Anda di halaman 1dari 62

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

T DENGAN DIAGNOSA
KETOASIDOSIS DIABETIKUM DI RUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
AYUMI
NPM: 1830702018

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
LAPORAN TUGAS AKHIR

OLEH:
AYUMI
NPM: 1830702018

Laporan Tugas Akhir


Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan
pada
Universitas Borneo Tarakan

JURUSAN KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BORNEO TARAKAN
2021
PERNYATAAN ORISINALITAS

Dengan ini saya menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul “Asuhan
Keperawatan pada Tn. T dengan Keteoasidosis Diabetikum Di Ruang Cemara Rumah
Sakit Umum Kota Tarakan” adalah karya saya dengan arahan dari dosen pemimbing
belum dilanjutkan dalam bentuk apapun perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan
dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dab di cantumkan dalam daftar pustaka
dibagian akhir Laporan Tugas Akhir ini.penulisan ini ditulis dengan mengikuti kaidah
penulis ilmiah.

Tarakan,18 Juni .2021

Ayumi
NPM 1830702018

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Laporan Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Diagnosis
Ketoasidosis Diabetikum Di Ruang Cemara Rumah
Sakit Umum Kota Tarakan
Nama : Ayumi
NPM : 1830702018

Disetujui Oleh:

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Dewy Haryanti, S.Kep, Ns.,M.Kep, Sp.KMB Ahmad Pujianto, S.Kep, Ns., M.Kep
NIP.197902172003122008 NIP.198612042019031009

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep


NIP. 196902061999031003

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Telah diujikan pada tanggal 18 Juni 2021


Dan disetujui untuk disusun sebagai Laporan Tugas Akhir dengan judul:

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. T DENGAN DIAGNOSIS MEDIS


KETOASIDOSIS DIABETIKUM DI RUANG CEMARA
RUMAH SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

Tim Penguji:

1. Paridah, S.Kep, Ns., M.Kep (.........................)


NIP .197602131999031002

2. Nurman Hidaya, S.Kep, Ns., M.Kep (.........................)


NIBN .1115028602

3. Dewy Haryanti Parman, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp.Kep.MB (........................)


NIP .197902172003122008

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Ketua Jurusan Keperawatan


Universitas Borneo Tarakan Fakultas Ilmu Kesehatan

Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep Alfianur, S.Kep, Ns., M.Kep


NIP .196902061999031003 NIP. 1979082320055021004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang senantiasa
menjadi penopang dan teman terbaik bagi penulis dalam sepanjang hidup karena
anugrah dan Berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan
Tugas Akhir yang judul “ Asuhan Keperawatan Pada Tn.T Dengan Diagnosis
Keteoasidosis Diabetikum Di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan”.
Laporan Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
menyelesaikan program pendidikan Diploma III Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
Penyusuna laporan tugas akhir ini penulis menyadari masih anyak mengalami
kesulitan dan hamatan, namun demikian penulis berusaha menyelesaikan penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini berkat bimbingan, dorongan dan bantuan dari berbagai
pihak, sehingga laporan tugas akhir ini dapat penulis selsaikan. Dalam kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada:
1. Prof. Dr. Adri patton M.Si, selaku Rektor Universitas Borneo Tarakan
2. Dr. Joko Haryanto,, M.M, selaku Direktur Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
serta segenap jajarannya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan praktik dan mengambil kasus di Rumah Sakit Umum Kota
Tarakan.
3. Sulidah, S.Kep, Ns., M.Kep, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan yang telah memerikan motivasi selama penulis
mengikuti perkuliahan di Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Borneo Tarakan
4. Yuni Retnowati, S. ST., M.Keb, selaku Wakil Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Tarakan
5. Paridah, S.Kep, M.Kep, selaku Ketua Program Prodi D-III Juusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan serta
selaku dosen penguji satu Laporan Tugas Akhir

iv
6. Fitriya Handayani, S. Kep, Ns., M.Kep, selaku Sekretasis Jurusan
Keperawatan Fakultas yang telah memberikan semangat dan motivasi yang
sangat bermanfaat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan tugas akhir
ini.
7. Dewy Haryanti Parman, S.Kep, Ns., M.Kep, Sp.Kep.MB, selaku dosen
pembimbing satu yang dengan kesabaran dan keuletan beliau dalam
mengarahkan dan membiming penulis selama proses laporan tugas akhir ini
serta selaku dosen penguji tiga Laporan Tugas Akhir ini.
8. Numan Hidaya, S.Kep.Ns., M. Kep selaku penguji dua laporan tugas akhir.
9. Ahmat Pujianto, S.Kep.Ns., M.Kep, selaku panasehat akademik yang telah
membimbing dan memberi motivasi selama menuntut ilmu di Jurusan
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo Tarakan.
10. Para dosen di Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Borneo Tarakan yang telah memberi ilmu dan wawasan yang sangat
bermanfaat kepada penulis selama ini.
11. Semua tenaga kependidikan di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Borneo
Tarakan yang telah membantu dalam bidang akademik.
12. Kepala ruangan Perawat Cemara beserta seluruh staf Ruang perawatan
Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan atas bimbingannya dan arahan
selama melakukan praktik asuhan keperawatan hingga selesai
13. Klien Tn.T dan keluarga atas kerjasamanya sehingga penulis tidak banyak
mendapatkan kendala dalam memproleh data dan memberikan asuhan
keperawatan sebagai klien binaan
14. Mama saya tercinta Farida Murang yang telah berkorban segala hal dan selalu
mendoakan keberhasilan serta memberikan dukungan yang sangat besar
selama masa pendidikan.
15. Saudara-saudara saya tercinta Wempi, Masran Jerri, Berli, Jefrai yang telah
membantu dan menyemangati saya saat menyelesaikan laporan tugas akhir.
16. Para rekan-rekan serta senior yang telah memberi bantuan dan dukungan serta
mengoreskan cerita suka duka selama pendidikan.

v
Penulis menyadari Laporan Tugas Akhir ini masih terdapat banyak
kekurangan, untuk ini penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari banyak
pihak yang bersifat membangun demi perbaikan Laporan Tugas Akhir ini di masa
yang akan datang. Penulis berharap semoga Laporan Tugas Akhir ini bermanfaat bagi
pembaca dan pengembangan ilmu keperawatan.

Tarakan, 18 Juni 2021

Ayumi

vi
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. T DENGAN KETOASIDOSIS
DIABETIK DI RUANG CEMARA RUMAH
SAKIT UMUM KOTA TARAKAN

ABSTRAK

Ketoasidosis diabetik ( KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang ditandai


oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis yang terjadi krena kelainan skreksi insulin,
kerja insulin atau kedua-duanya. Metode penulis deskriptif yaitu studi kasus melalui
teknik pengumpulan data, wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dokumentasi dan
studi kepustakaan. Dengan mengunakan pendekatan proses keperawatan keperawatan
yang meliputi langkah-langkah pengkajian, perumusan diagnosa keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi. Diagnosa yang didapatkan pada Tn. T
adalah ketidak stabilan gulkosa dalam darah behubungan dengan resistensi insulin,
nyeri akut berhubungan dengan angen pecedra fisiologis, ganguan intergitas kulit
behubungan dengan perubahan sirkulasi, gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan gangguan musculoskletal
Intervensi yang telah dilakukan dan kriteria hasil yang telah disusun berdasarkan
prioritas masalah maka penulis menemukan semua masalah dagnosa keperawatan
dapat teratasi.penulis mampu melakukan asuhan keperawatan secara komprehensif,
menemukan faktor pendukung, penghambat dan menemuan kesenjangan teori dan
kasus.
Kata Kunci: Asuhan Keperawatan, Ketoasidosis Diabetik.

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................
PERNYATAAN ORISINALITAS...........................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................................iv
ABSTRAK.............................................................................................................................vii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................viii
DAFTAR TABEL....................................................................................................................x
DAFTAR BAGAN..................................................................................................................xi
BAB 1......................................................................................................................................1
PENDAHULUHAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................................1
1.1.1 Tujuan Umum.............................................................................................................2
1.1.2 Tujuan Khusus............................................................................................................2
1.3 Metode Penulis............................................................................................................3
1.4 Sistematika Penulisan..................................................................................................3
BAB 2......................................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................5
2.1 Konsep Dasar Medis.................................................................................................5
2.1.1 Pengertian Ketoasidosis Diabetikum.........................................................................5
2.1.2 Etiologi......................................................................................................................5
2.1.3 Klasifikasi.................................................................................................................6
2.1.4 Patofisiologi..............................................................................................................6
2.1.5 Manifestasi Klinis.....................................................................................................7
2.1.5 Komplikasi...............................................................................................................8
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang............................................................................................8
2.1.5 Penyimpangan KDM................................................................................................9
2.2 Konsep Dasar Keperawatan...................................................................................10

viii
2.2.1 Pengkajian..............................................................................................................10
2.2.2 Pemeriksaan Fisik...................................................................................................10
2.2.3. Diagnosis keperawatan............................................................................................13
2.2.4 Perencanaan............................................................................................................14
2.2.5 Implementasi...........................................................................................................16
2.2.6 Evaluasi...................................................................................................................16
BAB 3....................................................................................................................................17
LAPORAN KASUS...............................................................................................................17
3.1 Pengkajian...............................................................................................................17
3.2. Klasifikasi Data......................................................................................................27
3.3. Analisis Data...........................................................................................................28
3.4 Diagnosis keperawatan...........................................................................................30
3.5 Rencana keperawatan.............................................................................................31
3.6 Tindakan/implementasi keperawatan.....................................................................33
3.7 Evaluasi hasil.........................................................................................................36
BAB 4....................................................................................................................................37
PEMBAHASAN....................................................................................................................37
4.1 Pengkajian..............................................................................................................37
4.2 Diagnosis Keperawatan..........................................................................................40
4.3 Intervensi Keperawatan..........................................................................................44
4.4 Implementasi..........................................................................................................45
4.5 Evaluasi..................................................................................................................45
BAB 5....................................................................................................................................47
PENUTUP.............................................................................................................................47
5.1 Kesimpulan............................................................................................................47
5.2 Saran.......................................................................................................................48
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................49

ix
DAFTAR TABEL
3.1 Tabel pemeriksaan penunjang .............................................................................26

3.2 Tabel pemeriksaan HBA......................................................................................27

x
DAFTAR BAGAN
3.1 Bangan Genogram keluarga Tn . T ................................................................................19

xi
BAB 1
PENDAHULUHAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan professional adalah suatu kerangka kerja yang
mendefinisikan empat unsur yakni standar, proses keperawatan, pendidikan
keperawatan, sistem. Perawat profesional dalam memberikan pelayanan
keperawatan di masa depan adalah harus dapat berkomunikasi secara lengkap,
adekuat dan cepat (Nursalam, 2012), Pelayanan keperawatan akan lebih
memuaskan tentunya dengan penerapan model asuhan keperawatan professional
karena kepuasan pasien ditentukan salah satunya dengan pelayanan keperawatan
yang optimal (Hidayah, 2014), agar dapat melakukan penilaian kualitas pelayanan
keperawatan diperlukan adanya standar praktik keperawatan yang merupakan
pedoman bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan yang
diwujudkan dalam bentuk proses keperawatan baik dari pengkajian sampai
evaluasi. Dari uraian di atas di asumsikan bahwa asuhan keperawatan sangat
penting dilaksanakan oleh perawat, sebab hal ini menjadi gambaran cara kerja
perawat dalam melakukan asuhan keperawatan terhadap setiap pasien tak
terkecuali pada pasien dengan ketoasidosis diabetik (KAD).
Ketoasidosis diabetik (KAD) adalah keadaan dekompensasi metabolik yang
ditandai oleh hiperglikemia, asidosis dan ketosis, terutama disebabkan oleh
defisiensi insulin absolut atau relatif Kondisi kehilangan urin, air, kalium,
amonium, dan natrium menyebabkan hipovolemia, ketidak seimbangan elektrolit,
kadar glukosa darah sangat tinggi, dan pemecahan asam lemak bebas
menyebabkan asidosis dan sering disertai koma. Ketoasidosis diabetikum
merupakan komplikasi akut diabetes melitus yang serius dan membutuhkan
pengelolaan gawat darurat (Tarwoto, 2012). Ketoasidosis diabetik (KAD)
disebabkan oleh penurunan insulin efektif di sirkulasi yang disertai produksi
benda keton beta hidroksibutirat, asetoasetat, menyebabkan ketonemia dan
asidosis metabolik. Hiperglikemia dan asidosis menyebabkan diuresis osmotik,
dan hilangnya elektrolit (Ridwan et al., 2018). Maka dapat disimpulkan bahwa
KAD merupakan komplikasi diabetes melitus yang ditandai dengan tingginya
kadar keton di dalam tubuh.

