Anda di halaman 1dari 49

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA Ny.

N
DENGAN DIABETES MELLITUS
DI WILIYAH BINAAN PSTW NATAR

PROFESI NERS

disusun oleh

Kadek Armawan : 18350024

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2018
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA LANSIA Ny. N DENGAN
DENGAN DIABETES DI WILIYAH BINAAN PSTW
NATAR

Disusun Untuk Memenuhi Salah SatuTugas Praktek Profesi Ners


Stase Keperawatan Gerontik

Di Susun Oleh :
Kadek Armawan
18350024

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing : ……………………
Tanda tangan : ……………………
Tanggal : ................................
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas anugerah-Nya
tugas asuhan keperawatan yang berjudul “Asuhan Keperawatan Diabetes melitus
Pada Ny. N di Wilayah binaan panti Sosial Tresna werdha Natar ” ini dapat selesai.
Adapun tujuan penyusunan asuhan keperawatan ini adalah untuk memenuhi
tugas stase Gerontik.
Namun kami menyadari bahwa dalam penyusunan laporan pendahuluan ini
masih terdapat banyak kekurangan, karena itu kami sangat mengharapkan berbagai
kritik dan saran yang membangun sebagai evaluasi demi penyempurnaan asuhan
keperawatan ini selanjutnya.
Semoga laporan Asuhan Keperawatan ini dapat bermanfaat. Terimakasih.

Natar, Desember 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang
Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel, jaringan,
serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-fisiologik dan dapat
timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin khususnya penyakit diabetes
mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya berpengaruh pada kemunduran kesehatan
fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia.
Sehingga secara umum akan berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010).
Usia harapan hidup lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status
kesehatan, status gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang
semakin meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang berusia
>65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 % populasi pada panti
lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International Diabetik Federation
menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien DM. Angka ini terus
bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap tahunnya. Dengan demikian, jumlah
pasien DM diperkirakan akan mencapai 350 juta orang pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia
(Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64 tahun,
yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan
24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2.
Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820 DMTI
(Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI (Diabetes
Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan Kota Semarang,
2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada lanjut
usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara berkembang akibat
peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak faktor
antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di
kota besar menyebabkan peningkatan prevalensi penyakit degeneratif.
Berkaitan dengan data tersebut di atas penulis tertarik untuk mengetahui tentang
pengelolaan keluarga dengan memberikan asuhan keperawatan gerontik untuk “Asuhan
Keperawatan Gerontik Dengan Diabetes Mellitus Pada Ny.N Di wilayah binaan PSTW
natar”.

1.2.Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada lansia secara profesional
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.

b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.N dengan
diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.N dengan diabetes mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga Ny.N
dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan dan
pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.N dengan
diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada keluarga
Ny.N dengan diabetes mellitus.
1.3.Ruang lingkup
Adapun ruang lingkup dari laporan ini adalah 1 keluarga gerontik menjadi kasus
kelolaan yaitu Ny.N dengan masalah : kerusakan integritas kulit berhubungan dengan
gangguan metabolik.

1.4.Metode penulisan
Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus yang menggunakan tehnik :
1. Wawancara
Diperoleh langsung dari pasien dengan metode tanya jawab pada keluarga Ny.N
tentang penyakit diabetes mellitus.
2. Observasi
Pengamatan dan keterlibatan langsung terhadap kondisi pasien dalam penerapan
asuhan keperawatan gerontik dengan melakukan pemeriksaan fisik dan pemriksaan
tanda-tanda vital.
3. Studi kepustakaan
Mempelajari buku-buku yang berkaitan dengan keperawatan gerontik yaitu buku
ajar keperawatan gerontik, ilmu pengantar komunitas pengantar dan teori buku, aplikasi
asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis dan NANDA NIC-NOC.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Konsep medis lansia


2.1.1. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu tertentu,
tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.
Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua
berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas,
penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur tubuh yang tidak
proforsional (Nugroho, 2008).

2.1.2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia


Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi faktor
internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon
yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang menurun dan
juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup yang tidak sehat, diet
yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan polusi lingkungan dan sinar
ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling
terkait dan memainkan peran yang besar dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa,
2014).

2.1.3. Perubahan lansia pada sistem endokrin


Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia yaitu
sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan sebagian
menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah glukosa
darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit menurun,
dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
serum T3 dan T4 tetap stabil.

2.1.4. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan


Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.” Fungsi
vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami diabetes dapat
terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-perubahan ini terjadi pada
jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi bila
seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang yang lebih
muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin Dependent Diabetes
Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang paling sering pada
penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki tipe NIDDM, yang lebih
dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan ketidakmampuan untuk
memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
NIDDM, bentuk penyakit yang paling sering diantara lansia, adalah ancaman
serius terhadap kesehatan karena beberapa alasan. Pertama, komplikasi kronis yang
dialami dalam hubungannya dengan fungsi penglihatan, sirkulasi, neurologis, dan
perkemihan dapat lebih menambah beban pada sistem tubuh yang telah mengalami
penurunan akibat penuaan. Kedua, sindrom hiperglikemia hipeosmolar nonketotik,
suatu komplikasi diabetes yang dapat mengancam jiwa meliputi hiperglikemia,
peningkatan osmolalitas serum, dan dehidras, yang terjadi lebih sering di antara lansia
(Stanley, Mickey, 2006).

