Anda di halaman 1dari 86

ASUHAN KEPERAWATAN Pada KLIEN Ny.

M DENGAN ANEMIA
Di RUANGAN PERAWATAN DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

LAILY KADARIYAH

1830702020

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

i
ASUHAN KEPERAWATAN Pada KLIEN Ny. M DENGAN ANEMIA Di
RUANG PERAWATAN DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
TARAKAN PROVINSI KALIMANTAN UTARA

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH :

LAILY KADARIYAH

1830702020

Laporan Tugas Akhir


Sebagai sala satu syarat untuk memperoleh gelar
Abli Madya Keperawatan
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021

ii
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul
“Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Anemia Di Ruang Dahlia B Rumah
Sakit Umum Daerah Tarakan” adalah karya saya dengan arahan dari dosen
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir Laporan Tugas Akhir ini.
Penulisan ini ditulis dengan mengikuti kaidah penulisan ilmiah.

Tarakan, 16 Juni 2021

Laily Kadariyah
NPM 1830702020

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Laporan Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Pada Ny. M Dengan Anemia
di Ruangan Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah
Tarakan
Nama : Laily Kadariyah
NPM : 1830702020

Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Hendy Lesmana, S.Kep., Ns., M.Kep Ahmat Pujianto, S.Kep., Ns., M.Kep
NIP . 197602131999031002 NIP. 198612042019031009

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep., Ns., M.Kep


NIP. 196902061999031003

iv
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diujikan pada tanggal 16 Juni 2021


Dan disetujui untuk disusun sebagai Laporan Tugas Akhir dengan judul

ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny. M DENGAN ANEMIA Di RUANG


DAHLIA B
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN

Tim Penguji :

1. Paridah, S.Kep.Ns., M.Kep (................................)


NIP. 197802082003122006

2. Nurman Hidaya, S.Kep.Ns., M.Kep (.................................)


NIP. 199104052019031021

3. Hendy Lesmana, S.Kep.Ns., M.Kep (.................................)


NIP. 197602131999031002

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Jurusan Keperawatan


Universitas Borneo Tarakan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep.,Ns, M. Kep Alfianur, S.Kep.,Ns.,M.Kep


NIP. 196902061999031003 NIP. 197908232005021004

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan Tugas Akhir dengan
judul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Anemia di raung Dahlia B
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara dari tanggal 10-
12 Februari 2020”.
Penyusunan Laporan Tugas Akhir ini merupakan sala satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas
Ilmu Kesehan Universitas Borneo Tarakan. Laporan Tugas Akhir ini disusun
setelah mahasiswa mengikuti ujian akhir program di Rumah Sakit, dimana ujian
tersebut mahasiswa diharuskan mengelola sebuah kasus dalam bentuk Asuhan
Keperawatan.
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis mengalami hambatan
dan berbagai kesulitan, namun demikian penulis berusaha menyelesaikan
penyusunan Laporan Tugas Akhir ini berkat bimbingan, bantuan, dan dorongan
yang diberikan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof Dr. Adri Patton, M. Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan
2. Dr. Muhammad Hasbi Hasyim Sp. PD, selaku Direktur RSUD Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara beserta segenap jajarannya yang telah memberikan izin pada
penulis untuk melakukan praktik dan mengambil kasus di Rumah Sakit Umum
Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
3. Sulidah, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Borneo Tarakan.
4. Yuni Retnowati, SST, M. Keb, selaku wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan.
5. Alfianur, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Ketua Jurusan Keperawatan Universitas
Borneo Tarakan.
6. Paridah, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Ketua Prodi D3 Jurusan Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan sekaligus menjadi dosen
penguji I

vi
7. Maria Imaculata Ose, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku Sekretaris Jurusan
Keperawatan Universitas Borneo Tarakan.
8. Dewy Haryati Parman, M. Kep, Sp. Kep MB, selaku Pembimbing Akademik
Universitas Borneo Tarakan Semester 1 sampai semester 6 yang selalu
membimbing dan memberikan motivasi selama menuntut ilmu di Jurusan
Keperawatan Universitas Borneo Tarakan.
9. Hendy Lesmana, S. Kep, Ns, M. Kep, selaku dosen pembimbing satu yang dengan
kesabaran dan keuletannya beliau dalam mengarahkan dan membimbing penulis
selama proses Laporan Tugas Akhir ini dan selaku dosen penguji tiga Laporan
Tugas Akhir ini
10. Ahmat Pujianto, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbingan ke dua yang
dengan kesabaran dan keuletannya beliau dalam mengarahkan dan membimbing
penulis selama proses Laporan Tugas Akhir ini.
11. Nurman Hidaya, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku dosen penguji dua yang dengan
kesabaran dan keulatannya beliau dalam mengarahkan penulis selama proses
Laporan Tugas Akhir ini.
12. Seluruh Dosen dan Staf Laboratarium Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
13. Klien Ny. M dan Keluarga atas kerjasamanya sehingga penulis tidak banyak
mendapatkan kendala dalam memperoleh data dan memberikan asuhan
keperawatan sebagai klien.
14. Bapak dan Ibuku tercinta yang tiada henti memberikan doa dan nasihat, serta
adik-adik dan keluarga yang telah memberikan semangat terbesar selama proses
penyusunan Laporan Tugas Akhir maupun selama menempuh pendidikan.
15. Teman-teman Lokal C1 dan C2 yang selama tiga tahun ini saling mendukung
dan memotivasi.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu
penulis dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir.
Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini terdapat banyak kekurangan,
untuk ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari banyak pihak yang
bersifat demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini dimasa yang akan datang.

vii
Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi pembaca
dan pengembangan ilmu keperawatan.

Tarakan, 16 Juni 2021

Laily Kadariyah

viii
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny. M DENGAN ANEMIA Di RUANGAN
DAHLIA B RUMAH SAKIT UMUM DAERAH TARAKAN PROVINSI
KALIMANTAN UTARA

ABSTRAK

Anemia merupakan masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia tidak
hanya terjadi di Negara berkembang tetapi juga di Negara maju. Penderita anemia
di perkirakan dua miliyar dengan prevelensi terbanyak di seluruh dunia. Tujuan
penulis mendapatkan gambaran nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan
pada klien Ny. M dengan anemia. Penulis menggunakan metode deskriptif dengan
tipe studi kasus dengan pendekatan proses keperawatan dengan tahapan
pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi
keperawatan. Tujuan umum laporan tugas akhir ini penulis mendapatkan
gambaran nyata dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien Ny. M dengan
Anemia. Subjek laporan ini adalah Ny. M dengan anemia. Berdasarkan asuhan
keperawatan yang dilakukan terdapat kesenjangan antara teori dan kasus pada
pasien Ny. M meliputi tanda dan gejala, diagnosis, intervensi, implementasi dan
evaluasi. Pada pasien anemia yang masalah yang muncul yaitu, nyeri akut, perfusi
perifer tidak efektif, keletihan, gangguan pola tidur dan defisit pengetahuan.
Kesimpulan bahwa terdapat kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus
pada Ny. M di mulai dari pengkajian terdapat enam kesenjangan, pada diagnosis
terdapat empat kesenjangan, intervensi harus disesuaikan dengan kondisi dan
sarana prasarana. Evaluasi hasil yang di dapatkan dari lima diagnosis keperawatan
yang teratasi. Intervensi dideligasikan pada perawat ruang. Diharapkan perawat
mampu melanjutkan intervensi sesuai dengan yang diharapkan perawat agar
indikator dapat teratasi.

Kata kunci: Anemia, Keletihan: Asuhan Keperawatan

ix
ABSTRACT

DAFTAR ISI

x
HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
PERNYATAAN ORISINALITAS................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................................iii
KATA PENGANTAR.....................................................................................iv
ABSTRAK.......................................................................................................v
DAFTAR ISI....................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................viii
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................xi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum....................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus...................................................................................2
1.3 Metode Penulisan..................................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan...........................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA....................................................................
2.1 Konsep Dasar Medis.............................................................................6
2.1.1 Pengertian..........................................................................................6
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Anemia..........................................................6
2.1.3 Etiologi dan Faktor Resiko................................................................7
2.1.4 Patofisiologi.......................................................................................10
2.1.5 Tanda dan Gejala...............................................................................12
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik.....................................................................14
2.1.7 Penatalaksanaan.................................................................................14
2.1.8 Komplikasi.........................................................................................15
2.1.9 Phatway Anemia................................................................................20
2.2 Konsep Dasar Keperawatan..................................................................15
2.2.1 Pengkajian..........................................................................................16
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................21
2.2.3 Intervensi Keperawatan.....................................................................21

xi
2.2.4 Implementasi Keperawatan................................................................25
2.2.5 Evaluasi..............................................................................................26
BAB III LAPORAN KASUS..........................................................................
3.1 Pengkajian.............................................................................................28
3.2 Klasifikasi Data.....................................................................................39
3.3 Analisa Data..........................................................................................40
3.4 Diagnosa Keperawatan.........................................................................42
3.5 Intervensi Keperawatan........................................................................42
3.6 Implementasi.........................................................................................44
3.7 Evaluasi.................................................................................................49
BAB IV PEMBAHASAN...............................................................................
4.1 Pengkajian.............................................................................................51
4.2 Diagnosa Keperawatan.........................................................................57
4.3 Intervensi Keperawatan .......................................................................60
4.4 Implementasi.........................................................................................66
4.5 Evaluasi ................................................................................................68
BAB V PENUTUP...........................................................................................
5.1 Kesimpulan...........................................................................................66
5.2 Saran.....................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................68
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

xii
3.1 Tabel pemerisaan darah lengkap dan urine Ny. M pada tanggal 10 Februari
2020
3.2 Pengobatan pada Ny. M tanggal 10 Februari 2020

xiii
DAFTAR BAGAN

2.1 Bagan Penyimpangan KDM Anemia


3.1 Bagan Genogram keluarga Ny. M

xiv
DAFTAR SINGKATAN

AP : Anemia Aplastik
ATG : Antithimocyte Globulin
BAB : Buang Air Besar
BAK : Buang Ai Kecil
BB : Berat Badan
CRT : Capillary Refill Time
DB : Defesiensi Besi
Do : Data Objektif
Ds : Data Subjektif
E : Eye
HCT/HT : Hematokrit
HGB/Hb : Hemoglobin
ICS : Intra Costa
IGD : Instalasi Gawat Darurat
IM : Intra Muskular
IMT : Indeks Masa Tubuh
IV : Intra Vena
Jl : Jalan
KDM : Kebutuhan Dasar Manusia
Kg : Kilogram
LED : Laju Endap Darh
M : Motorik
MAP : Mean Arterial Pressure
MCV : Mean Corpusculor Volume
MCH : Mean Corpusculor Hemoglobin
MCHC : Mean Cell Hemoglobin Concentration
Ny : Nyonya
PCR : Polymerase Chain Raction
PDW : Platelet Distribution Width
PLT : Platelet
PPNI : Persatuan Perawat Indonesia

xv
RBC : Read Blood Cell
RR : Respiration Rate
SDM : Sel Darah Merah
TD : Tekanan darah
TIBC : Total Iron Binding Capacity
Tn : Tuan
TTD : Tanda Tanda Vital
USG : Ultrasonografi
V : Verbal
WBC : White Blood Cell
WUS : Wanita Usia Subur

xvi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Menurut WHO (2015), anemia didefinisikan sebagai konsentrasi
hemoglobin yang rendah dalam darah. Menurut Jitowiyono (2018), anemia
adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki cukup sel darah merah yang
sehat untuk membawa oksigen yang cukup ke jaringan tubuh. Menurut
Kemenkes RI (2013), anemia merupakan suatu keadaan ketika jumlah sel darah
merah atau konsentrasi pengangkut oksigen dalam darah hemoglobin tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Jadi dapat disimpulkan anemia
merupakan kurang darah atau kondisi ketika tubuh kekurangan sel darah merah
yang sehat atau ketika sel darah merah tidak berfungsi dengan baik.
Prevelensi anemia remaja di negara-negara berkembang sebesar 27%,
sedangkan di negera maju sebesar 6%. Menurut WHO (2013), apabila prevelensi
≥40% termasuk katagori berat, sedangkan 20-39% sedang, 5-19,9% ringan, dan
besar <5% normal (WHO, 2015). Menurut hasil Riskesdes tahun 2013,
prevelensi anemia di Indonesia yaitu 21,7%, Kemenkes RI (2014) yang dikutip
oleh (Listiani, 2016) data survey kesehatan rumah tangga dilakukan tahun 2012
menyatakan bahwa penderita anemia usia 19-45 tahun (laki-laki dan perempuan)
sebesar 39,5%. Wanita mempunyai resiko terkena anemia paling tinggi terutama
pada remaja putrim Kemenkes RI (2014) yang di kutip oleh (Listiani, 2016).
Berdasarkan study lapangan selama tiga hari pada tanggal 10-12 Februari
2020 di ruang Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara didapatkan data bahwa pasien dengan kasus anemia. Pada
terapi transfusi darah dapat berupa meningkatkan kadar hemoglobin dan untuk
mengantikan darah yang hilang. Pasien harus mendapatkan bantuan dari perawat
dan juga keluarga dalam pemenuhan kebutuhan dasar. Dalam hal ini perawat
memiliki peran sebagai care giver dalam memberikan asuhan keperawatan
secara optimal dan komprehensif.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menguraikan pelaksanaan
Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan anemia di Ruang Perawatan Dahlia
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.

1
1.2 Tujuan Penulis
1.2.1 Tujuan Umum
Mendapatkan gambaran nyata dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada
klien Ny. M dengan Anemia.
1.2.2 Tujuan Khusus
1)Melaksanakan proses Asuhan Keperawatan pada klien Ny. M dengan Anemia.
2)Membandingkan antara teori dan praktik Asuhan Keperawatan pada klien Ny. M
dengan Anemia
3)Mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan proses
keperawatan pada klien Ny. M dengan Anemia
4)Melaksanakan pemecahan masalah pada klien Ny. M dengan Anemia
1.3 Metode penulisan
Dalam penyusunan laporan tugas akhir ini penulis menggunakan metode
deskriftif dengan tipe studi khusus, yaitu mengambarkan keadaan yang sedang
terjadi, dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang meliputi
langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosis keperawatan, perencanan,
implementasi dan evaluasi.
1.3.1 Anamnesis
Anamnesis adalah tanya jawab/komunikasi secara langung dengan klien
(autonamnesis) maupun tak langsung (alloanamnesis) dengan keluarga untuk
menggali informasi tentang status kesehatan klien. Komunikasi yang digunakan
disini adalah komunikasi terapeutik, yaitu suatu hubungan interpersonal antara
klien dan perawat yang bertujuan untuk menggali informasi mengenai status
kesehatan klien dan membatu menyelesaikan masalah yang terjadi. Dalam
melakukan anamnesis atau komunikasi ini, perawat harus mempunyai
kemampuan yang baik karena perawat dalam berinteraksi dengan klien harus
memperhatikan aspek verbal dan prilaku nonverbal.
Perawat yang terlatih akan dapat melakukan komunukasi yang menyenangkan
untuk membangun kepercayaan dari klien sehingga klien akan merasa nyaman
dalam berbagai perasaan. Dengan demikian, diharapkan data yang diinginkan
dapat tergali secara komprehensif. Untuk melakukan anamnesis atau komunikasi
yang baik dengan klien diperlukan pengetahuan yang memadai tentang tehnik

2
anamnesis, penyakit yang diderita, kebutuhan biopsikososial, dan spiritual.
Selain itu, juga diperlukan kemampuan berbahasa yang tepat (sesuai dan dapat
dimengerti klien), mengenali, mempersepsikan bahasa verbal dan prilaku
nonverbal dengan baik, dan keterampilan membangun hubungan saling percaya.
1.3.2 Wawancara
Penulis memperoleh data dengan melakukan wawancara langsung pada klien
dengan keluarga. Hal ini dapat menumbuhkan hubungan saling percaya antara
keluarga klien dan perawat sehingga dapat memudahkan dilakukan
pengumpulan data, serta pihak lain yang dapat memberikan keterangan seperti
perawat dan dokter yang merawat diruangtempat penulis menggambil kasus ini.
1.3.3 Observasi
Observasi adalah tindakan mengamati secara umum terhadap perilaku dan
keadaan klien. Observasi memerlukan keterampilan, disiplin, dan praktik klinik.
1.3.4 Pemeriksaan
1)Fisik
Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan 4 cara berikut.
(1) Infeksi : Proses observasi yang dilakukan dengan cara melihat. Inspeksi
digunakan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status
fisik. Focus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi: Ukuran tubuh, warna,
bentuk, posisi, simetris, luka, prubahan yang terjadi pada kulit, kelainan
anatomi.
(2) Palpasi : Suatu bentuk pemeriksaan dengan cara perabaan. Tangan dan jari-jari
adalah instrumet yang sensitif untuk merasakan adanya suatu perubahan yang
terjadi pada tubuh. Palpasi digunakan untuk mengumpulkan data tentang
temperature, turgor, bentukdan ukuran, massa, kelembapan, vibrasi, tekstur.
(3) Perkusi : Metode pemeriksaan dengan cara mengetuk. Tujuannya adalah untuk
menentukan batas-batas organ atau bagaian tubuh dengan cara merasakan vibrasi
yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan kebawah jaringan.
Dengan perkusi kita membedakan apa yang ada dibawah jaringan (udara, cairan,
atau zat padat).

3
(4) Auskultasi : Metode pemeriksaan dengan cara mendengar yang dibantu dengan
stetoskop. Tujuannya adalah untuk mendengar bunyi jantung, suara napas, bunyi
usus, denyut jantung janin dan tekanan darah.
2)Penunjang
Penunjang dilaksanakan sesuai indikasi. Contoh : faktor thorks, laboratarium,
rekam jantung, dan lain-lain.
1.3.5 Studi Dokumentasi
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan perawat dan catatan
tim kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kasus klien.
1.3.6Studi Kepustakaan
Dalam studi kepustakaan ini penulis mendapatkan informasi dari buku-buku,
artikel ilmiah, jurnal-jurnal penelitian dan sumber lain yang berhubungan
dengan judul serta permasalahan dalam laporan ini.
1.4 Sistematika Penulisan
Pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini, sistematika penulisan dibagi
menjadi 5 bab, yaitu:
Bab 1 pendahuluan, yang terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan,
metode penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab 2 landasan teori, yang terbagi menjadi dua bahasan yang pertama yaitu
konsep dasar penyakit yang terdiri dari definisi, anatomi fisiologi, etiologi,
pafofisiologi, manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, penatalaksanaan, dan
komplikasi, dan yang kedua yaitu Asuhan Keperawatan yyang terdiri dari
pengkajian, penyimpangan KDM, diagnosa keperawatan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi.
Bab 3 laporan kasus yang terdiri dari pengkajian, penyimpangan KDM,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Bab 4 pembahasan, yang berisi perbandingan atau perbedaan antara proses
keperawatan secara teoritis dengan aplikasi nyata di lapangan, dengan
kesenjangan tersebut nantinya akan dibahas berdasarkan hasil pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
Bab 5 penutup, berisi kesimpulan dari seluruh penulisan Laporan Tugas
Akhir ini dan saran yang ditunjukan untuk perbaikan selanjutnya.

4
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Medis Anemia


2.1.1 Pengertian Anemia
Anemia adalah keadaan yang menunjukan rendahnya hitung sel darah
merah, kadar hemoglobin, dan hematokrit dibawa normal. Anemia bukan
merupakan suatu penyakit tunggal, melainkan merupakan pencerminan
terhadap keadaan suatu penyakit atau gangguan pada fungsi tubuh. Secara
fisiologis, anemia terjadi apa bila terhadap kekurangan jumlah hemoglobin
untuk mengangkat oksigen ke jaringan. Prevelensi anemia di Indonesia
menurut kelompok populasi paling sering terjdi pada populasi wanita dewasa
hamil dengan prevelensi 50-70%, di ikuti wanita dewasa tidak hamil 30-40%,
laki-laki dewasa 20-30%, dan anak-anak usia sekolah 25-35% (Handayani &
Haribowo, 2008).
Anemia adalah keadaan rendahnya jumlah sel darah merah dan kadar
hemoglobin (Hb) atau hematokrit (Ht) dibawah normal. Anemia menunjukan
suatu status penyakit atau perubahan fungsi tubuh. Anemia merupakan
keadaan dimana masa eritrosit dan atau masa hemoglobin yang berada tidak
memenuhi fungsinya untuk menyediakan oksigen bagi jaringan tubuh. Secara
laborotoris, anemia dijabarkan sebagai penurunan kadar hemoglobin serta
hitung eritrosit dan hematokrit dibawah normal (Handayani & dapat
menggunakan Haribowo, 2008).
Batasan umum seseorang dikatakan anemia kriteria WHO pada tahun
1968, dengan kriteria sebagai berikut (Handayani & andi, 2008) :

1) Laki-laki dewasa Hb <13gr/dl


2) Perempuan dewasa tidak hamil Hb <12 gr/dl
3) Perempuan dewasa hamil Hb <11 gr/dl
4) Anak usia 6-14 tahun Hb <12 gr/dl
5) Anak usia 6 bulan-6 tahun Hb <11 gr/dl

5
Untuk kriteria anemia di klinik, rumah sakit, atau praktek klinik pada
umumnya dinyatakan anemia bila terdapat nilai sebagai berikut (Handayani &
Haribowo. 2008).
1) Hb < 10 gr/dl
2) Hematokrit < 30%
3) Eritrosit < 2,8 juta/m
Derajat anemia ditentukan oleh kadar Hb. Klasifikasi derajat anemia yang
umum dipakai adalah (Handayan & Haribowo. 2008).
1) Ringan sekali Hb 10 gr/dl – 13 gr/dl
2) Ringan Hb 8 gr/dl – 9,9 gr/dl
3) Sedang Hb 6 gr/dl – 7,9 gr/dl
4) Berat Hb < 6 gr/dl
2.1.2 Anatomi dan Fisiologi Anemia
2.1.2.1 Tinjauan Anatomi Anemia
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limpa. Darah adalah organ khusus
yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Darah
merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7% -
10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah
darah pada tiap-tiap organ tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan
serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri atas 2 kompunen
utama, yaitu sebagai berikut (Varney H, 2006).
1) Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air,
elektrolit, dan protein darah.
2) Butir-butir darah (blood corpuscles), yang terdiri atas komponen-
komponen berikut ini.
3) Eritrosit : sel darah merah (Sel Darah Merah ± reed blood cell

6
Gambar 2.1 Anatomi Sel Darah
(Sumber Verizarie, 2019)

4) Leukosit : sel darah putih (Sel Darah Putih ± white blood cell).
5) Trombosit : butir pembeku darah ± platelet
2.1.2.2 Tinjauan Fisiologi Anemia
Sistem hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi,
termasuk sumsum tulang dan nodus limfa. Darah adalah organ khusus
yang berbeda dengan organ lain karena berbentuk cairan. Cairan darah
tersusun atas kompunen sel yang tersupensi dalam plasma darah. Sel
darah terbagi menjadi eritrosit (sel darah merah, normalnya 5 ribu per
mm2 darah) dan leukosit (sel darah putih, normalnya 5.000 sampai
10.000 per mm2 darah). Terdapat sekitar 500 sampai 1000 eritrosit tiap
satu leukosit. Leukosit dapat berada dalam beberapa bentuk : eosinofil,
basofil, monosit, netrofil, dan limfosit. Selain itu dalam supensi plasma,
ada juga fragmen-fragmen sel tak berinti yang disebut trombosit
(normalnya 150.000 sampai 450.000 trombosit per mm2 darah).
Komponen seluler darah ini normalnya menyusun 40% sampai 45%
volume darah. Fraksi darah yang ditempati oleh eritrosit disebut
hematokrit. Darah terlihat sebagai cairan merah, opak dan kental.
Warnanya ditentukan oleh hemoglobin yang terkandung dalam sel darah
merah. Volume darah manusia sekitar 7% sampai 10% berat badan
normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Darah bersikulasi di dalam sistem
veskuler dan berperan sebagai penghubung antara organ tubuh,
membawa oksigen yang diabsorbsi oleh paru dan nutrisi yang diabsorbsi
oleh traktus gastroinestinal ke sel tubuh untuk metabolisme sel. Darah

7
juga mengangkut produk sampah yang dihasilkan oleh metabolisme sel
ke paru, kulit, dan ginjal yang akan di transformasi dan dibuang keluar
dari tubuh. Darah juga membawa hormon dan antibodi ke tempat sasaran
atau tujuan. Untuk menjalankan fungsinya, darah harus tetap berada
dalam keadan cairan normal. Karena berupa cairan, selalu terdapat
bahaya kehilangan darah dari sistem vasekuler akibat trauma. Untuk
mencegah bahaya ini, darah memiliki mekanisme pembentukan yang
sangat peka yang diaktifkan setiap saat diperlukan untuk menyumbat
kebocoran pada pembuluh darah. Pembekuan yang berlebihan ini juga
sama bahayanya karena potensial menyumbat aliran darah kejaringan
vital. Untuk menghindari komplikasi ini, tubuh memiliki mekanisme
febrinolitik yang kemudian akan melarutkan bekuan yang berbentuk
dalam pembuluh darah. Darah dan kompunennya mempunyai fungsi
lainnya, yaitu :
1) Transportasi (sari makanan, oksigen, karbondioksida, sisa
metabolisme, dan air)
2) Trasportasi hormon menuju organ terget dan enzim menuju sel tubuh
3) Termogulasi (pengatur suhu tubuh)
4) Imunitas (pertahanan tubuh terhadap bakteri dan virus)
5) Homeostasis (mengatur keseimbangan zat dan pH tubuh) melalui
buffervdan asam amino yang ada di dalam plasma
6) Membantu dalam mencegah tubuh kehilangan cairan yaitu dengan
pembekuan darah
2.1.3 Etiologi Anemia
2.1.3.1. Anemia mikrostik (penurunan ukuran sel darah merah)
1) Kekurangan zat baru
2) Talasemia (tidak efektifnya eritropoiesis dan meningkatnya hemolisis
yang mengakibatkan tidak ada kuatnya kandungan hemoglobin)
3) Gangguan hemoglobin E (jenis hemoglobin genetik yang banyak di
temukan di Asia Tenggara)
4) Keracunan timah
5) Penyakit kronis (infeksi, tumor)

8
2.1.3.2. Anemia normositik (ukuran sel darah merah normal)
1) Sel darah merah yang hilang atau rusak meningkat
2) Kehilangan sel darah merah akut
3) Gangguan hemolisis darah
4) Penyakit sel sabit hemoglobin (sickle cell disease)
5) Gangguan C hemoglobin
6) Sterocitosis banyak di temukan di Eropa Utara
7) Kekurangan G6PD (glucose-6-phosphate dehi-drogenase)
8) Anemia hemolitik (efek samping obat)
9) Anemia hemolisis autoimun
2.1.3.3. Penurunan produksi sel darah merah
1) Anemia aplastik (gagal sumsum tulang belakang yang mengancam jiwa)
2) Penyakit kronis (penyakit hati, gagal ginjal, infeksi, tumor)
2.1.3.4. Ekspansi berlebihan volume plasma pada kehamilan dan hidrasi berlebihan.
2.1.4 Patofisiologi Anemia
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum
tulang dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor,
atau akibat penyebab yang tidak diketahui. Lisis sel darah merah terjadi dalam
sel fagositik atau dalam sistem retikulo endotel, terutama dalam hati dan limpa.
Sebagai hasil sampingan dari proses tersebut, bilirubin yang terbentuk dalam
fagositi akan masuk aliran darah. Kapan sel darah merah mengalami terkirim
dalam sirkulasi, maka hemoglobin akan muncul dalam plasma. Kapan
konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas hemoglobin plasma, maka
hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal dan ke dalam kencing.
Pada dasar gejala anemia timbul karena dua hal, yaitu anoreksia organ
targetkarena berkurang jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah ke
jaringan dan mekanisme kompensasi tubuh terhadap anemia. Kombinasi kedua
penyebab ini akan menimbulkan gejala yang disebut sindrom anemia
(Handayani, 2008).
Anemia menurut ( Wijaya & Putri, 2013) mencerminkan adanya kegagalan
sum-sum atau kehilangan sel darah merah secara berlebihan atau kedua nya.

