Oleh:
Wira Santoso
11-2013-088
Ken Sanden
11-2013-240
Hana Christyanti
11-2013-209
Marco
11-2013-245
Lembar Persetujuan
Dosen Pembimbing
Dosen Penguji I
Dosen Penguji II
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penelitian ini kami laksanakan dalam rangka menjalankan Kepaniteraan Klinik Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, yang berlokasi di
Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe 2 di Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode November 2015.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas segala
bimbingan yang telah diberikan dalam penyelesaian penelitian ini kepada:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga di masa mendatang dapat
ditingkatkan lebih baik lagi.
Jakarta, November 2015
Penyusun
Faktor faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe Dua di
Pusat Kesehatan Masyarakat Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode
November 2015
Wira Santoso, Ken Sanden, Hana Christyanti, Marco.
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana, Jakarta
Abstrak
Diabetes Melitus Tipe 2 (DM tipe 2) merupakan penyakit kronis yang prevalensinya tinggi.
Biaya perawatan yang dibutuhkan di Indonesia mencapai Rp. 500 milyar per tahun, maka perlu
adanya upaya untuk pencegahan penyakit tersebut. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan
faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2. Desain penelitian ini adalah cross
sectional. Subjek penelitian sebanyak 82 responden dengan teknik consecutive sampling.
Variabel tergantung berupa angka kejadian DM tipe 2 dan variabel bebas meliputi jenis kelamin,
usia, riwayat diabetes melitus pada keluarga, merokok, obesitas, hipertensi, dan tingkat
pendidikan. Analisis yang digunakan adalah uji Chi Square dengan taraf signifikansi 0.05%
dengan tingkat kepercayaan 90% menggunakan program SPSS v20. Hasil penelitian
menunjukkan usia, riwayat diabetes melitus pada keluarga dan hipertensi berhubungan dengan
kejadian Diabetes Melitus tipe 2. Uji statistik menunjukkan ada hubungan bermakna antara
angka kejadian Diabetes Melitus tipe 2 dalam usia (p=0,008), riwayat diabetes (p=0,040), dan
hipertensi (p=0,014).
Kata kunci: faktor risiko, DM tipe-2
Daftar Isi
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
Abstrak ..i
DAFTAR ISI . ii
DAFTAR TABEL.. v
Bab I. Pendahuluan
1.1 Latar Belakang. 1
1.2 Rumusan Masalah....2
1.3 Tujuan.. 3
1.3.1. Tujuan Umum ... 3
1.3.2. Tujuan Khusus... 3
1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................................4
1.4.1. Manfaat Bagi Peneliti.... 4
1.4.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi.4
1.4.3. Manfaat Bagi Masyarakat.. 4
Bab II. Tinjauan Pustaka
2.1. Dasar Teori..5
2.1.1. Diabetes Melitus.... 5
2.1.2. Klasifikasi Diabetes Melitus.. 5
2.1.3. Epidemiologi Diabetes Melitus..6
2.1.4. Faktor Resiko. 7
2.1.4.1. Usia... 7
2.1.4.2. Jenis Kelamin8
2.1.4.3.Riwayat Keluarga...9
2.1.4.4. Merokok10
2.1.4.5. Dislipidemia......11
2.1.4.6. Aktivitas Fisik... 12
ii
2.1.4.7. Hipertensi..13
2.1.4.8. Tingkat Pendidikan... 14
2.1.4.9. Obesitas.15
2.1.4.10. Pola Makan. 16
2.2. Kerangka Teori
... 18
Sumber
Data
22
3.4. Populasi dan Sampel .. 20
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi.. 21
3.5.1. Kriteria Inklusi ... 21
3.5.2. Kriteria Eksklusi.. 21
3.6.
Sampel.
21
3.6.1. Besar Sampel... 21
3.6.2. Teknik Pengambilan Sampel... 22
3.7. Identifikasi Variabel 22
3.8. Cara Kerja... 22
3.9. Definisi Operasional....... 23
3.10. Manajemen Data dan Analisis Data..29
3.10.1. Pengumpulan Data. 29
3.10.2. Pengolahan Data.... 29
3.10.3. Penyajian Data... 29
3.10.4. Analisis Data.. 29
3.10.5. Interpretasi Data.29
3.10.6. Pelaporan Data .. ... 29
3.11. Etika Penelitian ... 30
3.12. Sarana Penelitian...30
iii
... 34
iii
iv
Daftar Tabel
Tabel 3.9.2.1 Definisi Operasional Kategori Jenis Kelamin............. 23
Tabel 3.9.3.1 Definisi Operasional Kategori Usia. 24
Tabel 3.9.4.1 Definisi Operasional Kategori Riwayat Diabetes Melitus Keluarga... 24
Tabel 3.9.5.1 Skor Frekuensi Merokok. 25
Tabel 3.9.5.2 Skor Jumlah Rokok.. 25
Tabel 3.9.5.3 Definisi Operasional Kategori Merokok..25
Tabel 3.9.6.1 Definisi Operasional Kategori Obesitas.. 26
Tabel 3.9.7.1 Definisi Operasional Kategori Hipertensi27
Tabel 3.9.8.1 Definisi Operasional Kategori Tingkat Pendidikan. 28
Tabel 4.1. Sebaran Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Poliklinik
Penyakit tidak Menular di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta
Barat Periode November 2015...........................................................31
Tabel 4.2 Sebaran Jenis Kelamin, Usia, Riwayat Diabetes Keluarga, Merokok,
Obesitas, Hipertensi, dan Tingkat Pendidikan pada Pasien Poliklinik Penyakit
tidak Menular di Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Periode
November
2015
.................................................................................................................................
32
Tabel 4.3 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, Riwayat Diabetes Keluarga,
Merokok, Obesitas, Hipertensi, dan Tingkat Pendidikan dengan Kejadian
Diabetes Melitus pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular di Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode November 2015
.................................................................................................................................
33
Bab I
Pendahuluan
1
Latar Belakang
Penyakit Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan
hiperglikemia dan intoleransi glukosa yang terjadi karena kelenjar pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara adekuat atau karena tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang
diproduksi secara efektif atau kedua-duanya.1
Keadaan hiperglikemia kronis dari diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka
panjang, gangguan fungsi dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung,
dan pembuluh darah.1,2
Hampir sebagian besar Diabetes Melitus yang ada merupakan Diabetes Melitus tipe 2
dimana penyakit ini adalah gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau gangguan fungsi insulin (resistensi
insulin). 2,3
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 2011 terhadap populasi di Indonesia, diprediksi kenaikan jumlah penyandang Diabetes
Melitus yang tadinya pada tahun 2000 terdapat sekitar 8,4 juta jiwa akan meningkat menjadi
sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Indonesia menduduki posisi keempat dunia setelah India,
Cina, dan Amerika dalam prevalensi Diabetes Melitus. Data ini menunjukkan bahwa angka
kejadian Diabetes Melitus tidak hanya tinggi di negara maju tetapi juga di negara berkembang,
seperti Indonesia. 4
Berdasar penelitian Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2011, dinyatakan
Diabetes Melitus sudah mencapai jumlah penderita sebanyak 366 juta jiwa, dan telah menjadi
penyebab kematian dari 4,6 juta jiwa di seluruh dunia. Pengeluaran biaya kesehatannya
mencapai 465 miliar USD. Kini sebanyak 183 juta orang masih tidak menyadari bahwa dirinya
mengidap Diabetes Melitus. Sebesar 80 % orang dengan Diabetes Melitus tinggal di negara
berpenghasilan rendah dan menengah. Jumlah penderita Diabetes Melitus terbesar berada pada
kisaran usia 40-59 tahun.5
Rumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh World Health Organization (WHO) pada
tahun 2011 terhadap populasi di Indonesia, diprediksi kenaikan jumlah penyandang
Diabetes Melitus yang tadinya pada tahun 2000 terdapat sekitar 8,4 juta jiwa akan
meningkat menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 dan berada pada peringkat
2
empat dunia.