2.1.5. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia


Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan sekresi
insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang
dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu dalam darah. Insulin
merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang berfungsi mengendalikan
kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi dan penyimpanannya (American
Diabetes Assosiation, 2004 dalam Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun sedangkan
DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus diabetes) yang
umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan resistensi insulin
(American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008). DM tipe 2 berlangsung
lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena gejala yang dialami pasien sering
bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas, poliuria,polidipsi dan luka yang lama
sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

2.1.6. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat kompleks
direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak dalam diet ini
tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan aktivitas reseptor
insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga baik
untuk para pemula.

2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak dapat
dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada umumnya
dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat diandalkan
daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan untuk menentukan
diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley, Mickey, 2006).

b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat mengambil
kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien tentang prinsip umum
nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan klien tentang membaca label
untuk menghindari asupan sehari-hari, memilih sumber-sumber makanan
rendah kolesterol, dan memasukkan serat yang adekuat dalam diet mereka
(Stanley, Mickey, 2006).

c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung meningkatkan
fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah, meningkatkan
stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan sirkulasi. Walaupun
berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai pilihan yang sangat baik
untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas lainnya juga sama-sama
bermanfaat. Khususnya, aerobik yang menawarkan manfaat paling banyak.
Seseorang dengan NIDDM harus melakukan latihan minimal satu kali setiap 3
hari (Stanley, Mickey, 2006).

d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan untuk
menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).

2.2.Konsep keperawatan gerontik


2.2.1. Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.

Meliputi aspek gerontik:


1. Fisik
1.1.Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
1.2.Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to toe.

1.3.Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.

1.4.Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang ada.

1.5.Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.

2.2.2. Diagnosa keperawatan


1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna, mengabsorbsi
makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan fungsi
yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan neuromuskular
yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet melebihi waktu untuk
menahan pengosongan bladder dan tidak mampu mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau kerusakan
memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang ditandai
dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal dan
neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)

1. Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan peran,
perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status kesehatan,
pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)

2. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat diri
atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan social, kurang
sosiokultural (NANDA, 2006).
2.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)

No
Diagnosa keperawatan NOC NIC
.
Aspek fisik atau biologis
1. Ketidakseimbangan Status nutrisi Manajemen
nutrisi : kurang dari Setelah dilakukan intervensi ketidakteraturan makan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 3x24 (eating disorder
berhubungan dengan jam pasien diharapkan management)
tidak mampu dalam mampu: 1. Kolaborasi dengan
memasukkan, 1. Asupan nutrisi tidak anggota tim kesehatan
memasukan, mencerna, bermasalah untuk memuat
mengabsorbsi makanan 2. Asupan makanan dan perencanaan
karena factor biologi. cairan tidak perawatan jika sesuai.
bermasalah 2. Diskusikan dengan
3. Energy tdak tim dan pasien untuk
bermasalah membuat target berat
4. Berat badan ideal badann, jika berat
badan pasien tdak
sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan
ahli gizi untuk
menentukan asupan
kalori setiap hari
supaya mencapai dan
atau mempertahankan
berat badan sesuai
target.
4. Ajarkan dan kuatkan
konsep nutrisi yang
baik pada pasien
5. Kembangkan
hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk
memonitor diri sendiri
terhadap asupan
makanan dan
kenaikan atau
pemeliharaan berat
badan.
7. Gunakan teknik
modifikasi tingkah
laku untuk
meningkatkan berat
badan dan untuk
menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas
peningkatan berat
badan dan tingkah
laku yang mendukung
peningkatan berat
badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Tetapkan pola
insomnia dalam waktu jam pasien diharapkan kegiatan dan tidur
lama, terbangun lebih dapat memperbaiki pola pasien.
awal atau terlambat tidurnya dengan kriteria : 2. Monitor pola tidur
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam pasien dan jumlah
kemampuan fungsi yng tidurnya jam tidurnya.
ditandai dengan penuaan 2. Tidur secara rutin 3. Jelaskan pentingnya
perubahan pola tidur dan 3. Miningkatkan pola tidur selama sakit dan
cemas. tidur stress fisik.
4. Meningkatkan kualitas 4. Bantu pasien untuk
tidur menghilangkan situasi
5. Tidak ada gangguan stress sebelum jam
tidur tidurnya.
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 urin
dengan keterbatasan jam diharapkan pasien 1. Monitor eliminasi
neuromuskular yang mampu : urin.
ditandai dengan waktu 1. Kontinensia urin 2. Bantu klien
yang diperlukan ke toilet 2. Merespon dengan mengembangkan
melebihi waktu untuk cepat keinginan buang sensasi keinginan
menahan pengosongan air kecil (BAK) BAK.
bladder dan tidak mampu 3. Mampu mencapai 3. Modifikasi baju dan
mengontrol pengosongan. toilet dan lingkungan untuk
mengeluarkan urin memudahkan klien ke
secara tepat waktu toilet.
4. Mengosongkan bladder 4. Instruksikan pasien
dengan lengkap untuk mengonsumsi
5. Mampu memprediksi air minum sebanyak
pengeluaran urin 1500 cc/hari.
4. Gangguan proses berpikir Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Diskusi dengan pasien
kemunduran atau jam pasien diharapkan dan keluarga beberapa
kerusakan memori dapat meningkatkan daya masalah ingatan.
sekunder. ingat dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan
1. Mengingat dengan dengan mengulang
segera informasi yang pemikiran pasien
tepat kemarin dengan
2. Mengingat inormasi cepat.
yang baru saja 3. Mengenangkan
disampaikan tentang pengalaman
3. Mengingat informasi di masalalu dengan
yang sudah lalu pasien.

