Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN LANSIA

DENNGAN DIABETES MELITUS


D
I
S
U
S
U
N
Oleh

Nama Hisikia Laia


NIM 160204040

DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Rinco siregar, S.kep.,MNS

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah “Asuhan keperawatan pasien
lansia dengan DM”. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat membantu
proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Dalam pepatah ada yang mengatakan “ Tak ada gading yang tak retak”. Untuk
itu kami menyadari dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kelemahan dan
kekurangan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang
bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata saya ucapkan
terima kasih.

Medan 12 Desember 2019


Penyusun

Hisikia Laia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………..i
DAFTAR ISI……...……………………………………….……………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang ................................................................................2
1.2 Tujuan Penulisan ............................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………….........………...4

2.1 Kosep Dasar Medis .............................................................................4


2.1.1 Defenisi Lansia .........................................................................4
2.1.2 Penyebab Terjadinya Penuaan Pada Lansia ..........................4
2.1.3 Perubahan Lansia pada Sistem Endokrin ..............................4
2.1.4 Patofisiologi Penyakit Diabetes Akibat Penuaan ...................5
2.1.5 Karakteristik Penyakit Diabetes Mellitus Pada Lansia ........6
2.1.6 Pencegahan ................................................................................7
2.2 Konsep Keperawatan Gerontik .........................................................8
2.2.1 Pengkajian ........................................................................................9
2.2.2 Diangnosa Keperawatan ...............................................................12
2.2.3 Intervensi Keperawatan ................................................................14
BAB III TINJAUAN KASUS ............……………………………………......16

3.1 Pengkajian ……….………………...................................................16


3.1.1 Pengumpulan Data .......................................................................18
3.1.2 Analisa Data ..................................................................................23
3.1.3 Intervensi Keperawatan ..............................................................27
3.1.4 Diangnosa Keperawatan ..............................................................31
BAB IV PENUTUP ..........................................................................................32

4.1 Kesimpulan ......................................................................................32


4.2 Saran .................................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA………………………………………...........................34
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan
manusia. Proses penuaan adalah siklus kehidupan yang ditandai dengan tahapan-
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
rentannya tubuh terhadap berbagai serangan penyakit yang dapat menyebabkan
kematian misalnya pada sistem kardiovaskuler dan pembuluh darah, pernafasan,
pencernaan, endokrin dan lain sebagainya. Hal tersebut disebabkan seiring
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Pada usia lanjut terjadi perubahan anatomik-
fisiologik dan dapat timbul pula penyakit-penyakit pada sistem endokrin
khususnya penyakit diabetes mellitus. Perubahan tersebut pada umumnya
berpengaruh pada kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya
akan berpengaruh pada ekonomi dan sosial lansia. Sehingga secara umum akan
berpengaruh pada activity of daily living (Fatmah, 2010). Usia harapan hidup
lansia di Indonesia semakin meningkat karena pengaruh status kesehatan, status
gizi, tingkat pendidikan, ilmu pengetahuan dan sosial ekonomi yang semakin
meningkat sehingga populasi lansia pun meningkat.
Penyakit DM sering terjadi pada kaum lanjut usia. Diantara individu yang
berusia >65 tahun, 8,6 % menderita DM tipe II. Angka ini mencakup 15 %
populasi pada panti lansia (Steele, 2008). Laporan statistik dari International
Diabetik Federation menyebutkan, bahwa sudah ada sekitar 230 juta orang pasien
DM. Angka ini terus bertambah hingga 3 % atau sekitar 7 juta orang tiap
tahunnya. Dengan demikian, jumlah pasien DM diperkirakan akan mencapai 350
juta orang pada tahun 2025 dan setengah dari angka tersebut berada di Asia,
terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia (Tandra, 2007).
Kasus Diabetes Mellitus (DM) sebanyak 28.858 kasus diderita usia 45-64
tahun, yang terdiri 4.438 DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM
tipe 1 dan 24.420 DMTTI (Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM
tipe 2. Sedangkan usia >65 tahun terdapat 11.212 kasus DM, yang terdiri 3.820
DMTI (Diabetes Mellitus Tergantung Insulin) atau DM tipe 1 dan 7.392 DMTTI
(Diabetes Mellitus Tidak Tergantung Insulin) atau DM tipe 2 (Profil Kesehatan
Kota Semarang, 2010).
Diabetes melitus pada lanjut usia umumnya adalah diabetes tipe yang tidak
tergantung insulin (NIDDM). Prevalensi diabetes melitus makin meningkat pada
lanjut usia. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus di beberapa negara
berkembang akibat peningkatan kemakmuran di negara yang bersangkutan
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain peningkatan pendapatan perkapita dan
perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan peningkatan
prevalensi penyakit degeneratif.
Hasil pendataan yang dilakukan oleh penulis di puskesmas tanjung rejo desa
percut kecamatan deli serdang tahun 2015 terdapat jumlah usia lanjut > 45 tahun
sebanyak 16 orang dan lansia yang menderita penyakit diabetes melitus diwilayah
kerja puskesmas tanjung rejo desa percut sejumlah 14 pasien.

1.2.Tujuan penulisan
a. Tujuan umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan kperawatan pada lansia secara
profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
b. Tujuan khusus
Setelah melakukan kunjungan rumah keluarga lansia mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keperawatan keluarga gerontik pada Ny.S
dengan diabetes mellitus.
2. Menganalisa masalah kesehatan keluarga Ny.S dengan diabetes
mellitus.
3. Merencanakan tindakan keperawatan berdasarkan kebutuhan keluarga
Ny.S dengan diabetes mellitus.
4. Melakukan tindakan keperawatan dalam pencegahan, penyembuhan
dan pemulihan berdasarkan masalah yang dialami keluarga Ny.S
dengan diabetes mellitus.
5. Mengevaluasi tindakan keperawatan yang telah diberikan pada
keluarga Ny.S dengan diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep medis lansia


2.1.1. Definisi lansia
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia. Proses
menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari satu waktu
tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menua merupakan proses
alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis, maupun psikologis.
Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik
yang ditandai dengan kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan
lambat, dan postur tubuh yang tidak proforsional (Nugroho, 2008).
2.1.2. Penyebab terjadinya penuaan pada lansia
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui proses
penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang menurun kadarnya, proses glikosilasi, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup
yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan
polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stres dan penyebab sosial lain seperti
kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar
dalam penyebab proses penuaan (Uchil Nissa, 2014).
2.1.3. Perubahan lansia pada sistem endokrin
Sekitar 50% lansia menunjukka intoleransi glukosa, dengan kadar gula puasa
yang normal. Penyebab dari terjadinya intoleransi glukosa ini adalah faktor diet,
obesitas, kurangnya olahraga, dan penuaan. Frekuensi hipertiroid pada lansia
yaitu sebanyak 25%, sekitar 75% dari jumlah tersebut mempunyai gejala, dan
sebagian menunjukkan “apatheic thyrotoxicosis”.
Berikut ini merupakan perubahan yang terjadi pada sistem endokrin
akibat proses menua:
1. Kadar glukosa darah meningkat. Implikasi dari hal ini adalah
glukosa darah puasa 140 mg/dL dianggap normal.
2. Ambang batas ginjal untuk glukosa meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah kadar glukosa darah 2 jam PP 140-200 mg/dL dianggap
normal.
3. Residu urin di dalam kandung kemih meningkat. Implikasi dari hal ini
adalah pemantauan glukosa urin tidak dapat diandalkan.
4. Kelenjar tiroad menjadi lebih kecil, produksi T3 dan T4 sedikit
menurun, dan waktu paruh T3 dan T4 meningkat. Implikasi dari
hal ini adalah serum T3 dan T4 tetap stabil.
2.1.4. Patofisiologi penyakit diabetes akibat penuaan
Diabetes mellitus adalah “suatu gangguan metabolik yang melibatkan berbagai
sistem fisiologi, yang paling kritis adalah melibatkan metabolisme glukosa.”
Fungsi vaskular, renal, neurologis dan penglihatan pada orang yang mengalami
diabetes dapat terganggu dengan proses penyakit ini, walaupun perubahan-
perubahan ini terjadi pada jaringan yang tidak memerlukan insulin untuk
berfungsi (Stanley, Mickey, 2006).
Beberapa kondisi dapat menjadi predisposisi bagi seseorang untuk mengalami
diabetes, walaupun terdapat dua tipe yang dominan. Diabetes mellitus tergantung
insulin (Insulin Dependent Diabetes Mellitus (IDDM)), atau diabetes tipe I, terjadi
bila seseorang tidak mampu untuk memproduksi insulin endigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Tipe diabetes ini terutama dialami oleh orang
yang lebih muda. Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (Non-Insulin
Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)) atau diabetes tipe II, adalah bentuk yang
paling sering pada penyakit ini. Antara 85-90 % orang dengan diabetes memiliki
tipe NIDDM, yang lebih dekat dihubungkan dengan obesitas daripada dengan
ketidakmampuan untuk memproduksi insulin (Stanley, Mickey, 2006).
2.1.5. Karakteristik penyakit diabetes mellitus pada lansia
Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik dengan karakteristik
peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia) yang terjadi akibat kelainan
sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Glukosa dibentuk di hati dari
makanan yang dikonsumsi dan secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu
dalam darah. Insulin merupakan suatu hormon yang diproduksi pankreas yang
berfungsi mengendalikan kadar glukosa dalam darah dengan mengatur produksi
dan penyimpanannya (American Diabetes Assosiation, 2004 dalam
Smeltzer&Bare, 2008).
Secara klinis terdapat dua tipe DM yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2. DM tipe 1
disebabkan karena kurangnya insulin secara absolut akibat proses autoimun
sedangkan DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak (90-95% dari seluruh kasus
diabetes) yang umumnya mempunyai latar belakang kelainan diawali dengan
resistensi insulin (American Council on Exercise, 2001; Smeltzer&Bare, 2008).
DM tipe 2 berlangsung lambat dan progresif, sehingga tidak terdeteksi karena
gejala yang dialami pasien sering bersifat ringan seperti kelelahan, iritabilitas,
poliuria,polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer&Bare, 2008).

2.1.6. Pencegahan
1. Pencegahan primer
Pendidikan tentang kebutuhan diet mungkin diperlukan. Suatu perencanaan
makanan yang terdiri dari 10% lemak, 15% protein, dan 75% karbohidrat
kompleks direkomendasikan untuk mencegah diabetes. Kandungan rendah lemak
dalam diet ini tidak hanya mencegah arterosklerosis, tetapi juga meningkatkan
aktivitas reseptor insulin (Stanley, Mickey, 2006).
Latihan juga diperlukan untuk membantu mencegah diabetes. Berjalan atau
berenang, dua aktivitas dengan dampak rendah, merupakan permulaan yang sanga
baik untuk para pemula.
2. Pencegahan sekunder
a. Penapisan
Kadar gula darah harus diperiksa secara rutin sebagai komponen dari
penapisan, tetapi hasil yang negatif dalam gejala ringan yang lain tidak
dapat dianggap sebagai suatu kesimpulan. Tes toleransi glukosa oral pada
umumnya dianggap lebih sensitif dan merupakan indikator yang dapat
diandalkan daripada kadar glukosa darah puasa dan harus dilakukan
untuk menentukan diagnosis dan perawatan awal NIDDM (Stanley,
Mickey, 2006).
b. Nutrisi
Perawat yang membantu lansia dalam merencanakan makan dapat
mengambil kesempatan untuk memberikan pendidikan kepada klien
tentang prinsip umum nutrisi yang baik. Perawat dapat mengajarkan
klien tentang membaca label untuk menghindari asupan sehari-hari,
memilih sumber-sumber makanan rendah kolesterol, dan memasukkan
serat yang adekuat dalam diet mereka (Stanley, Mickey, 2006).
c. Olahraga
Untuk lansia dengan NIDDM, olahraga dapat secara langsung
meningkatkan fungsi fisiologis dengan mengurangi kadar glukosa darah,
meningkatkan stamina dan kesejahteraan emosional, dan meningkatkan
sirkulasi. Walaupun berenang dan berjalan cepat telah dinyatakan sebagai
pilihan yang sangat baik untuk lansia dengan NIDDM, tipe aktivitas
lainnya juga sama-sama bermanfaat. Khususnya, aerobik yang
menawarkan manfaat paling banyak. Seseorang dengan NIDDM harus
melakukan latihan minimal satu kali setiap 3 hari (Stanley, Mickey,
2006).
d. Pengobatan
Bila intervensi sebelumnya tidak berhasil dalam memodifikasi kadar gula
darah dan gejala-gejala, terapi agens oral dan insulin akan diperlukan
untuk menambah suplai dari tubuh (Stanley, Mickey, 2006).

2.2.Konsep keperawatan gerontik


2.2.1. Pengkajian
Tujuan :
1. Menentukan kemampuan klien untuk memelihara diri sendiri.
2. Melengkapi dasar – dasar rencana perawatan individu.
3. Membantu menghindarkan bentuk dan penandaan klien.
4. Memberi waktu kepada klien untuk menjawab.
Meliputi aspek gerontik:
1. Fisik
1. Wawancara
a. Pandangan lanjut usia tentang kesehatan.
b. Kegiatan yang mampu di lakukan lanjut usia.
c. Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri.
d. Kekuatan fisik lanjut usia : otot, sendi, penglihatan, dan pndengaran.
e. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK.
f. Kebiasaan gerak badan / olahraga /senam lanjut usia.
g. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan.
h. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam
minum obat.
i. Masalah-masalah seksual yang telah di rasakan.
2. Pemeriksaan fisik
a. Pemeriksanaan di lakukan dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
b. Pendekatan yang di gunakan dalam pemeriksanaan fisik,yaitu : Head to
toe.
3. Psikologis
a. Bagaimana sikapnya terhadap proses penuaan.
b. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak.
c. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan.
d. Bagaimana mengatasi stress yang di alami.
e. Apakah mudah dalam menyesuaikan diri.
f. Apakah lanjut usia sering mengalami kegagalan.
g. Apakah harapan pada saat ini dan akan datang.
h. Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam penyelesaikan masalah.
4. Sosial ekonomi
a. Darimana sumber keuangan lanjut usia
b. Apa saja kesibukan lanjut usia dalam mengisi waktu luang.
c. Dengan siapa dia tinggal.
d. Kegiatan organisasi apa yang di ikuti lanjut usia.
e. Bagaimana pandangan lanjut usia terhadap lingkungannya.
f. Berapa sering lanjut usia berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi.
h. Seberapa besar ketergantungannya.
i. Apakah dapat menyalurkan hoby atau keinginannya dengan fasilitas yang
ada.
5. Spiritual
a. Apakah secara teratur malakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya.
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
c. Bagaimana cara lanjut usia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lanjut usia terlihat tabah dan tawakal.
2.2.2. Diagnosa keperawatan
1. Aspek fisik atau biologis
a. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan tidak mampu dalam memasukkan, memasukan, mencerna,
mengabsorbsi makanan karena factor biologi.
b. Gangguan pola tidur berhubungan dengan insomnia dalam waktu lama,
terbangun lebih awal atau terlambat bangun dan penurunan kemampuan
fungsi yng ditandai dengan penuaan perubahan pola tidur dan cemas.
c. Inkontinensia urin fungsional berhubungan dengan keterbatasan
neuromuskular yang ditandai dengan waktu yang diperlukan ke toilet
melebihi waktu untuk menahan pengosongan bladder dan tidak mampu
mengontrol pengosongan.
d. Gangguan proses berpikir berhubungan dengan kemunduran atau
kerusakan memori sekunder.
e. Seksual berhubungan dengan perubahan struktur tubuh/fungsi yang
ditandai dengan perubahan dalam mencapai kepuasan seksual.
f. Kelemahan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan
musculoskeletal dan neuromular.
g. Kelelahan berhubungan dengan kondisi fisik kurang.
h. Risiko kerusakan integritas kulit.
i. Kerusakan memori berhubungan dengan gangguan neurologis.
(NANDA, 2006)
2. Aspek psikososial
a. Koping tidak efektif berhubungan dengan percaya diri tidak adekuat dalam
kemampuan koping, dukungan social tidak adekuat yang dibentuk dari
karakteristik atau hubungan.
b. Isolasi social berhubungan dengan perubhaan penampilan fisik, peubahan
keadaan sejahtera, perubahan status mental.
c. Gangguan harga diri berhubungan dengan ketergantungan, perubahan
peran, perubahan citra tubuh dan fungsi seksual.
d. Cemas berhubungan dengan perubahan dalam status peran, status
kesehatan, pola interaksi, fungsi peran, lingkungan, status ekonomi.
e. Resiko kesendirian.
(NANDA, 2006)
3. Aspek spiritual
Distress spiritual berhubungan dengan peubahan hidup, kematian atau sekarat
diri atau orang lain, cemas, mengasingkan diri, kesendirian atau pengasingan
social, kurang sosiokultural (NANDA, 2006).
2.2.3. Intervensi keperawatan (NANDA, 2006)
No Diagnosa keperawatan NOC NIC

Aspek fisik atau Status nutrisi Manajemen ketidakteraturan


1. biologis Setelah dilakukan intervensi makan (eating disorder
Ketidakseimbangan keperawatan selama 3x24 jam management)
nutrisi : kurang dari pasien diharapkan mampu: 1. Kolaborasi dengan anggota tim
kebutuhan tubuh 1. Asupan nutrisi tidak kesehatan untuk memuat
berhubungan dengan bermasalah perencanaan perawatan jika
tidak mampu dalam 2. Asupan makanan dan sesuai.
memasukkan, cairan tidak bermasalah 2. Diskusikan dengan tim dan
memasukan, mencerna, 3. Energy tdak bermasalah pasien untuk membuat target
mengabsorbsi makanan 4. Berat badan ideal berat badann, jika berat badan
karena factor biologi. pasien tdak sesuia dengan usia
dan bentuk tubuh.
3. Diskusikan dengan ahli gizi
untuk menentukan asupan kalori
setiap hari supaya mencapai dan
atau mempertahankan berat
badan sesuai target.
4. Ajarkan dan kuatkan konsep
nutrisi yang baik pada pasien
5. Kembangkan hubungan suportif
dengna pasien.
6. Dorong pasien untuk memonitor
diri sendiri terhadap asupan
makanan dan kenaikan atau
pemeliharaan berat badan.
7. Gunakan teknik modifikasi
tingkah laku untuk
meningkatkan berat badan dan
untuk menimimalkan berat
badan.
8. Berikan pujian atas peningkatan
berat badan dan tingkah laku
yang mendukung peningkatan
berat badan.
2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan tindakan Peningkatan tidur
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam 1. Tetapkan pola kegiatan dan
insomnia dalam waktu pasien diharapkan dapat tidur pasien.
lama, terbangun lebih memperbaiki pola tidurnya 2. Monitor pola tidur pasien dan
awal atau terlambat dengan kriteria : jumlah jam tidurnya.
bangun dan penurunan 1. Mengatur jumlah jam 3. Jelaskan pentingnya tidur
kemampuan fungsi yng tidurnya selama sakit dan stress fisik.
ditandai dengan 2. Tidur secara rutin 4. Bantu pasien untuk
penuaan perubahan pola 3. Miningkatkan pola tidur menghilangkan situasi stress
tidur dan cemas. 4. Meningkatkan kualitas sebelum jam tidurnya.
tidur
5. Tidak ada gangguan
tidur
3. Inkontinensia urin Setelah dilakukan intervensi Perawatan inkontinensia urin
fungsional berhubungan keperawatan selama 3x24 jam 1. Monitor eliminasi urin.
dengan keterbatasan diharapkan pasien mampu : 2. Bantu klien mengembangkan
neuromuskular yang 1. Kontinensia urin sensasi keinginan BAK.
ditandai dengan waktu 2. Merespon dengan cepat 3. Modifikasi baju dan lingkungan
yang diperlukan ke keinginan buang air kecil untuk memudahkan klien ke
toilet melebihi waktu (BAK) toilet.
untuk menahan 3. Mampu mencapai toilet 4. Instruksikan pasien untuk
pengosongan bladder dan mengeluarkan urin mengonsumsi air minum
dan tidak mampu secara tepat waktu sebanyak 1500 cc/hari.
mengontrol 4. Mengosongkan bladder
pengosongan. dengan lengkap
5. Mampu memprediksi
pengeluaran urin
4. Gangguan proses Setelah dilakukan intervensi Latihan daya ingat
berpikir berhubungan keperawatan selama 2x24 jam 1. Diskusi dengan pasien dan
dengan kemunduran pasien diharapkan dapat keluarga beberapa masalah
atau kerusakan memori meningkatkan daya ingat ingatan.
sekunder. dengan kriteria : 2. Rangsang ingatan dengan
1. Mengingat dengan mengulang pemikiran pasien
segera informasi yang kemarin dengan cepat.
tepat 3. Mengenangkan tentang
2. Mengingat inormasi pengalaman di masalalu dengan
yang baru saja pasien.
disampaikan
3. Mengingat informasi
yang sudah lalu
5. Seksual berhubungan Fungsi seksual Konseling seksual
dengan perubahan 1. Mengekspresikan 1. Bantu pasien untuk
struktur tubuh/fungsi kenyamanan mengekspresikan perubahan
yang ditandai dengan 2. Mengekspresikan fungsi tubuh termasuk organ
perubahan dalam kepercayaan diri seksual seiring dengan
mencapai kepuasan bertambahnya usia.
seksual. 2. Diskusikan beberapa pilihan
agar dicapai kenyamanan.
6. Kelemahan mobilitas Level mobilitas (mobility Latihan dengan terapi gerakan
fisik berhubungan level) (exercise therapy ambulation)
dengan kerusakan Setelah dilakukan intervensi 1. Kosultasi kepada pemberi terapi
musculoskeletal dan keperawatan selama 2x24 jam fisik mengenai rencana gerakan
neuromular. diharapkan pasien dapat : yang sesuai dengan kebutuhan.
1. Memposisikan 2. Dorong untuk bergerak secara
penampilan tubuh bebas namun masih dalam batas
2. Ambulasi : berjalan yang aman.
3. Menggerakan otot 3. Gunakan alat bantu untuk
4. Menyambung bergerak, jika tidak kuat untuk
gerakan/mengkolaborasi berdiri (mudah goyah/tidak
kan gerakan kokoh).

7. Kelelahan berhubungan Activity tolerance Energy management


dengan kondisi fisik Setelah dilakukan intervensi 1. Monitor intake nutrisi untuk
kurang. keperawatan selama 2x24 jam memastikan sumber energi yang
diharapkan pasien dapat: adekuat.
1. Memonitor usaha 2. Tentukan keterbatasan fisik
bernapas dalam respon pasien.
aktivitas 3. Tentukan penyebab kelelahan.
2. Melaporkan aktivitas 4. Bantu pasien untuk jadwal
harian istirahat.
3. Memonitor ECG dalam
batas normal
4. Memonitor warna kulit
8. Risiko kerusakan Kontrol risiko (risk control) Penjagaan terhadap kulit (skin
integritas kulit Setelah dilakukan intervensi surveillance)
keperawatan selama 2x24 jam 1. Monitor area kulit yang terlihat
diharapkan pasien dapat : kemerahan dan adanya
1. Kontrol perubahan status kerusakan.
kesehatan 2. Monitor kulit yang sering
2. Gunakan support system mendapat tekanan dan gesekan.
pribadi untuk 3. Monitor warna kulit.
mengontrol risiko 4. Monitor suhu kulit.
3. Mengenal perubahan 5. Periksa pakaian, jika pakaian
status kesehatan terlihat terlalu ketat.
4. Monitor factor risiko
yang berasal dari
lingkungan
9. Kerusakan memori Orientasi kognitif Pelatihan memori (memory
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi training)
gangguan neurologis. keperawatan selama 2x24 jam 1. Stimulasi memory dengan
diharapkan pasien dapat : mengulangi pembicaraan secara
1. Mengenal diri sendiri jelas di akhir pertemuan dengan
2. Mengenal orang atau hal pasien.
penting 2. Mengenang pengalaman masa
3. Mengenal tempatnya lalu dengan pasien.
sekarang 3. Menyediakan gambar untuk
4. Mengenal hari, bulan, mengenal ingatannya kembali.
dan tahun dengan benar 4. Monitor perilaku pasien selama
terapi.
Aspek psikososial
1. Koping tidak efektif Koping (coping) Koping enhancement
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi 1. Dorong aktifitas social dan
percaya diri tidak keperawatan selama 3x24 jam komunitas
adekuat dalam pasien secara konsisten 2. Dorong pasien untuk
kemampuan koping, diharapkan mampu : mengembangkan hubungan.
dukungan social tidak 1. Mengidentifikasi pola 3. Dorong berhubungan dengan
adekuat yang dibentuk koping efektif seseorang yang memiliki tujuan
dari karakteristik atau 2. Mengedentifikasi pola dan ketertarikan yang sama.
hubungan. koping yang tidak efektif 4. Dukung pasein untuk
3. Melaporkan penurunan menguunakan mekanisme
stress pertahanan yang sesuai.
4. Memverbalkan control 5. Kenalkan pasien kepada
perasaan seseorang yang mempunyai
5. Memodifikasi gaya latar belakang pengalaman yang
hidup yang dibutuhkan sama.
6. Beradaptasi dengan
perubahan
perkembangan
7. Menggunakan dukungan
social yang tersedia
8. Melaporkan peningkatan
kenyamanan psikologis
2. Isolasi social Lingkungan keluarga : Keterlibatan keluarga (family
berhubungan dengan internal (family involvement)
perubhaan penampilan environment: interna) 1. Mengidentifikasikan
fisik, peubahan keadaan Setelah dilakukan intervensi kemampuan anggota keluarga
sejahtera, perubahan keperawatan selama 3x24 jam untuk terlibat dalam perawatan
status mental. pasien secara konsisten pasien.
diharapkan mampu : 2. Menentukan sumber fisik,
1. Berpatisipasi dalam psikososial dan pendidikan
aktifitas bersama pemberi pelayanan kesehatan
2. Berpatisipasi dalam yang utama.
tradisi keluarga 3. Mengidentifkasi deficit
3. Menerima kunjungan perawatan diri pasien.
dari teman dan anggota 4. Menentukan tinggat
keluarga besar ketergantungan pasien terhadap
4. Memberikan dukungan keluarganya yang sesuai dengan
satu sama lain umur atau penyakitnya.
5. Mengekspresikan
perasaan dan masalah
kepada yang lain.
6. Mendorong anggota
keluarga untuk tidak
ketergantungan
7. Berpatisipasi dalam
rekreasi dan acara
aktifitas komunitas
8. Memecahkan masalah
3. Gangguan harga diri Setelah dilakukan tindakan Peningkatan harga diri
berhubungan dengan intervensi keperawatan 1. Kuatkan rasa percaya diri
ketergantungan, selama 2x24 jam pasien terhadap kemampuan pasien
perubahan peran, diharapkan akan bisa mengndalikan situasi.
perubahan citra tubuh memperbaiki konsep diri 2. Menguatkan tenaga pribadi
dan fungsi seksual. dengan criteria : dalam mengenal dirinya.
1. Mengidentifikasi pola 3. Bantu pasien untuk memeriksa
koping terdahulu yang kembali persepsi negative
efektif dan pada saat ini tentang dirinya.
tidak mungkin lagi
digunakan akibat
penyakit dan penanganan
(pemakaian alkohol dan
obat-obatan; penggunaan
tenaga yang berlebihan)
2. Pasien dan keluarga
mengidentifikasi dan
mengungkapkan
perasaan dan reaksinya
terhadap penyakit dan
perubahan hidup yang
diperlukan
3. Mencari konseling
profesional, jika perlu,
untuk menghadapi
perubahan akibat
penyakitnya
4. Melaporkan kepuasan
dengan metode ekspresi
seksual
4. Cemas berhubungan Anxiety control Anxiety reduction
dengan perubahan Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pasien untuk
dalam status peran, keperawatan selama 2x24 jam menidentifikasi situasi
status kesehatan, pola diharapkan pasien dapat: percepatan cemas.
interaksi, fungsi peran, 1. Memonitor intensitas 2. Dampingi pasien untuk
lingkungan, status cemas mempromosikan kenyamanan
ekonomi. 2. Melaporkan tidur yang dan mengurangi ketakutan.
adekuat 3. Identifikasi ketika perubahan
3. Mengontrol respon level cemas.
cemas 4. Instuksikan pasien dalam teknik
4. Merencanakan strategi relaksasi.
koping dalam situasi
stress

5. Resiko kesendirian Family Coping Family support


Setelah dilakukan intervensi 1. Bantu pekembangan harapan
keperawatan selama 2x24 jam yang realistis.
diharapkan pasien dapat: 2. Identifikasi alami dukungan
1. Mendemontrasikan spiritual bagi keluarga.
fleksibelitas peran 3. Berikan kepercayaan dalam
2. Mengatur masalah hubungan dengan keluarga.
3. Menggunakan strategi 4. Dengarkan untuk berhubungan
pengurangan stress dengan keluarga, perasan dan
4. Menghadapi masalah pertanyaan.
6. Gangguan citra tubuh Setelah dilakukan intervensi Peningkatan citra tubuh
berhubungan dengan keperawatan selama 2x24 jam 1. Bantu pasien untuk
perubahan dan pasien diharapkan mendiskusikan perubahan
ketergantungan fisik meningkatkan citra tubuhnya karena penyakit atau
(ketidakseimbangan dengan criteria : pembedahan.
mobilitas) serta 1. Merasa puas dengan 2. Memutuskan apakah perubahan
psikologis yang penampilan tubuhnya fisik yang baru saja diterima
disebabkan penyakit 2. Merasa puas dengan dapat masuk dalam citra tubuh
atau terapi. fungsi anggota badannya pasien.
3. Mendiskripsikan bagian 3. Memudahkan hubungan dengan
tubuh tambahan individu lain yang mempunyai
penyakit yang sama.
Aspek spiritual
1. Distress spiritual Pengharapan (hope) Penanaman harapan (hope
berhubungan dengan Setelah dilakukan intervensi instillation)
peubahan hidup, keperawatan selama 3x24 jam 1. Mengkaji pasian atau keluarga
kematian atau sekarat pasien secara luas diharapkan untuk mengidentifikasi area
diri atau orang lain, mampu : pengharapan dalam hidup.
cemas, mengasingkan 1. Mengekspresikan 2. Melibatkan pasien secara aktif
diri, kesendirian atau orientasi masa depan dalam perawatan diri.
pengasingan social, yang positif 3. Mengajarkan keluarga tentang
kurang sosiokultural. 2. Mengekspresikan arti aspek positif pengharapan.
kehidupan
3. Mengekspresikan rasa
optimis
4. Mengekspresikan
perasaan untuk
mengontrol diri sendiri
5. Mengekspresikan
kepercayaan
6. Mengekspresikan rasa
percaya pada diri sendiri
dan orang lain
BAB II
TINJAUAN KASUS

Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik ini dilaksanakan didusun X pada


tanggal 7-11 Desember 2015, yang mana penulis mengadakan kunjungan rumah
sebanyak 15 kepala keluarga diobservasi dengan usia lansia 55-65 tahun keatas
sebanyak 5 orang. Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan gerontik penulis
melakukan pelayanan kesehatan hanya pada Ny.S, adapun langkah-langkah
pembuatan asuhan keperawatan gerontik dapat dijelaskan sebagai berikut:
3.1.Pengkajian
3.1.1. Pengumpulan data
1. Identitas
Ny.S berumur 60 tahun, jenis kelamin perempuan, sudah kawin, beragama islam,
suku jawa dan berkebangsaan Indonesia.
2. Riwayat pekerjaan dan status ekonomi
Tn.Z mengatakan semenjak sakit diabetes tidak bekerja lagi hanya Tn.Z menjaga
warung disamping rumahnya, pekerjaan sebelumnya Tn.Z sebagai nelayan dan
menjual ikan hasil tangkapannya ke pasar sedangkan Ny.S bekerja sebagai petani
dan membantu suaminya untuk bertani disawah. Pendapatan Ny.S tidak menentu
dalam 1 bulan, yaitu ± 350.000/bulan. Dan anak satu-satunya terkadang mau
memberi uang tambahan pada orang tuanya.
3. Lingkungan tempat tinggal kebersihan dan kerapihan
Rumah Tn.Z merupakan rumah milik pribadi dengan ukuran kurang lebih 100 m2.
Termasuk rumah permanent, berdinding tembok lantainya dari semen.
Mempunyai 1 ruang tamu, 2 kamar tidur, 1 ruang makan, 1 dapur , 1 kamar mandi
dan WC. Saat dilakukan pengkajian ventilasi rumah sudah mencukupi 10% dari
total bangunan dan lingkungannya tampak kurang bersih, banyak lawa-lawa
diventilasi dan jendela.
Penerangan dalam ruangan dirumah Tn.Z kurang terang pada siang hari
dikarenakan jendela rumah jarang dibuka sehingga sirkulasi dalam ruangan tidak
nyaman, keadaan kamar tidur kurang rapi, dapur terlihat berantakan karena alat-
alat dapur tidak disusun dengan rapi, kamar mandi tampak kotor dan berlumut.
Keluarga memperoleh air minum dari sumur pompa yang ada dirumahnya.
Kualitas air jernih dan tidak berbau. Keluarga selalu memasak air sumur sampai
mendidih.Persediaan air mencukupi kebutuhan keluarga, apabila pompa rusak
keluarga berusaha untuk membeli air minum.Keluarga mempunyai jamban
sendiri, pembuangan tinja melalui septik tank. Keluarga memiliki tempat
pembuangan sampah dan biasanya keluarga membakar sampah dibelakang
rumahnya. Pengolahan air limbah keluarga kurang baik, dibuang ke selokan dan
Riwayat kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keadaan Ny.S saat ini kurang membaik. Klien mengeluh dengan penyakitnya,
klien mengatakan menderita penyakit diabetes, ada luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu.
Luka sudah diobati, namun belum bisa sembuh sampai sekarang. Ny.S merasa
banyak minum tapi juga banyak kencing walaupun pada dasarnya Ny.S juga udah
sering minum banyak. Klien tampak lemas, sering ngantuk, berat badan menurun
dari 75 kg menjadi 60 kg, mukosa mulut dan bibir klien kering, pandangan kabur
dan klien cemas dengan kondisinya saat ini. Keluarga mengatakan Ny.S dibawa
berobat ke puskesmas namun penyakitnya tidak bisa sembuh karena jarang
kontrol ke puskesmas.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Tn.Z mengatakan tidak ada penyakit masa lalu dan tidak ada alergi terhadap
makanan, obat-obatan dan tidak pernah anggota keluarga yang mengalami
kecelakaan. Ny.S mengatakan jika ada anggota keluarga yang sakit, Ny.S hanya
meminum obat yang ada diwarungnya dan jika tidak sembuh juga Ny.S berusaha
membawa berobat ke klinik maupun puskesmas. Keluarga juga mengatakan tidak
pernah dirawat dirumah sakit.
5. Pola fungsional
a. Persepsi kesehatan dan pola manajemen kesehatan
Keluarga mengatakan selalu menjaga kesehatannya dengan makan teratur. Klien
tidak ada riwayat merokok maupun minum-minuman keras. Jika anggota keluarga
sakit, keluarga meminum obat yang ada diwarungnya maupun obat yang telah
diresepkan oleh dokter.
b. Nutrisi metabolik
Kebiasaan keluarga untuk makan dan minum setiap anggota keluarga tidak sama.
Ny.S mempunyai kebiasaan makan tidak tentu kadang 2x atau bisa lebih, suka
makan-makanan yang manis dan kadang tidak tentu berapa kali dalam sehari
namun untuk minum klien lebih senang minum teh yang kental dan manis. Klien
mengatakan setelah mengetahui menderita diabetes, klien mengurangi makan-
makanan yang manis. Klien mengatakan setiap makan hanya menghabiskan ½
porsi karena takut gula darah semakin naik.
c. Eliminasi
Ny. S biasa BAB 1x/hari, BAK tergantung banyaknya air yang Tn.Z minum
kalau minumnya banyak BAK bisa lebih dari 3x. Ny.S banyak minum sehingga di
sering kali kencing terkadang sampai 10 kali sedangkan untuk BAB biasanya 1
kali sehari.
d. Aktivitas pola latihan rutinitas
Keluarga mengatakan mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, keramas sekali 2
hari, dan ganti pakaian tiap kali selesai mandi. Kegiatan yang biasa dilakukan
Ny.S dan Tn.Z adalah jalan-jalan disekitar rumah sambil berbincang-bincang
dengan tetangga dekat rumah mereka. Tn.Z mengatakan kadang-kadang kakinya
kesemutan.
e. Pola istirahat dan tidur
Tn.Z jarang sekali tidur siang, karena tiap hari pergi kesawah. Tidur siang jamnya
tidak tentu dan tidur malam dari pukul 22.00 sampai dengan 04.30 WIB atau
ketika adzan subuh setelah itu tidak tidur lagi sedangkan Ny. S jarang tidur siang
atau hampir tidak pernah tidur siang, untuk malam biasanya tidur diatas pukul
21.00 sampai dengan 05.00 WIB dan setelah itu tidak tidur lagi.
f. Pola kognitif-persepsi
Ny.S mengatakan mata sebelah kiri tidak bisa melihat dengan jelas, pangangan
kabur terutama menjelang malam hari. Klien mengatakan apabila keluar ruangan
atau jalan-jalan di sekitar rumah harus memegang dinding terlebih dahulu sebagai
sokongan. Klien tampak berjalan sambil memegang dinding atau pakai tongkat.
Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat dengan jelas pada saat seseorang
datang kerumah dan menanyakan kepada perawat siapa yang datang. Klien
mengatakan tidak tahu komplikasi dari diabetes mellitus, penyebab dan perawatan
diabetes terutama pada luka yang ada dijari kaki sebelah kanannya.
g. Persepsi diri-pola konsepsi diri
Ny. S beranggapan bahwa ia mampu membiayai kebutuhan hidup. Ny. S masih
tetap semangat meskipun sudah tua dan suami tak dapat bekerja lagi. Ny.S
mengatakan tetangga-tetangganya sangat baik kepada mereka dan mau saling
membantu dengan sesama.
h. Pola peran-hubungan
Tn. Z mengatakan perannya sebagai ayah dan suami dikeluarga sangat penting
dan berharga meskipun istri saat ini sedang mengalami penyakit diabetes. Dan Ny.
S sebagai istri hanya bisa membantu untuk menjaga warung dirumah dan
mendapat penghasilan secukupnya, sedangkan An.A yang berperan sebagai anak
dan bekerja mengajar anak SMP dan mau membantu kedua orang tuanya untuk
melakukan aktivitas sehari-hari.
i. Sexualitas
Ny.S mempunyai 1 orang anak yang sudah dewasa dan belum menikah. Ny.S
sudah tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi karena menderita penyakit
diabetes.
j. Koping-pola toleransi stress
Tn.Z mengatakan jika ada kesulitan dalam keluarga, masih mampu untuk
mengatasinya dengan cara bermusyawarah dengan anggota keluarga dirumah.
k. Nilai keyakinan
Ny.S menganut agama Islam dan percaya terhadap agam yang dianutnya. Ny.S
mengatakan selalu berdoa kepada Tuhan jika keluarga ada masalah.
6. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan umum : compos mentis
b. TTV :
- TD : 130/80 mmhg
- T/P : 36,2o C/82 x/i
- RR : 20 x/i
c. BB/TB : 60 kg/155 cm
d. Kepala :
- Rambut : pendek, lurus dan hitam dan mulai memutih
- Mata : konjungtiva tidak anemis dan sklera tidak ikterik
- Telinga : bersih, tidak ada serumen
- Mulut : kotor dan terdapat karang gigi
- Gigi : tidak lengkap, sudah ada yang berlubang dan ompong
- Bibir : tampak lembab
- Dada : simetris dan tidak ada pembengkakan
- Abdomen : simetris, tidak terdapat nyeri tekan
- Kulit : berwarna sawo matang, dan tidak pucat
- Ekstremitas : simetris, dan kekuatan otot baik.
3.1.2. Analisa data

No. Sign sympton Etiologi Problem


1. Ds : Gangguan Kerusakan
- Klien mengatakan ada luka pada ibu jari metabolisme integritas kulit
kaki sebelah kanan yang tidak sembuh sejak
3 bulan yang lalu. Luka sudah diobati,
namun sampai sekarang luka tersebut tidak
sembuh-sembuh.
- Klien mengatakan setelah mengetahui
menderita diabetes, klien mengurangi
makan-makanan yang manis.
- Klien mengatakan setiap makan hanya
menghabiskan ½ porsi karena takut gula
darah semakin naik.

Do :
- Ditemukan adanya luka pada ibu jari kaki
sebelah kanan berwarna merah sekitar 2
cm.
- Klien tampak lemas dan sering ngantuk.
- Berat badan klien menurun dari 75 kg
menjadi 60 kg.
- Mukosa mulut dan bibir klien kering.
2. Ds : Penurunan Resiko terjadi
- Klien mengatakan mata sebelah kiri tidak ketajaman cedera
bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur penglihatan
terutama menjelang malam hari.
- Klien mengatakan apabila keluar ruangan
atau jalan-jalan di sekitar rumah harus
memegang dinding terlebih dahulu sebagai
sokongan.

Do :
- Klien tampak tidak tahu dan tidak melihat
dengan jelas pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan kepada perawat
siapa yang datang.
- Klien tampak berjalan sambil memegang
dinding atau pakai tongkat.
- Penerangan dalam ruangan dirumah Tn. Z
kurang terang pada siang hari dikarenakan
jendela rumah jarang dibuka.
3. Ds : Ketidakmampuan Kurang
- Klien mengatakan mata sebelah kiri tidak keluarga pengetahuan
bisa melihat dengan jelas, pandangan kabur merawat anggota mengenai
terutama menjelang malam hari. keluarga yang penyakit
- Klien mengatakan tidak tahu komplikasi sakit diabetes mellitus
dari diabetes mellitus, penyebab dan
perawatan diabetes terutama pada luka yang
ada dijari kaki sebelah kanannya.

Do :
- Terdapat luka pada ibu jari kaki sebelah
kanan berwarna merah sekitar 2 cm dan
tidak sembuh sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun belum bisa sembuh
sampai sekarang.
- Klien tampak cemas dengan kondisinya.
3.1.3 Diagnosa keperawatan
Tanggal
No. Diagnosa keperawatan Paraf
Ditemukan Teratasi
1. Kerusakan integritas kulit berhubungan 7 Desember 2015
dengan gangguan metabolik yang
ditandai dengan klien mengatakan ada
luka pada ibu jari kaki sebelah kanan
yang tidak sembuh sejak 3 bulan yang
lalu. Luka sudah diobati, namun sampai
sekarang luka tersebut tidak sembuh-
sembuh. Klien mengatakan setelah
mengetahui menderita diabetes, klien
mengurangi makan-makanan yang manis.
Klien mengatakan setiap makan hanya
menghabiskan ½ porsi karena takut gula
darah semakin naik. Ditemukan adanya
luka pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm, klien
tampak lemas dan sering ngantuk, berat
badan klien menurun dari 75 kg menjadi
60 kg, mukosa mulut dan bibir klien
kering.
2. Resiko terjadi cedera berhubungan 7 Desember 2015
dengan penurunan ketajaman penglihatan
yang ditandai dengan klien mengatakan
mata sebelah kiri tidak bisa melihat
dengan jelas, pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien mengatakan
apabila keluar ruangan atau jalan-jalan di
sekitar rumah harus memegang dinding
terlebih dahulu sebagai sokongan. Klien
tampak tidak tahu dan tidak melihat
dengan jelas pada saat seseorang datang
kerumah dan menanyakan kepada
perawat siapa yang datang. Klien tampak
berjalan sambil memegang dinding atau
pakai tongkat. Penerangan dalam ruangan
dirumah Tn.Z kurang terang pada siang
hari dikarenakan jendela rumah jarang
dibuka.
3. Kurang pengetahuan mengenai penyakit 7 Desember 2015
diabetes mellitus berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit yang
ditandai dengan klien mengatakan mata
sebelah kiri tidak bisa melihat dengan
jelas, pandangan kabur terutama
menjelang malam hari. Klien mengatakan
tidak tahu komplikasi dari diabetes
mellitus, penyebab dan perawatan
diabetes terutama pada luka yang ada
dijari kaki sebelah kanannya. Terdapat
luka pada ibu jari kaki sebelah kanan
berwarna merah sekitar 2 cm dan tidak
sembuh sejak 3 bulan yang lalu. Luka
sudah diobati, namun belum bisa sembuh
sampai sekarang. Klien tampak cemas
dengan kondisinya.
3.1.4 Intervensi keperawatan
Diagnosa
No. NOC NIC Paraf
keperawatan
1. Kerusakan Setelah dilakukan 1. Kaji pengetahuan klien
integritas kulit tindakan mengenai adanya faktor resiko
berhubungan keperawatan 3x30 yang dapat menyebabkan
dengan gangguan menit klien mampu kerusakan kulit.
metabolik. mempertahankan 2. Pantau warna, suhu, dan
keutuhan kulit dan kelembapan kulit pada klien.
mengatur pola 3. Identifikasi makanan yang
makan secara disenangi oleh klien.
adekuat dengan 4. Libatkan keluarga dalam
kriteria: perencanaan makan sesuai
- Mukosa mulut indikasi.
dan bibir tidak 5. Kolaborasi melakukan
kering. pemeriksaan gula darah.
- Berat badan
dalam batas
normal.
2. Resiko terjadi Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada keluarga
cedera tindakan untuk menyediakan
berhubungan keperawatan selama lingkungan yang aman untuk
dengan 3x30 menit, cedera pasien.
penurunan tidak terjadi pada 2. Identifikasi kebutuhan
ketajaman klien dengan keamanan pasien, sesuai
penglihatan. kriteria: dengan kondisi fisik dan
- Klien terbebas fungsi kognitif pasien dan
dari cedera riwayat penyakit terdahulu
- Klien mampu pasien.
menjelaskan 3. Ajarkan kepada keluarga dan
cara untuk klien untuk menghindarkan
mencegah lingkungan yang berbahaya
cedera (misalnya memindahkan
- Klien mampu perabotan berbahaya,
menjelaskan kebersihan lantai rumah dan
manfaat senam kamar mandi).
mata 4. Ajarkan kepada keluarga
- Klien mampu untuk memberikan penerangan
mendemonstrasi yang cukup di dalam rumah.
kan senam mata 5. Jelaskan manfaat senam mata.
6. Ajarkan gerakan senam mata
3. Kurang Setelah dilakukan 1. Jelaskan pada klien penyebab
pengetahuan tindakan diabetes mellitus.
mengenai keperawatan 1x30 2. Jelaskan pada klien tanda dan
penyakit diabetes menit keluarga gejala diabetes mellitus
mellitus dapat mengenal 3. Jelaskan pada klien
berhubungan masalah kesehatan komplikasi diabetes mellitus
dengan dengan kriteria: yang dapat terjadi.
ketidakmampuan - Klien dapat 4. Jelaskan pada keluarga cara
keluarga merawat menyebutkan perawatan pada diabetes
anggota keluarga penyebab mellitus.
yang sakit. diabetes
mellitus.
-
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan tahap-tahap pembuatan asuhan keperawatan pada lansia, penulis
mampu :
a. Melakukan pengkajian terhadap gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
b. Menegakkan diagnosa keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny.S dengan
gangguan diabetes melitus.
c. Menyusun rencana keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S dengan
gangguan diabetes melitus.
d. Mengimplementasikan rencana keperawatan yang sudah disusun pada gerontik
khususnya pada Ny.S dengan gangguan diabetes melitus.
e. Mengevaluasi tindakan keperawatan pada gerontik khususnya pada Ny. S
dengan gangguan diabetes melitus.
4.2 Saran
1. Semoga dengan dibuatnya asuhan keperawatan ini, mahasiswa dapat
mempergunakannya dalam menambah wawasan tentang asuhan keperawatan pada
gerontik.
2. Bagi mahasiswa diharapkan untuk memperdalam pengetahuan dalam menerapkan
asuhan keperawatan gerontik secara efektif dan efisien baik teoritis maupun di
dalam kasus.
3. Bagi Ny.S selaku sebagai klien agar dapat mengontrol penyakitnya seperti
mengurangi makanan yang banyak mengandung gula serta tidak melakukan
aktivitas yang berlebihan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Volume Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Dinkes Kota Semarang. 2010. Profil Kesehatan Kota Semarang. Semarang : Dinkes
Kota Semarang.
Fatmah. 2010. Gizi Usia Lanjut. Erlangga : Jakarta.
NANDA, 2005/2006, Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda, Alih Bahasa Budi
Santosa, Prima Medika, NANDA.
Stanley, Mickey dan Patricia Gauntlett Beare. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Gerontik, Edisi 2., Jakarta: EGC.
Tandra. (2007). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Tentang Diabetes. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai