Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN Pada Tn.

A DENGAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 Di RUANG CEMARA RUMAH SAKIT
UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
MUHARANI
NPM: 1830702055

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Tn. A DENGAN DIABETES
MELITUS TIPE 2 Di RUANG CEMARA RUMAH SAKIT
UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
MUHARANI
NPM:1830702055

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
Pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
TAHUN 2021

i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Laporan Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Pada Tn. A Dengan Diabetes
Melitus Di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan
Nama : Muharani
NPM : 1830702055

Disetujui Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Ramdya Akbar Tukan, S.Kep,Ns.M.Kep Dewy Haryanti, S.Kep,Ns.M.Kep,Sp.KMB


NIP. 198508082019032016 NIP.197902172003122008

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep


NIP: 196902061999031003

iii
iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini
yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus Tipe 2
yang dirawat diruang Perawatan Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program volisticvm Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan. Dalam penyusunan Laporan Tugas
Akhir ini penulis mengalami hambatan dan berbagai kesulitan, namun demikian
penulis berusaha menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir ini berkat
bimbingan, bantuan, dan dorongan yang diberikan dari berbagai pihak, khususnya
Kedua orang tua saya yang tercinta yaitu Muhammad Yusuf dan Santi Yosefa,
adik saya Nurtia dan Muhammad Jalalludin Akbar serta keluarga yang dengan
penuh kesabaran dalam memberikan dukungan baik moral maupun materi yang
tak ternilai harganya kepada penulis selama menempuh pendidikan di DIII
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan
hingga akhirnya dapat menyelesaikan program pendidikan ini, dan dalam
kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Adri Patton, M.Si selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan.
2. Bapak dr. Joko Haryanto, M.M selaku Direktur Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
mengaplikasikan ilmu saya.
3. Bapak Sulidah, S.Kep,Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan motivasi selama penulis
mengikuti perkuliahan di Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan.
4. Ibu Yuni Retnowati, S.ST., M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
5. Bapak Alfianur, S.Kep,Ns., M.Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti ujian akhir program ini sampai

v
dengan selesai dan telah memberikan saran dan motivasi kepada penulis yang
sangat bermanfaat bagi penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir
ini.
6. Ibu Fitriya Handayani, S.Kep,Ns., M.Kep selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
7. Ibu Paridah, S.Kep,Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan
Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
8. Ibu Ana Damayanti, S.Kep.Ns., M.K.M selaku koordinator Laporan Tugas
Akhir atas saran, masukan, dan motivasi untuk terus berjuang menyelesaikan
mata kuliah ini dengan baik dan tepat waktu yang telah memberikan masukan
dan juga dukungannya kepada penulis untuk menyelesaikan Laporan Tugas
Akhir ini.
9. Ahmat Pujianto, S.Kep. Ns.,M.Kep selaku dosen pembimbing akademik yang
telah memberikan pengarahan serta bimbingan selama perkuliahan.
10. Ramdya Akbar Tukan, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing I dan
Penguji III yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta dukungannya
kepada penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
11. Dewy Haryanti, S.Kep, Ns., M.Kep.,Sp.KMB, selaku dosen pembimbing II
yang telah memberikan bimbingan, masukan, serta dukungannya kepada
penulis dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini.
12. Ibu Paridah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen penguji I yang telah memberikan
bimbingan, masukan, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
13. Ibu Najihah,S.Kep.Ns.,M.Kep selaku dosen penguji II yang telah memberikan
bimbingan, masukan, serta dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan
Laporan Tugas Akhir ini.
14. Seluruh Bapak/Ibu dosen dan staf Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
15. Kepala ruangan beserta seluruh staf di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara yang telah membimbing sekaligus
membantu selama praktik klinik keperawatan.

vi
vii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. A DENGAN DIAGNOSA DIABETES
MELITUS DI RUANG CEMARA RUMAH SAKIT UMUM
KOTA TARAKAN

Abstrak

Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan terjadinya hiperglikemia


dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan
dengan kekurangan secara absolut, relatif dari kerja atau sekresi insulin. Penyakit
ini dapat menimbulkan komplikasi pada semua organ tubuh antara lain gangguan
penglihatan mata, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, infeksi paru-paru,
gangguan pembuluh darah, stroke, luka sulit sembuh dan membusuk/gangren.
Tingginya angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia menyebabkan, terjadinya
tinggi komplikasi luka diabetikum sehingga menjadi latar belakang penulis untuk
mengambil kasus Diabetes Melitus Tipe 2 dalam penulisan Laporan Tugas Akhir.
Tujuan laporan tugas akhir ini untuk mendapatkan pengalaman nyata asuhan
keperawatan yang dilakukan secara holistik dan komprehensif. Dalam
penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan studi kasus dengan
pendekatan proses keperawatan dengan tahapan pengkajian, diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Subjek penelitian adalah
Tn. A dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Hasil yang di dapatkan tujuh diagnosa
keperawatan yang ditegakkan pada kasus Tn. A adalah ketidakseimbangan kadar
glukosa darah, nyeri akut, gangguan integritas kulit, gangguan mobilitas fisik,
gangguan pola tidur, ketidak patuhan, dan defisit perawatan diri. Jadi dapat
disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada Tn. A
dimulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan disesuaikan dengan kondisi dan
sarana prasarana. Evaluasi hasil yang didapatkan enam diagnosis keperawatan
teratasi dan satu diagnosis keperawatan yang belum teratasi.

Kata Kunci : Asuhan keperawatan, Diabetes Melitus Tipe 2, Luka diabetikum.

viii
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
PERNYATAAN ORISINALITAS ……………………………………….. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................... iv
ABSTRAK ..................................................................................................... viii
ABSTRACT ………………………………………………………………... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................. x
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………. xiv
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ....................................................................................... 2
1.2.1 Tujuan umum ................................................................................... 2
1.2.2 Tujuan khusus .................................................................................. 2
1.3 Metode Penulisan ...................................................................................... 2
1.3.1 Pengamatan/observasi ..................................................................... 3
1.3.2 Wawancara ...................................................................................... 3
1.3.3 Pemeriksaan fisik head to toe ......................................................... 3
1.3.4 Studi dokumentasi ........................................................................... 3
1.3.5 Studi kepustakaan ............................................................................ 3
1.4 Sistematika Penulisan ................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN TEORI .......................................................................... 5
2.1 Konsep Dasar Medis ................................................................................. 5
2.1.1 Definisi ........................................................................................... 5
2.1.2 Etiologi ........................................................................................... 5
2.1.3 Klasifikasi ....................................................................................... 7
2.1.4 Patofisiologi diabetes melitus tipe 2 ............................................... 8
2.1.5 Manifestasi klinis ............................................................................ 9
2.1.6 Pemeriksaan penunjang .................................................................. 10
2.1.7 Penatalaksanaan .............................................................................. 11
2.1.8 Komplikasi ..................................................................................... 12
2.1.9 Pencegahan ..................................................................................... 13
2.1.10 Penyimpangan KDM ..................................................................... 15
2.2 Konsep Dasar Keperawatan ...................................................................... 16
2.2.1 Penkajian ......................................................................................... 16
2.2.2 Diagnosa keperawatan ..................................................................... 16
2.2.3 Perencanaan keperawatan ................................................................ 16
2.2.4 Implementasi keperawatan .............................................................. 20
2.2.5 Evaluasi keperawatan ...................................................................... 20
BAB 3 LAPORAN KASUS .......................................................................... 21
3.1 Pengkajian ................................................................................................. 21
3.2 Klasifikasi Data ......................................................................................... 32

x
3.3 Analisa Data .............................................................................................. 34
3.4 Penyimpangan KDM Tn. A ...................................................................... 38
3.5 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 39
3.6 Intervensi Keperawatan ............................................................................. 39
3.7 Impelementasi Keperawatan ..................................................................... 42
3.8 Evaluasi Keperawatan ............................................................................... 52
BAB 4 PEMBAHASAN ................................................................................ 54
4.1 Pengkajian ................................................................................................. 54
4.2 Diagnosa keperawatan .............................................................................. 56
4.3 Perencanaan ............................................................................................... 58
4.4 Implementasi ............................................................................................. 59
4.5 Evaluasi ..................................................................................................... 60
BAB 5 PENUTUP .......................................................................................... 62
5.1 Kesimpulan ............................................................................................... 63
5.2 Saran .......................................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 66

xi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Laboratorium ......................................................................... 31

xii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Penyimpangan KDM ..................................................................... 15
Bagan 3.1 Genogram ....................................................................................... 23
Bagan 3.2 Penyimpangan KDM Tn. A ........................................................... 38

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Standar Operasional Perawatan Luka .............................................................. 67
Riwayat Hidup ................................................................................................. 70

xiv
DAFTAR SINGKATAN
Amp : Ampul
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Air Kecil
BB : Berat Badan
Cm : Centimeter
CRT : Capillary refill time
dL : Desiliter
DM : Diabetes melitus
G : Gram
GCS : Glasgow coma scale
GD : Gula darah
GDP : Gula darah puasa
GDS : Gula darah sewaktu
IMT : Indeks massa tubuh
IV : Intravena
IWL : Insensibel Water Loss
Kg : Kilogram
L : Liter
MAP : Mean arterial pressure
Mg : Miligram
ML : Mililiter
TN : Tuan
ROM : Range Of Motion
TGT : Toleransi glukosa terganggu
TTGO : Tes toleransi glukosa oral

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Diabetes Melitus adalah penyakit gangguan metabolik yang terjadi akibat
pancreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan
insulin yang diproduksinya secara efektif sehingga mengakibatkan terjadinya
peningkatan konsentrasi glukosa dalam darah yang dikenal dengan istilah
hiperglikemia (WHO, 2016). Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai
dengan terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut, relatif dari kerja
atau sekresi insulin (Majority, 2015). Diabetes Melitus adalah gangguan
metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia yang berhubungan dengan
abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak dan protein yang disebabkan oleh
penurunan sekresi insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan
menyebabkan komplikasi kronis, mikrovaskuler, makrovaskuler, dan neuropati
(Nurarif & Kusuma, 2015). Berdasarkan beberapa definisi yang disebutkan, maka
dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan
terjadinya hiperglikemia dan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan
protein yang dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja
atau sekresi insulin.
International Diabetes Federation (IDF) melaporkan bahwa epidemi
Diabetes Melitus di Indonesia masih menunjukkan kecenderungan meningkat.
Indonesia adalah negara peringkat ke enam didunia setelah Tiongkok, India,
Amerika Serikat, Brazil, dan Meksiko dengan jumlah penyandang Diabetes
Melitus usia 20-79 tahun sekitar 10,3 juta orang. Sejalan dengan hal tersebut,
peningkatan angka prevelensi Diabetes Melitus yang cukup signifikan yaitu 6,9 %
di tahun 2013 menjadi 8,5 % di tahun 2018, sehingga estimasi jumlah penderita di
Indonesia mencapai lebih dari 16 juta orang. Tingginya prevalensi Diabetes
Melitus Tipe 2 disebabkan oleh faktor resiko yang tidak dapat berubah misalnya
jenis kelamin, umur, dan faktor genetik yang kedua adalah faktor resiko yang
dapat diubah misalnya kebiasaan merokok, tingkat pendidikan, pekerjaan,
aktivitas fisik, konsumsi alkohol, Indeks Masa Tubuh, lingkar pinggang, umur

1
serta gaya hidup yang tidak sehat seperti jarang berolahraga, asupan gizi tidak
seimbang, mengkonsumsi terlalu banyak makanan yang mengandung gula dan
lemak berlebih. Riset Kesehatan Dasar (K. K. R. Indonesia, n.d.). Berdasarkan
data diatas Tinggi angka kejadian Diabetes Melitus di Indonesia mengalami
peningkatan sehingga Indonesia menjadi peringkat keenam didunia.
Diabetes Melitus disebut dengan The Silent Killer karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan.
Penyakit yang akan di timbulkan antara lain gangguan penglihatan mata, katarak,
penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit sembuh dan
membusuk/gangren, infeksi paru-paru, gangguan pembuluh darah, stroke dan
sebagainya. Umumnya penderita Diabetes Melitus yang sudah parah menjalani
amputasi anggota tubuh karena terjadi pembusukan. Untuk menurunkan kejadian
dan keparahan dari Diabetes Melitus Tipe 2 maka dilakukan pencegahan seperti
modifikasi gaya hidup dan pengobatan seperti obat hiperglikemia dan insulin
(Majority, 2015). Berdasarkan data diatas penyakit Diabetes Melitus sangat
berbahaya karena dapat mengenai semua organ tubuh seperti gangguan
penglihatan, katarak, penyakit jantung, sakit ginjal, impotensi seksual, luka sulit
sembuh dan membusuk/gangrene.
Dari hasil studi lapangan di Ruang Cemara RSUK Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara penulis mendapatkan kasus pada Tn. A dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus Tipe 2. Klien memahami tentang penyakitnya tetapi klien tidak
mengikuti anjuran pengobatan Diabetes Melitus sehingga terjadi komplikasi yang
mengakibatkan 3 jari kaki kiri mengalami amputasi dengan panjang 7 cm dan
kedalaman 1 cm, luka tampak kemerahan, terdapat pus sehingga kondisi klien
lemah. oleh karena itu, penulis tertarik membuat laporan tugas akhir sebagai
bahan studi Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo
Tarakan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Tn. A dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus Tipe 2.
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Penulis dapat memahami konsep dan teori yang berkaitan dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 serta memperoleh gambaran yang nyata terhadap pelaksanaan

2
asuhan keperawatan pada klien Tn. A dengan diagnosa medis Diabetes Melitus di
Ruang Cemara RSUK Tarakan melalui proses pendekatan asuhan keperawatan
secara holistik dan komprehensif.
1.2.2. Tujuan Khusus
1.2.2.1. Melaksanakan proses keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus Tipe 2.
1.2.2.2. Membandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada Tn. A
dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe 2
1.2.2.3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
proses keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis Diabetes Melitus
Tipe 2.
1.2.2.4. Melaksanakan pemecahan masalah pada Tn. A dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus Tipe
1.3. Metode Penulisan
Penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode deskriptif
dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah yang menggambarkan keadaan yang
sedang terjadi dan semua kegiatan hanya tertuju pada satu kasus secara intensif,
dimulai dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data, merumuskan
diagnosis keparawatan, intervensi dan implementasi yang telah dilakukan.
Data-data yang tercantum dalam laporan tugas akhir ini diperoleh dengan
cara sebagai berikut :
1.3.1. Pengamatan/Observasi
Mengamati keadaan dan perilaku klien untuk memperoleh data objektif
tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
1.3.2. Wawancara
Data yang didapatkan dari pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
melalui percakapan dan pengamatan. Data dapat dikumpulkan selama satu periode
kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang relevan. Teknik
pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara langsung dengan keluarga
pasien atau orang tertentu yang mengetahui pasti keadaan klien, sehingga penulis
dapat memperoleh data yang aktual.