5. Seksual berhubungan Fungsi seksual Konseling seksual


dengan perubahan 1. Mengekspresikan 1. Bantu pasien untuk
struktur tubuh/fungsi kenyamanan mengekspresikan
yang ditandai dengan 2. Mengekspresikan perubahan fungsi
perubahan dalam kepercayaan diri tubuh termasuk organ
mencapai kepuasan seksual seiring
seksual. dengan bertambahnya
usia.
2. Diskusikan beberapa
pilihan agar dicapai
kenyamanan.
6. Kelemahan mobilitas Level mobilitas (mobility Latihan dengan terapi
fisik berhubungan dengan level) gerakan (exercise
kerusakan Setelah dilakukan intervensi therapy ambulation)
musculoskeletal dan keperawatan selama 2x24 1. Kosultasi kepada
neuromular. jam diharapkan pasien pemberi terapi fisik
dapat : mengenai rencana
1. Memposisikan gerakan yang sesuai
penampilan tubuh dengan kebutuhan.
2. Ambulasi : berjalan 2. Dorong untuk
3. Menggerakan otot bergerak secara bebas
4. Menyambung namun masih dalam
gerakan/mengkolabora batas yang aman.
sikan gerakan 3. Gunakan alat bantu
untuk bergerak, jika
tidak kuat untuk
berdiri (mudah
goyah/tidak kokoh).

7. Kelelahan berhubungan Activity tolerance Energy management


dengan kondisi fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi
kurang. keperawatan selama 2x24 untuk memastikan
jam diharapkan pasien sumber energi yang
dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan
bernapas dalam respon keterbatasan fisik
aktivitas pasien.
2. Melaporkan aktivitas 3. Tentukan penyebab
harian kelelahan.
3. Memonitor ECG dalam 4. Bantu pasien untuk
batas normal jadwal istirahat.
4. Memonitor warna kulit
8. Risiko kerusakan Kontrol risiko (risk control) Penjagaan terhadap kulit
integritas kulit Setelah dilakukan intervensi (skin surveillance)
keperawatan selama 2x24 1. Monitor area kulit
jam diharapkan pasien yang terlihat
dapat : kemerahan dan
1. Kontrol perubahan adanya kerusakan.
status kesehatan 2. Monitor kulit yang
2. Gunakan support sering mendapat
system pribadi untuk tekanan dan gesekan.
mengontrol risiko 3. Monitor warna kulit.
3. Mengenal perubahan 4. Monitor suhu kulit.
status kesehatan 5. Periksa pakaian, jika
4. Monitor factor risiko pakaian terlihat terlalu
yang berasal dari ketat.
lingkungan
9. Kerusakan memori Orientasi kognitif Pelatihan memori
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (memory training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 1. Stimulasi memory
jam diharapkan pasien dengan mengulangi
dapat : pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir
2. Mengenal orang atau pertemuan dengan
hal penting pasien.
3. Mengenal tempatnya 2. Mengenang
sekarang pengalaman masa lalu
4. Mengenal hari, bulan, dengan pasien.
dan tahun dengan 3. Menyediakan gambar
benar untuk mengenal
ingatannya kembali.
4. Monitor perilaku
pasien selama terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas
percaya diri tidak adekuat keperawatan selama 3x24 social dan komunitas
dalam kemampuan jam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
koping, dukungan social diharapkan mampu : mengembangkan
tidak adekuat yang 1. Mengidentifikasi pola hubungan.
dibentuk dari koping efektif 3. Dorong berhubungan
karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dengan seseorang
hubungan. koping yang tidak yang memiliki tujuan
efektif dan ketertarikan yang
3. Melaporkan penurunan sama.
stress 4. Dukung pasein untuk
4. Memverbalkan control menguunakan
perasaan mekanisme
5. Memodifikasi gaya pertahanan yang
hidup yang dibutuhkan sesuai.
6. Beradaptasi dengan 5. Kenalkan pasien
perubahan kepada seseorang
perkembangan yang mempunyai latar
7. Menggunakan belakang pengalaman
dukungan social yang yang sama.
tersedia
8. Melaporkan
peningkatan
kenyamanan psikologis
2. Isolasi social Lingkungan keluarga : Keterlibatan keluarga
berhubungan dengan internal (family (family involvement)
perubhaan penampilan environment: interna) 1. Mengidentifikasikan
fisik, peubahan keadaan Setelah dilakukan intervensi kemampuan anggota
sejahtera, perubahan keperawatan selama 3x24 keluarga untuk
status mental. jam pasien secara konsisten terlibat dalam
diharapkan mampu : perawatan pasien.
1. Berpatisipasi dalam 2. Menentukan sumber
aktifitas bersama fisik, psikososial dan
2. Berpatisipasi dalam pendidikan pemberi
tradisi keluarga pelayanan kesehatan
3. Menerima kunjungan yang utama.
dari teman dan anggota 3. Mengidentifkasi
keluarga besar deficit perawatan diri
4. Memberikan dukungan pasien.
satu sama lain 4. Menentukan tinggat
5. Mengekspresikan ketergantungan pasien
perasaan dan masalah terhadap keluarganya
kepada yang lain. yang sesuai dengan
6. Mendorong anggota umur atau
keluarga untuk tidak penyakitnya.
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
rekreasi dan acara
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
3. Gangguan harga diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga diri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Kuatkan rasa percaya
ketergantungan, selama 2x24 jam pasien diri terhadap
perubahan peran, diharapkan akan bisa kemampuan pasien
perubahan citra tubuh dan memperbaiki konsep diri mengndalikan situasi.
fungsi seksual. dengan criteria : 2. Menguatkan tenaga
1. Mengidentifikasi pola pribadi dalam
koping terdahulu yang mengenal dirinya.
efektif dan pada saat 3. Bantu pasien untuk
ini tidak mungkin lagi memeriksa kembali
digunakan akibat persepsi negative
penyakit dan tentang dirinya.
penanganan
(pemakaian alkohol
dan obat-obatan;
penggunaan tenaga
yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode
ekspresi seksual
4. Cemas berhubungan Anxiety control Anxiety reduction
dengan perubahan dalam Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
status peran, status keperawatan selama 2x24 menidentifikasi
kesehatan, pola interaksi, jam diharapkan pasien situasi percepatan
fungsi peran, lingkungan, dapat: cemas.
status ekonomi. 1. Memonitor intensitas 2. Dampingi pasien
cemas untuk
2. Melaporkan tidur yang mempromosikan
adekuat kenyamanan dan
3. Mengontrol respon mengurangi
cemas ketakutan.
4. Merencanakan strategi 3. Identifikasi ketika
koping dalam situasi perubahan level
stress cemas.
4. Instuksikan pasien
dalam teknik
relaksasi.
5. Resiko kesendirian Family Coping Family support
Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pekembangan
keperawatan selama 2x24 harapan yang realistis.
jam diharapkan pasien 2. Identifikasi alami
dapat: dukungan spiritual
1. Mendemontrasikan bagi keluarga.
fleksibelitas peran 3. Berikan kepercayaan
2. Mengatur masalah dalam hubungan
3. Menggunakan strategi dengan keluarga.
pengurangan stress 4. Dengarkan untuk
4. Menghadapi masalah berhubungan dengan
keluarga, perasan dan
pertanyaan.
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 1. Bantu pasien untuk
perubahan dan jam pasien diharapkan mendiskusikan
ketergantungan fisik meningkatkan citra perubahan karena
(ketidakseimbangan tubuhnya dengan criteria : penyakit atau
mobilitas) serta 1. Merasa puas dengan pembedahan.
psikologis yang penampilan tubuhnya 2. Memutuskan apakah
disebabkan penyakit atau 2. Merasa puas dengan perubahan fisik yang
terapi. fungsi anggota baru saja diterima
badannya dapat masuk dalam
3. Mendiskripsikan citra tubuh pasien.
bagian tubuh tambahan 3. Memudahkan
hubungan dengan
individu lain yang
mempunyai penyakit
yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi (hope instillation)
peubahan hidup, keperawatan selama 3x24 1. Mengkaji pasian atau
kematian atau sekarat diri jam pasien secara luas keluarga untuk
atau orang lain, cemas, diharapkan mampu : mengidentifikasi area
mengasingkan diri, 1. Mengekspresikan pengharapan dalam
kesendirian atau orientasi masa depan hidup.
pengasingan social, yang positif 2. Melibatkan pasien
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti secara aktif dalam
kehidupan perawatan diri.
3. Mengekspresikan rasa 3. Mengajarkan keluarga
optimis tentang aspek positif
4. Mengekspresikan pengharapan.
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri
sendiri dan orang lain
BAB 3
TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny N DENGAN GANGGUAN


DIABETES MELITUS DI DESA MERAK BATIN
DI WILAYAH BINAAN PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA NATAR

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny N
Umur : 60 th
Alamat : Merak batin
Pendidikan : S-1
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
Status Perkawinan : kawin
Tanggal Pengkajian : Minggu 02 Desember 2018

2. Status Kesehatan Saat ini


Pada saat di lakukan pengkajian tanggal 02 Desember 2018 Ny N mengatakan
sering mengeluh betis terasa berat dan sering BAK, betis terasa berat dan sering BAK
dirasakan saat gula darah tinggi, betis terasa berat di rasakan seperti nyut-nyutan,dan
hilang timbul, dengan skala nyeri 2,Ny N hanya mengeluh berat pada di bagian betis
saja.
3. Riwayat Kesehatan Terdahulu
Menurut penuturan Ny N, Ny N tidak pernah menderita penyakit apapun
dahulu.
4. Riwayat kesehatan Keluarga
Menurut penuturan klien di dalam keluarganya tidak ada penyakit menular atau
penyakit lainnya, dan klien mengatakan kalau keluarganya dalam keadaan sehat.
5. Pemeriksaan fisik
Tanggal 02 Desember 2018
a. Keadaan umum
- Penampilan umum : Klien tampak lemas
- Kesadaran : Compos mentis
- TTV TD : 110/70 mmHg
P : 88 x/mnt
R : 21 x/mnt
S : 36,5 0C
b. Kepala
- Kulit kepala dan Rambut
Tidak ada lesi pada kulit kepala, tampak bersih, Warna rambut klien tampak
putih/ berubah, rambut klien tampak bersih, penyebaran rambut merata, rambut
tampak panjang kondisi baik tidak bercabang.
- Mata
Pergerakan bola mata, dapat digerakan ke atas ke bawah, ke kiri dan ke kanan,
kejelasan melihat cukup jelas tidak terdapat katarak/ penyakit lainnya.
Konjungtiva anemis, sclera ikterik, Letak mata kanan dan kiri tampak simetris.
- Hidung
kedua lubang hidung simetris warna mukosa hidung merah muda, tidak ada
sekret , fungsi penciuman baik terbukti klien dapat membedakan wangi balsam
dan kayu putih.
- Telinga
Telinga kanan dan kiri tampak simetris, tidak tampak adamnya serumen, fungsi
pendengaran sebelah kiri sedikit terganggu, namum klien masih dapat
menjawab pertanyaan dengan jelas.
c. Mulut dan tenggorokan
Mukosa tampak kering, tidak terdapat stomatitis, warna gigi putih kekuningan,
ada sebagian gigi yang sudah tidak ada, , klien dapat membedakan rasa makanan
yaitu asin, manis, pahit, dan asam, lidah berwarna merah muda.

d. Kulit
- Kulit klien tampak kering, saat dicubit turgor dapat kembali dengan jarak waktu
 2 detik, warna kulit sawo matang, kulit tampak keriput.
- Kuku
Warna kuku transparan, bentuk cembung, tidak tampak adanya kotoran,, tidak
terdapat lesi disekitar kuku.
e. Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada nyeri tekan, bisa di gerakan ke
segala arah.
f. thorax
bentuk dada simetris, Frekuensi nafas 21 x / menit Irama jantung reguler,
frekuensi nadi 85 x/menit, tidak terjadi pembesaran pada kelenjar getah bening dan
tidak terjadi peninggian pada vena jugularis, tekanan darah 160/80 mmHg.
g. Ginjal
Frekuensi BAK 4 x sehari, warna urine pekat, dengan bau khas urine.
tidak teraba pada saat di palpasi,
h. Abdomen
Tidak ada nyeri tekan pada saat di palpasi, bising usus 11.
i. Reproduksi
klien sudah menopause.
j. Ekstermitas
- Ekstrimitas atas
Kedua tangan kanan dan kiri dapat digerakan ke segala arah dengan kulit
keriput.
- Ekstrimitas bawah
Kedua kaki kiri dan kanan dapat digerakan, tidak terdapat oedema, klien masih
bisa berjalan tanpa alat bantu.
6. Pengkajian Psikososial
a. Sosial
Hubungan klien dengan lansia yang lain baik, terbukti klien suka ngobrol dengan
lansia yang lain.
b. Masalah Emosional
Pertanyaan Tahap I
1) Apakah klien mengalami sukar tidur ?
Klien mengatakan tidak mengalami sukar tidur, karena tiap malam tidurnya selalu
pules.
2) Apakah klien sering merasa gelisah ?
Saat di lakukan pengkajian klien mengatakan tidak merasa gelisah.
3) Apakah klien sering murung atau menangis sendiri ?
Saat di lakukan pengkajian klien mengatakan kalau klien tidak sering murung atau
menangis sendirian.
4) Apakah kien sering was-was atau kuatir ?
Saat di lakukan pegkajian klien mengatakan tidak sering was-was.
Petanyaan Tahap 2
1. Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 kali dalam 1 bulan ?
Klien mengatakan sering berat pada betis, setiap hari saat bangun tidur.
2. Ada masalah atau banyak pikiran ?
Saat pengkajian klien mengatakan tidak punya masalah atau pikiran.
3. Ada gangguan/masalah dengan anggota keluarga ?
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan anggota keluarganya,
4. Menggunakan obat tidur/penenang atas anjuran dokter?
Klien mengatakan tidak pernah meminum obat tidur, karena tidur klien tiap hari
pules.
5. Cenderung mengurung diri ?
Klien tidak pernah mengurung diri di kamar, terbukti klien suka ngobrol di kamar
teman sebelahnya.
MASALAH EMOSIONAL POSITIF (+)
7. Pengkajian spiritual
Menurut penuturan klien, klien suka melakukan sholat, klien mengatakan kalau klien
bisa mengaji Al-Qur’an, klien juga suka melakukan pengajian setiap 1 minggu sekali di
masjid, dan klien yakin akan kematian, bahwa kematian itu rahasia Allah dan pasti akan
terjadi.

8. Pengkajian Fungsional Klien


a. KATZ Indeks
Klien mengatakan segala aktifitas masih bisa di kerjakan sendiri, seperti makan,
BAB/BAK, menggunakan pakaian, pergi ke toilet, mandi, mencuci, dan berpindah. (KATZ
Indeks A).

b. Modifikasi dari Barthel Indeks

NO KRITERIA DENGAN MANDIRI KETERANGAN


BANTU
AN
1. Makan 10 Frekwensi : 3 x sehari
Jumlah : 1 porsi habis
Jenis : nasi + lauk paik
2. Minum 10 Frekwensi : ± 4 x sehari
Jumlah : ± 4 gelas
Jenis : air putih
3. Berpindah dari kursi 15 Tidak menggunakan
roda ke tempat kursi roda, bisa
tidur, sebaliknya berpindah sendiri.
4. Personal toilet (cuci 5 Frekwensi :
muka, menyisir k. cuci muka tiap kali
rambut, gosok gigi) mandi dan wudhu
l. menyisir rambut 1 x
sehari
m. gosok gigi 2x sehari
5. Keluara masuk toilet 10 Mencuci pakaian
(mencuci pakaian, sendiri dan mandi
menyeka tubuh, sendiri.
menyiram)
6. Mandi 15 Frekwensi : 3 x sehari
7. Jalan di permukaan 5 Klien bisa berjalan
datar sendiri
8. Naik turun tangga 10 Klien mampu naik turun
tangga sendiri
9. Mengenakan pakaian 10 Klien mampu
mengenakan
paiakan sendiri.
10. Kontrol BAB 10 Frekwensi : 1 x sehari
Konsistensi : padat
11. Kontrol BAK 10 Frekwensi : 3 x sehari
Warna : pekat
12. Olahraga/latihan 10 Frekwensi : tiap hari
Jenis : relaksasi
13. Rekreasi/pemanfaatan 10 Frekwensi :
waktu luang Jenis : jalan-jalan

Interprestasi
Dengan Skor 130 Ny N termasuk Mandiri

9. Pengkajian Status Mental

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama tempat ini ?
√ 04 Dimana alamat Anda?
√ 05 Berapa umur Anda ?
√ 06 Kapan Anda lahir ? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu Anda?
√ 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap kurangi sampai tiga kali
pengurangan
∑=6 ∑=4

Score total = 10
Interprestasi hasil :
Dengan nilai skor 10 Ny N tidak mengalami Kerusakan intelektual.

10. Asfek kognitif


NO ASPEK NILAI NILAI KRITERIA
KOGNITI MAKSIMA KLIEN
F L
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
o Tahun
o Musim
o Tanggal
o Hari
o Bulan
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang berada )
o Negara …..
o Propinsi ….
o Kota………
o PSTW/desa/kampung……..
o Wisma/alamat …….
2 Registrasi 3 3 Sebutkan nama 3 obyek (oleh
pemeriksa) 1 detik untuk
mengatakan masing-masing
obyek. Kemudian tanyakan
kepada klien ketiga obyek tadi.
(untuk disebutkan)
o Obyek bolpoint
o Obyek kerudung
o Obyek kertas
3 Perhatian dan 5 4 Minta klien untuk memulai dari angka
Kalkulasi 100 kemudian dikurangi 7 sampai
5 kali/tingkat
o 93
o 86
o 79
o 72
o 65
4 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada No.2 (registrasi) tadi.
Bila benar, 1 point untuk masing2
obyek.

5 Bahasa 9 9 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan namanya pada klien
o (misal jam tangan)
o (misal pensil)

Minta klien untuk mengulang kata


berikut: “tak ada jika, dan, atau,
tetapi”. Bila benar, nilai satu
point.
o Pernyataan benar 2 buah: tak ada,
tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri dari 3 langkah
: “Ambil kertas di tangan anda,
lipat dua dan taruh di lantai”.
o Ambil kertas di tangan anda
o Lipat dua
o Taruh di lantai

Perintahkan pada klien untuk hal


berikut (bila aktifitas sesuai
perintah nilai 1 point)
o “Tutup mata Anda”

Perintahkan pada klien untuk menulis


satu kalimat dan menyalin gambar
o Tulis satu kalimat
o Menyalin gambar
Nilai Total 28

Interprestasi hasil :
Dengan nilai skor 28 Ny N tidak mengalami Kerusakan aspek fungsi mental

3.1.2. Analisa data


Data Etiologi Masalah keperawatan
Ds : Pola hidup tidak sehat Risiko ketidak stabilan
 Riwayat penyakit kadar glukosa darah
diabetes sejak 8 Sel beta di pankreas
bulan lalu terganggu
 klien mengeluh
kaki kesemutan dan Defisiensi insulin
betis terasa berat
 sering BAK
Retensi insulin
Do:
 pasien tampak
lemas Hiperglikemia

 Gula darah sewaktu


: 333 mg/dl
 gula darah puasa : Kadar glukosa darah tidak

256 mg/dl terkontrol

 urine output :
>1500 cc/jam
Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
Ds : Defisiensi insulin absolute Risiko infeksi
 Pasien mengatakan
kakinya kesemutan
terutama saat setelah Penurunan pemakaian
duduk bersila atau glukosa oleh sel
jongkok dalam waktu
lama.
 Pasien mengaku Hiperglikemia
terkadang betis terasa
berat.
Do : Hiperosmolalitas
 Gula darah sewaktu
333 mg/dl
 Gula darah puasa
pasien 256 mg/dl.

Ds : Defisiensi insulin absolute Ansietas


 klien mengatakan
cemas tentang
penyakit yang di Perubahan status kesehatan
deritanya
 Klien mengaku sering
BAK malam hari lebih Kurangnya pengetahuan ttg
dari 3x. penyakit
Do :
 Klien terlihat cemas
dan gelisah
-TD : 110/80
-RR : 21x/menit
- Suhu : 36,5 C
3.3 Diagnosa keperawatan
1. Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
darah tidak terkontrol.
2. Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

