis

komplikasi diperoleh proporsi terbesar pada penderita DM yang

mengalami komplikasi hipertensi 37,1%.

d. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kategori

komplikasi diperoleh proporsi tertinggi pada penderita DM yang

mengalami komplikasi kronik 88,6%.

e. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan ada atau

tidak adanya pemeriksaan HbA1c diperoleh tertinggi pada penderita DM

dengan melalakukan pemeriksaan HbA1c sebesar 46,7%.

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
88

f. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan kadar

HbA1c diperoleh tertingi pada penderita DM tipe 2 dengan kadar HbA1c

tidak normal 94,9%.

g. Proporsi penderita DM tipe 2 denga komplikasi berdasarkan kadar gula

darah sewaktu masuk diperoleh proporsi terbesar pada penderita DM

dengan kadar gula darah 200-399 mg/dl 56,9%.

h. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan keadaan

sewaktu pulang diperoleh proporsi terbesar pada penderita DM dengan

keadaan pulang berobat jalan (PBJ) 88%.

i. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan jenis

pengobatan diperoleh proporsi terbesar pada penderita DM yang

mendapatkan pengobatan dengan OHO dan insulin 38,9%.

j. Proporsi penderita DM tipe 2 dengan komplikasi berdasarkan sumber

biaya diperoleh proporsi terbesar pada penderita DM yang berobat dengan

biaya BPJS 51,5%.

k. Lama rawatan rata-rata penderita DM tipe 2 dengan komplikasi adalah 5

hari.

l. Tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara umur berdasarkan kategori

komplikasi pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi.

m. Tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara jenis kelamin berdasarkan

kategori komplikasi pada penderita DM tipe 2 dengan komplikasi.

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
89

n. Tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara jenis pengobatan

berdasarkan kategori komplikasi pada penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi.

o. Tidak ada perbedaan distribusi proporsi antara kategori komplikasi

berdasarkan keadaan sewaktu pulang pada penderita DM tipe 2 dengan

komplikasi.

p. Ada perbedaan distribusi proporsi antara jenis pengobatan berdasarkan

kadar HbA1c pada penderita DM Tipe 2 Dengan Komplikasi.

6.2 Saran

a. Diharapkan kepada pihak RS St. Elisabet Medan agar melakukan

pemeriksaan kadar HbA1c pada semua penderita DM tipe 2.

b. Disarankan pada semua penderita DM tipe 2 dengan komplikasi agar

melakukan pemeriksaan kadar HbA1c. Penderita DM tipe 2 yang memiliki

kadar HbA1c tidak terkontrol agar memperbaiki pola hidup seperti

konsumsi makanan yang sehat, lebih rutin berolahraga, mengkonsumsi

obat sesuai anjuran dokter, memeriksakan kadar HbA1c secara rutin setiap

tiga bulan sekali untuk mengecek keberhasilan pengobatan dan

mengutamakan pengobatan insulin untuk mencegah komplikasi yang lebih

berat serta melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah secara rutin.

87
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, 2012. Standart of Medical Care inDiabetes 2012.

Ali, M A., 2015. A New Approach in Type 2 Diabetes Mellitus Treatment. Anchor
Academy Publishing, Hamburg.
Barrett et.all., 2015. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Ganong (Alih bahasa:
Brahm U. Pendit). Edisi 24. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Bilous, D. 2014. Buku Pegangan Diabetes Edisi Ke 4. Bumi Medika, Jakarta.

CDC, 2014. National Diabetes Statistics Report 2014. National Center for
Chronic Disease Prevention and Health Promotion Division of Diabetes
Translation, Atlanta http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/statsreport14/nationa
l-diabetes-report-web.pdf
Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta.
Depkes R.I., 2009. Sistem Kesehatan Nasional. Jakarta.
Depkes. 2013. Infodiabetes. http://www.depkes.go.id
Gibney, M.J. 2005. Gizi Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.

Githafas. 2010. Pemeriksaan HbA1c pada penderita diabetes. http://www.ilunifk8


3.com/t224p270-diabetes-mellitus

Gunawan dan Sulistia, 2007. Farmakologi Dan Terapi. Edisi V. FKUI. Jakarta.

Guntur, A. 2008. Bed Side Teaching. Sebelas Maret University, Solo.

Harefa E, 2011. Hba1c Standardization and recent updates. Makassar: Prodia


Laboratories.
Hillson R. 2015. Diabetes Care A Practical Manual. Oxford University Press,
England.
Hutagalung, S.M., 2009. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat
Inap di RSUD Dr. R. M. Djoelham Binjai Tahun 2006-2008. Skripsi
Mahasiswa FKM USU, Medan.
IDF. 2015. Diabetes Atlas. Edisi ke 7. International Diabetes Federation, Belgia.
http://www.idf.org

90
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
91

Igusti W, Haryati E. 2013. Hubungan Faktor Risiko Umur, Jenis Kelamin,


Kegemukan dan Hipertensi Dengan Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mataram. Media Bina Ilmiah: 41- 42.

Irawan D. Prevalensi dan Faktor Risiko Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2 di


Daerah Urban Indonesia (Analisis Data Sekunder Riskesdas 2007).
Univesitas Indonesia. 2010.
Irianto K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular & Tidak Menular Panduan Klini
s. Bandung: Alpabeta CV.
Karo, DM. 2016. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan
Komplikasi Di Rumah Sakit Umum Kabanjahe Tahun 2015. Skripsi
Mahasiswa FKM USU.

Lukman., 2002. Pola Penggunaan Obat Oral Anti diabetik dan Insulin Pada Pende
rita Diabetes Militus Tipe 2 Rawat Inap Di RSKST. Vincentius A. Paulo
Surabaya Selama Bulan November Dan Desember 2001.
Tesis Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Surabaya.
Kemenkes, 2014. Hasil Riskesdas 2013. Kementerian Kesehatan RI, Jakarta. http:
//www.depkes.go.id
Marpaung, J., 2006. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat Inap
di RSU Pematang Siantar Tahun 2004-2008. Skripsi Mahasiswa FKM USU.