Berdasar penelitian Federasi Diabetes Internasional (IDF) pada tahun 2011, dinyatakan
Diabetes Melitus sudah mencapai jumlah penderita sebanyak 366 juta jiwa, dan telah
3
1
1
Tujuan
Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2
pada pasien poliklinik penyakit tidak menular di Puskesmas Kecamatan Grogol
2
1
November 2015.
Diketahuinya sebaran jenis kelamin, usia, riwayat diabetes keluarga, merokok, obesitas,
hipertensi, dan tingkat pendidikan pada pasien poliklinik penyakit tidak menular di
4
1
1
2
Manfaat Penelitian
Manfaat bagi Peneliti
Menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah dipelajari saat kuliah.
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Diabetes Melitus di
4
5
6
2
1
penelitian.
Meningkatkan kemampuan komunikasi dengan masyarakat.
Mengembangkan daya nalar nalar, minat, dan kemampuan dalam bidang penelitian
Manfaat bagi Perguruan Tinggi
Mengamalkan Tri Dharma Perguruan Tinggi dalam melaksanakan fungsi atau tugas
perguruan tinggi sebagai lembaga yang menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan
kesehatan.
Meningkatkan rasa saling pengertian dan kerja sama antara dan mahasiswa dan staf
pengajar.
4
3
1
Bab II
Tinjauan Pustaka
3
4
6
7
2.1
2.1.1
8
5
Dasar Teori
Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) mengacu pada sekelompok gangguan umum metabolisme
11
12
2.1.3
21
Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO). Jumlah penderita DM ini
meningkat di setiap negara. Berdasarkan data dari WHO (2006), diperkirakan terdapat
171 juta orang
22
dunia menderita diabetes pada tahun 2000 dan diprediksi akan meningkat menjadi
26
27
30
tahun. Dari 18 orang yang berusia < 45 tahun, didapatkan 7 orang (38,9%) yang
memiliki penyakit Diabetes Melitus dan sisanya sebanyak 11 orang (61,1%) tidak
memiliki penyakit Diabetes Melitus. Dari 32 orang yang berusia 45 tahun ditemukan 24
orang (75,0%) memiliki penyakit riwayat Diabetes Melitus dan sisanya sebanyak 8 orang
(25,0%) tidak memiliki riwayat penyakit Diabetes Melitus. Dapat disimpulkan memiliki
hubungan bermakna antara kejadian Diabetes Melitus dengan usia ( p value 0,026 , odd
ratio 0,212, dan 95% CI 0,61-,0733 )5
31
Dari hasil penelitian kasus kontrol oleh I Gusti Made Geria Jelantik dan Hj. Erna
Haryati di Puskesmas Mataram pada bulan Oktober tahun 2013, didapatkan kelompok
kasus sebagian besar mempunyai usia 40 tahun yaitu sebanyak 45 orang (90,0%)
dengan usia paling tinggi 82 tahun dan yang berusia 40 tahun sebanyak 5 orang
(10,0%) dengan usia paling rendah 24 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol sebagian
besar memiliki usia 40 tahun sebanyak 28 orang (56,0%) dengan usia paling tinggi 80
tahun dan yang berusia 40 tahun berjumlah 22 orang (44,0%) dengan usia paling
rendah 17 tahun. Berdasakran hasil penelitian disimpulkan hubungan faktor riskio usia
dengan kejadian Diabetes Melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Mataram tahun
33
diabetes karena
secara fisik wanita memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih
besar. Sindroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca-menopouse yang
membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal
tersebut sehingga wanita berisiko menderita Diabetes Melitus tipe 2. Proporsi DM lebih
tinggi pada wanita sebesar 53.2% dibanding laki-laki sebesar 6.8%.7
36
Berdasarkan Riskesdas 2007, prevalensi diabetes melitus tipe 2 pada laki-laki
sebesar 4,9% sedangkan pada permpuan 6,4% (Balitbangkes, 2008).Penelitian yang
dilakukan
37
Diabetes Melitus sedangkan laki-laki 33,0% namun tidak ditemukan hubungan yang
signifikan. Sedangkan penelitian lain yang dilakukanoleh Hermita (2006), berhasil
menemukan hubungan yang signifikan kejadian diabetes melitus dengan jenis kelamin
dengan OR 1,35, artinya perempuan lebih mudah untuk menderita Diabetes Melitus 1,35
39
43
menderita DM besar. Dari hasil penelitian oleh Zahtamal, Fifia Chandra, Suyanto,
dan Tuti Restuastuti dengan menggunakan desain kasus kontrol di RSUD Arifin Achmad
Provinsi Riau didapatkan, analisis data dengan menggunakan uji korelasi spearmans rho
diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat keluarga
menderita Diabetes Melitus dengan kejadian Diabetes Melitus (p = 0,001). Pendugaan
faktor risiko riwayat keluarga dengan Diabetes Melitus didapatkan OR sebesar 3,75
(probabilitas untuk terjadinyad Diabetes Melitus pada orang dengan tidak ada riwayat
keluarga menderita Diabetes Melitus dan ada riwayat keluarga adalah lebih kurang 1
banding 4. Selanjutnya PAR diperoleh nilai sebesar 0,73 (sekitar 73% kasus Diabetes
Melitus dapat dicegah dengan memperhatikan faktor risiko adanya riwayat keluarga
45
49
kontrol metabolik. Dapat dibuktikan bahwa untuk kontrol metabolik pada pasien
yang merokok membutuhkan dosis insulin yang lebih besar dibanding pasien diabetes
yang bukan perokok.10
50
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Radio Putro Wicaksono terhadap faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 pada pasien di rumah sakit Kariadi
pada tahun 2011 didapatkan hasil p = 0,08 dengan odd ratio 2,9 yang berarti bahwa orang
yang memiliki kebiasaan merokok memiliki risiko 3 kali terjadinya DM tipe 2
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok meskipun secara
statistik tidak bermakna. 11
51
Berdasarkan penelitian kross seksional yang dilakukan Anugrah dan kawankawan terhadap hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan
penyakit Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan rumah sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar pada tahun 2013 didapatkan tidak adanya hubungan bermakna
53
antara jumlah rokok dan lama merokok dengan Diabetes Melitus tipe 2.12
52
2.1.4.5. Dislipidemia
54
Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan
peningkatan atau penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelainan fraksi lipid yang utama
adalah kenaikan kadar kolesterol total, kolesterol LDL, dan trigliserida serta penurunan
kadar kolesterol HDL. Kadar kolestrol yang tinggi berisiko terhadap penyakit DM Tipe 2.
Kadar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi
lipotoksisitas. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang
akhirnya mengakibatkan DM Tipe 2 Berdasarkan Riskesdas 2013 didapatkan persentasi
dislipidemia untuk penduduk Indonesia dengan populasi berusia 15 tahun keatas ialah
35,9% dengan hiperkolesterol, 22,9% dengan HDL rendah, 15,9% dengan LDL tinggi,
11,9% dengan trigliserida tinggi.12
55
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Radio Putro Wicoksono mengenai faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 pada pasien di rumah sakit Kariadi
pada tahun 2011 didapatkan hasil analisis odds ratio (OR) sebesar 1,71 dan nilai p=0,371.