9
Kegagalan sum-sum dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksin,
invasi tumor atau kebanyakan akibat penyebab yang tidak di ketahui. Sel darah
merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (dekstruksi), hal ini
dapat terjadi akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai dengan ketahanan
sel darah merah normal yang menyebabkan dekstruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagostik atau
dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Sebagai efek
samping proses ini, bilirubin yang terbentuk dalam fagosit akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan dekstruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma. Konsentrasi normal nya 1
mg/dL atau kurang, bila kadar diatas 1,5 mg/dL akan mengakibatkan interik
pada sklera.
Berdasarkan proses patofisiologi terjadinya anemia, dapat digolongkan
pada tiga kelompok (Edmundson, 2013 dalam Rokim dkk, 2014):
1) Anemia akibat produksi sel darah merah yang menurun atau gagal
Pada anemia tipe ini, tubuh memproduksi sel darah yang terlalu sedikit
atau sel darah merah yang diproduksi tidak berfungsi dengan baik. Hal ini
terjadi akibat adanya kelainan sel darah merah atau kekurangan mineral
dan vitamin yang dibutuhkan agar produksi dan kerja eritrosit berjalan
normal. Kondisi yang mengakibatkan anemia ini antara lain sabit sel
anemia, gangguan sumsum tulang dan batang sel anemia defisiensi zat
besi, vitamin B12, dan folat, serta gangguan kesehatan lain yang
mengakibatkan penurunan hormon yang diperlukan untuk proses
eritropoesis.
2) Anemia akibat sel darah merah
Bila sel darah merah yang berada terlalu rapuh dan tidak mampu bertahan
terhadap tekanan sirkulasi maka sel darah merah akan hancur lebih cepat
jadi menimbulkan anemia hematolik. Penyebab anemia hematolik yang
diketahui antara lain:
(1) Keturunan, seperti sabit sel anemia dan talesemia
(2) Adanya stresor seperti infeksi, obat-obatan, bisa hewan, atau beberapa
jenis makanan

10
(3) Toksin dari penyakit hati dan ginjal kronis
(4) Autoimun
(5) Pemasangan korupsi, pemasangan katup buatan, tumor, luka bakar,
paparan kimiawi, hipertensi berat, dan gangguan trombosis.
3) Anemia akibat kehilangan darah
Anemia ini dapat terjadi pada pendarahan akut yang hebat atau pada
pendarahan yang berlangsung perlahan-lahan namun kronis. Jadi kronis
umunya muncul akibat gangguan pecernaan (misal radang perut, wasir,
atau kanker saluran pencernaan), penggunaan obat-obatan yang
mengakibatkan ulkus atau radang perut, menstruasi, dan proses kelahiran.
2.1.5 Tanda dan Gejala Anemia
Tanda dan gejala yang timbul pada anemia menurut (Nurarif & Kusuma, 2015):
1. Lemas dan cepat lelah.
2. Sakit kepala dan pusing.
3. Sering mengantuk, misalnya mengantuk setelah makan.
4. Kulit terlihat pucat atau kekuningan.
5. Detak jantung tidak teratur.
6. Napas pendek.
7. Nyeri dada.
8. Dingin di tangan dan kaki.
2.1.5.1. Manifestasi klinis yang sering muncul
1) Pusing
2) Mudah berkunang-kunang
3) Lesu
4) Aktifitas kurang
5) Rasa mengantuk
6) Susah berkonsentrasi
7) Mudah lelah
8) Conjungtiva pucat
9) Gelisah

11
2.1.5.2. Gejala khas masing-masing anemia
1) Perdarahan berulang/kronik pada anemia pasca perdarahan, anemia defisiensi
besi
2) Ikterus,urin berwarna kuning tua/coklat
3) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia keganasan
4) Keletihan
5) Kelemahan
6) Malaise umu
7) Kehilangan produktifitas : penurunan semangat bekerja
2.1.5.3. Pemeriksaan fisik
1) Tanda-tanda anemia umum: Pucat, takikardi, pulsus celer, suara pembuluh
darah, spontan, bising karotis, bising sistolik anorganik, pembesaran
jantung.
2) Manifestasi khusu pada anemia :
(1) Defisiensi besi : Spoon nail, glositis
(2) Defisiensi B12 : Paresis, ulkus ditungkai
(3) Hemolitik : Ikterus, spelenomegali
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Anemia
2.1.6.1. Pemeriksaan laboratarium
1) Tes penyaringan, tes ini dikerjakan pada tahap awal pada setiap kasus
anemia. Dengan pemeriksaan ini, dapat dipastikan adanya anemia dan
bentuk marfologi anemia tersebut. Pemeriksaan ini meliputi pengkajian pada
kompunen-kompunen berikut ini: Kadar hemoglobin, indeks eritrosit,
(MCV, dan MCHV), apusan darah tepi.
2) Pemeriksaan darah seri anemia, hitung leukosit, trombosit, laju endap darah
(LED), dan dihitung retikulosit.
3) Pemeriksaan sumsum tulang: Pemeriksaan ini memberikan informasi
mengenai keadaan sistem hematopoesis.
4) Pemeriksaan atas indikasi khusus: Pemeriksaan ini untuk mengkonfirmasi
dengan diagnosis awal yang memiliki kompunen berikut ini:
(1) Anemia defisiensi besi: Serum ion, TIBC, saturasi, transferin, dan feritin
serum.

12
(2) Anemia megaloblastik: Asam folat darah/eritrosit, vitamin B12
(3) Anemia hemolitik: Hitung retikulosit, tes coombs, dan elektroforesis Hb.
(4) Anemia pada leukimia akut biasanya dilakukan pemeriksaan sitokimia.
2.1.6.2. Pemeriksaan laboratarium nonhematologis: faal ginjal, faal endokrin, asam
urat, faal hati, biakan kuman.
2.1.6.3. Radiologi: Thorax, bonne survey, USG, atau linfangiografi.
2.1.6.4. Pemeriksaan sitologenik
2.1.6.5. Pemeriksaan biologi mokekuler (PCR : polymerase chain raction, FISH:
fluorescense in situ hybridization) (Nanda, Nic, Noc, 2015 : 37).
2.1.7 Penatalaksanaan Anemia
Penatalaksaan anemia diajukan untuk mencari penyebab dan menganti darah
yang hilang, penatalaksaan anemia berdasarkan penyebabna, yaitu:
1) Anemia apaplastik
Dengan transplantasi sumsum tulang dan terapi immunosupresif dengan
antithimocyle globin (ATG) yang diperlukan melalui jalur sentral selama 7-
10 hari. Prognosis buruk jika transplantasi sumsum tulang tidak berhasil. Bila
diperlukan dapat diberikan transfusi RBC rendah leukosit dan platelet.
2) Anemia pada penyakit ginjal
Pada pasien dialisis harus ditangani dengan pemberian zat besi dan asam
folat. Kalau tersedia, dapat diberikan eritropoetin rekombinan.
3) Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan
tidak memerlukan penanganan untuk anemianya. 0engan menanganikelainan
yang mendasarinya, maka anemia akan terobati dengan sendirinya.
4) Anemia defisiensi besi dan asam folat
Dengan pemberian makanan yang adekuat. Pada defisiensi besi diberikan
sulfas ferosus 3x10 mg/hari. Transfusi darah diberikan bila kadar Hb kurang
dari 5% gr.
5) Anemia megaloblastik
(1) Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
defisiensi disebabkan oleh defek absorbsi atau tidak tersedianya faktor
intrinsik dapat diberikan vitamin B12 dengan injek IM.

13
(2) Untuk mencegah kekambuhan anemia, terapi vitamin B12 diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi
yang tidak dapat dikoreksi.
(3) Pada anemia defisiensi asam folat diberikan asam folat 3x5 mg/hari
(4) Anemia defisiensi asam folat pada pasien dengan gangguan absorbsi.
Penanganaanya dengan diet dan penambahan asam folat 1 mg/hari
secara IM.
6) Anemia pasca perdarahan
Dengan memberikan transfusi darah dan plasma. Dalam keadaan darurat
diberikan cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.
7) Anemia hemolitik
Dengan pemberian transfusi darah mengantikan darah hemolisis
(Nanda, Nic, Noc, 2015:38).
2.1.8 Komplikasi Anemia
Komplikasi: (Betz dan Sowden, 2009)
1) Perkembangan otot buruk
2) Kemampuan memperoleh informasi yang didengar menurun
3) Interaksi sosial menurun
4) Daya konsentrasi menurun.
Infeksi sering terjadi dan dapat berlangsung fatal pada masa anak-anak
kematian mendadak dapat terjadi karena krisis sekuestrasi dimana terjadi
pooling sel darah merah ke RES dan kompartemen vaskular sehingga
hematokrit mendadak menurun.Pada orang dewasa menurunnya faal paru
dan ginjal dapat berlangsung progresif. Komplikasi lain berupa infark
tulang, nekrosis aseptik kaput femoralis, serangan-serangan priapismus dan
dapat berakhir dengan impotensi karena kemampuan ereksi. Kelainan ginjal
berupa nekrosis papilla karena sickling dan infaris menyebabkan hematuria
yang sering berulang-ulang sehingga akhirnya ginjal tidak dapat
mengkonsentrasi urine.Kasus-kasus Hemoglobin Strait juga dapat
mengalami hematuria. (Noer Sjaifullah H.M, 2007).
1) Jantung : Menyebabkan gagal jantung kongestif
2) Paru : Menyebabkan infark paru, pneumonia, pneumonia, pneomokek

14
3) SSP : Menyebabkan trombosis serebral
4) Genito urinaria : Menyebabkan disfungsi ginjal,pria pismus
5) Gastro Intestinal : Menyebabkan kolesisfitis,fibrosis hati dan abses hati
6) Ocular : Menyebabkan ablasia retina,penyakit pembuluh darah perifer,
pendarahan
7) Skeletal : Menyebabkan nekrosis aseptic kaput femoris dan kaput
humeri, daktilitis (biasanya pada anak kecil)
8) Kulit : Menyebabkan ulkus tungkai kronis.
2.2 Konsep Dasar Keperawatan Anemia
Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan
dalam aspek-aspek pemeliharaan, rehabilatif, dan preventif perawatan
kesehatan. Untuk sampai dalam hal ini, profesi keperawatan telah
mengidentifikasi proses pemecahan masalah yang mengabungkan elemen yang
paling diinginkan dari seni keperawatan dengan elemen yang paling relevan
dari sistem teori, dengan menggunakan metodee ilmiah (Doenges, Moorhouse
dan Gaissler, 2014).
Proses keperawatan ini diperkenalkan pada tahun 1950-an sebagai proses
yang terdiri atas tiga tahap: pengkajian, perencanaan dan evaluasi yang
didasarkan metode ilmiah pengamatan, pengukuran, pengumpulan data, dan
penganalisaan temuan. Kajian selama bertahun-tahun, penggunaan dan
perbaikan telah mengarahkan perawat dengan pengembangan proses
keperawatan menjadi 5 langkah yang kongkrit (pengkajian, identifikasi
masalah, perencanaan, implementasi, dan evaluasi) yang memberikan metode
efisien tentang pengorganisasian proses berpikir untuk pembuatan keputusan
klinis. Kelima langkah ini adalah pusat untuk tindakan keperawatan dan
memberikan asuhan pasien secara individual dan kualitas yang lebih tinggi
dalam berbagai situasi (Doenges, Moorhouse dan Geissler, 2014). Dalam
proses keperawatan mencakup pengkajian, diagnosa keperawatan, perencaan,
implementasi dan evaluasi.
2.2.1 Pengkajian
Data dasar pengkajian klien dengan anemia menurut Doenges, Moorhouse dan
Geissler (2014) adalah :

15
2.2.1.1 Aktivitas/Istirahat
1) Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise umum, kehilangan produktifitas,
penurunan semangat untuk bekerja, toleransi terhadap letihan rendah,
kebutuhan untuk tidur dan istirahat lebih banyak.
2) Tanda : Takikardia/takipnea ; dispnea pada bekerja atau istirahat, latergi,
menarik diri, apatis, lesu, dan kurang tertarik pada sekitarnya, kelemahan otot
dan penurunan kekuatan, antaksia, tubuh tidak tegak, bahu menurun, postur
lunglai, berjalan lambat, dan tanda-tanda lainnya yang menunjukan keletihan.
2.2.1.2 Sirkulasi
1) Gejala : Riwayat kehilangan darah kronis, mis. Perdarahan GI kronis,
menstruasi berat (defisiensi berat), angina, CHF (akibat kerja jantung
berlebihan), riwayat endocarditis infektif kronis, palpitasi (takikardia
kompensasi)
2) Tanda : TD: peningkatan sistolik dengan diastolik stabil dan tekanan nadi
melebar, hipotensi postular, disritmia : abnormal EKG, misal depresi segmen
ST dan pendataran atau depresi gelombang takikardia, bunyi jantung mur-mur
sistolik (defisiensi besi), ekstremitas (warna) pucat pada kulit dan membran
mukosa (konjungtiva, mulut, faring, bibir) dan dasar kuku. Catatan : pada
pasien kulit hitam, pucat dan tampak sebagai keabu-abuan. Kulit seperti
berlilin, pucat (aplastik) atau kuning lemon terang, sclera biru atau putih
seperti mutiara, pengisian kapiler lambat (penurunan aliran darah ke perifer
dan vasokonstriksi kompensasi), kuku mudah patah, berbentuk seperti sendok
(koilonika) rambut kering, mudah putus,, menipis, tumbuh uban secara
premature.
2.2.1.3 Integritas ego
1) Gejala : Keyakinan agama/budaya mempengaruhi pilihan pengobatan ini,
penolakan transfusi darah.
2) Tanda : Depresi
2.2.1.4 Eliminasi
1) Gejala : Riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorbsi
(defisiensi besi), hematemesis, fases dengan darah segar, melena, diare,
konstipasi, penurunan haluaran urine.

16
2) Tanda : Distensi abdomen
2.2.1.5 Makanan/cairan
1) Gejala : Penurunan masukan diet, masukan diet protein hewani rendah/
masukan produk sereal tinggi (defisiensi besi), nyeri mulut atau lidah,
kesulitan menelan (ulkus pada faring), mual/ muntah, dispepsia, anoreksia,
adanya penurunan berat badan.
2) Tanda : Lidah tampak merah daging / halus (AP : defisiensi asam folat dan
B12), membran mukosa kering atau pucat, turgorkulit buruk, kering tampak
kisut/ hilang elastisitas (defisiensi besi), stomatitis dan glositis (status
defisiensi), bibir selitis misal inflamasi bibir dengan sudut mulut pecah.
2.2.1.6 Hygiene
1) Tanda : kurang bertenaga, penampilan tak rapih
2.2.1.7 Neurosensori
1) Gejala : Sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tinnitus, ketidakmampuan
berkonsentrasi, insomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata,
kelemahan, keseimbangan buruk, kaki goyah, parastesia tangan/ kaki,
klaudikasi, sensasi menjadi dingin.
2) Tanda : Peka rangsang, gelisah, depresi, cenderung tidur, apatis, mental: tak
mampu berespon lambat dan dangkal, oftalmik: hemoragis retina (aplasti,
AP), epitaksis, pendarahan dari lubang-lubang (aplastik), gangguan
koordinasi, ataksia, penurunan rasa getar dan posisi, tanda rombeng positif,
paralisis (AP).
2.2.1.8 Nyeri/ kenyamanan
1) Gejala : Nyeri abdomen sama, sakit kepala (defesiensi besi)
2.2.1.9 Pernapasan
1) Gejala : Riwayat Turbokulosis paru, abses baru, napas pendek pada
istirahat dan aktivitas.
2) Tanda : Takipnea, ortopnea, dan dispnea.
2.2.1.10 Keamanan
1) Gejala : Riwayat pekerjaan terpajan terhadap bahan kimia, misak benzene,
insektisida, fenilbutazon, naftalen. Riwayat terpajan pada radiasi baik sebagai
pengobatan atau kecelakaan, riwayat kanker, terapi kanker, tidak toleran

17
terhadap dingin dan/atau panas, transfusi darah sebelumnya, gangguan
pengelihatan, penyembuhan luka buruk, sering infeksi.
2) Tanda : Demam rendah, menggigil, berkeringat malam, limfadenopati
umum, petekie dan ekimosis (aplastik)
2.2.1.11 Seksualitas
1) Gejala : Perubahan aliran menstruasi, misal menoragia atau amenore
(defisiensi besi), hilang libido (pria dan wanita).
2) Serviks dan dinding vagina pucat
2.2.1.12 Penyuluhan/ pembelajaran
1) Gejala : Kecendrungan keluarga untuk anemia (DB/ AP), penggunaan
anti konvulsan masa lalu/ saat ini, antibiotic, agen kemoterapi (gagal
sumsum tulang), aspirin, obat antiinflamasi atau antikoagulan, penggunaan
alcohol kronis, adanya/ berulangnya episode perdarahan aktif (defesiensi
besi), riwayat penyakit hati, ginjal, masalah hematologi, penyakit seliak atau
penyakit malabsorpsi lain, enteristik regional, manifestasi cacing pita,
poliendokrinopati, masalah autoimun (misal antibody pada sel parietal,
faktor intristik, antibody tiroid dan sel T), pembedahan sebelumnya misal
splenektomi, eksisi tumor, penggantian katup prostetik, eksisi bedah
duodenum atau reaksi gaster, gastrektomi parsial/ total (DB/AP), riwayat
adanya masalah dengan penyembuhan luka atau pendarahan, infeksi kronis,
penyakit granulomatous kronis atau kanker (sekunder anemia).