Manaf, A. 2009. Insulin: Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Dalam:


Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima.
Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Cetakan Ketiga. Jakarta:
Rineka Cipta.
Perkeni. 2011. Konsensus Pengendalian dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe2
di Indonesia 2011. Jakarta.
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia. http
://pbperkeni.or.id
Permana, H., 2009. Komplikasi Kronik dan Penyakit Penyertapada Diabetesi.
Division of Endocrinology and Metabolism Department of Internal
Medicine Padjadjaran University Medical School/ Hasan Sadikin Hospital,
Bandung.

Price, S, A. dan Lorraine M. Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-


Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC,
Jakarta.
Pudiastuti, RD. 2013. Penyakit-Penyakit Mematikan.Nuha Medika,Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


92

Purnamasari D. 2009. Diagnosa dan klasifikasi Diabetes Mellitus. Dalam: Sudoyo


AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta:
Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Putri Lk. Gambaran Penggunaan Jenis Obat Antidiabetes dan Pengetahuan Pasien
Diabetes Mellitus Dalam RSUD Achmad Provinsi Riau Pekanbaru. Skripsi.
Univesitas Riau: 2012.
Romadhania. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Kompliksi
Kronik yang Dirawat Di instansi Rawat jalan Bagian Penyakit Dalam
RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. Skripsi.Univesitas Riau: 2016.
Rustama, D.S., dkk., 2010. Diabetes Mellitus. Dalam: Jose RL. Batubara, dkk,
Endokrinologi Anak, Edisi I. Ikatan Dokter Anak Indonesia, Jakarta.

Sihotang, M P. 2015. Karakteristik Diabetes Mellitus Tipe 2 Tahun 2014-2015


Dengan Komplikasi Yang Dirawat Inap di Rumah Sakit Umum Daerah
(Rsud) Dr. R. M. Djoelham Binjai. Skripsi Mahasiswa. FKM USU.
Smeltzer, C. Suzanne, Bare G. Brenda. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medika –
Bedah. Alih Bahasa: dr. H. Y. Kuncara. Jakarta: EGC.
Soegondo S, Purnamasari D. 2009. Sindrom Metabolik. Dalam: Sudoyo AW dkk.
Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat
Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Soemadji, W, D. 2009. Hipoglikemia Iatrogenik. Dalam: Sudoyo AW dkk. Buku


Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Penerbit
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Soewondo., 2009. Koma Hipersomolar Hiperglikemik Non Ketonik. Dalam:
Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima.
Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Subekti, I. 2009. Neuropati Diabetik. Dalam: Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Penerbit Ilmu
Penyakit Dalam FK UI.

Sudaryanto A, dkk. 2013. Hubungan Antara Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan
Olahraga Terhadap Kejadian Diabetes Mellitus tipe 2 Di Wilayah Kerja
Puskesmas Nusukan Banjarsari. Publication: 22.
Sudoyo Aw, Setiyoha B, Alwi I, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
3, Edisi 5. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Sukarmin, Riyandi. 2008. Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan
Eksokrin dan Endokrin pada Pankreas. Graha Ilmu, Yogyakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


93

Suyono. 2009. Penatalaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Ajar Ilmu Penyakit


Dalam. Jilid III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FK UI.

Tampubolon, E. 2015. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus yang Dirawat


Inap di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2012-2013. Skripsi
Mahasiswa FKM USU.
Tandra, H. 2014. Strategi Mengalahkan Komplikasi Diabetes. Penerbit PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Tarigan, L.A., 2011. Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus dengan Komplikas
i yang Dirawat Inap di RSU Herna Medan Tahun 2009-2010. Skripsi
Mahasiswa FKM USU.

Waspadji, S. 2009. Komplikasi Kronik Diabetes Mellitus : Pengenalan dan Penan


ganannya. Dalam: Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid
III, Edisi Kelima. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
WHO, 2014. World Health Statistic 2012. WHO Press, Geneva. http://www.who.i
nt/gho/publications/worldhealth statistics/2012/en

Wuwungan, G., 2013. Analisis Hubungan Antara Umur dan Riwayat Keluarga
Menderita DM dengan Kejadian Penyakit DM tipe 2 pasien Rawat Jalan di
Poliklinik Penyakit Dalam Blu RSUP PROF. Dr. R.D Kandou Manado.
Skripsi Mahasiswa FKM Universitas Sam Ratulangi Manado.

Yunir dan Soebardi., 2009. Terapi Non Farmakologis Pada Diabetes Melitus Dala
m: Sudoyo AW dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III, Edisi
Kelima. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI, Jakarta.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
R.UMAH SAKTT SANTA ELISABETH
.Il. Haji Mishah No. ? Telp. : (061) 4144737 - 4512455 - 414424*
Fax : (061)-4143168 Email : rsemdn@yahoo.co.id
Website : http:/lwww.rssemedan"eom
MEDAN *2*1,52

Medan, 02 Oktober 2017

1 07 1/Dir-RSE IWX/2017

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Jl. Universitas No. 21 Kampus USU
Medan-20155
Perihal : Selesai Penelitian

Dengan hormat,

Sehubungan dengan surat dari Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara nomor:
9759/I-IN5.2.1.10/I(RIV20L7 tmggal 18 Agustus 2017, Perihal: Permohonan Izin Penelitian, maka
dengan ini kami sampaikan bahwa Mahasiswa tersebut telah selesai melaksanakan penelitian pada
tanggal 19 September 2017 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

berikut:

l. Fitri Nurmava Sirait 1 3 1 000570 Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus


Tipe 2 Dengan Komplikasi Yang Dirawat
Inap Di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2016.

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasama yang baik kami ucapkan terima kasih.