1
Kematian akibat KAD tercatat dari Januari 2002 adalah sebanyak 12 orang
dari 62 penderita kasus KAD, sedangkan pada Juni 2006 Maret 2011 tercatat
kematian dari kasus KAD menurun menjadi 1 orang dari 40 penderita kasus
KAD (Pulungan AB, Juwita E, 2018). Prevalensi KAD di Amerika Serika,
sebesar 8/1000 pasien DM per tahun untuk semua kelompok umur, sedangkan
untuk kelompok umur 30 tahun sebesar 13,4/1000 pasien DM per tahun.
Sedangkan sumber lain menyebutkan bahwa insiden KAD sebesar 4,6/100.000
pasien dirawat per tahun di Amerika Serikat. Walaupun data per komunitas di
Indonesia belum ada, adannya insiden Ketoasidosis diabetikum di Indonesia tidak
sebanyak di negara barat. Laporan insiden ketoasidosis diabetikum di Indonesia
berasal dari rumah sakit dan umum terjadi pada pasien DM tipe 2 (Tarwoto,
2012).
Tingginya prevalensi dan banyaknya komplikasi yang ditimbulkan akibat
KAD, membuat penulis tertarik menyusun laporan tugas akhir tentang asuhan
keperawatan pada Tn. T dengan Ketoasidosis Diabetikum di ruang Cemara
Rumah Sakit Umum Kota Tarakan.
1.1 Tujuan Penulis
1.1.1 Tujuan Umum
Penulis memproleh gambaran yang nyata pelaksanaan asuhan keperawatan
pada Tn. T dengan diagnosis medis Ketoasidosis Diabetikum melalui proses
pendekatan asuhan keperawatan secara holistik dan komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Melaksanakan proses keperawatan pada Tn. T dengan diagnosis medis
Ketoasidosis Diabetikum.
1.2.2.2 Memandingkan antara teori dan kasus asuhan keperawatan pada Tn. T dengan
diagnosis Ketoasidosis Diabetikum.
1.2.2.3 Mengdentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam melaksanakan
proses keperawatan pada Tn. T dengan diagnosis medis Ketoasidosis
Diabetikum.

2
1.2.2.4 Melaksanakan pemecahan masalah pada Tn.T dengan diagnosis medis
Ketoasidosis Diabetikum.
1.3 Metode Penulis
Dalam penyususnan laporan tugas akhir, penulis menggunakan metode
deskriptif dengan tipe studi kasus, yaitu metode ilmiah yang menggambarkan
keadaan yang sedang terjadi dan memusatkan perhatian pada satu kasus
secara intensif mulai dari pengumpulan data, klasifikasi data, analisis data,
merumuskan diagnosis keparawatan, intervensi dan implementasi yang telah
dilakukan. Data-data yang tercantum dalam laporan tugas akhir ini diperoleh
dengan cara sebagai berikut :
1.3.1 Pengamatan/Observasi
Mengamati keadaan dan prilaku klien untuk memproleh data oektif tentang
masalah kesehatan dan keperawatan klien.
1.3.2 Wawancara
Data yang didapatkan dari pasien, keluarga dan tim kesehatan lainnya
melalui percakapan dan pengamatan. Data dapat dikumpulkan selama satu
periode kontak atau lebih dan harus mencakup semua data yang relevan.
Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan wawancara 3 langsung
dengan keluarga pasien atau orang tertentu yang mengetahui pasti keadaan
klien, sehingga penulis dapat memperoleh data yang aktual.
1.3.3 Pemeriksaan Fisik Head To Toe
Pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan fisik secara
keseluruhan melalui empat tahap yaitu, inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi.
1.3.4 Studi Dokumentasi
Data diperoleh dari dokumentasi yang terdapat pada catatan perawat
dan catatan tim kesehatan lainnya yang berhubungan dengan kasus klien.
1.3.5 Studi Kepustakaan
Dapat berupa artikel-artikel ilmiah, penelitian, dan sumber lain yang
berhubungan dengan judul serta permasalahan dalam laporan tugas akhir.

3
1.4 Sistematika Penulisan
Secara sistematis laporan tugas akhir ini dibagi dalam lima bab, yaitu:
1.4.1 Bab 1 Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
1.4.2 Bab 2 tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka ada dua bahasan. Pertama yaitu konsep dasar medis yang
terdiri dari definisi, etiologi, klasifiksi, patofisiologi, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan, kedua yaitu konsep
dasar dasar keperawatan yang terdiri dari pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan keperawatan, implementasi, evaluasi dan penyimpangan KDM.
1.4.3 Bab 3 Laporan Kasus
Terdiri dari pengkajian, klasifikasi data, analisis data, perumusan diagnosis
keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1.4.4 Bab 4 Pembahasan
Berisi perbedaan kesenjangan antara proses keperawatan secara teoritis dengan
kasus nyata yang ditemukan di lapangan dengan kesenjangan tersebut nantinya
akan dibahas berdasarkan hasil pengkajian, diagnosis keperawatan,
perencanaan, implementasi dan evaluasi.
1.4.5 Bab 5 Penutup
Berisi kesimpulan dari seluruh penulisan laporan tugas akhir dan saran yang
ditunjukan untuk perbaikan selanjutnya.

4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Medis

2.1.1 Pengertian Ketoasidosis Diabetikum


Ketoasidosis Diabetikum adalah keadaan dekompensasi metabolik yang di
tandai oleh hipergklemia, asidosis, dan ketoasidosis diabetikum merupakan suatu
komplikasi akut diabetes melitus (DM) yang sering di temukan dan mengancam jiwa.
Biasanya Ketoasidosis Diabetikum terjadi pada individu yang sudah menyandang
diabetes sebagai akbat dari infeksi,Infrak, miokard, stroke, pangkreatitis, trauma, atau
tidak patuh berobat (Suwita 2018). KAD adalah keadaan daruat hipegklemia yang
mengancam jiwa pasien dengan diabetes melitus. Ketoasidosis diabetikum terjadi
ketika seseorang mengalami penurunan insulin yang relatif atau absolut yang di
tandai dengan hiperglikemia, asidosis, ketosis, dan kadar gulkosa darah >125 mg/dl.
Ketoasidosis merupakan komplikasi akut yang serius dan membutuhkan
pengelolahan gawat darurat (Rinawati & Chanif, 2020).
Ketoasidosis diabetikum adalah komplikasi diabetes melitus yang ditandai
dengan tinggi nya kadar keton di dalam tubuh karena kurangnya hormon insulin,
penyerapan gulkosa ke dalam sel tubuh menjadi tergangu sehingga tubuh kekurangan
gulkosa dan mulai memakar lemak.
2.1.2 Etiologi
Menurut Surya Suwita (2018) beberapa penyebab terjadinya Ketoasidosis
Diabetikum yaitu:
1. Insulin tidak di berikan atau di berikan dengan dosis yang di kurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak
di obati
4. Ketidakpatuhan: Karena ketidakpatuhan dalam dosis
5. Pengobatan: Onset baru diabetes atau dosisinsulin tidak adekuat

5
6. Kardiovaskuler: Infark miokardium
7. Penyebab lain: Hipertiroidisme, pankreatitis, kehamilan, pengobatan
kortikosteroid and adrenergik.
sekitar 20% pasien KAD yang baru diketahui menderita DM untuk
pertama kali. Pada pasien yang sudah diketahui DM sebelumnya, 80%
dapat dikenali adanya faktor pencetus. Mengatasi faktor pencetus ini
penting dalam pengobatan dan pencegahan ketoasidosis berulang.
Menurut Surya Suwita (2018), tidak adanya insulin atau tidak cukupnya
jumlah insulin yang nyata.

2.1.3 Klasifikasi
Klasifikasi ketoasidosis diabetikum berdasarkan derajat beratnya asidosis menurut
(Yati & Tridjaja, 2017) adalah sebagai berikut:
1. KAD ringan : pH < 7,3 atau HCO3 < 15 mEq/L
2. KAD sedang : pH < 7,2 atau HCO3 < 10 mEq/L
3. KAD berat : pH < 7,1 atau HCO3 < 5 mEq/L

2.1.4 Patofisiologi
Ketoasidosis diabetik terjadi akibat defisiensi insulin pada penderita DM baru,
ketidakpatuhan penggunaan insulin atau obat anti diabetes, dan peningkatan
kebutuhan insulin oleh karena infeksi. Defisiensi insulin menstimulasi peningkatan
hormon-hormon kontra regulasi (glukagon, katekolamin, kortisol, dan hormon
pertumbuhan). Tanpa kemampuan menggunakan glukosa akibat defisiensi insulin,
tubuh memerlukan sumber energi alternatif. Aktivitas lipase meningkat,
menyebabkan pemecahan jaringan lemak menjadi asam lemak bebas. Komponen
asam lemak bebas ini dikonversi menjadi asetil koenzim-A, yang sebagian masuk ke
dalam siklus Krebs untuk memproduksi energi, sementara sisanya dipecah menjadi
keton (aseton, asetoasetat, dan beta-hidroksibutarat). Keton dapat digunakan sebagai
energi, namun cepat terakumulasi. Glikogen dan protein dikatabolisasi untuk
membentuk glukosa. Bersama-sama, faktor-faktor di atas menyebabkan
hiperglikemia, yang memicu diuresis osmotik, kemudian mengakibatkan dehidrasi,

6
asidosis metabolik, dan keadaan hiperosmolar.1,6. Terdapat dua faktor pemicu yang
paling umum dalam terjadinya Ketoasidosis Diabetikum, yaitu terapi insulin yang
tidak adekuat serta adanya infeksi. faktor pemicu lainnya di antaranya infark
miokardium, serangan akut serebrovaskular, emboli paru, pankreatitis, serta alkohol
(Febrianto & Esti Hindariati, 2021).