18
2.2.2 Pathway Anemia

Perdarahan saluran cerna, Defisiensi zat besi, Overaktif RES, produksi


uterus, hidung, luak vitamin B12, asam folat SDM abnormal

Kehilangan sel dara merah Penurunan Fe


Penghancuran sel darah
disumsum tulang
merah meningkat

Produksi sel darah


merah menurun

Penurunan jumlah Pertahanan sekunder Resiko infeksi


eritrosit tidak adekuat
Efek
Penurun kadar Hb gastrointestinal

Gangguan
Kompensasi jantung Kompensasi paru
penyerapan nutrisi
dan defisiensi folat
Beban kerja dan Peningkatan
curah jantung frekuensi napas
Glositis berat
meningkat
(lidah meradang),
Dispnea (kesulitan diare, kehilangan
Takikardia, angina bernapas) nafsu makan
(nyeri dada), iskemia
miokardium, beban
Hipoksia Intake nutrisi turun
kerja jantung
meningkat
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
Ketidakefektifan Lemah lesu,
kebutuhan tubuh
perfusi jaringan perifer parastesia, mati rasa,
nyeri akut ataksia, gangguan
koordinasi, binggung
Peningkatan Palpitasi
kontraktilitas Defisit perawatan diri
Ketidakefektifan
Intoleran aktifitas
pola nafas
Penebalan dinding Kardiomegali

19
2.2.3. Bagan Penyimpangan KDM Anemia
(Sumber: Nurarif dan Kusuma, 2015)

2.2.3 Diagnosis Keperawatan Anemia


Diagnosis keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien serta respon terhadap masalah aktual dan
resiko tinggi (Doengus, Moorhouse, dan Geisseler, 2014).
Menurut Doengus, Moorhouse dan Geissler, 2014. Diagnosis keperawatan
anemia adalah sebagai berikut.
Menurut nomenklatur masalah keperawatan mengikuti standar diagnosis
keperawatan Indonesia:
1) Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi,
penurunan transfer oksigen keparu
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan dengan
konsentrasi hemoglobin dan darah, suplai oksigen berkurang
3) Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia
4) Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin
5) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
2.2.4 Rencana Keperawatan
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk prilaku spesifik yang diharapkan
dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.
Tindakan/intervensi keperawatan dipilih untuk membantu pasien dalam
mencapai hasil pasien yang diharpkan dan tujuan pemulangan. Harapannya
adalah bahwa prilaku yang di preskripsikan akan menguntungkan pasien dan
keluarga dalam cara yang dapat diprediksi, yang berhubungan dengan masalah
yang diidentifikasi dan tujuan yang telah dipilih. Intervensi ini mempunyai
maksud menindividualkan perawatan dengan memenuhi kebutuhan spesifik
pasien serta harus menyertakan kekuata-kekuatan pasien yang telah di
indentifikasi bila memungkinkan. Intervensi keperawatan harus spesifik dan
dinyatakan dengan jelas, dimulai dengan kata kerja aksi. Pengkualifikasi seperti

20
bagaimana, kapan, diamana, prekuensi, dan besarnya memberikan isi dari
aktifitas yang direncanakan (Doengus, Moorhouse, dan Geissler, 2014).
Dari diagnosa keperawatan yang disusun, maka intervensi atau rencana tindaka
keperawatan klien dengan Anemia menurut Nurarif dan Kusuma 2015, adalah :
2.2.4.1 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom hipoventalasi, penurunan
transfer oksigen ke paru-paru.
Tujuan : Pola nafas efektif kembali
Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada
sianosis dan dipsnea (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan
mudah, tidak ada pulsed lips).
2) Menunjukan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal (16-20x/menit), tidak ada suara
nafas abnormal ).
3) Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, dan
pernafasan).
Intervensi :
1) Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, irama. Perhatikan laporan dipsnea dan
atau pengguna otot bantu, pernafasan cuping hidung, gangguan
pengembangan dada.
2) Tempatkan pasien pada posisi nyaman, posisi fowler atau semi fowler.
3) Beri posisi dan bantu ubah posisi secara produktif.
4) Anjurkan atau bantu dengan tehnik relaksasi nafas dalam.
5) Evaluasi warna kulit, perhatikan pucat, terjadinya sianosis (khususnya pada
dasar kulit, daun telingga, dan bibir).
6) Kaji respon pernafasan terhadap aktifitas, perhatikan keluhan dipsnea atau
peningkatan kelelahan. Jadwalkan periode istirahat antara aktivitas.
7) Tingkatkan tirah baring dan berikan perewatan sesuai indikasi selama
eksaserbasi akut/panjang.
8) Berikan lingkungan yang tenang
2.2.4.2 Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dan darah, suplai oksigen berkuran.

21
Tujuan: Perfusi jaringan perifer efektif kembali
Kriteria hasil :
1) Tekanan darah sistole dalam rentan normal
2) Tidak ada ortostatik hipertensi
3) Tidak ada tanda-tanda peningkatan intracranial (tidak lebih dari 15 mmHg)
4) Berkomunikasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan
5) Menunjukan perhatian, konsentrasi dan orientasi
6) Memproses informasi
7) Membuat keputusan dengan benar
Intervensi :
1) Monitor adanya darah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin,
tajam, tumpul
2) Monitor adanya paretase
3) Kolaborasi pemberian analgetic
2.2.4.3 Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang, anoreksia
Tujuan: Status nutrisi, berat badan terkontrol
Kriteria hasil :
1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan
2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan
3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi
4) Tidak ada tanda-tanda malnutrisi
5) Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan
6) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti
Intervensi :
1) Kaji adanya alergi terhadap makanan
2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang
dibutuhkan pasien
3) Anjuran pasien untuk meningkatkan inteke Fe
4) Anjuran pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C
5) Berikan substansi gula

22
6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah
konstipasi
7) Berikan makanan yang terpilih (sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi)
8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian
9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan
12) Berat badan dalam batas normal
13) Monitor adanya penurunan berat badan
14) Monitor tipe dan jumlah aktivitas yang biasa dilakukan
15) Monitor lingkungan selama makan
16) Jadwalkan pengobatan dan tindakan tidak selama jam makan
2.2.4.4 Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin
Tujuan : Tidak ada tanda-tanda infeksi
Kriteria hasil :
1) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
2) Mendeskripsikan proses penularan penyakit, faktor yang mempengaruhi
penularan serta penatalaksanaannya
3) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
4) Jumlah leukosit dalam batas normal
5) Menunjukkan perilaku hidup sehat
Intervensi :
1) Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
2) Pertahankan tehnik isolasi
3) Batasi pengunjung bila perlu
4) Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
meninggalkan pasien
5) Gunakan sabun tangan anti mikroba untuk cuci tangan
6) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
7) Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
2.2.4.5 Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Perawatan diri (mandi) dapat terpenuhi

23
Kriteria hasil :
1) Perawatan diri ostomi : tindakan pribadi mempertahankan ostomi untuk
eleminasi
2) Perawatan diri : aktivitas kehidupan sehari-hari mampu untuk melakukan
aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara mandiri dengan atau tanpa alat
bantu
3) Perawatan diri mandi : mampu untuk membersihkan tubuh sendiri secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
4) Perawatan diri hygiene : mampu untuk mempertahankan kebersihan
penampilan yang rapi secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
5) Perawatan diri hygiene oral : mampu untuk merawat mulut dan gigi secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
6) Mampu mempertahankan mobilitas yang diperlukan untuk ke kamar mandi
dan menyediakan perlengkapan mandi
7) Membersihkan dan mengeringkan tubuh
8) Mengungkapkan secara verbal kepuasan tentang bersihan tubuh dan hygiene
oral
Intervensi :
1) Pertimbangan budaya pasien ketika memposisikan aktivitas perawatan diri
2) Pertimbangan usia pasien ketika memposisikan aktivitas perawatan diri
3) Menentukan jumlah dan jenis bantuan yang dibutuhkan
4) Tempat duduk, sabun, deodorant, alat pencukur dan aksesoris lainnya yang
dibutuhkan di samping tempat tidur atau di kamar mandi
5) Menyediakan artikel pribadi yang diinginkan (misal deodorant, sikat gigi,
sabun mandi, sampo, lotion, dan produk aromaterapi)
6) Menyediakan lingkungan yang teraupetik dengan memastikan hangat,
santai, pengalaman pribadi, dan personal
7) Memfasilitasi gigi pasien menyikat sesuai
8) Memfasilitasi diri mandi pasien, sesuai
2.2.5 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai tujuan
yang spesifik yang dimulai setelah rencana intervensi disusun dan ditunjukkan

24
pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan
(Nursalam, 2008). Tindakan keperawatan (implementasi) adalah preskripsi untuk
prilaku positif yang diharapkan dari klien atau tindakan yang harus dilakukan
oleh perawat sesuai dengan apa yang direncanakan. Implementasi dari
perencanaan dicatat dalam catatan kemajuan dan/atau flow sheet (Doenges,
Moorhouse, dan Geissler, 2014).
Pada fase implementasi proses pengajaran pembelajaran, pasien, keluarga, dan
anggota tim keperawat serta tim kesehatan lain, menjalani aktivitas yang telah
dibuat dalam pengajaran. Semua aktivitas dari semua individu ini dikoordinasi
oleh perawat. Penting arti untuk tetap vleksible selama fase implementasi proses
pengajaran pembelajaran dan untuk mengkaji respons individu terhadap strategi
pengajaran secara continue, membuat perubahan dalam rencana pengajaran
sesuai yang diperlukan. Kreativitas dalam meningkatkan dan mempertahankan
motivasi peserta didik untuk belajar adalah penting, dan artinya untuk
mengantipasi kebutuhan pembelajaran beru yang mungkin timbul setelah pulang
dari rumah sakit atau setelah kunjungan perawatan rumah berakhir. Fase
implementasi selesai jika strategi-strategi pengajaran telah diselesaikan dan jika
respons peserta didik terhadap tindakan telah dicatat. Catatan ini berfungsi
sebagai dasar untuk mengevaluasi sejauh mana tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan dan hasil yang diperkirakan telah tercapai (Smeltzer dan Bare, 2002).
Menurut Doenges, Moorhose, dan Geissler (2014), komponen tahapan
implementasi terbagi menjadi :
1. Tindakan keperawatan mandiri (dilakukan perawat).
2. Tindakan kolaboratif (Dilakukan oleh pemberi perawatan lainnya
2.2.6Evaluasi
Evaluasi dalam proses pengajaran pembelajaran diarahkan pada penentuan
seberapa epektifnya individu telah berrespon terhadap strategi pengajaran dan
sejauh mana tujuan yang telah dicapai (Smeltzer dan Bare, 2002). Evaluai
asuhan keperawatn sebagai tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai hasil akhir dari seluruh tindakan keperawatn yang telah dilakukan.
Evaluasi ini bersifat sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan sekaligus pada akhir
dari semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan dan disebut juga evaluasi

25
pencapain jangka panjang. Ada duan alternaif dalam menapsirkan hasil evaluasi,
yaitu :
1. Masalah teratasi
Maslah teratasi apa bila klien atau keluarga menujukan perubahan tingkah laku
dan perkembangan kesehatan sesuai dengan kriteria pencapaian tujuan yang
telah ditetapkan
2. Masalah belum teratasi
Masalah belum teratasi apabila klien atau keluarga sama sekali tidak
menunjukan perubahan prilaku dan perkembangan kesehatan atau bahkan timbul
masalah baru.