Cc Arsip

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Master Data
Karakteristik Penderita Diabetes Mellitus tipe 2 dengan Komplikasi yang Dirawat Inap Di Rumah Sakit St. Elisabeth Medan 2016
umu umur umur J suk agam KU KU KU KU KU KU KU KU KU KU1 J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom
No r A B K u a pkrjn T.tggl 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 1 2 3 4 5 6 7

1 45 2 2 1 2 2 5 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

2 52 3 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

3 60 4 2 2 2 2 4 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

4 51 3 2 1 2 3 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2

5 63 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

6 32 1 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

7 57 4 2 1 3 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2

8 39 2 1 1 2 3 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1

9 74 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

10 65 4 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

11 80 5 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

12 45 2 2 2 2 2 4 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

13 51 3 2 2 5 5 1 1 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

14 74 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

15 78 5 2 1 2 3 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

16 52 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

17 46 3 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

18 71 5 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2

19 48 3 2 1 2 3 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

20 46 3 2 1 2 1 4 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

21 43 2 1 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

22 48 3 2 1 2 2 5 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

23 46 3 2 1 2 2 5 2 2 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2

24 59 4 2 1 2 2 4 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

25 47 3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

26 53 3 2 2 5 1 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

27 66 5 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


28 65 4 2 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

29 78 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

30 67 5 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 2

31 48 3 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

32 62 4 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

33 62 4 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

34 72 5 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

35 63 4 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

36 75 5 2 2 2 3 5 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

37 65 4 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

38 60 4 2 2 2 3 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

39 69 5 2 1 2 2 5 2 2 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

40 56 4 2 2 2 2 5 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

41 74 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

42 67 5 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

43 49 3 2 2 2 2 5 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

44 58 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

45 61 4 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

46 77 5 2 1 2 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

47 56 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

48 78 5 2 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

49 72 5 2 2 5 4 1 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

50 62 4 2 2 2 3 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

51 50 3 2 2 2 2 4 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

52 59 4 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

53 47 3 2 1 2 2 4 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

54 73 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

55 52 3 2 1 2 3 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56 53 3 2 2 2 2 6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