3
1.3.3. Pemeriksaan Fisik Head to Toe
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan
melalui empat tahap yaitu, inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
1.3.4. Studi Dokumentasi
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan perawat dan
catatan tim kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kasus klien.
1.3.5. Studi Kepustakaan
Dapat berupa buku-buku, jurnal, penelitian, dan sumber lain yang
berhubungan dengan judul serta permasalahan dalam laporan tugas akhir.
1.4. Sistematika Penulisan
Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu :
Bab 1 pendahuluan, pada bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan
penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dan sistematika
penulisan.
Bab 2 terbagi menjadi dua bahasan, Pertama yaitu konsep dasar penyakit
yang terdiri dari definisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, manifestasi klinis,
pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan, komplikasi dan pencegahan,
penyimpangan KDM, yang kedua yaitu konsep dasar asuhan keperawatan yang
terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Bab 3 berisi tinjauan kasus, yang terdiri dari pengkajian, klasifikasi data,
analisis data, perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan
evaluasi.
Bab 4 pembahasan yang berisi perbandingan atau perbedaan antara konsep
proses keperawatan secara teoritis dengan aplikasi nyata yang ditemukan
dilapangan dengan kesenjangan tersebut nantinya akan dibahas berdasarkan hasil
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab 5 Penutup, berisi kesimpulan dari seluruh penulisan laporan tugas
akhir dan saran yang ditunjukan untuk perbaikan selanjutnya.
1.5. Manfaat Penulisan
1.5.1. Bagi Pasien dan Keluarga

4
Pasien lebih memperhatikan kesehatannya terutama pada saat mengkonsumsi
makanan jangan sampai terjadi ketidak patuhan diet yang telah dianjurkan.
1.5.2. Bagi Mahasiswa
Mahasiswa mampu membuka wawasan dan keterampilan dasar untuk
memperbaharui ilmu tentang proses keperawatan yang dinamis terutama pasien
Diabetes Melitus.
1.5.3. Bagi Institusi
Tercapainya tujuan pembelajaran Asuhan Keperawatan yang sesuai
dengan standar praktik keperawatan pada pasien dengan Diabetes Melitus.
1.5.4. Bagi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat meningkatkan kualitas serta sarana dan prasarana
dalam perawatan pasien khususnya pada pasien dengan Diabetes Melitus.

5
BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis


2.1.1 Definisi
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh gangguan
metabolisme yang ditandai dengan peningkatan gula darah yang disebut dengan
kondisi hiperglikemia (American Diabetes Association, 2018). Diabetes Melitus
dibedakan menjadi dua, yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2,
Diabetes Melitus tipe 1 atau IDDM (Insulin Dependent Diabetes Melitus) terjadi
karena kerusakan sel α pankreas mengakibatkan defisiensi absolut dari sekresi
insulin (Irvan, Lubis, & Rahmat, 2015). Diabetes Melitus tipe 2 atau NIDDM
(Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) adalah gangguan metabolik yang di
tandai oleh hiperglikemia (kenaikan kadar glukosa darah) akibat kurangnya
hormon insulin, menurunnya efek insulin atau keduanya (Kowalak, dkk. 2016).
Diabetes Melitus merupakan penyakit yang ditandai dengan terjadinya
hiperglikemia. Gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang
dihubungkan dengan kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau
sekresi insulin. Gejala yang dikeluhkan pada penderita Diabetes Melitus yaitu
polydipsia, polyuria, polyfagia, penurunan berat badan, kesemutan (Majority,
2015).
Menurut penulis Diabetes Melitus merupakan penyakit gangguan
metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihubungkan dengan
kekurangan secara absolut atau relatif dari kerja dan atau sekresi insulin ditandai
dengan peningkatan gula darah yang disebut dengan kondisi hiperglikemia.
2.1.2 Etiologi
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), Etiologi diabetes mellitus yaitu :
2.1.2.1 Diabetes Melitus Tergantung Insulin Tipe 1
Diabetes yang tergantung pada insulin ditandai dengan penghancuran sel-
sel beta pancreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor Genetik
Penderita Diabetes mellitus tidak mewarisi diabetes tipe 1 itu sendiri tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya

6
diabetes mellitus tipe 1. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA (Human Leucocyte Antigen) tertentu. HLA merupakan
kumpulan gen yang bertanggung jawab atas antigen transplantasi dan proses imun
lainnya.
2) Faktor Imunologi
Pada Diabetes Mellitus tipe 1 terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini
merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara beraksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah
sebagai jaringan asing.
3) Faktor Lingkungan
Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel pancreas, sebagai contoh
hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin tertentu dapat memicu
proses autoimun yang dapat menimbulkan destruksi sel pancreas.
2.1.2.2 Diabetes Melitus Tak Tergantung Insulin Tipe 2
Disebabkan oleh kegagalan relative beta dan resistensi insulin. Secara
pasti penyebab dari Diabetes Mellitus tipe 2 ini belum diketahui, faktor genetic
diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin penyakitnya mempunyai pola familiar
yang kuat.
Diabetes Mellitus tak tergantung insulin ditandai dengan kelainan dalam
sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tanpak terdapat
resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat
dirinya kepada reseptor – reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi
intraseluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membrane sel, Pada
pasien dengan Diabetes Melitus tak tergantung insulin terdapat kelainan dalam
peningkatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya
jumlah tempat reseptor yang responsive insulin pada membrane sel.
Akibatnya terjadi pengabungan abnormal antara komplek reseptor insulin
dengan sistem transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat dipertahankan
dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi insulin, tetapi pada
akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi memadai untuk mempertahankan
euglikemia. Diabetes Melitus Tipe 2 disebut juga Diabetes Melitus yang

7
merupakan suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,
terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada masa
kanak-kanak.
Faktor resiko yang berhubungan dengan proses terjadinya Diabetes
Melitus Tipe 2, diantaranya adalah :
1. Usia ( resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun )
2. Obesitas
3. Riwayat keluarga
4. Kelompok etnik
Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi
3 yaitu :
a) <140 mg/dl (Normal)
b) 140<200 mg/dl ( toleransi glukosa terganggu)
c) >200 mg/dl (diabetes)
Terdapat program pengendalian Diabetes Mellitus yaitu dengan dengan
CERDIK. Program CERDIK adalah :
C : Cek kondisi kesehatan berkala
E : Enyahkan asap rokok
R : Rajin aktifitas fisik
D : Diet sehat dengan kalori seimbang
I : Istirhat yang cupuk
K : Kendalikan stress
2.1.3 Klasifikasi
Menurut American Diabetes Asociation (ADA) tahun 2016, klasifikasi
diabetes melitus yaitu diabetes melitus tipe 1, diabetes melitus tipe 2, diabetes
melitus gestasional, dan diabetes melitus tipe lain. Namun jenis diabetes melitus
yang paling umum yaitu diabetes melitus tipe 1 dan diabetes melitus tipe 2.
2.1.3.1 Diabetes Melitus Tipe 1
Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang
mengakibatkan defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimun dan idiopatik
(Perkeni, 2015). diabetes melitus tipe 1 disebabkan oleh penghancuran sel pulau
pankreas. Biasanya mengenai anak-anak dan remaja sehingga diabetes melitus ini

8
disebut juvenile diabetes (diabetes usia muda), namun saat ini diabetes melitus ini
juga dapat terjadi pada orang dewasa. Faktor penyebab diabetes melitus tipe 1
adalah infeksi virus dan reaksi auto-imun (rusaknya sistem kekebalan tubuh) yang
merusak sel-sel penghasil insulin, yaitu sel β pada pankreas secara menyeluruh.
Oleh karena itu, pada tipe ini pankreas sama sekali tidak dapat menghasilkan
insulin (Simatupang, 2017).
2.1.3.2 Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes Melitus tipe 2 terjadi secara bervariasi, mulai yang dominan
resistensi insulin disertai defisiensi insulin relatif sampai yang dominan defek
sekresi insulin disertai resistensi insulin (Perkeni, 2015).
2.1.3.3 Diabetes Tipe Khusus
Diabetes tipe khusus disebabkan oleh suatu kondisi seperti endokrinopati,
penyakit eksokrin pankreas, sindrom genetic, induksi obat atau zat kimia, infeksi,
dan lain-lain (Simatupang, 2017).
2.1.3.4 Diabetes Gestasional
Diabetes gestasional adalah diabetes yang terjadi pertama kali saat hamil
atau diabetes yang hanya muncul pada saat kehamilan. Biasanya diabetes ini
muncul pada minggu ke-24. Diabetes ini biasanya menghilang sesudah
melahirkan. Faktor-faktor penyebab terjadinya diabetes melitus gestasional
diantaranya adalah adanya riwayat Diabetes Melitus dari keluarga, obesitas atau
kenaikan berat badan pada saat kehamilan, faktor usia ibu pada saat hamil,
riwayat melahirkan bayi besar (>4000gram) dan riwayat penyakit lain (hipertensi
dan abortus) (Simatupang, 2017).
2.1.4 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe 2
Pankreas adalah sebuah kelenjar yang letaknya dibelakang lambung yang
didalamnya terdapat sel-sel yang disebut pulau-pulau langerhans yang berisi sel
beta yang memproduksi hormon insulin yang berperan dalam mengatur kadar
glukosa dalam tubuh. Glukosa terbentuk dari karbohidrat, protein, dan lemak yang
kemudian akan diserap melalui dinding usus dan disalurkan ke dalam darah
dengan bantuan insulin. Kelebihan glukosa akan disimpan dalam jaringan hati dan
otot sebagai glikogen.

9
Diabetes melitus tipe 2 adalah penyakit gangguan metabolik yang
disebabkan dua hal yaitu penurunan respon jaringan perifer terhadap insulin yang
disebut dengan resistensi insulin dan penurunan kemampuan insulin sel beta di
pankreas untuk mensekresi insulin. Diabetes melitus tipe 2 diawali akibat sel-sel
sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara normal. Keadaan
ini disebut dengan resistensi insulin.
Penyebab dari resistensi insulin adalah faktor obesitas, gaya hidup yang
kurang gerak dan penuaan. Pada diabetes melitus tipe 2 dapat terjadi akibat dari
gangguan sekresi insulin dan produksi gula hepatik yang berlebihan, tetapi tidak
terjadi kerusakan sel-sel beta di pankreas secara autoimun. Sel-sel beta di
pankreas mensekresi insulin dalam 2 fase. Fase pertama sekresi insulin terjadi
segera setelah stimulasi atau rangsangan glukosa yang ditandai dengan
meningkatnya kadar glukosa darah dan fase kedua terjadi sekitar 20 menit
sesudahnya.
Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel-sel beta di pankreas
menjunjukkan gangguan pada sekresi insulin. Fase pertama yaitu insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin yang selanjutnya apabila tidak ditangani
dengan cepat akan terjadi kerusakan sel-sel beta di pankreas. Terjadi secara
progresif yang disebut dengan defisiensi insulin, sehingga akhirnya memerlukan
insulin eksogen (Decroli, 2019).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), manifestasi klinis Diabetes Mellitus
yaitu :
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmostic
yang meningkatkan pengeluaran urin ( polyuria) dan timbul timbul rasa haus
(polydipsia)
3. Rasa lapar yang semakin besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhakan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas volva.
Kriteria diagnosis diabetes melitus :

10
1. Gejala klasik Diabetes Melitus + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1
mmol/L)
2. Glukosa plasama sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu.
3. Gejala klasik diabetes melitus + glukosa plasma > 126 mg/dl (7,0 mmo/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapatkan kalori tambahan sedikitnya 8 jam
Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200 mg/dl (11.1 mmol/L) TTGO
dilakukan
4. dengan standar dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam
air.
Cara pelaksanaan TTGO (Toleransi Glukosa Oral/Oral Glukose Tolerance Test):
1) 3 (tiga) hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa (dengan
karbohigrat yang cukup)
2) Berpuasa paling sedikit 8 jam (mulai malah hari) sebelum pemeriksaan minum
air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
3) Diperkirakan konsentrasi glukosa darah puasa
4) Diberikan glukosa 75 gram (orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-anak)
dilaurtkan dalam air 250 mL dan diminum dalam waktu 5 menit
5) Berpuasa kembali sampai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
6) Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
7) Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis Diabetes Melitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar
glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan
glukosa darah secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena. Penggunaan
darah vena ataupun kapiler tetap dapat dipergunakan dengan memperhatikan
angka-angka kriteria diagnostik yang berbeda sesuai pembakuan oleh WHO.
Untuk tujuan pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler (Decroli, 2019).

11
Diagnosis Diabetes Melitus dapat ditegakkan melalui pemeriksaan darah
vena dengan sistem enzimatik dengan hasil :

1. Gejala klasik + GDP ≥ 126mg/dl

2. Gejala klasik + GDS ≥200mg/dl

3. Gejala klasik + GD 2 jam setelah TTGO ≥200mg/dl

4. Tanpa gejala klasik + 2x pemeriksaan GDP ≥126mg/dl

5. Tanpa gejala klasik + 2x pemeriksaan GDS ≥200 mg/dl

6. Tanpa gejajala klasik + 2x pemeriksaan GD 2 jam setelah TTGO ≥ 200mg/dl

7. HbA1c ≥6.5% (Decroli, 2019)

Kriteria diagnosis Diabetes Melitus menurut Perkeni (2015) :

1) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl, puasa adalah kondisi tidak ada
asupan kalori minimal 8 jam

2) Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl, 2jam setelah tes toleransi glukosa
oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram

3) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik

4) Pemeriksaan HbA1c ≥6.5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi


oleh National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP)
2.1.7 Penatalaksanaan
Menurut Nurarif dan Kusuma (2015), penatalaksanaan insulin pada
Diabetes Mellitus tipe 2 diperlukan pada keadaan :
1. Penurunan berat badan yang cepat
2. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
3. Ketoasidosis diabetic (KAD) atau hiperglikemia hyperosmolar non ketotik
(HONK)
4. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
5. Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
6. Stres berat (infeksi sistematik, operasi besar, IMA, stroke)
7. Kehamilan dnegan diabetes melitus atau Diabetes Melitus gestasioanal yang
tidak terkendali dengan perencanaan makan

12
8. Gangguan fungsi ginjal atau gangguan hati yang berat
9. Kontraindikasi dan alergi terhadap OHO
Menurut Fatimah (2015), Pilar utama pengelolaan diabetes melitus meliputi :
a) Edukasi (Penyuluhan)
b) Diet (Perencanaan makanan)
c) Olahraga
d) Obat berkhasiat hipoglikemik
e) Pemeriksaan mandiri gula darah
2.1.8 Komplikasi
Menurut Fatimah (2015), Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan
menimbulkan komplikasi akut dan kronis :
1. Komplikasi Akut
1) Hipoglikemia adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal
(<50mg/dl). Hipoglikemia lebih sering terjadi pada penderita Diabetes Melitus
tipe 1 yang dapat dialami 1-2kali/minggu, kadar gula darah yang terlalu
rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga
tidak berfungsi bahkan dapat mengalami kerusakan
2) Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba,
dapat berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
ketoasidosis diabetik, koma hipersmoler non ketotik (KHNK), dan kemolakto
asidosis.
2. Komplikasi Kronis
1) Komplikasi makrovaskuler
Komplikasi makrovaskuler yang umum berkembang pada penderita Diabetes
Melitus adalah trombosit otak (pembekuan darah pada sebagian otak), mengalami
penyakit jantung koroner (PJK), gagal jantung kongestif (CHF), dan stroke.
2) Komplikasi mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita Diabetes Melitus
tipe 1 seperti nefropati, diabetik retinopati (kebutaan), neuropati, dan amputasi.
2.1.9 Pencegahan
Menurut Fatimah (2015), Pencegahan penyakit diabetes melitus dibagi
menjadi empat bagian yaitu :

13
1. Pencegahan Premordial
Pencegahan premordial adalah upaya untuk memberikan kondisi pada
masyarakat yang memungkinkan penyakit tidak mendapat dukungan dari
kebiasaan, gaya hidup dan faktor resiko lainnya. Prakondisi ini harus diciptakan
dengan multimitra.
Pencegahan premordial pada penyakit diabetes melitus misalnya adalah
menciptakan prakondisi sehingga masyarakat merasa bahwa konsumsi makan
kebarat-baratan adalah suatu pola makan yang kurang baik, pola hidup santai atau
kurang aktivitas, dan obesitas adalah kurang baik bagi kesehatan.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok resiko tinggi, yaitu mereka yang belum menderita diabetes
melitus, tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus diantaranya :
a. Kelompok usia tua (>45tahun)
b. Kegemukan atau obesitas (BB(kg)>1205 BB idaman atau IMT >27 (kglm2))
c. Tekanan darah tinggi (140/90mmHg)
d. Riwayat keluarga diabetes melitus (dm)
e. Riwayat kehamilan dengan BB bayi lahir >4000gr
f. Disipidemia (Hvl250mg/dl)
g. Pernah TGT atau glukosa darah puasa terganggu (GDPT)
Untuk pencegahan primer harus dikenai faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap timbulnya diabetes melitus dan upaya untuk menghilangkan faktor-
faktor tersebut. Oleh karena sangat penting dalam pencegahan ini. Sejak dini
hendaknya telah ditanamkan pengertian tentang pentingnya kegiatan jasmani
teratur, pola dan jenis makanan yang sehat menjaga badan agar tidak terlalu
gemuk, dan resiko merokok bagi kesehatan.
3. Pencegahan Sekunder
Upaya mencegah atau menghambat timbulnya penyulit dengan tindakan
deteksi dini dan memberikan pengobatan sejak awal penyakit. Dalam pengobatan
pasien diabetes melitus, sejak awal sudah harus diwaspadai dan sedapat mungkin
dicegah kemungkinan terjadinya penyulit menahun.

14
4. Pencegahan Tersier
Upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut dan merehabilitasi pasien
sedini mungkin, sebelum kecacatan tersebut menetap. Pelayanan kesehatan yang
holistik dan terintergrasi antar disiplin terkait dengan sangat diperlukan.

15
2.1.10 Penyimpangan KDM (Padila & Wilkinson, 2012)
Defisiensi Insulin

Gangguan sekresi insulin akibat disfungsi sel beta pankreas

Glukagon meningkat Penurunan pemakaian glukosa oleh sel

Glukoneogenesis
Hiperglikemia

Lemak Protein DM Tipe 2 Ketidak


seimbangan
Gukosuria kadar glukosa
Ketogenesis BUN meningkat darah
Osmotik diuresis
Ketonemia Nitrogen urine
meningkat Kekurangan
Dehidrasi
volume cairan
PH menurun
Hemokonsentrasi

Asidosis Trombosis

Koma/Kematian Aterosklerosis

Makrovaskuler
Mikrovaskuler

Jantung Serebral Ekstremitas


Retina
Gangren Ginjal
Miokard Stroke Retinopati
infark
Ulkus DM Nefropat
Gangguan Gg. Penglihatan i
integritas kulit Resiko infeksi Nyeri Akut Gagal ginjal

Bagan 2.1 Penyimpangan KDM


(Sumber : Padila & Wilkinson, 2012)

16
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah mengidentifikasi kebutuhan, respon, dan masalah
individu (Doengoes, Morhouse dan Geissler, 2014). Adapun data dasar pengkajian
yang ditemukan pada klien diabetes melitus menurut adalah :
1. Aktivitas/Istirahat
Tanda dan gejala: Lemah, letih sulit bergerak/berjalan, keram otot, tonus otot
menurun.
2. Sirkulasi
Tanda dan gejala : Adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas,
Takikardi, perubahan tekanan darah postural ; hipertensi nadi yang menurun atau
tidak ada.
3. Nyeri/kenyamanan
Tanda dan gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat), wajah
meringis dengan palpasi : tampak sangat berhati-hati.
4. Eliminasi
Tanda dan gejala : Penurunan frekuensi urine, polyuria, anuria (gagal tahap
lanjut); abdomen kembung atau konstipasi
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Menurut Doengoes, Morhouse dan Geissler (2014), Diagnosa keperawatan
pasien diabetes mellitus yang mungkin muncul adalah sebagai berikut :
1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
2. Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Resistensi Insulin
3. Gangguan Intergritas Kulit berhubungan dengan Neuropati perifer
4. Resiko Infeksi berhubungan dengan Penyakit Kronis (diabetes melitus)
5. Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diuresis osmotic, kehilangan
gastrik berlebihan : Diare, Muntah dan masukan dibatasi : Mual, kacau mental
2.2.3 Perencanaan Keperawatan
Menurut Doengoes, Morhouse dan Geissler (2014), Perencanaan
keperawatan pasien diabetes mellitus adalah sebagai berikut :

17
1) Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Pencedera Fisiologis
Tujuan :
a. Keluhan nyeri menurun
b. Meringis menurun
Intervensi :

1. Kaji nyeri menggunakan metode (PQRST) meliputi skala, frekuensi nyeri,


dan lain-lain.

Rasional : Untuk mengetahui tingkat nyeri.

2. Berikan teknik non-farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri

Rasional : Membantu klien untuk mengurangi persepsi nyeri atau


mengalihkan perhatian klien dari nyeri.

3. Kolaborasi penggunaan analgesik, jika perlu

Rasional : membantu mengurangi nyeri


2) Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah berhubungan dengan Resistensi Insulin
Tujuan :
a. Kadar glukosa dalam darah cukup membaik
Intervensi :
1. Monitor kadar glukosa darah
Rasional : untuk mengetahui kadar glukosa dalam darah pasien
2. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
Rasional : hiperglikemia terjadi ketika jumlah insulin ke glukosa tidak
mencukupi. Kelebihan glukosa dalam darah menciptakan efek osmotik yang
menghasilkan peningkatan rasa haus (polidipsia), rasa lapar (polifagi), dan
peningkatan buang air kecil (poliuria), pasien juga dapat melaporkan gejala
kelelahan dan penglihatan kabur yang tidak spesifik
3. Monitor tingkat kepatuhan pasien dalam pengobatan
Rasional : mengetahui apakah pasien mengikuti atau mematuhi anjuran dari
tenaga kesehatan (dokter/perawat) dalam pengobatan
4. Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah ≥250 mg/dl
Rasional : untuk menghindari peningkatan kadar glukosa darah dan keton
yang dapat berakibat fatal

18
5. Ajarkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
Rasional : pemantauan glukosa darah kapiler memberikan pasien informasi
langsung tentang glukosa darah
6. Kolaborasi pemberian insulin
Rasional : untuk mempertahankan glukosa darah yang stabil dalam
menanggapi konsentrasi dekstrosa tinggi dalam larutan.
3) Gangguan Intergritas Kulit/Jaringan berhubungan dengan Neuropati perifer
Tujuan :
a. Bau tidak sedap pada luka menurun
b. Drainase purulen menurun
c. Jaringan granulasi meningkat
d. Tidak terjadi luka tekan di bagian tulang yang menonjol
Intervensi :
1. Identifikasi penyebab gangguan intergritas kulit
Rasional: untuk mengetahui penyebab luka
2. Monitor kondisi luka
Rasional : mengetahui karakteristik luka
3. Gunakan tempat tidur dan kasur khusus

Rasional : untuk melancarkan sirkulasi darah pada pasien tirah baring


4. Anjurkan penggunaan pelembab pada bagian tulang menonjol
Rasional : untuk mencegah terjadinya luka karena tirah baring dan menjaga
elastisitas kulit.
5. Kolaborasi prosedur debridement
Rasional : untuk menghilangkan jaringan yang terkontaminasi oleh bakteri,
dan menghilangkan jaringan yang telah mati dalam persiapan kesembuhan
luka.
4) Resiko Infeksi berhubungan dengan Penyakit Kronis (diabetes melitus)
Tujuan :
a. Proses informasi meningkat
b. Jumlah leukosit dalam batas normal
Intervensi :
1. Identifikasi gangguan fisik yang memungkinkan terjadinya luka tekan

19
Rasional : mengetahui ada atau tidaknya gangguan fisik sehingga
memungkinkan terjadinya luka tekan, misalnya pada pasien stroke yang
mengalami kelumpuhan anggota gerak atau sebagian anggota tubuh
sehingga tidak bisa mobilisasi (miring kanan/kiri) di tempat tidur.
2. Monitor granulosit
Rasional : untuk mengetahui komponen-komponen darah yang mengalami
peningkatan, sehingga dapat diketahui terjadinya infeksi.
3. Jelaskan tanda dan gejala infeksi
Rasional : untuk mengetahui tanda dan gejala infeksi
4. Jelaskan lokasi-lokasi yang sering terjadi luka tekan
Rasional : untuk mengetahui dimana saja lokasi yang sering terjadi luka
tekan karena tirah baring.
5. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik
Rasional : untuk mengurangi dan mencegah terjadinya infeksi
5) Kekurangan Volume Cairan berhubungan dengan diuresis osmotic, kehilangan
gastrik berlebihan : Diare, Muntah dan masukan dibatasi : Mual, kacau mental
Tujuan :
a. Merencanakan jumlah kalori/nutrient yang tepat
b. Menunjukkan tingkat energy biasanya
c. Mendemonstrasikan berat badan stabil atau penambahan kearah rentang
biasanya/yang diinginkan dengan nilai laboratorium normal
Intervensi :
1. Timbang berat badan setiap hari sesuai indiaksi
Rasional : Mengkaji pemasukan makanan yang adekuat (Termasuk absorpsi
dan utilisasinya).
2. Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen/perut kembung, mual,
muntahan makanan yang belum di cerna, pertahankan keadaan puasa sesuai
indikasi
Rasional : Hiperglikemia dan gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
dapat menurunkan motilitas atau fungsi lambung
3. Berikan makanan dan cairan yang mengandung zat makanan (Nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral

20
Rasional : Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar fungsi
gastrointestinal baik.
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap implementasi dimulai setelah rencana intervensi disusun dan
ditujukan pada Nursing Orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang
diharapkan. Oleh karena itu, rencana intervensi yang spesifik dilaksanakan untuk
memodifikasi faktor-faktor untuk mempengaruhi masalah kesehatan klien. Tujuan
dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit,
pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping (Nursalam, 2011).
2.2.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan
yang menandakan keberhasialan dari diagnosa keperawatan, rencana intervensi,
dan implementasi (Nursalam,2011).
Evaluasi adalah hasil yang didapatkan dengan menyebutkan item-item
atau perilaku yang dapat diamati dan dipantau untuk menentukan apakah hasil
sudah tercapai atau belum dalam jangka waktu yang telah di tentukan (Doengoes,
Morhouse dan Geissler, 2014).

21
BAB 3
LAPORAN KASUS

Dalam bab ini membahas hasil dari pelaksanaan Asuhan Keperawatan


pada Klien Tn. A di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus tipe 2. Pada pelaksanaan Asuhan Keperawatan
terdiri dari lima tahap yaitu pengkajian, perumusan masalah, diagnosis
keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan dan evaluasi.
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas
Nama klien Tn .A, usia 58 tahun, jenis kelamin laki-laki, beragama
kristen, sudah menikah, pensiunan, pendidikan terakhir SLTA, klien tinggal di Jl.
Melati No.45 RT 23 Kota Tarakan. Klien di rawat di ruang Cemara dengan
diagnosa medis Diabetes Melitus tipe 2. Identitas penanggung jawab, terhadap
klien adalah Ny. E, berumur 50 tahun, jenis kelamin perempuan, hubungan
dengan klien istri, agama kristen, pendidikan terakhir SLTA, pekerjaan ibu rumah
tangga, alamat Jl. Melati No.45 Rt. 23 Kota Tarakan.
3.1.2. Alasan Masuk
Klien mengatatakan masuk rumah sakit pada tanggal 06 April 2021. Klien
diantar oleh keluarganya (istri) dengan keluhan nyeri pada luka bekas operasi.
3.1.3. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri dan kaki kanan.
3.1.4. Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri dibagian kaki kiri dan kaki kanan akibat adanya
luka bekas operasi, klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri
dirasakan hanya pada bagian kaki kiri dan kaki kanan, kaki kiri terdapat 3 jari kaki
yang diamputasi dengan panjang 7 cm kedalaman 1 cm dan kaki kanan terdapat
luka dengan panjang 4 kedalaman 3 cm, dengan skala nyeri 4, klien mengatakan
sudah 3 hari merasakan nyeri tersebut, klien mengatakan nyeri bertambah saat
klien menggerakkan kakinya dan nyeri berkurang saat klien tidak menggerakkan
kakinya. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 06 April 2021, masuk rumah sakit
karena nyeri pada kaki kiri dan kaki kanan, keluarga membawa klien ke IGD.

22
3.1.5. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Sebelum di rawat inap klien rutin melakukan kontrol di poli, klien kontrol
rutin 1 bulan sekali, klien melakukan pemeriksaan gula darah pada tanggal 06
April 2021 hasil pemeriksaan gula darah nya adalah 413 mg/dL. Klien mengeluh
merasa lemah, Maka dari itu klien di anjurkan untuk rawat inap. Klien
mengatakan nyeri dibagian kaki kiri dan kaki kanan akibat adanya luka operasi
kaki kiri terdapat 3 jari kaki yang diamputasi dengan panjang 7 cm kedalaman 1
cm dan kaki kanan terdapat lubang dengan panjang 4 cm kedalaman 3 cm, klien
mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri dirasakan hanya pada bagian
kaki kiridan kaki kanan, skala nyeri 4, klien mengatakan sudah 3 hari merasakan
nyeri tersebut, klien mengatakan nyeri bertambah saat klien menggerakkan
kakinya dan nyeri berkurang saat klien tidak menggerakkan kakinya, klien tampak
gelisah, klien tampak menghindari posisi nyeri, klien terlihat hanya terbaring
lemah di atas tempat tidur, kaki klien terlihat terpasang verban, verban terlihat ada
pus dan darah, luka klien berbau, istri klien mengatakan klien masih sering
mengkonsumsi makanan yang dapat memicu meningkatnya gula darah klien
walaupun klien mengetahui bahwa klien tidak boleh mengkonsumsi makanan
tersebut secara berlebihan.
b. Riwayat Kesehatan Lalu
Klien mengatakan sejak 7 tahun terakhir sudah menderita penyakit Diabetes
Melitus, klien sering melakukan kontrol rutin di poli setiap 1 bulan sekali. Klien
sudah 2 kali melakukan operasi. Operasi pertama pada tahun 2019 bulan Mei telah
di amputasi 1 jari kaki kiri dan pada tahun 2020 bulan Desember di amputasi 2
jari kaki kiri, dan sekarang sudah 3 jari kaki kiri Tn. A telah di amputasi.

23
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

58 ? ?
? ? 50 ?
00
01
00

48 23 19
33

50 ?

? ?

Keterangan :

: Laki – laki
: Perempuan
: Garis keturunan
: Tinggal serumah
: Meninggal dunia
: Pasien
Angka : Umur
? : Umur tidak dketahui
Bagan 3.1 Genogram Tn. A

24
Keterangan :
Klien mengatakan memiliki penyakit diabetes melitus akibat keturunan
dari orang tua klien yaitu ibunya, saudara klien yang pertama dan ketiga telah
meninggal karena penyakit diabetes mellitus.
3.1.6. Riwayat Psikososial
Klien berharap dirinya cepat sembuh dan bisa pulang kerumah. Klien
mengatakan kondisi dirinya kurang baik. Klien mengatakan hubungan dengan
keluarganya baik-baik saja. Keluarga klien mengatakan keadaan ekonomi dalam
keluarganya cukup saja. Klien Mengatakan hubungan dengan tetangganya baik-
baik saja. Klien mengatakan sering ikut kegiatan-kegiatan dengan masyarakat
sebelum sakit. Klien berharap setelah di lakukan perawatan, dirinya cepat sembuh
dan bisa pulang ke rumah lagi dan beraktifitas seperti biasanya.
3.1.7. Riwayat Spiritual
Klien mengatakan beragama Kristen, klien mengatakan sebelum sakit
sering mengikuti ibadah rutin ke gereja, klien mengatakan jika ada kegiatan
keagamaan klien akan ikut serta dalam kegiatan agama dan saat sakit klien hanya
ibadah diruang perawatan dengan membaca alkitab.
3.1.8. Aktivitas Sehari-hari
a. Nutrisi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit selera makan klien baik,
makan sehari 3-4 kali satu porsi dihabiskan, klien mengatakan sebelum sakit klien
memakan apa saja, tidak ada pantangan makanan, klien mengatakan menyukai
semua jenis makanan, klien mengatakan sebelum sakit tidak ada pantangan
apapun, klien mengatakan sebelum sakit tidak ada pembatasan pola makan, klien
mengatakan sebelum sakit klien bisa makan sendiri tanpa di bantu keluarga, klien
mengatakan sebelum makan selalu membaca doa.
Saat Sakit : Klien mengatakan selama sakit nafsu makan tetap baik, makan
yang disediakan oleh rumah sakit di habiskan klien mengatakan sering merasa
lapar, Klien mengatakan selama sakit hanya makan bubur, dan klien diet gula,
klien mengatakan selama sakit makan nya tetap di habiskan dengan 25-30 kalori,
klien mengatakan menyukai semua makanan, namun selama sakit klien makan
makanan yang disediakan oleh rumah sakit, selama sakit klien mengatakan

25
banyak makanan yang harus dikurangi, seperti yang mengandung terlalu banyak
gula, klien mengatakan tidak ada pembatasan pola makan, klien mengatakan
selama sakit dan dirawat dirumah sakit klien makan di bantu oleh istri, klien
mengatakan sebelum makan selalu membaca doa.
b. Cairan
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien sering minum kopi
dan jarang minum air putih, klien mengatakan sebelum sakit klien meminum air
putih sesuai dengan kegiatan yang dilakukan, klien mengatakan minum secara
mandiri menggunakan gelas.
Saat Sakit : Klien mengatakan hanya dianjurkan untuk minum air putih, klien
mengatakan minum dengan rutin 400 cc, Selama sakit klien minum dibantu
dengan istri nya, klien terpasang infus RL 500 ML 20 tpm.
Balance Cairan intake-output
Intake per 24 jam Minum 400 cc
Infus 500 cc
Injeksi obat 600,22
Air metabolik 260 cc
Total 1.760.22 cc
Output per 24 jam Urine 1000 cc
IWL 32,5 cc
Total 1.033.5
Balance Cairan Intake – output (1.760.22 cc – 1.033.5 cc hasil 726,72)
c. Eliminasi (BAB & BAK)
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien BAB & BAK di wc
secara mandiri, klien mengatakan BAB lancar setiap pagi hari dan BAK lebih dari
4 kali, klien mengatakan sebelum sakit warna urine kuning bening dan tidak ada
rasa sakit pada saat BAK, klien mengatakan tidak mengalami kesulitan saat BAB
dan BAK.
Saat Sakit : Klien mengatakan jarang BAB 2 kali sehari konsistensi cair,
berampas dan berwarna kecoklatan, klien tidak mengalami kesulitan BAB, Klien
BAK 5 kali sehari urine berwarna sedikit jernih tidak ada keluhan sakit selama
BAK dan tidak ada bau.

26
d. Istirahat Tidur
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit jarang tidur siang karna
klien kerja sampai sore dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore, Klien mengatakan
sebelum sakit tidur klien teratur, 6-8 jam sehari, klien mengatakan sebelum sakit
klien tidur teratur, pada jam 21.00 atau 22 : 00 WITA klien sudah tidur, klien
mengatakan sebelum tidur biasanya membaca doa tidur terlebih dulu, klien
mengatakan sebelum sakit klien tidak mengalami kesulitan tidur.
Saat Sakit : Klien mengatakan selama sakit klien susah tidur, tidur siang
maupun tidur malam. Klien tidur hanya 4- 5 jam saja, klien mengatakan pola tidur
tidak teratur, klien sulit untuk tidur, klien mengatakan mengeluh istirahat tidak
cukup, klien mengatakan tidurnya tidak puas, klien hanya menutup mata namun
susah untuk tidur klien mengatakan sering merasa ngatuk, klien mengatakan klien
sulit tidur klien terlihat sering menguap, klien terlihat gelisah, klien tampak
mengantuk, mata klien tampak merah, kantong mata klien tampak hitam.
e. Olahraga
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien jarang berolahraga
karna klien sibuk bekerja, klien mengatakan sebelum sakit klien biasanya berjalan
sandiri, klien mengatakan sehabis olahraga tubuh klien terasa bugar
Saat Sakit : Klien tidak bisa bangun dari tempat tidur di karenakan luka
operasi pada kaki kiri dan kaki kanannya, klien hanya terbaring lemah.
f. Personal Hygiene
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit klien selalu mandi 2xsehari,
klien selalu mandi sendiri di kamar mandi, klien mengatakan sebelum sakit klien
keramas setiap hari 2x sehari dan klien bisa keramas sendiri, klien mengatakan
sebelum sakit rutin mengguting kuku sendiri seminggu sekali, klien mengatakan
sebelum sakit klien menggosok sendiri gigi 3x sehari.
Saat Sakit : Klien mengatakan tidak pernah mandi karna klien tidak bisa
bangun dari tempat tidur, klien hanya di seka oleh keluarga nya di tempat tidur,
klien terlihat kusam, klien mengatakan tidak pernah mencuci rambut dikarnakan
klien tidak bisa bangun dari tempat tidur, klien mengatakan belum ada
menggunting kuku, klien mentakan belum ada menyikat gigi nya.

27
g. Aktivitas/mobilitas fisik
Sebelum Sakit : Klien mengatakan sebelum sakit selalu melakukan aktivitas
setiap hari karna klien bekerja, klien mengatakan sebelum sakit klien bisa berjalan
sendiri tidak menggunakan alat bantu, klien mengatakan sebelum sakit klien tidak
merasakan adanya kesulitan menggerakkan bagian tubuhnya.
Saat Sakit : Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur karna klien
lemah, klien mengatakan masih dapat bergerak secara mandiri di atas tempat tidur
seperti miring kiri dan kanan, klien sulit menggerakkan kedua kaki nya karena
adanya luka operasi, klien dapat menggerakkan tangannya namun secara perlahan.
h. Rekreasi
Sebelum Sakit : Klien mengatakan hari libur kerja klien bekerja bakti
disekitar lingkungannya, klien mengatakan sebelum sakit jika ada waktu libur
klien menggunakannya untuk berkumpul dengan keluarga.
Saat Sakit : Klien hanya terbaring lemas tempat tidur, klien hanya terbaring
lemas ditempat tidur.
3.1.9 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum klien : Compos Mentis
b. Tanda-tanda Vital
Tekanan Darah (120 / 75 mmHg)
Nadi (110x/menit)
Respirasi (20x/menit)
Suhu (36,6 °C)
d. Antopometri
Tinggi Badan (163 cm)
Berat Badan (52 kg)
IMT) = 52 = 19,57 BB Normal
(1,63)²
e. Sistem Pernafasan
Inspeksi : Hidung simetris, terdapat sekret, bentuk dada normo chest, gerakan
dada simetris tidak ada retraksi dinding dada.
Palpasi : Tidak ada tumor pada leher

28
Perkusi : Bagian lapang paru terdengar suara sonor, ICS 2 mid clavicula sinistra
terdengar pekak, taktil fremitus hasil getaran saat menyebutkan tujuh puluh tujuh
dan sembilan puluh sembilan getarannya sama.
Auskultasi : Bunyi nafas vesikuler, terdapat bunyi napas tambahan (ronkhi)
f. Sistem Cardiovaskular
Inspeksi : Konjuntiva tampak pucat, ictus cordis tidak terlihat
Perkusi : posisi jantung berada disebelah kiri batas jantung dari ICS 2 sampai
dengan ICS 5
Auskultasi : irama jantung teratur, suara jantung S1 Lup S2 Dup, tidak terdapat
bunyi jantung tambahan
g. Sistem Pencernaan
Inspeksi : Sklera tidak ikterik, bibir tampak kering dan pecah-pecah,kemampuan
menelan baik.
Auskultasi : Bising usus 10x/menit
Palpasi : Tidak terdapat nyeri tekan pada semua region Perkusi Dullnes
h. Sistem Penginderaan
Inspeksi : Kelopak mata simetris, penyebaran bulu mata merata, terdapat sekret di
hidung, keadaan daun telinga bersih, terdapat serumen di kanal auditorius
i. Sistem Persarafan
1. Fungsi Cerebral : Klien masih dapat mengingat dengan baik
a. Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, perhatian dan perhitungan baik,
bahasa Indonesia
b. Tingkat kesadaran : composmentis
GCS : 15 E : 4V : 5 M : 6
2. Fungsi Cranial
1. N.I (olfaktori) Fungsi: saraf sensorik, untuk penciuman
Klien dapat membedakan bau minyak kayu putih dan parfum
2. N.II (optikus) Fungsi: saraf sensorik, untuk penglihatan
Klien mengalami penurunan penglihatan dan menggunakan alat bantu baca
yaitu kaca mata.
3. N.III (okulomotorius) Fungsi: saraf motorik, respon pupil mata Pupil isokor
4. N.IV (trokhlearis) Fungsi: saraf motorik, untuk pergerakan bola mata

29
Klien dapat menggerakkan bola mata ke segala arah.
5. N.V (trigeminus) Fungsi: saraf motorik, gerakan rahang, sensasi wajah, lidah
dan gigi, refleks korenea dan refleks kedip.
Klien dapat membuka mulut dengan lebar, klien dapat menutup mulut, klien
dapat mengunyah dengan perlahan dan dapat menggerakkan rahang ke bawah.
Reflex kedip pada saat menyentuh korena mata dengan kapas. Dan klien dapat
merasakan sentuhan pada pupil dan dahi.
6. N.VI (abdusen) cara pemeriksaan sama dengan N.V (trigeminius)
7. N.VII (fasialis) Fungsi: saraf motorik, untuk ekspresi wajah
Klien dapat mengangkat alis, klien dapat memejamkan mata, klien dapat
mengkerutkan dahi.
8. N.VIII (vestibulokokhlearis) Fungsi: saraf sensorik, untuk pendengran dan
keseimbangan
Klien dapat mendegarkan detak jam tangan, klien tidak dapat berjalan.
9. N.IX (glosofaringeus) Fungsi: saraf sensorik dan motorik, untuk sensasirasa
Klien dapat membedakan rasa manis dan asam
10. N .X (vagus) Fungsi: saraf sensorik dan motorik, refleks muntah dan menelan
Klien terdapat reflex mual saat menyentuh faring posterior
11. N.XI (asesorius) Fungsi: saraf motorik, untuk menggerakan bahu
Klien dapat mengangkat bahu.
12. N.XII (hiplogosus) Fugsi: saraf motorik, untuk gerakan lidah simetris
Klien dapat menjulurkan lidah dan menarik dengan cepat.
Fungsi sensorik : Dapat merasakan sentuhan nyeri
j. Sistem Muskuloskeletal
Inspeksi : Tidak ada bengkak pada lutut dan kaki, klien tidak bisa berjalan
karena karena luka operasi, pada kaki kiri terdapat 3 jari yang telah di
amputasi dan pada kaki kanan terdapat lubang di bagian tumit.
Kekuatan otot :
5 5
2 2

30
k. Sistem Integumen
Inspeksi : Rambut klien berwarna hitam tidak merata, tidak mudah tercabut,
penyebaran pertumbuhan rambut merata, warna kulit sawo matang, kulit
kering, bulu kulit berkurang (tipis), terdapat luka operasi pada bagian kaki kiri
dan kaki kanan, pada kaki kiri lebar luka 7 cm kedalaman 1 cm l, warna merah
terdapat pus, luka mengeluarkan bau tidak sedap, pada kaki kanan lebar luka 4
cm kedalamam 3 cm, warna dasar luka putih dan terdapat pus, luka
mengeluarkan bau tidak sedap.
Palpasi : Daerah sekitar luka teraba hangat
l. Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, paratiroid, getah bening, suhu 36,6°c.
Anak klien mengatakan klien mengidap penyakit diabetes melitus 7 tahun
yang lalu. Istri klien mengatakan sebelum terkena diabetes melitus klien sering
makan-makanan manis dan sering buang air kecil (BAK).
m. Sistem Perkemihan
Istri klien mengatakan klien buang air kecil dari pagi sampai siang sebanyak
1200 mL/6jam, dengan konsistensi urine berwarna kuning.
n. Sistem Reproduksi
Tidak dilakukan pemeriksaan fisik reproduksi pada klien.
o. Sistem Imun
Istri klien mengatakan klien tidak memiliki alergi terhadap makanan, obat-
obat, cuaca, debu, dan bulu binatang.

31
3.1.10 Pemeriksaan Penunjang/Tes Diagnostik
a. Laboratorium
Tanggal pemeriksaan : 06-04-2021
Tabel 3.1 Hasil laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Rujukan
Elektrolit
Natrium darah 127.71 mmol/L 132-146
Kalium darah 4,52 mmol/L 3,7-5,4
Chloride darah 80,88 mmol/L 98-106
Glukosa sewaktu serum
Gula darah sewaktu 333 Mg/dL <160
Hema automatic 3 Diff/darah rutin
Hb (HGB) 9,8 g/dl L = 14-18 P=
12-16
Leukosit (WBC) 7.300 ribu/cc 4.000-11.000
Eritrosit (RBC) 3,49 juta/cc L = 4.5-6.5 P
= 3.0-6.0
Trombosit (PLT) 263,000 ribu/cc 150.000-
450.000
Hit. Jenis : Basofil - % 0-1
Hit. Jenis : Eosinofil - % 1-3
Hit. Jenis : Neotrofil 79.0 % 50-70
Hit. Jenis : Limfosit 16.1 % 20-40
Hit. Jenis : Monosit 4.9 % 2-8
Hematokrit (HCT) 28.6 % L = 40-48 P =
37-43
MCV 82.2 fL 82,9 – 92, 9
MCH 28.0 pg 27,0-33,0
MCHC 34.2 g/dl 30.1-38.1

32
3.1.11 Terapi Saat Ini
Obat oral
Maltiron 1 Tablet (3x1)
CpZ 1 Tablet (2x1)
Obat injeksi
RL 20 tpm (IV)
Drip Brocombin 1 am / 24 jam (IV)
Drip PCT 1 gr / 8 jam (IV)
Flucenazola 400 mg / 24 jam (IV)
Novorapid 8 IU/ SC
Lavemir 14 IU/ SC
3.2 Klasifiaksi Data
3.2.1 Data Subjektif
1) Klien mengatakan nyeri dibagian kaki kiri dan kaki kanan
2) Kien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri dirasakan di daerah
luka bekas operasi bagian kaki kiri dan kaki kanan
3) Klien mengatakan sudah 3 hari merasakan nyeri tersebut
4) Klien mengatakan skala nyeri 4
5) Klien mengatakan nyeri bertambah saat kien menggerakkan kakinya dan
nyeriberkurang saat klien tidak menggerakkan kakinya
6) Klien mengatakan nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit
7) Klien mengatakan merasa lemah
8) Klien mengatakan sering merasa mengantuk
9) Klien mengatakan sering merasa haus
10) Klien mengatakan tidur sering terbangun- bangun
11) Klien mengatakan tidur siang hanya 1 jam dan tidur malam hanya 4-5 jam
12) Klien mengatakan mengeluh istirahat tidak cukup
13) Klien mengatakan tidurnya tidak puas
14) Klien mengatakan sering merasa lapar

33
15) Istri klien mengatakan klien masih sering mengkonsumsi makanan yang dapat
memicu meningkatnya gula darah klien
16) Klien mengetahui bahwa klien tidak boleh mengkonsumsi makanan tersebut
secara berlebihan.
17) Selama sakit klien mengatakan tidak pernah mandi karna klien tidak bisa
bangundari tempat tidur
18) Selama sakit klien mengatakan tidak pernah mencuci rambut dikarnakan klien
tidakbisa bangun dari tempat
19) Selama sakit klien mengatakan belum ada menggunting kuku
20) Selama sakit klien mentakan belum ada menyikat gigi nya
21) Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur karna klien lemah
22) Klien mengatakan sulit menggerakkan kedua kaki nya karena adanya luka operasi
23) Klien dapat menggerakkan tangannya namun secara perlahan
24) Klien tidak bisa berjalan karena karena luka operasi
3.2.2 Data Objektif
1) Klien tampak sering meringis
2) Klien tampak bersikap protektif atau waspada serta posisi menghindari nyeri
3) Tekanan darah : 132/69 mmHg
4) GDS : 330 mg/dl
5) Klien tampak dibantu orang lain saat ingin beraktivitas
6) Klien terlihat sering menguap
7) Terdapat luka operasi pada bagian kaki kiri dan kaki kanan, pada kaki kiri lebar
luka 7 cm kedalaman 1 cm, warna merah terdapat pus, luka mengeluarkan bau
tidak sedap, pada kaki kanan lebar luka 4 cm kedalamam 3 cm, warna dasar luka
putih dan terdapat pus, luka mengeluarkan bau tidak sedap.
8) Ekstermitas bawah kiri dan kanan terlihat terbalut verban
9) Verban terdapat darah dan pus
10) Klien tampak gelisah
11) Klien tampak menghindari posisi nyeri
12) Frekuensi nadi meningkat yaitu 110x/menit

34
13) Klien terlihat gelisah
14) Klien mengantuk
15) Mata klien tampak merah
16) Kantong mata klien tampak hitam
17) Luka berbau
18) Klien tampak lemah
19) Perilaku klien tidak mengikuti anjuran (Makan makanan tanpa memperhatikan
diet Diabetes Melitus nya)
20) Klien terlihat kusam
21) Kekuatan otot :
5 5
2 2
3.3 Analisa Data
3.3.1 Pengelompokan Data 1
3.3.1.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan merasa lelah
2. Klien mengatakan sering merasa mengantuk
3. Klien mengatakan sering merasa haus
4. Klien mengatakan sering merasa lavar
3.3.1.2 Data Objektif
1. GDS : 330 mg/dl
2. Klien tampak lemah
Masalah : Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Etiologi : Resistensi insulin
3.3.2 Pengelompokan Data 2
3.3.2.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan nyeri dibagian kaki kiri dan kaki kanan
2. Kien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum, nyeri dirasakan hanya pada
bagian telapak kaki dan jari kaki.
3. Klien mengatakan sudah 3 hari merasakan nyeri tersebut

35
4. Skala nyeri 4
5. Klien mengatakan nyeri bertambah saat kien menggerakkan kakinya dan nyeri
berkurang saat klien tidak menggerakkan kakinya.
6. Klien mengatakan nyeri hilang timbul sekitar 3-5 menit.
3.3.2.2 Data Objektif
1. Klien tampak sering meringis
2. Klien tampak gelisah
3. Klien tampak menghindari posisi nyeri
4. Frekuensi nadi meningkat yaitu 110x/menit
5. Tekanan darah : 132/69 mmHg
Masalah : Nyeri Akut
Etiologi : Agen pencedera fisiologis
3.3.3 Pengelompokan Data 3
3.3.3.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan luka operasi mengelurakan darah dan pus.
3.3.3.2 Data objektif
1. Ekstermitas bawah kiri dan kanan terlihat terbalut verban
2. Verban terdapat darah dan pus
3. Terdapat luka operasi pada bagian kaki kiri dan kaki kanan, pada kaki kiri lebar
luka 7 cm kedalaman 1 cm, warna merah terdapat pus, luka mengeluarkan bau tidak
sedap, pada kaki kanan lebar luka 4 cm kedalamam 3 cm, warna dasar luka putih dan
terdapat pus, luka mengeluarkan bau tidak sedap.
Masalah : Gangguan integritas kulit
Etiologi : Neuropati perifer
3.3.4 Pengelompokan Data 4
3.3.4.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan tidak bisa bangun dari tempat tidur karna klien lemah
2. Klien mengatakan sulit menggerakkan kedua kaki nya karena adanya luka operasi
3. Klien dapat menggerakkan tangannya namun secara perlahan
4. Klien tidak bisa berjalan karena karena luka operasi

36
3.3.4.2 Data Objektif
1. Klien tampak dibantu orang lain saat ingin beraktivitas
2. Klien tampak lemah
3. Kekuatan Otot :

5 5

2 2

Masalah : Gangguan mobilitas fisik


Etiologi : Penurunan kekuatan otot
3.3.5 Pengelompokan Data 5
3.3.5.1 Data Subjektif
1. Klien mengatakan kesulitan untuk tidur
2. Klien mengatakan sering terbangun- bangun
3. Klien mengatakan mengeluh istirahat tidak cukup
4. Klien mengatakan tidurnya tidak puas
5. Klien mengatakan tidur siang hanya 1 jam dan tidur malam hanya 4-5 jam
3.3.5.2 Data Objektif
1. Klien terlihat lemah
2. Klien terlihat sering menguap
3. Klien terlihat gelisah
4. Klien tampak mengantuk
5. Mata klien tampak merah
6. Kantong mata klien tampak hitam
Masalah : Gangguan pola tidur
Etiologi : Kurang kontrol tidur (nyeri)
3.3.6 Pengelompokan Data 6
3.3.6.1 Data subjektif
1. Istri klien mengatakan klien masih sering mengkonsumsi makanan yang dapat
memicu meningkatnya gula darah klien

37
2. Klien mengetahui bahwa klien tidak boleh mengkonsumsi makanan tersebut
secara berlebihan.
3. Klien tidak mengikuti anjuran
3.3.6.2 Data Objektif
1. Perilaku klien tidak mengikuti anjuran (Makan makanan tanpamemperhatikan diet
diabetes melitus nya)
Masalah : Ketidak patuhan
Etiologi : Ketidak adekuatan pemahaman (kurang motivasi diri sendiri)
3.3.7 Pengelompokkan Data 7
3.3.7.1 Data Subjektif
1. Selama sakit klien mengatakan tidak pernah mandi karna klien tidak bisa bangun
dari tempat tidur
2. Selama sakit klien mengatakan tidak pernah mencuci rambut
dikarnakan klien tidak bisa bangun dari tempat
3. Selama sakit klien mengatakan belum ada menggunting kuku
4. Selama sakit klien mentakan belum ada menyikat gigi nya
3.3.7.2 Data Objektif
1. Klien tampak kusam
Masalah : Defisit perawatan diri
Etiologi : Kelemahan

38
3.4 Penyimpangan KDM

Usia 58

Gaya Hidup

Makanan Manis
Tidak mengikuti
diet diabetes
melitus Ketidak Stabilan Kadar
Hiperglikemia
Glukosa Dalam Darah
Ketidak Patuhan
DM Tipe 2
Kelemahan

Glukosuria
Gangguan
Mobilitas Fisik

Mikrivaskuler Makrovaskule
Defisit
r
Perawatan Diri
Ginjal Kerusakan Vasikuler

Ginjal tidak dapat Neuropati ferifer


reabsorbsi glukosa
Ulkus di kaki kiri dan
kanan
Kerusakan
glomerulus ginjal
Gangguan Integritas
Kulit

Gangguan Pola Tidur Nyeri Akut

Bagan 3.2 Penyimpangan KDM Tn. A

39
3.5 Diagnosa keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
3. Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
5. Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur (Nyeri)
6. Ketidak patuhan b.d Ketidak adekuatan pemahaman (Kurang motivasi dirisendiri)
7. Deficit perawatan diri b.d kelemahan
3.6 Intervensi Keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 30 menit, diharapkan kestabilan
kadar glukosa darah meningkat dengan kriteria hasil :
a. Dapat mengontrol kadar glukosa darah
b. Gula darah dalam batas normal
c. Klien dapat mengatur pola makan
Intervensi :
1) Monitor kadar glukosa darah
2) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (misalnya, Polyuria, polydipsia, polifagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala).
3) Berikan asupan cairan oral
4) Anjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
5) Anjurkan kepatuhan diet
6) Kolaborasi pemberian insulin
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka nyeri diharapkan
menurun dengan kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri terkontrol
b. Kemampuan mengenali penyebab nyeri

40
c. Skala nyeri menurun dengan skala 1
d. Klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri (Teknik RND)
e. Tidak tampak meringis
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,intensitas nyeri.
2) Identifikasi skala nyeri
3) Berikan posisi yang nyaman untuk klien
4) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (terapi musik)
5) Ajarkan teknik RND
6) Kolaborasi pemberian obat analgetik
3. Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka integritas kulit
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Kerusakan lapisan kulit menurun
b. Perawatan luka klien terjaga
c. Luka klien tetap tertutup
d. Klien terlihat tetap nyaman
Intervensi :
1) Monitor karakteristik luka
2) Berikan perawatan luka ( GV)
3) Pertahankan teknik steril pada saat melakukan perawatan luka
4) Jelaskan tanda dan gejala infeksi
5) Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
6) Kolaborasi pemberikan obat antibiotik
4. Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3x24 jam, maka mobilitas fisik
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Klien meningkat dalam aktifitas fisik

41
b. Mengerti tujuan dari peningkatan mobilisasi
c. Kekuatan otot meningkat
d. Nyeri berkurang dengan skala nyeri 2
Intervensi :
1. Identifikasi adanya nyeri
2. Fasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (misalnya, Pagar tempat tidur)
3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
4. Jelaskan tujuan mobilisasi
5. Anjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (misalnya, Duduk ditempat
tidur, duduk disisi tempat tidur)
6. Kolaborasi pemberian obat
5. Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur (Nyeri)
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 25 menit, maka pola tidur membaik
dengan kriteria hasil :
a. Keluhan sulit tidur menurun
b. Keluhan sering terjaga menurun
c. Keluhan tidak puas tidur menurun
d. Klien tidur cukup 6-8 jam
Intervensi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Identifikasi faktor penggangu tidur
3) Modifikasi lingkungan
4) Lakukan prosedur untuk meningkatkan kenyamanan (misalnya, Pengaturan posisi)
5) Jelaskan penting nya tidur cukup selama sakit
6. Ketidak patuhan b.d Ketidak adekuatan pemahaman (Kurang motivasi diri
sendiri)
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 25 menit, maka tingkat kepatuhan
meningkat dengan kriteria hasil :

42
a. Klien dapat mematuhi anjuran diet diabetes melitus
b. Klien memperlihatkan perilaku menjalankan anjuran pengobatan
Intervensi :
1) Identifikasi kepatuhan menjalani program pengobatan
2) Buat komitmen menjalani program pengobatan dengan baik
3) Libatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
4) Informasikan pengobatan yang harus dijalani
5) Informasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program
pengobatan
7. Deficit perawatan diri b.d kelemahan
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 50 menit, maka perawatan diri
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Klien terlihat rapih dan bersih
b. Klien sikat gigi,cuci rambut dan gunting kuku
c. Klien dapat berganti pakaian, dan seka seka badan
Intervensi :
1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
2) Monitor tingkat kemandirian
3) Sediakan lingkungan trapeutik (Suasana hangat, rileks, dan privasi)
4) Dampingi keluarga dalam melakukan perawatan diri kepada klien
5) Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten.
3.7 Implementasi Keperawatan
3.7.1 Rabu, 07 April 2021
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin
a. Pukul 09.00
Memonitor kadar glukosa darah
Subjektif : Klien mengatakan kadar glukosa darahnya meningkat
Objektif : GDS 330 mg/DL

43
b. Pukul 09. 05
Memonitor tanda dan gejala hiperglikemia (Polyuria, polydipsia, polyfagia,
kelemahan, malaise, pandangan kabur, sakit kepala)
Subjektif : Klien mengatakan sering minum dan BAK 5 kali sehari
Objektif : Klien tampak lemah
c. Pukul 09. 10
Memberikan cairan oral
Subjektif : Klien mengatakan haus
Objektif : Klien diberikan minum air putih 2 liter sehari
d. Pukul 09. 15
Menganjurkan monitor kadar glukosa darah secara mandiri
Subjektif : Klien mengatakan akan rajin memeriksa glukosa darahnya
Objektif : Klien tampak rutin memeriksa glukosa darahnya
e. Pukul 09.20
Menganjurkan kepatuhan diet
Subjektif : Klien mengatakan akan mengikuti diet Diabetes melitusnya
Objektif : Klien tampak mengikuti anjuran diet yang telah diberikan
f. Pukul 09. 30
Kolaborasi pemberian insulin
Subjektif : Klien mengatakan gula darahnya menurun setelah diberikan insulin
Novorapid 8 IU/SC
Objektif : 198 mg/DL
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
a. Pukul 10. 00
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
Subjektif : Klien mengatakan nyeri di bagian kaki kiri dan kaki kanan, klien
mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk jarum, nyeri dirasakan di daerah bekas
operasi bagian kaki kiri dan kaki kanan, klien mengatakan sudah 3 hari merasakan
nyeri tersebut, klien mengatakan nyeri bertambah saat klien menggerakkan kakinya

44
dan nyeri berkurang saat klien tidak menggerakkan kakinya, klien mengatakan nyeri
dirasakan hilang timbul sekitar 3-5 menit.
Objektif : Klien tampak meringis
b. Pukul 10. 05
Mengidentifikasi skala nyeri
Subjektif : Klien mengatakan skala nyeri 4
Objektif : Klien tampak meringis
c. Pukul 10. 10
Memberikan posisi yang nyaman untuk klien
Subjektif : Klien mengatakan posisi nyamannya adalah berbaring
Objektif : Klien diberikan posisi berbaring
d. Pukul 10. 15
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Terapi musik)
Subjektif : Klien mengatakan suka mendengarkan musik rohani saat nyeri kakinya
muncul
Objektif : Klien tampak rileks saat mendengarkan music rohani
e. Pukul 10. 20
Mengajarkan teknik RND
Subjektif : Klien mengatakan mengerti bagaimana cara mengontrol nyeri dengan
teknik RND
Objektif : Klien dapat mempraktekkan bagaimana cara mengontrol nyeri dengan
teknik RND
f. Pukul 10. 25
Kolaborasi pemberian obat analgetik
Subjektif : -
Objektif : Klien diberikan obat Drip PCT 1 gram (IV)
3) Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
a. Pukul 10. 30
Monitor karakteristik luka
Subjektif : -

45
Objektif : Kaki kiri dan kaki kanan klien terdapat luka, kaki kiri klien terdapat 3 jari
yang di amputasi dengan panjang 7 cm kedalaman 1 cm luka berwarna merah
mengeluarkan darah dan pus, luka berbau busuk dan kaki kanan terdapat lubang
dengan panjang 4 cm kedalaman 3 cm berwarna merah mengeluarkan darah dan pus,
luka berbau busuk.
b. Pukul 10. 35
Memberikan perawatan luka (GV)
Subjektif : Klien mengatakan setiap pagi luka klien selalu di bersihkan dan di ganti
verbannya
Objektif : perawatan luka (GV) dilakukan setiap 1 hari sekali jam 09.10 pagi
c. Pukul 10. 40
Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Subjektif : -
Objektif : Perawatan luka dilakukan dengan menggunakan alat steril
d. Pukul 10. 45
Mengajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka bekas operasi
Subjektif : Klien mengatakan mengerti cara memeriksa kondisi luka
Objektif : Klien dapat menjelaskan bagaimana cara memeriksa kondisi luka
e. Pukul 10. 50
Berkolaborasi pemberian obat analgetik
Subjektif : -
Objektif : Klien diberikan Flucenazola 400 mg (IV)
4) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
a. Pukul 11. 00
Mengidentifikasi adanya nyeri
Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada kaki kiri dan kaki kanan
Objektif : Klien tampak kesulitan brgerak karena nyeri kaki kiri dan kaki kanan
b. Pukul 11. 05
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (Pagar tempat tidur)
Subjektif : Klien mengatakan ingin duduk

46
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur sambil memegang pagar tempat tidur
c. Pukul 11. 10
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Subjektif : Klien mengatakan ketika ingin duduk dibantu oleh keluarga
Objektif : Klien tampak dibantu oleh keluarganya saat ingin bergerak
d. Pukul 11. 15
Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (duduk ditempat tidur atau
duduk disisi tempat tidur)
Subjektif : Klien mengatakan ingin duduk
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur di bantu keluarga
e. Pukul 11. 20
Berkolaborasi pemberian obat
Subjektif : -
Objektif : Klien diberikan obat Drip Biocombin 1 ampul (IV)
5) Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur (Nyeri)
a. Pukul 11. 25
Mengidentifikasi pola aktivitas tidur
Subjektif : Klien mengatakan tidurnya tidak puas dan klien kesulitan untuk tidur
Objektif : Klien tampak mengantuk
b. Pukul 11. 30
Mengidentifikasi faktor pengganggu tidur
Subjektif : Klien mengatakan sulit tidur karena nyeri kaki kiri dan kaki kanannya
Objektid : Klien tampak gelisah
c. Pukul 11. 35
Memodifikasi lingkungan
Subjektif : Klien mengatakan tidur lebih nyaman jika lampu dimatikan
Objektif : Klien tampak tidur dengan nyaman
d. Pukul 11. 40
Melakukan prosedur agar meningkatkan kenyamanan (pengaturan posisi)

47
Subjektif : Klien mengatakan posisi nyamannya saat tidur adalah berbaring telentang
dengan bagian kaki kiri dan kaki kanan di tinggikan
Objektif : Klien tampak nyaman
e. Pukul 11. 45
Menjelaskan pentingnya tidur yang cukup selama sakit
Subjektif : Klien mengatakan mengerti manfaat tidur yang cukup selama sakit
Objektif : Klien dapat menjelaskan manfaat tidur yang cukup selama sakit
6) Ketidak patuhan b.d Ketidak adekuatan pemahaman (Kurang motivasi diri
sendiri)
a. Pukul 11. 50
Mengidentifikasi kepatuhan dalam menjalani program pengobatan
Subjektif : -
Objektif : Klien tidak patuh dengan diet Diabetes Melitusnya
b. Pukul 11. 55
Membuat komitmen selama menjalani program pengobatan dengan baik
Subjektif : Klien mengatakan akan mengikuti diet Diabetes Melitusnya
Objektif : Klien dapat mengikuti anjuran diet Diabetes Melitusnya
c. Pukul 11. 60
Melibatkan keluarga untuk mendukung program pengobatan yang dijalani
Subjektif : Klien mengatakan keluarganya selalu mengingatkannya tentang diet
Diabetes Melitusnya
Objektif : Keluarga klien tampak menjaga pola makan klien
d. Pukul 12.00
Menginformasikan pengobatan yang harus dijalani
Subjektif : Klien mengatakan mengerti pengobatan apa saja yang sedang dijalaninya
Objektif : Klien tampak mengikuti pengobatan dengan baik
e. Pukul 12. 05
Menginformasikan manfaat yang akan diperoleh jika teratur menjalani program
pengobatan

48
Subjektif : Klien mengatakan mengerti manfaat jika teratur menjalani program
pengobatan
Objektif : Klien dapat menyebutkan manfaat teratur menjalani program pengobatan
7) Deficit perawatan diri b.d kelemahan
a. Pukul 12. 10
Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia
Subjektif : Klien mengatakan tidak dapat beraktivitas dan tidak dapat melakukan
pearwatan diri
Objektif : Klien tampak berbaring lemah di tempat tidur
b. Pukul 12. 20
Memonitor tingkat kemandirian
Subjektif : Klien mengatakan kesulitan bergerak
Objektif : -
c. Pukul 12. 30
Menyediakan lingkungan terapeutik (Suarana hangat, rileks, privasi)
Subjektif : Klien mengatakan kedinginan
Objektif : Menurunkan temperatur AC, menganjurkan klien agar tetap rileks dan
menutup tirai korden agar menjaga privasi klien.
d. Pukul 12. 40
Mendampingi keluarga dalam melakukan pearwatan diri kepada klien
Subjektif : -
Objektif : Membantu keluarga dalam melakukan pearwatan diri
e. Pukul 12. 50
Menganjurkan melakukan pearawatan diri secara konsisten
Subjektif : Istri klien mengatakan akan melakukan perawatan diri untuk klien setiap
pagi dan sore
Objektif : Klien tampak rapi dan bersih

49
3.7.2 Kamis, 08 April 2021
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
a. Pukul 10. 00
Mengidentifikasi skala nyeri
Subjektif : Klien mengatakan skala nyeri berkurang dengan skala nyeri 3
Objektif : -
b. Pukul 10. 10
Memberikan posisi yang nyaman untuk klien
Subjektif : Klien mengatakan posisi nyamannya adalah berbaring
Objektif : Klien diberikan posisi berbaring
c. Pukul 10. 15
Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (Terapi music)
Subjektif : Klien mengatakan selalu mendengarkan musik rohani saat nyeri kakinya
muncul
Objektif : Klien tampak rileks saat mendengarkan musik rohani
d. Pukul 10. 20
Mengajarkan teknik RND
Subjektif : Klien mengatakan setiap nyeri kakinya muncul klien selalu melakukan
tenik RND yang telah diajarkan
Objektif : Klien mengontrol nyeri dengan teknik RND
e. Pukul 10. 25
Kolaborasi pemberian obat analgetik
Subjektif : Klien mengatakan nyerinya berkurang
Objektif : Klien diberikan obat Drip PCT 1 gram (IV)
3) Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
a. Pukul 09. 00
Monitor karakteristik luka
Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada luka
Objektif : Luka terlihat kemerahan masih terdapat pus

50
b. Pukul 09. 10
Memberikan perawatan luka (GV)
Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada saat perawatan luka (GV)
Objektif : Luka tampak bersih setelah dibersihkan dan tidak terdapat pus
c. Pukul 09. 20
Mempertahankan teknik steril saat melakukan perawatan luka
Subjektif : -
Objektif : Perawatan luka dilakukan sesuai dengan prosedur
4) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
a. Pukul 11. 00
Mengidentifikasi adanya nyeri
Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang
Objektif : Klien tampak menggerakkan kaki kiri dan kaki kanan
b. Pukul 11. 05
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (Pagar tempat tidur)
Subjektif : Klien dapat duduk diatas tempat tidur masi di bantu oleh keluarganya
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur
c. Pukul 11. 10
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Subjektif : Klien mengatakan duduk masi dibantu oleh keluarga
Objektif : Klien di bantu keluarganya saat ingin bergerak
d. Pukul 11. 15
Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (Duduk ditempat tidur dan
duduk disisi tempat tidur)
Subjektif : Klien mengatakan ingin duduk
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur di bantu oleh keluarga
e. Pukul 11. 20
Berkolaborasi pemberian obat
Subjektif : -
Objektif : Klien diberikan obat Drip Biocombin 1 ampul (IV)

51
3.7.3 Jumat, 09 April 2021
2) Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
a. Pukul 08. 00
Mengidentifikasi skala nyeri
Subjektif : Klien mengatakan skala nyeri berkurang dengan skala nyeri 2
Objektif : Klien tampak rileks
3) Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
a. Pukul 08. 10
Monitor karakteristik luka
Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang
Objektif : Luka terlihat mulai mongering tidak terdapat pus dan tidak terlalu bau
b. Pukul 08. 20
Memberikan perawatan luka (GV)
Subjektif : Klien mengatakan tidak merasa nyeri pada saat perawatan luka (GV)
Objektif : Luka tampak bersih setelah dibersihkan dan tidak terdapat pus yang
tertinggal
4) Gangguan Mobilitas Fisik b.d Penurunan Kekuatan Otot
a. Pukul 08. 30
Mengidentifikasi adanya nyeri
Subjektif : Klien mengatakan nyeri berkurang
Objektif : Klien dapat menggerakkan kaki kiri dan kaki kanan dan dapat mengangkat
kakinya
b. Pukul 08. 40
Memfasilitasi aktivitas mobilisasi dengan alat bantu (Pagar tempat tidur)
Subjektif : Klien dapat duduk diatas tempat tidur secara mandiri
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur
c. Pukul 08. 50
Melibatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan
Subjektif : Klien mengatakan duduk tanpa dibantu keluarga
Objektif : Klien dapat bergerak secara mandiri

52
d. Pukul 08. 55
Menganjurkan mobilisasi sederhana yang harus dilakukan (Duduk ditempat tidur atau
duduk disisi tempat tidur)
Subjektif : Klien mengatakan ingin duduk
Objektif : Klien tampak duduk di tempat tidur tanpa dibantu keluarga
3.8 Evaluasi
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d Resistensi insulin
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 30
Subjektif : Klien mengatakan gula darahnya menurun
Objektif : GDS 198 mg/DL
Assessment : Masalah teartasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
2) Nyeri akut b.d Agen pencedera fisiologis
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 33
Subjektif : Klien mengatakan skala nyeri berkurang dengan skala 2
Objektif : Klien tampak rileks
Assessment : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
3) Gangguan integritas kulit b.d Neuropati perifer
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 35
Subjektif : -
Objektif : Luka tampak bersih, tidak terdapat pus dan tidak ada tanda-tanda infeksi
Assessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
4) Gangguan mobilitas fisik b.d Penurunan kekuatan otot
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 38

53
Subjektif : Klien mengatakan mamou duduk di tempat tidur dengan mandiri namun
secara pelan-pelan
Objektif : Klien tampak bangun dari tempat tidur dan duduk di tempat tidur
Assessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
5) Gangguan pola tidur b.d Kurang kontrol tidur (nyeri)
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 40
Subjektif : Klien mengatakan tidak sulit tidur dan tidur klien puas
Objektif : Klien tampak segar
Assessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
6) Ketidak patuhan b.d Ketidakadekuatan pemahaman (Kurang motivasi diri sendiri)
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 43
Subjektif : Klien mengatakan akan mematuhi anjuran diet Diabetes Melitusnya
Objektif : Klien tampak mengikuti diet Diabetes Melitusnya
Assessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)
7) Defisit perawatan diri b.d Kelemahan
Jumat, 09 April 2021
Jam 11. 45
Subjektif : Istri klien mengatakan akan memandikan klien setiap pagi dan sore dan
mengganti pakaian klien
Objektif : Klien tampak bersih dan rapi
Assessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan secara mandiri (Pasien pulang)

54
BAB 4
PEMBAHASAN

Bab ini penulis membahas tentang kesenjangan antara landasan teori asuhan
keperawatan dengan diagnosa medis Diabetes Melitus Tipe 2 pada Tn. A di Ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara mulai tanggal
07 April 2021 sampai 09 April 2021 dengan pendekatan proses keperawatan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan diagnosa medis
Diabetes Melitus Tipe 2, penulis menemukan beberapa kesenjangan antara landasan
teori Doengoes, Morhouse dan Geissler (2014), dengan tinjauan kasus. Maka dalam
bab ini, penulis membahas mulai dari tahap pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan pengumpulan data yang berhubungan
dengan pasien sacara sistematis pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien sesuai dengan fakta atau
kondisi yang ada pada klien (Doengoes, Morhouse dan Geissler, 2014).
Proses pengkajian pada Tn. A dengan diagnosa Diabetes Melitus di ruang
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan utara pada tanggal
07 April 2021 sampai dengan 09 April 2021. Penulis mendapatkan kesenjangan
karena tidak sesuai dengan hasil pengkajian yang didapatkan penulis dengan
pengkajian menurut Doengoes, Morhouse dan Geissler, (2014). Data pengkajian
tersebut disesuaikan dengan kondisi pasien dengan sistem observasi dan pemeriksaan
yang dilakukan secara holistik dan kompherensif sehingga bisa menghasilkan data
yang akurat. Data kesenjangan dimulai dari proses asuhan keperawatan pengkajian,
sebagai berikut :
a. Sirkulasi
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan Doengoes, Morhouse dan
Geissler (2014), pengkajian data pada pasien Diabetes Melitus terdapat tanda dan
gejala adanya riwayat hipertensi, kesemutan pada ekstremitas dan takikardi.
Perubahan tekanan darah postural : hipertensi, nadi yang menurun/tidak ada.

55
Hipertensi adalah kondisi saat tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg
atau diastolik sedikitnya 90 mmHg Nanda, (2015). Diabetes Melitus dan hipertensi
bisa terjadi secara bersamaan karena keduanya memiliki penyebab yang serupa.
Adapun penyebab yang terjadi pada keduanya, yaitu obesitas dan resistensi insulin.
Pada tubuh penderita Diabetes Melitus gula yang dibutuhkan oleh sel-sel tidak
menjadi energi yang dibutuhkan oleh tubuh. Jika tidak dapat diubah, gula akan
bertahan dan menumpuk di dalam aliran darah. Sedangkan penumpukan lemak dapat
membuat pembuluh darah menyempit dan aliran darah didalamnya tersumbat, hingga
akhirnya pembuluh darah menjadi mengeras. Kondisi ini disebut dengan
Aterosklerosis. Pada kondisi ini, jantung harus bekerja lebih keras untuk memompa
darah. Inilah yang kemudian menjadi penyebab hipertensi pada penderita Diabetes
Melitus (Nanda, 2015).
Pada hasil pengkajian pada Tn. A tidak ditemukan riwayat hipertensi dengan
tekanan darah 120/75 mmHg, tidak terjadi penurunan nadi.
b. Nyeri/kenyamanan
Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan Doengoes, Morhouse dan
Geissler (2014), pengkajian ditemukan gejala : Abdomen yang tegang/nyeri (sedang
atau berat), wajah meringis dengan palpasi : tampak sangat berhati hati. Nyeri
merupakan pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan denga kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat dan konstan. Pada hasil pengkajian Tn. A tidak terdapat abdomen
yang tegang/nyeri namun terdapat nyeri pada kaki kiri dan kaki kanan Tn. A.
c. Eliminasi
Eliminasi merupakan suatu proses pengeluaran zat-zat sisa yang tidak
diperlukan oleh tubuh. Berdasarkan konsep dasar asuhan keperawatan Doengoes,
Morhouse dan Geissler (2014), pengkajian ditemukan tanda dan gejala penurunan
frekuensi urine, polyuria,anuria (gagal tahap lanjut) ; abdomen kembung atau
konstipasi.

56
Setelah dilakukan pengkajian klien mengatakan BAK 5 kali sehari dengan
jumlah 1000 cc per 24 jam dengan urine berwarna sedikit jernih, klien mengatakan
BAB 2 kali sehari, hasil pengkajian tidak terdapat resiko konstipasi.
4.2 Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual atau
potensial. Label diagnosis keperawatan memberikan format untuk mengekspresikan
bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan (Doengoes, Morhouse dan
Geissler, 2014).
Berdasarkan hasil analisa data yang dirumuskan, maka penulis menyusun
diagnosa keperawatan pada Tn. A dengan Diabetes Melitus. Penulis mengangkat 7
diagnosa keperawatan terdapat 3 diagnosa keperawatan yang terdapat pada Tn. A dan
terdapat juga di teori dan 4 diagnosa yang terdapat pada Tn. A tetapi tidak ada dalam
teori dan 2 diagnosa yang terdapat pada teori tetapi tidak terdapat pada Tn. A.
Empat diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. A dengan Diabetes Melitus
terdapat di kasus praktik keperawatan namun tidak terdapat pada teori yaitu
(Doengoes, Morhouse dan Geissler, 2014) :
(1) Gangguan mobilitas fisik
Menurut PPNI (2015), gangguan mobilitas fisik adalah keterbatasan dalam
gerakan fisik dari satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Diagnosa ini tidak
terdapat pada teori tetapi terdapat pada pasien karena disesuaikan dengan gejala dan
tanda minor yang yang dimiliki Tn. A yaitu : Klien mengatakan tidak bisa bangun
dari tempat tidur, karna klien lemah, Klien mengatakan sulit menggerakkan kedua
kaki nya karena adanya luka bekas operasi dan klien tidak bisa berjalan karena karena
luka operasi.
(2) Gangguan pola tidur
Menurut PPNI (2015), Gangguan pola tidur adalah gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor eksternal. Diagnosa ini tidak terdapat pada teori
tetapi terdapat pada pasien karena disesuaikan dengan gejala dan tanda minor yang
dimiliki Tn. A yaitu : klien kesulitan tidur, klien tidur sering terbangun-bangun, klien

57
mengeluh istirahatnya tidak cukup, klien mengatakan tidurnya tidak puas, klien tidur
siang hanya 1 jam dan tidur malam 4-5 jam.
(3) Ketidakpatuhan
Menurut PPNI (2015), Ketidak patuhan adalah perilaku individu dan pemberi
asuhan tidak mengikuti rencana perawatan atau pengobatan yang disepakati dengan
tenanga kesehatan, sehingga menyebabkan hasil perawatan /pengobatan tidak efektif.
Diagnosa ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada pasien karena disesuaikan
dengan gejala dan tanda minor yang dimiliki Tn. A yaitu : Istri klien mengatakan
klien sering mengkonsumsi makanan manis, klien mengkonsumsi makanan manis
berlebih, klien tidak mengikuti anjura diet diabetes melitus.
(4) Deficit perawatan diri
Menurut PPNI (2015), Defisit perawatan diri adalah tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri. Diagnosa ini tidak terdapat pada teori tetapi
terdapat pada pasien karena disesuaikan dengan gejala dan tanda minor yang dimiliki
Tn. A yaitu : Selama sakit klien tidak pernah mandi karena tidak bisa bangun dari
tempat tidur, klien tidak pernah mencuci rambut selama diruang perawatan, klien
belum ada gunting kuku selama perawatan dan menyikat gigi.
Diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada Tn. A dengan Diabetes melitus
namun terdapat pada teori yaitu :
(5) Kekurangan volume cairan
Menurut PPNI (2015), kekurangan volume cairan adalah penurunan volume
cairan intravaskuler, interstisial, dan intraselular. Penulis tidak menegakan
kekurangan volume cairan dikarenakan pada saat dilakukan pengkajian pada Tn. A
tidak didapatkan yang bisa menegakan diagnose Kekurangan volume cairan.
(4) Resiko infeksi
Menurut PPNI (2015), resiko infeksi adalah resiko mengalami peningkatan
terserang organisme patogenik. Penulis tidak menegakan resiko infeksi dikarenakan
luka kaki kiri dan kaki kanan Tn. A telah terjadi infeksi dengan hasil pengkajian luka
Tn. A mengeluarkan pus, daerah sekitar luka terasa panas, luka berbau.

58
4.3 Perencanaan
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan
setelah merumuskan diagnosis keperawatan. Intervensi keperawatan yang dilakukan
penulis sesuai dengan teori yang terdapat pada (PPNI, 2015).
Tahap ini, penulis tidak mendapatkan banyak kesulitan karena penulis memiliki
banyak sumber buku. Semua intervensi keperawatan yang di buat oleh penulis sesuai
dengan teori yang didapat oleh penulis dari berbagai sumber yang ada berdasarkan
diagnosis keperawatan yang telah diangkat dan juga telah disesuaikan dengan
keadaan klien saat itu. Perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, mengoreksi masalah-masalah yang telah diidentifikasikan
pada diagnosis kepearwatan. Dan tujuan dari intervensi berpusat pada diagnosis
keperawatan yang diangkat pada kasus Tn. A dan hasil yang telah ditetapkan sesuai
dengan intervensi keperawatan untuk mencapai tujuan dari intervensi keperawatan.
Dalam bab ini penulis mendapatkan beberapa kesenjangan dari hasil intervensi
yang ditegakkan pada teori dari intervensi kasus meliputi :
1) Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
terdapat beberapa intervensi yang ada di teori tetapi tidak silakukan pada kasus
Tn. A yaitu :
(1) Anjurkan menghindari olahraga saat kadar glukosa darah >250 mg/DL alasan
intervensi ini tidak dilakukan karena tidak sesuai dengan kondisi klien
dikarenakan kondisi klien pada saat dilakukan pengkajian tidak mampu
beraktivitas secara mandiri disebabkan nyeri kaki kiri dan kaki kanan.
2) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Neuropati perifer terdapat
beberapa intervensi yang ada pada teori tetapi tidak dilakukan pada kasus Tn. A
yaitu :
(1) Gunakan tempat tidur dan kasur khusus alasan intervensi ini tidak dilakukan
karena tidak adanya kasur dekubitus yang disediakan oleh rumah sakit untuk
pasien Diabetes Melitus.
(2) Anjurkan penggunaan pelembab pada bagian tulang menonjol alasan intervensi
ini tidak dilakukan karena keluarga Tn. A mengatakan bahwa Tn. A tidak cocok

59
menggunakan pelembab oleh karena itu hanya menggunakan bedak bayi di
bagian tulang yang menonjol.
(3) Kolaborasi prosedur debridement alasan intervensi ini tidak dilakukan karena luka
Tn. A berwarna merah dan tidak mengalami kematian jaringan sendi.
4.4 Implementasi
Pada tahap pelaksanaan penulis akan melaksanakan perencanaan yang telah
disusun pada tahap pengumpulan data, pelaksanaan asuhan keperawatan yang
dilakukan penulis disesuaikan dengan rencana tindakan yang telah dibuat. Pada
dasarnya dalam pelaksanaan ini terdapat kesenjangan antara teori dengan kasus hanya
saja pada landasan teori sifatnya masih umum, sedangkan pada kasus lebih spesifik
sehingga dalam pelaksanaan tindakan keperawatan tidak ditemukan suatu masalah
karena penulis mampu melakukan bina hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarga sehingga dalam melakukan implementasi keperawatan, keluarga dilibatkan
dalam pelaksanaannya. Keluarga mampu menerima saran dan penjelasan baik dari
dokter, perawat maupun dari penulis.
Selama proses pelaksanaan yang dibuat telah dilakukan intervensi secara
maksimal. Adapun hambatan dalam melakukan implementasi yaitu waktu yang tidak
maksimal dilakukan tindakan keperawatan oleh penulis. Adapun beberapa faktor
yang mendukung selama pelaksanaan tindakan keperawatan di ruang Cemara Rumah
Sakit Umum Kota Tarakan yaitu keluarga yang mau bekerja sama serta mampu
membangun hubungan saling percaya dengan penulis untuk dilakukan proses
keperawatan.
4.5 Evaluasi
Tahap ini adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang telah dilakukan
selama tiga hari yaitu mulai tanggal 07 April 2021 sampai 09 April 2021. Dari hasil
evaluasi yang dilakukan pada tanggal 09 April 2021 didapatkan tujuh diagnosa yang
ditemukan, 6 diagnosa dinyatakan teratasi teratasi yaitu :
1. Ketidakseimbangan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
dengan kriteria hasil Glukosa darah terkontrol, glukosa darah dalam batas normal
dengan hasil GDS 189 mg/DL, klien dapat mengatur pola makannya.

60
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan Neuropati perifer dengan kriteria
hasil kerusakan lapisan kulit menurun, pendarahan menurun, perawatan luka klien
terjaga, luka klien tetap tertutup, dan klien terlihat nyaman.
3. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan otot dengan
kriteria hasil meningkatnya klien dalam aktivitas fisik, klien mengerti tujuan dari
peningkatan mobilisasi, kekuatan otot meningkat, nyeri berkurang dengan skala 2.
Kekuatan otot : 5 5
3 3
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur (Nyeri) dengan
kriteria hasil klien tidur cukup 6-8 jam, kualitas tidur klien membaik, keluhan
sulit tidur menurun, keluhan waktu tidur sering terbangun menurun, keluhan tidak
puas tidur menurun.
5. Ketidak patuhan berhubungan dengan ketidakadekuatan pemahaman (Kurang
motivasi sendiri) dengan kriteria hasil klien mematuhi anjuran diet Diabetes
Melitus dan klien berperilaku menjalankan anjuran pengobatan diet Diabetes
Melitus.
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan dengan kriteria hasil klien
terlihat rapih dan bersih, klien dapat sikat gigi, cuci rambut dan gunting kuku,
klien minimal dapat berganti pakaian, dan seka seka badan.
Berikut adalah 1 diagnosa dinyatakan belum teratasi yaitu :
4. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis tidak teratasi karena
ada kriteria hasil yang tidak tercapai yaitu skala nyeri menurun dengan skala nyeri
1, sedangkan pada Tn. A nyeri menurun dengan skala nyeri 2.

61
BAB 5
PENUTUP

Hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan penyakit Diabetes


Melitus Tipe 2 dapat dilakukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan
teori dan tujuan yang telah ditetapkan. Penulis juga mengemukakan saran demi
perbaikan asuhan keperawatan khususnya pada klien dengan penyakit Diabetes
Melitus Tipe 2.
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan penyakit Diabetes
Melitus Tipe 2 selama tiga hari terhitung dari tanggal 07 April 2021 – 09 April 2021
di Ruang Perawatan Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan Provinsi Kalimantan
Utara, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
5.1.1 Penulis telah melakukan asuhan keperawatan melalui setiap tahap dari proses
keperawatan yang terangkai mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan keperawatan dan evaluasi.
Penulis dapat melaksanakan setiap tahapan sesuai dengan tingkat pengetahuan
dan keterampilan yang dimiliki oleh penulis.
5.1.2 Dengan melakukan beberapa tahapan dari proses keperawatan penulis
menemukan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yaitu,
5.1.3 Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien
adalah sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap
tindakan yang dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta
tersedianya fasilitas dari institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan
keperawatan pada klien. Sementara faktor penghambat dalam melaksanakan
asuhan keperawatan adalah dikarenakan kurangnya ruang lingkup pembatas
yang memadai antara pasien kelolaan dengan pasien lainnya di dalam satu
ruangan untuk melaksanakan beberapa asuhan keperawatan pada klien.
5.1.4 Pemecahan masalah yang dilakukan pada Tn. A didapatkan dari pelaksanaan
tindakan keperawatan pada Tn. A yang telah dilakukan dengan baik
berdasarkan rencana yang telah disusun. Pada tahap evaluasi ditemukan dari

62
lima diagnosa yang ditemukan, empat diagnosa dinyatakan teratasi, dan dua
diagnosa dinyatakan belum teratasi. Diagnosa teratasi diantaranya
ketidakstabilan kadar glukosa darah, gangguan integritas kulit, gangguan pola
tidur, deficit perawatan diri. Semua tindakan keperawatan yang telah
dilakukan dapat didokumentasikan dengan baik dan sesuai dengan yang
diharapkan penulis.
5.2 Saran
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. A dengan penyakit
Diabetes Melitus Tipe 2, diharapkan asuhan keperawatan pasien dengan Diabetes
Melitus Tipe 2 dapat dilakukan secara menyeluruh. Penulis menyarankan kepada
pembaca yaitu :
5.2.1 Bagi klien dan keluarga
Diharapkan dapat memahami dengan benar cara pengobatan diabetes melitus
dan komplikasinya. Sebaiknya peran keluarga diikutsertakan dalam memberi asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami ketidak patuhan untuk mendukung klien
supaya menambah semangat. Keluarga juga harus berperan aktif jika klien
mempunyai suatu masalah, menjaga komunikasi dan keharmonisan.
5.2.2 Saran untuk peneliti selanjutnya
Diharapkan peneliti selanjutnya dapat menggunakan atau memanfaatkan
waktu se-efektif mungkin sehingga dapat memberikan asuhan keperawatan secara
optimal.
5.2.3 Saran untuk mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan konsep teori dan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan pada Tn. A dengan penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Peluang untuk
mengatasi masalah seperti ini sangat terbatas oleh karena itu diharapkan mahasiswa
juga mampu membuka wawasan dan keterampilan dasar untuk memperbaruhi ilmu
tentang proses keperawatan yang dinamis.

63
5.2.4 Saran untuk rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan kualitas serta sarana dan prasarana
dalam perawatan pasien khususnya pada pasien dengan penyakit Diabetes Melitus
Tipe 2.

64
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association, (2018). Standar Medikal Care In Diabetes 2018. The
Journal of Celinical And Applied Research Neducation.
Amin Huda Nurarif dan Hardi Kusuma, (2015). Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan Nanda (Nort American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC.
Aprilia, N., Ariyani, A. D., & Hidayatin, N. (2018). Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Di Sobo Banyuwangi. 11(2), 122–135.
Decroli, E. (2019). Diabetes Melitus Tipe 2 (Edisi Pert; A. Kam, P. Y. Efendi, P. G.
Decroli,&A. Rahmadi, eds.). Padang: Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas.
Doenges, M.E, Morhouse, M. F., dan Geissler, A. C. (2014). Rencana Asuhan
Kepearwatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien. Jakarta : EGC.
Fatimah, R. N. (2015). Diabetes Melitus Tipe 2. 4, 93–101.
Hestiana Wahyu, D. (2017). Jurnal of Health Education. 2 (2),138–145.
https://doi.org/10.2337/dc18-Sint 01
https://doi.org/10.24252/kesehatan.v11i2.6454
Indonesia, K. K. R. (n.d.). Cegah, Cegah, dan Cegah : Suara Dunia Perangi Diabetes
Melitus. Cegah, Cegah, dan Cegah : Suara Dunia Perangi Diabetes
https://www.kemkes.go.id/article/view/181212000001/prevent-prevent-and-
prevent-the-voice-of-the-world-fight-diabetes. Html.
Irvan, L, Lubis, I., & Rahmat, M. M. (2015). Akibat Aplikasi Simvastatin pada
Proses Penyuluhan Tulang Terhadapat Ekspresi Kolagen Tipe 1 (Pada
Binatang Coba Tikus Diabetes Melitus Tipe 1).
Isnaini, N. (2018). Faktor Risiko Mempengaruhi Kejadian Diabetes Mellitus Tipe 2
Risk factorswas affects of diabetes mellitus type 2. 14(1), 59–68.
Kemenkes. (2018). Hasil Utama RISKESDAS Badan Litbangkes 2018.
Kowalak, (2016). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Majority, (2015). Diabetes Melitus Tipe 2.4.
Maric, A. (2010). Metformin-More Than Gold Standard In The Treatment of Type 2
Diabetes. Diabetalogi Croatica.,39(3), 95-104.

65
Nursalam, (2011). Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktek Edisi
2. Jakarta : Salemba Medika.
Perkeni. (2015). Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia
(S. Soelistijo Adi & H. Novida, eds.).
PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI (ed.) ; Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (D. P.
P. P. P. N. Indonesia (ed.) ; Edisi 1).
PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (Tim
Pokja SLKI DPP PPNI (ed.) ; Edisi 1)
WHO. Global Report On Diabetes. France: World Health Organization; 2016.
Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2, Keperawatan
Dewasa Teori dan Contoh Askep. Yogyakarta : Nuha Medika
Simatupang, R. (2017). Jurnal Ilmiah Kohesi Vol. 1 No. 2 Juli 2017. Jurnal
Ilmiah Kohesi, 1(2), 163–174.
Suciana, F., & Arifianto, D. (2019). Penatalaksanaan 5 Pilar Pengendalian Diabetes
Melitus Terhadap Kualitas Hidup Pasien DM TIPE 2 Kata kunci : kualitas
hidup, diabetes melitus Management 5 Pillar Dm Control Of Quality Of
Life Of DmType 2 Patients Pendahuluan. 9(4), 311–318.

66
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR
PERAWATAN LUKA

1. Definisi
Kompetensi ini menggambarkan kemampuan perawat dalam melakukan
penanganan luka, baik luka operasi, luka tekan, maupun luka erupsi akibat
kecelakaan, serta penyakit tertentu yang memerlukan teknologi sederhana.
2. Tujuan
1) Menghilangkan sekresi yang terakumulasi dan jaringan mati pada luka
2) Menurunkan pertumbuhan mikroorganisme pada luka
3) Mempercepat proses penyembuhan luka
3. Persiapan Alat
1) Alat Steril
a. Bak instrumen steril yang berisi : 1 buah pinset chirurgis, 2 buah pinset anatomi,
gunting jahitan, kasa/kapas, kapas lidi, kasa deppers, dan gunting nekrotik.
b. Sarung tangan steril pada tempatnya dan sarung tangan bersih
c. Cucing (kom)
d. Masker (bila perlu)
e. Korentang dan tempatnya
2) Alat Tidak Steril
a. Bengkok
b. Perlak/alas
c. Gunting
d. Plester
e. Kantong sampah atau plastic
3) Bahan
a. Alkohol 70%
b. Betadin
c. Cairan normal salin 0,9% betadin/ alkohol/ air steril (sesuai SOP setempat)
d. Obat topical (misalnya nebacetin, gentamicin, atau sesuai SOP setempat)

67
4) Persiapan Klien dan Lingkungan
a. Informed consent
b. Atur posisi klien sesuai kebutuhan
c. Berikan privasi pada klien
5) Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Pakai sarung tangan bersih
3. Letakkan peralatan pada posisi yang ergonomis (bak instrumen dibuka, cairan
dituang ke dalam cucing)
4. Kenakan masker muka (bila perlu)
5. Pasang perlak dan alas
6. Buka balutan lama (balutan atas) menggunakan pinset (teknik menggulung) dan
buang ke sampah medis
7. Lepas sarung tangan dan pakai sarung tangan steril
• Pada luka kering (teknik balutan kering)
Membersihkan luka dengan cairan (NaCl/ Alkohol/ air steril/ salep) sesuai
prosedur yang berlaku di rumah sakit.
a. Gunakan swab yang terpisah untuk setiap usapan
b. Bersihkan area luka secara sirkular dari area yang kurang terkontaminasi ke area
yang paling terkontaminasi (dari dalam keluar)
c. Akhiri dengan mengusap menggunakan kasa kering (satu arah)
Memasang balutan kering steril pada area luka :
a. Pasang kasa pada area luka
b. Pasang kasa lapisan kedua atau sesuai kebutuhan
c. Fiksasi dengan plester
• Pada luka basah (teknik balutan basah)
a. Bersihkan luka dengan cairan (normal salin/ betadin/ alkohol/ rivanol/ salep), bila
perlu gunakan cairan perhidrol (H2O2) untuk luka yang sangat kotor, kemudian
bilas dengan larutan NaCl.
b. Bila jaringan nekrosis, lakukan nekrotomi.

68
c. Bersihkan area luka secara sirkular dari area yang kurang terkontaminasi ke area
yang paling terkontaminasi (dari dalam keluar)
d. Memasang balutan bawah steril pada area luka
e. Pasang kasa berserat halus dan lembab pada area luka menggunakan NaCl/
betadin/ alkohol/ rivanol/ (sesuai SOP setempat)
f. Jika luka cukup dalam, masukkan kasa lembab dengan hati-hati ke dalam luka
menggunakan pinset sampai semua permukaan luka dapat kontak dengan kasa
yang lembab.
g. Pasang kasa steril yang kering diatas kasa basah sesuai kebutuhan
h. Fiksasi dengan plester atau balutan sesuai kondisi luka. Setelah selesai, rapikan
peralatan yang telah dipakai, letakkan dibengkok, dan buang ke kantong sampah
medis.
i. Lepas sarung tangan dan buang ke sampah medis
j. Atur posisi klien senyaman mungkin
k. Cuci tangan
6) Evaluasi
1. Kaji respon klien setelah dilakukan perawatan luka dan pembalutan.
2. Kondisi luka selama proses perawatan luka (adanya tanda-tanda infeksi,
timbulnya granulasi, adanya nekrosis, dan lain-lain).
7) Dokumentasi
1. Catat karakteristik luka, jenis drainase yang muncul, jenis balutan yang
digunakan, dan toleransi klien
2. Catat jadwal penggantian balutan dan obat topikal pada status klien.

69
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIIRI
1. Nama : Muharani
2. NPM : 1830702055
3. Tempat, Tanggal Lahir : Malinau, 1 Maret 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Tidung/Indonesia
7. Alamat : Malinau Sebrang RT. 004
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Muhammad Yusuf/Santi Yosefa
2. Pekerjaan : Petani/IRT
3. Alamat : Malinau Sebrang RT. 004
C. PENDIDIKAN
1. Tamat SD Negeri 003 Malinau Utara Tahun 2012
2. Tamat SMP Negeri 1 Malinau Utara Tahun 2015
3. Tamat SMA Negri 3 Malinau Utara Tahun 2018
4. Universitas Borneo Tarakan tahun 2018-Sekarang

70

Anda mungkin juga menyukai