Hal ini menunjukan bahwa orang yang memiliki riwayat dislipidemia mempunyai risiko
2 kali terjadi DM tipe 2 dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat
11
56
kross seksional yang dilakukan Anugrah dan kawan-kawan terhadap hubungan obesitas,
aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan penyakit Diabetes Melitus tipe 2 pada
pasien rawat jalan rumah sakit Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar pada tahun 2013
didapatkan nilai p = 0,038 yang berarti ada hubungan yang signifikan antara kadar
kolestrol dengan kejadian DM tipe 2. Hal ini sesuai pula dengan penelitian yang
dilakukan Andi dan kawan-kawan di Rumah Sakit Umum Dr. Wahidin Sudirohusodo,
Makasar pada tahun 2007 dimana hasil penelitian menunjukan bahwa kolestrol tinggi
memiliki hubungan dengan kejadian DM tipe 2. Orang dengan kolestrol tinggi memiliki
risiko 13,45 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan yang kadar kolestrolnya
normal.12
57
58
61
kawan-kawan terhadap hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan kebiasaan merokok dengan
penyakit Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan rumah sakit Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makasar pada tahun 2013 didapatkan nilai p = 0,08 yang berarti ada
hubungan antara aktivitas fisik dengan diabetes melitus tipe 2.12
62
Berdasarkan penelitian cross sectional yang dilakukan Shara Kurnia Trisnawati dan
Soedijono Setyorogo faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe II di puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat tahun 2012 didapatkan nilai p = 0,038 yang berarti
ada hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan kejadian DM Tipe 2. Orang
yang aktivitas fisik sehari-harinya berat memiliki risiko lebih rendah untuk menderita
64
13
67
bersamaan atau mungkin malah mendahului munculnya diabetes. Hal ini disebabkan
pada penderita hipertensi sering ditemukan adanya sekumpulan kelainan lainnya seperti
obesitas sentral, dislipidemia, hiperurisemia, dan resistensi insulin yang disebut sebagai
sindroma metabolik. Sehingga dari penelitian Putro (2011) disimpulkan bahwa pada
hipertensi esensial terdapat suatu keadaan resistensi insulin.11
68
Trisnawati dkk, Denpasar (2013) menemukan dalam penelitiannya suatu kondisi
dimana hipertensi tidak terbukti meningkatkan faktor risiko DM tipe 2. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh penderita hipertensi sudah mendapatkan pengobatan. Pada
penelitiannya ditemukan responden mengkonsumsi kaptopril, dimana menurut penelitian
Hasson terdapat efek penurunan risiko terjadinya diabetes pada pasien hipertensi yang
mengkonsumsi kaptopril.14
69
Pada pasien dengan diabetes melitus tipe 2 sering dijumpai pula hipertensi saat
pemeriksaan. Ada pula yang memang sudah menderita hipertensi lalu diketahui
menderita diabetes kemudian. Ada beberapa literatur yang membahas tentang hubungan
keduanya. Ada hasil penelitian yang mendukung adanya hubungan signifikan, namun ada
pula yang berpendapat dari hasil penelitiannya bahwa hubungan yang terjadi kurang
signifikan.
70
Hipertensi sendiri adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari atau sama
dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih dari atau sama dengan 90 mmHg
dalam 2 kali pengukuran dengan jarak minimal 10 menit. Tekanan sistolik berkaitan
dengan tingginya tekanan pada arteri bila jantung berkontraksi, sedangkan tekanan darah
diastolik berkaitan dengan tekanan arteri pada saat jantung relaksasi diantara dua denyut
jantung. Dari hasil pengukuran tekanan sistolik memiliki nilai lebih besar dari tekanan
72
diastolik.13
71
2.1.4.8 Tingkat Pendidikan
73
Pendidikan adalah suatu proses pembentukan kecepatan seseorang secara
intelektual dan emosional kearah dalam sesama manusia. Pendidikan juga diartikan
sebagai suatu usaha sendiri untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam
dan diluar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan seseorang merupakan
salah satu proses
14
74
79
dkk, Denpasar (2013) menjadi agak rancu karena mayoritas responden adalah usia lanjut
sehingga pengukuran bentuk dan proporsi tubuh tidak bisa menggambarkan kondisi
15
83
obesitas yang sebenarnya. Hal ini juga terjadi pada atlet yang memiliki massa otot
lebih dibanding orang normal. Trisnawati dkk, Denpasar (2013) berpendapat bahwa
obesitas berhubungan dengan munculnya kejadian diabetes melitus tipe 2. Oleh karena
itu kejadian obesitas di masyarakat perlu diturunkan dengan memperbaiki gaya hidup dan
pola makan sehari-hari.14
84
Shara dkk, Jakarta Barat (2012) melalui penelitian kros seksionalnya pada
Puskesmas Kecamatan Cengkareng berpendapat bahwa diabetes melitus merupakan
masalah kesehatan yang besar dan menemukan bahwa IMT (indeks massa tubuh)
merupakan variabel yang sangat memiliki hubungan dengan kejadian diabetes melitus
tipe 2 dengan p value 0,006, OR 0,14%. Juga didapatkan bahwa orang yang memiliki
obesitas lebih berisiko 7,14 kali untuk menderita DM tipe 2 dibandingkan dengan orang
yang tidak obesitas yang memiliki IMT normal.5
85
Sunjaya dkk, Tabanan (2009) menyimpulkan dalam penelitiannya bahwa individu
yang mengalami obesitas mempunyai risiko 2,7 kali lebih besar untuk terkena diabetes
melitus dibandingkan dengan individu yang tidak mengalami obesitas.15
86
Menurut Irawan dkk, Jakarta (2010) sebesar 22,6% kasus DM tipe 2 di populasi
dapat dicegah jika obesitas sentral diintervensi.16
87
Teixeria-Lemos dkk, USA (2011) meneliti bahwa adanya pengaruh indeks massa
tubuh terhadap diabetes melitus disebabkan oleh meningkatnya asam lemak atau free
fatty acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter
glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada
jaringan otot dan adiposa.17
88
Wicaksono RP, Semarang (2011) juga menunjukkan adanya hubungan obesitas
dengan kadar gula darah dimana tingginya prevalensi toleransi glukosa terganggu pada
90
anak dan remaja yang mengalami obesitas, tanpa tergantung kelompok etnisnya.11
89
2.1.4.10 Pola Makan
91
Menurut penelitian Sartika dkk, Manado (2013) penyakit diabetes melitus yang
merupakan penyakit degeneratif adalah penyakit yang tingkat kejadiannya sangat terkait
dengan pola makan, dimana pola makan sendiri merupakan gambaran mengenai macam,
jumlah, dan komposisi makanan yang dikonsumsi seseorang. Sartika dkk, Manado (2013)
16
92
dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p 0,00 ( 0,05). Penelitian tersebut
menerangkan bahwa gaya hidup modern kini yang menyediakan banyak pilihan menu
makanan tinggi gula, tinggi garam, dan tinggi lemak dapat meningkatkan kadar gula
darah seseorang. Gaya hidup perkotaan modern lain adalah seringnya menghadiri resepsi
atau pesta yang membuat seseorang cenderung mengkonsumsi makanan dengan porsi
secara berlebihan yang diketahui sebelumnya bahwa makanan porsi besar dapat
meningkatkan kadar gula darah secara mendadak. Hal-hal ini bisa ditangani antara lain
dengan mengatur jadwal makan yang teratur baik makan pagi, makan siang, dan makan
malam, dimana makanan dalam porsi kecil dalam waktu tertentu akan membantu
mengontrol gula darah. Tentunya dengan memperhatikan jenis makanannya juga.18
93
Menurut penelitian Rahmawati dkk, Makassar (2011), pola makan pada
perempuan cenderung lebih berisiko dalam menyebabkan timbulnya diabetes melitus tipe
2 dibanding pria. Hal ini terjadi karena jenis makanan yang suka dikonsumsi perempuan
biasanya cenderung meliputi makanan mengandung cokelat, gula, dan jajanan-jajanan
siap saji.19
94
Nurrahmani, Yogyakarta (2012) mengungkapkan bahwa makanan memegang
peranan dalam peningkatan kadar gula darah dimana pada proses makan, makanan
dicerna dalam saluran cerna dan kemudian akan diubah menjadi suatu bentuk gula yang
disebut glukosa. Maka pola makan dan nutrisi tidak baik yang terus menerus terjadi dapat
memperbesar risiko timbulnya diabetes melitus tipe 2. Pola makan yang tidak baik
tersebut perlu ditinjau dari pola yang tidak ideal pada jenis makanan, frekuensi makan,
kebiasaan makan tidak tepat waktu, dan makan dengan porsi yang tidak terkontrol.20
95
Putro, Semarang (2011) menemukan perbedaan pada penelitiannya bahwa
menurut teori seringnya mengkonsumsi makanan atau minuman manis dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes melitus tipe 2 dibandingkan yang jarang, namun
pada hasil penelitiannya terdapat hubungan yang secara statistik kurang bermakna.11
17
96
18
97
19
98
99
Usia
100
101
102
103
104
105
106
107
108
Tingkat
Pendidikan
Jenis Kelamin
Riwayat
Diabetes
Keluarga
Diabetes Melitus
Tipe 2
Obesitas
109
110
Merokok
111
112
113
Hipertensi
19
124
3.4. Populasi
130
131
132
Pasien yang berobat pada poliklinik penyakit tidak menular Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode November 2015.