57 54 3 2 1 2 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 2 1

58 55 3 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

59 54 3 2 2 2 3 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

60 55 3 2 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

61 53 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

62 61 4 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

63 73 5 2 1 2 3 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

64 59 4 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

65 61 4 2 1 1 1 5 1 2 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 2

66 64 4 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

67 52 3 2 2 2 3 1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

68 49 3 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

69 49 3 2 1 3 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

70 59 4 2 1 2 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

71 71 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1

72 57 4 2 2 2 2 4 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

73 63 4 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1

74 57 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1

75 40 2 1 2 2 2 4 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

76 57 3 2 2 2 2 5 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

77 27 1 1 1 5 2 6 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2

78 58 3 2 1 2 3 6 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

79 47 3 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

80 53 3 2 1 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

81 66 5 2 1 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

82 53 3 2 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

83 38 2 1 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


84 53 3 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

85 73 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1

86 58 4 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

87 71 5 2 2 2 3 6 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

88 55 3 2 1 2 2 6 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

89 61 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

90 44 2 1 1 2 2 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

91 65 4 2 2 2 3 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2

92 61 4 2 1 2 2 6 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

93 46 3 2 1 2 2 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 2 1

94 71 5 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

95 55 3 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2

96 65 4 2 2 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

97 54 3 2 1 2 2 3 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

98 67 5 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

99 67 5 2 2 2 3 5 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

100 54 3 2 2 2 3 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

101 57 4 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

102 46 3 2 2 2 2 5 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

103 53 3 2 2 2 2 5 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

104 60 4 2 2 2 3 6 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

105 53 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

106 77 5 2 2 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

107 37 2 1 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

108 70 5 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

109 78 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

110 64 4 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1

111 44 2 1 2 2 3 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


112 54 4 2 2 2 2 4 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

113 68 5 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

114 63 4 2 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

115 73 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

116 49 3 2 1 2 3 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

117 80 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

118 58 4 2 1 2 3 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

119 55 3 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

120 52 3 2 1 2 2 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

121 51 3 2 1 2 1 5 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

122 56 4 2 1 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

123 66 5 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

124 65 4 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 2 1 2 1

125 77 5 2 2 2 3 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1

126 65 4 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

127 64 4 2 1 2 3 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

128 60 4 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

129 60 4 2 1 2 2 4 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

130 63 4 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

131 79 5 2 1 2 3 5 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1

32 39 2 1 2 1 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

133 73 5 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

134 58 4 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

135 80 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1

136 63 4 2 1 5 1 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

137 70 5 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

138 50 3 2 1 5 4 4 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

139 47 3 2 2 3 2 1 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


140 52 3 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

141 70 5 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 2

142 78 5 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

143 66 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2

144 55 3 2 1 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 2

145 71 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

146 75 5 2 2 2 3 6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 2

147 55 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1

148 63 4 2 1 2 2 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

149 59 4 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

150 37 2 1 2 2 3 4 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

151 52 3 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1

152 50 3 2 1 2 2 4 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2

153 62 4 2 2 5 5 4 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1 2 2

154 67 5 2 2 2 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

155 62 4 2 2 2 3 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

156 41 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

157 54 3 2 1 2 2 2 2 2 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

158 61 4 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1

159 54 3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1

160 86 5 2 2 2 3 1 1 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

161 69 5 2 1 2 2 6 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

162 61 4 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

163 79 5 2 2 2 2 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2

164 53 3 2 2 2 2 6 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

165 58 4 2 2 2 2 6 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1

166 67 5 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 2

167 67 5 2 2 2 2 4 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


No J.kom8 J.kom9 J.kom10 K.HbA1c KGDsm pgbtan S.biaya S.biayaA Lm.rwtn KS.plg J.komp123 AT.HbA1c KS.Plg.gbngan pgbtan.Gabungan J.kompl123pengabungan
1 1 1 1 - 2 1 1 1 1 1 2 1 2 1 2
2 1 1 1 - 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2
3 1 1 2 - 1 1 3 2 4 1 2 1 2 1 2
4 1 1 1 2 4 3 2 2 1 1 2 2 2 2 2
5 1 1 1 2 1 1 1 1 2 1 3 2 2 1 3
6 1 1 1 1 1 1 1 1 4 1 1 2 2 1 3
7 2 1 1 - 2 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2
8 1 1 1 2 1 1 3 2 6 1 3 2 2 1 3
9 1 1 1 - 1 2 2 2 5 1 3 1 2 2 3
10 1 1 1 - 2 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2
11 1 1 1 - 4 3 2 2 4 1 2 1 2 2 2
12 2 1 1 2 2 3 3 2 1 1 2 2 2 2 2
13 1 1 2 - 1 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2
14 1 1 1 - 1 2 2 2 4 2 3 1 2 2 3
15 1 1 1 - 1 1 2 2 2 1 1 1 2 1 3
16 1 1 1 - 2 1 2 2 3 1 3 1 2 1 3
17 1 1 1 - 3 3 2 2 6 1 2 1 2 2 2
18 1 1 1 - 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2
19 1 1 2 - 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2
20 1 1 1 2 2 3 2 2 7 1 2 2 2 2 2
21 1 1 1 2 2 1 3 2 4 1 2 2 2 1 2
22 1 1 1 - 4 3 1 1 3 1 2 1 2 2 2
23 1 1 1 2 2 2 1 1 7 1 2 2 2 2 2
24 1 1 1 2 2 2 1 1 3 1 2 2 2 2 2
25 2 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2
26 2 1 1 2 3 3 3 2 3 1 2 2 2 2 2
27 1 1 2 2 1 1 1 1 6 1 2 2 2 1 2
28 2 1 1 - 2 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2
29 1 1 1 - 2 3 2 2 9 1 2 1 2 2 2
30 1 1 1 - 4 3 1 1 4 1 3 1 2 2 3
31 1 1 2 - 2 3 1 1 5 1 2 1 2 2 2
32 1 1 1 - 2 1 1 1 5 1 2 1 2 1 2
33 1 1 1 - 2 1 1 1 1 2 3 1 2 1 3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34 1 1 1 1 2 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2
35 1 1 2 - 2 2 2 2 7 1 2 1 2 2 2
36 1 1 1 2 2 3 1 1 13 1 2 2 2 2 2
37 1 1 1 - 3 3 1 1 8 1 2 1 2 2 2
38 1 1 1 - 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
39 1 1 2 2 1 1 1 1 5 3 2 2 3 1 2
40 1 1 1 2 2 2 1 1 6 1 2 2 2 2 2
41 1 1 1 1 1 1 2 2 5 1 3 2 2 1 3
42 1 1 1 - 1 2 2 2 2 1 3 1 2 2 3
43 1 1 1 - 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2
44 1 1 1 2 3 3 1 1 5 1 2 2 2 2 2
45 1 1 1 - 2 1 2 2 8 1 2 1 2 1 2
46 1 1 1 - 3 3 2 2 1 1 2 1 2 2 2
47 1 1 1 2 4 3 3 2 7 1 2 2 2 2 2
48 1 1 1 2 1 1 2 2 4 1 2 2 2 1 2
49 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 2 2 2 1 2
50 1 1 1 - 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2
51 2 1 1 - 2 2 2 2 6 1 2 1 2 2 2
52 1 1 1 2 2 2 3 2 3 1 2 2 2 2 2
53 1 1 1 2 2 1 3 2 5 1 2 2 2 1 2
54 1 1 1 - 2 1 2 2 2 1 2 1 2 1 2
55 1 1 1 - 2 3 2 2 4 1 2 1 2 2 2
56 1 1 1 - 2 1 2 2 16 1 2 1 2 1 2
57 1 1 1 - 1 1 2 2 8 1 2 1 2 1 2
58 1 1 1 2 3 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2
59 1 1 2 2 2 2 3 2 7 1 2 2 2 2 2
60 1 1 1 - 2 1 2 2 10 1 2 1 2 1 2
61 1 1 1 - 1 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2
62 2 1 1 2 4 3 3 2 7 1 2 2 2 2 2
63 1 1 1 2 2 1 1 1 4 2 2 2 2 1 2
64 2 1 1 - 3 3 2 2 8 1 2 1 2 2 2
65 2 1 1 2 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 2
66 1 1 2 2 1 1 2 2 6 1 2 2 2 1 2
67 1 1 1 - 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68 1 1 2 - 1 2 1 1 14 1 3 1 2 2 3
69 1 1 1 - 2 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2
70 1 1 1 2 3 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2
71 1 1 1 2 2 2 2 2 11 1 2 2 2 2 2
72 1 1 1 2 2 2 3 2 6 1 2 2 2 2 2
73 1 1 1 - 1 1 2 2 1 2 2 1 2 1 2
74 1 1 1 2 4 3 1 1 3 1 1 2 2 2 3
75 2 1 1 - 1 1 2 2 7 1 2 1 2 1 2
76 1 1 1 2 4 3 1 1 3 2 2 2 2 2 2
77 1 1 1 - 3 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2
78 1 1 1 2 2 2 3 2 4 1 2 2 2 2 2
79 1 1 1 - 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2 2
80 2 1 1 2 3 2 2 2 5 1 2 2 2 2 2
81 1 1 1 2 2 2 2 2 5 1 2 2 2 2 2
82 1 1 2 2 3 3 2 2 8 1 2 2 2 2 2
83 1 1 1 - 2 2 1 1 4 1 2 1 2 2 2
84 1 1 1 2 2 1 2 2 5 1 2 2 2 1 2
85 1 1 1 2 2 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2
86 1 1 1 - 1 1 2 2 3 1 2 1 2 1 2
87 2 1 1 2 2 1 2 2 7 1 2 2 2 1 2
88 2 1 2 2 2 2 3 2 4 1 2 2 2 2 2
89 1 1 2 2 4 3 1 1 5 1 2 2 2 2 2
90 1 1 1 2 4 3 3 2 4 1 2 2 2 2 2
91 1 1 1 2 4 3 2 2 4 1 2 2 2 2 2
92 1 1 1 2 2 1 2 2 5 1 2 2 2 1 2
93 1 1 1 - 2 2 1 1 6 1 2 1 2 2 2
94 1 1 2 - 2 1 2 2 6 1 2 1 2 1 2
95 1 1 1 2 4 3 2 2 4 1 2 2 2 2 2
96 1 2 1 2 1 1 1 1 3 2 2 2 2 1 2
97 1 1 2 2 4 3 2 2 8 1 2 2 2 2 2
98 1 1 1 2 2 2 2 2 6 1 2 2 2 2 2
99 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 2 2 1 3
100 1 1 1 - 2 2 3 2 4 1 2 1 2 2 2
101 1 1 1 - 1 1 2 2 5 1 2 1 2 1 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