3.4 Intervensi
NO DIAGNOSA NOC NIC
1 Resiko Resiko ketidakstabilan Manajemen Hiperglikemi
ketidakstabilan kadar glukosa darah 1. Monitor kadar gula darah,
kadar glukosa 2. Monitor tanda dan gejala
darah Setelah dilakukan hiperglikemi: poliuria, polidipsi,
asuhan keperawatan, polifagi, kelemahan, latergi,
diharapkan malaise, pandangan kabur atau
ketidakstabilan kadar sakit kepala.
glukosa darah normal. 3. Dorong pemantauan sendiri
Kadar glukosa darah kadar glukosa darah
1. Glukosa darah 4. Intruksikan pada pasien dan
kisaran normal) keluarga mengenai manajemen
<200 mg/dl diabetes
Manajemen diri : 5. Fasilitasi kepatuhan terhadap
diabetes diet dan regimen latihan
1. Memantau glukosa Pengajaran: Peresepan Diet
darah 1. Kaji tingkat pengetahuan pasien
mengenai diet yang disarankan
2. Kaji pola makan pasien saat ini
dan sebelumnya, termasuk
makanan yang di sukai
3. Ajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
4. Sediakan contoh menu makanan
yang sesuai.
5. Libatkan pasien dan keluarga
2 Keamanan/ Resiko infeksi Kontrol Infeksi
Perlindungan Setelah dilakukan 1. Anjurkan pasien mengenai
Kelas 1. Infeksi asuhan keperawatan, teknik mencuci tangan dengan
Resiko infeksi diharapkan tidak terjadi tepat
infeksi pada pasien. 2. Ajarkan pasien dan keluarga
Deteksi risiko bagaimana cara menghindari
1. Mengenali tanda dan infeksi
gejala yang Perlindungan Infeksi
mengindikasikan 1. Monitor kerentanan terhadap
risiko infeksi
2.Memonitor perubahan 2. Berikan perawatan kulit yang
status kesehatan tepat Periksa kulit dan selaput
Kontrol risiko lendir untuk adanya kemerahan,
1.Mengidentifikasi kehangatan ektrim, atau
faktor risiko dari drainase
3. Ajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari
infeksi
3 Ansietas Ansietas Peningkatan koping
Setelah dilakukan 1. Bantu pasien dalam memecah
asuhan keperawatan, tujuan kompleks menjadi lebih
diharapkan ansietas kecil, dan langkah yang dapat
pasien berkurang. dikelola
Tingkat kecemasan 2. Dukung sikap pasien terkait
1.Tidak dapat dengan harapan yang realistis
beristirahat sebagai upaya untuk mengatasi
2. Perasaan gelisah perasaan ketidakberdayaan
3. Gangguan tidur 3. Cari jalan untuk memahami
Memproses informasi prespektif pasien terhadap
1. Menunjukkan proses situasi
pikir yang 4. Kenali latar belakang
terorganisir budaya/spiritual pasien
Kepuasan klien : 5. Dukung pasien untuk
perawatan psikologis mengklarifikasi
1. Informasi di berikan kesalahpahaman
tentang perjalanan
penyakit
2. Informasi di berikan
mengenai respon
emosional yang
biasa terhadap
penyakit

3.5 Implementasi
No. Hari/ Waktu Implementasi Ttd
Tanggal
1. 2/12/2018 08.00- 1. Memonitor kadar gula darah, sesuai
09.00 indikasi
WIB 2. Memonitor tanda dan gejala hiperglikemi:
poliuria, polidipsi, polifagi, kelemahan,
latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit
kepala.
3. Mengintruksikan pada pasien dan keluarga
mengenai manajemen diabetes
4. Mengajarkan pasien membuat diary
makanan yang dikonsumsi
2. 2/12/2018 9.50- 1. Menganjurkan pasien mengenai teknik
10.30 mencuci tangan dengan tepat
2. Mengajarkan pasien dan keluarga
bagaimana cara menghindari infeksi

3. 2/12/2018 11.30- 1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan


12.00 menyakinkan
2. Memahami situasi krisis yang terjadi dari
perspektif klien
3. Memberikan informasi faktual tekait
diagnosa, perawatan dan prognosis
4. Mendampingi klien untuk meningkatkan
rasa aman dan mengurangi ketakutan

3.6 Evaluasi
Hari, Tanggal, Diagnosa
No Evaluasi Paraf
Jam keperawatan
1 2 desember 2018 Risiko ketidakstabilan S : Pasien mengatakan sudah
kadar glukosa darah tidak merasa lemas dan
kesemutan di kakinya
O:
-Gula darah puasa : 99 mg/dl
-Gula darah sewaktu : 144
mg/dl
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan diet makan,
dan pantau pemenuhan
nutrisi pasien
2 2 desember 2018 Risiko infeksi S : klien mengatakan tidak
terasa kesemutan di
kakinya
O : tidak ada luka di tubuh
klien terutama di kaki
A : masalah risiko infeksi
klien teratasi
P : pantau agen penyebab
infeksi klien untuk
mengurangi terjadinya
infeksi
3 2 desember 2018 Ansietas S : klien mengatakan sudah
tidak cemas memikirkan
penyakitnya
O : klien tampak tenang dan
bisa tidur pada malam
hari
A : masalah kecemasan klien
dapat teratasi
P : hentikan intervensi
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis menerapkan asuhan keperawatan pada gerontik dengan gangguan


diabetes melitus pada Ny. N di Desa merak batin natar, tanggal 02 Desember 2018
penulis menemukan kesenjangan antara konsep, teoritis dan tinjauan kasus mulai dari
tahap pengkajian sampai tahap evaluasi, dalam pembahasan ini penulis membahas :

4.1.Tahap Pengkajian
Tahap pengkajian kegiatan mengumpulkan data dilakukan melalui observasi
langsung terhadap pasien. Wawancara langsung dengan pasien mampu keluarga serta
melakukan pemeriksaan fisik yang meliputi inspeksi, palpasi, dari hasil pengkajian yang
dilakukan, penulis menemukan masalah antara teoritis dengan kasus di atas yaitu:
- Pengkajian teoritis ditemukan DM pada pasien usia lanjut umumnya terjadi pada
usia > 60 tahun, namun pada kasus ditemukan umur 60 tahun yang mengalami
penyakit DM.
- Pada pengkajian teoritis riwayat masa lalu merupakan salah satu factor pencetus
seseorang terkena penyakit DM, namun penulis tidak ada menemukan itu pada
kasus.
- Pada pengkajian teoritis riwayat pada keluarga merupakan factor gen yang
menyebabkan munculnya sebuah penyakit, dimana salah satunya yaitu penyakit
DM. Namun penulis tidak ada menemukan factor pencetus tersebut pada kasus.
- Pada pengkajian system penglihatan di teoritis, dilakukan test snelen cart untuk
menentukan ketajaman mata pada seseorang yang mengalami gangguan, salah
satunya yaitu pada lansia. Namun penulis tidak melakukan tindakan tersebut pada
kasus berhubungan karena kurang lengkapnya persiapan alat-alat saat praktek
belajar lapangan, melainkan penulis hanya melakukan secara observasi untuk
mengetahui kelainan pada ketajaman penglihatan pada kasus.
- Pada pengkajian di teoritis ditemukan adanya pengkajian sistem pendengaran,
dimana pada lansia biasanya didapatkan data yaitu penurunan proses mendengar,
tetapi pada tahap pengkajian tinjauan kasus, penulis tidak menemukan pada kasus.
- Pada proses pengkajian kasus, penulis melakukan pengkajian tes kadar gula darah.
pengecekan gula darah bertujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya kadar gula
dara pada klien dengan gangguan DM. pada tinjauan teoritis ditemukan adanya tes
kadar gula dara dalam menentukan masalah .

4.2.Tahap Diagnosa Keperawatan


Pada teori penulis menegakkan diagnosa yang di ambil dari beberapa sumber ada 15
diagnosa, tetapi pada tidak semua diagnosa yang ada pada teori terdapat pada kasus dan
penulis hanya mengambil 3 diagnosa dari 15 diagnosa yang ditegakkan, karena
diagnosa yang terdapat pada kasus di sesuaikan dengan data yang penulis temukan pada
kasus. Adapun kesenjangan yang ditemukan penulis , yaitu :
 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
darah tidak terkontrol.
 Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.
 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.

4.3.Tahap Intervensi
Pada tahap intervensi tidak semua intervensi yang ada pada teori penulis terapkan
pada intervensi kasus, karena penulis hanya menemukan 3 diagnosa dari diagnose yang
sudah ditegakkan. Sehingga penulis hanya dapat mengangkat 3 intervensi dari 3
diagnosa yang ditemukan pada kasus yaitu:
 Risiko ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan kadar glukosa
darah tidak terkontrol.
1. Monitor kadar gula darah,
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemi: poliuria, polidipsi, polifagi,
kelemahan, latergi, malaise, pandangan kabur atau sakit kepala.
3. Dorong pemantauan sendiri kadar glukosa darah
4. Intruksikan pada pasien dan keluarga mengenai manajemen diabetes
5. Fasilitasi kepatuhan terhadap diet dan regimen latihan

 Risiko infeksi berhubungan dengan tingginya kadar gula darah.


1. Anjurkan pasien mengenai teknik mencuci tangan dengan tepat
2. Ajarkan pasien dan keluarga bagaimana cara menghindari infeksi

 Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.


1. Menggunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
2. Memahami situasi krisis yang terjadi dari perspektif klien
3. Memberikan informasi faktual tekait diagnosa, perawatan dan prognosis
4. Mendampingi klien untuk meningkatkan rasa aman dan mengurangi
ketakutan

4.4.Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi penulis melaksanakan tindakan keperawatan gerontik
sesuai dengan rencana yang disusun menurut diagnose yang telah didapat pada kasus
dan disesuaikan dengan intervensi yang sudah direncanakan. Adapun kendala yang
dialami penulis saat melakukan implementasi ke rumah klien, yaitu klien sering tidak
berada dirumah melainkan klien sering pergi ke rumah tetangga-tetangganya dan rumah
klien yang begitu cukup jauh.

4.5.Evaluasi
Pada kasus, tahap evaluasi merupakan keberhasilan dan pelaksanaan rencana
keperawatan gerontik dalam memenuhi keperawatan yang diberikan pada klien. Pada
kasus, semua rencana keperawatan yang direncanakan telah berhasil dan dapat
dilakukan dengan baik serta masalah pada klien dapat teratasi dengan baik. Dimana
klien sudah mampu mengerti tentang penyakitnya, resiko terjadinya cidera, serta sudah
dapat melakukan pencegahan pada kulit maupun luka yang ada pada kaki klien.
BAB 5
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N dengan
gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik
khususnya pada Ny.N dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.N
dengan gangguan diabetes melitus.

5.2.Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di
dalam kasus.
3. Bagi Ny.N selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti
mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.

Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.

NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi


Santosa, Prima Medika, NANDA.

Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.

Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

WHO., 2008. Integrated Chronic Disease Prevention and Control. www.who.int.

Anda mungkin juga menyukai