20
133
134
Pasien dewasa berusia 18 tahun yang berobat di poliklinik penyakit tidak menular
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode November 2015.
135
136
137
138
3.6. Sampel
139
Besar Sampel
141
142
143
144
L2
Keterangan:
145
147
148
149
25,8%
Proporsi pasien Diabetes Melitus tipe 2 dengan kebiasaan merokok
sebesar 24,3%.
150Bersumber dari Pusat Data dan Riset Kesehatan Dasar tahun 2007
menunjukan :
21
151
152
L = Presisi 10%
153
(1-p)
(0,10)2 0,01
156
N =73,54
157
158
(0,10)2 0,01
161
N =70,66
162
163
168
(0,10)2 0,01
166
N =48,17
167
Jadi untuk mendapatkan data yang maksimal dan menjaga kemungkinan adanya
subjek penelitian yang drop out maka diambil jumlah sampel terbanyak yaitu 81 orang.
169
170
consecutive sampling.
172
22
Peneliti melapor, meminta ijin dan persetujuan dari kepala puskesmas untuk melakukan
penelitian terhadap pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan
Grogol Petamburan Jakarta Barat.
Pelaporan penelitian
h
i
j
k Dalam penelitian ini digunakan variabel tergantung (dependen) dan variabel bebas
(independen). Variabel tergantung berupa kejadian Diabetes Melitus tipe 2. Variabel bebas
berupa jenis kelamin, usia, riwayat Diabetes Melitus dalam keluarga, merokok, obesitas,
hipertensi, dan tingkat pendidikan.
l
m 3.9. Definisi Operasional
n 3.9.1 Subjek Penelitian
o Semua pasien yang berobat pada Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat, periode November 2015.
p
q 3.9.2. Jenis Kelamin
r
Definisi
Cara pengukuran
berdasar
t
pengenal)
23
pasien.
Alat ukur
: Kuesioner
Skala ukur
: Nominal
23
z Koding
ac 1
ab Laki-laki
ae
ag 3.9.3. Usia
ah
ad 0
af
Definisi
hidup
ai
Cara pengukuran
ak
Alat ukur
: Kuesioner
am
Skala ukur
: Nominal
an
ao
aq Koding
at 1
as <40 tahun
av
ax 3.9.4. Riwayat Diabetes Keluarga
ay
Definisi
au 0
aw
(Kuncoro, 1990)
ba
Cara pengukuran
Dilakukan
pengumpulan
data
keluarga
seperti
kakek,
nenek,
ayah,
ibu,
dan
24
24
bb
Alat ukur
bc
: Kuesioner
Skala ukur
: Nominal
bd
be
bg Koding
bj 0
bi Ada
bk 1
bl
bm 3.9.5. Merokok
bn
Definisi
dalam
bo
menghisap
gulungan
tembakau
yang
dibungkus
dengan
Cara pengukuran
Dilakukan
pengumpulan
data
br
bt Skor
bu Tidak pernah
bv 0
bw Jarang
bx 1
by 3 kali seminggu
bz 2
ca Sering
cb 3
cc
cd
cf Skor
cg <10
ch 1
ci 10-20
cj 2
ck >20
cl 3
cm
25
cn
co
Alat ukur
Skala ukur
: Kuesioner
: Ordinal
25
cp
cr Skor
cs Koding
Merokok
ct Tidak merokok
cw Merokok ringan
cz Merokok
cu 0
cx 2
da 3-4
cv 0
cy 1
db 2
sedang
dc Merokok berat
dd 5-6
de 3
df
dg 3.9.6 Obesitas
dh
Definisi
di
Cara pengukuran
Mengukur berat badan : pasien menaiki timbangan tanpa menggunakan alas kaki,
jaket, topi, maupun membawa barang. Pasien tidak berpegangan pada apapun
disekitarnya. Peneliti melihat angka yang ditunjukkan oleh jarum pada timbangan
berat badan lalu mencatatnya.
Mengukur tinggi badan : pasien berdiri membelakangi tembok dengan bahu, pinggul,
dan tumit menempel pada tembok. Kepala pasien tegak dengan pandangan lurus
kedepan. Lalu peneliti menarik microtoise hingga menyentuh titik tertinggi pada
kepala. Peneliti melihat angka nilai pada microtoise sejajar dengan matanya.
dk
Alat ukur
Skala ukur
: Ordinal
26
dm
do Nilai
dp Kode
Obesitas
dq Kurang
dt Normal
IMT
dr <18,5
du 18,5-
ds 0
dv 1
dw Pre obesitas
22,9
dx 23-
dy 2
dz Obesitas 1
24,9
ea 25-
eb 3
ec Obesitas 2
29,9
ed 30
ee 4
ef
eg 3.9.7 Hipertensi
eh
Definisi
sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih dari
atau sama dengan 90 mmHg. (The 7th report of the Joint National
Committee, 2003)
Cara pengukuran
ei
Alat ukur
Skala ukur
el
en T
teg
: Ordinal
eo
ep T
eq K
ori
sis
di
Hi
tol
as
pe
(m
to
n
27
rte
nsi
Hg
m
H
er No
es <1
rm
20
al
ew Pre
ex 12
hip
0-
ert
13
ens
i
fb Hi
fc 14
per
0-
ten
15
si
et
Da
ey
Ata
g)
eu <
ev 0
80
ez 80
fa 1
89
fd
Ata
fe 90
ff 2
99
sta
ge
1
fg Hi
fh 1
per
60
fi
Ata
fj 1
fk 3
00
ten
si
sta
ge
2
27
Definisi
dijalani ataupun
fn
Cara pengukuran
Alat ukur
: Kuesioner
fq
Skala ukur
: Ordinal
fr
Pendidikan
fs Kategori
ft Tingkat
Tingkat
Pendidikan
Pendidikan
fu K
o
d
i
n
fv Rendah
fw Tidak bersekolah
g
fx 2
fy Sedang
gb Tinggi
tamat SMP
fz Tamat SMA
gc Tamat perguruan
ga 1
gd 0
tinggi
ge
gf 3.9.9 Diabetes Melitus
gg
gangguan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. (Harrisons principles of internal
medicine, 2012)
gh
28
gj
gk
gm Koding
gp 0
go DM
gq 1
28
Data-data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, verifikasi dan
coding, kemudian data diolah dengan menggunakan program komputer yaitu program
SPSS.
gx
gy 3.10.3. Penyajian Data
gz
ha
4
Analisis Data
hb
Terhadap data yang telah diolah dilakukan analisis data sesuai dengan cara uji
Interpretasi Data
hd
he
6
Pelaporan Data
hf
29
11
Etika Penelitian
hg
Pada penelitian ini, subjek penelitian diberikan jaminan bahwa data-data yang
masyarakat, dengan dibantu oleh satu orang pembimbing yaitu dosen IKM.
