N
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI WILIYAH BINAAN PSTW NATAR
PROFESI NERS
disusun oleh
Di Susun Oleh :
Kadek Armawan
18350024
Pembimbing : ……………………
Tanda tangan : ……………………
Tanggal : ................................
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya
tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diabetes melitus
Pada Ny. N di Wilayah binaan panti Sosial Tresna werdha Natar ” ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi
tugas stase Gerontik.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai
kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan
keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status
kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia
(Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun,
yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui tentang
pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk “Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Mellitus Pada Ny.N Di wilayah binaan PSTW
natar”.
1.2.Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.N dengan
diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.N dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.N
dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.N dengan
diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Ny.N dengan diabetes mellitus.
1.3.Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 1 keluarga gerontik menjadi kasus
kelolaan yaitu Ny.N dengan masalah : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan metabolik.
1.4.Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1. Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Ny.N
tentang penyakit diabetes mellitus.
2. Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan
asuhan keperawatan gerontik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemriksaan
tanda-tanda vital.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku
ajar keperawatan gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.6. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik
untuk para pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil
kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum
nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan
rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka
(Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).
1.3.Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
1.4.Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.
1.5.Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
1. Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
2. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri
atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
2.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny N
Umur : 60 th
Alamat : Merak batin
Pendidikan : S-1
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : kawin
Tanggal Pengkajian : Minggu 02 Desember 2018
d. Kulit
- Kulit klien tampak kering, saat dicubit turgor dapat kembali dengan jarak waktu
2 detik, warna kulit sawo matang, kulit tampak keriput.
- Kuku
Warna kuku transparan, bentuk cembung, tidak tampak adanya kotoran,, tidak
terdapat lesi disekitar kuku.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan, bisa di gerakan ke
segala arah.
f. thorax
bentuk dada simetris, Frekuensi nafas 21 x / menit Irama jantung reguler,
frekuensi nadi 85 x/menit, tidak terjadi pembesaran pada kelenjar getah bening dan
tidak terjadi peninggian pada vena jugularis, tekanan darah 160/80 mmHg.
g. Ginjal
Frekuensi BAK 4 x sehari, warna urine pekat, dengan bau khas urine.
tidak teraba pada saat di palpasi,
h. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan pada saat di palpasi, bising usus 11.
i. Reproduksi
klien sudah menopause.
j. Ekstermitas
- Ekstrimitas atas
Kedua tangan kanan dan kiri dapat digerakan ke segala arah dengan kulit
keriput.
- Ekstrimitas bawah
Kedua kaki kiri dan kanan dapat digerakan, tidak terdapat oedema, klien masih
bisa berjalan tanpa alat bantu.
6. Pengkajian Psikososial
a. Sosial
Hubungan klien dengan lansia yang lain baik, terbukti klien suka ngobrol dengan
lansia yang lain.
b. Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I
1) Apakah klien mengalami sukar tidur ?
Klien mengatakan tidak mengalami sukar tidur, karena tiap malam tidurnya selalu
pules.
2) Apakah klien sering merasa gelisah ?
Saat di lakukan pengkajian klien mengatakan tidak merasa gelisah.
3) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
Saat di lakukan pengkajian klien mengatakan kalau klien tidak sering murung atau
menangis sendirian.
4) Apakah kien sering was-was atau kuatir ?
Saat di lakukan pegkajian klien mengatakan tidak sering was-was.
Petanyaan Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Klien mengatakan sering berat pada betis, setiap hari saat bangun tidur.
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Saat pengkajian klien mengatakan tidak punya masalah atau pikiran.
3. Ada gangguan/masalah dengan anggota keluarga ?
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota keluarganya,
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Klien mengatakan tidak pernah meminum obat tidur, karena tidur klien tiap hari
pules.
5. Cenderung mengurung diri ?
Klien tidak pernah mengurung diri di kamar, terbukti klien suka ngobrol di kamar
teman sebelahnya.
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
7. Pengkajian spiritual
Menurut penuturan klien, klien suka melakukan sholat, klien mengatakan kalau klien
bisa mengaji Al-Qur’an, klien juga suka melakukan pengajian setiap 1 minggu sekali di
masjid, dan klien yakin akan kematian, bahwa kematian itu rahasia Allah dan pasti akan
terjadi.
Interprestasi
Dengan Skor 130 Ny N termasuk Mandiri
Score total = 10
Interprestasi hasil :
Dengan nilai skor 10 Ny N tidak mengalami Kerusakan intelektual.
Interprestasi hasil :
Dengan nilai skor 28 Ny N tidak mengalami Kerusakan aspek fungsi mental
urine output :
>1500 cc/jam
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Ds : Defisiensi insulin absolute Risiko infeksi
Pasien mengatakan
kakinya kesemutan
terutama saat setelah Penurunan pemakaian
duduk bersila atau glukosa oleh sel
jongkok dalam waktu
lama.
Pasien mengaku Hiperglikemia
terkadang betis terasa
berat.
Do : Hiperosmolalitas
Gula darah sewaktu
333 mg/dl
Gula darah puasa
pasien 256 mg/dl.
3.4 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko Resiko ketidakstabilan Manajemen Hiperglikemi
ketidakstabilan kadar glukosa darah 1. Monitor kadar gula darah,
kadar glukosa 2. Monitor tanda dan gejala
darah Setelah dilakukan hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
asuhan keperawatan, polifagi, kelemahan, latergi,
diharapkan malaise, pandangan kabur atau
ketidakstabilan kadar sakit kepala.
glukosa darah normal. 3. Dorong pemantauan sendiri
Kadar glukosa darah kadar glukosa darah
1. Glukosa darah 4. Intruksikan pada pasien dan
kisaran normal) keluarga mengenai manajemen
<200 mg/dl diabetes
Manajemen diri : 5. Fasilitasi kepatuhan terhadap
diabetes diet dan regimen latihan
1. Memantau glukosa Pengajaran: Peresepan Diet
darah 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini
dan sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan
yang sesuai.
5. Libatkan pasien dan keluarga
2 Keamanan/ Resiko infeksi Kontrol Infeksi
Perlindungan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien mengenai
Kelas 1. Infeksi asuhan keperawatan, teknik mencuci tangan dengan
Resiko infeksi diharapkan tidak terjadi tepat
infeksi pada pasien. 2. Ajarkan pasien dan keluarga
Deteksi risiko bagaimana cara menghindari
1. Mengenali tanda dan infeksi
gejala yang Perlindungan Infeksi
mengindikasikan 1. Monitor kerentanan terhadap
risiko infeksi
2.Memonitor perubahan 2. Berikan perawatan kulit yang
status kesehatan tepat Periksa kulit dan selaput
Kontrol risiko lendir untuk adanya kemerahan,
1.Mengidentifikasi kehangatan ektrim, atau
faktor risiko dari drainase
3. Ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari
infeksi
3 Ansietas Ansietas Peningkatan koping
Setelah dilakukan 1. Bantu pasien dalam memecah
asuhan keperawatan, tujuan kompleks menjadi lebih
diharapkan ansietas kecil, dan langkah yang dapat
pasien berkurang. dikelola
Tingkat kecemasan 2. Dukung sikap pasien terkait
1.Tidak dapat dengan harapan yang realistis
beristirahat sebagai upaya untuk mengatasi
2. Perasaan gelisah perasaan ketidakberdayaan
3. Gangguan tidur 3. Cari jalan untuk memahami
Memproses informasi prespektif pasien terhadap
1. Menunjukkan proses situasi
pikir yang 4. Kenali latar belakang
terorganisir budaya/spiritual pasien
Kepuasan klien : 5. Dukung pasien untuk
perawatan psikologis mengklarifikasi
1. Informasi di berikan kesalahpahaman
tentang perjalanan
penyakit
2. Informasi di berikan
mengenai respon
emosional yang
biasa terhadap
penyakit
3.5 Implementasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tanggal
1. 2/12/2018 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
09.00 indikasi
WIB 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi:
poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit
kepala.
3. Mengintruksikan pada pasien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes
4. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. 2/12/2018 9.50- 1. Menganjurkan pasien mengenai teknik
10.30 mencuci tangan dengan tepat
2. Mengajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari infeksi
3.6 Evaluasi
Hari, Tanggal, Diagnosa
No Evaluasi Paraf
Jam keperawatan
1 2 desember 2018 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan sudah
kadar glukosa darah tidak merasa lemas dan
kesemutan di kakinya
O:
-Gula darah puasa : 99 mg/dl
-Gula darah sewaktu : 144
mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan diet makan,
dan pantau pemenuhan
nutrisi pasien
2 2 desember 2018 Risiko infeksi S : klien mengatakan tidak
terasa kesemutan di
kakinya
O : tidak ada luka di tubuh
klien terutama di kaki
A : masalah risiko infeksi
klien teratasi
P : pantau agen penyebab
infeksi klien untuk
mengurangi terjadinya
infeksi
3 2 desember 2018 Ansietas S : klien mengatakan sudah
tidak cemas memikirkan
penyakitnya
O : klien tampak tenang dan
bisa tidur pada malam
hari
A : masalah kecemasan klien
dapat teratasi
P : hentikan intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1.Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian kegiatan mengumpulkan data dilakukan melalui observasi
langsung terhadap pasien. Wawancara langsung dengan pasien mampu keluarga serta
melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, dari hasil pengkajian yang
dilakukan, penulis menemukan masalah antara teoritis dengan kasus di atas yaitu:
- Pengkajian teoritis ditemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada
usia > 60 tahun, namun pada kasus ditemukan umur 60 tahun yang mengalami
penyakit DM.
- Pada pengkajian teoritis riwayat masa lalu merupakan salah satu factor pencetus
seseorang terkena penyakit DM, namun penulis tidak ada menemukan itu pada
kasus.
- Pada pengkajian teoritis riwayat pada keluarga merupakan factor gen yang
menyebabkan munculnya sebuah penyakit, dimana salah satunya yaitu penyakit
DM. Namun penulis tidak ada menemukan factor pencetus tersebut pada kasus.
- Pada pengkajian system penglihatan di teoritis, dilakukan test snelen cart untuk
menentukan ketajaman mata pada seseorang yang mengalami gangguan, salah
satunya yaitu pada lansia. Namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut pada
kasus berhubungan karena kurang lengkapnya persiapan alat-alat saat praktek
belajar lapangan, melainkan penulis hanya melakukan secara observasi untuk
mengetahui kelainan pada ketajaman penglihatan pada kasus.
- Pada pengkajian di teoritis ditemukan adanya pengkajian sistem pendengaran,
dimana pada lansia biasanya didapatkan data yaitu penurunan proses mendengar,
tetapi pada tahap pengkajian tinjauan kasus, penulis tidak menemukan pada kasus.
- Pada proses pengkajian kasus, penulis melakukan pengkajian tes kadar gula darah.
pengecekan gula darah bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar gula
dara pada klien dengan gangguan DM. pada tinjauan teoritis ditemukan adanya tes
kadar gula dara dalam menentukan masalah .
4.3.Tahap Intervensi
Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan
pada intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang
sudah ditegakkan. Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3
diagnosa yang ditemukan pada kasus yaitu:
Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
darah tidak terkontrol.
1. Monitor kadar gula darah,
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi,
kelemahan, latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit kepala.
3. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
4. Intruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes
5. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan
4.4.Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik
sesuai dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus
dan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun kendala yang
dialami penulis saat melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering tidak
berada dirumah melainkan klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah
klien yang begitu cukup jauh.
4.5.Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana
keperawatan gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada
kasus, semua rencana keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat
dilakukan dengan baik serta masalah pada klien dapat teratasi dengan baik. Dimana
klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya, resiko terjadinya cidera, serta sudah
dapat melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang ada pada kaki klien.
BAB 5
PENUTUP
5.1.Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik
khususnya pada Ny.N dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N
dengan gangguan diabetes melitus.
5.2.Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di
dalam kasus.
3. Bagi Ny.N selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti
mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.