26
BAB 3
LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil asuhan keperawatan pada
Ny. M dengan diagnosis medis anemia, di ruang perawatan Dahlia Rumah Sakit
Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara mulai tanggal 10-12 Februari
2020. Dalam memberikan asuhan keperawatan pada kasus ini, penulis
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara sistematis dalam
memecahkan masalah keperawatan. Pelaksanaan asuhan keperawatan dimulai
dari pengkajan, diagnosis keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
3.3 Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
Pengkajian dilakukan pada tanggal 10-12 Februari 2020. Klien bernama
Ny. M berumur 62 tahun, tempat/tanggal lahir Tarakan 24 Agustus 1958,
status perkawinan menikah, jenis kelamin perempuan, beragama Islam,
Pendidikan terakhir SD, Pekerjaan ibu rumah tangga, alamat Kampung Empat
Jl. Masjid Istiqlal Rt. 11. Klien masuk rumah sakit pada tanggal 9 Februari
2020 dengan diagnosis anemia.
Keluarga yang bertanggung jawab bernama Tn. B, tempat/tanggal lahir
Tarakan 24 September 1951, jenis kelamin laki-laki, hubungan dengan klien
yaitu adik kandung, beragama Islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan
Security, alamat Kampung Empat Jl. Masjid Istiqlal Rt. 11.
3.1.2. Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien di antar ke IGD Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan dengan keluhan
nyeri perut dan perut terasa tertusuk-tusuk.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
3.1.3.1. Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya terasa nyeri.
3.1.3.2.Riwayat Keluhan Utama
Klien mengatakan perutnya terasa nyeri pada bagian ulu hati dan tidak ada
penyebaran, nyeri timbul saat bergerak dan nyeri akan hilang bila klien

27
berbaring, nyeri seperti tertusuk-tusuk, skala nyeri 4 dengan durasi 5-10
menit, klien tampak meringgis.
3.1.3.3. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan diantar ke Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi
Kalimantan Utara dengan keluhan nyeri perut, badan terasa lemes dan pusing,
klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, saat ditanya tentang penyakitnya
klien tidak tahu dan tampak binggung, klien tampak pucat dan lemah, jika
berjalan klien merasa badan suka bergetar.
3.1.3.4. Riwayat penyakit dahulu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi sejak 3 tahun yang lalu,
klien pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya karena operasi katarak pada
mata, klien tidak pernah jatuh sebelumnya. Klien mengatakan tidak alergi
terhadap makanan maupun obat-obatan.
3.1.3.5. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan dalam keluarganya tidak ada yang menderita penyakit
anemia dan tidak ada penyakit menular dalam keluarga.
Genogram :

X X X X
X

? ? ? ? ? X ?
? 63
62

45 43 35 28

28
Keterangan :
Pasien

Laki-laki

Perempuan

? Umur tidak diketahui


X Meninggal
___ Garis keturunan

Bagan 3.1 Genogram keluarga Ny. M


Dengan Anemia

3.1.4. Riwayat psikososial


Klien mengatakan ingin segera sumbuh dan sehat, klien tinggal bersama
suami dan anak-anaknya, rumah yang di tempati saat ini adalah rumah
sendiri. Hubugan keluarga selalu harmonis, hubungan klien dengan
tetangga sekitar klien baik, klien sering mengikuti kegiatan masyarakat
disekitarnya.
3.1.5. Riwayat spiritual
Klien mengatakan selalu melaksanakan sholat 5 waktu sebelum sakit,
namun pada saat sakit klien hanya berzikir, sholawat, dan berdoa di atas
tempat tidur klien.
3.1.6. Pola kognitif
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan penglihatan kurang jelas, pendengaran klien cukup
baik, pengecapan klien cukup baik, kemampuan klien berbicara cukup
baik.

29
2) Saat sakit
Klien mengatakan penglihatan klien kurang jelas, pendengaran klien
baik, kemampuan klien berbicara cukup baik.
3.1.7. Pola konsep diri
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit klien merasa adalah orang yang kuat,
klien dapat beraktifitas dengan baik, sebelum sakit klien bisa bekerja
dengan baik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan merasa dirinya itu lemah tidak bisa melakukan
aktifitas seperti sebelumnya.
3.1.8. Pola koping
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan sebelum sakit tidak merasa kehilangan, pandangan
klien terhadap masa depannya ingin yang terbaik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan penyakit yang dideritanya diserahkan saja pada
Tuhan dan klien terus berdoa, berharap agar sembuh dari sakit.
3.1.9. Aktifitas sehari-hari
3.1.9.1. Nutrisi
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selera makan baik, makan klien dengan teratur 3
kali dalam sehari dengan porsi makan dihabiskan. Menu makan nasi,
sayur, telur, daging, dan ikan. Klien mengatakan menyukai semua
makanan.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selera makan sedikit berkurang, klien makan
dengan teratur 3 kali dalam sehari, porsi makan dihabiskan dengan
menu makan bubur, sayur dan daging.

30
3.1.9.2. Cairan
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan selalu minum air putih. Dalam sehari klien minum
6-7 gelas (1 gelas 250 ml), klien juga minum kopi 1-2 gelas dalam
sehari.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit klien minum air putih 6 gelas dalam
sehari (220 ml), klien minum dengan cara oral, klien terpasang infus
(NaCl 500 ml/6 jam), klien terpasang transfusi darah B+ habis
dengan 1 kantong dalam sehari 180 cc/hari.
3.1.9.3. Eliminasi
1) BAB (Sebelum sakit)
Klien mengatakan buang air besar lancar setiap hari, klien buang air
besar 2 kali dalam sehari dengan konsistensi padat berwarna kuning,
tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar.
2) BAB ( Saat sakit)
Klien mengatakan buang air besar lancar dalam sehari, klien buang
air besar 2 kali dalam sehari dengan konsistensi padat berwarna
kuning, tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar.
3) BAK (Sebelum sakit)
Klien mengatakan lancar buang air kecil dalam sehari, dalam sehari
klien buang air kecil 4-5 kali (200 cc) berwarna kuning jernih, klien
mengatakan tidak mengalami kesulitan buang air kecil.
4) BAK (Saat sakit)
Klien mengatakan lancar buang air kecil, dalam sehari klien buang
air kecil 5 kali dalam sehari (200 cc) berwarna kuning jernih, klien
mengatakan tidak mengalami kesulitan dalam buang air kecil.
3.1.9.4. Istirahat dan tidur
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan jam tidur siang 12.00-13.00 Wita, pada malam
hari 22.00-05.00 wita, satu hari klien tidur 7 jam/hari, pola tidur

31
klien teratur, kebiasaan klien sebelum tidur adalah berdoa, klien
tidak mengalami kesulitan tidur.
2) Saat sakit
Klien mengatakan tidur siang kurang karena klien merasa sakit pada
saat transfusi darah, pada malam hari klien tidur jam 22.00-00.00,
klien tidur hanya 4 jam/hari, klien mengalami kesulitan tidur
dikarenakan hambatan lingkungan yang kurang nyaman
(kebisingan), klien suka terbangun tengah malam, kebiasaan klien
sebelum tidur adalah berdoa.
3.1.9.5. Olahraga
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan berolahraga seperti jalan-jalan santai depan
rumah, klien mengatakan setelah selesai berolahraga tubuh klien
terasa segar dan baik.
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit klien tidak bisa berolahraga klien
hanya bisa berbaring dan duduk diatas tempat tidur, klien
mengatakan selama sakit hanya menjalani pengobatan.
3.1.9.6. Personal hygiene
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan mandi 2 kali dalam sehari dan selalu cuci rambut,
klien selalu gosok gigi setiap kali mandi, klien potong kuku
seminggu 1 kali.
2) Saat sakit
Klien mengatakan tidak mandi selama dirawat di rumah sakit, klien
tidak cuci rambut dan gosok gigi selama dirawat di rumah sakit.
3.1.9.7. Aktivitas atau mobilitas fisik
1) Sebelum sakit
Klien mengatakan kegiatan sehari-hari hanya bekerja sebagai ibu
rumah tangga, klien tidak menggunakan alat bantu gerak di rumah,
klien tidak mengalami kesulitan bergerak.

32
2) Saat sakit
Klien mengatakan selama sakit tidak melakukan aktivitas apapun,
klien hanya pergi ke kamar mandi, klien tidak mengalami kesulitan
saat bergerak tetapi hanya merasa lemes dan bergetar.
3.1.10. Pemeriksaan fisik
3.1.10.1. Keadaan umum
Klien terlihat lemah
3.1.10.2. Tanda-tanda vital
1) Suhu : 36,4 ºC
2) Nadi : 93 x/menit
3) Respirasi : 20 x/menit
4) Tekanan darah : 160/70 mmHg
MAP : Tekanan darah 160/70 mmHg
= Sistol + (2 x Diastol)
3
= 300/3
= 100 mmHg
5) Tekanan Nadi : Sistol-Diastol
: 160-70
: 90 mmHg
3.1.10.3. Antropometri
1) Tinggi badan : 155 cm
2) Barat badan : 53 Kg
BB(Kg)
3) Indeks Masa Tubuh :¿
TB(m2)
53
¿
(1,55)²
= 22,06 Kg/M² (normal)
3.1.10.4. Sistem pernafasan
1) Hidung : Hidung simetris, tidak terdapat pernafasan cuping hidung,
tidak ada secret, tidak terdapat polip
2) Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak terdapatmassa

33
3) Dada : Bentuk dada normo chest, gerakan dada simetris tidak ada
otot bantu pernafasan. Vocal premitus kiri dan kanan teraba sama,
Rr 20 x/menit. Suara paru sonor, bunyi nafas vesikuler, tidak
terdapat suara nafas tambahan.
3.1.10.5. Sistem kardiovaskular
Conjungtivia pucat, bibir tampak pucat kering, arteri carotis kuat, nadi
93 x/menit capillary refill time 4 detik. Ukuran jantung, batas jantung
kanan atas ICS 2 parasternalis dextra, kanan bawah ICS 4 parasternal
dextra, batas kiri ICS 2 parasternal sinistra, dan batas kiri bawah ICS 4
intra clavicula. Suara jantung S1 ( aorta dan pulmonal ) lup dan S2
(mitral dan tikuspid) dup.
3.1.10.6 Sistem pencernaan
Scelera tidak ikterik bibir pucat kering, tidak terdapat stomatitis, klien
tidak mengalami gangguan menelan. Bising usus 25 x/menit, tidak ada
nyeri tekan pada hepar, ginjal, dan linen.
3.1.10.7. Sistem pengindraan
1) Mata : Kelopak mata simetris, kiri dan kana dapat membuka
kelopak mata secara bersamaan dengan spontan, penyebaran bulu mata
merata.
2) Hidung : Fungsi penciuman baik, pasien dapat membedakan aroma
minyak kayu putih dan parfum, tidak mengalami deviasi septum, tidak
terdapat polip, warna membran glukosa pucat, terdapat silia.
3) Telinga : Daun telinga simetris antara kiri dan kanan, tidak terdapat
serumen, pendengaraan baik, klien dapat mengikuti arahan dari
perawat
3.1.10.8. Sistem persyarafan
1) Nervus okulomotor : Pasien dapat mengikuti 4 arah jari tangan ke
atas, bawah, kanan, kiri. Pupil mengecil ( miosis ) ketika diberi
cahaya.
2) Nervus troklearis: Klien dapat mengikuti gerakan arah tangan
perawat.

34
3) Nervus trigeminalis : Pasien dapat merasakan sentuhan rabaan pada
pipi dengan menggunakan kapas.
4) Nervus abdusens: Klien dapat dapat menggerakan bola mata ke arah
lateral.
5) Nervus fasialis : Klien dapat melawan tahanan pada kelopak mata.
6) Nervus vestibulokoklearis: Klien dapat mendengar suara detak
jarum jam.
7) Nervus glossofatingseus : Klien dapat membedakan rasa manis dan
asam.
8) Nervus vagus : Klien dapat menelan Nervus olfaktorius : Pasien
dapat membedakan bau minyak kayu putih dan parfum, dengan cara
meminta klienuntuk menutup matanya dan membedakan antara
minyak kayu putih dan parfum.
9) Nervus optikus : Klien dapat melihat dari jarak lebih 30 cm dan
tidak mudah beralih
10) dengan baik.
11) Nervus assesorisl : Pasien dapat menggerakan kepala ke kanan dan
ke kiri. Pasien dapat mekawan tahanan pada bahu.
12) Nervus hipoglossus : Pasien dapat menjulurkan lidahnya dan dapat
digerakkan dari sisi kiri kekanan.
3.1.10.9. Sistem muskoloskeletal
1) Kepala : Bentuk kepala normochepale, dapat di gerakkan.
2) Vertebra : Klien tidak mengalami kelainan tulang belakang, dan
dapat bergerak dengan bebas.
3) Lutut : Tidak bengkak dan tidak mengalami kekakuan, kaki dapat
digerakkan.
4) Kaki : Tidak ada nyeri tekan atau massa, tidak bengkak, dapat
digerakkan, mampu berjalan.
5) Tangan : Tidak ada nyeri tekan atau massa, terdapat
pembengkakan pada tangan sebelah kiri pasien karena plebitis,
terpasang infus pada tangan sebelah kiri, akral teraba dingin.
6) Kekuatan otot :

35
3 3

4 4
Sinistra Dextra
3.1.9.10. Sistem integument
1) Rambut : Berwarna hitam ada putih sedikit, kering, distribusi
merata di seluruh kepala, tidak mudah dicabut dan tidak
berketombe.
2) Kulit : Warna kulit coklat, temperaturnya dingin, kulit tampak
pucat, terdapat bulu pada kulit
3) Kuku : Warna kuku putih, permukaan kuku halus, tidak mudah
patah, dan bersih.
3.1.10.11. Sistem endokrin
Tidak adanya pembesaran kelenjar tiroid, klien tidak mengalami
sekresi urin berlebihan, tidak mengalami polydipsia dan polyfagia,
suhu 36,4ºc, tidak mengalami keringat yang berlebihan.
3.1.10.12. Perkemihan
Tidak ada kesulitan pada saat berkemih, keadaan kandung kemih
tidak distensi, klien tidak mengalami kencing batu.
3.1.10.13. Sistem imun
Klien mengatakan tidak alergi terhadap cuaca maupun debu, klien
mengatakan jarang mengalami flu karena perubahan cuaca.
3.1.11. Pemeriksaan penunjang
Tabel 3.1 pemeriksaan darah lengkap dan urine Ny, M pada tanggal 10
Februari 2020 Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan.