hl 3.12.2. Fasilitas
hm
30
hn Bab IV
ho Hasil Penelitian
hp
hq
kejadian Diabetes Melitus tipe 2 yang dilakukan di poliklinik penyakit tidak menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode 16 - 20 November 2015, dengan jumlah
sampel adalah 82 responden diperoleh hasil sebagai berikut:
hr
hs Tabel 4.1. Sebaran Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien yang
Berobat di Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat Periode 16-20 November 2015
ht Kejadian
hu Frekuensi
Diabetes
hv Persentasi
(%)
Melitus Tipe
2
hw Tidak
hx 50
hy 61
Diabetes
hz Diabetes
ic Total
if
ia 32
id 82
ib 39
ie 100
ig
ih
ii
ij
ik
il
im
in
io
ip
iq
31
ir
31
iu Frekuensi
ix
ja 29
jd 53
jg
jj 19
jm 63
jp
iv Persentasi
(%)
iy
jb 35.4
je 64.6
jh
jk 23.2
jn 76.8
jq
js 58
jv 24
jy
kb 65
ke 4
kh 7
kk 6
kn
kq 11
kt 13
kw 18
kz 25
lc 15
lf
li 18
ll 34
lo 21
lr 9
lu
jt 70.7
jw 29.3
jz
kc 79.3
kf 4.9
ki 8.5
kl 7.3
ko
kr 13.4
ku 15.9
kx 22.0
la 30.5
ld 18.3
lg
lj 22.0
lm 41.5
lp 25.6
ls 11.0
lv
lx 51
ma 21
md 10
ly 62.2
mb 25.6
me 12.2
mg
mh
mi
32
mj Tabel 4.3 Hubungan antara Jenis Kelamin, Usia, Riwayat Diabetes pada
Keluarga, Merokok, Obesitas, Hipertensi, Tingkat Pendidikan dengan
Kejadian Diabetes Melitus di Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode 16 - 20 November
2015
mk Vari
abel
mq
mx Jenis
kela
min
ng Laki- laki
nn Perempuan
Usia
nz <40 tahun
ml Kejadian
DM tipe
2
mr
ms
T
D
mm
Tot
my
na
mz
nh
2
ni
9
nj
no
3
np
2
nq
oa
1
ob
2
oc
19
oh
3
oi
3
oj
63
op
4
oq
1
or
58
ow
1
ox
1
oy
24
pe
4
pf
2
pg
65
mn
U
mo
nb
nd
mp
nc
U
ne
nf
G
nu
og
40
on
ov Ada
pd Tidak
Merokok
nx
ny
D
nw
U
tahun
Riwayat DM Keluarga
oo Tidak ada
pc
nv
ot
os
U
ou
D
Merokok
ph
U
pi
0,0
pj
G
33
pk Perokok
Ringan
pr Perokok
Sedang
py Perokok
Berat
Obesitas
qf
qg Kurang
pl
2
ps
6
pz
1
pm
2
pt
1
qa
5
pn
4
pu
7
qb
6
qh
8
qo
8
qv
1
qi
3
qp
5
qw
5
qj
11
qq
13
qx
18
rb Obesitas 1
rc
1
rd
1
re
25
ri
rj
6
rk
9
rl
15
rr
1
rs
2
rt
18
rx Pre
Hipertensi
ry
2
rz
1
sa
34
se Hipertensi
St. 1
sf
1
sg
1
sh
21
sn
6
so
9
sv
2
tc
9
sw
10
td
21
tj
2
tk
51
qn Normal
qu Pre obesitas
Obesitas 2
Hipertensi
rp
rq Normal
sl
St. 2
st
ta
g
th
Hipertensi
sm
3
Tingkat Pendidikan
ss
Tinggi
su
8
Sedan
tb
1
Renda
ti
3
qk
U
ql
0,3
qm
G
ru
U
rv
0,0
rw
D
sx
U
sy
0,3
sz
G
to
33
tp Bab V
tq Pembahasan
tr
ts 5.1.1 Analisis Univariat Sebaran Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada
Pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat Periode 16-20 November 2015.
tt
Pada sampel yang diambil dalam penelitian ini sejumlah 82 orang didapatkan
penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan jumlah yang lebih sedikit dibanding keseluruhan
pasien. Terdapat 32 orang yang menderita Diabetes Melitus tipe 2.
tu
tv 5.1.2 Analisis Univariat Sebaran Jenis Kelamin pada Pasien Poliklinik
Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Periode 16-20 November 2015
tw
Pada sebaran riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga, didapatkan dari 58
responden yang tidak memiliki riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga, sebanyak 40
responden tidak memiliki penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Dan dari 24 responden yang
memiliki riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga, ditemukan sebanyak 14 responden
memiliki riwayat Diabetes Melitus Tipe 2.
tx
ty
tz 5.1.3 Analisis Univariat Sebaran Usia pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak
Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat Periode
16-20 November 2015
ua
34
34
Penyakit
tidak
Menular
Puskesmas
Kecamatan
Grogol
uf
ug 5.1.5 Analisis Univariat Sebaran Merokok pada Pasien Poliklinik Penyakit
tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Periode 16-20 November 2015.
uh
Pada tabel 4.6, berdasarkan tabel hubungan merokok dengan kejadian Diabetes
Melitus didapatkan distribusi pasien tidak merokok berjumlah responden 65 orang dengan
presentase 79,3%, distribusi pasien perokok ringan berjumlah responden 4 orang dengan
persentase 4,9%, distribusi perokok sedang berjumlah responden 7 orang dengan persentasi 8,5%
dan perokok berat berjumlah responden 6 orang dengan persentasi 7,3%.
ui
uj 5.1.6 Analisis Univariat Sebaran Obesitas pada Pasien Poliklinik Penyakit
tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat
Periode 16-20 November 2015.
uk
obesitas berdasarkan nilai IMT (indeks massa tubuh) Asia Pasifik yang terdiri dari lima
tingkatan, yaitu : kurang, normal, pre obesitas, obesitas stage 1 dan obesitas stage 2. Jumlah
pasien terbanyak terletak pada tingkatan obesitas 1 dengan jumlah 25 pasien. Namun yang
mengidap Diabetes Melitus Tipe 2 hanya 10 diantaranya. Tingkatan obesitas terberat yaitu
35
obesitas stage 2 diisi oleh 15 pasien dimana 9 diantaranya merupakan penderita Diabetes Melitus
Tipe 2.
35
Untuk penyajian data penderita hipertensi pada tabel didasarkan pada konsensus
JNC-7 (Joint national Committee-7) dimana terdiri dari empat tingkatan, yaitu : normal, pre
hipertensi, hipertensi stage 1 dan hipertensi stage 2. Jumlah pasien terbanyak terletak pada
tingkatan pre hipertensi dimana pasien dengan tekanan darah sistol diatas dan sama dengan 120
serta tekanan diastol diatas dan sama dengan 80 sudah terhitung masuk dalam kategori ini.
Tingkatan hipertensi terberat yaitu hipertensi stage 2 diisi oleh 9 pasien dimana 6 diantaranya
merupakan penderita Diabetes Melitus Tipe 2.
un
uo 5.1.8 Analisis Univariat Sebaran Tingkat Pendidikan pada Pasien Poliklinik
Penyakit tidak Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta
Barat Periode 16-20 November 2015
up
uq
ur 5.1.9 Analisis Bivariat Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular
Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode 16-20
November 2015
36
us
Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.3, hubungan antara jenis kelamin dengan
angka kejadian diabetes melitus pada Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode
November 2015 melalui uji Chi Square, didapatkan p = 0,390, karena p >0,05 maka Ho diterima.
Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan angka kejadian
Diabetes Melitus pada Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode November 2015. Hal
ini sejalan
36
ut dengan analisis penelitian dari Rumiyati tahun 2008. Menurut analisis Rumiyati,
hasil analisis hubungan jenis kelamin dengan angka kejadian diabetes melitus dan
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan angka kejadian diabetes melitus.
Sedangkan penelitian lain yang dilakukan oleh Hermita (2006), berhasil
menemukan hubungan yang signifikan antara kejadian Diabetes Melitus dengan
jenis kelamin dengan OR 1,35, artinya perempuan lebih mudah untuk menderita
Diabetes Melitus 1,35 kali dibanding laki-laki.
uu
uv 5.1.10 Analisis Bivariat Hubungan Antara Usia dengan Kejadian Diabetes
Melitus Tipe 2 pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode 16-20 November
2015
uw
Hubungan antara variabel > 40 tahun dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2,
berdasarkan tabel dihitung dengan uji chi square didapatkan x2 = 0,008 dengan p < 0,005 yang
berarti usia > 40 tahun mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh I Gusti Made Geria Jelantik dan Hj. Erna Haryati
di Puskesmas Mataram pada bulan Oktober tahun 2013 dimana ada hubungan yang bermakna
antara usia > 40 tahun dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2.
ux
uy 5.1.11 Analisis Bivariat Hubungan Antara Riwayat Diabetes Melitus Tipe 2
dalam Keluarga dengan Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien
Poliklinik
Penyakit
tidak
Menular
Puskesmas
Kecamatan
Grogol
Hubungan antara variabel riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga dengan
kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 berdasarkan tabel dihitung dengan uji chi square didapatkan x2
= didapatkan x2 = 0,040 dengan p < 0,005 yang berarti riwayat Diabetes Melitus Tipe 2 pada
keluarga mempunyai hubungan yang bermakna dengan kejadian Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil
ini sesuai dengan penelitian oleh Shara Kurnia Trisnawati dan Soedijono Setyorogo di
Puskesmas Kecamatan Cengkareng pada tahun 2012 dimana ada hubungan yang signinifkan
antara riwayat kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada keluarga dengan kejadian Diabetes Melitus
Tipe 2.
37
Diabetes didapatkan nilai p = 0,061 dengan p > 0.05, maka Ho diterima yang artinya tidak ada
hubungan yang bermakna antara merokok terhadap kejadian Diabetes Melitus tipe 2. Hal ini
menunjukkan bahwa pada pasien yang tidak merokok maupun merokok sama-sama memiliki
resiko menderita Diabetes Melitus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Radio Putro
Wicoksono terhadap faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian DM tipe 2 pada pasien di
rumah sakit Kariadi pada tahun 2011 didapatkan hasil p = 0,08 bahwa orang yang memiliki
kebiasaan merokok dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kebiasaan merokok secara
statistik tidak bermakna.
vd
ve
vf 5.1.13 Analisis Bivariat Hubungan Antara Obesitas dengan Kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak Menular
38
Berdasar hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4.3 mengenai hubungan
antara obesitas dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien Poliklinik Penyakit tidak
Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode 16-20 november
2015, maka
38
vh didapatkan hasil berupa nilai p sebesar 0,359 dan hipotesis 0 diterima. Hal ini
menunjukkan perbedaan dengan penelitian serupa yang pernah dilakukan pada
Puskesmas Kecamatan Cengkareng.
vi
Pada penelitian Shara dkk, Jakarta Barat (2012) melalui penelitian kros
Berdasar hasil penelitian yang tercantum pada tabel 4.7 mengenai hubungan
antara hipertensi dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2 pada pasien Poliklinik Penyakit tidak
Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan, Jakarta Barat periode 16-20 november
2015, maka didapatkan hasil berupa nilai p sebesar 0,014 dan hipotesis 0 ditolak. Hal ini
menunjukkan kesamaan dengan dua penelitian serupa yang pernah dilakukan di Kabupaten
Karanganyar dan kotamadya Jakarta Barat.
vm
hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p=0,015 ( 0,05). Hipertensi merupakan
faktor risiko terjadinya diabetes melitus dimana hipertensi mampu membuat sel tidak sensitif
terhadap insulin yang juga disebut sebagai resistensi insulin. Padahal insulin berperan
meningkatkan ambilan glukosa di banyak sel dan dengan cara ini juga mengatur metabolisme
karbohidrat, sehingga jika terjadi resistensi insulin oleh sel, maka kadar gula di dalam darah juga
mengalami gangguan. Pada pasien DM tipe 2, hiperglikemia yang tejadi sering dikaitkan dengan
39
hiperinsulinemia. Kadar insulin berlebih tersebut menimbulkan peningkatan retensi natrium oleh
tubulus ginjal yang dapat menyebabkan hipertensi.
39
vn
Shara dkk, Jakarta Barat (2012) menilai pada penelitiannya bahwa ada hubungan
yang bermakna antara hipertensi dengan diabetes melitus tipe 2, yaitu orang yang memang sudah
menderita hipertensi memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibanding
yang tidak. Beberapa literatur juga mengatakan bahwa hipertensi terkait dengan resistensi insulin
dalam hal penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah
menjadi menyempit. Hal ini kemudian menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam
darah menjadi terganggu. Sejalan dengan kedua penelitian tersebut, penelitian ini juga mendapat
hasil dimana ada suatu hubungan kemaknaan antara hipertensi dengan munculnya kejadian
Diabetes Melitus tipe 2. Hal itu bisa saja dikarenakan kesamaan karakteristik responden dan
kebenaran bahwa memang adanya sebuah hubungan yang benar-benar terjadi pada pasien
Diabetes Melitus tipe 2.
vo
vp 5.1.15 Analisis Bivariat Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan
Kejadian Diabetes Melitus Tipe 2 pada Pasien Poliklinik Penyakit tidak
Menular Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode
16-20 November 2015
vq
angka kejadian diabetes melitus pada Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode
November 2015 melalui uji Chi Square, didapatkan p = 0,387, karena p >0,05 maka Ho diterima.
Artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan angka kejadian
diabetes melitus pada Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan periode November 2015. Hal
ini berbeda
dengan analisis penelitian dari Sri Wahyuni. Menurut analisis Sri Wahyuni,
pendidikan tertinggi memiliki hubungan yang signifikan untuk tidak mengalami kejadian
diabetes melitus untuk dibanding orang berpendidikan rendah.
vr
vs 5.2.
Keterbatasan Penelitian
Waktu yang ada sudah seoptimal mungkin untuk dapat diadakan penelitian.
Namun diharapkan apabila terdapat lebih banyak waktu, maka ketelitian akan lebih baik
dikarenakan bisa mendapatkan lebih banyak lagi sampel.
40
vv
vw
vx 6.1
Bab VI
Kesimpulan
o Dari hasil penelitian mengenai faktor faktor yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Melitus tipe 2 pada Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Periode 16-20 November 2015 dapat diambil
kesimpulan yaitu sebaran pasien Diabetes Melitus tipe 2 sebanyak 32 pasien (39
%) dan 50 pasien (61 %) tidak Diabetes Melitus tipe 2.
o Dari total 82 orang responden di Poliklinik Penyakit tidak Menular Puskesmas
Kecamatan Grogol Petamburan Jakarta Barat Periode 16-20 November 2015
didapatkan sebaran jenis kelamin didapatkan jumlah terbanyak pada perempuan
yaitu 53 pasien (64,6%), pada sebaran usia jumlah usia didapatkan jumlah
terbanyak pada usia 40 tahun yaitu 63 pasien (76,8%), pada sebaran riwayat
Diabetes Melitus keluarga didapatkan jumlah terbanyak yaitu pada pasien yang
tidak memiliki Diabetes Melitus dalam keluarga yaitu sebanyak 58 pasien
(70,7%), pada sebaran merokok didapatkan jumlah terbanyak pada pasien tidak
merokok yaitu 65 pasien (79,3%), pada sebaran obesitas didapatkan jumlah
terbanyak pada pasien yang memiliki obesitas 1 yaitu 25 pasien (30,5%), pada
sebaran hipertensi didapatkan jumlah terbanyak pada pasien dengan hipertensi
grade 1 yaitu sebanyak 21 pasien (25,6%), pada sebaran tingkat pendidikan
didapatkan jumlah terbanyak pada tingkat pendidikan rendah yaitu 51 orang
( 62,2%).
o Terdapat hubungan bermakna antara usia, riwayat Diabetes Melitus dalam
keluarga, dan hipertensi dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2. Tidak terdapat
hubungan bermakna antara jenis kelamin, merokok, obesitas, dan tingkat
pendidikan dengan kejadian Diabetes Melitus tipe 2.
41
o 6.2
Saran
o
Saran ditujukan kepada kepala Puskesmas Kecamatan Grogol Petamburan.
Diharapkan kepala puskesmas akan lebih menggiatkan program posbindu dengan cara :
o Memperbanyak cakupan posbindu di wilayah kerjanya.
o Memberikan penyuluhan kepada warga mengenai Diabetes Melitus beserta
faktor-faktor risikonya yang meliputi riwayat diabetes pada keluarga, usia diatas
40 tahun, dan hipertensi.
o Melakukan pengukuran tekanan darah secara berkala pada warganya.
o Menambahkan jumlah tenaga kesehatan yang menjalankan program posbindu.
o Setiap bulan memantau dan mendata warganya yang berisiko mengalami Diabetes
Melitus.