2.1.5 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis KAD adalah sebagai berikut (Charles and Goh, 2017):
1. Pada pasien dengan Ketoasidosis Diabetikum, nausea vomitus merupakan
salah satu tanda dan gejala yang sering ditemukan.
2. Nyeri abdominal terkadang dapat ditemukan pada pasien dewasa (lebih
sering pada anak-anak) dan dapat menyerupai akut abdomen. Meskipun
penyebabnya belum dapat dipastikan, dehidrasi jaringan otot, penundaan
pengosongan lambung dan ileus oleh karena gangguan elektrolit serta
asidosis metabolik telah diimplikasikan sebagai penyebab dari nyeri
abdominal.
3. Asidosis, yang dapat merangsang pusat pernapasan menular, dapat
menyebabkan pernapasan cepat dan dalam (Kussmaul).
4. Gejala-gejala seperti poliuria, polidipsia dan polifagia yang khas sebagai
bagian dari diabetes tidak terkontrol nampaknya sudah timbul selama tiga
sampai empat minggu sebelumnya.
5. Penurunan berat badan timbul tiga sampai enam bulan sebelum dengan
rata-rata penurunan 13 kilogram.
6. Pemeriksaan fisik dapat menunjukkan temuan-temuan lain seperti bau
napas seperti buah atau pembersih kuteks (aseton) sebagai akibat dari
ekskresi aseton melalui sistem respirasi.
7. Tanda-tanda dehidrasi seperti kehilangan turgor kulit, mukosa membran
yang kering, takikardia dan hipotensi.
8. Status mental dapat bervariasi mulai dari kesadaran penuh sampai letargi
yang berat; meskipun demikian kurang dari 20% pasien KAD yang dirawat
dengan penurunan kesadaran.

7
2.1.5 Komplikasi
Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi pada Ketoasidosis
Diabetikum adalah edema paru, hipertrigliseridemia, infark miokard akut dan
komplikasi iatrogenic. Komplikasi iatrogenic tersebut adalah hipoglikemia,
hypokalemia, hiperkloremia, edema otak dan hipokalsemia (AKKOÇ, 2019).
2.1.6 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma (2015), pemeriksaan penunjang pada DM tipe 2
yaitu:
2.1.6.1 Kadar glukosa darah
Tabel 2.1 Kadar glukosa darah
Jenis pemeriksaan Nilai Rujukan
Normal DM Belum Pasti DM
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Plasma vena < 140 > 200 140-199
Darah kapiler < 90 > 200 90-199
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Plasma vena < 100 > 126 100-125
Darah kapiler < 90 > 110 90-109
HbA1C < 6,5% > 8% 6,5-8%

8
2.1.5 Penyimpangan KDM
Diabetes Melitus
Diabetes melitus yang Diabetes Melitus
beleum di ketahui Diabetes Melitus yang tidak terkontrol
yang tidak di obati

Ketoasidosis

Diabetikum (KAD

Lipolisis meningkat Asupan inslin


Keletihan atau
Tidak adekuat kelelahan
As. Lemak bebas meningkat
Pangkreas tergangu Poses pembentukan
As.Lemak teroksidasi energi tergangu
Produksi insulin
Ketonemia menurun Gulkosa intasel
menurun
Ketonuri Gulkosa meningkat

Ketoasidosis Hiperglikemi
Gulkosuria
Asidosis metabolik Ph menurun
Duresis osmotik
CO, meningkat Mual & muntah
poluria
pCO meningkat Perubahan Dhidrasi
nutrisi kurang
dari
Pola nafas cepat dan dalam Kekuranan
kebutuhan
Gambar 2.1 Sumber. ( Husman el, 2016 ) volume cairan

Pola nafas tidak


efektif 9
2.1.5 Penatalaksanaan

rasa haus
Ada lima pengobatan KAD menurut (AKKOÇ, 2019):
1. Cairan Untuk mengatasi dehidrasi digunakan larutan garam. Berdasarkan
perkiraan hilangnya cairan pada KAD mencapai 100 ml/kg BB, maka pada
jam pertama diberikan 1 sampai 2 liter. keuntungan rehidrasi pada KAD
untuk memperbaiki perfusi jaringan dan menurunkan hormon kontra
regulator insulin.
2. Insulin Terapi insulin harus segera dimulai sesaat setelah diagnosis KAD
dan dehidrasi yang memadai. Pemberian insulin yang dapat menurunkan
kadar hormone glucagon, sehingga dapat menekan produksi benda keton di
hati.
3. Kalium Pada awal KAD biasanya kadar ion K serum meningkat. Salami
terapi KAD ion K kembali ke dalam sel. Untuk mengantisipasi masuknya
ion K kedalam sel serta mempertahankan kadar K serum dalam batas
normal.
4. Glukosa Setelah rehidrasi awal 2 jam pertama, biasanya kadar glukosa
darah akan turun. Bila kadar glukosa mencapai < 200 mg% maka dapat
dimulai dengan infus yang mengandung glukosa.
5. Bikarbonat Terapi bikarbonat hanya dianjurkan pada KAD yang berat. Saat
ini bikarbonat hanya diberikan bila pH kurang dari 7,1
2.2 Konsep Dasar Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
Pengkajian adalah suatu langkah awal dalam proses keperawatan yang mana
dilakukan dengan pengumpulan data secara lengkap dengan tujuan terpecah nya
masalah keselamatan pasien serta dapat disimpulkan tindakan
selanjutnya.menurut (Lingga, 2019)
2.2.2 Pemeriksaan Fisik
1. Aktivitas / Istirahat

10
Gejala: Lemah, letih, sulit bergerak/berjalan, Kram otot, tonus otot
menurun, gangguan istirahat atau tidur
Tanda: Takikardia dan takipnea pada keadaan istirahat atau aktifitas,
Letargi/disorientasi,koma Penurunan kekuatan otot.
2. Sirkulasi
Gejala: Adanya riwayat hipertensi, IM akut, klaudikasi, kebas dan
kesemutan pada ekstremitas, Ulkus pada kaki, penyembuhan yang lama,
Takikardia
Tanda: Perubahan tekanan darah postural, hipertensi, Nadi yang menurun
atau tidak ada,Disritmia, Krekels, Distensi vena jugularis, Kulit panas,
kering, dan kemerahan, bola mata cekung
3. Integritas/ Ego
Gejala: Stress, tergantung pada orang lain, Masalah finansial yang
berhubungan dengan kondisi
Tanda: Ansietas, peka rangsangan
4. Eliminasi
Gejala: Perubahan pola berkemih (poliuria), nokturia, rasa nyeri atau
terbakar, kesulitan berkemih (infeksi), ISSK baru atau berulang, nyeri
tekan abdomen, diare
Tanda: urine encer, pucat, kuning, poliuri (dapat berkembang menjadi
oliguria/anuria, jika terjadi hipovolemia berat), urin berkabut, bau busuk
(infeksi), abdomen keras, adanya asites, bising usus lemah dan menurun,
hiperaktif (diare) .
5. Nutris atau Cairan
Gejala: Hilang nafsu makan, Mual muntah, Tidak mematuhi diet,
peningkattan masukan glukosa karbohidrat, Penurunan berat badan lebih
dari beberapa hari atau minggu, Haus, penggunaan diuretik (Thiazid)
Tanda: Kulit kering atau bersisik, turgor jelek, Kekakuan atau distensi
abdomen, muntah,Pembesaran tiroid (peningkatan kebutuhan metabolik

11
dengan peningkatan gula darah), bau halisitosis atau manis, bau buah
(napas aseton).

6. Neurosensori
Gejala: pusing atau pening, sakit kepala, kesemutan, kebas, kelemahan
pada otot, parestesia, gangguan penglihatan
Tanda: disorientasi, mengantuk, alergi, stupor atau koma (tahap lanjut).
Gangguan memori (baru, masa lalu), kacau mental, refleks tendon dalam
menurun (koma), aktifitas kejang (tahap lanjut dari DKA)
7. Nyeri/kenyamanan
Gejala: Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang atau berat)
Tanda: Wajah meringis dengan palpitasi, tampak sangat berhati-hati
8. Pernapasan
Gejala: Merasa kekurangan oksigen, batuk tanpa sputum purulen
(tergantung adanya infeksi atau tidak)
Tanda: lapar udara, batuk tanpa sputum purulen, frekuensi pernapasan
meningkat.
9. Keamanan
Gejala: Kulit kering, gatal, ulkus kulit
Tanda: Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya
kekuatan umum/rentang erak, parestesia atau paralisis otot termasuk otot -
otot pernapasan (jika kadar kalium menurun dengan cukup tajam).
10. Seksualitas
Gejala: Rabas vagina (cenderung infeksi), masalah impoten pada pria,
kesulitan orgasme pada wanita .
11. Penyuluhan atau pembelajaran
Gejala: Faktor resiko keluarga DM, jantung, stroke, hipertensi.
Penyembuhan yang, Lambat, penggunaan obat sepertii steroid, diuretik
(thiazid), dilantin dan fenobarbital (dapat meningkatkan kadar glukosa
darah). Mungkin atau tidak memerlukan obat diabetik sesuai pesanan

12
Rencana pemulangan : Mungkin memerlukan bantuan dalam pengatuan
diet, pengobatan, perawatan diri, pemantauan terhadap glukosa darah.

2.2.3. Diagnosis keperawatan


Diagnosis keperawatan merupakan penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialami baik aktual ataupun potensial. Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentivikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (SDKI, 2017).
Diagnosis keperawatan adalah setepat data yang ada karena ditunjang oleh
data terbaru yang dikumpulkan. Diagnosis keperawatan ini mencatat bagaimana
situasi pasien pada saat itu dan harus mencerminkan perubahan yang terjadi pada
kondisi pasien. Indentifikasi masalah dan penentuan diagnostik yang akurat
memberikan dasar untuk memilih intervensi keperawatan. Berdasarkan (Doenges,
2014), diagnosis keperawatan yang di dapatkan pada klien dengan Ketoasidosis
Diabetikum adalah:
2.2.3.1 Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan diuresis osmotic,
kehilangan gastrik berlebihan: diare, muntah dan masukan dibatasi: mual,
kacau mental.
2.2.3.2 Perubahan tidak cukupan insulin (penurunan penggunaan glukosa oleh
jaringan mengakibatkan peningkatan metabolisme protein lemak, penurunan
masukan oral; anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan
kesadaran, status hipermetabolisme: pelepasan hormon stress (misalnya.,
epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan), proses infeksiusutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh dapat dihubungkan dengan tidak cukupan insulin
(penurunan ambilan dan penggunaan glukosa oleh jaringan mengakibatkan
peningkatan metabolisme protein lemak, penurunan masukan oral; anoreksia,
mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran, status
hipermetabolisme: pelepasan hormon stress (misalnya., epinefrin, kortisol dan
hormon pertumbuhan), proses infeksius.

13
2.2.3.3 Risiko infeksi dapat dihubungkan dengan kadar glukosa tinggi, penurunan
fungsi leukosit, perubahan pada sirkulasi, infeksi pernafasan yang ada
sebelumnya atau Infeksi Saluran Kemih.
2.2.3.4 Perubahan sensori-perseptual: risiko tinggi terhadap dapat dihubungkan
dengan perubahan kimia endogen: ketidakseimbangan glukosa/insulin
dan/atau elektrolit.
2.2.3.5 Kelelahan dapat dihubungkan dengan penurunan produksi metabolik,
perubahan kimia darah: infusiensi insulin, peningkatan kebutuhan energi:
status hipermetabolik/infeksi.
2.2.3.6 Ketidakberdayaan dapat di hubungkan dengan penyakit jangka panjang atau
progresif yang tidak dapat diobati, ketergantungan.
2.2.4 Perencanaan
Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosis keperawatan (Budiono, 2016). Perencanaan merupakan tahap ketiga dari
proses keperawatan yang dimulai setelah data-data yang terkumpul sudah dianalisa.
Berdasarkan diagnosis keperawatan yang disusun di atas, berikut rencana
keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan Diabetes Melitus berdasarkam
diagnosis yang telah ditentukan menurut Doenges (Doenges, 2014) adalah sebagai
berikut:
2.2.4.1 Kekurangan volume cairan dapat dihubungkan dengan diuresi osmotic,
kehilangan gastrik berlebihan: diare, muntah dan masukan dibatasi: mual,
kacau mental. Kemungkinan dibuktikan oleh :
1) Peningkatan haluaran urine, urine encer
2) Kelemahan; haus; penurunan berat badan tiba-tiba
3) Kulit/membrane mukosa kering, turgor kulit buruk
4) Hipotensi, takikardia, pelambatan pengisian kapiler Hasil yang
diharapkan/kriteria evaluasi pasien akan:
Mendemontrasikan hidrasi adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi
perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urine
tepat secara individu, dan kadar eletrolit dalam batas normal.
Rencana Tindakan:

14
Dapatkan riwayat pasien atau orang terdekat sehubungan dengan
lamanya/intensitas. Dari gejala seperti muntah, pengeluaran urin yang sangat
berlebihan
Rasional: Membantu dalam memperkirakan kekurangan volume total.
Tanda dan gejala mungkin sudah ada pada beberapa waktu sebelumya
(beberapa jam sampai beberapa hari). Adanya proses infeksi mengakibatkan
demam dan keadaan hipermetabolik yang meningkatkan kehilangan air tidak
kasat mata.
1. Pantau tanda-tanda vital, nadi tidak teratur dan catat adanya perubahan TD
ortostatik.
Rasional: Hipovolemia dapat dimanifestasikan oleh hipotensi dan takikardia.
Perkiraan berat ringannya hypovolemia dapat dibuat ketika tekanan darah
sistolik pasien turun lebihdari 10 mmHg dari posisi berbaring ke posisi
duduk/berdiri. Catatan: neuropati jantung dapat memutuskan refleks-refleks
yang secara normal meningkatkan denyut jantung.
2. Pantau pola nafas seperti adanya penafasan kusmaul.
Rasional: Paru-paru mengeluarkan asam karbonat melalui pernapasan yang
menghasilkan kompensasi alkalosis respiratorik terhadap keadaan
ketoasidosis. Pernafasan yang berbau aseton berhubungan pemecahan asam
aseto-asetat dan harus berkurang dan harus berkurang bila ketosis harus
terkoreksi.
3. Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas.
Rasional: Koreksi hiperglikemia dan asidosis akan menyebabkan pola dan
frekuensi pernafasan mendekati normal. Tetapi peningkata kerja pernapasan;
pernapasan dangkal, pernapasan cepat; dan munculnya sianosis
4. Suhu, warna kulit atau kelembabannya.
Rasional: Meskipun demam, menggigil dan diafuresis merupakan hal umum
yang terjadi pada proses infeksi, demam dengan kulit yang kemerahan, kering
mungkin sebagai cerminan dari dehidrasi.

15
Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
Rasional: Merupakan indikator dari tingkat dehidrasi, atau volume sirkulasi
adekuat.
2.2.5 Implementasi
Implementasi merupakan pelaksanaan atau perwujudan dari intervensi yang
sudah ditetapkan dengan tujuan yang sama yaitu untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan meningkatkan status kesehatannya (Beatrik Yeni Sampang, 2017).
2.2.6 Evaluasi
Evaluasi dilakukan berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya
dalam perencanaan, membandingkan hasil tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan menilai efektivitas
proses keperawatan mulai dari tahap pengkajian, perencanaan dan pelaksanaan.
(Mubarak, dkk., 2011).

16
BAB 3
LAPORAN KASUS

Pada bab ini penulis akan mengemukakan hasil dari pelaksanaan asuhan
keperawatan dimulai dari pengkajian, merumuskan diagnosis keperawatan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pada klien Tn. T dengan diagnosis
Ketoasidosis Diabetik (KAD) yang dirawat di ruang Cemara Rumah Sakit Umum
Kota Tarakan Provinsi Kalimantan Utara yang dilaksanakan pada tanggal 16 Maret
2021 sampai dengan tanggal 18 Maret 2021.
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas Klien
Klien bernama Tn. T klien lahir tanggal 25 Mei 1952, klien beragama
Islam, suku klien adalah Tidung, pendidikan klien SMP, klien sekarang tidak
bekerja, diagnosis medis klien adalah Ketoasidosis Diabetikum (KAD), klien
masuk Rumah Sakit Umum Kota Tarakan provinsi Kalimantan utara tanggal
16 maret 2021.
Keluarga yang bertanggung jawab bernama Tn. D berumur 45 tahun,
tempat atau tanggal lahir di Tarakan 02 Januari 1976, jenis kelamin yaitu laki-
laki, hubungan dengan klien yaitu anak, beragama Islam, pendidikan yaitu
Sarjana, pekerjaan sebagai guru honorer, alamat di Jl. Lestari Karang Harapan
RT 12 Kota Tarakan.
3.1.2 Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien mengatakan diantar ke rumah sakit karena nyeri dan bengkak pada
bagian kaki kanan
3.1.3 Riwayat Kesehatan
3.1.3.1 Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri pada kaki sebelah kanan
3.1.3.2 Riwayat Keluhan Utama

17
Klien mengeluh nyeri bagian kaki sebelah kanan, Klien mengatakan nyeri
dibagian kaki sebelah kanan akibat adanya pembengkakan pada kaki nya, klen
mengatakan nyeri seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang di rasakan pada bagian
kaki sebelah kanan dari lutut sampai ke telapak kaki klien, skala nyeri 5, klien
mengatakan sudah 6 hari nyeri tersebut, klien mengatakan nyeri bertambah
saat klien menggerakan kakinya.
3.1.3.3 Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan pada tanggal 16 Maret 2021 klien mengeluh nyeri pada
kaki sebelah kanan dan anak klien langsung membawa klien ke IGD RSUKT
kota tarakan, klien di rawat inapan di ruangan Cemara lantai 2, dengan
diagnosis medis Ketoasidosis Diabetikum, dengan keluhan nyeri pada kaki
sebelah kanan dan adanya pembengkakan pada kaki, klien mengatakan nyeri
yang yang dirasakan seperti tertusuk-tusuk, nyeri yang di rasakan hanya di
bagian kaki kanan dari lutut hingga ke telapak kakinya, skala nyeri 5, klien
mengatakan nyeri bertambah saat klien menggerakan kaki dan nyeri
berkurang saat klien tidak menggerakan kakinya, klien mengatakan nyeri
membuat klien tidak bisa tidur.
3.1.3.4 Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan tidak mengalami penyakit pada masa kanak-kanaknya
hanya sakit biasa seperti demam, pilek, dan gejala penyakit lainnya. Klien
tidak mendapatkan imunisasi, klien tidak ada alergi baik makanan ataupun
obat-obatan, klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan, klien
mengatakan tidak pernah melakukan operasi, klien mengatakan tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan bebas.
3.1.3.5 Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan tdak ada keluarga yang menderita penyakit menular,
namun klien mengatakan istri klien pernah menderita penyakit diabetes
melitus.

18
Genogram:

? ?

69 5 5
9 8

45 ? ? ?

Bagan 3.1 Genogram Keluarga Tn. T

Keterangan:
= Perempuan
= Laki-laki
= Umur tidak diketahui
= Tinggal serumah
= Klien

3.1.4 Data Psiko-Sosial

Klien berharap dirinya cepat sembuh dan bisa pulang ke rumah. klien
mengatakan kondisi dirinya sangat tidak baik. Klien mengatakan hubungan
dengan keluarganya baik-baik saja. Keluarga klien mengatakan keadaan
ekonomi dalam keluarga nya cukup saja. Klien mengatakan hubungan dengan
tetangganya baik-baik saja. klien mengatakan sering mengikuti kegiatan-
kegiata dengan masyrakat sebelum sakit. Klien berharap setelah dilakukan
perawatan. Dirinya cepat sembuh dan bisa pulang ke rumah lagi dan
beraktivitas seperti biasa.

19
3.1.5 Riwayat Spiritual
Klien mengatakan agama Islam,klien mengatakan taat beribadah klien
mengatakan tiap hari sholat,dengan anaknya.
3.1.6 Pola Aktivitas Sehari-Hari
3.1.6.1 Nutrisi
Sebelum sakit
Klien mengonsumsi makanan 3 kali sehari dengan menu nasi, sayur dan
daging, klien mengatakan makanan yang di sukai cemilan, klien tidak ada
kesulitan menelan.
Saat sakit
Klien mengatakan mengkonsumsi makanan 1 kali sehari dengan menu
makanan bubur klien mengatakan 1 porsi makanan tidak di habiskan
3.1.6.2 Cairan
Sebelum sakit:
Sebelum sakit klien mengatakan minum susu dan air putih sebanyak 5
sampai 6 kali sehari dengan jumlah sekitar 250ml di setiap kali minum.
Saat sakit:
Saat sakit klien minum sebanyak 990 cc klien mendapat terapi infus NS
0,9% 20 tetes/menit atau setara 1.440 cc dalam sehari. Jumlah urin klien yang
tertampung sekitar 1.500 cc dalam 24 jam.
Intake:
Infus : 1.440 cc
Air putih : 990 cc
Metrodinazole :100 cc
Obat injeksi : 26 cc
Total input : 2.516
Output:
Urine : 1500 cc/24 jam
IWL (Insensible Water Loss) : (15xBB)
: (15x60)(900)

20
: 1.500+900
: 2.400 cc
Intake – output : 2.516 cc - 2.400 cc = +116 cc
3.1.6.3 Eliminasi
Sebelum sakit:
Klien mengatakan buang air besar dan buang air kecil secara teratur
dengan frekuensi sebanyak 1 kali dalam 2 hari untuk buang air besar, dengan
konsistensi padat berserat dan berwarna kuning dan untuk buang air kecil
sebanyak 2-4 kali dalam satu hari berwarna kuning.
Saat sakit:
Klien mengatakan buang air besar dan air kecil kurang teratur dengan
frekuensi sebanyak 1 kali dalam 3 hari untuk buang air besar dengan
konsistensi padat dan untuk buang air kecil sebanyak 7 sampai 8 kali dalam
sehari berwarna kuning dan sedikit keruh dengan jumlah cairan sebanyak
1.500cc.
3.1.6.4 Istirahat tidur
Sebelum sakit:
Klien mengatakan tidur 5-6 jam perhari, pada malam hari klien tidur dari
jam 00-06 WITA dan tidur siang hari hari dari jam 13.00 sampai 15.00. Tidak
ada kesulitan tidur
Saat sakit:
Klien mengatakan kesulitan untuk tidur, klien mengatakan gelisah untuk
tidur karena rasa nyei pada kaki yang di rasakan.
3.1.6.5 Personal Hyigine
Sebelum sakit:
Klien mengatakan mandi 2 kali sehari menggunakan sabun, klien tidak
mengosok gigi, klien keramas 2 kali sehari.
Saat sakit:
Saat pengkajian klien mengatakan belum mandi dalam 1 hari, klien, klien
juga tidak mengosok gigi.

21
3.1.6.6 Aktivitas dan gerak
Sebelum sakit:
Saat di rumah klien mengatakan bahwa aktifitas dapat terpenuhi secara
mendiri, klien mengatakan tidak ada ganguan beraktifitas saat di rumah. klien
mengatakan tidak menggunakkan alat bantu berjalan seperti tongkat dalam
melakukan akivitas sehari-hari.
Saat sakit:
Saat dirumah sakit klien mengatakan aktifitasnya di bantu oleh keluarga
yaitu anak nya.
3.1.6.7 Olahraga
Sebelum sakit:
Klien mengatakan tidak pernah olahraga
Saat sakit:
Klien hanya berbaring saja tidak melakukan aktivitas
3.1.7 Pemeriksaan Fisik
3.1.7.1 Keadaan Umum
Tingkat kesadaran klien compos mentis dengan GCS 15 yakni Eye 4, Verbal
5, dan motorik 6.
Tanda-tanda vital:
Tekanan darah klien 164/85 mmHg. Frekuensi nadi 89x/ menit teraba kuat
dan teratur pada ateri radialis, frekuensi pernafasan 20x/menit, suhu tubuh
36.5ºC, Spo2 99%, GDS 378 mg/dl.

3.1.7.2 Antropometri
Berat badan : 68 kg
Tinggi badan : 164 cm
Berat badan (kilo gram)
Tinggi badan (m) x tinggi badan (m)
68 kg
1,64 m x 1,64 m

22
: 25
3.1.7.3 Sistem Pernafasan
Inspeksi: Bentuk dada normo chest,pengemangan dinding dada simetris
kiri dan kanan, tidak terdapat lesi pada bagian dada, klien tidak
mengunakan otot bantu pernapasan, tidak terdapat pernafasan cuping
hidung.
Palpasi: Getaran dinding dada simetris kiri dan kakan pada saat dilakukan
vocal peremitus.
Auskultasi: Suara nafas vesikuler, tidak terdengar suara nafas tambahan.
3.1.7.4 Sistem kardiovaskuler
1) Mata
Inspeksi: Konjungtifa tidak anemis berwarna merah muda
2) Leher:
Palpasi: tidak ada peningkatan, vena jugularis 5+1 cm, arteri carotis kuat.
3) Dada:
Palpasi: Batas jantung atas ICS 3 midclavikula sinistra, batas jantung
bawah ICS 5 mid clavikula, batas jantung bawah ICS 5 mid clavikula.
Perkusi: posisi jantung berada disebelah kiri S1 (Terletak di ICS 2-3), S2
(Terletak di ICS4-5). Auskultasi : bunyi jantung S1 lup S2 dup, irama
jantung teratur.
3.1.7.5 Sistem pencernaan
1) Mulut
Tidak terdapat stomatis,tidak terdapat karies,tidak terdapat lesi atau
benjolan.
2) Abdomen
Tidak terdapat lesi,terdapat neyri tekan pada bagian bawah perut,bising
usus 3x/menit ,tidak terdapat pembesaran hepar pada saat di lakukan
perkusi dan saat di lakukan perkusi abdomen terdengar timpani.
3.1.7.6 Sistem pengindraan
1. Mata

23
a) Kelopak mata: Simetris kiri dan kanan,penyebaran bulu mata merata.
b) Lampang pandang: Klien dapat membaca denan jarak 30 cm dengan
menggunakan kacamata plus-minus.
2. Hidung
Klien tidak memiliki alergi, warna membran mukosa berwarna merah
muda, tidak ada secret, terdapat silia, tidak ada sinus, tidak ada pendarahan,
tidak ada polip, klien tidak pernah mengalami cidera pada bagian hidung.
3. Telinga
Daun telinga simetris, warna kuning langsat, lubang telinga terlihat bersih,
tidak ada nodul, tidak ada serumen.
3.1.7.7 Sistem persyarafan
1. Fungsi selebral: klien masih dapat mengingat dengan baik
Status mental : orientasi baik, daya ingat baik, perhatian dan perhitungan
baik, klien dapat berbicara dengan baik.
2. Tingkat kesadran atau GCS: Composmentis E 4 V 5 M 6
3. Fungsi cranial
1) N. Olfaktorius
Pemeriksaan nervus I klien dapat membedakan bau parfum dan minyak
kayu putih.
2) N. Optikus : Pemeriksaan nevrus II optikus Klien dapat membaca
dengan menggunakan kaca mata plus-minus pada jarak 30 cm
3) N. Okulomotorius: Pemeriksaan nevrus III Okulomotorius saat diberi
cahaya pupil mengecil, ukuran pupil 3/3 mm isokor
4) N.Trokhlearis : Pemerksaan nevrus IV Trokhlearis saat klien disuruh
melihat ke arah tangan telunjuk yang digerakan ke arah kanan dan kiri
kemudian tangan ditahan tidak ada strabismus
5) N.Trigeminus: Pemeriksaan nevrus V Trigeminus klien mampu
membuka mulut dengan lebar, klien mampu menutup mulut, klien dapat
mengunyah

24
6) N.Abdusen: Pemeriksaan N.Abdusen VI klien mampu mengikuti gerakan
jari pemeriksa ke arah gerakan lateral ( menjauh atau keluar)
7) N Fasialis: Pemeriksaan nevrus Fasialis VII Klien dapat mengangkat
alis, klien dapat memejam kan mata, klien dapat mengkrut dahi.
8) N.Vestibulokhlearis: Pemeriksaan nevrus Vestibulokhlearis VIII Klien
dapat mendengarkan detak jarum jam tangan..
9) N.Glosofaringeus : Pemeriksaan nevrus IX Glosofaringeus klien tidak
dapat menelan makanan dengan baik.
10) N.Asesorius:Pemeriksaan nevrus Asesorius X klien dapat mengangkat
bahu
11) N. Hiplogosus : Pemeriksaan nevru Hiplogosus XI klien mampu
menjulurkan lidah dan dapat mengerakan ke sisi kiri dan sisi kanan.
3.1.7.8 Sistem Muskuloskeletal
1. Kepala: Bentuk kepala oval, terdapat ketombe pada kulit kepala
2. Lutut : Terdapat nyeri pada lutut seblah kiri pada saat di tekuk.
3. Kaki : Terdapat edema pada kedua kaki klien, klien mengatakan kesulitan
berjalan.
4. Tangan Klien dapat mengerakan kedua tangan, klien dapat menekuk kedua
tangan.
Kekuatan otot:
5 5
4 2
3.1.7.9 Sistem Integumen
1. Rambut : Rambut klien merata, berwarna hitam dan putih.Tidak terdapat
lesi, tidak baudan terdapat ketombe pada kulit kepala klien.
2. Kulit : Warrna kulit kien kuning kehitam hitaman, turgor kulit baik
( kembal dalam 2 detik)
3. Kuku : Warna kuku putih, tidak muah patah.
3.1.7.10 Sistem Endokrin
Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, getah bening dan getah bening.

25
3.1.7.11 Sistem Perkemihan
Klien mengatakan tidak ada nyeri pada saat buang air kecil
3.1.7.12 Sistem Imun
Klien mengatakan alergi terhadap debu
3.1.7.13 Pemeriksaan penunjang
Tanggal pemeriksaan 16 Maret 2021
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan
Elektrolit 130,69 mmol/L 132-146
Natrium darah 5,70 mmol/L 3,7-5,4
Chloride darah 90,96 mmol/L 98-106
Urine lengkap
BJ/SG 1010 - -
PH 5,0 - -
Leukosit Negatif - Negatif
Nitrit Negatif mg/dl Negatif
Problem Negatif mg/dl Negatif
Glukosa 3+ mg/dl Negatif
Keton 1+ mg/dl Negatif
Urobilinogen Negatif mg/dl Negatif
Bilirubin Negatif mg/dl Negatif
Blood (Ery) Negatif Ery/dl Negatif
Leukosit 1-2 LPK 1-3
Erytrosit 0-1 LPK 2-4
Epitel 0-1 LPK 2-4
Cylinder Negatif LPB Negatif
Bakteri Negatif LPB Negatif
Warna Kuning - Kuning
Kejernihan Jernih - Jernih
Kristal Negatif LPB Negatif

26
Tabel 3.1
Sumber: (Rekam medis Tn.T)

Pemeriksaan HBA1C pada tanggal 17 Maret 2021


Pemeriksaan Hasil Status Nilai rujukan
HBA1C
HBA1C 12,8 % Non DM 4,2-5,9 DM 7,0-7,9%

Tabel 3.2
Sumber: (Rekam medis Tn. T)

Pemeriksaan GDS: 17 Maret 2021


Tanggal Hasil Stauan Nilai rujukan
16/03/2021 378 Mg/dl < 100 mg/dl
17/03/2021 125 Mg/dl < 100 mg/ dl

Tabel 3.2
Sumber: (Rekam medis Tn. T)
3.1.7.14 Terapi saat ini
Injeksi
a) Onderatan 8 mg/ 12 jam ( Intravena)
b) Clindamicin 300 mg/dl 12 jam ( Intravena)
c) Novorapid 50 ml dalam ns, 50 cc via sering pump (Intravena)
d) Ceftriaxone 1 gr/ 12 jam intravena (Intravena)
e) Practamol 10 mg/ 12 jam ( Intravena)
3.2. Klasifikasi Data
Data subjektif:
1) Klien mengatakan nyeri dibagian kaki sebelah kanan .
2) Klien mengatakan nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum,
3) Nyeri dirasakan hanya pada bagian kaki sebelah kanan dari lutut sampai ke
telapak kaki klien
4) Skala nyeri 5

27
5) Sudah 6 hari merasakan nyeri tersebut,
6) Nyeri bertambah jika bergerak, nyeri berkurang jika berbaring.
7) Nyeri hilang timbul sekitar
8) Klien mengatakan sering lelah dalam beraktivitas.
9) Klien mengatakan sering pusing dan mengantuk.
10) Klien mengatakan sering merasa lapar
11) Klien mengatakan sering merasa haus
Data Objektif
1) Klien tampak sering meringis
2) Klien tampak bersikap protektif atau waspada serta posisi menghindari
nyeri
3) Tekanan darah : 164/85 mmHg
4) GDS : 378 mg/dl
5) Klien tampak berkeringat
6) Klien tampak sering kebingungan.
7) Klien terlihat gemetar
8) Terdapat edema dan lesi berwarna kemerahan pada kaki sebelah kanan
klien tanpa adanya puss atau pun nekrosis.
9) HbA1C 12%
3.3. Analisis Data
1. Pengelompokan data 1:
Data subjektif:
Klien mengatakan sering lelah dalam beraktivitas.
Klien mengatakan sering pusing dan mengantuk.
Klien mengatakan sering merasa lapar
Klien mengatakan sering merasa haus
Data objektif:
GDS : 378 mg/dl
Klien tampak berkeringat
Klien tampak sering kebingungan

28
Klien terlihat gemetar
HBA1C 12,8%
Masalah: Ketidakstabilan kadar glukosa darah
Etiologi: Resistensi insulin
2. Pengelompokan data 2 :
Data subjektif:
Klien mengatakan nyeri dibagian kaki sebelah kanan
Nyeri seperti ditusuk-tusuk jarum
Nyeri dirasakan hanya pada bagian kaki sebelah kanan dari lutut sampai ke
telapak kaki klien
Skala nyeri 5
Nyeri bertambah jika bergerak, nyeri berkurang jika berbaring.
Sudah 6 hari merasakan nyeri tersebut,
Klien mengatakan nyeri hilang timbul sekitar 10 – 15 menit.
Data objektif:
Klien tampak sering meringis
Terdapat edema berwarna kemerahan pada kaki sebelah kanan klien tanpa
adanya puss atau pun nekrosis
Klien tampak bersikap protetif atau waspada serta posisi menghindari nyeri
Tekanan darah : 164/85 mmHg
Masalah: Nyeri akut
Etiologi: Agen pencidera fisiologis
3. Pengelompokan data 3 :
Data subjektif:
Klien mengatakan edema pada kaki sebelah kanan klien terasa hangat
Data objektif:
Terdapat edema berwarna kemerahan pada kaki sebelah kanan klien tanpa
adanya puss ataupun nekrosis
Klien tampak gelisah
Masalah: Gangguan integritas kulit dan jaringan

29
Etiologi: Perubahan sirkulasi
4. Pengelompokan data ke empat
Data subjektif:
Klien mengatakan kesulitan bergerak karena adanya pembengkak pada kaki
kanan
Klien mengatakan terbaring lemah ditempat tidur
Data Objektif:
1.Klien tampak terbaring lemah
2.Kaki kanan klien nampak bengkak
3.Klien beraktivitas dengan bantuan keluarga
4.Kekuatan otot

5 5
4 2

3.4 Diagnosis keperawatan


1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
d. d klien mengatakan sering lapar, sering haus, sering kencing, klien
mengatakan sering mengantuk, klien tampak sering berkeringat, GDP 378
mg/dl, HbA1C 12,8%

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis d.d klien


mengatakan nyeri paa kaki agian kanan, klien mengatakan nyeri timbul pada
saat klien bergerak dan nyeri berkurang pada saat posisi klien berbaring,
klien mengatakan nyeri berdenyut-denyut dan hilang timbul, nyeri dengan
skala 5, berlangsung selama satu sampai dua menit, klien tampak meringis,
klien tampak gelisah, klien hanya terdapat berrbaring di tempat tidur.
3. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi ditandai dengan terdapat pembengkakan dan lesi berwarna

30
kemerahan pada kaki sebelah kanan klien tanpa adanya puss atau pun
nekrosis
4. Gangguan mobilitas fisisk berhubungan dengan gangguan musculoskletal
Ditandai dengan Klien mengatakan kesulitan bergerak karena adanya
pembengkak pada kaki kanan, Klien mengatakan terbaring lemah ditempat
tidur.
3.5 Rencana keperawatan
1. Ketidakstabilan kadar gulukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
ditandai dengan GDS 378 mg/dl.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam diharapkan
glukosa dalam darah stabil dengan kriteria hasil:
1) Kadar gulkosa dalam rentang normal yaitu 130 mg/ dl
2) Dapat mengontrol kadar gulkosa dalam darah
3) Klien dapat mengatur pola makan
Intervensi:
1) Identifikasi penyebab hiperglikemia
2) Monitor kadar gulkosa darah
3) Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
4) Konsultasi dengan medis jika tanda dan gejala hiperglikemia tetap ada
atau memburuk
5) Kolaborasi pemberian insulin
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis ditandai dengan
klien terlihat meringis
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri akut dapat
berkurang dengan kriteria hasil:
1) Nyeri berkurang dari skala 5-3
2) Klien tidak meringis lagi
3) Klien mampu mengontrol nyeri dengan manajemen nyeri RND

31
4) Klien tampak beraktivitas sesuai kemampuan
Intervensi keperawatan:
1) Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
2) Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
3) Jelaskan penyebab, priode, dan penyebab nyeri.
4) Kolaborasi pemberian obat analgetik.
3. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan perubahan sirkulasi
ditandai dengan terdapat pembengkakan dan lesi berwarna kemerahan pada
kaki sebelah kanan klien tanpa adanya puss atau pun nekrosis.
Tujuan:
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam ganguan intergitas
kulit dan jaringan membaik dengan kateria hasi:
1) Kerusakan kulit membaik
2) Kerusakan jaringan membaik
Intervensi keperawatan:
1) Monitor karakteristik luka
2) Pemberian perawatan luka
3) Anjurkan untuk kontrol ke pelayanan kesehatan
4) Kolaborasi pemberian antibiotik
4.Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskletal
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x 24 jam diharapkan
kemampuan dalam bergerak fisik satu atau lebih ekstremitas secara mandiri
meningkat dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat duduk disamping tempat tidur secara mandiri
b. Klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi secara mandiri
c. Klien terlihat tetap nyaman
Intervensi :
1) Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lain
2) Ajarkan mobilisasi sederhana (Duduk ditempat tidur, duduk di sisi
tempat tidur, pindah dari tempat tidur kekursi)
3) Fasilitasi mobilisasi dengan alat bantu (Pagar tempat tidur)

32
4) Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan

3.6 Tindakan/implementasi keperawatan


(Tanggal 16 Maret 2021)
1. Diagnosis Keperawatan Pertama:
1) Pukul 15.00 Wita
Memeriksa sirkulasi perifer ( mis, nadi perifer, suhu, pengisian kapiler,
warna)
-Subjektif: -
- Obektif: Nadi 74x/menit
Suhu: 36,̊C
CRT 3 detik
Klien tampak pucat
2) Pukul 15.00
Memonitor panas, kemerahan, nyeri atau bengkak pada ekstermitas
Subjektif:-
Objektif: Terdapat kemerahan dan panas pada kaki sebelah kanan,
adanya nyeri serta bengkak
3) Pukul 15.00 WITA
Memonitor kadar glukosa darah
Hasil:
GDS : 378 mg/dl
2. Diagnosis keperawatan yang ke dua
1) Pukul 15.10 WITA

33
Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri
Hasil:
Klien mengatakan nyeri dibagian kaki sebelah kanan Selain itu kaki
kanan klien juga mengalami edema, dan terdapat lesi berwarna
kemerahan tanpa adanya puss atau pun nekrosis. Nyeri bertambah jika
bergerak, nyeri berkurang jika berbaring. Nyeri seperti ditusuk-tusuk
jarum. Nyeri dirasakan hanya pada bagian kaki Sebelah kanan dari lutut
sampai ke telapak kaki klien Skala nyeri 5 Sudah 6 hari merasakan nyeri
tersebut, Klien mengatakan nyeri hilang timbul sekitar 10 – 15 menit.
Klien tampak sering meringis. Klien tampak bersikap protektif atau
waspada serta posisi menghindari nyeri Tekanan darah: 164/85 mmHg
2) Pukul 15.15 WITA
Memberikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Hasil:
Klien mengatakan paham tetapi masih merasakan nyeri klien dapat
memperagakan teknik relaksasi nafas dalam
3) Pukul 15.50 WITA
Menjelaskan penyebab, priode, dan penyebab nyeri.
Hasil:
klien mengatakan paham
klien dapat mengulangi informasi yang di sampaikan
3. Diagnosis keperawatan yang ke tiga
Pukul 15.20 WITA
1) Memonitor karakteristik luka
Hasil:
Terdapat edema dan lesi berwarna kemerahan pada kaki sebelah kanan
tanpa adanya puss atau pun nekrosis
(Tanggal 17 Maret 2021)
1. Diagnoa keperawatan yang pertama pukul 11.00 WITA

34
Klaborasi pemberian insulin hasil:
Memberi novoapit 4 unit
GDS 125 mg/dl, klien tidak terlihat gemetar lagi
2. Diagnosa keperawatan yang kedua pukul 11.50 WITA
Berkolaborasi pemberian obat analgesik
Hasil:
Klien mengatakan nyeri berkuang dari skala 5 menjadi skala 2
3. Diagnosa keperawatan yang ketiga
1.Pukul 13.00 WITA Memberi perawatan luka
Hasil:
Memberi kompres nacl dan betadine
2. Pukul 13.20 WITA
Menganjurkan untuk kontrol ke pelayanan kesehatan
Hasil:
Klien mengatakan paham
Klien dapat mengulangi informasi yang disampaikan
3.Pukul 14.00
Berkolaborasi pemberian antibiotik
Hasil:
Ceftriaxone 1/12 jam
3 Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskletal
1. Pukul 13.51
Mengidentifikasi fisik yang melakukan pergerakan
Hasil :
Klien mengatakan kesulitan bergerak karena kaki klien bengkak, kaki
klien nampak bengkak
2. Pukul 13.53
Memberikan fasilitas mobilisasi dengan alat bantu (mis pagar
tempat tidur)
Hasil :

35
klien mengatakan belajar duduk bergerak ditempat tidur, klien
tanpak belajar bergerak dan duduk dengan menggunakan pagar
tempat tidur klien terpasang pagar tempat tidur
3. Pukul 13.55
Melibatkan keluarga keluarga untuk membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan klien
Hasil :
Klien mengatakan anak selalu membantu klien saat ingin melakukan
pergerakan, klien tampak selalu di bantu oleh anaknya

3.7 Evaluasi hasil


(Tanggal 18 Maret 2021)
1. Ketidaksetabilan glukosa darah berhubungan dengan resistensi insulin
dibuktikan dengan GDS 378 mg/dl.
Subjektif : Klien mengatakan gula darah nya sudah turun
Objektif : GDS klien 120 mg/dL, klien terlihat tidak gemetar lagi
Assesment : Masalah teratasi
Planing : Intervensi dihentikan
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis dibuktikan
dengan klien terlihat meringis.
Subjektif : klien mengatakan nyeri berkurang dari skla 5-2, klien terlihat
tidak meringis.
Objektif : klien tampak tidak meringis lagi
Assesment : Masalah teratasi
Planing : Intervensi di hentikan
3. Gangguan integritas kulit dan jaringan berhubungan dengan perubahan
sirkulasi di buktikan dengan terdapat pembengkakan dan lesi berwarna
kemerahan pada kaki sebelah kanan klien tanpa adanya puss atau pun
nekrosis
Subjektif : klien mengatakankan kaki seblah kanan masih bengkak
Objektif : kemerahan masih terlihat pada kaki sebelah kanan klien

36
Assesment : Masalah belum teratasi
Planing : Intervensi di lanjutkan

4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskletal


Subjektif : Klien mengatakan mampu bergerak secara perlahan
Objektif : klien tampak bergerak secara perlahan dengan bantuan keluarga
Assessment : Masalah belum teratasi
Planning : Intervensi dilanjutkan
BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis menguraikan terkait adanya kesenjangan antara teori
dengan kasus Ketoasidosis Diabetik pada Tn. T. Setelah mempelajari tinjauan
pustaka dan melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. T dengan diagnosis
Ketoasidosis Diabetik di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan mulai
tanggal 16 Maret 2021 sampai dengan tanggal 18 Maret 2021. Maka dalam bab ini
penulis akan menguraikan kesenjangan apa saja yang terdapat di dalam teori dan
asuhan keperawatan pada Tn. T. adapun kesenjangan tersebut akan diuraikan sesuai
dengan proses asuhan keperawatan sebagai berikut :
4.1 Pengkajian
Dalam pengkajian penulis tidak mengalami hambatan selama proses
wawancara dengan klien maupun keluarga, karena klien dan keluarga bersifat
kooperatif dalam menjawab pertanyakan yang di ajukan oleh penulis. Penulis juga
bekerja sama dengan perawat ruangan Cemara di Rumah Sakit Umum Kota Tarakan
untuk memperoleh informasi terkait perkembangan kesehatan Tn. T.
4.1.1 Aktivitas/ Istirahat
Dari teori pengkajian aktivitas/istirahat berdasarkan data pengkajian
Ketoasidosis Diabetik menurut (Doenges, 2014), terdapat tanda dan gejala sepeti
lemah, letih, susah bergerak, kram otot, ganguan istirahat tidur, takikardi, takipnea
dan keadaan istiahat atau dengan aktivitas, latergi/disorentasi,koma dan penurunan
kekuatan otot .

37
Berdasarkan pengkajian yang ada diteori menurut doenges (2014), tidak
ditemukan pada Tn. T yaitu takikardi, takipneu, pada keadaan istiahat atau dengan
aktivitas, latergi/ disorentasi,koma takikardia merupakan takiaritmia yang berasal dari
sirkuit atau fokus yang muncul diatas bundel his dan mengakibatkan denyut jantung
melebihi 100 kali/menit. Irama yang sangat cepat ini kadang menakutkan bagi pasien
terutama jika berulang. Penderita ketoasidosis diabetik dapat terjadi takikardi karena
terjadi kekurangan energi pada sel sehingga jantung melakukan komperensasi untuk
meningkatkan pengirman (Vincent & Sunata , 2020). Berdasarkan pengkajian pada
Tn. T tidak ditemukan takikardi dengan hasil nadi 89 x/menit yang berarti sel tidak
mengalami kekurangan energi untuk jantung mengirimkan pengiriman.
Takipnea adalah pernapasan abnormal cepat dan dangkal biasanya didefenisikan
lebih dari 60 hembusan per menit salah satunya adalah nasofaring dan orofaring
sehingga dapat menyebabkan kolaps dan dapat menimbulkan terjadinya takipnea
pada klien. Takipnea terjadi karena adanya metabolik sehingga mengakibatkan
peningkatan ventilasi . Berdasarkan pengkajian pada Tn. T tidak ditemukan takipnea
dengan hasilpernapasan 20x/menit .
Latergi adalah kesadaran menurun, respon piskomotor yang lambat mudah
tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang ( muda bangun) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memerikan jawaban verbal, nilai GCS 9-7 (pratiwi 2019).
Tingkat sadar pada pasien KAD tergantung pada kadar gulkosa dalam darah
tubuh dan kondisi fisiologi untuk melakukan kompensasi kelebihan gula darah.
Latergi/disorentas dan koma tidak ditemukan dalam kasus dengan hasil tingkat
kesadaran klien compposmentis yang berarti tubuh dapat mengkompensasi kadar
gulkosa dalam tubuh.
4.1.2 Eliminasi
Menurut doenges Moodrhous ( 2014) pada penderita ketoasidosis terdapat
tanda dan gejala yaitu nyeri saat berkemih, kesulitan berkemih ( ISK) perubahan pola
berkemih dan diare.
Berdasarkan pengkajian yang ada di teori Menurut doenges Moodrhous ( 2014), tidak
diemukan pada Tn. T yaitu nyeri pada saat berkemih, kesulitan berkemih ( ISK).

38
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah kondisi dimana terjadinya infeksi pada organ
yang termasuk didalam sistem kemih, yaitu ureter, ginjal, kandung kemih dan juga
uretra, infeksi tersebut menyerang dua area yaitu uretra dan juga kandung kemih.
pada pasien ketoasidosis umumnya akan menyebabkan terjadinya infeksi saluran
kemih dengan pasien yang tidak menderita ketoasidosis ( Sari 2018)
Diare merupakan kondisi ketika pengedapnya melakukan buang air besar
(BAB) lebih sering dari biasanya. Dismping itu feses pengidap diare lebih encer dan
biasanya, diare merupakan salah satu makanisme pertahanan tubuh yang dengan
adanya diare, cairan yang tercurah kelumen saluran pencernaan akan membersihkan
saluran pencernaan dari bahan-bahan patogen( Indah wasliah, 2020). Diare tidak
terjadi pada Tn. T karena klien tidak mengalami gejala seperti BAB berbentuk cair,
klien ada bab sejak 3 hari yang lalu pada saat dilakukan pengkajian, hasil bising usus
18x/ menit dengan nilai normal bising usus 5x35/menit.
4.1.3 Nutrisi dan cairan
Menurut doenges, Moorhouse ( 2014) Pada penderita ketoasidosis diabetik
terdapat tanda dan gejala tidak nafsu makan, mual muntah, peningkatan masukan
gulkosa/ karbohidrat, penurunan berat badan.Berdasarkan pengkajian yang ada diteori
Menurut doenges, Moorhouse ( 2014), tidak ditemukan pada Tn. T yaitu, tidak nafsu
makan, mual muntah, penurunan berat badan.
Polifagia adalah keluhan mudah lapar dan sring makan yang umumnya
disertai mudah lelah dan mengantuk, disebabkan adanya penurunan ambilan gulkosa
oleh sel akibat defesensi insulin. Ini menyebabkan sel mengalami kelaparan karena
kekuangan gulkosa untuk digunakan pembentuk energi (Subiyanto 2019). Penyakit
KAD dapat terjadi penurunan berat badan, mual muntah dan tidak nafsu makan jika
diduga terjadi akibat rusaknya saraf yang mengontrol otot-otot lambung ( saraf
vagus), saraf vagus berfungsi mengatur semua proses pada semua saluran pencernaan
manusia, termasuk mengirim sinyal pada otot lambung untuk berkontraksi
mendorong makanan kedalam usus kecil ( Wijayanti 2014).

39
Tetapi pada Tn. T tidak ditemukan penurunan nafsu makan dan penurunan
berat badan karena pada Tn. T sering mengeluh lapar, dan indeks massa tubuh( IMT)
25
4.1.4 Neuosensori
Menurut Doenges Moorhouse ( 2014). Pada penderita KAD terdapat tanda
dan gejala yaitu pusing/ pening, sakit kepala, mengantuk, ganguan
memori.Berdasarkan pengkajian yang ada diteori menurut Doenges Moorhouse
(2014) tidak ditemukan pada Tn. T pusing/ pening dan sakit kepala.
Nyeri kepala adalah ganguan neuorlogis dengan penyebab yang bervarisan
dan disebabkan oleh kelainan primer merupakan skunder, nyeri kepala primer adalah
nyeri kepala tanpa adanya ganguan pada struktur di kepala tanpa adanya ganguan
pada struktur dikepala bukan sebagai gejala dari penyakit lain ( Kurnia 2019).
Berdasarkan pengkajian pda Tn. T tidak ditemukan nyeri kepala dan pusing.
4.1.5 Pernafasan
Menurut Doenges Moorhouse ( 2014). Pada penderita KAD. Terdapat tanda
dan gejala yaitu ferkuensi pernafasan pernafasan batuk dengan/ tanpa adanya sputum
purulen, merasa sesak.Berdasarkan pengkajian yang ada di teori menurut Doenges
Moorhouse ( 2014), tidak ditemukan pada Tn. T yaitu batuk dengan atau tanpa
sputum prulen dan merasa sesak.
Batuk merupakan upayah pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan yang
ada dan fleksi fisiologis bila di rasakan sebagai gangguan. Batuk sering merupakan
tanda suatu penyakit didalam atau di luar paru dan kadang merupakan gejala awal
dari suatu penyakit ( Hidayati 2021). Berdasarkan pengkajian pada Tn. T tidak
ditemukan batuk berdahak atau tidak berdahak serta merasa sesak, ini
mengindikasikan tidak adanya infeksi pada saluran pernapasan Tn. T
4.2 Diagnosis Keperawatan
Dalam menegakkan diagnosis keperawatan penulis melakukan dua pendekatan
diagnosis keperawatan yang di harapkan mendapatkan data yang akurat mengenai
diagnosis Ketoasidosis Diabetik agar dapat memberikan asuhan keperawatan yang
komperhensif dan di harapkan klien dapat pulih dari kondisinya atau setidaknya

40
mempertahankan kondisi klien agar tetap stabil dan tidak semakin memburuk di
kemudian hari. Dua pendekatan yang di lakukan oleh penulis untuk menegakkan
diagnosis Ketoasidosis Diabetik diantaranya menggunakan (Doenges, 2014) dalam
menegakkan diagnosis berdasarkan teori, sedangkan untuk penegakkan diagnosis
berdasarkan kasus penulis menggunakan (SDKI, 2017). penulis membahas tentang
kesenjangan pada kasus yang berdasarkan data yang penulis dapat ketika melakukan
pengkajian pada Tn. T.
Berdasarkan hasil pengkajian pada Tn. T dengan diagnosis Ketoasidosis Diabetik
terdapat diagnosis keperawatan yang ditegakkan sesusai dengan diagnosis
keperawatan menurut (Doenges, 2014), yaitu:
4.2.1. Hipolemia berhubungan dengan kehilangan caian aktif
Makanisme regulasi, peningkatan pemeabilitas kapiler, kekurangan volume
cairan, evaporasi (PPNI, 2017). Hipovolemia adalah penurunan volume cairan
intravaskuler, interstisial, dan atau intraseluler ( PPNI 2017). Diagnosa ini tidak dapat
ditegakan pada Tn. T dengan ketoasidosis diabetik karena Tn. T tidak mengalami
hipovolemia. Data dikuatkan dengan tiak ditemukan gejala mayor dan minor sepeti
ferkuensi nadi meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nandi
menyempit, membran mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit meningkat,
merasa lemah, merasa haus, pengisian vena menurun, status mental berubah, suhu
tubuh meningkat, konsentrasi urin meningkat, berat badan turun tiba-tiba.
4.2.2 Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnay asupan makanan
Ketidakmampuan menelan makanan, ketidakmampuan menerima makanan,
peningkatan kebutuhan metabolisme, faktor ekonomi, faktor psikologis ( PPNI,
2017). Defisit nutirisi adalah asupan nutrisi tidak cukup untk memenuhi kebutuhan
metabolisme (PPNI, 2017), diagnosa ini tidak dapat ditegakan pada Tn. T dengan
ketoasidosis diabetik karena Tn. T tidak mengalami defisit nutrisi. Data dikuatkan
dengan tidak ditemukan gejala mayor dan minor seperti erat badab menurun minimal
10% dibawah rentang ideal, otot pengunyah lemah, otot menelan lemah, membran
mukosa pucat, sariawan, ambut rontok, diare, cepat kenyang setelah makan, kram/
nyeri abdomen, nafsu makan menurun.

41
4.2.3 Kelelahan berhubungan dengan ganguang tidur, gaya hidup menonton kondisi
fisiologis(mis, penyakit kronispenyakit terminal, anemia, malnutrisi, kehamilan ),
program perawatan /pengobatan jangka pangang, lingkungan tidak mendukung,
peristiwa hidup negatif, stress berlebihan, depresi, (PPNI, 2017) .Keletihan adalah
penurunan kapasitas kerja fisik dan mental yang tidak pulih dengan istirahat (PPNI,
2017). Diagnosis ini tidak dapat ditegakan pada Tn. T dengan ketoasidosis diabetik
karena Tn. T tidak mengalami keletihan. Data di kuatkan dengan tidak ditemukan
gejala mayor dan minor seperti merasa energitidak pulih walaupun sudah telah tidur,
merasa kurang tenang, mengeluh lelah, tidak mampu memertahankan aktivitas rutin,
tampak lesu, merasa bersalah, akibat tidak mampu menjalankan tangung jawa,
kebutuhan istiahat meningkat.
4.2.4 Gangguan persepi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan,
gangguan pendengaran, gangguan penghidungan, gangguan perabaan, hipoksia
serebral, usia lanjut,(PPNI, 2017). Gangguan persepsi sensori adalah perubahan
persepsi terhadap stmulus baik internal maupun eksternal yang disertai dengan respon
yang berkurang, berlebihan atau terdistosis (PPNI, 2017).Diagnosis ini tidak dapat
ditegakan padda Tn. T dengan ketoasidosis diabetik karena Tn. T tidak mengalami
gangguan persepsi sensori. Data di kuatkan dengan tidak di temukan gejala mayor
dan minor seperti respon tidak sesuai, bersikap seolah melihat sesuatu, konsentrasi
buruk, melihat ke satu arah.
4.2.5 Ketidakberdayaan berhubungan dengan program/ pengobatan yang kompleks
atau jangka panjang, lingkungan tidak mendukung perawatan/pengobatan, intraksi
interpersional tidak memuaskan (PPNI, 2017).Ketidakberdayaan adalah persepsi
bahwa tindakan seseorang tidak akan mempengaruhi hasil secara signifikan, persepsi
kurang kontrol pada situasi saat ini atau yang akan datang (PPNI, 2017). Diagnosis
ini tidak dapat di tegakan pada Tn. T dengan ketoasidosis diabetik karena Tn. T tidak
mengalami ketidakberdayaan. Data dikuatkan dengan tidak ditemukan gejala mayor
dan minor seperti menyatakan frustasi atau tidak mampu melaksanakan aktivitas
sebelumnya, bergantung pada orang lain, merasa di asingkan, menyatakan keraguan

42
tentang kinerja peran, menyatakan kurang kontrol, menyatakan rasa malu, merasa
tertekan( depresi), tidak berpartisipasi dalam perawatan, pengasingan.
Terdapat empat diagnosis keperawatan pada Tn. T dengan diagnosis medis
Ketoaidosis diabetik di Ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan, empat
diagnosis keperawatan yang diangkat pada Tn. T tetapi tidak terdapat pada teori
(PPNI, 2017) adalah:
1.Ketidakstabilan gulkosa darah
Variasi kadar gulkosa darah naik / turun dari rentang normal (PPNI, 2017).
Diagnosis ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapatpada pasien karena disesuaikan
dengan pengkajian pasien dibuktikan dengan Tn. T mempunyai data subjektif yang
mendukung seperti klien mengatakan sering merasa haus, sering merasa lelah, sering
merasa lapar, sering merasa mengantk, dan ingin tidur, Dan data objektif yang
mendukung seperti klien berkeringat, HBA1C 12.8%
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedraan fisik
Pengalamaan sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional,dengan onset mendadak atau lambat berintensitas
ringan hinga berat yang berlangsung kurang lebih 3 bulan (PPNI, 2017). Diagnosis
ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada pasien karena disesuaikan dengan
pengkajian pasien dibuktikan dengan Tn. T mempunyai data subjektif yang
mendukung seperti klien mengatakan nyerinya timbul saat klien bergerak dan
nyerinya berkurang saat klien posisi berbaring, klien mengatakan nyerinya seperti
tertusuk-tusuk dan hilang timbul, klien mengatakan nyerinya hanya dibagian kaki
kanan, klien mengatakan skala nyeri 5, klien mengatakan nyeri berlangsung lama 1
menit. Dan data objektif yang mendukung seperti klien tampak meringis, klien
tampak gelisah, klien hanya berbaring.
3. Gangguan intergitas jaringan berhubungan dengan perubahan status nutrisi
( kelebihan atau kekurangan)
Kerusakan kulit ( dermis dan/ atau epidermis ) atau jaringan ( membran mukosa),
kornea, fasia, otot, tendon, tulang, krratilago, kapsul sendi dan atau ligamen.( PPNI,
2017). Diagnosis ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada pasien karena

43
disesuaikan dengan pengkajian pasien dibuktikan dengan Tn. T mempunyai data
subjektif yang mendukung seperti klien mengatakan terdapat pembengkakan pada
bagian kaki seblah kanan, klien mengatakan nyeri pada bagian kaki kanan.
4. Gangguan mobilitas fisisk berhubungan dengan gangguan musculoskletal
Keterbatasan dalam gerakan dari satu atau lebih ekstermitas secara mandiri ( PPNI,
2017). Diagnosis ini tidak terdapat pada teori tetapi terdapat pada pasien karena
disesuaikan dengan pengkajian pasien dibuktikan dengan Tn. T mempunyai data
subjektif yang mendukung seperti klien mengatakan kegiatannya selama sakit yaitu
hanya berbaring, klien mengatakan nyeri saat bergerak, klien mengatakan pada saat
ke wc dibantu dengan keluarga, klein mengatakan measa cemas saat bergerak, klien
mengatakan sakit untuk bergerak adanya pembengkakan pada kaki seblah kanan. Dan
data objektif yang mendukung klien tampak dibantu keluarga, klien hanya tampak
berbaring.
4.3 Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan langkah ketiga dalam proses keperawatan setelah
dilakukan diagnosis keperawatan. Rencana keperawatan merupakan segala bentuk
terapi yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian
klienis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan pemulihan, kesehatan klien
individu, keluarga, dan komunitas ( PPNI, 2017),ada beberapa perencanaan yang
tidak dapat ditetapkan oleh penulis karena berbagai alasan tertentu.
1.Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d resistensi insulin terdapat 8 intervensi,
akan tetapi penulis hanya mengambil lima intervensi. yaitu : monitor kadar
glukosa darah, monitor tanda dan gejala hiperglikemia, anjurkan monitor kadar
glukosa darah secara mandiri, ajarkan pengelolaan diabetes, kolaborasi
pemberian obat insulin. Penulis tidak mengambil beberapa intervensi lainnya
karena tidak sesuai dengan kondisi Tn. T, kondisi Tn.T patuh dalam program
pengobatan yang dianjurkan dengan minum obat secara teratur selama proses
perawatan, tidak di temukan klien tidak patuh dalam pengobatan, sehingga
penulis tidak melakukan intervensi tersebut.

44
2.Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis terdapat 7 intervensi, akan tetapi penulis
hanya mengambil lima intervensi. yaitu : identifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri, identifikasi skala nyeri, berikan
posisi yang nyaman bagi klien, berikan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri, kolaborasi pemberian obat analgetik. Penulis tidak
mengambil beberapa intervensi lainnya karena tidak sesuai dengan kondisi Tn.
T. Kondisi Tn.T mengeluh nyeri pada kaki bagian kanan.
3.Gangguan intergitas berhubungan dengan perubahan status nutrisi ( kelebihan
atau kekurangan)
4. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan musculoskletal
penulis memasukan intervensi dengan kondisi yang didapat pada Tn. T,
Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lain, Ajarkan mobilisasi sederhana
(Duduk ditempat tidur, duduk di sisi tempat tidur, pindah dari tempat tidur
kekursi), Fasilitasi mobilisasi dengan alat bantu (pagar tempat tidur), Libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan pergerakan Penulis tidak
mengambil beberapa intervensi lainnya karena tidak sesuai dengan kondisi Tn.
T.
4.4 Implementasi
Dalam pelaksanaan tindakan asuhan keperawatan pada klien Tn. T disesuakan
dengan rencana keperawatan yang telah dibuat sesuai dengan teori yang ada
hubungannya dengan masalah yang ditemukan.
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan ini, penulis menemukan faktor pendukung
yang diantaranya adalah tanggapan yang baik dari klien. Klien dan keluarga
berpartisipasi aktif dalam setiap prosedur tindakan serta tanggkapan yang baik.
Hambatan yang dihadapi penulis adalah persoalan waktu dimana waktu yang tersedia
bagi penulis untuk melaksanakan seluruh intervensi yang telah direncanakan hanya
tersedia selama tiga hari. Dengan waktu tiga hari tersebut terbatas bagi klien untuk
melaksanakan semua intervensi yang telah direncanakan.

45
4.5 Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan untuk menilai asuhan
keperawatan yang telah diberikan pada Tn.T dengan diagnosa ketoasidosis
diabetikum yang telah dilakukan selama dua hari yaitu terhitung mulai tanggal 16
Maret 2021 sampai 18 Maret 2021. Dari hasil evaluasi yang dilakukan pada tanggal
18 Maret 2021 didapatkan 4 diagnosa yang ditemukan, 2 diagnosa dinyatakan
teratasi dan 2 diagnosa dinyatakan belum teratasi yaitu :
1. Diagnosa Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan musculoskletal pada kaki
kanan. belum teratasi dengan kriteria hasil klien dapat duduk di samping
tempat tidur secara mandiri, klien dapat berpindah dari tempat tidur ke kursi
secara mandiri, akan tetapi klien belum bisa melakukan aktivitas berpindah
secara mandiri. Planning intervensi dilanjutkan mengajarkan klien mobilisasi
sederhana (duduk di tempat tidur, duduk disisi tempat tidur, pindah daritempat
tidur kekursi). Melibatkan keluarga untuk membantu klien dalam
meningkatkan pergerakan agar klien dapat memenuhi kriteria hasil yang telah
ditentukan.
2. Gangguan intergitas berhubungan dengan perubahan status nutrisi ( kelebihan
atau kekurangan)
Belum teratasi karena kritea hasil yang telah di rencanakan belum tercapai

46
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan asuhan keperawatan ke pada Tn. T dengan diagnosis medis
Ketoasidosis Diabetik di ruang Cemara Rumah Sakit Umum Kota Tarakan dan
kemudian talah melakukan pembahasan kesenjangan antara teori dan praktik, maka
penulis akan menuliskan beberapa kesimpulan dan saran dalam peningkatan
pelayanan asuhan keperawatan khususnya pada klien Ketoasidosis Diabetik.
5.1.1 Penulis telah melakukan proses asuhan keperawatan dan telah melalui setiap
tahap dari pengkajian, diagnosis keperawatan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi keperawatan pada Tn. T berdasarkan pada asuhan keperawatan yang
telah disusun.
5.1.2 Penulis menemukan kesenjangan antara teori dengan kasus mulai dari
pengkajian dan diagnosis keperawatan. Selain itu penulis melakukan dua
pendekatan dalam menegakkan diagnosis yang berbeda yaitu melakukan
penegakkan diagnosis kasus berdasarkan (Doenges, 2014) dan melakukan
penegakan diagnosis asuhan keperawatan berdasarkan (SDKI, 2017). Diagnosis
yang dirumuskan oleh penulis pada Tn. T dengan Ketoasidosis Diabetik tidak
semuanya sama dengan yang di peroleh pada teori. Rencana keperawatan
disusun oleh penulis berdasarkan diagnosis yang ditegakkan dan disusun sesuai

47
teori yang ada hubungan dengan masalah. Tindakan keperawatan dilaksanakan
berdasarkan Standar Intervansi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018)
5.1.3 Faktor pendukung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien adalah
sikap klien dan keluarga yang ramah dan kooperatif pada setiap tindakan yang
dilakukan, izin yang diberikan pihak rumah sakit serta tersedianya fasilitas dari
institusi yang menunjang pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien.
5.1.4 Pemecahan masalah yang dilakukan pada Tn T di dapatkan dari
pelaksanaan tindakan keperawatan pada Tn. T yang telah dilakukan dengan
baik berdasarkan rencana yang telah disusun yaitu dengan cara melakukan
tindakan mandiri dan berkolaborasi dengan tim medis lainnya. Pada tahap
evaluasi ditemukan belum semua diagnosis teratasi. Diagnosis yang
teratasi adalah ketidakstabilan glukosa dalam darah, nyeri akut.
5.2 Saran
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada Tn. T Ketoasidosis Diabetik
diharapkan asuhan keperawatan pada pasien dapat dilakukan secara menyeluruh.
Penulis menyarankan kepada pembaca yaitu :
5.1.1 Saran untuk penulis
Diharapkan mendapatkan pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien dengan Ketoasidosis Diabetik.
5.1.2 Saran untuk mahasiswa
Diharapkan dapat menerapkan konsep teori dan asuhan keperawatan yang
dilaksanakan pada Tn. T dengan Ketoasidosis Diabetik. Peluang untuk
mengatasi masalah seperti ini sangat terbatas oleh karena itu diharapkan
mahasiswa juga mampu membuka wawasan dan keterampilan dasar untuk
memperbarui ilmu tentang proses keperawatan yang dinamis.
5.1.3 Saran untuk rumah sakit
Diharapkan rumah sakit dapat meningkatkan kualitas serta sarana dan
prasarana dalam perawatan pasien khususnya pada pasien dengan Ketoasidosis
Diabrtik.

48
DAFTAR PUSTAKA

49

Anda mungkin juga menyukai