36
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Hematologi
Hematologi lengkap
Hemoglobin L.L 6.9 g/dL 12.0-16.0

Leukosit 7.69 10^3/uL 4.00-12.00

Eritrosit L 3.90 10^6/uL 4.00-5.50

Hematokrit L 23.8 % 37.0-43.0

Trombosit H 352 10^3/uL 150-450

Indeks eritrosit
MCV L 61.0 fL 82.0-96.0

MCH L 17.7 Pg 27.0-31.0

MCHC L 29.0 g/L 32.0-37.0

Hitung jenis
55.9 % 50-70
Neutrofil
31.6 % 20.0-40.0
Limfosit
5.3 % 2.0-8.0
Monosit
H 6.9 % 1.0-3.0
Eosinofil
0.3 % 0-1
Basofil
KIMIA DARAH
146 Mg/dL <200 (Perkeni
Glukosa darah
2015)
sewaktu
Urinilisa
Urin lengkap
Kuning
Makroskopis
Keruh Kuning
Warna
Jernih
Kejernihan -+ Leu/UL
Kimia Negatif Negatit
LEU Negatif mg/dL Negatif
NIT Negatif mg/dL Negatif
URO 6.5 5.9
PRO Ery/uL
Negatif Negatif
PH 1.005 1.005-1025

37
BLO
SG

3.1.12. Terapi saat ini


Tabel 3.2 Pengobatan pada Ny. M tanggal 10 Februari 2020.
Obat Dosis Rute
Sucralfate 15 ml Oral
NS 1 kolf (500 ml)/8 jam IV
Omeprazole 40 mg IV
Buscon 1 ampul/8 jam IV
Ranitidine 1 ampul (25mg/ml/12 IV
jam

3.4 Data fokus


Data subjektif
1. Klien mengatakan nyeri pada perut
2. Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
3. Klien mengatakan nyeri hilang timbul
4. Skala nyeri 4
5. Klien mengatakan mudah terbangun saat tidur karena kebisingan
6. Klien tidur jam 22.00-00.00
7. Klien mengatakan sulit tidur
8. Klien mengatakan pusing
9. Klien mengatakan mual
10. Klien mengatakan badannya lemes karena kurang darah
11. Klien mengatakan saat berjalan badannya gemetar
12. Klien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya
Data objektif
1. Klien tampak lemah
2. Klien tampak pucat
3. Klien tampak gelisah
4. Klien tampak mengantuk

38
5. TD.160/70mmHg
6. Conjungtiva pucat
7. Tekanan nadi 90 mmHg
8. Kulit pucat
9. Hb = LL 6.9
10. Leukosit = 7.49
11. Eritrosit = L 3.90
12. Hematokrit = L 23.8
13. Trombosit = H 352
14. Suhu 36,4ºc
15. Klien terpasang transfusi darah B+ 180 cc/hari
16. Bibir pucat
17. Klien tampak meringgis
18. Klien tampak kebinggungan
3.5 Analisa data
3.3.1 Pengelompokan data 1
1) Data subjektif
(1) Klien mengatakan nyeri pada perut dan lambunganya
(2) Klien mengatakan nyeri hilang timbul
(3) Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk
(4) Skala nyeri 4
2) Data objektif
(1) Klien tampak meringgis
3) Etiologi : Agen pencedera fisiologis
4) Masalah : Nyeri akut
3.3.2 Pengelompok data 2
1) Data subjektif
(1) Klien tampak pusing
(2) Klien mengatakan saat berjalan badannya gemetar
(3) Klien mengatakan badannya lemes karena kurang darah
2) Data objektif
(1) Klien tampak lemah

39
(2) Klien tampak pucat
(3) Conjugtiva pucat
(4) Hb : LL.69
(5) Leukosit : 7.49
(6) Eritrosit : L 3.90
(7) Hematokrit : L 23.8
(8) Trombosit : H 352
3) Etiologi : Perfusi perifer tidak efektif
4) Masalah : Penurunan konsentrasi hemoglobin
3.3.3 Pengelompokan data 3
1) Data subjektif
(1) Klien tampak pusing
(2) Klien mangatakan mual
2) Data objektif
(1) Klien tampak pucat
(2) klien tampak lemah
(3) Hb. 6.9 g/dL
(4) Klien terpasang transfusi darah 180 cc/hari
3) Etiologi : Kondisi fisologis
4) Masalah : Keletihan
3.3.4 Pengelompokan data 4
1) Data subjektiif
(1) Klien mengatakan sulit tidur karena kebisingan
(2) Klien tidur jam 22.00-00.00
(3) Klien mengatakan mudah terbagun
2) Data objektif
(1) Klien tampak mengantuk
(2) klien tampak gelisah
(3) Conjungtiva pucat
(4) TD. 160/70 mmHg
3) Etiologi : Hambatan lingkungan
4) Masalah : Gangguan pola tidur

40
3.3.5. Pengelompokan data 5
1) Data subjektif
(1) Klien mengatakan kurang paham tentang penyakit yang dialaminya
2) Data objektif
(1) Klien tampak kebingungan
(2) Saat ditanya tentang penyakitnya klien tidak tahu
3) Etiologi : Kurang terpapar informasi
4) Masalah : Defisit pengetahuan
3.6 Diagnosis keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringis dan klien tampak gelisah.
2) Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
3) Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak lemah
4) Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
5) Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingungan
3.7 Intervensi keperawatan
3.7.1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringis
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
tingkat nyeri menurun dengan kriteria hasil:
1) Keluhan nyeri menurun 4 ke 2
2) Meringgis menurun 5
3) Prilaku membaik 5
Intervensi :
1) Identifikasi lokasi, skala dan faktor memperberat dan meringankan nyeri
2) Berikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
3) Jelaskan penyebab dan pemicu nyeri
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik dengan tim medis

41
3.7.2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka
perfusi perifer meningkat dengan kriteria hasil:
1) Warna kulit tidak pucat menurun 5
2) Kekuatan otot meningkat 5
3) Pengisian kapiler membaik 5
4) Kekuatan nadi perifer meningkat 5
Intervensi :
1) Periksa sirkulasi perifer (mis. Nadi perifer, pengisian kapiler, suhu)
2) Pemantauan tanda-tanda vital
3) Evaluasi edema perifer dan nadi
4) Anjurkan rehabilitasi vaskular
3.7.3. Keletihan berhubungan dengan kondis fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak lemah
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka
tingkat keletihan menurun dengan kriteria hasil:
1) Tidak gelisah menurun 5
2) Lesu menurun 5
3) Verbalisasi lelah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
3) Anjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
4) Anjurkan tirah baring
5) Kolaborasi pemberian transfusi darah
3.7.4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam, maka pola
tidur membaik dengan kriteria hasil:
1) Keluhan kesulitan tidur menurun 5
2) Keluhan sering terjaga menurun 5

42
3) Keluhan tidak puas tidur menurun 5
4) Keluhan istirahat tidak cukup menurun 5
5) Keluhan pola tidur berubah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2) Modifikasi lingkungan
3) Tetapkan jadwal tidur rutin
4) Jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
5) Anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
3.7.5. Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan kurang
terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingungan
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam, maka
tingkat pengetahuan meningkat dengan kriteria hasil:
1) Klien mengatakan minat dalam belajar meningkat 5
2) Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat 5
3) Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun 5
Intervensi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
4) Jelaskan fakor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
3.8 Implementasi keperawatan
Tanggal 10 Februari 2020
1) Diagnosis keperawatan 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan
dengan klien tampak meringgis
(1) Jam 14.00
Mengidentifikasi lokasi, skala dan faktor memperberat dan
meringankan nyeri
Data subjektif: Klien mengatakan nyeri pada perut berkurang saat
bergerak, skala nyeri 4 menjadi 2
Data objektif: Klien tampak tidak meringgis

43
(2) Jam 14.10
Memberikan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi rasa nyeri
Data subjektif: Klien mengatakan nyerinya berkurang, setelah
melakukan manajemen nyeri
Data objektif: Klien melakukan teknik relaksasi nafas dalam
(3) Jam 14.15
Menjelaskan penyebab dan pemicu nyeri
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak memahami penjelasan penyebab dan
pemicu nyeri
(4) Jam 14.25
Mengkolaborasi pemberian obat ranitidine 25 mg/dl
Data subjektif: -
Data objektif: Klien diberikan obat ranitidine melalui IV
2) Daignosis keperawatan 2
Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin
(1) Jam 16.20
Melakukan pemeriksaan sirkulasi perifer (nadi, edema, suhu)
Data subjektif: -
Data objektif: Nadi 84 x/menit, 36,0ºC
(2) Jam 16.20
Melakukan pemantauan tanda-tanda vital
Data subjektif: -
Data objektif: 140/70 mmHg, 84 x/menit, 20 x/menit
(3) Jam 16.25
Mengevaluasi edema perifer dan nadi
Data subjektif: -
Data objektif: Tidak terdapat edema, nadi 84 x/menit
(4) Jam 16.30
Menganjurkan rehabilisasi vaskular
Data subjektif: -

44
Data objektif: -
3) Diagnosis keperawatan 3
Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis dibuktikan dengan klien
tampak lemah
(1) Jam 16.40
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan untuk menerima informasi
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerima informasi yang di beritahukan
(2) Jam 16.45
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
kelelahan
Data subjektif: Klien mengatakan seluruh badan terasa lemes
Data objektif: Klien tampak lemah
(3) Jam 16.50
Menganjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
Data subjektif: -
Data objektif: Klien mampu menyusun jadwal aktifitas istirahat
(4) Jam 16.55
Menganjurkan tirah baring
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak gelisah
(5) Jam 17.00
Mengkolaborasi pemberian transfusi darah B+ 180 cc/hari
Data subjektif : -
Data objektif: Klien masih tampak lemah
4) Diagnosis keperawatan 4
Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
(1) Jam 17.00
Mengidentifikasi pola aktifitas dan tidur
Data subjektif: -
Data objektif: Klien mengatakan tidur yang nyaman

45
(2) Jam 17.05
Memodifikasi lingkungan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak nyaman
(3) Jam 17.10
Menetapkan jadwal tidur yang rutin
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerapkan pola tidur yang rutin
(4) Jam 17.15
Menjelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit
Data subjektif: -
Data objektif: klien tampak mengerti setelah dijelaskan pentingnya
tidur yg cukup selama sakit
(5) Jam 17.20
Menganjurkan menepati kebiasaan waktu tidur
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak menerapkan waktu tidur yang cukup
5) Diagnosis keperawatan 5
Defisit pengetahuan tentang manajemen anemia berhubungan dengan
kurang terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak kebinggungan
(1) Jam 17.30
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Data subjektif: Klien mengatakan tidak memahami tentang
penyakitnya
Data objektif: Klien siap menerima informasi yang diberikan
(2) Jam 17.35
Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Data subjektif: -
Data objektif: -
(3) Jam 17.40
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Data subjektif: -

46
Data objektif: Klien masih tampak binggung
(4) Jam 17. 45
Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tidak mampu menjelaskan faktor resiko yang
mempengaruhi kesehatan
Implementasi keperawatan
Tanggal 11 Februari 2020
1)Diagnosis keperawatan keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis.
Anemia) dibuktikan dengan klien tampak lemah
(1) Jam 14.00
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Data subjektif: Klien mengatakan tidak ada lagi rasa lemes di badan klien
Data objektif: Klien tampak rileks
(2) Jam 14.10
Mengidentifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak nyaman
(3) Jam 14.15
Menganjurkan menyusun jadwal aktifitas dan istirahat
Data subjektif: Klien tampak menyusun jadwal aktivitas istirahat tidur
Data objektif: Klien tampak nyaman
(4) Jam 14.20
Menganjurkan tirah baring
Data subjektif: -
Data objektif: Klien tampak lebih nyaman
(5) 14.30
Mengkolaborasi pemberian transfusi darah 180 cc/hari\
Data subjektif : Klien tampak nyaman
Data objektif : Darah yang masuk B+ 180 cc

47
2)Diagnosis keperawatan defisit pengetahuan tentang manajemen anemia
berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan klien tampak
kebingunggan
(1) Jam 15.00
Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Data subjektif: -
Data objektif: Klien siap menerima informasi yang akan di informasikan
(2) Jam 15.05
Menyediakan materi dan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
Data subjektif: -
Data objektif: -
(3) Jam 15.10
Memberikan kesempatan untuk bertanya
Data subjektif: Klien mengatakan memahami tentang penyakitnya
Data objektif: Klien tampak mengulangi kembali penjelasan tentang penyakitnya
(4) Jam 15.15
Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
Data subjektif: Klien mampu menyebutkan faktor resiko tentang penyakitnya,
menggunakan bahasanya sendiri
Data objektif: Klien tampak mengerti
3.9 Evaluasi
1) Diagnosis keperawatan 1 jam 08:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan nyeri pada perut berkurang skala nyeri 2
Objektif : Klien tampak tidak meringgis
Assesment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi di lanjutkan
2) Diagnosis keperawatan 2 jam 11:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak pusing
Objektif : Klien tampak rileks
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dihentikan

48
3) Diagnosis keperawatan 3 jam 13:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan tidak merasa keletihan
Objektif : Klien tampak nyaman
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan
4) Diagnosis keperawatan 4 jam 15:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : Klien mengatakan sudah tidak terbangun lagi tengah malam
Objektif : Klien tampak nyaman
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi di lanjutkan
5) Diagnosis keperawatan 5 jam 14:00, tanggal 12 Februari 2020
Subjektif : -
Objektif : Klien tampak menerima penjelasan
Asessment : Masalah teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan

49
BAB 4
PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan yang terjadi antara teori
pada asuhan keperawatan Ny.M dengan anemia di ruang perawatan dahlia
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara, untuk
memudahkan dalam membahas kesenjangan yang terjadi penulis akan membagi
pembahasan tahapan proses keperawatan yang dimulai dari pengkajian,
diagnosis, intervensi, implementasi, sampai dengan evaluasi.
4.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama atau langkah awal dari proses
keperawatan secara menyeluruh. Pengkajian dilakukan secara komprehensif dan
menghasilkan kumpulan data mengenai status kesehatan klien, kemampuan
klien untuk mengelola kesehatan bio, psiko, sosial, dan spiritual. Pada tahap ini
semua data atau informasi tentang klien dibutuhkan, dikumpulkan dan dianalisa
untuk menentukan diagnosa keperawatan. Dalam tahap ini, penulis tidak
mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan klien, sehingga penulis bisa
mendapatkan data, baik data subjektif dan data objektif dari klien dan keluarga
klien. Klien dan keliarga sangat komperatif dan menerima kehadiran penulis
dalam proses pengumpulan data.
Pada proses pengkajian pada Ny. M dengan anemia di ruang perawatan
Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara tanggal
10 februari 2020 di dapatkan beberapa kesenjangan antara teori dan kasus yang
diperoleh dilahan praktek sebagai berikut:
4.1.1. Aktifitas/istirahat
Dari data pengkajian pada pasien anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse, dan Geissler (2014) ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti :
menarik diri, takikardi, dispnea, dan ataksia.

50
1)Menarik diri
Menurut Muhith (2015), menarik diri adalah suatu keadaan dimana seseorang
menemukan kesulitan dalam membina hubungan saling terbuka dengan orang
lain. Menarik diri dipengaruhi oleh faktor perkembangan dan sosial budaya.
Faktor perkambangan yang terjadi adalah kegagalan individu sehingga terjadi
tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap
hubungan dengan orang lain dan gangguan konsep diri, di mana klien merasa
dirinya tidak berharga, pada pasien anemia hal ini tidak terjadi karena individu
menarik diri cenderung untuk menghindar interpersonal dalam menghadapi
realitas.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ada
ditemukan adanya menarik diri dengan gejala yang timbul seperti tidak percaya
terhadap orang lain, ragu, takut salah, pesimis dan putus asa.
2)Takikardi
Menurut Willy (2018), takikardia adalah keadaan dimana detak jantung
melebihi 100 kali per menit. Dalam keadaan normal, jantung berdetak sebanyak
60 sampai 100 kali per menit. Kondisi percepatan detak jantung tersebut normal
terjadi saat seseorang sedang berolahraga, atau merupakan respon tubuh
terhadap stress, trauma, serta penyakit. Keadaan ini disebut sinus takikardia,
pada pasien anemia hal ini terjadi karena gangguan pada sinyal elektrik yang
mengatur detak jantung untuk memompa darah.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya takikardi pada pasien. Hal ini tidak terjadi karena pasien tidak
menunjukan adanya gejala seperti jantung berdebar-debar, nyeri dada, stress,
dan trauma.
3)Dispnea
Dispnea merupakan kesukaran bernafas dan keluhan subjektif akan kebutuhan
oksigen yang meningkat (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi
karena hipotensi atau tekanan darah berisi oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh,
pasokan darah yang kurang ini akan menyebabkan seseorang mengalami
dispnea.

51
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya dispnea, tidak adanya sesak nafas di klien, frekuensi pernafasan 18 kali
per menit.
4)Ataksia
Menurut Willy (2018), Ataksia adalah gangguan gerakan tubuh yang
disebabkan masalah pada otak. Saat terserang ataksia, seseorang sulit
menggerakkan tubuh seperti yang diinginkan atau anggota tubuh dapat bergerak
di saat tidak diinginkan. Dengan kata lain, ataksia berarti juga gangguan saraf
atau neurologis yang berpengaruh pada koordinasi, keseimbangan, dan cara
bicara. Pada pasien anemia hal ini terjadi karena ketika ataksia dan gangguan
koordinasi gerakan tubuh, seseorang akan mengalami berbagai keluhan yang
dapat membuatnya sulit untuk bekerja atau beraktivitas, misalnya tubuh
gemeteran atau tremor, otot lemah (Adrian, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya ataksia, nadi 94 kali per menit. Hal ini terjadi karena pasien tidak
menunjukan gejala seperti kehilangan sensasi dan kekuatan pada tungkai.
4.1.2. Sirkulasi
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse, dan Geissler (2014), ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
angina dan palpitasi.
1)Angina
Angina adalah nyeri dada atau rasaa tidak nyaman yang biasanya disebabkan
oleh kurangnya aliran darah ke jantung. Biasanya penyebab angina adalah
disebabkan karena penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah dalam
tubuh. Tanda timbulnya angina yang khas adalah timbulnya nyeri dada setelah
pengarahan tenaga dan menghilang dalam waktu lima menit bila beristirahat.
Besarnya pengarahan tenaga yang dapat menimbulkan nyeri dapat diprediksi
oleh klien (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena selama
anemia, jantung harus bekerja lebih keras untuk memasok darah yang kayak
oksigen ke jaringan dan organ tubuh lainnya. Hal ini yang mendasari mengapa
orang anemia sering mengalami sesak nafas dengan mudah lelah setelah
beraktifitas.

52
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya angina. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala seperti
nyeri dada.
2)Palpitasi
Palpitasi adalah suatu kondisi detak jantung yang tidak normal, jantung
berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari pada detak normalnya atau berdetak
tidak teratur. Palpitasi bukan merupakan istilah yang tepat. Istilah biasanya
digunakan untuk beberapa kelainan denyut jantung. Biasanya hal ini dapat
langsung dirasakan penderitanya atau dipastikan melalui pemeriksaan medis.
Efek samping palpitasi adalah perasaan yang gelisah, tidak bisa konsentrasi,
sesak nafas, dan tidak nyaman (Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini
terjadi karena gejala anemia akibat kekurangan zat besi biasanya menimbulkan
sensasi jantung berdebar kencang, yang disebut palpitasi. Jantung menjadi
berdetak lebih cepat dan kencang dari biasanya karena tubuh kekurangan
hemoglobin (Indra, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya palpitasi. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala seperti
jantung berdetak lebih cepat atau lebih lambat dari pada detak normalnya atau
tidak teratur.
4.1.3. Eliminasi
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doengess,
Moorhose, dan Geissler (2014), ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti:
diare, konstipasi, dan gagal ginjal.
1)Diare
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cair atau
setengah cair (setengah padat), kandungan air tinja lebih banyak dari pada
biasanya lebih dari 200 gram atau ml/24 jam dengan frekuensi lebih dari 3 kali
per hari (Nurarif & Kusuma, 2015). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena
Pada saat diare, proses penyerapan zat besi terganggu, akibatnya kadar
hemoglobin (Hb) akan menurun dan akan mempengaruhi lama rawat pasien
diare (Gunawan, 2014).

53
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya diare. Hal ini terjadi karena tidak menunjukan gejala seperti BAB
berbentuk cair, BAB sehari lebih dari 3 kali.
2)Konstipasi
Konstipasi adalah suatu penurunan defekasi yang tidak normal
padaseseorang, disertai dengan kesulitan keluarkan feses yang tidak lengkap
ataukeluarnya feses yang keras dan kering (Wilkinson, 2006). Pada pasien
anemia hal ini terjadi karena Pada pasien dengan anemia, kebutuhan akan zat
besi akan semakin meningkat, sehingga dokter memberikan perawatan dan
pengobatan kepada pasien berupa penambahan zat besi di dalam obat
multivitamin yang diberikan atau obat lain dengan kandungan zat besi atau asam
folat di dalamnya (Umroni, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya konstipasi. Hal ini terjadi karena klien BAB 1-2 kali sehari dengan
konstipasi lunak
3)Gagal ginjal
Gagal ginjal adalah kondisi ketika ginjal kehilangan kemampuan untuk
menyaring zat sisa dari darah dengan baik. Jika ginjal kehilangan kemampuan
untuk menyaring, akan terjadi penumpukan limbah dan zat kimia pada darah
menjadi tidak seimbang. Pada psien anemia hal ini terjadi karena Anemia pada
pasien dengan gagal ginjal utamanya disebabkan kurangnya produksi
eritropoetin oleh karena penyakit ginjalnya. Faktor tambahan lainnya yang
mempermudah terjadinya anemia antara laindefisiensi zat besi, inflamasi akut
maupun kronik, inhibisi pada sumsum tulang dan pendeknya masa hidup
eritrosit.
Pengkajian tersebut tidak ditemukan pada Ny. M dikarenakan tidak
ditemukan adanya gagal ginjal. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan
gejala seperti anoreksia, kelebihan volume cairan.
4.1.4. Makanan dan cairan
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak di temukan pada pasien seperti :
mual/muntah.

54
1)Mual/muntah
Mual adalah sensasi seperti gelombang di belakang tenggorok, epigastrium,
atau abdomen yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang dapat
menyebabkan dorongan atau keinginan untuk muntah (Herdman, 2012).pada
pasien anemia hal ini terjadi karena Mereka yang menderita anemia seringkali
mengalami gejala morning sickness atau mual.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya mual/muntah. Klien masih mampu dalam mencerna makanan. Klien
menghabiskan makanan yang di sajikan.
4.1.5 Neurosensori
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak ditemukan pada pasien seperti :
depresi.
1)Depresi
Depresi adalah gangguan mood. Kata mood menggambarkan emosi
seseorang. Serangkaian perasaan yang menggambarkan kenyamanan atau
ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, mood diartikan sebagai emosi yang
bertahan lama yang mewarnai kehidupan dan keadaan kejiwaan seseorang
(Lubis, 2016). Pada pasien anemia hal ini tidak terjadi karena anemia juga dapat
menyebabkan kulit terlihat pucat atau kekuningan, detak jantung tidak beraturan,
napas pendek, pusing dan berkunang-kunang, nyeri dada, tangan dan kaki terasa
dingin, sakit kepala, dan sulit berkonsentrasi. Kesemua rangkaian gejala ini
menyertai rasa cemas yang berlebihan.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak di temukan
adanya depresi. Hal ini terjadi karena pasien tidak menunjukan gejala seperti
emosi, mood yang tidak nyaman.
4.1.6 Pernapasan
Dari data pengkajian pada pasien dengan anemia yang terdapat pada Doenges,
Moorhouse dan Geissler (2014) ada yang tidak di temukan pada pasien seperti :
abses paru, takipnea dan ortopnea.

55
1)Abses paru
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulen berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
infeksi. Bila diameter kavitas <2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan necroting pneumonia (Muttaqin, 2009). Pada pasien
anemia hal ini terjadi karena tanda dan gejala awal dari abses paru biasanya
tidak terlalu berbeda dengan infeksi paru pada umumnya, yaitu demam,
menggigil, batuk, keringat terutama pada malam hari, sesak napas, penurunan
berat badan dan lemas, nyeri dada dan anemia.
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak di temukan
adanya abses paru.
2)Takipnea
Takipnea merupakan peningkatan frekuensi pernapasan memerhatikan ada
atau tidaknya perubahan ventilasi paru secara keseluruhan (Muttaqin, 2009).
Pada pasien anemia hal ini terjadi karena adanya penumpukan karbon dioksida
di paru-paru yang mengakibatkan peningkatan karbon dioksida dalam darah
(Barry, 2018).
Berdasarkan pengkajian yang dilakukan pada Ny. M tidak di temukan adanya
takipnea, nadi 84 x/menit.
3)Ortopnea
Ortopnea adalah sesak nafas yang terjadi bila penderita berada dalam posisi
berbaring dan berkurang bila berada dalam posisi tegak (duduk atau berdiri)
(Muttaqin, 2009). Pada pasien anemia hal ini terjadi karena pentingnya darah
dalam tubuh adalah mengedarkan oksigen ke seluruh sel dan jaringan tubuh.
Ketika seseorang mengalami anemia, darah tidak membawa cukup oksigen. Hal
ini membuat seseorang merasa lelah, pucat, sakit kuning, pusing, hingga sesak
napas(Makkarim, 2020).
Pengkajian tersebut tidak terdapat pada Ny. M dikarenakan tidak ditemukan
adanya sesak nafas pada pasien.

56
4.2 Diagnosis keperawatan
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan maka penulis menyusun diagnosis
keperawatan pada Ny. M dengan anemia. Terdapat lima diagnosis keperawatan
yang muncul pada Ny. M dengan anemia yaitu :
4.2.1 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringgis
4.2.2 Perfusi perifer tidak efektif berhubugan dengan penurunan konsentrasi
hemoglobin dibuktikan dengan penurunan sirkulasi darah
4.2.3 Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan
dengan klien tampak lemah
4.2.4 Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
4.2.5 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan klien tampak kebinggungan.
Dari ke lima diagnosis keperawatan menurut Doenges, Moorhouse, dan
Geissler (2014) tersebut terdapat 1 diagnosis keperawatan yang sama. Adapun 4
diagnosis keperawatan tersebut ada pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler
(2014) tetapi tidak terdapat pada klien Ny. M dengan anemia adalah :
1)Pola nafas efektif berhubungan dengan sindrom hipoventilasi, penurunan transfer
oksigen ke paru.
Pola nafas tidak efektif adalah ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan
ekspirasi tidak adekuat (Santoso, 2006). Pola nafas tidak efektif suatu keadaan
dimana inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi adekuat (Tim
pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny.
M tidak ditemukan tanda dispnea, Penggunaan otot bantu pernafasan, fase
ekspirasi memmanjang dan pola nafas abnormal, oleh sebab itu diagnosis
keperawatan ini tidak diangkat pada pasien.
2)Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
kurang anoreksia
Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah asupan nutrisi tidak cukup
untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dengan karakteristik kram abdomen,
nyeri abdomen, menghindari makanan, berat badan menurun minimal 10% di

57
bawah rentang normal, cepat kenyang setelah makan, nafsu makan menurun,
bising usus hiperaktif, otot menelan lemah, membran mukosa pucat, sariawan,
serum albumin menurun, rambut rontok berlebihan dan diare (Tim Pokja DPP
PPNI, 2016). Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada Ny. M tidak ditemukan
adanya Berat badan menurun, kram perut, nafsu makan menurun dan bising usus
hiperaktif, oleh sebab itu diagnosisi keperawatan ini tidak diangkat pada pasien.
3)Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin
Resiko infeksi adalah beresiko mengalami peningkatan terserang organisme
patogenik, dengan faktor resiko seperti penyakit kronis (misalnya, diabetes
melitus), efek prosedur infasif, malnutrisi, peningkatan paparan organisme
pathogen lingkungan, ketidakadekuatan ketahanan tubuh primer (misalnya
gangguan paristaltik, kerusakan integritas kulit, perubahan sekresi pH, ketuban
pecah lama, statis cairan tubuh), dan ketidakadekuatan ketahanan tubuh sekundr
(misalnya penurunan hemoglobin, leukopenia, suprei respon inflamasi dan
vaksinasi tidak adekuat) (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2016). Berdasarkan
pengkajian yang dilakukan pada Ny.M tidak ditemukan faktor resiko seperti,
penyakit kronis (mis. Diabetes melitus), malnutrisi, peningkatan paparan
organisme patogen lingkungan dan ketidak adekuatann pertahanan tubuh primer,
oleh sebab itu diagnosis tersebut tidak diangkat pada pasien ini.
4)Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik
Defisit perawatan diri adalah sala satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada
seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau
melewati aktifitas perawatan secara mandiri. Berdasarkan pengkajian yang
dilakukan pada Ny. M tidak ditemukan adanya kelemahan atau kemampuan
tidak melakukan perawatan diri secara mandiri.
Terdapat 4 diagnosis keperawatan yang terdapat pada klien Ny. M dengan
anemia namun tidak terdapat pada teori menurut Doenges, Moorhouse, dan
Geissler (2014) adalah:
1)Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringgis dan klien tampak gelisah

58
Nyeri adalah suatu kondisi dimana seseorang merasakan perasaan yang tidak
nyaman atau tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kerusakan jaringan
yang telah rusak atau yang berpotensi untuk rusak. Sedangkan definisi saraf
adalah serat serat yang menghubungkan organ tubuh dengan sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang). Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M
ditemukan beberapa batasan karakteristik yaitu, mengeluh kesakitan, gelisah,
klien tampak meringgis, mengeluh nyeri, sulit tidur. Dari batasan karakteristik
yang terdapat pada pasien, maka diagnosis keperawatan ini menunjang untuk
diangkat pada pasien ini.
2)Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia)
Keletihan adalah suatu kondisi pada tubuh manusia merasa lelah secara alami,
yang biasa terjadi setelah latihan fisik atau mental yang berat. Kelelahan dapat
akut dan datang tiba-tiba atau kronis dan bertahan. Pada saat dilakukan
pengkajian pada Ny. M ditemukan batasan karakteristik klien tampak lemah dan
lesu. Dari batasan karakteristik yang terdapat pada pasien, maka dagnosis ini
menunjang untuk diangkat pada pasien ini.
3)Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk
Gangguan pola tidur adalah secara umum merupakan suatu keadaan dimana
individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan
kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau menganggu
gaya hidup yang di inginkan. Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M
ditemukan adanya gangguan pola tidur dan susah tidur, dikarenakan hambatan
lingkungan yang tidak nyaman. Dari batasan karakteristik yang terdapat pada
pasien maka diagnosis ini menunjang untuk diangkat pada pasien ini.
4)Defist pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan klien tampak kebinggungan.
Defisit pengetahuan adalah kurangnya informasi kognitif yang berkaitan dengan
topik tertentu. Dengan batasan karakteristik yaitu, menanyakan maslah yang
dihadapi, menunjukkan perilaku tidaak sesuai anjuran, menunjukan persepsi
yang keliru terhadap masalah, menjalani pemerikasaan yang tidak tepat,
menunjukan perilaku yang berlebihan (misalnya apatis, permusuhan, dan agitasi)

59
(PPNI, 2016). Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny. M ditentukan beberapa
batasan karakteristik yang terdapat pada Ny. M yaitu, menyatakan masalah yang
dihadapi, menunjukan persepsi yang keliru terhadap masalah. Dari batasan
karakteristik yang terdapat pada pasien, maka diagnosis ini sangat menunjangb
untuk diangkat pada pasien ini.
4.3 Intervensi
Perencanaan keperawatan merupakan langkah ketiga dalam proses keperawatan
setelah merumuskan diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan yang
dilakukan penulis sesuai Doenges, Moorhouse dan Geissler (2014).
Pada tahapan perencanaan ini penulis tidak menemukan banyak kesulitan karena
penulis memiliki sumber banyak. Semua tindakan disesuaikan dengan
perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya dan disesuaikan dengan kondisi
klien. Adapun beberapa tidakan yang tidak dimasukan dalam perencanaan yaitu:
4.2.6 perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar hemoglobin
dalam tubuh
pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi,
namun penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi
yang tidak diambil tersebut adalah
1)monitor adanya daerah tertentu yang hanya peka terhadap panas, dingin, tajam,
dan tumpul, misalnya daerah kaki atau tangan.
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut karena pada saat melakukan
pengkajian klien dapat merasakan sensasi panas, dingin, tajam, dan tumpul. Oleh
karena itu intervensi tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
2)Monitor kemampuan BAB
Penulis tidak mengambil intervensi tersebut dikarenakan pada saat pengkajian
klien tidak mengalami kesulitan dalam buang air besar, oleh karena itu
intervensi tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
4.2.7 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi,
namu penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi
yang tidak diambil tersebut adalah:
1)Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

60
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian tidak terdapat luka pada tubuh pasin yang meenyebabkan nyeri. Oleh
sebab itu intervensi tersebut tidak perlu diangkat pada pasien ini.
2)Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian tidak ada pengalaman nyeri yang pernah pasien rasa kan dahulu.
Oleh sebab itu, intervensi tersebut tidak perlu diambil pada pasien ini.
3)Cek adanya alergi
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian pasien telah dilakukan pengecekan alergi terhadap obat-obatan yang
diberikan kepada pasien. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diangkat pada
pasien ini.
4.2.8 keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan
dengan klien tampak lemah
pada Doenges, Morhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi,
namun penulis hanya mengambil sebagian dari intervensi tersebut. Intervensi
yang tidak diambil tersebut adalah:
1)kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian pasien tidak ditemukan adanya penurunan asupan makanan. Oleh
sebab itu, intervensi ini tidak perlu diambil pada pasien ini.
4.2.9 Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan ditandai dengan
klien tampak mengantuk
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi,
namun penulis hanya mengambil sebagian intervensi tersebut. Intervensi yang
tidak diambil tersebut adalah:
1)Anjurkan menghindari makanan atau minuman yang menganggu tidur
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian pasien tidak ditemukan adanya mengkonsumsi makanan atau
minuman yang menganggu tidur. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu
diangkat pada pasien ini.

61
4.2.10 Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan
dengan klien tampak kebingungan.
Pada Doenges, Moorhouse, dan Geissler (2014) terdapat beberapa intervensi,
namun penulis hanya mengambil sebagian intervensi tersebut. Intervensi yang
tidak diambil tersebut adalah:
1)Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku bersih dan sehat.
Penulis tidak mengambil intervensi ini dikarenakan pada saat dilakukan
pengkajian pasien tidak ditemukan adanya penurunan minat untuk melakukan
perilaku hidup sehat. Oleh sebab itu, intervensi ini tidak perlu diangkat pada
pasien ini.
4.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan bentuk dinamis dari tahap atau
proses keperawatan berdasarkan pada intervensi keperawatan yang telah
ditentukan sebelumnya. Pada tahap ini penulis berusaha melaksanakan asuhap
keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun. Dalam melaksanakan
asuhan keperawatan sesuai dengan standar operasional prosedur (SOAP)
tindakan berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat profesional.
Dalam melaksanakan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan observasi
dan pengumpulan data untuk melihat perkembangan selanjutnya. Pada tahap
implementasi penulis melakukan tindakan mandiri berdasarkan teori Nurarif
(2015) & SDKI (2017), yaitu mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam.
Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam bertujuan untuk mengurangi rasa
nyeri, agar membuat pasien lebih nyaman. Tehnik relaksasi nafas dalam
merupakan suatu bentuk asuhan keperawataan, yang dalam hal ini perawat
mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan nafas dalam, nafas lambat
(menahan inspirasi secara maksimal) bagaimana menghembuskan nafas secara
perlahan selain dapat menurunkan intensitas nyeri, tehnik relaksasi nafas dalam
juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenisasi darah
(Smeltzer & Bare, 2014). Tujuan tehnik relaksasi nafas dalam adalah untuk
meningkatkan ventilasi alveoli, memelihara pertukaran gas, mencegah atelektasi
paru, meningkatkan efesiensi batuk, mengurangi stress baik fisik maupun

62
emosional yaitu menurunkan intensitas nyeri dan menurunkan kecemasan.
Setelah tindakan ini dilakukan penulis mendapatkan respon klien yaitu: klien
mengatakan masih terasa nyeri, klien terlihat meringgis, klien dapat melakukan
relaksasi nafas dalam dengan bantuan perawat.
Dalam melakukan implementasi penulis tidak mendapatkan hambatan yang
berarti, semua intervensi dapat terlaksanakan dengan melibatkan klien dan
keluarganya, klieb bersikap terbuka, kooperatif dan mudah di ajak kerjasama,
mudah menerima penjelasan dan saran, klien berpartisipasi aktif dalam tindakan
keperawatan.
4.5 Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari proses keperawatan
dalam mengevaluasi respon klien terhadap perawatan yang diberikan untuk
memastikan bahwa tujuan dan kriteria hasil telah tercapai. Hal-hal yang
mengevaluasi adalah keakurata, kelengkapan dan kualitas data, masalah klien
yang teratasi seluruhnya teratasi, dan yang belum teratasi.
Penulis menemukan 5 diagnosis keperawatan yang teratasi seluruhnya. Pada
tahap evaluasi ini 5 diagnosis keperawatan tersebut adalah:
1)Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis dibuktikan dengan
klien tampak meringgis dan tampak gelisah, diagnosis ini teratasi seluruhnya
pada hari ketiga dengan indikator nyeri berkurang, skala nyeri 2, klien terlihat
rileks. Dan tidak meringis kesakitan
2)Perfusi jaringan perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan kadar
hemoglobin dalam darah. Masalah teratasi ditandai dengan tidak ada tanda-tanda
edema pada daerah perifer, nadi 64x/menit. Hal ini terjadi karena pasien
mendapatkan transfusi darah untuk meningkatkan kadar hemoglobin, pasien juga
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, asam folat dan B12 dan
pasien diberikan obat penambah darah Biosanbe 2x1 tablet/12jam.
3)Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologis (mis. Anemia) dibuktikan
dengan klien tampak lemah. Masalah teratasi ditandai dengan tidak ada tanda-
tanda keletihan, klien tampak nyaman.

63
4)Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan dibuktikan
dengan klien tampak mengantuk. Masalah teratasi ditandai dengan tanda-tanda
klien tampak mengantuk, keluhan suka terjaga.
5)Defisit pengetahuan tentang anemia berhubungan dengan kurang terpapar
informasi dibuktikan dengan klien tampak kebingungan. Masalah teratasi
ditandai dengan klien dapat menyebutkan kembali pengertian, tanda dan gejala,
penyebab penyakitnya serta makanan yang dapat menambah kadar zat besi
dalam tubuh. Hal ini terjadi karena pada saat melakukan penyuluhan tentang
penyakit dan nutrisi untuk anemia pasien menyimak materi yang disampaikan
oleh perawat.

64
BAB 5
PENUTUP

Dari hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.M dengan anemia dapat
dilakukan beberapa kesimpulan yang berkaitan dengan landasan teori dan tujuan
yang telah ditetapkan. Penulis juga mengemukakan saran demi perbaikan asuhan
keperawatan khususnya pada klien dengan penyakit anemia.
5.1 Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan anemia
selama tiga hari terhitung dari tanggal 10-12 Februari 2020 di ruang perawatan
dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provensi Kalimantan Utara, maka
penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Melakukan proses keperawatan asuhan keperawatan pada Ny. M di ruang
Dahlia B Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan Provinsi Kalimantan Utara.
Setiap tahap dari proses keperawatan yang terangkai mulai dari pengkajian,
perumusan diagnosis keperawatan, perencanaan tindakan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan. Dalam proses asuhan keperawatan yang
dilakukan pada Ny. M dengan anemia terdapat prioritas masalah yaitu perfusi
jaringan perifer tidak efektif ditandai dengan penurunan kadar hemoglobin
dalam darah.
Membandingkan antara teori dan praktek asuhan keperawatan dengan
melakukan tahapan proses keperawatan penulis menemukan beberapa
kesenjangan antara teori dan kasus yaitu:
1)Pada proses pengkajian penulis menemukan kesenjangan antara teori dan kasus
pada klien Ny. M adalah sebagai berikut: Aktivitas/istirahat, sirkulasi, eliminasi,
makanan/cairan, neurosensori, pernafasan.
2)Adapun diagnosis keperawatan yang terdapat diteori namun tidak di temukan
pada kasus, yaitu Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan sindrom
hipoventilasi, penurunan transfer oksigen keparu, penurunan transport oksigen
ke paru. Defisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
yang kurang, anoreksia. Resiko infeksi ditandai dengan penurunan hemoglobin.
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.

65
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada Ny. M dilakukan dengan baik
berdasarkan rencana yang telah disusun. Pada tahan evaluasi terdapat lima
diagnosis yang di temukan, lima diagnosis dinyatakan teratasi. Semua tindakan
keperawatan yang telah dilakukan dapaat di dokumentasi dengan baik dan sesuai
dengan yang diharapkan penulis. Adapun beberapa diagnosis keperawatan yang
tidak ada di teori namun ditemukan pada kasus, nyeri akut berhubungan dengan
agen pencedera fisiologi dibuktikan dengan klien tampak meringgis, keletihan
berhubungan dengan kondisi fisiologis mis. Anemia, dibuktikan dengan klien
tampak lemah, gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
dibuktikan dengan klien tampak mengantuk.
Faktor pendukung dalam proses keperawatan
Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien adalah
sikap klien dan keluarga yang ramah dan koperatif pada setiap tindakan yang
dilakukan, berperan aktif dalam setiap tindakan yang dilakukan serta menerima
saran masukan dari perawat tentang penyakitnya, izin yang diberikan pihak
rumah sakit serta tersedianya fasilitas dari institusi yang menunjnag pelaksanaan
asuhan keperawatan pada klien.
Melakukan pemecahan masalah pada Ny. M dengan anemia
Adapun pemecahan masalah yang dilakukan pada pasien yaitu dengan
memperdalam literatur-literatur mengenai penyakit Ny. M sehungga dapat
dilaksanakan intervensi yang telah direncanakan meliputi tindakan promotif,
preventif, kuratif, dan tindakan kolaboratif dengan tim kesehanatan lainnya.
5.2 Saran
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Ny. M dengan anemia,
diharapkan asuhan keperawatan pasien dengan anemia dapat dilakukan secara
menyeluruh. Penulis menyarankan kepada pembaca yaitu:
1)Bagi klien dan keluarga
Untuk Ny. M yang merupakan sala satu pasien dengan anemia yang di rawat di
ruang dahlia Rumah Sakit Umum Daeraah Tarakan agar lebih memperhatikan
kesehatannya terutama agar mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi
dan tidak melakukan banyak aktifitas.
2)Bagi mahasiswa

66
Diharapkan mahasiswa dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan
keperawatan yang dilaksanakan pada Ny. M dengan anemia. Mahaiswa juga
mampu membuka wawasan dan keterampilan dasar untuk memperbaharui ilmu
tentang proses keperawatan yang dinamis.
3) Bagi institusi
Diharapkan untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas pada mahasiswa
dalam pembekalan, pengetahuan serta menyediakan sumber referensi yang
cukup untuk mendukung mahasiswa dalam menyelesaikan tugas dalam hal ini
juga menyusun laporan tugas akhir.
4)Bagi Rumah Sakit
Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan
mempertahankan hubungan kerja sama baik antara tim kesehatan maupun pada
pasien serta rumah sakit mampu menyediakan fasilitas serta sarana dan
prasarana yang dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan yang
optimal pada umumnya dan pada pasien dengan anemia.

67
DAFTAR PUSTAKA

Barasi, (2016). Dampak Anemia pada Remaja Putri. Jayapura: In Media.


Doenges, Moorhouse dan Geissler. (2014). Rencana Asuhan Keperawatan Edisi
3. Jakarta: EGC

Fadli, (2021). Menarik Diri Pada Pasien Anemia. Diakses dari:


https://www.alodokter.com. Diunduh pada tanggal 4 juli 2021.

Handayani dan Haribowo. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta: Salemba Medika

Hidayat, (2016). Gagal Ginjal Pada Pasien Anemia. Diakses dari:


httsp://Jurnal.fk.unand.ac.id

Jitowiyono, S. (2018). Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem


hematologi. Yogyakarta

Smeltzer dan Bare. (2002). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Edisi
8 Volume 2. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan sistem


Pernafasan. Jakarta: Salemba Medika.

Muttaqin, A. (2009). Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskular dan Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.

Nursalam. (2008). Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan
Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018) Standar Luaran Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. (2018). Standar Intervensi Keperawatan


Indonesia. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat
Nasional Indonesia

Sandra, (2017). Gizi Anak dan Remaja. Depok: Rajawali Pers

68
RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS DIRI
1. Nama : Laily Kadariyah
2. Npm : 1830702020
3. Tempat/Tanggal Lahir : Tanjung Selor 17 Desember 2000
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Kebangsaan : Bulungan/Indonesia
7. Alamat : JL. Adji Bhakti Rt 11 Desa Atap
Kecamatan Sembakung
B. IDENTITAS ORANG TUA
1. Nama Ayah/Ibu : Asriansyah/Diana Mayasari
2. Pekerjaan : Swasta/PNS
3. Alamat : JL. Adji Bhakti Rt 11Desa Atap
Kecamatan Sembakung
C. PENDIDIKAN
1. Tamat SD Negeri 01 Sembakung tahun 2012
2. Tamat SMP Negeri 01 Sembakung tahun 2015
3. Tamat SMA Negeri 01 Sembakung tahun 2018
4. Universitas Borneo Tarakan 2018- sekarang

69
70

Anda mungkin juga menyukai