42
o Daftar Pustaka
1. Longo, Fauci, Kasper Hauser, Jameson, Loscalzo. Harrisons principles of internal
medicine Ed.18. United State: McGraw-Hill Companies; 2012. p. 344-47
2. Diabetis classification. American Diabetes Association. United State: Citied 5 November
2015. Available from; http://www.diabetes.org/diabetes-basics/
3. RISKESDAS. Situasi dan analisi diabetes. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2014. H.16
4. Zahtamal dkk. Faktor-faktor risiko pasien diabetes mellitus. Bagian Ilmu Kesehatan
Masyarakat Kedokteran Komunitas: Fakultas Kedokteran Universitas Riau; 2007. h.1436
5. Shara K.T., Soedijono S. Faktor Risiko Kejadian Diabetes Melitus Tipe II Di Puskesmas
Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012. Fakultas Kesehatan Masyarakat MH
Thamrin: Jakarta; 2013. h. 8-10
6. I Gusti Made G.J. Hj. Erna Haryati. Hubungan faktor resiko umur, jenis kelamin,
kegemukan dan hipertensi dengan kejadian diabetes mellitus tipe ii di wilyah kerja
puskesmas mataram. Media Bina Ilmiah: Mataram; 2014. h. 3-6
7. Sri Wahyuni. Faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakit diabetes mellitus (DM)
daerah perkotaan di Indonesia tahun 2007. Fakultas Kedokteran Universitas Islam
Negeri; Jakarta; 2010. h.3-7
8. Deddy Irawan. Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes mellitus tipe 2 di daerah
urban Indonesia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta; 2010. h.2-6
9. Zahtmal, Fifia C., Suyanto, Tuti R. Faktor-faktor risiko pasien diabetes mellitus. Bagian
Ilmu Kesehatan Masyarakat Kedokteran Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Riau: Riau; 2007. h.144-6
10. M. Dwi Ario.Pengaruh Nikotin dalam Rokok pada Diabetes Mellitus Tipe 2. Fakultas
Kedokteran Universitas Lampung: Lampung; 2014h.77-9
11. Radio Putra W. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2.
Studi Kasusu di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Dr. Kariadi; Semarang; 2011.
h.11
43
12. Anugrah, Suriyanti H., Suarnianti. Hubungan obesitas, aktivitas fisik, dan kebiasaan
merokok dengan penyakit diabetes melitus tipe 2 pada pasien rawat jalan rumah sakit Dr.
Wahidin Sudirohusodo Makasar: Makasar; 2013. h.5
13. Mutmainah I. Hubungan kadar gula darah dengan hipertensi pada pasien diabetes melitus
tipe 2 di rumah sakit umum daerah Karanganyar. Universitas Muhamadiyah Surakarta.
Surakarta. 2013
14. Trisnawati S., Widarsa T., Suastika K. Faktor risiko diabetes melitus tipe 2 pasien rawat
jalan di Puskesmas wilayah kecamatan Denpasar Selatan. Public Health and Preventive
Medicine Archive. Vol.1. No.1. Citied 4 November 2015. Available from;
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82714&val=4933
15. Sunjaya, I Nyoman. Pola konsumsi makanan tradisional Bali sebagai faktor risiko
diabetes melitus tipe 2 di Tabanan. Jurnal Skala Husada Volume 6 No.1 hal. 75-81.
Tabanan. 2009
16. Irawan, Dedi. Prevalensi dan faktor risiko kejadian diabetes melitus tipe 2 di daerah
urban Indonesia. Universitas Indonesia. Jakarta. 2010.
17. Teixeria-Lemos. Regular physical exercise training assists in preventing type 2 diabetes
development : focus on its antioxidant and anti-inflammatory properties. Biomed central
cardiovascular diabetology volume 10. Hal 1-15. USA. 2011
18. Sumangkut S., Supit W., Onibala F. Hubungan pola makan dengan kejadian penyakit
diabetes melitus tipe 2 di poli interna BLU RSUP Prof RD Kandou Manado. Universitas
Sam Ratulangi. Manado. 2013
19. Rahmawati. Pola makan dan aktivitas fisik dengan kadar glukosa darah penderita
diabetes melitus di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makasar. Diunduh dari :
journal.unhas.ac.id/index.php/mgmi/article/download/420/362.
20. Nurrahmani, Ulfa. Stop diabetes. Penerbit familia. Yogyakarta. 2012.
44
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o Lampiran
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o Lampiran 1
1
2
3
4
5
1
2
3
4
o Petunjuk Pengisian
o 1. Isilah titik titik pada tempat yang telah disediakan.
o 2. Berilah tanda bulat (X) pada salah satu nomor yang menjadi pilihan anda.
o 3. Berilah tanda pada
yang telah tersedia
o
o Data umum responden
Nama
:
Tanggal Lahir
:
Usia:
Jenis Kelamin
:...
Alamat
:
No telepon/ Hp
:
o
o Data Khusus Responden
Tinggi badan.. cm (Di isi oleh peneliti)
Berat badan... kg (Di isi oleh peneliti)
Indeks massa tubuh....... kg/m2 (Di isi oleh peneliti)
Tekanan Darah ..mmHg (Di isi oleh peneliti)
o
o
o
Apakah pendidikan terakhir bapak/ibu ?
Coret yang tidak perlu
o
a. Tidak Sekolah
o
b. Taman Kanak-kanak
(Tidak Tamat / Tamat)
o
c. Sekolah Dasar (SD)
(Tidak Tamat / Tamat)
o
d. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
(Tidak Tamat / Tamat)
o
e. Sekolah Menengah Atas (SMA)
(Tidak Tamat / Tamat)
o
f. Perguruan Tinggi
(Tidak Tamat / Tamat)
o
g. Pascasarjana
(Tidak Tamat / Tamat)
o
Apakah bapak/ibu merokok ?
o
o
o
o
o
Seberapa seringkah bapak/ibu merokok ?
o
a. Setiap hari
o
b. Kadang-kadang 3 kali seminggu
o
c. Jarang 1 kali seminggu
o
d. tidak pernah merokok
o
Apakah ada anggota keluarga yang terkena diabetes/kencing manis ?
a
Ada
o Ayah
Ibu
Saudara Kandung
o
Saudara/saudari Ayah
o Kakek Dari Ayah
o
Kakek Dari Ibu
Tidak ada
Saudari Kandung
Saudara/saudari Ibu
Nenek Dari Ayah
Nenek Dari Ibu
o
o
o Lampiran 2
1
Va
Cu
61
61.
39
100
10
o
Sebaran Jenis Kelamin, Usia, Riwayat Diabetes Keluarga, Merokok, Obesitas,
Hipertensi dan Tingkat Pendidikan.
Jenis Kelamin
o
o
Fre
quency
o
Laki-
laki
o
Valid
mpuan
o
Pere
Total
Valid
ercent
29
53
82
Percent
35
.4
64
.6
10
0.0
35.4
64.6
100.0
Cumulat
ive Percent
o
35.4
100.0
Usia Pasien
o
o
Fre
quency
o
<40
o
Valid
>40
o
Total
Valid
ercent
19
63
82
Percent
23
.2
76
.8
10
ive Percent
23.2
76.8
23.2
100.0
100.0
0.0
Cumulat
o
Riwayat DM Keluarga
o
o
Fre
quency
Tidak Ada Riwayat
Keluarga
Ada Riwayat
Valid
Keluarga
Total
Valid
ercent
Percent
70
58
24
82
Perokok
.7
29
.3
10
ive Percent
70.7
29.3
70.7
100.0
100.0
0.0
Cumulat
o
o
o
Fre
quency
Tidak
Merokok
Perokok
Ringan
Valid
Sedang
Perokok
Perokok
Berat
o
o
o
Total
Valid
rcent
65
Pe
82
Percent
79
.3
4.
9
8.
5
7.
3
10
0.0
Cumulat
ive Percent
79.3
79.3
4.9
84.1
8.5
92.7
7.3
100.0
100.0
o
o
o
o
o
o
o
o
Obesitas Pasien
Fre
quency
Kuran
Norm
al
o
o
esitas
Valid
Preob
Obesit
as 1
Obesit
as 2
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Total
Pe
Valid
rcent
11
13
18
25
15
82
Percent
13
.4
15
.9
22
.0
30
.5
18
.3
10
0.0
Cumulat
ive Percent
13.4
13.4
15.9
29.3
22.0
51.2
30.5
81.7
18.3
100.0
100.0
o
o
Hipertensi
Fre
quency
Normal
Pre
Hipertensi
Valid
Stage 1
Hipertensi
Hipertensi
Stage 2
18
34
21
Valid
22
41
.5
25
.6
11
.0
82
Percent
.0
Total
rcent
Pe
10
0.0
Cumulat
ive Percent
22.0
22.0
41.5
63.4
25.6
89.0
11.0
100.0
100.0
o
o
o
o
o
o
o
o
o
Fre
quency
Ti
nggi
edang
Valid
endah
otal
Tingkat Pendidikan
Pe
Valid
rcent
10
21
51
82
Percent
12
.2
25
.6
62
.2
10
0.0
ive Percent
12.2
12.2
25.6
37.8
62.2
Cumulat
100.0
100.0
Melitus Tipe 2
o
o
o
Kejadian DM
o
o
o
o
o
o
o
o
Hubungan Jenis
Kelamin dengan
Kejadian Diabetes
Tid
ak DM
o
o
Jenis
Laki-
laki
Kelamin
o
Pere
mpuan
Count
20
Expected
17. o
9 o
29
11 o
29
.3
.0
Count
30 o
23 o
53
Expected
32. o
20 o
53
.7
.0
Count
Total
tal
To
Count
Count
50 o
32 o
82
Expected
50. o
32 o
82
.0
.0
Count
o
Chi-Square Tests
o
o
Va o
df
lue
o
Pearson Chi-Square
Continuity
Likelihood Ratio
Linear-by-Linear
Sig. (2-sided)
1.
204a
.
Correctionb
740
o
1.
222
.273
.390
.269
o
o
Association
Asymp.
1.
189
o
o
.276
Exact
Sig. (2-sided)
Sig. (1-sided)
.346
.195
N of Valid Cases
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11.32.
82
Exact
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
4
Kejadi
an DM
C
o
n
t
o
E
x
p
e
c
t
7.
e
d
C
o
u
n
t
o
n
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
o
3
o
o
Chi-Square Tests
o
V
As
Ex
Ex
df
o
Pearson
Chi-
8.
Square
o
Continuity
Correctionb
6.
Likelihood
Ratio
9.
Fisher's
o
.
o
.
Exact Test
Linear-byLinear
Associatio
o
8.
n
o
N of Valid
Casesb
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7.41.
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
5
Kejadi
an DM
Riway
Tidak Ada
9.
at DM
Riwayat
Keluar
Keluarga
ga
n
t
E
x
p
e
c
t
e
d
o
3
C
o
u
n
t
Ada
Riwayat
Keluarga
n
t
E
x
p
e
c
t
e
d
C
o
u
n
t
Total
o
o
o
Chi-Square Tests
o
V
As
Ex
Ex
df
Pearson
Chi-
5.
Square
Continuity
Correctionb
4.
Likelihood
Ratio
5.
Fisher's
o
.
o
.
Exact Test
Linear-byLinear
Associatio
o
5.
N of Valid
Casesb
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 9.37.
o
o
o
o
Kejadi
an DM
Pe
Ti
o
o
o
o
o o
o
o
o
o
o
6
P
e
ro
o
k
o
u
Chi-Square Tests
n
V
C
o
E
x
Pearson
Chi-
in
7.
Square
Likelihood
Ratio
7.
Linear
Associatio
n
u
n
Asy
o
o
o
.
o
.
1.
4.
o
o
o
o
o
t
P
o
o
df
C
o
Cases
1.
N of Valid
Linear-by-
Hubungan
Merokok
dengan
Kejadian
Diabetes
Melitus Tipe 2
e
o
a. 6 cells (75.0%)
have expected count
less than
o 5.
r
u
The minimum expected count is 1.56.
6
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
7
Kejadi
an DM
o
u
si
ta
t
o
si
t
e
d
4.
C
o
u
n
t
o
C
o
u
n
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
5.
o
o
Chi-Square Tests
o
V
o
o
Asy
df
o
Pearson
Chi-
4.
o
.
Square
o
Likelihood
Ratio
4.
Linear-byLinear
Associatio
o
2.
o
.
o
.
n
o
N of Valid
Cases
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
8
Kejadi
an DM
Nor
mal
C
o
n
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
7.
C
o
u
n
t
o
Pre
Hip
erte
nsi
n
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
o
2
o
o
Chi-Square Tests
o
V
o
o
Asy
df
o
Pearson
Chi-
9.
o
.
Square
o
Likelihood
Ratio
Linear-byLinear
Associatio
o
8.
o
.
o
.
n
o
N of Valid
Cases
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
9
Kejadi
an DM
Ting
kat
Tin
C
o
Pen
didi
kan
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
3.
C
o
u
n
t
o
Se
C
o
n
t
o
E
x
p
e
c
t
e
d
8.
o
o
Chi-Square Tests
o
V
o
o
Asy
df
o
Pearson
Chi-
1.
o
.
Square
o
Likelihood
Ratio
1.
Linear-byLinear
o
.
o
.
Associatio
n
o
N of Valid
Cases
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o Lampiran 3
o Data Sampel Penelitian Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
Diabetes Melitus Tipe 2 di Balai Pengobatan Puskesmas Kecamatan Grogol
Petamburan, Jakarta Barat Periode 16-20 November 2015
o
o
N
o
Jeni
o
A
o
T
o
P
o
Me
o
Ri
o
K
o
R
o
L
o
K
o
1
o
T
o
Me
o
A
o
Ti
o
9
o
o
o
M
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
U
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Me
o
A
o
D
o
A
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
T
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
W
o
P
o
G
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
R
o
P
o
K
o
1
o o
T
T
i
d
a
k
o
Ti
o
D
o
Ti
o
Ti
o
B
o
P
o
K
o
11
o
T
m
e
r
o
k
o
k
o
Tid
o
R
o
P
o
J
o
8
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
M
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
H
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
N
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
A
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
E
o
L
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
S
o
P
o
I
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
M
o
L
o
J
o
11
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
H
o
L
o
K
o
11
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
K
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
o
o
o
N
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
S
o
L
o
B
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
o
o
R
o
P
o
I
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
G
o
P
o
G
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
U
o
L
o
K
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
D
o
R
o
L
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
T
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
E
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
K
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Me
o
A
o
D
o
E
o
P
o
G
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
Y
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
D
o
P
o
G
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
C
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
M
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
L
o
P
o
T
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
H
o
L
o
A
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
Me
Ti
o
K
o
P
o
A
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
L
o
P
o
K
o
11
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
T
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
R
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
o
o
o
R
o
L
o
S
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
D
o
L
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
H
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
M
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
S
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
A
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
Tid
Ti
o
M
o
L
o
H
o
1
o
T
o
Me
o
A
o
Ti
o
A
o
L
o
K
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
M
o
P
o
J
o
9
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
S
o
P
o
G
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
S
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
D
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
R
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
R
o
L
o
J
o
11
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
R
o
P
o
G
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
T
o
L
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
S
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
I
o
L
o
J
o
11
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
S
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
P
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
N
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
E
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
T
o
L
o
B
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
D
o
R
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
Ti
o
A
o
P
o
K
o
11
o
T
o
Tid
o
A
o
Ti
o
o
o
K
o
P
o
K
o
11
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
K
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
S
o
P
o
S
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
O
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
E
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
N
o
P
o
J
o
11
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
A
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
T
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
J
o
P
o
E
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
H
o
P
o
A
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
K
o
P
o
K
o
1
o
T
o
Me
o
Ti
o
D
o
H
o
L
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
B
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
D
o
R
o
P
o
T
o
1
o
T
o
Tid
o
A
o
D
o
H
o
L
o
E
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
L
o
P
o
J
o
1
o
T
o
Tid
o
Ti
o
Ti
o
I
o
L
o
T
o
1
o
T
o
Me
o
A
o
D
o
o
o