102 1 1 1 - 2 1 3 2 4 1 2 1 2 1 2
103 1 1 1 - 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
104 1 1 1 - 2 1 1 1 5 1 2 1 2 1 2
105 1 1 1 2 1 1 3 2 5 1 2 2 2 1 2
106 1 1 2 - 2 2 2 2 14 1 2 1 2 2 2
107 1 1 1 - 2 1 3 2 4 1 2 1 2 1 2
108 1 2 1 - 2 2 1 1 3 2 2 1 2 2 2
109 1 1 1 - 1 2 3 2 3 1 3 1 2 2 3
110 1 1 1 2 1 2 1 1 3 1 3 2 2 2 3
111 1 1 1 - 2 2 3 2 6 1 2 1 2 2 2
112 1 1 1 2 2 1 3 2 4 1 2 2 2 1 2
113 1 1 1 - 2 2 2 2 8 1 2 1 2 2 2
114 1 1 1 - 2 1 2 2 4 1 2 1 2 1 2
115 1 1 1 - 1 1 2 2 5 1 2 1 2 1 2
116 1 1 1 - 1 1 2 2 5 1 2 1 2 1 2
117 1 2 1 - 2 2 2 2 5 1 2 1 2 2 2
118 1 2 1 - 1 1 2 2 7 1 2 1 2 1 2
119 1 1 1 - 2 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
120 1 1 1 2 2 1 2 2 8 1 2 2 2 1 2
121 1 1 2 - 2 2 2 2 5 1 2 1 2 2 2
122 1 1 1 2 2 2 3 2 4 1 2 2 2 2 2
123 1 1 1 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2
124 1 1 1 - 2 2 1 1 6 1 2 1 2 2 2
125 1 2 1 2 2 2 2 2 4 1 2 2 2 2 2
126 1 2 1 - 2 2 1 1 1 3 2 1 3 2 2
127 1 1 1 - 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2
128 1 1 1 2 2 2 2 2 9 3 2 2 3 2 2
129 2 2 2 - 2 2 2 2 16 1 2 1 2 2 2
130 1 1 2 2 2 2 2 2 3 1 2 2 2 2 2
131 1 1 1 - 2 2 1 1 3 1 2 1 2 2 2
32 1 1 1 2 2 2 1 1 4 2 2 2 2 2 2
133 1 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2 2 2 2 2
134 1 1 1 2 2 1 2 2 6 1 2 2 2 1 2
135 1 2 1 - 2 2 2 2 5 1 2 1 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


136 1 1 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2
137 1 1 1 2 3 3 1 1 4 1 2 2 2 2 2
138 1 1 1 - 2 1 1 1 1 2 2 1 2 1 2
139 1 1 2 - 2 2 3 2 4 1 2 1 2 2 2
140 1 1 1 2 3 2 3 2 4 1 2 2 2 2 2
141 1 1 1 2 2 1 1 1 5 1 2 2 2 1 2
142 1 1 1 - 3 3 1 1 6 1 2 1 2 2 2
143 1 2 1 - 1 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
144 1 1 1 2 2 2 3 2 8 1 2 2 2 2 2
145 1 1 1 - 3 3 1 1 4 1 2 1 2 2 2
146 1 1 1 - 1 1 3 2 9 1 3 1 2 1 3
147 1 1 1 2 1 1 2 2 3 1 2 2 2 1 2
148 1 1 1 - 2 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2
149 1 1 2 2 3 3 2 2 5 1 2 2 2 2 2
150 1 1 1 2 2 1 2 2 4 1 2 2 2 1 2
151 1 1 1 2 3 3 1 1 3 1 2 2 2 2 2
152 1 1 2 - 3 2 2 2 4 1 2 1 2 2 2
153 1 1 1 - 4 3 1 1 4 1 3 1 2 2 3
154 1 1 1 2 2 2 2 2 8 1 2 2 2 2 2
155 2 1 1 2 1 1 1 1 20 1 2 2 2 1 2
156 1 1 2 - 1 1 3 2 7 1 2 1 2 1 2
157 1 1 1 2 1 1 3 2 6 1 2 2 2 1 2
158 1 1 2 2 1 1 1 1 5 1 3 2 2 1 3
159 1 1 2 2 2 2 3 2 14 1 2 2 2 2 2
160 1 1 1 - 4 3 2 2 8 1 2 1 2 2 2
161 1 1 1 - 2 1 2 2 3 2 2 1 2 1 2
162 1 1 1 - 2 2 1 1 4 1 2 1 2 2 2
163 1 1 1 - 2 2 1 1 7 1 2 1 2 2 2
164 1 1 1 - 2 2 3 2 7 1 2 1 2 2 2
165 1 1 1 2 2 2 1 1 4 1 2 2 2 2 2
166 1 1 1 - 3 3 1 1 4 1 2 1 2 2 2
167 1 2 2 - 2 2 2 2 12 1 2 1 2 2 2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Output data

Frequencies

Statistics
umur umurA umurB JK suku agama pkrjn T.tggl
N Valid 167 167 167 167 167 167 167 167
Missin
0 0 0 0 0 0 0 0
g

Frequency Table
umur
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 27 1 ,6 ,6 ,6
32 1 ,6 ,6 1,2
37 2 1,2 1,2 2,4
38 1 ,6 ,6 3,0
39 2 1,2 1,2 4,2
40 1 ,6 ,6 4,8
41 1 ,6 ,6 5,4
43 1 ,6 ,6 6,0
44 2 1,2 1,2 7,2
45 2 1,2 1,2 8,4
46 5 3,0 3,0 11,4
47 4 2,4 2,4 13,8
48 3 1,8 1,8 15,6
49 4 2,4 2,4 18,0
50 3 1,8 1,8 19,8
51 3 1,8 1,8 21,6
52 7 4,2 4,2 25,7
53 9 5,4 5,4 31,1
54 7 4,2 4,2 35,3
55 7 4,2 4,2 39,5
56 3 1,8 1,8 41,3
57 5 3,0 3,0 44,3
58 6 3,6 3,6 47,9
59 5 3,0 3,0 50,9
60 5 3,0 3,0 53,9
61 7 4,2 4,2 58,1
62 5 3,0 3,0 61,1
63 7 4,2 4,2 65,3
64 3 1,8 1,8 67,1
65 7 4,2 4,2 71,3
66 4 2,4 2,4 73,7
67 7 4,2 4,2 77,8
68 1 ,6 ,6 78,4
69 2 1,2 1,2 79,6
70 3 1,8 1,8 81,4
71 5 3,0 3,0 84,4
72 2 1,2 1,2 85,6
73 5 3,0 3,0 88,6
74 3 1,8 1,8 90,4
75 2 1,2 1,2 91,6
77 3 1,8 1,8 93,4
78 5 3,0 3,0 96,4
79 2 1,2 1,2 97,6
80 3 1,8 1,8 99,4
86 1 ,6 ,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

umurA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 35 tahun 2 1,2 1,2 1,2
36-45 tahun 12 7,2 7,2 8,4
46-55 tahun 54 32,3 32,3 40,7
56-65 tahun 51 30,5 30,5 71,3
> 65 tahun 48 28,7 28,7 100,0
Total 167 100,0 100,0

umurB
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 45 tahun 11 6,6 6,6 6,6
> 45 tahun 156 93,4 93,4 100,0
Total 167 100,0 100,0

JK (Jenis Kelamin)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid laki-laki 67 40,1 40,1 40,1
perempuan 100 59,9 59,9 100,0
Total 167 100,0 100,0

suku
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid jawa 6 3,6 3,6 3,6
batak 150 89,8 89,8 93,4
nias 4 2,4 2,4 95,8
lain-lain 7 4,2 4,2 100,0
Total 167 100,0 100,0

agama
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Islam 15 9,0 9,0 9,0
Kristen Protestan 112 67,1 67,1 76,0
Katolik 36 21,6 21,6 97,6
Budha 2 1,2 1,2 98,8
Hindu 2 1,2 1,2 100,0
Total 167 100,0 100,0

Pkrjn (Pekerjaan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak
berkerja/pensiunan/ibu 84 50,3 50,3 50,3
rumah tangga
PNS/TNI/POLISI 23 13,8 13,8 64,1
pengawai swasta 6 3,6 3,6 67,7
wiraswasta 29 17,4 17,4 85,0
petani/nelayan 14 8,4 8,4 93,4
lain-lain 11 6,6 6,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

T.tggl (Tempat Tinggal)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Medan 92 55,1 55,1 55,1
Luar Medan 75 44,9 44,9 100,0
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics

KU1 KU2 KU3 KU4 KU5 KU6 KU7 KU8 KU9 KU10
N Vali
167 167 167 167 167 167 167 167 167 167
d
Miss
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ing

Frequency Table
KU1 (Lemas/mual-mual dan muntah)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 35 21,0 21,0 21,0
ya 132 79,0 79,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU2 (Nyeri pada kaki/bengkak/luka)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 148 88,6 88,6 88,6
ya 19 11,4 11,4 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU3 (Sesak nafas dan nyeri dada)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 137 82,0 82,0 82,0
ya 30 18,0 18,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU4 (Sesak nafas dan batuk)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 144 86,2 86,2 86,2
ya 23 13,8 13,8 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU5 (Kepala pusing dan oyong)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 140 83,8 83,8 83,8
ya 27 16,2 16,2 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

KU6 (Nyeri ulu hati)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 126 75,4 75,4 75,4
ya 41 24,6 24,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU7 (Penurunan Kesadaran)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 161 96,4 96,4 96,4
ya 6 3,6 3,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU8 (Susah jalan dan bicara)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 157 94,0 94,0 94,0
ya 10 6,0 6,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU9 (Kebas-kebas)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 146 87,4 87,4 87,4
ya 21 12,6 12,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

KU10 (Penglihatan kabur)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 165 98,8 98,8 98,8
ya 2 1,2 1,2 100,0
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics

J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom J.kom
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
N Vali
167 167 167 167 167 167 167 167 167 167
d
Miss
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ing

Frequency Table
J.kom1 (Hipoglikemia)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 152 91,0 91,0 91,0
ya 15 9,0 9,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

J.kom2 (Hiperglikemia)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 163 97,6 97,6 97,6
ya 4 2,4 2,4 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom3 (Retinopati diabetik)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 165 98,8 98,8 98,8
ya 2 1,2 1,2 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom4 (Neuropati diabetik)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 153 91,6 91,6 91,6
ya 14 8,4 8,4 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom5 (Nefropati diabetik)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 153 91,6 91,6 91,6
ya 14 8,4 8,4 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom6 (Ulkus diabetik/ganggreng)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 137 82,0 82,0 82,0
ya 30 18,0 18,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom7 (Hipertensi)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 105 62,9 62,9 62,9
ya 62 37,1 37,1 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom8 (PJK)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 152 91,0 91,0 91,0
ya 15 9,0 9,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

J.kom9 (Stroke)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 156 93,4 93,4 93,4
ya 11 6,6 6,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

J.kom10 (TB Paru)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 141 84,4 84,4 84,4
ya 26 15,6 15,6 100,0
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
K.HbA1c KGDsm S.biaya S.biayaA
N Valid 78 167 167 167
Missing 89 0 0 0

Frequency Table
K.HbA1c (Kadar HbA1c)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 6,5% = Normal 4 2,4 5,1 5,1
> 6,5% = Tidak
74 44,3 94,9 100,0
Normal
Total 78 46,7 100,0
Missing System 89 53,3
Total 167 100,0

KGDsm (Kadar gula darah sewaktu masuk)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid < 200 mg/dl 37 22,2 22,2 22,2
200-399 mg/dl 95 56,9 56,9 79,0
400-500 mg/dl 20 12,0 12,0 91,0
> 500 mg/dl 15 9,0 9,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

S.biaya (sumber biaya)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid biaya sendiri 51 30,5 30,5 30,5
BPJS 86 51,5 51,5 82,0
Asuransi 30 18,0 18,0 100,0
Total 167 100,0 100,0

S.biayaA
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid biaya sendiri 51 30,5 30,5 30,5
bukan biaya sendiri 116 69,5 69,5 100,0
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Frequencies
Statistics

AT.HbA1c
N Valid 167
Missing 0

AT.HbA1c (ada atau tidak adanya pemeriksaan HbA1c)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid tidak 89 53,3 53,3 53,3
ya 78 46,7 46,7 100,0
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
J.kompl123pe
J.komp123 ngabungan
N Valid 167 167
Missing 0 0

Frequency Table
J.komp123 (Jenis komplikasi)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid komplikasi akut 3 1,8 1,8 1,8
komplikasi kronik 148 88,6 88,6 90,4
komplikasi akut +
16 9,6 9,6 100,0
kronik(k.campuran)
Total 167 100,0 100,0

J.kompl123pengabungan (jenis komplikasi penggabungan sel)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid komplikasi kronik 148 88,6 88,6 88,6
komplikasi akut
dan
19 11,4 11,4 100,0
akut+kronik(k.ca
mpuran)
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
KS.Plg.gb
KS.plg ngan
N Valid 167 167
Missing 0 0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Frequency Table

KS.plg (keadaan sewaktu pulang)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pulang berobat jalan
147 88,0 88,0 88,0
(PBJ)
Pulang atas permintaan
17 10,2 10,2 98,2
sendiri (PAPS)
Meninggal 3 1,8 1,8 100,0
Total 167 100,0 100,0

KS.Plg.gbngan (keadaan sewaktu pulang hasil penggabungan sel)


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid PBJ+PAPS 164 98,2 98,2 98,2
Meninggal 3 1,8 1,8 100,0
Total 167 100,0 100,0

Frequencies
Statistics
pgbtan pgbtan.Gabungan
N Valid 167 167
Missing 0 0

Frequency Table
Pgbtan (pengobatan)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Obat hipoglikemik
65 38,9 38,9 38,9
oral (OHO)
Insulin 65 38,9 38,9 74,3
Obat hipoglikemik
37 22,2 22,2 100,0
oral + insulin
Total 167 100,0 100,0

pgbtan.Gabungan (pengobatan hasil penggabungan sel)


Frequenc Valid Cumulative
y Percent Percent Percent
Valid OHO 65 38,9 38,9 38,9
Insulin dan
102 61,1 61,1 100,0
OHO+Insulin
Total 167 100,0 100,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Descriptives

 Lama rawatan
Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Lm.rwtn 167 1 20 4,96 3,048

Valid N (listwise) 167

T-Test

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Lm.rwtn 167 4,96 3,048 ,236

One-Sample Test

Test Value = 0

t df Sig. (2-tailed) Mean 95% Confidence Interval of the


Difference Difference

Lower Upper

Lm.rwtn 21,049 166 ,000 4,964 4,50 5,43

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Chi-Square

A. Kategori kamplikasi dengan Umur

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.komp123 * umurB 167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%

J.komp123 * umurB Crosstabulation


umurB Total
< 45 tahun > 45 tahun
J.komp123 komplikasi akut Count 1 2 3
Expected
,2 2,8 3,0
Count
komplikasi kronik Count 9 139 148
Expected
9,7 138,3 148,0
Count
komplikasi akut + Count
1 15 16
kronik (k. campuran)
Expected
1,1 14,9 16,0
Count
Total Count 11 156 167
Expected
11,0 156,0 167,0
Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,552(a) 2 ,169
Likelihood Ratio 1,960 2 ,375
Linear-by-Linear
,659 1 ,417
Association
N of Valid Cases 167
a 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,20.

A.1. Kategori kamplikasi dengan Umur (Penggabungan Sel)

Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.kompl123pengabunga
167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%
n * umurB

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

J.kompl123pengabungan * umurB Crosstabulation


umurB Total
< 45 > 45
tahun tahun
J.kompl123pengabung komplikasi Count
9 139 148
an kronik
Expected
9,7 138,3 148,0
Count
komplikasi akut Count
+ k. kronik (k. 2 17 19
Campuran)
Expected
1,3 17,7 19,0
Count
Total Count 11 156 167
Expected
11,0 156,0 167,0
Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,541(b) 1 ,462
Continuity
,060 1 ,807
Correction(a)
Likelihood Ratio ,473 1 ,491
Fisher's Exact Test ,363 ,363
Linear-by-Linear
,538 1 ,463
Association
N of Valid Cases 167
a Computed only for a 2x2 table
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,25.

B. Kategori Kamplikasi Dengan Jenis Kelamin

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.komp123 * JK 167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%

J.komp123 * JK Crosstabulation
JK
laki-laki perempuan Total
J.komp123 komplikasi akut Count 2 1 3
Expected
1,2 1,8 3,0
Count
komplikasi kronik Count 63 85 148
Expected
59,4 88,6 148,0
Count
komplikasi akut + kronik Count 2 14 16
(k. Campuran) Expected
6,4 9,6 16,0
Count
Total Count 67 100 167
Expected
67,0 100,0 167,0
Count

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 6,330(a) 2 ,042
Likelihood Ratio 7,182 2 ,028
Linear-by-Linear
6,257 1 ,012
Association
N of Valid Cases 167
a 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,20.

B.1. Kategori Komplikasi Dengan Jenis Kelamin (Penggabungan Sel)


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.kompl123pengabunga
167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%
n * JK

J.kompl123pengabungan * JK Crosstabulation
JK
perempua
laki-laki n Total
J.kompl123pengabung komplikasi Count 63 85 148
an kronik Expected
59,4 88,6 148,0
Count
komplikasi akut Count 4 15 19
dan Expected
akut+kronik(k.c Count 7,6 11,4 19,0
ampuran)
Total Count 67 100 167
Expected
67,0 100,0 167,0
Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 3,244(b) 1 ,072
Continuity
2,411 1 ,121
Correction(a)
Likelihood Ratio 3,501 1 ,061
Fisher's Exact Test ,085 ,057
Linear-by-Linear
3,225 1 ,073
Association
N of Valid Cases 167
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,62.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

C. Pengobatan*Jenis Kompikasi
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.komp123 * pgbtan 167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%

J.komp123 * pgbtan Crosstabulation


J.komp123 * pgbtan Crosstabulation

pgbtan Total
Obat Obat
hipoglikemi hipoglikemi
k oral k oral +
(OHO) Insulin insulin
J.komp1 komplikasi akut Count
2 0 1 3
23
Expected
1,2 1,2 ,7 3,0
Count
komplikasi kronik Count 55 59 34 148
Expected
57,6 57,6 32,8 148,0
Count
komplikasi akut + Count
kronik (k. 8 6 2 16
Campuran)
Expected
6,2 6,2 3,5 16,0
Count
Total Count 65 65 37 167
Expected
65,0 65,0 37,0 167,0
Count

Chi-Square Tests

Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 3,312(a) 4 ,507
Likelihood Ratio 4,438 4 ,350
Linear-by-Linear
,754 1 ,385
Association
N of Valid Cases
167
a 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,66.

C.1. Pengobatan*Jenis Komplikasi (Penggabungan Sel)

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
J.kompl123pengabung
167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%
an * pgbtan.Gabungan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

J.kompl123pengabungan * pgbtan.Gabungan Crosstabulation


pgbtan.Gabungan
Insulin dan
OHO+Insuli Total
OHO n
J.kompl123pengabung komplikasi Count 55 93 148
an kronik Expected
57,6 90,4 148,0
Count
komplikasi akut Count 10 9 19
dan Expected
akut+kronik(k.c Count 7,4 11,6 19,0
ampuran)
Total Count 65 102 167
Expected
65,0 102,0 167,0
Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 1,695(b) 1 ,193
Continuity
1,107 1 ,293
Correction(a)
Likelihood Ratio 1,654 1 ,198
Fisher's Exact Test ,217 ,147
Linear-by-Linear
1,685 1 ,194
Association
N of Valid Cases 167
a Computed only for a 2x2 table
b 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,40.

D. Keadaan Sewaktu Pulang*J. Komplikasi


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KS.plg * J.komp123 167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%

KS.plg * J.komp123 Crosstabulation


J.komp123 Total
komplikasi
akut +
komplikasi komplikasi kronik (k.
akut kronik campuran)
KS.pl pulang berobat Count
3 130 14 147
g jalan (PBJ)
Expected
2,6 130,3 14,1 147,0
Count
Pulang atas Count
permintaan sendiri 0 15 2 17
(PAPS)
Expected
,3 15,1 1,6 17,0
Count
Meninggal Count 0 3 0 3
Expected
,1 2,7 ,3 3,0
Count
Total Count 3 148 16 167
Expected
3,0 148,0 16,0 167,0
Count

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square ,825(a) 4 ,935
Likelihood Ratio 1,462 4 ,833
Linear-by-Linear
,016 1 ,900
Association
N of Valid Cases 167
a 6 cells (66,7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,05.

D. Keadaan Sewaktu Pulang*J. Komplikasi (Penggabungan sel)


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KS.Plg.gbngan *
J.kompl123pengabung 167 100,0% 0 ,0% 167 100,0%
an

KS.Plg.gbngan * J.kompl123pengabungan Crosstabulation


J.kompl123pengabungan Total
komplikasi
akut dan
k.kronik
komplikasi +k.akut (k.
kronik Campuran)
KS.Plg.g PBJ+PAPS Count
145 19 164
bngan
Expected Count 145,3 18,7 164,0
Meninggal Count 3 0 3
Expected Count 2,7 ,3 3,0
Total Count 148 19 167
Expected Count 148,0 19,0 167,0

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,392(b) 1 ,531
Continuity
,000 1 1,000
Correction(a)
Likelihood Ratio ,732 1 ,392
Fisher's Exact Test 1,000 ,694
Linear-by-Linear
,390 1 ,532
Association
N of Valid Cases 167
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,34.

E. K.HbA1c * pengobatan

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
K.HbA1c * pgbtan 78 46,7% 89 53,3% 167 100,0%

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

K.HbA1c * pgbtan Crosstabulation


pgbtan Total
Obat Obat
hipoglikemi hipoglikemi
k oral k oral +
(OHO) Insulin insulin
K.HbA < 6,5% = Normal Count
4 0 0 4
1c
Expected
1,5 1,5 1,0 4,0
Count
> 6,5% = Tidak Count
25 29 20 74
Normal
Expected
27,5 27,5 19,0 74,0
Count
Total Count 29 29 20 78
Expected
29,0 29,0 20,0 78,0
Count

Chi-Square Tests
Asymp. Sig.
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 7,124(a) 2 ,028
Likelihood Ratio 8,286 2 ,016
Linear-by-Linear
5,297 1 ,021
Association
N of Valid Cases
78
a 3 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,03.

E.1. K.HbA1c * pengobatan (gabungan sel)


Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
K.HbA1c *
78 46,7% 89 53,3% 167 100,0%
pgbtan.Gabungan

K.HbA1c * pgbtan.Gabungan Crosstabulation


pgbtan.Gabungan Total
Insulin dan
OHO OHO+Insulin OHO
K.HbA1c < 6,5% = Normal Count 4 0 4
Expected Count 1,5 2,5 4,0
> 6,5% = Tidak Normal Count 25 49 74
Expected Count 27,5 46,5 74,0
Total Count 29 49 78
Expected Count 29,0 49,0 78,0

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Output data

Chi-Square Tests
Exact Exact
Asymp. Sig. Sig. Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson
7,124(b) 1 ,008
Chi-Square
Continuity
4,571 1 ,033
Correction(a)
Likelihood Ratio 8,286 1 ,004
Fisher's Exact Test ,017 ,017
Linear-by-Linear
7,033 1 ,008
Association
N of Valid Cases 78
a Computed only for a 2x2 table
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,49.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai