Anda di halaman 1dari 136

PENGARUH EDUKASI MANAJEMEN DIRI DIABETES (EMDD) TERHADAP

MANAJEMEN DIRI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2


DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO
KABUPATEN PONOROGO

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister

Oleh
UCIK ERNAWATI
NIM. 196070300111004

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
PENGARUH EDUKASI MANAJEMEN DIRI DIABETES (EMDD) TERHADAP
MANAJEMEN DIRI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2
DI POLI PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO
KABUPATEN PONOROGO

TESIS

Untuk Memenuhi Persyaratan


Memperoleh Gelar Magister

Oleh
UCIK ERNAWATI
NIM. 196070300111004

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


PEMINATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2021
ii
iii
IDENTITAS TIM PENGUJI

JUDUL TESIS
PENGARUH EDUKASI MANAJEMEN DIRI DIABETES (EMDD) TERHADAP
MANAJEMEN DIRI PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLI
PENYAKIT DALAM RSUD DR. HARJONO KABUPATEN PONOROGO

Nama Mahasiswa : Ucik Ernawati


NIM : 196070300111004
Program Studi : Magister Keperawatan
Peminatan : Keperawatan Medikal Bedah

KOMISI PEMBIMBING
Ketua : Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp., M.Kes
Anggota : Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes

TIM DOSEN PENGUJI


Dosen Penguji 1 : Dr. Ns. Retno Lestari, S.Kep., M.Nurs
Dosen Penguji 2 : Dr. Ns. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, S.Kep., M.Kes
Tanggal Ujian :

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “Pengaruh Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap Perubahan Perilaku Manajemen Diri

Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Harjono Ponorogo”. Dalam tulisan ini, disajikan pokok-pokok bahasan yang

berkaitan dengan pengelolaan manajemen diri yang terdiri dari pola makan,

aktivitas fisik, dan terapi obat.

Dengan selesainya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si., Med., SpA(K) selaku Dekan Fakultas

Kedokteran Univertas Brawijaya Malang

2. Dr. Asti Melani Astari, S.Kp., M.Kep. selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

3. Dr. Kuswantoro Rusca Putra, S.Kp., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang

4. Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing

utama yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dalam

memberikan arahan dan masukan, dukungan yang konstriktif, serta

motivasi yang luar biasa dalam penyusunan tesis ini

5. Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes selaku dosen pembimbing kedua

yang telah membimbing dengan penuh kesabaran dalam memberikan

arahan dan masukan, semangat, serta motivasi yang luar biasa dalam

penyusunan tesis ini

6. Dr. Ns. Retno Lestari, S.Kep., M.Nurs selaku dosen penguji utama yang
telah memberikan banyak arahan dan masukan sehingga dapat
menyempurnakan penyusunan tesis ini.
v
7. Dr. Ns. Dina Dewi Sartika Lestari Ismail, S.Kep., M.Kes selaku dosen
penguji utama yang telah memberikan banyak arahan dan masukan
sehingga dapat menyempurnakan penyusunan tesis ini.
8. Segenap anggota tim tesis FKUB yang telah banyak memfasilitasi

kellengkapan sarana penyelesaian tesis ini

9. Bapak, ibu, suami, dan anak tercinta yang selalu memberikan doa,

semangat dan dukungan dalam penyusunan tesis ini

10. Teman-teman seperjuangan PSMK 2019 yang telah memberikan motivasi

kepada penulis dalam penyusunan teisi ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih jauh dari kata sempurna,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

Semoga tesis ini dapat dilanjutkan ke tahap berikutnya serta bermanfaat.

Malang, Agustus 2021

Penulis

vi
RINGKASAN

Ucik Ernawati. NIM 196070300111004. Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes


(EMDD) Terhadap Manajemen Diri Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Poli
Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo. Tugas Akhir. Program Studi
Magister Keperawatan (Keperawatan Medikal Bedah), Fakultas Kedokteran, Universitas
Brawijaya, Malang, Juli 2021. Komisi Pembimbing Ketua: Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti,
S.Kp., M.Kes. Anggota: Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes.

Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) merupakan penyakit kronis dengan manifestasi


klinis hiperglikemia akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya.
Prevalensi DMT2 pada orang dewasa menyumbang 90% dari jenis diabetes tipe lainnya
yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes gestasional. Prevalensi DM secara global
diperkirakan akan mencapai 642 juta jiwa di tahun 2040. Fakta jumlah penderita DM bisa
jauh lebih besar dari prevalensi yang dijabarkan karena sebagian besar penderita baru
mencari pertolongan medis setelah terjadi komplikasi.

Peningkatan prevalensi DMT2 disebabkan karena beberapa faktor, salah


satunya yaitu perilaku hidup yang kurang sehat. Perilaku yang kurang sehat berkaitan
dengan aktivitas fisik, pola makan dan kepatuhan minum obat dapat mencetuskan
terjadinya komplikasi. Penerapan perilaku sehat seperti diet dan olahraga, serta
penggunaan obat-obatan dengan tepat dapat mengontrol kadar glukosa darah dan
mencegah terjadinya komplikasi. Pemantauan yang dilakukan penderita diabetes dalam
pengelolaan diri sendiri untuk melakukan perilaku sehat disebut dengan manajemen diri
diabetes. Manajemen diri diabetes terdiri dari beberapa aspek penting diantaranya adalah
pola makan, aktivitas fisik dan terapi farmakologi. Ketiga aspek tersebut dikenal dengan
konsep IDEP (Interaction between Diet, Exercise and Pharmachoterapy), pengelolaan
IDEP dalam manajemen diri diabetes memiliki peran yang penting karena memberikan
pengaruh yang besar terhadap kestabilan kadar glukosa darah. Pengelolaan manajemen
diri diabetes bukanlah sesuatu yang mudah dalam penatalaksanaan DMT2. Terdapat
banyak hambatan yang dapat mempengaruhi penatalaksanaan DMT2, salah satunya
adalah kurangnya pengetahuan dalam melakukan manajemen diri. Sehingga edukasi
manajemen diri diabetes (EMDD) merupakan bentuk strategi dalam penatalaksanaan
DMT2.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen diri


diabetes (EMDD) terhadap manajemen diri pada penderita DMT2. Tujuan khusus dari
penelitian adalah untuk menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan aktivitas fisik
pada penderita DMT2, menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan pola makan
pada penderita DMT2 dan menganalisis pengaruh EMDD terhadap perubahan kepatuhan
terapi obat pada penderita DMT2. Desain pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
dengan metode quasy exsperimental design dengan pendekatan pretest and posttest
control group design. Responden pada penelitian sebanyak 56 orang yang terbagi
menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol yang masing-
masing terdiri dari 28 responden. Responden adalah pasien DMT2 yang berkunjung ke
Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo.

Hasil penelitian berdasarkan uji Wilcoxon Signed Rank Test menunjukkan


adanya pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap aktivitas fisik, pola
makan dan kepatuhan terapi obat pada penderita DMT2. Terdapat hasil yang signifikan
pada ketiga variabel yaitu aktivitas fisik p = 0.000, pola makan p = 0.000, kepatuhan
terapi obat p = 0.000. Aktivitas fisik sedang meningkat dari 35,71% menjadi 71,43%, pola
makan teratur meningkat dari 17,86% menjadi 89,28% dan kepatuhan terapi obat dari
kategori patuh 0% menjadi 89,29%. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa edukasi
vii
manajemen diri diabetes (EMDD) dapat digunakan sebagai bentuk intervensi mandiri
pada pasien DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr. Harjono Kabupaten Ponorogo.
Dengan demikian EMDD dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran, sebagai alternatif
dalam memberikan intervensi pada pasien DMT2, dan dapat dilakukan sebagai intervensi
secara berkelanjutan dengan memberikan follow up pada pasien DMT2.

viii
SUMMARY

Ucik Ernawati. NIM 196070300111004. The Effect of Diabetes Self-Management


Education (DSME) on Self-Management in Type 2 Diabetes Mellitus Patients in Internal
Medicine Polyclinic RSUD dr. Harjono, Ponorogo Regency. Thesis. Master of Nursing
Study Program (Medical Surgical Nursing), Faculty of Medicine, Brawijaya University,
Malang, July 2021. Advisory Committee Chair: Prof. Dr. Titin Andri Wihastuti, S.Kp.,
M.Kes. Member: Dr. Yulian Wiji Utami, S.Kp., M.Kes.

Diabetes Mellitus Type 2 (DMT2) is a chronic disease with clinical manifestations


of hyperglycemia due to defects in insulin secretion, insulin action or both. The
prevalence of T2DM in adults accounts for 90% of other types of diabetes, namely type 1
diabetes mellitus and gestational diabetes. The global prevalence of DM is estimated to
reach 642 million people in 2040. The fact is that the number of people with DM can be
much higher than the stated prevalence because most people only seek medical help
after complications occur.

The increase in the prevalence of T2DM is caused by several factors, one of


which is an unhealthy lifestyle. This behavior can trigger complications, namely
macrovascular and microvascular complications. The application of healthy behaviors
such as diet and exercise, as well as the proper use of drugs can control blood glucose
levels and prevent complications. Monitoring carried out by diabetics in self-management
to perform healthy behaviors is called diabetes self-management. Diabetes self-
management consists of several important aspects including diet, physical activity and
pharmacological therapy. These three aspects are known as the IDEP (Interaction
between Diet, Exercise and Pharmachoterapy) concept. IDEP management in diabetes
self-management has an important role because it has a major influence on the stability
of blood glucose levels. Self-management of diabetes is not something that is easy in the
management of T2DM. There are many obstacles that can affect the management of
T2DM, one of which is the lack of knowledge in self-management. So that diabetes self-
management education (EMDD) is a form of strategy in the management of T2DM.

This study aims to determine the effect of diabetes self-management education


(EMDD) on self-management in patients with T2DM. The specific objectives of the study
were to analyze the effect of EMDD on changes in physical activity in T2DM patients,
analyze the effect of EMDD on dietary changes in T2DM patients and analyze the effect
of EMDD on changes in drug therapy adherence in T2DM patients. The design in this
study is a quantitative study using a quasi-experimental design method with a pretest and
posttest control group design approach. Respondents in the study were 56 people who
were divided into two groups, namely the treatment group and the control group, each of
which consisted of 28 respondents. Respondents were DMT2 patients who visited the
Internal Medicine Polyclinic of Dr. Harjono, Ponorogo Regency.

The results of the study based on the Wilcoxon Signed Rank Test showed the
effect of diabetes self-management education (EMDD) on physical activity, diet and drug
therapy adherence in T2DM patients. There were significant results on the three
variables, namely physical activity p = 0.000, diet p = 0.000, drug therapy adherence p =
0.000. Moderate physical activity increased from 35.71% to 71.43%, regular eating
patterns increased from 17.86% to 89.28% and drug therapy adherence from 0% to
89.29%. This study can be concluded that diabetes self-management education (EMDD)
can be used as a form of independent intervention in DMT2 patients at the Internal
Medicine Clinic of Dr. Harjono, Ponorogo Regency. Thus, EMDD can be used as a
reference in learning, as an alternative in providing intervention to DMT2 patients,

ix
and can be carried out as an ongoing intervention by providing follow-up to DMT2
patients.

x
DAFTAR ISI

PENGESAHAN ........................................................................................................ii
PERNYATAAN ORISINILITAS TESIS ..................................................................iii
IDENTITAS TIM PENGUJI .....................................................................................iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................................v
RINGKASAN..........................................................................................................vii
SUMMARY ..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ...............................................................................................xv
BAB 1 PENDAHULUAN .........................................................................................1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................5
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................5
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................7
2.1 Diabetes Melitus .....................................................................................7
2.1.1 Definisi Diabetes Melitus..............................................................7
2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus .........................................................7
2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus .............................................9
2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus .........................................................9
2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus ......................................................10
2.2 Manajemen Diri Diabetes Melitus ........................................................10
2.2.1 Definisi Manajemen Diri Diabetes Melitus .................................10
2.2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Manajemen Diri Diabetes ..12
2.2.3 Aspek Manajemen Diri Diabetes Melitus ...................................15
2.3 Edukasi Manajemen Diri Diabetes Melitus (EMDD) ............................17
2.3.1 Definisi EMDD ............................................................................17
2.3.2 Tujuan EMDD .............................................................................18
2.3.3 Prinsip EMDD .............................................................................18
2.3.4 Komponen EMDD ......................................................................18
2.3.5 Pelaksanaan EMDD...................................................................20
2.4 Kerangka Teori Penelitian ....................................................................21

xi
BAB 3 KERANGKA KONSEP ..............................................................................22
3.1 Kerangka Konsep Penelitian................................................................22
3.2 Hipotesis Penelitian..............................................................................23
BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN ....................................................................24
4.1 Desain Penelitian .................................................................................24
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ..............................................................24
4.2.1 Tempat Penelitian ......................................................................24
4.2.2 Waktu Penelitian ........................................................................25
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................25
4.3.1 Populasi Penelitian.....................................................................25
4.3.2 Sampel Penelitian ......................................................................25
4.3.3 Teknik Penentuan Sampel .........................................................26
4.3.4 Kriteria Sampel Penelitian..........................................................27
4.4 Definisi Operasional .............................................................................28
4.5 Alur Kerja Penelitian.............................................................................29
4.6 Pengumpulan Data ..............................................................................29
4.6.1 Sumber Data ..............................................................................29
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data ........................................................30
4.6.3 Alat Pengumpulan Data .............................................................31
4.7 Pengolahan Data .................................................................................32
4.7.1 Editing ........................................................................................32
4.7.2 Coding ........................................................................................32
4.7.3 Entry ...........................................................................................32
4.7.4 Cleaning .....................................................................................33
4.8 Analisa Data .........................................................................................33
4.9 Etika Penelitian.....................................................................................33
4.9.1 Respect for Person ....................................................................33
4.9.2 Benefience dan Non-Maleficence ..............................................33
4.9.3 Justice ........................................................................................34
4.9.4 Cleaning .....................................................................................34
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ...........................................35
5.1 Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian .............................................35
5.2 Hasil Penelitian.....................................................................................36
5.2.1 Karakteristik Demografi Penelitian ............................................36
5.2.2 Aktifitas Fisik Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi
xii
Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ............................................38
5.2.3 Pola Makan Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi
Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ............................................39
5.2.4 Kepatuhan Terapi Obat Sebelum dan Sesudah diberikan
Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ..............................40
BAB 6 PEMBAHASAN ........................................................................................42
6.1 Perubahan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)
Pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan Modul
Edukasi .................................................................................................42
6.2 Perubahan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)
Pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan
Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ........................................43
6.3 Perubahan Pola Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)
Pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan Modul
Edukasi .................................................................................................45
6.4 Perubahan Pola Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)
Pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan
Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ........................................46
6.5 Perubahan Kepatuhan Terapi Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
(DMT2) Pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan
Modul Edukasi ......................................................................................47
6.6 Perubahan Kepatuhan Terapi Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2
(DMT2) Pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan
Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ........................................48
6.7 Keterbatasan Penelitian .......................................................................50
6.8 Implikasi................................................................................................50

BAB 7 PENUTUP .................................................................................................51


7.1 Kesimpulan ...........................................................................................51
7.2 Saran ....................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................53
LAMPIRAN ...........................................................................................................59

xiii
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Etiologi .................................9


Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus......................................................10
Tabel 2.3 Kadar Tes Laboraturium Darah untuk Diagnosis Diabetes .................10
Tabel 2.4 Klasifikasi IMT .......................................................................................15
Tabel 4.1 Desain Pretest-Posttest Control Group Design ...................................25
Tabel 5.1 Karakteristik Responden dengan DMT2 di Poli Penyakit Dalam
RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponoroho .............................................38
Tabel 5.2 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap
Aktivitas Fisik Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
dr. Harjono Kabupaten Ponorogo.........................................................39
Tabel 5.3 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap
Pola Makan Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
dr. Harjono Kabupaten Ponorogo.........................................................40
Tabel 5.4 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap
Kepatuhan Terapi Obat Pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di
RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo .............................................42

xiv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................21


Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................23
Gambar 4.1 Alur KerjaPenelitian ..........................................................................30

xv
xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pernyataan Laik Etik ..........................................................................59


Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ............................................................................61
Lampiran 3 Lembar Informed Consent .................................................................62
Lampiran 4 Kuisioner Data Demografi Penelitian ................................................63
Lampiran 5 Kegiatan Edukasi ...............................................................................64
Lampiran 6 Kuisioner Semi Quantitatif-Food Frequency Questionnaire .............66
Lampiran 7 Global Physical Activity Questionnaire..............................................70
Lampiran 8 Kuisioner Morisky Medication Adherence Scale-8 ...........................72
Lampiran 9 Modul Diabetes ..................................................................................73
Lampiran 10 Surat Telah Melakukan Penelitian ..................................................97
Lampiran 11 Analisa Data Statistik .......................................................................98
Lampiran 12 Lembar Konsultasi .........................................................................107
Lampiran 13 Surat Keterangan Plagiasi .............................................................112
Lampiran 14 Publikasi Jurnal..............................................................................113
Lampiran 15 Dokumentasi Kegiatan Penelitian .................................................118
Lampiran 16 Halaman Riwayat Hidup ................................................................119

xvii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah salah satu penyakit kronis dengan

manifestasi klinis kadar gula darah tinggi (hiperglikemia.) (Soelistijo et al., 2019).

Gejala klinis sering tidak disadari oleh penderita sehingga perkembangannya

dapat terjadi selama bertahun-tahun tanpa adanya pengobatan (Mendis et al.,

2014). Angka kejadian DM secara global diketahui sebanyak 422 juta jiwa dan

akan meningkat menjadi 642 juta jiwa pada tahun 2040 (World Health Statistic,

2019). Indonesia berada di peringkat ke tujuh dunia dengan penderita DM

terbanyak (Kemenkes RI, 2018). Peran aktif penderita memberikan kontribusi

dalam keberhasilan penatalaksanaan DMT2, sehingga keterampilan khusus

penderita (manajemen diri) menjadi fokus dalam penatalaksaan DMT2.

Aspek-aspek pada manajemen diri diabetes menjadi penting karena

berkaitan erat dengan keberhasilan penatalaksanaan DMT2. Tolak ukur

keberhasilan penatalaksanaan DMT2 dinilai dari kestabilan kadar glukosa darah

dan tidak terdapat komplikasi (penyakit ginjal kronis, gagal jantung, retinopati,

dan neuropati) (Lambrinou et al., 2019). Target kadar glukosa darah dalam

penatalaksanaan DMT2 adalah gula darah puasa 70-130 mg/dL, 2 jam setelah

makan <200 mg/dL (Clodi et al., 2019).

1
Manajemen diri merupakan kunci dalam penatalaksanaan penyakit kronis

secara komprehensif (American Association of Diabetes Educators, 2020).

Manajemen diri yang baik (dilakukan setiap hari) seperti makan makanan sehat,

melakukan aktivitas fisik, minum obat sesuai resep, dan memantau gula darah

(International Diabetes Federation, 2017). Aspek manajemen diri yang secara

langsung mempengaruhi kadar glukosa darah adalah aktivitas fisik, pola makan,

dan kepatuhan terapi obat. Manajemen diri berupa aktivitas fisik, pola makan dan

minum obat sesuai resep dihipotesiskan dengan konsep IDEP (Interaction

between Diet/Exercise and Phamacotherapy) (Fujiwara Y et al., 2019). Konsep

IDEP menjelaskan bahwa keterkaitannya dapat mempengaruhi kadar GLP-1

(glucagon-like peptide-1). Peningkatan kadar GLP-1 dapat membuat kadar

glukosa darah terkontrol (Fujiwara Y et al., 2019).

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai gerakan tubuh yang terjadi karena

adanya kerja otot rangka dengan penggunaan tenaga dan energi (KEMENKES,

2020). Aktivitas fisik saat ini telah diangggap sebagai salah satu aspek penting

dalam kesehatan. Kontribusinya dijelaskan dalam sebuah studi bahwa intervensi

aktivitas fisik berperan pada pengurangan 30% dalam perkembangan penyakit

DMT2. Intervensi tersebut diketahui juga berperan dalam meningkatkan toleransi

glukosa (Kolb & Martin, 2017). Hal ini didukung oleh studi pada orang dewasa

dan lanjut usia di Cina yang menjelaskan bahwa aktivitas fisik rendah

meningkatkan risiko DMT2 dan sindrom metabolik (Wang et al., 2018).

Aspek lain yang berpengaruh pada perkembangan penyakit DMT2 dan

sindrom metabolik adalah pola makan yang tidak teratur. Pola makan adalah

salah satu pencetus obesitas yang dapat menyebabkan DMT2. Pola makan yang

kurang tepat seperti konsumsi biji-bijian, minuman manis, daging merah dan

alkohol dapat meningkatkan perkembangan DMT2 (Kolb & Martin, 2017). Hasil

yang serupa pada penelitian pola makan dilihat dari jumlah asupan, jenis

2
makanan, dan jadwal makan menunjukkan adanya keterkaitan pola makan

dengan kadar gula dalam darah (Amtiria, 2016). Sehingga perlu pemantauan

pola makan berdasarkan jumlah, jenis, dan jadwal makan pada penderita DMT2.

Kestabilan kadar glukosa darah pada DMT2 dapat juga dicapai dengan

terapi farmakologi. Kepatuhan terapi farmakologi dalam hal ini adalah berkaitan

dengan keteraturan minum obat. Hal tersebut merupakan aspek penting yang

perlu diperhatikan dalam penatalaksanaan DMT2. Kepatuhan didefinisikan

sebagai tindakan melakukan apa yang diperlukan oleh aturan dan kepercayaan

(Urata et al., 2019). Sebuah studi menjelaskan bahwa kepatuhan dalam minum

obat secara signifikan dapat memicu terjadinya komplikasi (Simpson et al.,

2016).

Berdasarkan fakta-fakta tersebut, penting adanya penatalaksanaan DMT2

yang tepat. intervensi manajemen diri yang tepat. Terdapat beberapa intervensi

manajemen diri yang diterapkan pada penderita DMT2, namun ada banyak

hambatan dalam pelaksanaannya. Salah satu hambatan yang mempengaruhi

adalah kurangnya pengetahuan (Mikhael et al., 2020). Upaya yang dapat

dilakukan adalah dengan memberikan edukasi pada penderita DMT2. Edukasi

manajemen diri diabetes dalam rangka memberikan informasi dan pengetahuan

merupakan bagian penting dalam menetapkan prinsip-prinsip perawatan

diabetes (Davies et al., 2018).

Edukasi Manajemen Diri Diabetes didefinisikan sebagai proses memfasilitasi

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan (Fan & Sidani,

2018). Ketiga proses tersebut tidak terdapat pada edukasi yang sering dilakukan

sebelumnya yang hanya berfokus pada transfer pengetahuan tanpa

memperhatikan keterampilan dan kemampuan. Intervensi EMDD merupakan

salah satu strategi yang penting untuk diimplementasikan karena diberikan

dengan model pemberdayaan penderita yang menggabungkan strategi perilaku

3
dan psikososial dapat mempengaruhi hasil klinis. Dukungan yang berkelanjutan

dengan prinsip edukasi, observasi, dan follow up merupakan bagian yang

penting karena menjadi strategi untuk mendukung self care behaviour (Funnell,

et al., 2012).

Pengelolaan manajemen diri bertujuan untuk mengurangi komplikasi

diabetes (Barlow et al., 2002). Secara tidak langsung EMDD dapat mengatasi

permasalahan terkait beban biaya yang harus ditanggung oleh penderita akibat

komplikasi. Perawatan dan pengobatan komplikasi pada DM memerlukan biaya

yang besar, komplikasi mengakibatkan beban penyakit meningkat sehingga

terjadi peningkatan biaya perawatan (Diriba et al., 2020). Pada negara-negara

berpenghasilan rendah dan menengah diketahui mengalami peningkatan

tertinggi dalam kematian terkait diabetes (Tol & Baghbanian, 2012). Sehingga

ketiga aspek manajemen diri yang terdiri dari aktivitas fisik, pola makan,

kepatuhan terapi obat perlu diperhatikan dalam pengelolaan perkembangan

DMT2.

Studi oleh Ghisi et al., menjelaskan bahwa intervensi edukasi

mempengaruhi pengetahuan, aktivitas fisik dan pola makan (Ghisi et al., 2020).

Hal tersebut didukung oleh studi tentang pengaruh pendidikan berkelanjutan

yang diketahui memiliki dampak positif terhadap kepatuhan obat dan kadar

glukosa darah (Krishnakumar et al., 2020). Sehingga EMDD merupakan bentuk

strategi penatalaksanaan DMT2 yang perlu dilaksanakan (Davies et al., 2018).

Berdasarkan hasil studi pendahuluan terhadap 8 penderita DMT2 di RSUD

dr. Harjono Kabupaten Ponorogo dengan metode wawancara langsung

didapatkan bahwa enam klien memiliki perilaku manajemen diri yang buruk

ditunjukkan dengan ungkapan bahwa klien sering makan makanan diluar anjuran

diet, seringkali tidak melakukan aktifitas seperti olah raga atau sekedar berjalan

kaki, selain itu klien mengungkapkan bahwa kadang lupa minum obat atau

4
menyuntikkan insulin. Sedangkan dua penderita lain menunjukkan perilaku

manajemen diri yang baik karena memiliki pengetahuan yang lebih tentang

pengelolaan penyakitnya.

Berdasarkan fenomena tersebut peneliti melakukan sebuah studi tentang

pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap manajemen diri

diabetes: aktivitas fisik, pola makan, dan kepatuhan terapi obat pada penderita

diabetes melitus tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten

Ponorogo.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah terdapat pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD)

terhadap manajemen diri pada penderita DM tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD

dr. Harjono Kabupaten Ponorogo?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh edukasi manajemen

diri diabetes (EMDD) terhadap manajemen diri pada penderita DM tipe 2 di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo.

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tujuan khusus yang dijabarkan

sebagai berikut.

1. Menganalisis pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

perubahan aktivitas fisik pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD

dr. Harjono Ponorogo

5
2. Menganalisis pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

perubahan pola makan pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD

dr. Harjono Ponorogo

3. Menganalisis pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

kepatuhan terapi obat pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Harjono Ponorogo

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi dalam

pembelajaran dan penelitian terkait salah satu intervensi yang dapat diberikan

pada penderita DMT2.

1.4.2 Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi

Pemerintah Kabupaten Ponorogo dalam memberikan pelayanan dan perawatan

terhadap penderita DMT2.

6
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Definisi Diabetes Melitus

Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolik dimanifestasikan

dengan keadaan hiperglikemia karena adanya gangguan sekresi atau/dan kerja

insulin (Rudianto et al, 2015). Sedangkan menurut WHO (2018), Diabetes

Melitus didefinisikan sebagai penyakit kronis akibat gangguan fungsi pancreas

untuk mensekresi insulin atau tidak efektinya tubuh menggunakan insulin

sehingga terjadi hiperglikemia.

Berdasarkan pengertian diatas, disimpulkan bahwa Diabetes Melitus

adalah penyakit kronis karena gangguan fungsi pancreas berkaitan dengan

sekresi atau/dan kerja insulin yang mengakibatkan hiperglikemi. DM merupakan

ancaman besar bagi kesehatan manusia, perkiraan prevalensi DM secara global

menurut IDF (2018) sebesar 8,8%.

2.1.2 Klasifikasi Diabetes Melitus

Kategori utama diabetes melitus dibagi menjadi yaitu diabetes tipe 1 dan

tipe 2. Dari kedua kategori diabetes melitus, mayoritas merupakan diabetes tipe

2 yaitu sebesar 90% dari seluruh kejadian diabetes (Infodatin, 2016). Klasifikasi

diabetes melitus secara rinci dijabarkan sebagai berikut.

1. Diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 (IDDM = Insulin Dependen Dabetes Melitus) adalah keadaan

hiperglikemia yang muncul sangat tiba-tiba dan saat ini belum bisa

disembuhkan, tanpa inslin, seseorang dengan diabetes tipe 1 akan mati.

7
Faktor resiko pada diabetes tipe I antara lain riwayat keluarga diabetes,

genetika, infeksi dan lainnya pengaruh lingkungan (IDF, 2015).

2. Diabetes tipe 2

Diabetes tipe 2 (NIDDM = Non Insulin Dependen Diabetes Melitus) adalah

jenis diabetes yang paling umum dijumpai, diabetes ini dapat dicegah dengan

meningkatkan pola hidup sehat. Penderita seringkali tidak menyadari bahwa

dirinya menderita diabetes, kebanyakan penderita terdiagnosis setelah

mengalami komplikasi di beberapa organ. Faktor resiko diabetes tipe 2 adalah

kelebihan berat badan, kurangnya aktivitas fisik, gizi buruk, genetika, riwayat

keluarga. (IDF, 2018)

3. Diabetes tipe lain

Defek genetic kerja insulin, defek gentiik fungsi sel beta, gangguan eksokrin

pancreas adalah beberapa gangguan yang mengakibatkan diabetes tipe ini.

(Rudianto et al, 2015)

4. Gestasional diabetes melitus

Menurut ADA (2017), gestasional diabetes melitus (GDM) merupakan

diabetes yang diderita dalam kondisi hamil. IDF (2017) menjelaskan bahwa

wanita yang mengalami diabetes gestasional rentan mengalami komplikasi

seperti tekanan darah tinggi, berat bayi lahir besar, persalinan macet. Hasil

penelitian Groof et al tahun 2019 Kasus GDM di Kuwait pada 868 ibu yang

tidak memiliki riwayat diabetes melitus terdapat 12,6% telah terdiagnosis GDM

selama masa kehamilan. Menurut Rudianto et al (2015) keadaan Diabetes

Melitus ditunjukkan oleh gula darah puasa ≥ 126 mg/dL yang diklasifikasikan

sebagai berikut.

8
Tabel 2.1 Klasifikasi Diabetes Melitus Berdasarkan Etiologi
Tipe 1 Destrksi sel beta, mengarah pada defisiensi
insulin absolute yaitu gangguan imun berupa
auto imun
Tipe 2 Bervariasi, mulai yang dominan resistensi insulin
disertai defisiensi insulin relative sampai yang
dominan defek sekresi insulin disertai resistensi
insulin
Tipe lain • Defek genetik fungsi sel beta
• Defek genetik kerja insulin
• Penyakit eksokrin pancreas
• Endokrinopati
• Karena obat atau zat kimia
• Infeksi
• Sebab imunologi yang jarang
• Sindroma genetik lain yang berkaitan DM
Diabetes
melitus
gestasional

2.1.3 Manifestasi Klinik Diabetes Melitus

Manifestasi klinik utama disebut dengan trias diabetes melitus yaitu

poliuria (sering berkemih), polidipsia (peningkatan rasa haus) dan polifagia yang

diartikan dengan peningkatan rasa lapar (Lyndon, 2013). Manifestasi lainnya

menurut Black dan Hawks (2009) adalah adanya gangguan penglihatan

(retinopati), gangguan kulit seperti pruritus dan infeksi kulit, adanya gangguan

intoleransi aktivitas ditunjukkan dengan kelemahan dan kelelahan,kesemutan,

pusing, ketonuria, vaginitis.

2.1.4 Diagnosis Diabetes Melitus

Diagnosis diabetes melitus ditegakkan dengan dasar pemeriksaan kadar

glukosa darah. Jenis pemeriksaan kadar glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan gukosa secara enzimatik dengan pengambilan plasma darah vena.

Diagnosis diabetes melitus diperkuat dengan keluhan khas seperti poliuria,

polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

9
sebabnya, selain itu disertai dengan keluhan lainnya yaitu lemah badan,

kesemutan, gatal, mata kabur, disungsi ereksi pada pria dan pruritus vukva pada

wanita (Rudianto et al, 2015)

Tabel 2.2 Kriteria Diagnosis Diabetes Melitus

Pemeriksaan glukosa plasma ≥126 mg/dl. Puasa adalah


kondisi tidak ada asupan kalori minimal 8 jam
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl dua jam setelah Tes
Toleransi Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram
Atau
Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan
keluhan khas
Atau
Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5% dengan menggunakan metode
yang terstandarisasi oleh National Glycohaemoglobin
Standarization Program (NGSP)

Tabel 2.3 Kadar Tes Laboraturium Darah untuk Diagnosis Diabetes dan
Prediabetes

HbA1c Glukosa darah Glukosa plasma 2 jam


(%) puasa (mg/dL) setelah TTGO (mg/dl)

Diabetes ≥ 6,5 ≥ 126 ≥ 200

Prediabates 5,7 – 6,4 100 – 125 140 - 199

Normal < 5,7 < 100 < 140

2.1.5 Komplikasi Diabetes Melitus

Menurut LeMone et al (2011) komplikasi diabetes melitus dikelompokkan

menjadi komplikasi akut dan kronis. Komplikasi akut terdiri dari hipoglikemia,

hiperglikemia, diabetes ketoasidosis, hyperosmolar, hyperglikemic state.

Sedangkan klompikasi kronis yaitu gangguan pada sistem kardiovaskuler seperti

penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, Peripheral Arterial Disease,

retinopati diabetic, nephropaty diabetic; perubahan sistem saraf perifer dan

otonom (polyneurophaty), infeksi, perubahan mood, komplikasi kaki diabetes

10
(ulkus kaki). Prevalensi komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler dari 3.000

penderita DM pada Diabetic Clinic at a Tertiary Care Hospital di Sri Lanka

tercatat sebesar 75% penderita dengan jenis kelamin perempuan (Rangel et al,

2019)

2.2 Manajemen Diri Diabetes Melitus

2.2.1 Definisi Manajemen Diri Diabetes Melitus

Manajemen diri (self management) merupakan sebuah konsep

yang telah dikenalkan selama 40 tahun lebih. Istilah manajemen diri

digunakan Thomas Creer untuk menunjukkan bahwa penderita sebagai

peserta aktif dalam perawatan mereka sendiri. Manajemen diri secara

luas didefinisikan sebagai manajemen harian dari kondisi kronis penderita

(Grady, et al., 2014). Manajemen diri adalah pengaturan atau

pemantauan perilaku terhadap diri sendiri dengan suatu strategi untuk

mengubah perilaku. Strategi manajemen diri yaitu monitoring diri, kontrol

stimulus, dan penghargaan diri (Cormier & Cormier (1985) dalam Trio

(2012).

Manajemen diri diabetes merupakan suatu tindakan individu

dalam mengontrol diabetes termasuk melakukan pengobatan dan

pencegahan komplikasi. Tujuan manajemen diri diabetes, yaitu untuk

mencapai kadar glukosa darah optimal (Mulyani, 2016). Kemampuan

untuk belajar, dikombinasikan dengan kemauan untuk menerima

tanggung jawab terhadap manajemen diri dapat menjadi faktor utama

dalam menentukan prognosis DM untuk jangka panjang (Kisokanth et al.,

2013).

11
Beberapa bukti saat ini menunjukkan bahwa individu yang terlibat

dalam perilaku self-managemment terbukti dapat meningkatkan

kesehatan mereka. Bentuk dasar dari manajemen diri dan perawatan

diabetes membutuhkan pengetahuan, keterampilan, serta motifasi,

karena program ini berisi modifikasi diet, monitoring dari kadar glukosa

dalam darah, serta peningkatan olahraga yang dilakukan. Jadi,

manajemen diri adalah suatu program yang dapat meningkatkan

keterampilan yang dimiliki oleh penderita dengan diabetes melitus dalam

hal mengontrol dan mengatur penyakit mereka.

2.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Manajemen Diri Diabetes

Hasil literature review diketahui bahwa usia, jenis kelamin,

pendapatan, pendidikan, dukungan sosial, keparahan gejala dan

komorbiditas merupakan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

manajemen diri pada penderita dengan penyakit kronis, salah satunya

penyakit DM (Peñarrieta et al., 2015). Terdapat beberapa variabel yang

dapat mempengaruhi manajemen diri, secara umum dikelompokkan

menjadi dua yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal

meliputi kepatuhan penderita terhadap manajemen diri itu sendiri yang

meliputi dukungan keluarga, kelompok sebaya, dan tim medis yang dapat

memberikan arahan yang dapat memberikan arahan, penghargaan serta

pengetahuan terkait penyakit yang mereka derita. Faktor internal terkait

rintangan untuk melakukan manajemen diri itu sendiri seperti ketakutan

untuk melakukan cek glukosa darah, rendahnya kesadaran untuk

mengontrol diri sendiri terkait kebiasaan makan, fikiran-fikran terkait

kegagalan dalam melakukan program, serta perasaan merasa kurangnya

kontrol diri terhadap control penyakitnya.

12
Peñarrieta (2015) menyatakan bahwa edukasi terkait manajemen

diri diabetes berdasarkan usia, pengaruh budaya, keyakinan terhadap

konsep sakit, sikap, pengetahuan terkait DM, skill dan perilaku terkait

manajemen diri diabetes kesiapan untuk belajar, keterbatasan fisik,

dukungan keluarga dan status keuangan keluarga akan sangat

mempengaruhi manajemen diri diabetes. Terdapat beberapa faktor yang

dapat mempengaruhi manajemen diri seseorang, faktor-faktor ini

dijelaskan oleh (Kisokanth et.all, 2013) sebagai berikut:

a. Edukasi

Manajemen diri dapat tercapai dengan dengan edukasi terkait

manajemen diri diabetes. Edukasi dapat menyiapkan penderita

terkait penyakitnya dan bagaimana penderita harus berprilaku,

memberikan pengetahuan bagaimana cara merubaha gaya hidup

(Kisokanth et.all, 2013). Harapan dari edukasi ini adalah agar

penderita dapat lebih memahami terkait penyakitnya dan dapat

berperan aktif dalam perawatan diabetes. Pengetahuan serta

pemahaman yang baik merupakan komponen terpenting untuk

memberikan kesadaran pada penderita mengenai manajemen

diri pada penyakit mereka (Kisokanth et.all, 2013).

b. Monitoring kadar glukosa darah mandiri

Monitoring kadar glukosa darah mandiri dan mengukur tekanan

darah merupakan komponenen terpenting untuk memantau

kondisi penderita (Upadhyay et.all dalam Kisokanth et.all 2013).

Monitoring terhadap glukosa darah merupakan hal penting pada

penderita DMT2, penderita akan lebih mandiri dalam menangani

penyakit mereka dengan cara memonitori kadar glukosa darah.

13
mereka akan mendapatkan pemahaman yang baik terkait faktor-

faktor yang dapat mempengaruhi penyakit mereka sehingga

mereka dapat merasakan kualitas hidup yang lebih baik

(Kisokanth et.all, 2013).

c. Kebudayaan

Kebudayaan sangat berpengaruh dalam kesehatan serta dapat

mempengaruhi tujuan dari kesembuhan DM (Kisokanth et.all,

2013). Beberapa jenis etnis tertentu dan kelompok minoritas

disuatu daerah biasanya akan dapat mempengaruhi sikap,

kepercayaan, dan nilai-nilai terkait kesehatan (Catherine et.all

dalam Kisokanth et.all 2013).

d. Dukungan keluarga

Ketika keluarga terlibata dalam proses manajemen diri mereka

dapat memberikan dukungan yang nantinya akan dapat

membantu mencapai tujuan pengobatan (Aklima et.all, 2012).

Penderita dengan tingkat dukungan keluarga yang baik

menunjukkan perilaku manajemen diri yang baik (Rosland dalam

Aklima et.all 2012). (Bodenheimer et.all dalam Aklima et.all 2012)

juga menjelaskan mengenai karakter dari keluarga yang sehat

meliputi komunikasi yang baik, perilaku saling mendukung seperti

memberikan kepercayaan, menghibur dan bermain, berbagi

tanggung jawab, bersedia menolong anggota keluarga lainnya

dalam menyelesaikan masalahnya. Anggota keluarga dapat

mendukung kegiatan manajemen diri penderita dengan

meningkatkan kesadaran penderita dan membantu penderita

dalam menentukan tujuan dari pengobatan serta rencana yang

akan dilakukan (California Health Care foundation dalam Aklima

14
et.all 2012).

2.2.3 Aspek Manajemen Diri Diabetes

Penderita DM harus memahami aspek yang perlu dilakukan dalam

manajemen diri untuk mengontrol diabetes. Aspek manajemen diri

diabetes menurut PERKENI (2015) terdiri dari 4 pilar, tiga di antaranya

adalah pengaturan pola makan, latihan fisik dan minum obat. Tiga aspek

tersebut dijabarkan sebagai berikut.

2.2.3.1 Pengaturan Pola Makan

Pengaturan pola makan atau sering disebut terapi gizi medis

merupakan bagian penting untuk mengontrol DM tipe II. Prinsip

pengaturan pola makan pada penderita DM hampir sama dengan

anjuran makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang

seimbang dan sesuai dengan kebutuhan kalori dan zat gizi

masing-masing individu.

Syarat terapi gizi pada penderita DM tipe II menurut PERKENI

2015 adalah:

Menghitung kebutuhan kalori basal yang besarnya 20-25 kalori/kg

BB ideal dan ditambah atau dikurangi sesuai faktor jenis kelamin,

usia, aktivitas, BB, dan sebagainya.

Perhitungan BB ideal menurut kriteria WHO Asia- Pasific dapat

dihitung menggunakan IMT = BB (kg)/ TB (m)

15
Tabel 2.4 Klasifikasi IMT

Klasifikasi IMT (kg/m²)


BB kurang < 18.5
BB normal 18.5 – 22.9
BB lebih ≥ 23.0
Obesitas tingkat I 25.0 – 29.0
Obesitas tingkat II ≥ 30.0
(Sumber : PERKENI, 2015)

- Kebutuhan karbohidrat sebanyak 45%-65% dari total asupan energi;


- Kebutuhan lemak sebanyak 20%-25% dari total asupan energi dalam
bentuk < 7% bentuk lemak jenuh 10% lemak tak jenuh ganda dan sisanya
lemak tak jenuh tunggal
- Kebutuhan protein sebanyak 10%-20% dari total asupan energi.
- Anjuran mengonsumsi serat sebanyak ±25 g/hari.

2.2.3.2 Latihan Fisik

Latihan fisik merupakan salah satu faktor penting untuk

mengelola DM dan mengontrol kadar gula darah yang lebih baik.

Latihan dilakukan apabila penderita tidak mempunyai gangguan

nefropati. Latihan fisik yang dilakukan berupa latihan jasmani.

Latihan jasmani dilakukan secara teratur 3-5 kali perminggu

selama 30-45 menit dengan total 150 menit perminggu. Hal ini

bertujuan untuk menjaga kebugaran dan dapat menurunkan berat

badan dan memperbaiki sensitivitas insulin sehingga dapat

memperbaiki kendali glukosa darah (PERKENI, 2015).

Sebelum melakukan latihan jasmani dianjurkan untuk

memeriksa kadar glukosa darah terlebih dahulu. Apabila kadar

glukosa darah <100 mg/dl maka dianjurkan untuk makan

terlebih dahulu dan bila >250 mg/dl dianjurkan untuk menunda

latihan. Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan

jasmani yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang

16
seperti jalan cepat bersepeda santai jogging dan berenang

(PERKENI, 2015).

2.2.3.3 Terapi Obat

Penyakit DM tipe II tidak dapat disembuhkan secara total

tetapi dapat dikontrol. Kontrol gula darah dapat dilakukan dengan

terapi non- farmakologis seperti pengaturan pola makan, latihan

fisik, dan monitoring gula darah mandiri. Tetapi sebagian besar

penderita DM memerlukan terapi farmakologis. Obat yang bisa

diberikan untuk DM yaitu obat oral dan obat suntikan. Pemberian

obat bisa secara tunggal atau secara kombinasi. Apabila terapi

menggunakan obat oral tidak bekerja, maka terapi suntik insulin

merupakan satu- satunya cara untuk mengontrol hiperglikemia

(PERKENI, 2015). Kepatuhan penderita dalam minum obat

merupakan hal penting dalam mencapai sasaran pengobatan

(Hannan, 2013).

2.3 Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD)

2.3.1 Definisi EMDD

EMDD adalah suatu upaya untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk perawatan diri penderita

DM yang mencakup kebutuhan, tujuan, dan pengalaman hidup penderita DM

atau prediabetes dan dipandu oleh hasil penelitian berbasis bukti (Powers et al,

2015).

17
2.3.2 Tujuan EMDD

Tujuan EMDD secara keseluruhan adalah untuk mendukung pengambilan

keputusan, perilaku perawatan diri, pemecahan masalah, dan aktif bekerja sama

dengan tim perawatan Kesehatan dan untuk memperbaiki hasil klinis status

Kesehatan, dan kualitas hidup (Powers et al, 2015)

2.3.3 Prinsip EMDD

Prinsip utama EMDD adalah pendidikan diabetes militus efektif dalam

memperbaiki hasil klinis dan kualitas hidup penderita meskipun dalam jangka

pendek, EMDD telah berkembang dari model pengajaran primer menjadi lebih

teoritis yang berdasarkan pada model pemberdayaan penderita, tidak ada

program edukasi yang terbaik namun program edukasi yang menggabungkan

strategi perilaku dan psikososial terbukti dapat memperbaiki hasil klinis,

dukungan yang berkelanjutan dengan memberikan edukasi, memantau dan

menindaklanjuti merupakan aspek yang sangat penting untuk mempertahankan

kemajuan yang diperoleh penderita selama program EMDD dan penetapan

tujuan-perilaku adalah strategi efektif mendukung selfcare behaviour (Funnell,et

all.2012).

2.3.4 Komponen EMDD

Beberapa komponen EMDD yang sangat perlu diperhatikan antara lain:

1. Pola Makan Diabetes Millitus

Pola makan penderita diabetes militus harus bener-bener di perhatika mulai

dari jenis makanan, mengingat memiliki kecendrungan kandungan gula darah

yang tidak terkontrol, kadar gula darah akan meningkat apabila

mengkonsumsi jenis makanan tertentu, oleh sebab itu pola makan dan jenis

makanan harus di perhatika sedemikian rupa. Kebutuhan makan penderita

18
diabetes millitus tidak sekedar hanya mengisi lambung, tetapi makanan

tersebut harus mampu menjaga kadar gula darah tetap optimal, oleh karena

itu jenis makanan harus diperhatikan. Pemilihn jenis makanan bagi penderita

penyakit diabetes ini berkaitan dengan naik turunnya kadar gula darah.

Karena asupan gula dalam tubuh berasal dari makanan dikonsumsi. Indeks

glikemik adalah angka yang menunjukan kecepatan makanan dalam

meningkatkan/menaikan kadar gula dalam darah semakin tinggi indeks

glikemik maka kenaikan kadar gula darah setelah mengonsumsi makanan

semakin cepat.

2. Diet Diabetes Millitus

Diet yang baik untuk para diabetisi adalah diet yang seimbang. Diet perlu

dilakukan dengan mengurangi asupan karbohidrat (berbagai jenis gula dan

tepungtermasuk nasi dan lain sebagainya), mengurangi makanan berlemak

serta memperbanyak makan sayur dan buah sebagai sumberserat, vitamin

dan mineral. Sebagai sumber protein dapat memanfaatkan. Tujuan dari diet

yaitu dapat mempertahankan kadar gula darah tetap optimal dan mengurangi

mencegah terjadinya kompikasi.

3. Olahraga atau latihan fisik

Penderita diabetes disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur

dengan cara bertahap sesuai dengan kemampuan. Olahraga yang ideal

adalah yang bersifat aerobik seperti jalan atau lari pagi, bersepeda, berenang,

dan lain sebagainya. Olahraga aerobik ini paling tidak dilakukan selama 30-40

menit didahului dengan pemanasan 5-10 menit dan diakhiri pendinginan

antara 5-10 menit. Latihan ini dapat dilakukan sebanyak 3 kali seminggu.

Seiring dengan tingkat kebugaran tubuh yang meningkat, maka durasi latihan

dapat dinaikkan maksimal sampai dengan 3 jam. Tujuan olah raga/aktivitas

19
fisik akan memperbanyak jumlah dan meningkatkan aktivitas reseptor insulin

dalam tubuh penderita.

4. Monitoring kadar gula darah Kadar gula darah harus dites secara berkala yaitu

pada saat sebelum sarapan pagi dan sebelum makan malam. Nilai yang

diharapkan dari pengukuran tersebut adalah berada pada rentang antara 70

s.d 120 mg/dl. Kontrol gula darah sebiknya di lakukan secara rutin untuk

mengetahui tinggi rendahnya level gula darah sehingga penderita diabetes

millitus mamapu mengontrol gula darah agar tetap dalam kondisi normal.

Tujuan kontrol kadar gula darah secara teratur merupakan upaya pencegahan

terjadinya komplikasi yang dilakukan oleh penderita DM. Standar pemeriksaan

kadar gula darah di pelayanan kesehatan idealnya dilakukan minimal tiga

bulan sekali setelah kunjungan pertama, yang meliputi pemeriksaan kadar

gula darah puasa, kadar gula darah 2 jam setelah makan. Melakukan

pengontrolan gula darah bukan hanya selalu di tes secara rutin, tetapi

mengkontrol gula darah dapat juga melalui pemberiaan injeksi insulin.

Pemberian injeksi insulin adalah suatu kegiatan memasukkan obat insulin ke

dalam jaringan tubuh melalui suntikkan subcutan atau intravena, yang dapat

digunakan untuk mengontrol kadar gula darah. Pemberian injeksi insulin ada

dua macam dapat dilakukan dengan injeksi dan oral.injeksi sendiri dapat

dengan suntik biasa ataupun insulin pen (Sutandi, 2012).

2.3.5 Pelaksanaan EMDD

Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) dapat dilakukan secara

induvidu maupun kelompok baik diklinik, rumah, maupun komunitas,

pelaksanaan EMDD dapat dilakukan sebanyak 4 sesi, sesi pertama pola makan

dan diet Diabetes Millitus, sesi ke dua olahraga atau aktivitas fisik, sesi ke tiga

20
kontrol gula darah, sesi ke empat perawatan diabetes, dengan durasi waktu

selama 45 menit (Noris et, aal, 2002).

2.4 Kerangka Teori Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian

21
BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Dari gambar 2 dijelaskan mekanisme pengaruh Edukasi Manajemen Diri

Diabetes (EMDD) terhadap pola makan, aktivitas fisik dan kepatuhan terapi obat

pada penderita DMT2. Penatalaksaan diabetes dilakukan untuk memperbaiki

22
atau mempertahankan status glikemik dan mencegah terjadinya komplikasi.

Edukasi Manajmerupakan salah satu strategi penaemen Diri Diabetes

talaksanaan diabetes yang dapat meningkatkan manajemen diri diabetes

khususnya pola makan, aktivitas fisik dan kepatuhan terapi obat. Ketiga aspek

tersebut merupakan bagian penting dalam manajemen diri karena dapat

mempengaruhi pengelolaan kadar glukosa darah dan terjadinya komplikasi.

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis mayor dan minor. Hipotesis

mayor dan minor dijelaskan sebagai berikut :

1. Hipotesis Mayor

Ada pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

manajemen diri pada penderita diabetes melitus tipe 2 di RSUD dr. Harjono

Kabupaten Ponorogo.

2. Hipotesis Minor

a. Ada pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

aktivitas fisik pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr.

Harjono Ponorogo

b. Ada pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap pola

makan pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono

Ponorogo

c. Ada pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

kepatuhan terapi obat pada penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam

RSUD dr. Harjono Ponorogo

23
BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode

quasy exsperimental design dengan pendekatan pretest and posttest control

group design. Pada penelitian ini, kelompok kontrol dan kelompok eksperimen

dibentuk untuk mengetahui perubahan yang terjadi sebagai hasil dari perlakuan.

Kelompok kontrol dan perlakuan akan diberikan pretest dan posttest. Kelompok

kontrol tidak diberikan perlakuan berupa EMDD sebelum posttest, sedangkan

pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa EMDD.

Tabel 4.1 Desain Pretest – Posttest Control Group Design


Subyek Pre-test Perlakuan Post-test
KK O - O-A
KE O1 I1 O1-B

Keterangan :
KK : Kelompok Kontrol
KE : Kelompok Eksperimen
O : Pretest kelompok kontrol
O1 : Pretest kelompok eksperimen
I1 : Intervensi (Edukasi Manajemen Diri Diabetes)

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono

Kabupaten Ponorogo.

24
4.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan 31 Mei 2021

sampai dengan 8 Juli 2021. Penelitian ini dilakukan 5 kali pertemuan yang terdiri

dari satu kali pertemuan saat awal pengambilan data dan 4 kali pertemuan

secara daring untuk intervensi.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penderita diabetes melitus tipe 2

yang terdaftar di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo

sebanyak 231 orang.

4.3.2 Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah penderita diabetes melitus tipe 2 di Poli

Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Ponorogo. Besar sampel ditentukan dengan

rumus Lemeshow yang ditentukan sebagai berikut :

n = Z2.P.(1 – P)
(d)2
Keterangan :
n = besar minimal subjek penelitian
Z = nilai distribusi normal baku pada α tertentu
P = proporsi kunjungan pasien diabetes mellitus dibanding total
kunjungan
d = tingkat kesalahan yang bisa diterima

Diketahuhi :

- Angka kunjungan poli dalam 1 tahun untuk pasien dari Poli Penyakit

Dalam RSUD dr. Harjono Ponorogo adalah 7.188 kunjungan

25
- Angka kunjungan penderita diabetes mellitus di Poli Penyakit Dalam

RSUD dr. Harjono Ponorogo adalah 1.728 kunjungan

Maka besar sampel :

Z = 1,96 Z2 = 3,9204

P = 1.728/7.188 = 0,2404

d = 0,05 d2 = 0,0025

n = (3,9204 x 0,2404 x 0,7596) : 0,0025 = 0,7159 : 0,0025 = 286

karena hasil tersebut merupakan data dalam 1 tahun, maka hasil tersebut

di bagi 12 (bulan)

n = 286 : 12 = 24 (untuk 1 kelompok)

total sampel minimal yang digunakan dalam 2 kelompok adalah 48 orang

terdiri dari 24 orang pada masing-masing kelompok.

Untuk menghindari responden yang drop out dan loss to follow up maka

dilakukan koreksi sebagai berikut :

n = n : (1 – f) = 28

n = besar sampel yang dihitung

f = perkiraan proporsi drop out

Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

28 orang.

4.3.3 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel pada penelitian menggunakan nonprobability

sampling (purposive sampling) yaitu dengan cara memilih diantara populasi

sesuai dengan kriteria. Sehingga sampel yang ditentukan dapat mewakili

populasi. Penentuan sampel pada penelitian ini diambil secara acak berdasarkan

26
kunjungan pasien di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten

Ponorogo.

4.3.4 Kriteria Sampel Penelitian

Sampel diambil berdasarkan dengan kriteria inklusi dan ekslusi sebagai

berikut:

Kriteria inklusi

1) Penderita berusia 18 – 65 tahun

2) Penderita dalam kondisi kesadaran composmetis

3) Penderita melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri

4) Penderita berkomunikasi secara verbal dengan baik

5) Penderita yang menjalani terapi obat DM

Kriteria eksluksi

1) Menderita gangguan yang menghambat komunikasi

2) Mempunyai komplikasi yang dapat mempengaruhi proses intervensi

27
4.4 Definisi Operasional
Variabel Definisi Metode Indikator Skala Skor
Independen : Metode Dilakukan 4 - Rencana - -
pemberian kali Kegiatan
EMDD pendidikan pertemuan Edukasi
atau dalam 1 - Modul : 4
edukasi bulan. modul
kesehatan Pertemuan
mengenai pertama
pengelolaan menggunak
DM secara an zoom
mandiri (120 menit)
yang untuk
dilakukan menjelaskan
online materi.
melalui Pertemuan
zoom dan kedua
whatsapp sampai
keempat
mengunaka
n whatsapp
(30 menit)
untuk
melakukan
review
materi dan
follow up
penerapan
manajemen
diri.
Dependen : Aktivitas Wawancara Global Ordinal Kriteria :
fisik adalah dengan Physical 2: Aktivitas berat
Aktivitas aktivitas panduan Activity MET-mnt/mgg
Fisik yang kuisioner Questionnare >3000
dilakukan (GPAQ) 1: Aktivitas sedang
secara MET-mnt/mgg
teratur,
600-3000
termasuk
kegiatan 0: Aktivitas ringan
sehari-hari MET-mnt/mgg
dan <600
olahraga
Dependen : Frekuensi Wawancara Food Ordinal Kriteria :
kebiasaan dengan Frequency 1: teratur jika
Pola makan makan panduan Questionnare < mean
subjek kuisioner 0: tidak teratur jika
(FFQ)
≥ mean
Dependen : Kepatuhan Wawancara Morisky Ordinal Kriteria:
terapi obat dengan Medication 2: Patuh
Kepatuhan panduan Adherence (nilai ≥ 8)
terapi obat kuisioner
Scale 1: Kurang patuh
(MMAS-8) (nilai = 6-7)
0: Tidak patuh
(nilai ≤ 6)

28
4.5 Alur Kerja Penelitian

Populasi DMT2 di RSUD dr.


Harjono Ponorgo

Purposive Sampling

Sampel penelitian yang


memenuhi syarat kriteria
inklusi dan kriteria ekslusi

Kelompok Ekperimen Kelompok Kontrol


n = 28 n = 28

Pre test dengan kuisioner

EMDD

Post test dengan kuisioner

Pengolahan data dan interpretasi hasil

Gambar 4.1 Alur Kerja Penelitian

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sumber Data

1) Data Primer

Data primer dalam penelitian berupa data langsung yang diambil dari

responden. Data tersebut terdiri dari data demoggrafi penderita, lama

menderita DM, kebiasaan, aktivitas fisik, pola makan, terapi obat.

2) Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diambil secara

tidak langsung dari responden, yaitu berupa dokumen. Data tersebut

merupakan data terapi obat.

29
4.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengambilan data, peneliti secara formal

mengajukan izin kepada instansi tempat penelitian. Sesuai prosedur dimasa

endidik, sebelum pengambilan data peneliti harus melakukan rapid antigen

terlebuhu dahulu. Setelah dinyatakan non-reaktif peneliti diizinkan untuk memulai

pengambilan data. Dalam pengambilan data, peneliti harus menggunakan alat

pelindung diri sesuai yang dianjurkan instansi tempat penelitian.

Data awal didapatkan dari pasien yang berkunjung ke poli penyakit

dalam RSUD dr. Harjono Ponorogo selama 5 hari sebanyak 56 orang. Pasien

yang memenuhi keriteria inklusi dan eksklusi diberikan penjelasan, tujuan serta

prosedur kegiatan penelitian. Jika pasien bersedia menjadi responden maka

akan diberikan lembar persetujuan dan modul (terlampir kuisioner). Selanjutnya

kontrak waktu dengan responden untuk pertemuan pertama melalui zoom. Link

zoom akan dikirimkan ke masing-masing nomor handphone atau nomor

whatsapp responden. Kemudian untuk pertemuan kedua sampai keempat

menggunakan whatsapp.

Peneliti membagi responden menjadi dua kelompok yaitu kelompok

kontrol dan kelompok eksperimen. Pada kelompok kontrol responden diminta

mengisi kuisioner (kuisiner aktivitas fisik, pola makan, terapi obat), kemudian

kuisioner di foto dan dikirimkan melalui whatsapp diminggu pertama. Kuisioner

yang dikirimkan di minggu pertama adalah sebagai bentuk pretest. Selanjutnya

diminggu keempat dilakukan hal yang sama. Kuisioner yang diberikan diminggu.

Sedangkan pada kelompok eksperimen pertemuan akan dilaksanakan 1

kali/minggu sehingga dalam sebulan akan dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan

secara virtual. Pertemuan dilakukan sebanyak 4 kali, dilaksanakan dengan

rincian sebagai berikut.

30
1) Pertemuan pertama : dilakukan melalui zoom responden diberikan waktu

untuk pretest dengan megisi kuisioner yang telah diberikan saat

pengambilan data, kuisioner kemudian di foto dan dikirmkan melalui

whatsapp. Selanjutnya peneliti menjelaskan materi pada modul 1, modul 2,

modul 3, dan modul 4 .

2) Pertemuan ketiga sampai keempat : dilakukan melalui whatsapp, masing-

masing responden dihubungi via telepon.

4.6.3 Alat Pengumpulan Data

Penelitian menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data.

Kuisioner yang digunakan merupakan kuisioner baku yang telah melalui uji

validitas dan uji reliabilitas. Adapun alat pengumpulan data penelitian adalah

sebagai berikut :

1. Aktivitas fisik

Aktivitas fisik diukur menggunakan Global Physical Activity

Questionnaire (GPAQ) yang dikembangkan oleh WHO. GPAQ mengukur

aktivitas fisik dengan mengklasifikasikan berdasarkan metabolic

equivalen (MET). Hasil penelitian Bull, Maslin, & Amstrong (2009: 790-

804) instrumen Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) yang

digunakan dalam penelitian ini memiliki nilai reliabilitas kuat (Kappa 0,67

sampai 0,73). Sementara itu, berdasarkan penelitian Cleland et al (2014:

8) nilai aktivitas fisik dari Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ)

memiliki tingkat validitas sedang dikorelasikan dengan data dari

accelerometer (r=0.48).

2. Pola makan

Food Frequency Questionnaire (FFQ) merupakan sebuah

kuesioner yang memberikan gambaran pola makan terkait konsumsi

31
energi dan zat gizi lainnya dalam bentuk frekuensi konsumsi seseorang.

Frekuensi tersebut antara lain harian, mingguan, bulanan, dan tahunan.

3. Kepatuhan terapi obat

Kepatuhan terapi obat diukur menggunakan MMAS-8. Setiap

pertanyaan akan diberikan skoring masing-masing yaitu tujuh pertanyaan

skala dikotomi, satu pertanyaan skala likert. Dari perhitungan skor akan

didapat tiga kategori kepatuhan yaitu untuk skor perhitungan sama

dengan 8 termasuk kategori kepatuhan tinggi, skor perhitugan 6 - < 8

termasuk kepatuhan sedang, dan untuk skor perhitungan < 6 termasuk

kepatuhan rendah (Morisky, et al., 2008; Krousel Wood, et al., 2009;

Morisky and DiMatteo, 2011).

4.7 Pengolahan Data

4.7.1 Editing

Merupakan tahap kegiatan memeriksa data yang telah terkumpul baik

cara pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi dari setiap jawaban kuesioner.

4.7.2 Coding

Pemberian kode dengan memberi simbol angka pada jawaban yang

diberikan responden untuk mempelajari jawaban responden, memutuskan perlu

tidaknya jawaban tersebut dikategorikan terlebih dahulu, serta memberikan

pengkodean pada lembar jawaban.

4.7.3 Entry

Data yang terkumpul, dimasukkan dalam program analisis (SPSS) pada

perangkat lunak computer.

32
4.7.4 Cleaning

Melakukan pengecekan pada data yang telah dimasukkan untuk

pemeriksaan adanya kesalahan atau tidak. Cleaning data dilakukan dengan

mengetahui variasi dan konsistensi data.

4.8 Analisa Data

Data yang terkumpul melalui kuisioner ditabulasi dan dikelompokkan

sesuai variabel penelitian yang kemudian dilanjuttkan dengan uji endidika. Efek

intervensi edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) dinilai dari hasil pretest dan

posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk menentukan

pengaruh EMDD terhadap aktivitas fisik, pola makan, dan kepatuhan terapi obat

dilakukan endidi data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann

Whitney untuk melihat adanya perbedaan hasil posttset antara kelompok

perlakuan dan kontrol dengan derajat kemaknaan α<0,05.

4.9 Etika Penelitian

4.9.1 Respect for Person

Pada penelitian ini respect for person diaplikasikan dengan menggunakan

informed consent. Peneliti memberikan penjelasan kepada subyek terkait tujuan,

manfaat, resiko, dan ketidaknyamanan dari prosedur penelitian yang akan

dilakukan. Setelah subyek memahami penjelasan dan menyatakan setuju untuk

berpartisipasi dalam penenlitian, subyek dapat menandatangani lembar informed

consent.

4.9.2 Beneficence dan Non-Maleficence

Manfaat dari penelitian ini adalah subyek mendapatkan edukasi dan

informasi tentang perilaku sehat diantaranya aktifitas fisik, pola makan dan terapi

33
minum obat. Informasi dan anjuran yang didapatkan dan dilaksanakan secara

berkelanjutan dapat memperbaiki kondisi klinis subyek yaitu keseimbangan kadar

glukosa darah dan komplikasi minimal. Selain itu, peneliti tidak memberikan

perlakuan yang akan merugikan jiwa maupun endidika dan kesejahteraan

subyek penelitian.

4.9.3 Justice

Penelitian dilakukan dengan memperhatikan aspek keadilan pada kedua

kelompok. Kelompok kontrol tetap diberikan edukasi yang sama seperti yang

diberikan pada kelompok perlakuan di akhir pertemuan yaitu minggu keempat

34
BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA

Pada bab 5 disajikan hasil penelitian yang telah dilakukan di Poli Penyakit

Dalam RSUD dr. Harjono Ponorogo mengenai pengaruh Edukasi Manajemen

Diri Diabetes (EMDD). Penelitian dilakukan pada tanggal 31 Mei 2021 sampai 8

Juli 2021. Berdasarkan hasil pengambilan data dan penelitian didapatkan data

berupa gambaran umum lokasi penelitian, demografi responden dan data khusus

penelitian.

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono

Ponorogo yang berada di jalan Laksamana Yos Sudarso, Seganding, Pakunden,

Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. RSUD dr. Harjono merupakan Rumah Sakit

Umum Pemerintah tipe B Pendidikan, telah diresmikan pada tanggal 25 Mei 2016

berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.03/1/1148/2016.

Sarana yang tersedia meliputi 16 Poli sebagai pelayanan Rawat jalan, Rawat

Inap, Instalasi Gawat Darurat, Ruang Haemodialisis, Ruang Operasi, Stroke

Center, Trauma Center, Laboratorium, Radiologi, Farmasi, Instalansi Gizi, Bank

Darah, Ruang Jenazah, Tempat Ibadah, Kantin, dan Bank Jatim.

Pelayanan RSUD dr. Harjono didukung oleh Sumber Daya Manusia

(SDM) bidang pendidikan dan non pendidikan. SDM bidang pendidikan meliputi

35 orang Medis (dokter), 187 orang Keperawatan, 33 orang Kebidanan, 16 orang

Kefarmasian, 2 orang Kesehatan Masyarakat, 5 orang Kesehatan Lingkungan,

11 orang Gizi, 10 orang Keterapian Fisik, 8 orang Keteknisian medis, dan 22

orang Teknik biomedika. Selain itu terdapat tenaga non medis yaitu 18 orang

Struktural, 12 orang Dukungan Manajemen dan 1 orang Pendidikan dan

35
Pelatihan.

Poli Penyakit Dalam merupakan salah satu pelayanan rawat jalan RSUD

dr. Harjono Ponorogo. Poli Penyakit Dalam terletak di Gedung Poliklinik yaitu

sebelah utara Gedung IGD. Memiliki beberapa tenaga medis meliputi Dokter

Spesialis Penyakit Dalam sebanyak 3 orang dan perawat 2 orang, untuk tenaga

non medis yaitu bagian administrasi 1 orang.

5.2 Hasil Penelitian

5.2.1 Karakteristik Demografi Responden

Karakteristik demografi responden dengan Diabetes Melitus Tipe 2

(DMT2) di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono berdasarkan usia, jenis

kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan riwayat DM dijabarkan pada

tabel 5.1.

Tabel 5.1 menunjukkan distribusi karakteristik responden dengan DMT2

di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo berdasarkan

usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan Riwayat DM (lama

menderita DM). Responden berjumlah 56 orang yang terbagi menjadi dua

kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan masing-

masing kelompok berjumlah 28 orang. Karakteristik responden pada kedua

kelompok paling banyak berada pada rentang usia lansia awal (46-55 tahun)

yaitu 16 orang (57%) pada kelompok perlakuan dan 21 orang (75%) pada

kelompok kontrol). Sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu

kelompok perlakuan sebanyak 16 orang (57%) dan kelompok kontrol sebanyak

20 orang (71%). Tingkat pendidikan responden pada kedua kelompok paling

banyak berpendidikan SD yakni 11 orang (39%) pada kelompok perlakuan dan

10 orang (36%) pada kelompok kontrol.

36
Tabel 5.1 Karakteristik responden dengan DMT2 di Poli Penyakit Dalam

RSUD dr. Harjono

Karakteristik Responden Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


n % n %
Usia
Remaja Akhir (18-25 tahun) 1 4% 0 0
Dewasa Awal (26-35 tahun) 2 7% 1 4%
Dewasa Akhir (36-45 tahun) 9 32% 6 21%
Lansia (46-65 tahun) 16 57% 21 75%
Total 28 100% 28 100%
Jenis Kelamin
Laki-laki 12 43% 8 29%
Perempuan 16 57% 20 71%
Total 28 100% 28 100%
Pendidikan
Tidak Sekolah 3 11% 5 18%
SD 11 39% 10 36%
SMP 8 29% 7 25%
SMA 5 18% 6 21%
S1 1 3% 0 0
Total 28 100% 28 100%
Pekerjaan
Swasta 6 22% 8 29%
Wiraswasta 4 14% 3 11%
Petani 7 25% 5 18%
PNS 2 7% 1 3%
Lain-lain (IRT) 9 32% 11 39%
Total 28 100% 28 100%
Penghasilan
Rendah 18 64% 17 61%
Sedang 6 21% 9 32%
Tinggi 3 11% 2 7%
Sangat Tinggi 1 4% 0 0
Total 28 100% 28 100%
Riwayat
≤ 2 tahun 11 39% 7 25%
≥ 2 tahun 17 61% 21 75%
Total 28 100% 28 100%

Pekerjaan responden sebagian besar adalah sebagai ibu rumah tangga atau

37
tidak bekerja yaitu 9 orang (32%) pada kelompok perlakuan dan 11 orang (39%)

pada kelompok kontrol. Penghasilan dengan kategori rendah (≤Rp. 1.500.000,-)

merupakan penghasilan terbanyak dari masing-masing kelompok yaitu 18 orang

(64%) pada kelompok perlakuan dan 17 orang (61%) pada kelompok kontrol.

Responden sebagian besar mengalami DM selama ≥ 2 tahun, 17 orang (61%)

pada kelompok perlakuan dan 21 orang (75%) pada kelompok kontrol.

5.2.2 Aktivitas Fisik sebelum dan sesudah diberikan Edukasi Manajemen

Diri Diabetes (EMDD)

Aktivitas fisik sebelum dan sesudah diberikan Edukasi Manajemen Diri

Diabetes (EMDD) pada penderita Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) dijabarkan

pada tabel 5.2. Tabel tersebut menunjukan pengaruh EMDD terhadap aktivitas

fisik penderita DMT2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten

Ponorogo.

Tabel 5.2 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap


Aktivitas Fisik pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD
dr. Harjono Kabupaten Ponorogo

No. Aktivitas Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Fisik Pre-test Post-test Pre-test Post-test
f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %
1 Ringan 15 53,57% 2 7,14% 13 46,43% 13 46,43%
2 Sedang 10 35,71% 20 71,43% 11 39,28% 10 35,71%
3 Berat 3 10,71% 6 21,43% 4 14,28% 5 17,86%
Total 28 100% 28 100% 28 100% 28 100%
Uji Wilcoxon p = 0,000 p = 0,317
Uji Mann Whitney Post test p = 0,005

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa aktivitas fisik responden pada

kelompok perlakuan saat pretest sebagian besar beraktivitas fisik ringan

sebanyak 15 responden (53,57%) dan pada saat posttest sebagian besar

beraktivitas fisik sedang sebanyak 20 responden (71,43%). Kelompok kontrol

menunjukkan bahwa saat pretest dan posttest responden menunjukkan hasil

38
yang sama yaitu sebagian besar melakukan aktivitas fisik ringan sebanyak 13

responden (46,43%).

Hasil analisis uji wilcoxon pada kelompok perlakuan diperoleh nilai p =

0,000 yaitu p < 0,05. Analisis tersebut menunjukkan bahwa ada pengaruh EMDD

terhadap aktivitas fisik. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya perubahan tingkat

aktivitas fisik saat pretest dan posttest yaitu terdapat peningkatan aktivitas fisik

pada kategori sedang sebesar 35,71% menjadi 71,43%. Sedangkan pada

kelompok kontrol diperoleh p = 0,317 yaitu p > 0,05 yang menunjukkan bahwa

tidak ada pengaruh pemberian modul terhadap aktivitas fisik.

Hasil analisis uji mann whitney saat posttest diperoleh nilai p = 0,005

yang artinya p < 0,05, menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan

antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada saat posttest. Sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh EMDD terhadap aktivitas fisik.

5.2.3 Pola Makan sebelum dan sesudah diberikan Edukasi Manajemen Diri

Diabetes (EMDD)

Gambaran pola makan sebelum dan sesudah diberikan Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD) ditunjukkan pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap


Pola Makan pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUD dr.
Harjono Kabupaten Ponorogo

No. Pola Makan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Pre-test Post-test Pre-test Post-test
f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %
1 Tidak Teratur 23 82,14% 3 10,72% 20 71,43% 19 67,86%
2 Teratur 5 17,86% 25 89,28% 8 28,57% 9 32,14%
Total 28 100% 28 100% 28 100% 28 100%
Uji Wilcoxon p = 0,000 p = 0,317
Uji Mann Whitney Post test p = 0,000
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa pola makan pada kelompok perlakuan

saat pretest sebagian besar dengan kategori tidak teratur yaitu sebanyak 23

39
responden (82,14%) sedangkan saat posttest sebanyak 25 responden (89,28%)

dengan kategori teratur. Kelompok kontrol menunjukkan sebagian besar memiliki

pola makan dengan kategori tidak teratur saat pretest maupun posttest yaitu

sebanyak 20 responden (71,43%) dan 19 responden (67,86%).

Analisis uji wilcoxon pada kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000

yang artinya p < 0,05. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh

EMDD terhadap pola makan, ditunjukkan dengan adanya perubahan pola makan

saat pretest dan posttest yaitu terdapat peningkatan pola makan pada kategori

teratur antara pretest dan posttest sebesar 17,86% menjadi 89,28%. Berbeda

dengan kelompok perlakuan, hasil analisis pada kelompok kontrol didapatkan

nilai p = 0,317 atau p > 0,05 yang menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh

pemberian modul terhadap pola makan.

Analisis uji mann whitney diperoleh nilai p = 0,000 atau p < 0,05 yang

menunjukkan bahwa ada perbedaan pola makan yang signifikan antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol saat posttest. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada pengaruh EMDD terhadap pola makan.

5.2.4 Kepatuhan Terapi Obat sebelum dan sesudah diberikan Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD)

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui kepatuhan terapi obat pada

masing-masing kelompok. Pada kelompok perlakuan sebagian besar

menunjukkan kategori kurang patuh saat pretest yaitu sebanyak 23 responden

(82,14%) sedangkan saat posttest sebanyak 25 responden (89,25%) dengan

kategori patuh. Kelompok kontrol menunjukkan bahwa sebagian besar

responden memiliki kategori kurang patuh baik saat pretest maupun posttes yaitu

sebanyak 26 responden (92,86%) dan 25 responden (89,29%).

40
Tabel 5.4 Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) terhadap
Kepatuhan Terapi Obat pada Penderita Diabetes Melitus Tipe 2
di RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo

No. Kepatuhan Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol


Terapi Obat Pre-test Post-test Pre-test Post-test
f(x) % f(x) % f(x) % f(x) %
1 Tidak patuh 5 17,86% 0 0% 2 7,14% 1 3,57%
2 Kurang patuh 23 82,14% 3 10,71% 26 92,86% 25 89,29%
3 Patuh 0 0% 25 89,29% 0 0% 2 7,14%
Total 28 100% 28 100% 28 100% 28 100%
Uji Wilcoxon p = 0,000 p = 0,102
Uji Mann Whitney Post test p = 0,000

Hasil analisis uji wilcoxon pada kelompok perlakuan diperoleh p < 0,05

yaitu p = 0,000 yang artinya ada pengaruh EMDD terhadap kepatuhan terapi

obat, ditunjukkan dengan adanya perubahan kepatuhan terapi obat yaitu adanya

peningkatan kepatuhan terapi obat pada kategori patuh antara pretest dan

posttest sebesar 0% menjadi 89,29%. Sedangkan pada kelompok kontrol

diperoleh p > 0,05 yaitu p = 0,102 sehingga menunjukkan bahwa tidak ada

pengaruh pemberian modul terhadap kepatuhan terapi obat.

Analisis uji mann whitney pada kepatuhan terapi obat saat posttest

didapatkan hasil p < 0,05 yaitu p = 0,000, hasil tersebut menunjukkan bahwa ada

perbedaan kepatuhan terapi obat antara kelompok perlakuan dan kelompok

kontrol saat posttest. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh EMDD

terhadap kepatuhan terapi obat.

41
BAB 6

PEMBAHASAN

6.1 Perubahan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)

pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan Modul

Edukasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden

kelompok kontrol saat pretest dan posttest memiliki ativitas fisik ringan yaitu

46,43%. Hanya sebagian kecil responden yang memiliki aktivitas tinggi, Aktivitas

fisik kelompok kontrol sebelum dan sesudah diberikan modul edukasi

menunjukkan hasil yang tidak signifikan (tidak terdapat peningkatan atau

penurunan yang signifikan). Responden yang memiliki aktivitas fisik rendah

mayoritas adalah berjenis kelamin perempuan dan berusia 36-45 tahun.

Sebagian responden memiliki aktivitas fisik sedang yang kebanyakan bekerja

sebagai petani.

Ada perbedaan antara aktivitas rendah dan sedang/tinggi. Aktivitas fisik

sedang hingga tinggi seperti olahraga dapat meningkatkan sensitivitas insulin

dan membantu mengurangi peningkatan kadar glukosa darah atau menurunkan

kadar HbA1c. Sebaliknya aktivitas rendah dapat meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi (Mikhael et al., 2020). Aktivitas fisik memiliki cakupan yang luas, tidak

hanya berfokus pada olahraga. Pasien diabetes harus dimotivasi untuk

mengurangi waktu sedentary dan menghindari duduk selama lebih dari 90 menit

karena merupakan salah satu faktor risiko terjadinya komplikasi (Hamasaki,

2016).

Faktor yang mempengaruhi aktivitas fisik pada pasien diabetes antara lain

42
adalah usia, jenis kelamin, status pekerjaan (Farradika et al., 2019) dan faktor

psikososial meliputi dukungan sosial, modifikasi perilaku, dan self-efficacy

(Murano et al., 2014). Pengelolaan DMT2 memerlukan waktu yang cukup lama

bahkan seumur hidup. Hal tersebut berakibat pada keputusasaan pasien dalam

melakukan terapi sehingga dapat terjadi depresi, cemas, frustasi yang dapat

menghambat pengelolaan DMT2. Sehingga pasien DMT2 memerlukan dukungan

baik dari keluarga, lingkungan serta tenaga pendidik. Dukungan lain yang

berpengaruh besar terhadap keberhasilan dalam melakukan akivitas fisik adalah

berupa program pendidikan atau edukasi (Murano et al., 2014). Edukasi dapat

memberikan pengetahuan terkait diabetes. Pengetahuan diabetes merupakan

syarat penting untuk memberikan hasil pendidikan yang baik salah satunya

dalam melakukan aktivitas fisik.

6.2 Perubahan Aktivitas Fisik Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)

pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD)

Aktivitas fisik pada kelompok perlakuan saat pretest mayoritas memiliki

aktivitas fisik ringan yaitu 53,57%, sebaliknya saat posttest memiliki aktivitas fisik

sedang sebesar 71,43%. Sebagian besar responden yang memiliki aktivitas fisik

sedang saat posttest adalah responden dengan Pendidikan SMP dan SMA.

Perubahan kategori pada kelompok perlakuan diketahui dengan adanya

peningkatan aktivitas fisik dari sebelum dan sesudah diberikan intervensi edukasi

manajemen diri diabetes (EMDD). Hasil tersebut sejalan dengan sebuah studi

dengan uji klinis terkendali yang membuktikan bahwa edukasi manajemen diri

diabetes secara signifikan berpengaruh terhadap aspek perawatan diri salah

satunya aktivitas fisik (Hailu et al., 2019).

43
Penelitian lain dengan uji paired t-test menjelaskan hasil yang sejalan

bahwa edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) berpengaruh terhadap tingkat

pengetahuan dan tingkat aktivitas fisik pasien DMT2 ((Khansa, 2020).

Pengetahuan dapat mendukung intervensi edukasi manajemen diri diabetes

(EMDD) sehingga dapat memotivasi pasien dalam menerima dan menerapkan

informasi dengan baik. Edukasi termasuk dalam pilar manajemen pengelolaan

DMT2. Edukasi yang diberikan melalui EMDD dapat memberikan pengetahuan,

keterampilan dan kemampuan pasien sehingga dapat meningkatkan kontrol

diabetes (Bekele et al., 2021).

Sebelum diberikan intervensi kelompok perlakuan sebagaian besar

memiliki aktivitas fisik rendah. Hal tersebut karena setelah diberikan EMDD

responden mendapatkan pengetahuan tentang pentingnya aktivitas fisik untuk

kondisi kesehatannya. Responden mengetahui dampak baik dan buruk dalam

memperbaiki pola hidup diabetes yang lebih baik. EMDD diberikan dengan

melakukan tindak lanjut dalam periode waktu secara regular, sehingga

responden dapat selalu mengontrol pola hidup dalam kehidupan sehari-harinya.

Tindak lanjut memberikan informasi terhadap masalah yang dihadapi dan

meningkatkan problem solving responden.

Edukasi berpengaruh terhadap pola hidup pasien diabetes, hal tersebut

sejalan dengan sebuah studi eksperimen bahwa pendidikan mempengaruhi

perilaku dan self-efficacy (Sen & Sirin, 2015). Edukasi khsusunya EMDD

dikaitkan dengan peningkatan pengetahuan diabetes dan perilaku perawatan diri

(Haas et al., 2014). EMDD berperan dalam peningkatan penggunaan perawatan

primer dan menurunkan angka rawat inap di rumah sakit yang dapat menekan

biaya dalam penanganan diabetes (American Diabetes Association, 2017).

Berbeda dengan sebuah studi di Ethiopia yang tidak menunjukkan perbedaan

secara signifikan antara program edukasi dengan perubahan aktivitas fisik

44
khususnya olahraga. Fenomena tersebut terjadi karena beberapa faktor antara

lain jenis, metode, intensitas dan proporsi edukasi atau rekomendasi aktivitas

fisik yang diberikan (Hailu et al., 2019).

6.3 Perubahan Pola Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) pada

Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan Modul Edukasi

Hasil analisis pola makan kelompok kontrol tidak terdapat perubahan pola

makan antara pretest dan posttest, ditunjukkan dengan tidak adanya peningkatan

skor pola makan pada sebagian besar responden. Mayoritas responden

menunjukkan pola makan tidak teratur baik pada saat pretest maupun posttest

yaitu sebesar 71,43% dan 67,86%. Responden dengan pola makan tidak teratur,

sebagian besar memiliki riwayat diabetes melitus lebih dari 2 tahun. Fakta

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah

pengetahuan dan kesadaran diri responden. Pengetahuan diabetes yang kurang

menyebabkan pasien tidak sadar dengan komplikasi yang ditimbulkan. Sehingga

rendahnya pengetahuan berbanding lurus dengan rendahnya kesadaran (Dussa

et al., 2015). Pengetahuan yang diberikan berupa informasi tentang pentingnya

menjaga pola makan dan komplikasi akibat pola makan yang tidak teratur. Pola

makan yang tidak teratur diketahui menjadi faktor utama nefropati diabetes,

faktor risiko lainnya berupa peningkatan kadar HbA1c, tekanan sistolik yang

tinggi, dan proteinuria (Sulaiman, 2019).

Pasien yang mengalami diabetes lebih dari 2 tahun beberapa merasa

bosan dengan rutinitas terapi diet yang dilakukan. Masalah psikososial juga

dapat mempengaruhi pasien dalam melakukan intervensi atau penatalaksanaan

yang diberikan. Tinjauan sistematis dan meta-analisis menunjukkan bahwa

psikososial secara sederhana memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

45
peningkatan HbA1c (Harkness et al., 2010). Sebelum memberikan intervensi

hendaknya mempertimbangkan gejala tekanan diabetes, depresi, kecemasan,

gangguan makan, dan kapasitas kognitif (American Diabetes Association, 2017)

6.4 Perubahan Pola Makan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2) pada

Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD)

Analisis pada kelompok perlakuan saat pretest dan posttest menunjukaan

hasil yang berbeda. Pada saat pretest hanya sebagian responden memiliki pola

makan teratur yaitu 17,86%, sedangkan saat posttest responden dengan pola

makan yang teratur sebesar 89,28%. Responden dengan pola makan yang

teratur mayoritas berpendidikan SMP dan SMA. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa intervensi EMDD secara signifikan berpengaruh terhadap pola makan

pasien DMT2, diketahui dari adanya peningkatan pola makan setelah dan

sesudah diberikan intervensi. Selain itu ada perbedaan pola makan antara

kelompok perlakuan dan kelompok kontrol saat posttest.

Menjaga pola makan sangat dianjurkan dalam penatalaksanaan diabetes

karena sebagian besar pasien diabetes memiliki pola makan yang kurang baik

dengan mengkonsumsi minyak, tepung, dan gula secara berlebihan (Waqas et

al., 2017). Pola makan merupakan aspek penting dalam terapi nutrisi pasien

diabetes. Pola makan yang sehat dapat mendukung peningkatan endidika yaitu

mencapai dan mempertahankan tujuan berat badan, menstabilkan kadar glukosa

darah, tekanan darah, lipid, serta dapat mencegah komplikasi akibat diabetes

(American Diabetes Association, 2017). Terdapat fakta yang kuat dan konsisten

bahwa penurunan berat badan persisten bermanfaat untuk penatalaksanaan

diabetes. Diet yang digunakan dalam manajemen pola hidup intensif untuk

menurunkan berat badan ditekankan pada nutrisi dari biji-bijian, sayuran, buah-

46
buahan, kacang-kacangan, susu rendah lemak, dan daging tanpa lemak (Fox et

al., 2015).

EMDD mendukung program intervensi gaya hidup dengan

menindaklanjuti secara intensif dalam pengaturan pola makan untuk mencapai

pengurangan berat badan yang berlebih (Mudaliar et al., 2016). Hal tersebut

sejalan dengan peneltian menggunakan analisis uji terkendali bahwa intervensi

EMDD secara signifikan berpengaruh terhadap pola makan (Hailu et al., 2019).

Intervensi EMDD yang secara intensif memberikan dampak positif dalam

pengaturan pola makan yang berpengaruh terhadap kontrol kadar HbA1c dan

kadar gula darah (Suardi et al., 2021). Intervensi EMDD diketahui secara

signifikan dapat meningkatkan kesadaran pasien tentang penyakit yang diderita,

studi tersebut menyimpulkan bahwa memiliki pengetahuan diabetes dapat

meningkatkan kualitas hidup pasien (Waqas et al., 2017).

6.5 Perubahan Kepatuhan Terapi Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe 2

(DMT2) pada Kelompok Kontrol Sebelum dan Sesudah diberikan

Modul Edukasi

Kepatuhan terapi obat pada kelompok kontrol diketahui bahwa sebagian

besar berada pada kategori kurang patuh baik saat pretest maupun posttest yaitu

sebesar 92,86% dan 89,29%. Setelah dianalisis didapatkan hasil kepatuhan

terapi obat yang tidak signifikan antara pretest dan posttest ditunjukkan dengan

tidak adanya peningkatan ataupun penurunan kepatuhan terapi. Responden

dengan kategori kurang patuh mayoritas berjenis kelamin perempuan dan durasi

menderita diabetes lebih dari dua tahun. Tingkat kepatuhan dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor antara lain jenis kelamin, usia, durasi menderita diabetes,

dan persepsi tentang penyakit (Elsous et al., 2017). Persepsi yang mendorong

pasien untuk tidak patuh dalam menjalankan terapi obat salah satunya adalah

47
persepsi bahwa obat yang diberikan tidak efektif untuk mengelola kondisi

kesehatannya (Atinga et al., 2018). Mengingat bahwa diabetes merupakan

penyakit kronik yang memerlukan terapi seumur hidup membuat pasien merasa

bosan dengan rutinitas terapi yang harus dijalani. Hal tersebut dapat

mencetuskan minat untuk tidak patuh melaksanakan regimen terapeutik.

Kepatuhan terapi obat berperan penting dalam penatalaksanaan diabetes

karena merupakan kunci dari kualitas perawatan diabetes melitus. Kontrol

glikemik dan pencegahan komplikasi dini merupakan target akhir dari

manajemen diabetes yang berkaitan erat dengan kepatuhan terapi obat (Farsaei

et al., 2011). Pasien yang kurang patuh dalam melakukan terapi obat berisiko

tinggi mengalami komplikasi dan cenderung memiliki kualitas hidup yang rendah

(Da Mata et al., 2016). Kondisi tersebut menggambarkan sejauh mana perilaku

seseorang dalam hal minum obat atau melakukan perubahan gaya hidup sesuai

dengan rekomendasi. Faktor lain yang dapat mempengaruhi perilaku penderita

diabetes adalah dukungan keluarga. Dukungan keluarga dapat memberikan

dorongan serta kekuatan sehingga dapat memberikan rasa nyaman secara

psikologis .

Ketidakpatuhan dapat meningkatkan risiko kekambuhan, hasil terapi yang

buruk hingga kematian akibat komplikasi (Atinga et al., 2018). Kepatuhan terapi

obat dikaitkan dengan pencapaian target pengobatan yang berpengaruh

terhadap nilai HbA1c, tekanan darah, dan kolesterol LDL (Khunti et al., 2017).

6.6 Perubahan Kepatuhan Terapi Obat Diabetes Melitus Tipe 2 (DMT2)

pada Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah diberikan Edukasi

Manajemen Diri Diabetes (EMDD)

Hasil analisis menunjukkan bahwa kepatuhan terapi obat saat pretest

sebagian besar dengan kategori kurang patuh, sedangkan saat posttest

48
sebagian besar patuh terhadap terapi obat yang sedang dijalani yaitu 89,29%.

Analisis kepatuhan terapi obat pada kelompok perlakuan menunjukkan bahwa

terdapat pengaruh edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) terhadap

kepatuhan terapi obat, dibuktikan dengan adanya peningkatan kepatuhan terapi

obat antara pretest dan posttest.

Kepatuhan terapi obat diabetes merupakan faktor penting dalam

mempertahankan kestabilan glukosa darah. Pernyataan tersebut didukung oleh

sebuah penelitian yang menyatakan bahwa ada hubungan antara tingkat

kepatuhan minum obat dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes

0melitus tipe 2 (Bulu et al., 2019). Kadar glukosa darah yang tidak stabil menjadi

faktor utama terjadinya komplikasi, sehingga kepatuhan menjadi aspek penting

terhadap kejadian komplikasi (Da Mata et al., 2016).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan antara lain adalah persepsi

penyakit, self-efficacy, kemampuan kognitif, keterampilan memecahkan masalah,

psikososial (Shahin et al., 2019). Faktor tersebut dapat diatasi dengan sebuah

pendekatan edukasi. Edukasi manajemen diri diabetes merupakan bagian

penting dalam mengimplementasikan prinsip perawatan diabetes (Davies et al.,

2018). Sebuah studi menjelaskan bahwa intervensi pendidikan secara signifikan

berpengaruh terhadap kepatuhan terapi obat. Sehingga intervensi pendidikan

memberikan kontribusi yang positif terhadap kepatuhan terapi obat (Figueira et

al., 2017). Salah satu bentuk pendidikan yang dapat diberikan adalah edukasi

manajemen diri diabetes (EMDD). Edukasi tersebut diketahui dapat

meningkatkan manajemen diri pasien DMT2 (Hailu et al., 2019). Pendidikan dan

kesadaran manajemen diri diabetes berpengaruh terhadap kadar HbA1c, karena

dengan diberikannya intervensi EMDD meningkatkan efikasi diri, persepsi diri,

dan pengelolaan koping yang baik.

49
6.7 Keterbatasan Penelitian

Beberapa faktor yang menjadi keterbatasan dalam melakukan penelitian

ini adalah, meliputi :

1. Terbatasnya komunikasi dengan responden karena penelitian ini

dilakukan saat masa pandemic.

2. Kesulitan dalam pengaturan waktu untuk melakukan intervensi,

karena masing-masing responden memiliki waktu luang yang

berbeda-beda

6.8 Implikasi Keperawatan

Edukasi Manajemen Diri Diabetes sebagai intervensi pada pasien

diabetes melitus tipe 2 dapat meningkatkan kondisi kesehatan pasien.

Penatalaksanaan yang dilanjutkan dengan follow up secara terus menerus akan

memotivasi pasien untuk melakukan pengelolaan manajemen diri, selain itu

meningkatkan kemandirian pasien dalam memecahkan permasalahan terkait

penyakit yang dialami.

50
BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) berpengaruh dalam

meningkatkan manajemen diri pasien diabetes melitus tipe 2.

1. Edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) meningkatkan aktivitas fisik

pada pasien diabetes melitus tipe 2.

2. Edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) meningkatkan pola makan

pada pasien diabetes melitus tipe 2.

3. Edukasi manajemen diri diabetes (EMDD) meningkatkan kepatuhan

terapi obat pada pasien DMT2.

7.2 Saran

Saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian adalah

sebagai berikut.

1. Bagi institusi pendidikan

Pemberian EMDD dapat dijadikan referensi dalam pembelajaran terkait

salah satu intervensi yang dapat diberikan pada penderita DMT2

2. Bagi institusi pelayanan kesehatan

Menjadi alternatif dalam memberikan intervensi dalam penatalaksanaan

pasien DMT2.

3. Bagi profesi keperawatan

Edukasi manajemen diri dapat dijadikan rujukan informasi perawatan

untuk diterapkan dalam penatalaksanaan pasien DMT2 oleh perawat

klinik maupun perawat komunitas secara regular dengan melakukan

51
follow up pada pasien DMT2.

4. Bagi masyarakat dan responden

Setelah mengikuti kegiatan EMDD masyarakat dapat menerapkan pola

hidup sehat sesuai yang direkomendasikan untuk menghindari komplikasi

akibat penyakit. Keluarga dapat mendukung dengan terlibat memantau

pola hidup keluarga yang menderita DMT2.

5. Bagi penelitian

Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan terkait salah satu

intervensi yang dapat diberikan pada penderita DMT2.

52
DAFTAR PUSTAKA

4. Lifestyle Management. (2017). In Diabetes care (Vol. 40, pp. S33–S43).


https://doi.org/10.5005/jp/books/18030_5

Amtiria, R. (2016). Hubungan Pola Makan Dengan Kadar Gula Darah Pasien
Diabetes Melitus Tipe II di Poli Penyakit Dalam RSUD DR. H. Abdul
Moeloek Provinsi Lampung Tahun 2015. In PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
LAMPUNG.

An Effective Model of Diabetes Care and Education: Revising the AADE7 Self-
Care Behaviors®. (2020). Diabetes Educator.
https://doi.org/10.1177/0145721719894903

Atinga, R. A., Yarney, L., & Gavu, N. M. (2018). Factors influencing long-term
medication non-adherence among diabetes and hypertensive patients in
Ghana: A qualitative investigation. PLoS ONE, 13(3).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0193995

Barlow, J., Wright, C., Sheasby, J., Turner, A., & Hainsworth, J. (2002). Self-
management approaches for people with chronic conditions: A review.
Patient Education and Counseling. https://doi.org/10.1016/S0738-
3991(02)00032-0

Bekele, B. B., Negash, S., Bogale, B., Tesfaye, M., Getachew, D., Weldekidan,
F., & Balcha, B. (2021). Effect of diabetes self-management education
(DSME) on glycated hemoglobin (HbA1c) level among patients with T2DM:
Systematic review and meta-analysis of randomized controlled trials.
Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.12.030

Bulu, A., Wahyuni, T. D., & Sutriningsih, A. (2019). Hubungan antara Tingkat
Kepatuhan Minum Obat dengan Kadar Gula Darah pada Pasien Diabetes
Melitus Tipe II. Nursing News, 4(1), 181–189.

Clodi, M., Abrahamian, H., Brath, H., Brix, J., Drexel, H., Fasching, P., Föger, B.,
Francesconi, C., Fröhlich-Reiterer, E., Harreiter, J., Hofer, S. E., Hoppichler,
F., Huber, J., Kaser, S., Kautzky-Willer, A., Lechleitner, M., Ludvik, B.,
Luger, A., Mader, J. K., … Zlamal-Fortunat, S. (2019). Antihyperglycemic
treatment guidelines for diabetes mellitus type 2 (Update 2019). Wiener
Klinische Wochenschrift, 131, 27–38. https://doi.org/10.1007/s00508-019-
1471-z

Da Mata, A. R., Álvares, J., Diniz, L. M., Da Silva, M. R. R., Dos Santos, B. R. A.,
Júnior, A. A. G., Cherchiglia, M. L., Andrade, E. I. G., Godman, B., & De
Assis Acurcio, F. (2016). Quality of life of patients with Diabetes Mellitus
Types 1 and 2 from a referal health centre in Minas Gerais, Brazil. Expert
Review of Clinical Pharmacology, 9(5), 739–746.
https://doi.org/10.1586/17512433.2016.1152180

53
Davies, M. J., D’Alessio, D. A., Fradkin, J., Kernan, W. N., Mathieu, C., Mingrone,
G., Rossing, P., Tsapas, A., Wexler, D. J., & Buse, J. B. (2018).
Management of hyperglycemia in type 2 diabetes, 2018. A consensus report
by the American Diabetes Association (ADA) and the european association
for the study of diabetes (EASD). In Diabetes Care.
https://doi.org/10.2337/dci18-0033

Diriba, D. C., Bekuma, T. T., & Bobo, F. T. (2020). Predictors of self-management


practices among diabetic patients attending hospitals in western Oromia,
Ethiopia. PLoS ONE. https://doi.org/10.1371/journal.pone.0232524

Dussa, K., Parimalakrishnan, S., & Sahay, R. (2015). Assessment of diabetes


knowledge using diabetes knowledge questionnaire among people with type
2 diabetes mellitus. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research,
8(2), 254–256.

Elsous, A., Radwan, M., Al-Sharif, H., & Mustafa, A. A. (2017). Medications
adherence and associated factors among patients with type 2 diabetes
mellitus in the Gaza Strip, Palestine. Frontiers in Endocrinology, 8(JUN).
https://doi.org/10.3389/fendo.2017.00100

Fan, L., & Sidani, S. (2018). Factors Influencing Preferences of Adults With Type
2 Diabetes for Diabetes Self-Management Education Interventions.
Canadian Journal of Diabetes. https://doi.org/10.1016/j.jcjd.2018.04.003

Farradika, Y., Umniyatun, Y., Nurmansyah, M. I., & Jannah, M. (2019). Perilaku
Aktivitas Fisik dan Determinannya pada Mahasiswa Fakultas Ilmu - Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka. ARKESMAS (Arsip
Kesehatan Masyarakat), 4(1), 134–142.
https://doi.org/10.22236/arkesmas.v4i1.3548

Farsaei, S., Sabzghabaee, A. M., Zargarzadeh, A. H., & Amini, M. (2011).


Adherence to glyburide and metformin and associated factors in type 2
diabetes in Isfahan, Iran. Iranian Journal of Pharmaceutical Research, 10(4),
933–939. https://doi.org/10.22037/ijpr.2011.1021

Figueira, A. L. G., Boas, L. C. G. V., Coelho, A. C. M., Freitas, M. C. F. de, &


Pace, A. E. (2017). Educational interventions for knowledge on the disease,
treatment adherence and control of diabetes mellitus. Revista Latino-
Americana de Enfermagem, 25(0). https://doi.org/10.1590/1518-
8345.1648.2863

Fox, C. S., Golden, S. H., Anderson, C., Bray, G. A., Burke, L. E., De Boer, I. H.,
Deedwania, P., Eckel, R. H., Ershow, A. G., Fradkin, J., Inzucchi, S. E.,
Kosiborod, M., Nelson, R. G., Patel, M. J., Pignone, M., Quinn, L., Schauer,
P. R., Selvin, E., & Vafiadis, D. K. (2015). Update on prevention of
cardiovascular disease in adults with type 2 diabetes mellitus in light of
recent evidence: A scientific statement from the American Heart Association
and the American diabetes association. Diabetes Care, 38(9), 1777–1803.
https://doi.org/10.2337/dci15-0012

54
Ghisi, G. L. de M., Aultman, C., Konidis, R., Foster, E., Tahsinul, A., Sandison,
N., Sarin, M., & Oh, P. (2020). Effectiveness of an education intervention
associated with an exercise program in improving disease-related
knowledge and health behaviours among diabetes patients. Patient
Education and Counseling. https://doi.org/10.1016/j.pec.2020.04.007

Haas, L., Maryniuk, M., Beck, J., Cox, C. E., Duker, P., Edwards, L., Fisher, E.
B., Hanson, L., Kent, D., Kolb, L., McLaughlin, S., Orzeck, E., Piette, J. D.,
Rhinehart, A. S., Rothman, R., Sklaroff, S., Tomky, D., Youssef, G., & 2012
Standards Revision Task Force. (2014). National standards for diabetes
self-management education and support. Diabetes Care, 37 Suppl 1.

Hailu, F. B., Moen, A., & Hjortdahl, P. (2019). Diabetes self-management


education (DSME) – Effect on knowledge, self-care behavior, and self-
efficacy among type 2 diabetes patients in Ethiopia: A controlled clinical trial.
Diabetes, Metabolic Syndrome and Obesity: Targets and Therapy.
https://doi.org/10.2147/DMSO.S223123

Hamasaki, H. (2016). Daily physical activity and type 2 diabetes: A review. World
Journal of Diabetes, 7(12), 243. https://doi.org/10.4239/wjd.v7.i12.243

Harkness, E., Macdonald, W., Valderas, J., Coventry, P., Gask, L., & Bower, P.
(2010). Identifying psychosocial interventions that improve both physical and
mental health in patients with diabetes: A systematic review and meta-
analysis. Diabetes Care, 33(4), 926–930. https://doi.org/10.2337/dc09-1519

International Diabetes Federation. (2017). Recommendations for Managing Type


2 diabetes in Primary Care. In Diabetes Research and Clinical Practice.

KEMENKES. (2020). Apa yang dimaksud Aktivitas Fisik? Kemenkes.co.id.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Khansa, R. R. (2020). Effect of nutrition education with the principles of Diabetes


Self-Management Education (DSME) on knowledge and physical activity of
type 2 diabetes patients. ARGIPA (Arsip Gizi Dan Pangan), 5(2), 66–74.
https://doi.org/10.22236/argipa.v5i2.3900

Khunti, K., Seidu, S., Kunutsor, S., & Davies, M. (2017). Association between
adherence to pharmacotherapy and outcomes in type 2 diabetes: A meta-
analysis. Diabetes Care, 40(11), 1588–1596. https://doi.org/10.2337/dc16-
1925

Kolb, H., & Martin, S. (2017). Environmental/lifestyle factors in the pathogenesis


and prevention of type 2 diabetes. In BMC Medicine.
https://doi.org/10.1186/s12916-017-0901-x

Krishnakumar, S., Govindarajulu, Y., Vishwanath, U., Nagasubramanian, V. R., &


Palani, T. (2020). Impact of patient education on KAP, medication
adherence and therapeutic outcomes of metformin versus insulin therapy in

55
patients with gestational diabetes: A Hospital based pilot study in South
India. Diabetes and Metabolic Syndrome: Clinical Research and Reviews.
https://doi.org/10.1016/j.dsx.2020.07.026

Lambrinou, E., Hansen, T. B., & Beulens, J. W. J. (2019). Lifestyle factors, self-
management and patient empowerment in diabetes care. European Journal
of Preventive Cardiology, 26(2_suppl), 55–63.
https://doi.org/10.1177/2047487319885455

Mendis, S., Armstrong, T., Bettcher, D., Branca, F., Lauer, J., Mace, C., Poznyak,
V., Riley, L., Da Costa E Silva, V., & Stevens, G. (2014). Global status report
on noncommunicable diseases 2014. World Health Organisation. In World
Health.

Mikhael, E. M., Hassali, M. A., & Hussain, S. A. (2020). Effectiveness of diabetes


self-management educational programs for type 2 diabetes mellitus patients
in middle east countries: A systematic review. In Diabetes, Metabolic
Syndrome and Obesity: Targets and Therapy.
https://doi.org/10.2147/DMSO.S232958

Mudaliar, U., Zabetian, A., Goodman, M., Echouffo-Tcheugui, J. B., Albright, A.


L., Gregg, E. W., & Ali, M. K. (2016). Cardiometabolic Risk Factor Changes
Observed in Diabetes Prevention Programs in US Settings: A Systematic
Review and Meta-analysis. PLoS Medicine, 13(7).
https://doi.org/10.1371/journal.pmed.1002095

Murano, I., Asakawa, Y., Mizukami, M., Takihara, J., Shimizu, K., & Imai, T.
(2014). Factors increasing physical activity levels in diabetes mellitus: A
survey of patients after an inpatient diabetes education program. Journal of
Physical Therapy Science, 26(5), 695–699.
https://doi.org/10.1589/jpts.26.695

Rangel, É. B., Rodrigues, C. O., & De Sá, J. R. (2019). Micro- and Macrovascular
Complications in Diabetes Mellitus: Preclinical and Clinical Studies. Journal
of Diabetes Research, 2019, 1–6. https://doi.org/10.1155/2019/2161085

Rudianto, A. D. (2011). Konsnsus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes


Melitus Tipe 2 di Indonesia 2011.

Sen, E., & Sirin, A. (2015). Healthy lifestyle behaviors and self-efficacy: The
effect of education. Anthropologist, 21(1-2), 89–97.
https://doi.org/10.1080/09720073.2015.11891797

Shahin, W., Kennedy, G. A., & Stupans, I. (2019). The impact of personal and
cultural beliefs on medication adherence of patients with chronic illnesses: A
systematic review. In Patient Preference and Adherence (Vol. 13, pp. 1019–
1035). https://doi.org/10.2147/PPA.S212046

Simpson, S. H., Lin, M., & Eurich, D. T. (2016). Medication Adherence Affects
Risk of New Diabetes Complications: A Cohort Study. Annals of
Pharmacotherapy. https://doi.org/10.1177/1060028016653609

56
Soelistijo, S. A., Lindarto, D., Decroli, E., Permana, H., Sucipto, K. W., Kusnadi,
Y., Budiman, & Ikhsan, R. (2019). Pedoman pengelolaan dan pencegahan
diabetes melitus tipe 2 dewasa di Indonesia 2019. Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia.

Suardi, S., Razak, A., Amiruddin, R., Ishak, H., Salmah, U., & Maria, I. L. (2021).
Effectiveness of diabetes self-management education against diet behavior
in patients type 2 diabetes mellitus: A literature review. Open Access
Macedonian Journal of Medical Sciences, 9(E), 364–368.
https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.6033

Sulaiman, M. K. (2019). Diabetic nephropathy: Recent advances in


pathophysiology and challenges in dietary management. In Diabetology and
Metabolic Syndrome (Vol. 11, Issue 1). https://doi.org/10.1186/s13098-019-
0403-4

Tol, A., & Baghbanian, A. (2012). The introduction of self-management in type 2


diabetes care: A narrative review. Journal of Education and Health
Promotion. https://doi.org/10.4103/2277-9531.102048

Urata, K., Hashimoto, K., Horiuchi, R., Fukui, K., & Arai, K. (2019). Impact of
Diabetes Perceptions on Medication Adherence in Japan. Pharmacy.
https://doi.org/10.3390/pharmacy7040144

Wang, Q., Zhang, X., Fang, L., Guan, Q., Gao, L., & Li, Q. (2018). Physical
Activity Patterns and Risk of Type 2 Diabetes and Metabolic Syndrome in
Middle-Aged and Elderly Northern Chinese Adults. Journal of Diabetes
Research. https://doi.org/10.1155/2018/7198274

Waqas, S., Tahir, A., Nadeem Shafique, B., & Hamid, M. R. A. (2017). Effect of
diet on type 2 diabetes mellitus: A review. In International Journal of Health
Science (Vol. 11, Issue 2, pp. 39–51).

World Health Statistic. (2019). Monitoring Health for the SDGs. World Health
Statistic. https://doi.org/10.1007/978-1-349-04787-1_12

57
Lampiran 1. Pernyataan Laik Etik

58
59
Lampiran 2. Surat Ijin Penelitian

60
Lampiran 3. Lembar Informed Consent

INFORMED CONSENT
(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Telah mendapatkan keterangan secara rinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Pengaruh Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD)
terhadap Perubahan Perilaku Manajemen Diri pada Penderita Diabetes Melitus
Tipe 2 di Poli Penyakit Dalam RSUD dr. Harjono Kabupaten Ponorogo”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Bahaya yang akan timbul
5. Prosedur penelitian dan kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala
sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut.
Oleh karena itu saya bersedia/tidak bersedia *) menjadi subyek penelitian dengan
penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.
Demikan pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari pihak
manapun.
Ponorogo, ……Februari 2021

Peneliti, Responden

(Ucik Ernawati, S.Kep.Ns) (………………………………)

Saksi,

(--------------------------------)

*) coret yang tidak perlu

61
Lampiran 4. Kuisioner Data Demografi Penelitian

KUISIONER DATA DEMOGRAFI PENELITIAN

Petunjuk Pengisian :
1. Isi sesuai kondisi responden
2. Pilihlah dengan menyilang (X) jawaban

DATA DEMOGRAFI
Nama Responden : _____________________________________
Umur : _________________________________tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Alamat : _____________________________________
_____________________________________
_____________________________________

Pendidikan : a. SD c. SMA
b. SMP d. Perguruan tinggi

Status Perkawinan : a. Kawin c. Janda


b. Belum Kawin d. Duda

Pekerjaan : a. Tidak Bekerja d. PNS


b. Wiraswasta e. Petani
c. Swasta f. Lainnya
________________
Status hidup bermukim : a. Hidup sendiri
b. Hidup dengan keluarga
c. Lainnya, ________________

Lamanya menderita DM : a. ≤ 6 bulan b. 6-12 bulan

62
Lampiran 5. Kegiatan Edukasi

KEGIATAN EDUKASI MANAJEMEN DIRI DIABETES (EMDD)

1. Pengertian Suatu bentuk pendidikan kesehatan secara berkelanjutan


berkaitan tentang pengelolaan DM dengan melibatkan
peran pasien (secara mandiri) untuk memfasilitasi
pengetahuan dan keterampilan serta mempertahankan
perilaku sehat sebagai upaya meningkatkan atau
mempertahankan kondisi kesehatan.
2. Tujuan a. Mendukung pasien DM dalam mengambil keputusan
b. Mendukung pasien DM untuk melakukan perawatan diri
c. Membantu pasien DM dalam memecahkan masalah
d. Mendukung kolaborasi aktif dengan tim kesehatan untuk
meningkatkan status kesehatan, hasil klinis. dan kualitas
hidup pasien DM
3. Indikasi Pasien Diabetes Melitus (DM)
4. Kontraindikasi a. Pasien dengan penurunan kesadaran
b. Pasien dengan emosi yang tidak stabil
5. Persiapan pasien a. Memberikan salam, memperkenalkan diri,
mengidentifikasi identitas pasien
b. Menjelaskan tentang pembelajaran yang akan dilakukan
c. Memberikan kesempatan pasien untuk bertanya
6. Persiapan edukator a. Melakukan pengkajian terkait Riwayat DM yang diderita
dan pengetahuan yang dimiliki pasien
b. Mengidentifikasi masalah klien
c. Membuat perencanaan kegiatan
d. Menyiapkan alat
7. Persiapan alat a. Laptop
b. Aplikasi (google meet/zoom)
c. Modul
d. Catatan dan alat tulis
8. Cara kerja a. Beri salam

63
b. Perkenalkan diri
c. Tanyakan perasaan dan kondisi pasien
d. Jelaskan prosedur dan lamanya kegiatan
e. Kontrak waktu
f. Berikan Edukasi Manajemen Diri Diabetes (EMDD) sesuai
materi tiap sesi
- Sesi 1 : Konsep dasar diabetes, pola makan pada
diabetes, aktifitas fisik pada diabetes, terapi obat
pada diabetes
- Sesi 2 : memantau kesehatan diabetes, mencegah
dan mendeteksi komplikasi, membuat rencana
kegiatan manajemen diri diabetes pasien bersama
pasien
- Sesi 3 : memantau perkembangan kegiatan
manajemen diri diabetes pasien yang telah dibuat
bersama
- Sesi 4 : melakukan sharing kesulitan atau masalah
selama melakukan kegiatan manajemen diri
diabetes, membuat solusi dari masalah yang
ditemukan bersama
g. Berikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya
disetiap sesi
h. Lakukan follow up terkait kondisi pasien disetiap sesi
i. Memberikan pujian
j. Anjurkan pasien untuk melakukan kegiatan manajemen
diri diabetes yang telah dipelajari Bersama secara
berkelanjutan
9. Evaluasi a. Evaluasi hasil yang dicapai
b. Beri reinforcement positif pada pasien
c. Kontrak pertemuan selanjutnya
d. Mengakhiri pertemuan dengan baik

64
Lampiran 6. Kuisioner Semi Quantitatif-Food Frequency Questionnaire

KUESIONER SEMI QUANTITATIF FOOD FREQUENCY QUESTIONNAIRE

Nama Responden : ____________________

Petunjuk: Berilah tanda check mart (v) pada kolom frekuensi yang sesuai berdasarkan jenis bahan makanan dan frekuensi makan yang tersedia

Contoh :
Porsi Tiap Kali Paling
Berapa Kali Konsumsi Per...
BAHAN Konsumsi Sering
MAKANAN dimasak
dengan
cara...
2
> 1x 1x 3-6 x 1-2x minggu Sebulan Tidak
URT Gram
sehari sehari seminggu seminggu sekali sekali Pernah

KONSUMSI
KARBOHIDRAT
Nasi √ 1 Ctg peres 100 Kukus
Havermouth √ 1 mkk 150 Seduh
Singkong √ 1 ptg sdg 35 Goreng

66
Porsi Tiap Kali Paling
Berapa Kali Konsumsi Per...
Konsumsi Sering
BAHAN
2 dimasak
MAKANAN > 1x 1x 3-6 x 1-2x Sebulan Tidak
minggu URT Gram dengan
sehari sehari seminggu seminggu sekali Pernah cara...
sekali
KONSUMSI
KARBOHIDRAT
Nasi
Havermouth
Jagung
Kentang
KONSUMSI
KARBOHIDRAT
Krekers/Biscuit
Mie Kering
Mie Basah
Bihun
Roti Putih
Singkong
Talas
Ubi
Lainnya...
KONSUMS
I LEMAK

67
Babat / Jeroan
Daging ayam dgn
Kulit
Susu full cream
Keju
Alpukat
Minyak Goreng
Minyak Ikan
Santan
Minyak Sayur Bumbu
(Mie Instan, dsb)
Margarin/ Mentega
KONSUMSI
PROTEIN
Daging Sapi
Daging Kambing
Daging ayam
Telur ayam negeri
Telur Bebek
Ikan Laut Segar
Tahu
Tempe
Kacang Tanah
Kacang Kedelai
Oncom

68
Kacang-kacangan
lain..

69
Lampiran 7. Global Physical Activity Questionnaire

GLOBAL PHYSICAL ACTIVITY QUESTIONNAIRE

Nama Responden : __________________


Petunjuk
Jenis Aktivitas Definisi
Aktivitas Ringan 75% dari waktu yang digunakan adalah untuk duduk atau berdiri dan
25% untuk kegiatan berdiri dan berpindah.
Aktivitas Sedang Aktivitas yang dapat menyebabkan nafas atau nadi sedikit lebih keras
dari biasanya, dimana 40% dari waktu yang digunakan adalah untuk
duduk atau berdiri dan 60% adalah untuk kegiatan kerja khusus dalam
bidang pekerjaannya
Aktivitas Berat Aktivitas yang dapat menyebabkan nafas terengah-engah dan jantung
berdebar sangat cepat, dimana 25% dari waktu yang digunakan adalah
untuk duduk atau berdiri dan 75% adalah untuk kegiatan kerja khusus
dalam bidang pekerjaannya

Pertanyaan Respon Kode

Aktivitas saat bekerja/belajar/sekolah (selama 7 hari yang lalu)

Apakah dalam pekerjaan sehari- hari anda


Ya lanjut ke nomor 2
1. P1
memerlukan aktivitas dengan intensitas Tidak langsung ke nomor 4
yang berat?
Berapa hari dalam seminggu anda
2. Jumlah hari _________ P2
melakukan aktivitas berat?
Berapa lama dalam 1 hari anda
3. Jam : menit P3
melakukan aktivitas berat tersebut? ____:____

Apakah dalam pekerjaan sehari-hari


Ya lanjut ke nomor 2
4. anda memerlukan aktivitas dengan P4
Tidak langsung ke nomor 7
intensitas yang sedang?
Berapa hari dalam seminggu anda
5. Jumlah hari _________ P5
melakukan aktivitas sedang?

Berapa lama dalam 1 hari anda Jam : menit


6. P6
melakukan aktivitas sedang tersebut? ____:____

Perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain


(yang paling dominan atau rutin dilakukan selama 7 hari yang lalu)
Apakah anda berjalan kaki atau
bersepeda minimal 10 menit untuk pergi
7. Ya lanjut ke nomor 8 P7
dari tempat tinggal anda ke sekolah atau
Tidak langsung ke nomor 10
ke tempat les?

70
Berapa hari dalam seminggu anda
8. Jumlah hari _________ P8
melakukan aktivitas tersebut?

Berapa lama dalam 1 hari anda Jam : menit


9. P9
melakukan aktivitas tersebut? ____:____
Aktivtas pada saat senggang atau saat rekreasi sama 7 hari yang lalu
(kegiatan ini diluar kegiatan sekolah dan berpergian dari suatu tempat ke tempat
yang lain yang sudah disebutkan diatas)
Apakah anda melakukan olahraga berat
atau rekreasi dengan aktivitas berat Ya lanjut ke nomor 11
10. P10
minimal 10 menit dalam seminggu Tidak langsung ke nomor 13
terakhir ini?
Berapa hari dalam seminggu anda
11. Jumlah hari _________ P11
melakukan aktivitas tersebut?

Berapa lama dalam 1 hari anda Jam : menit


12. P12
melakukan aktivitas tersebut? ____:____

Apakah anda melakukan olahraga


dengan intensitas yang sedang atau Ya lanjut ke nomor 14
13. P13
rekreasi dengan aktivitas sedang minimal Tidak langsung ke nomor 16
10 menit dalam seminggu terakhir ini?
Berapa hari dalam seminggu anda
14. Jumlah hari _________ P14
melakukan aktivitas tersebut?

Berapa lama dalam 1 hari anda Jam : menit


15. P15
melakukan aktivitas tersebut? ____:____

Aktivitas menetap yang dilakukan selama 7 hari yang lalu (sedentary behavior)

Berapa lama biasanya anda duduk atau Jam : menit


16. P16
berbaring dalam sehari? ____:____

71
Lampiran 8. Kuisioner Morisky Medication Adherence Scale-8

KUESIONER MORISKY MEDICATION ADHERENCE SCALE-8

Nama Responden : _____________________

Petunjuk :

Jawablah pertanyaan sesuai dengan keadaan sebenarnya


Beri tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda sesuai

No. Item MMAS-8 Ya Tidak


1 Apakah terkadang anda lupa meminum obat antihipertensi?
Pikirkan selama dua minggu terakhir, apakah ada hari
2
dimana anda tidak meminum obat antihipertensi?
Apakah anda pernah mengurangi atau menghentikan
3 pengobatan tanpa memberi tahu dokter karena saat minum
obat tersebut anda merasa lebih tidak enak badan?
Saat sedang bepergian, apakah anda terkadang lupa
4
membawa obat antihipertensi?
5 Apakah anda meminum obat antihipertensi anda kemarin?
Saat anda merasa tekanan darah anda terkontrol, apakah
6
anda pernah menghentikan pengobatan anda?
Apakah anda pernah merasa terganggu/jenuh dengan jadwal
7
minum obat rutin anda?
Seberapa sulit anda mengingat meminum semua obat anda?
a. Tidak pernah atau jarang sekali
8 b. Sesekali
c. Kadang-kadang
d. Biasa
e. Pada semua waktu

72
Lampiran 9. Modul Diabetes

73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
Lampiran 10. Surat Telah Melakukan Penelitian

97
Lampiran 11. Analisa Data Statistik

AKTIVITAS FISIK (K.PERLAKUAN)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

PostTest Kel Perlakuan - Negative Ranks 0a .00 .00


PreTest Kel Perlakuan Positive Ranks 26b 13.50 351.00

Ties 2c

Total 28

a. PostTest Kel Perlakuan < PreTest Kel Perlakuan


b. PostTest Kel Perlakuan > PreTest Kel Perlakuan
c. PostTest Kel Perlakuan = PreTest Kel Perlakuan

Test Statisticsa

PostTest Kel
Perlakuan -
PreTest Kel
Perlakuan

Z -4.458b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

98
AKTIVITAS FISIK (K.KONTROL)

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Posttest kel kontrol - Pretest Negative Ranks 0a .00 .00


kel kontrol Positive Ranks 1b 1.00 1.00

Ties 27c

Total 28

a. Posttest kel kontrol < Pretest kel kontrol


b. Posttest kel kontrol > Pretest kel kontrol
c. Posttest kel kontrol = Pretest kel kontrol

Test Statisticsa

Posttest kel
kontrol - Pretest
kel kontrol

Z -1.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .317

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

99
AKTIVITAS FISIK MANN WHITNEY POST TEST

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Hasil Posttest Kelompok Kontrol 28 22.36 626.00

Kelompok Perlakuan 28 34.64 970.00

Total 56

Test Statisticsa

Hasil Posttest

Mann-Whitney U 220.000
Wilcoxon W 626.000
Z -2.820
Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Grouping Variable: Kelompok

100
POLA MAKAN (KELOMPOK PERLAKUAN)

Mann-Whitney Test
Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Hasil Posttest Kelompok Kontrol 28 22.36 626.00

Kelompok Perlakuan 28 34.64 970.00

Total 56

Test Statisticsa

Hasil Posttest

Mann-Whitney U 220.000
Wilcoxon W 626.000
Z -2.820
Asymp. Sig. (2-tailed) .005

a. Grouping Variable: Kelompok

101
POLA MAKAN (KELOMPOK KONTROL)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post - Pre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 1b 1.00 1.00

Ties 27c

Total 28

a. Post < Pre


b. Post > Pre
c. Post = Pre

Test Statisticsa

Post – Pre

Z -1.000b
Asymp. Sig. (2-tailed) .317

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

102
POLA MAKAN POSTTEST MANN WHITNEY

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Hasil Kontrol 28 21.11 591.00

Perlakuan 28 35.89 1005.00

Total 56

Test Statisticsa

Hasil

Mann-Whitney U 185.000
Wilcoxon W 591.000
Z -3.413
Asymp. Sig. (2-tailed) .001

a. Grouping Variable: Kelompok

103
KEPATUHAN MINUM OBAT (KEL PERLAKUAN)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post - Pre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 28b 14.50 406.00

Ties 0c

Total 28

a. Post < Pre


b. Post > Pre
c. Post = Pre

Test Statisticsa

Post - Pre

Z -4.742b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

104
KEPATUHAN MINUM OBAT (KEL KONTROL)

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Post - Pre Negative Ranks 0a .00 .00

Positive Ranks 3b 2.00 6.00

Ties 25c

Total 28

a. Post < Pre


b. Post > Pre
c. Post = Pre

Test Statisticsa

Post - Pre

Z -1.633b
Asymp. Sig. (2-tailed) .102

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on negative ranks.

105
KEPATUHAN MINUM OBAT POSTTEST MANN WHITNEY

Mann-Whitney Test

Ranks

Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks

Hasil Kontrol 28 17.54 491.00

Perlakuan 28 39.46 1105.00

Total 56

Test Statisticsa

Hasil

Mann-Whitney U 85.000
Wilcoxon W 491.000
Z -5.448
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Grouping Variable: Kelompok

106
Lampiran 12. Lembar Konsultasi

107
108
109
110
111
Lampiran 13. Surat Keterangan Plagiasi

112
Lampiran 14. Publikasi Jurnal

113
114
115
116
117
Lampiran 15. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

118
Lampiran 16. Halaman Riwayat Hidup

RIWAYAT HIDUP

Ucik Ernawati, Malang, 30 Januari 1991 anak dari Bapak Sugianto dan Ibu Sri
Hartini. Lulus SD Negeri 3 Blimbing Malang tahun 2003, lulus SMP Negeri 6
Malang tahun 2006 dan lulus SMA Negeri 9 Malang tahun 2009 pendidikannya
dilanjutkan di Program Studi Ilmu Keperawatan STIKES Husada Jombang, lulus
tahun 2014. Tahun 2014 melanjutkan Pendidikan Profesi Ners di perguruan
tinggi yang sama. Pada tahun 2019 mengambil program Magister Keperawatan
Peminatan Medikal Bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.
Tahun 2015 sampai sekarang bekerja sebagai dosen Program Studi Ilmu
Keperawatan di STIKES Buana Husada Ponorogo.

Ponorogo, Agustus 2021

119

Anda mungkin juga menyukai